KERAGAAN HARGA KARET . ... bawang merah, gula dan karet Indonesia dalam
perdagangan ..... Perkembangan Harga Internasional Karet, 2002 – 2012 .
ISSN : 2086-4949
KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN
VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2013
2013
ii
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN Volume 4 Nomor 1 Tahun 2013
Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 131 halaman
Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc Penyunting : Ir. Sabarella, MSi. Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM. Naskah : Sri Wahyuningsih, S.Si Ir. Wieta B. Komalasari, M.Si. Ir. Efi Respati,MSi Ir. Noviati, M.Si Widyawati Rinawati, SE Design dan Layout : Heri Dwi Martono Heruwaty Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2013 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
iii
2013
iv
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga publikasi “Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 Nomor 1 Tahun 2013” telah diselesaikan. Publikasi ini merupakan salah satu output dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dalam mengemban visi dan misinya dalam mempublikasikan baik data sektor pertanian maupun hasil analisis datanya. Publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Tahun 2013 merupakan publikasi lanjutan dari tahun sebelumnya yang secara rutin terdiri dari 2 (dua) nomor publikasi. Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 Nomor 1 Tahun 2013 memuat gambaran umum kinerja perdagangan sektor pertanian secara umum serta analisis kinerja perdagangan komoditas BERAS, JAGUNG, JAGUNG, GULA PASIR dan KARET. Publikasi ini menyajikan keragaan data series masing-masing komoditas secara nasional dan internasional selama 5 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis indeks spesialisasi perdagangan-analisis daya saing, indeks keunggulan komperatif serta analisis lainnya untuk masing-masing komoditas pertanian. Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan analisis kinerja perdagangan masing-masing komoditas strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Agustus 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. NIP. 19570725.198203.1.002
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
v
2013
vi
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
DAFTAR ISI
2013
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................... vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1 1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1 1.2. METODOLOGI ................................................................................ 2 BAB II. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN ..............................9 2.1. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SEKTOR PERTANIAN ...... 10 2.2. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SUB SEKTOR PERTANIAN ................................................................................. 12 2.3.GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN ................................................................................. 15 BAB III. KINERJA PERDAGANGAN BERAS..............................................21 3.1. SENTRA PRODUKSI BERAS.......................................................... 21 3.2. KERAGAAN HARGA PADI/BERAS .. ............................................... 22 3.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN BERAS.. ............................... 27 3.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN BERAS ................................... 40 BAB IV. KINERJA PERDAGANGAN JAGUNG ............................................43 4.1. SENTRA PRODUKSI JAGUNG ....................................................... 43 4.2. KERAGAAN HARGA JAGUNG ........................................................ 44 4.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN JAGUNG ............................. 49 4.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN JAGUNG ................................ 62 BAB V. KINERJA PERDAGANGAN BAWANG MERAH ................................67 5.1. SENTRA PRODUKSI BAWANG MERAH .......................................... 67 5.2. KERAGAAN HARGA BAWANG MERAH .......................................... 69 5.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN BAWANG MERAH ................. 72
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
vii
2013
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
5.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN BAWANG MERAH ....................82 BAB VI.KINERJA PERDAGANGAN GULA PASIR ...................................... 85 6.1. SENTRA PRODUKSI GULA ............................................................85 6.2. KERAGAAN HARGA GULA PASIR ..................................................87 6.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN GULA PASIR .........................89 6.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN GULA PASIR ...........................97 LAMPIRAN ................................................................................ 100 BAB VII.KINERJA PERDAGANGAN KARET............................................ 105 7.1. SENTRA PRODUKSI KARET ........................................................ 106 7.2. KERAGAAN HARGA KARET ......................................................... 107 7.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KARET ............................... 111 7.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KARET ................................. 123 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 130
viii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia, 2008 - 2012. ............................... 10
Tabel 2.2.
Perkembangan neraca perdagangan komdoitas beras, jagung, bawang merah, gula dan karet Indonesia, 2008 - 2012 ................. 15
Tabel 2.3.
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) komoditas beras, jagung, bawang merah, gula pasir dan karet Indonesia, 2008 - 2012 ......... 16
Tabel 2.4.
IDR dan SSR komoditas beras, jagung, bawang merah, gula pasir dan karet Indonesia, 2008 - 2012 ........................................ 17
Tabel 2.5.
Indeks keunggulan komparatif (RSCA) komoditas beras, jagung, bawang merah, gula dan karet Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ..................................................................... 17
Tabel 3.1.
Perkembangan produksi padi di provinsi sentra di Indonesia, 2008 - 2012 ............................................................................... 22
Tabel 3.2.
Perkembangan pola panen padi bulanan di Indonesia, 2010 2012 ......................................................................................... 23
Tabel 3.3.
Perkembangan harga produsen GKG dan harga konsumen beras bulanan di Indonesia, 2010 - 2012............................................... 24
Tabel 3.4.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas beras, 2008 - 2012 ..................................................... 28
Tabel 3.5.
Kode HS dan deskripsi beras segar dan olahan ............................. 31
Tabel 3.6.
Perkembangan ekspor, impor beras wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012 .............................................. 32
Tabel 3.7.
Negara tujuan ekspor beras Indonesia, 2012 ................................ 35
Tabel 3.8.
Negara asal impor beras Indonesia, 2012 ..................................... 36
Tabel 3.9.
Sepuluh negara eksportir beras (total) di dunia, 2006-2010 ........... 38
Tabel 3.10. Sepuluh negara eksportir beras olahan (tepung beras) di dunia, 2006-2010 ................................................................................. 38
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ix
2013
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Tabel 3.11. Sepuluh negara importir beras (total) di dunia, 2006-2010 ............. 39 Tabel 3.12. Sepuluh negara importir beras olahan (tepung beras) di dunia, 2006-2010.................................................................................. 40 Tabel 3.13.
Indeks spesialisasi perdagangan beras segar, olahan dan beras total di Indonesia, 2008 – 2012 .................................................... 40
Tabel 3.14.
Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self
Sufficiency Ratio (SSR) beras Indonesia, 2008 – 2012 .................... 42 Tabel 3.15.
Indeks Keunggulan Komparatif (RCA) komoditas beras Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011......................... 42
Tabel 4.1.
Perkembangan produksi jagung di provinsi sentra di Indonesia, 2008 - 2012................................................................................ 44
Tabel 4.2.
Perkembangan luas panen jagung di Indonesia, 2011 – 2012 ......... 45
Tabel 4.3.
Perkembangan harga produsen, harga konsumen, dan margin harga produsen-konsumen jagung di Indonesia, 2009 – 2011 ........ 47
Tabel 4.4.
Luas panen dan harga produsen jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur, 2011 ....................................................................... 48
Tabel 4.5.
Perkembangan harga jagung di pasar internasional, 2010-2012 ...... 49
Tabel 4.6.
Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, 2008 -2012 ...... 51
Tabel 4.7.
Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Jagung Segar dan Olahan di Indonesia, 2008 -2012 .................................. 52
Tabel 4.8.
Perkembangan nilai ekspor jagung segar dan olahan Indonesia, 2008 - 2012................................................................................ 53
Tabel 4.9.
Perkembangan nilai impor jagung segar dan olahan Indonesia, 2008 – 2012 ............................................................................... 55
Tabel 4.10. Negara tujuan ekspor jagung Indonesia, 2012............................... 57 Tabel 4.11. Negara asal impor jagung Indonesia, 2012 ................................... 58 Tabel 4.12. Perkembangan nilai ekspor jagung di negara-negara eksportir utama di dunia, 2006 – 2010 ....................................................... 60 Tabel 4.13. Perkembangan nilai impor jagung di negara-negara importir utama di dunia, 2006 – 2010 ....................................................... 61 x
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
Tabel 4.14. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) jagung segar, olahan, dan total jagung Indonesia, 2008 – 2012 ..................................... 63 Tabel 4.15. IDR dan SSR jagung Indonesia, 2008 – 2012................................ 64 Tabel 4.16. Indeks keunggulan komparatif jagung segar Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ................................................. 65 Tabel 4.17. Indeks keunggulan komparatif jagung olahan Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ................................................. 66 Tabel 5.1.
Produksi bawang merah di provinsi sentra di Indonesia, 20082012 ......................................................................................... 68
Tabel 5.2.
Perkembangan harga Produsen, harga konsumen dan margin harga produsen-konsumen bawang merah di Indonesia, 2009 – 2011 ......................................................................................... 71
Tabel 5.3.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas bawang merah, 2008 – 2012 ....................................... 72
Tabel 5.4.
Perkembangan ekspor dan impor komoditas bawang merah berdasarkan kode HS, 2008 – 2012 ............................................. 74
Tabel 5.5.
Negara tujuan ekspor bawang merah Indonesia, 2012 .................. 75
Tabel 5.6.
Negara asal impor bawang merah Indonesia, 2012 ....................... 77
Tabel 5.7.
Negara eksportir bawang merah kering terbesar dunia, 2006 – 2010 .............................................................................. 77
Tabel 5.8.
Negara importir bawang merah kering terbesar dunia, 2006 – 2010 .............................................................................. 79
Tabel 5.9.
Negara eksportir bawang merah segar terbesar dunia, 2006 – 2010 .............................................................................. 81
Tabel 5.10.
Negara importir bawang merah segar terbesar dunia, 2006 – 2010 .............................................................................. 82
Tabel 5.11.
Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) bawang merah Indonesia, 2008-– 2012 .............................................................................. 82
Tabel 5.12.
Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) bawang merah Indonesia, 2008 - 2012 ........................................ 83
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xi
2013
Tabel 5.13.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Indeks keunggulan komparatif komoditas bawang (bawang merah dan bawang Bombay) Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ..................................................................... 84
Tabel 6.1.
Perkembangan ekspor, impor dan necara perdagangan gula Indonesia, 2008-2012 ................................................................. 90
Tabel 6.2.
Kode HS dan deskripsi gula (manufaktur) ..................................... 92
Tabel 6.3.
Perkembangan ekspor dan impor gula berdasarkan kode HS .......... 93
Tabel 6.4.
Nilai indeks spesialisasi perdagangan gula tebu, 2008-2012............ 97
Tabel 6.5.
Nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) tebu/gula Indonesia, 2008-2012 ........................................ 98
Tabel 6.6.
RCA dan RSCA gula Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ........................................................................................ 99
Tabel 7.1.
Sentra Produksi Karet Indonesia, 2008 – 2012*) ......................... 107
Tabel 7.2.
Perkembangan Harga Produsen Getah Karet Tebal di Indonesia, 2002 – 2011 ............................................................. 109
Tabel 7.3.
Perkembangan Harga Internasional Karet, 2002 – 2012 ............... 110
Tabel 7.4.
Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Karet Indonesia, 2008 - 2012 ............................................................. 111
Tabel 7.5.
Perkembangan Ekspor-Impor Karet Indonesia, dalam wujud manufaktur dan primer, 2008 – 2012 ......................................... 114
Tabel 7.6.
Perkembangan Ekspor-Impor Karet Indonesia, menurut kode HS (Harmony Sistem), 2008 – 2012............................................ 116
Tabel 7.7.
Negara Tujuan Ekspor Karet Manufaktur Indonesia, 2012 ............ 117
Tabel 7.8.
Negara Tujuan Ekspor Karet Primer Indonesia, 2012 ................... 118
Tabel 7.9.
Negara Asal Impor Karet Primer Indonesia, 2012......................... 120
Tabel 7.10. Negara Eksportir Karet Terbesar Dunia, 2006 – 2010 ................... 121 Tabel 7.11. Negara Importir Karet Terbesar Dunia, 2006 – 2010 .................... 122 Tabel 7.12. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) karet primer, karet manufaktur dan total karet Indonesia, 2008 – 2012 ................... 123
xii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
Tabel 7.13. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) karet Indonesia, 2008 – 2012 ................................................... 125 Tabel 7.14. Indeks keunggulan komparatif karet Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008-2011 ................................................. 126 Tabel 7.15. Hasil perhitungan nilai RCA dan RSCA karet Indonesia, 20082011 ....................................................................................... 128 Tabel 7.16. Hasil perhitungan Constant Market Share Analysis (CMSA) karet Indonesia ke dunia, 2008 - 2011 ............................................... 129
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xiii
2013
xiv
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1.
Perkembangan volume ekspor dan impor komoditas pertanian, 2008 – 2012 ........................................................... 11
Gambar 2.2.
Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas pertanian, 2008 – 2012 ............................................ 12
Gambar 2.3.
Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata nilai ekspor dan impor, 2008 - 2012 ................................................. 13
Gambar 2.4.
Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata volume ekspor dan impor, 2008 – 2012 ................................................ 13
Gambar 2.5.
Perkembangan neraca perdagangan sub sektor pertanian, tahun 2008 – 2012 .................................................................. 14
Gambar 3.1.
Provinsi sentra produksi padi di Indonesia, 2008 - 2012 .............. 22
Gambar 3.2.
Perkembangan pola panen padi di Indonesia, 2010 - 2012.......... 23
Gambar 3.3.
Perkembangan harga GKG di tingkat petani, 2011 – 2012 ........... 24
Gambar 3.4.
Perkembangan harga konsumen beras, 2011 - 2012 .................. 25
Gambar 3.5.
Perkembangan disparitas antara harga produsen (gabah/GKG) dan harga konsumen (beras), 2011 - 2012 ............ 26
Gambar 3.6.
Perkembangan harga beras Thailand, Vietnam dan IR64, 2011 - 2012 ............................................................................ 27
Gambar 3.7.
Perkembangan neraca perdagangan beras Indonesia, 2008 2012....................................................................................... 29
Gambar 3.8.
Kontribusi ekspor – impor beras segar dan olahan di Indonesia, 2012 ...................................................................... 30
Gambar 3.9.
Beras wujud segar yang diekspor dan diimpor Indonesia, 2012....................................................................................... 33
Gambar 3.10. Beras wujud olahan yang diekspor dan diimpor Indonesia, 2012....................................................................................... 33 Gambar 3.11. Negara tujuan ekspor beras Indonesia, 2012 ............................. 34
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xv
2013
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Gambar 3.12. Negara asal impor beras Indonesia, 2012................................... 36 Gambar 3.13. Sepuluh negara pengekspor beras (total) dan tepung beras, 2006 – 2010 ............................................................................ 37 Gambar 3.14. Sepuluh negara pengimpor beras (total) dan tepung beras, 2006 – 2010 ............................................................................ 39 Gambar 4.1.
Provinsi sentra produksi jagung di Indonesia, 2008 – 2012 .......... 44
Gambar 4.2.
Perkembangan luas panen jagung di Indonesia, 2011-2012 ......... 45
Gambar 4.3.
Perkembangan harga produsen dan harga konsumen jagung di Indonesia, 2009 -2011 .......................................................... 46
Gambar 4.4.
Perkembangan harga produsen dan luas panen jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur, 2011 .......................................... 47
Gambar 4.5.
Perkembangan harga internasional jagung, 2010 – 2012 ............. 49
Gambar 4.6.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan jagung Indonesia , 2008 - 2012................................................. 50
Gambar 4.7.
Kontribusi nilai ekspor jagung segar menurut wujud hasilnya, 2008 - 2012 ............................................................................. 53
Gambar 4.8.
Kontribusi nilai ekspor jagung olahan menurut wujud hasilnya, 2008 - 2012 ............................................................................. 54
Gambar 4.9.
Kontribusi nilai impor jagung segar menurut wujud hasilnya, 2008 - 2012 ............................................................................. 54
Gambar 4.10. Kontribusi nilai impor jagung olahan menurut wujud hasilnya, 2008 - 2012 ............................................................................. 55 Gambar 4.11. Negara tujuan ekspor jagung Indonesia, 2012 ............................ 56 Gambar 4.12. Negara asal impor jagung Indonesia, 2012................................ .58 Gambar 4.13. Negara eksportir jagung pipilan kering terbesar dunia, 2006 2010 ....................................................................................... 59 Gambar 4.14. Negara importir jagung pipilan kering terbesar dunia, 2006 2010 ....................................................................................... 61
xvi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
Gambar 4.15. Perkembangan nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) jagung segar, olahan, dan total jagung Indonesia, 2008 2012....................................................................................... 63 Gambar 5.1.
Provinsi sentra produksi bawang merah di Indonesia, 2008 – 2012............................................................................ 68
Gambar 5.2.
Perkembangan produksi bulanan bawang merah di Indonesia, 2009 -2011 ............................................................................. 69
Gambar 5.3.
Perkembangan harga produsen dan konsumen bawang merah di Indonesia, 2009 - 2011 ........................................................ 70
Gambar 5.4.
Perkembangan harga produsen dan produksi bawang merah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, 2011 ...................................... 72
Gambar 5.5.
Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan bawang merah Indonesia, 2008 – 2012 ..................................... 73
Gambar 5.6.
Negara tujuan utama bawang merah Indonesia, 2012 ................ 75
Gambar 5.7.
Negara asal utama bawang merah Indonesia, 2012.................... 76
Gambar 5.8.
Negara eksportir bawang merah kering terbesar di dunia, 2006 - 2010 ............................................................................ 78
Gambar 5.9.
Negara importir bawang merah kering terbesar di dunia, 2006 - 2010 .................................................................................... 79
Gambar 5.10. Negara eksportir bawang merah segar terbesar di dunia, 2006 - 2010 .................................................................................... 80 Gambar 5.11. Negara importir bawang merah segar terbesar di dunia, 2006 - 2010 .................................................................................... 81 Gambar 6.1.
Provinsi sentra produksi tebu di Indonesia, 2008-2012 ............... 86
Gambar 6.2.
Perkembangan harga rata-rata gula pasir di dalam negeri, 1997 - 2012 ........................................................................... 87
Gambar 6.3.
Perkembangan harga rata-rata konsumen gula pasir, 2009 2012....................................................................................... 88
Gambar 6.4.
Perkembangan harga internasional gula pasir, 2010-2012 ........... 89
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xvii
2013
Gambar 6.5.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan gula Indonesia, 2008-2012 ....................................................... 91
Gambar 6.6.
Negara tujuan ekspor gula tebu Indonesia, 2012 ........................ 94
Gambar 6.7.
Negara asal Impor Gula Indonesia, 2012.................................... 95
Gambar 6.8.
Negara eksportir gula terbesar di dunia, 2006-2010 .................... 96
Gambar 6.9.
Negara Importir Gula terbesar di dunia, 2006-2010..................... 96
Gambar 7.1.
Provinsi sentra produksi karet kering di Indonesia, 2008-2012 ... 106
Gambar 7.2.
Perkembangan Harga Karet Getah Tebal di Indonesia, 20022011 ..................................................................................... 108
Gambar 7.3.
Perkembangan harga produsen getah karet tebal di beberapa provinsi sentra produksi, 2002 - 2011 ...................................... 108
Gambar 7.4.
Perkembangan harga internasional karet berdasarkan jenis harga, 2002 – 2012 ................................................................ 110
Gambar 7.5.
Perkembangan nilai ekspor, impor, dan neraca perdagangan karet Indonesia, 2008 – 2012.................................................. 112
Gambar 7.6.
Persentase ekspor dan impor karet primer dan manufaktur Indonesia, 2012 ..................................................................... 113
Gambar 7.7.
Persentase ekspor karet Indonesia berdasarkan kode HS, 2008-2012 ............................................................................. 115
Gambar 7.8.
Negara Tujuan Ekspor Karet Wujud Manufaktur Indonesia, 2012 ..................................................................................... 117
Gambar 7.9.
Negara Tujuan Ekspor Karet Wujud Primer Indonesia, 2012 ...... 118
Gambar 7.10. Negara Asal Impor Karet Wujud Primer Indonesia, 2012 ........... 119 Gambar 7.11. Negara eksportir karet terbesar dunia, 2006 - 2010 .................. 121 Gambar 7.12. Negara importir karet terbesar dunia, 2006 - 2010 .................... 122 Gambar 7.13. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) karet primer, manufaktur dan total karet Indonesia, 2008 – 2012 .................. 124 Gambar 7.14. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) karet Indonesia, 2008 – 2012 ........................................ 125
xviii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1
2013
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 2.1.
Perkembangan volume ekspor dan impor sub sektor Pertanian, 2008 – 2012 ......................................................... 18
Lampiran 2.2.
Perkembangan nilai neraca perdagangan sub sektor Pertanian, 2008 – 2012 ......................................................... 19
Lampiran 6.1.
Provinsi sentra produksi tebu di Indonesia, 2008-2012........... 100
Lampiran 6.2.
Perkembangan harga gula pasir di pasar dalam negeri, 1997 – 2012 ............................................................................... 100
Lampiran 6.3.
Perkembangan harga rata-rata konsumen gula pasir, 20092012 .................................................................................. 101
Lampiran 6.4.
Perkembangan harga internasional gula, 2010-2012 .............. 101
Lampiran 6.5.
Ekspor gula tebu Indonesia menurut negara tujuan, 2012 ...... 101
Lampiran 6.6.
Impor gula tebu Indonesia menurut negara asal, 2012 .......... 102
Lampiran 6.7.
Negara Eksportir gula terbesar di dunia, 2006-2012............... 102
Lampiran 6.8.
Negara Importir gula terbesar di dunia, 2006-2012................ 103
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xix
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. L ATAR BELAKANG
Peranan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomian di Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012 yang cukup besar yaitu sekitar 14,44% atau setara Rp 1.190 trilyun (angka sangat sementara, BPS) dan menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan.
Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga
kerja sebesar 33,89 persen tenaga kerja terserap di sektor pertanian dari total tenaga kerja Indonesia. Perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan luar negeri (internasional) untuk komoditas pertanian yang meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan masih cukup luas untuk terus dikembangkan. Sektor pertanian sudah terbukti merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional, mengingat sektor pertanian terbukti masih dapat memberikan kontribusi pada perekonomian nasional walaupun pada saat terjadi krisis. Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan. Kementerian Pertanian menetapkan 4 sukses pembangunan pertanian, dimana salah satunya adalah “Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor”. Indonesia memiliki potensi besar untuk menggandakan perolehan ekspor berbagai komoditi pertanian di satu sisi, dan menekan impor, terutama komoditi-komoditi pertanian yang dapat dibudidayakan di dalam negeri. Untuk itu pelaksanaan pembangunan pertanian
memerlukan
paket
kebijakan
komprehensif yang mampu meningkatkan keunggulan kompetitif berbagai komoditi potensial untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus untuk menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian nasional di tengah-tengah percaturan global dan mewujudkan swasembada pangan. Oleh karena itu, untuk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kinerja ekspor pertanian sebagai salah satu andalan sumber devisa negara, maka kebijakan dan langkah-langkah terobosan ke depan sangat diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) mulai tahun 2009 telah melakukan analisis mengenai kinerja perdagangan komoditas pertanian yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kinerja perdagangan beberapa komoditas unggulan pertanian serta posisi Indonesia di pasar internasional akan produk pertaniannya. Analisis ini diterbitkan dalam bentuk Buku Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian (ISSN No. 2086-4949). Analisis kinerja perdagangan Volume 4 No. 1 Tahun 2013 berisi analisis untuk komoditas beras, jagung, bawang merah, gula dan karet. 1.2. METODOLOGI 1.2.1. Sumber Data dan Informasi Analisis kinerja perdagangan komoditas pertanian tahun 2013 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, Dewan Gula Indonesia, World Bank, Food and Agriculture
Organization (FAO), dan Uncomtrade. 1.2.2. Cakupan Komoditas Cakupan komoditas pertanian yang dianalisis pada Buku Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 No. 1 Tahun 2013 antara lain meliputi komoditas unggulan nasional yaitu beras dan jagung (sub sektor tanaman pangan), bawang merah (sub sektor hortikultura), serta gula dan karet (sub sektor perkebunan).
2
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
1.2.3. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan analisis kinerja perdagangan komoditas pertanian adalah sebagai berikut : a.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis keragaan, diantaranya dengan
menyajikan nilai rata-rata pertumbuhan per tahun, rata-rata
dan
persen
kontribusi (share) yang mencakup indikator kinerja perdagangan komoditas pertanian meliputi : Produksi dan Luas Panen Harga produsen, konsumen, dan internasional Volume dan nilai ekspor-impor, berdasarkan wujud segar/primer dan olahan/manufaktur, serta berdasarkan kode HS (Harmony Sistem) Negara tujuan ekspor dan negara asal impor Negara eksportir dan importir dunia b.
Analisis Inferensia Analisis inferensia yang digunakan dalam analisis kinerja perdagangan
komoditas pertanian antara lain : Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas.
ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu
komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas Pertanian tersebut.
Secara umum ISP dapat
dirumuskan sebagai berikut :
ISP
X ia - M ia X ia M ia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
dimana :
X ia = volume atau nilai ekspor komoditas ke-i Indonesia M ia = volume atau nilai impor komoditas ke-i Indonesia Nilai ISP adalah -1 s/d -0,5
: Berarti komoditas tersebut pada tahap pengenalan dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau negara bersangkutan sebagai pengimpor suatu komoditas
-0,4 s/d 0,0 : Berarti komoditas tersebut pada tahap substitusi impor dalam perdagangan dunia 0,1 s/d 0,7
: Berarti komoditas tersebut dalam tahap perluasan ekspor dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat
0,8 s/d 1,0 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap pematangan dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang sangat kuat. Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage – RCA) dan RSCA (Revealead Symetric Comparative Advantage) Indeks
Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David Ricardo yang melihat
bahwa
kedua
negara
akan
mendapatkan
keuntungan
dari
perdagangan apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk-produk yang memiliki comparative advantage dalam keadaan autarky (tanpa perdagangan). Balassa (1965) menemukan suatu pengukuran terhadap keunggulan komparatif suatu negara secara empiris dengan melakukan penghitungan matematis terhadap data-data nilai ekspor suatu negara dibandingkan dengan nilai ekspor dunia. Penghitungan Balassa ini disebut
Revealed Comparative Advantage (RCA) yang kemudian dikenal dengan Balassa RCA Index :
4
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
X ij RCA
Xj X iw
Xw
dimana:
X ij : Nilai ekspor komoditi i dari negara j (Indonesia) X j : Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia)
X iw : Nilai ekspor komoditi i dari dunia X w : Total nilai ekspor non migas dunia Sebuah produk dinyatakan memiliki daya saing jika RCA>1, dan tidak berdaya saing jika RCA 1 dan tidak berdaya saing bila RCA < 1, sehingga nilai dimulai dari 0 sampai tak terhingga. Keterbatasan analisis RCA ini
dikembangkan
menjadi
RSCA
(Revealed
Symmetric
Comparative
Advantage) yang memilki penilaian antara -1 sampai dengan 1 sehingga sebuah produk dikatakan memiliki daya saing bila RSCA > 0 dan tidak memiliki daya saing bila RSCA < 0. Hasil perhitungan RSCA komoditas jagung segar dan olahan di Indonesia disajikan pada Tabel 4.16 dan Tabel 4.17. Tabel 4.16. Indeks keunggulan komparatif jagung segar Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 No
Uraian
Nilai Ekspor (000 US$) 2008
2009
2010
2011
1 Jagung segar Indonesia Dunia
28.906
18.841
11.321
9.464
26.320.015
19.325.994
21.794.593
32.559.833
107.894.200
97.491.700
129.739.500
162.019.600
13.157.364.489
10.563.721.834
12.725.891.053
14.756.917.803
2 Non Migas Indonesia Dunia 3 Rasio Indonesia
0,00
0,00
0,00
0,00
Dunia
0,00200
0,00183
0,00171
0,00221
RCA
0,13393
0,10564
0,05095
0,02647
-0,81
-0,90
-0,95
RSCA -0,76 Sumber: BPS dan UNComtrade, diolah Pusdatin
Berdasarkan hasil analisis RSCA pada Tabel 4.16 terlihat bahwa komoditas jagung segar Indonesia tidak memiliki keunggulan komperatif di perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dari nilai RSCA yang bernilai negatif cukup besar dari tahun ke tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa produksi jagung Indonesia hanya digunakan untuk keperluan dalam negeri, dan tidak Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
65
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
berperan di perdagangan dunia. Demikian pula, berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.17 menunjukkan bahwa nilai RSCA jagung olahan Indonesia pada tahun 2008 sebesar -0,96 yang berarti bahwa jagung olahan Indonesia sangat tidak mempunyai daya saing di pasar global. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, nilai RSCA jagung olahan sedikit beranjak naik namun masih bernilai negatif yakni menjadi -0,59, sehingga masih belum mempunyai daya saing di pasar global. Perkembangan nilai RSCA jagung olahan di Indonesia secara lengkap tersaji pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Indeks keunggulan komparatif jagung olahan Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011
No
Uraian
Nilai Ekspor (000 US$) 2008
2009
2010
2011
1 Jagung olahan Indonesia Dunia
419
378
790
9.190
2.591.710
2.068.347
2.382.144
3.226.701
107.894.200
97.491.700
129.739.500
162.019.600
13.157.364.489
10.563.721.834
12.725.891.053
14.756.917.803
2 Non Migas Indonesia Dunia 3 Rasio Indonesia
0,00
0,00
0,00
0,00
Dunia
0,00
0,00
0,00
0,00
0,01970
0,01978
0,03252
0,25941
-0,96
-0,94
-0,59
RCA
RSCA -0,96 Sumber: BPS dan UNComtrade, diolah Pusdatin
66
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
V. KINERJA PERDAGANGAN BAWANG MERAH Bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) adalah sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Bawang merah mengandung vitamin C, Kalium, serat dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena
mengandung
efek
antiseptik
dan
senyawa
alliin
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah). Potensi bawang merah sangat bagus karena tanaman ini dapat dibudidayakan hampir di seluruh Indonesia, namun masalah yang sering dihadapi oleh bawang merah adalah fluktuasi harga yang tidak menentu. Pada waktu tertentu seperti hari raya lebaran, natal dan tahun baru, harga bawang merah terkadang menjadi sangat tinggi. Bila kondisi seperti itu tidak diimbangi dengan meningkatkan supply maka akan meningkatkan inflasi. Analisis berikut akan mengulas kinerja perdagangan komoditas bawang merah berdasarkan atas data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, FAO dan Uncomtrade. 5.1. SENTRA PRODUKSI BAWANG MERAH Berdasarkan rata-rata produksi bawang merah tahun 2008 – 2012, terdapat empat provinsi sentra bawang merah dengan kontribusi kumulatif mencapai 86,72% terhadap total produksi bawang merah Indonesia. Provinsi Jawa Tengah merupakan produsen bawang merah terbesar dengan persentase kontribusi mencapai 43,36% dari total produksi bawang merah Indonesia (Gambar 5.1). Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat berada di urutan kedua dan ketiga dengan kontribusi masing-masing sebesar 20,89% dan 12,16%, selanjutnya Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan kontribusi sebesar 10,30% Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
67
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
dari total produksi bawang merah Indonesia. Provinsi-provinsi sentra produksi lainnya memberikan kontribusi kurang dari 3%. Secara rinci data provinsi sentra produksi bawang merah di Indonesia disajikan pada Tabel 5.1.
13,28% 10,30% 12,16% 43,36%
20,89%
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
Nusa Tenggara Barat
Provinsi Lainnya
Gambar 5.1. Provinsi sentra produksi bawang merah di Indonesia, 2012
2008 –
Tabel 5.1. Produksi bawang merah di provinsi sentra di Indonesia, 2008 – 2012
2008
2009
2010
2011
1 Jawa Tengah
379.903
406.725
506.357
372.256
Share Rata-rata Share kumulatif (Ton) (%) 2012 (%) 381.813 409.411 43,36 43,36
2 Jawa Timur
181.517
181.490
203.739
198.388
221.169
197.261
20,89
64,25
3 Jawa Barat
116.929
123.587
116.396
101.273
115.896
114.816
12,16
76,41
68.748
133.945
104.324
78.300
100.989
97.261
10,30
86,72
106.518
119.417
118.118
142.907
140.205
125.433
13,28
100,00
853.615
965.164
1.048.934
893.124
960.072
No
Propinsi
4 Nusa Tenggara Barat 5 Lainnya Total
Produksi (Ton)
Sumber
: Badan Pusat Statistik
68
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
944.182 100,00
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
5.2 KERAGAAN HARGA BAWANG MERAH Bawang merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi harga yang relatif tinggi. Keragaan harga bawang merah akan dipengaruhi oleh perkembangan produksi bawang merah. Produksi bulanan bawang merah tahun 2009 - 2011 di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.2. Berdasarkan keragaan data tahun 2009 dan 2011 produksi bawang merah yang cukup tinggi di Indonesia terjadi pada bulan Juni – Agustus. Pada tahun 2009 produksi tertinggi terjadi pada bulan Juni, tahun 2010 bulan Agustus dan pada tahun 2011 produksi teringgi bawang merah terjadi pada bulan Juli. 180.000 160.000 140.000
(Ton)
120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 Jan
Feb
Mar
Apr 2009
Mei
Jun 2010
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
2011
Gambar 5.2. Perkembangan produksi bulanan bawang merah di Indonesia, 2009 -2011 Perkembangan harga produsen bawang merah di Indonesia selama periode 2009 – 2010 menunjukkan kecenderungan meningkat sementara tahun 2011 polanya menurun. Pada tahun 2009 harga produsen bawang merah meningkat dengan rata-rata sebesar 0,62% yakni dari Rp.10.280,-/kg pada bulan Januari menjadi Rp.10.946,-/kg pada bulan Desember. Demikian pula pada tahun 2010 harga produsen bawang merah meningkat 1,86% dari Rp.10.707,-/kg menjadi Rp.13.003,-/kg. Sedangkan tahun 2011 harga produsen Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
69
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
bawang merah menurun sebesar 0,44% dari Rp.12.892,-/kg bulan Januari menjadi Rp.12.244,-/kg bulan Desember. Harga bawang merah di tingkat produsen tertinggi pada periode 2009-2011 adalah pada bulan Maret tahun 2011 sebesar Rp.13.687,-/kg (Gambar 5.3). Sementara rata-rata harga bawang merah di tingkat konsumen pada tahun 2009 sebesar Rp. 14.050,-/kg dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,70% dan pada tahun 2010 rata-rata harga konsumen bawang merah sebesar Rp. 18.893,-/kg dengan rata-rata peningkatan 6,12%. Pada tahun 2011, ratarata harga bawang merah ditingkat konsumen cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 25.928,-/kg, namun rata-rata pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar 2%. Harga bawang merah di tingkat konsumen tertinggi pada periode 20092011 adalah pada bulan yang sama dengan harga di tingkat produsen yaitu, bulan Maret tahun 2011 sebesar Rp.29.328,-/kg. (Gambar 5.3).
(Rp/kg)
32.500 27.500 22.500 17.500 12.500 7.500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2.500
2009
2010
Harga Produsen
2011
Harga Konsumen
Gambar 5.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen bawang merah di Indonesia, 2009 – 2011 Margin perdagangan bawang merah antara produsen dan konsumen cenderung naik selama tahun 2009-2011. Peningkatan harga jagung di tingkat konsumen yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan harga di tingkat 70
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
produsen menyebabkan margin harga bawang merah semakin melebar terlihat mulai bulan Juni 2010. Pada kurun waktu tersebut terjadi disparitas harga bawang merah yang semakin lebar antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Hal ini mengindikasikan terjadinya kesenjangan informasi dan posisi tawar antara produsen dan konsumen. Perkembangan harga bawang merah di tingkat produsen dan konsumen serta margin harga produsen-konsumen bawang merah di Indonesia tahun 2009 – 2011 secara rinci disajikan pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Perkembangan harga Produsen, harga konsumen dan margin harga produsen-konsumen bawang merah di Indonesia, 2009 – 2011 Bulan Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Rata-rata Pertumbuhan (%)
Harga Produsen (Rp/kg) 2009 2010 2011
10.280 10.707 12.892
2009 2010 2011
13.093 14.226 27.726
2009 2.813 2010 3.519 2011 14.834 Sumber : BPS
10.707 11.272 10.934 10.923 10.631 11.137 11.488 11.281 10.729 10.770 11.152 11.111 11.374 12.739 12.197 12.112 13.149 13.687 13.385 12.877 12.976 13.361 13.085 12.617 Harga Konsumen (Rp/kg) 13.632 14.423 14.198 13.977 13.591 14.523 15.034 14.425 14.482 14.878 15.448 15.763 17.113 20.669 21.270 20.398 28.687 29.328 27.123 26.152 26.561 27.480 25.798 24.411 Margin Harga Produsen - Konsumen (Rp/kg) 2.925 3.150 3.264 3.054 2.960 3.387 3.546 3.145 3.753 4.108 4.296 4.652 5.739 7.930 9.074 8.286 15.538 15.641 13.738 13.275 13.585 14.119 12.713 11.794
10.898 10.932 10.946 12.301 12.891 13.003 12.442 12.450 12.244
0,62 1,86 -0,44
13.741 13.926 14.035 21.430 24.223 26.821 23.260 22.596 22.018
0,70 6,12 -2,00
2.843 2.994 3.089 9.129 11.332 13.818 10.818 10.146 9.774
1,14 13,86 -3,56
Pada provinsi sentra bawang merah di Indonesia yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2011, terlihat bahwa penurunan harga produsen bawang merah dipengaruhi oleh naiknya produksi bawang merah. Penurunan harga produsen bawang merah di provinsi Jawa Tengah tersebut terjadi pada bulan Oktober – Nopember dengan produksi bawang merah meningkat pada bulan tersebut. Sementara pada provinsi Jawa Timur, pada bulan Juli – Agustus produksi bawang merah meningkat diikuti dengan turunnya harga bawang merah. Produksi dan harga bawang merah di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun 2011 tersaji pada Gambar 5.4.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
71
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Jawa Tengah
Jawa Timur (Ton) 70.000
(Rp/kg) 9.000
(Rp/kg) 8.400
(Ton 50.000
8.200
45.000
8.000
40.000
50.000
7.800
35.000
5.000
40.000
7.600
30.000
4.000
30.000
7.400
25.000
7.200
20.000
7.000
15.000
6.800
10.000
6.600
5.000
8.000
60.000
7.000 6.000
3.000
20.000
2.000
10.000
1.000 -
0
6.400
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Produksi
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Harga Produsen
Produksi
Harga Produsen
Gambar 5.4. Perkembangan harga produsen dan produksi bawang merah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, 2011 5.3.
KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN BAWANG MERAH
5.3.1. Keragaan Ekspor Impor Bawang Merah Indonesia Kinerja perdagangan bawang merah pada skala internasional didekati dari neraca perdagangan ekspor impor bawang merah. Ekspor dan impor bawang merah dilakukan semuanya dalam bentuk segar. Perkembangan neraca perdagangan bawang merah tahun 2008 – 2012 mengalami defisit. Defisit neraca perdagangan bawang merah terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 70,85 juta dengan volume sebesar 146,67 ribu ton. Keragaan ekspor-impor bawang merah Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas bawang merah, 2008 – 2012 No.
Uraian
1. Ekspor - Volume (Ton) - Nilai (000 US$) 2. Impor - Volume (Ton) - Nilai (000 US$) 3. Neraca Perdagangan - Volume (Ton) - Nilai (000 US$) Sumber: BPS, diolah Pusdatin
72
Tahun 2010
2009
12.313,86 4.533,84
12.821,57 4.347,61
3.233,53 1.814,43
13.792,16 6.594,47
19.084,78 8.812,03
73,56 58,68
128.015,47 53.814,40
67.329,62 28.942,31
73.270,01 33.861,55
160.467,37 77.443,94
122.190,72 54.479,60
14,14 17,46
-115.701,61 -49.280,57
-54.508,05 -24.594,70
-70.036,48 -32.047,13
-146.675,21 -103.105,95 -70.849,47 -45.667,56
13,83 16,44
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2011
Pertumbuhan (%) 2008-2012
2008
2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Berdasarkan data pada Tabel 5.3 terlihat bahwa defisit neraca perdagangan bawang merah cenderung semakin tinggi dari tahun ke tahun. Defisit neraca perdagangan pada sisi volume meningkat sebesar 13,83% per tahun, dimana pertumbuhan volume ekspor naik sebesar 73,56% per tahun dan volume impor naik sebesar 14,14% per tahun. Begitu juga defisit neraca perdagangan dari sisi nilai juga semakin meningkat dengan rata-rata kenaikan mencapai 16,44% per tahun. Perkembangan neraca nilai perdagangan bawang merah dapat dilihat pada Gambar 5.5. Terlihat bahwa perkembangan nilai ekspor bawang merah meningkat namun di tahun 2010 nilai ekspor bawang merah paling rendah pada periode 2008 – 2012, sementara nilai impor bawang merah cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun. (000 US$) 80.000 60.000 40.000 20.000
-20.000
2008
2009
2010
2011
2012
-40.000 -60.000
-80.000 Nilekspor
Nilimpor
Neraca Perdagangan
Gambar 5.5. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan bawang merah Indonesia, 2008 – 2012 Ekspor bawang merah dilakukan dalam bentuk segar yang terdiri dari 2 kode HS (Harmony System), yaitu kode HS 0703102100
(bawang merah
benih) dan 0703102900 (bawang merah konsumsi). Untuk bawang merah benih terlihat bahwa volume ekspor dan nilai ekspornya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bawang merah yang untuk konsumsi. Begitu juga volume Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
73
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
impor dan nilai impor bawang merah benih lebih rendah dibandingkan dengan bawang merah yang untuk konsumsi. Pada tahun 2009, volume ekspor bawang merah benih bernilai 0 dengan rata-rata volume ekspor periode 2008 – 2012 sebesar 70,16 ton dengan ratarata nilai ekspornya yaitu US$ 52,65 ribu ton. Sementara untuk bawang merah konsumsi, rata-rata volume ekspornya sebesar 12,18 ribu ton dengan rata-rata nilai ekspornya US$5,17 juta ton. Tabel 5.4. Perkembangan ekspor dan impor komoditas bawang merah berdasarkan kode HS, 2008 – 2012 No.
Uraian
1.
Volume Ekspor (Ton) 0703102100 0703102900 2. Nilai Ekspor (000 US$) 0703102100 0703102900 3. Volume Impor 0703102100 0703102900 5. Nilai Impor 0703102100 0703102900 Sumber: BPS, diolah Pusdatin
2008 12.313,86 16,41 12.297,45 4.533,84 2,54 4531,30 128.015,47 185,00
2009 12.821,57 0,00 12.821,57 4.347,61 0,00 4347,61 67.329,62 3.574,82
Tahun 2010 3.233,88 1,88 3.232,00 1.814,43 0,25 1814,18 73.270,41 2.697,66
2011 13.792,16 1,50 13.790,66 6.594,47 0,41 6594,06 160.467,37 4.086,36
2012 19.084,78 331,00 18.753,78 8.812,03 260,07 8551,97 122.190,72 1.836,80
127.830,47 53.814,40 69,77 53.744,63
63.754,80 28.942,31 1.350,72 27.591,59
70.572,76 33.861,94 1.196,49 32.665,45
156.381,01 77.443,94 1.922,20 75.521,74
120.353,92 54.479,60 865,07 53.614,53
Rata-rata 2008 - 2012 70,16 12.179,09 52,65 5.167,82 2.476,13 107.778,59 1.080,85 48.627,59
5.3.2. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia Bawang Merah yang banyak di ekspor oleh Indonesia adalah bawang merah konsumsi. Pada tahun 2012, total Ekspor bawang merah baik konsumsi atau benih dari Indonesia yang terbesar adalah ke Thailand sebesar 11.160,53 ton atau mencapai 60,24% dari total nilai ekspor bawang merah Indonesia. Negara kedua terbesar adalah Vietnam sebesar 4.667,80 ton atau 21,52% dari total nilai ekspor bawang merah Indonesia. Negara selanjutnya adalah ke Malaysia (8,28%) dan Singapura (6,97%) dengan nilai ekspor masing-masing sebesar US$ 729 ribu dan US$ 614 ribu. Selanjutnya, ekspor bawang merah 74
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
indonesia ditujukan ke Taiwan dengan total ekspor mencapai 2,34% atau sebesar US$ 206 ribu (Gambar 5.6). Negara tujuan ekspor lainnya untuk bawang merah dari Indonesia memiliki total ekspor dibawah 1% saja. Ekspor bawang merah tahun 2012 menurut negara tujuan secara rinci disajikan pada tabel 5.5. 21,52% 8,28% 6,97%
2,34% 60,25%
Thailand
0,64%
Vietnam
Malaysia
Singapura
Taiwan
Lainnya
Gambar 5.6. Negara tujuan utama bawang merah Indonesia, 2012 Tabel 5.5. Negara tujuan ekspor bawang merah Indonesia, 2012 No. 1.
Uraian Bawang Merah
Negara Tujuan Thailand Vietnam Malaysia Singapura Taiwan Cina Timor Leste Philipina Benin Australia Hongkong Papua New Gini Arab Saudi
Total Ekspor
Ekspor 2012 Volume Nilai (Ton) (000 US$) 11.160,53 5.308,63 4.667,80 1.896,30 1.407,83 729,20 974,60 614,56 708,04 206,51 58,00 14,21 48,00 7,94 47,41 6,43 9,55 23,88 2,40 3,60 0,28 0,51 0,25 0,12 0,09 0,14 19.084,78 8.812,03
% thd. Total Ekspor Volume 58,48 24,46 7,38 5,11 3,71 0,30 0,25 0,25 0,05 0,01 0,00 0,00 0,00 100,00
Nilai 60,24 21,52 8,28 6,97 2,34 0,16 0,09 0,07 0,27 0,04 0,01 0,00 0,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
75
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Asal impor bawang merah didominasi oleh tiga negara asal, yaitu Thailand, Vietnam, dan dari India. Pada tahun 2012 realisasi impor bawang merah mencapai 122.190,72 ton senilai US$ 54,48 ribu. Pada tahun 2012 impor bawang merah dari Thailand mencapai US$ 21,81 ribu atau 40,02% dari total nilai impor bawang merah Indonesia, Vietnam sebesar US$ 20,26 ribu (37,18%) dan India sebesar US$ 8,03 ribu (14,74%) (Gambar 5.7). Negara asal impor bawang merah Indonesia tahun 2012 secara rinci disajikan pada Tabel 5.6 4,94%
1,88%
1,23%
14,74%
40,02%
37,18% Thailand
Vietnam
India
Philipina
Cina
Negara Lainnya
Gambar 5.7. Negara asal utama bawang merah Indonesia, 2012
76
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Tabel 5.6. Negara asal impor bawang merah Indonesia, 2012 No. 1.
Uraian
Negara Asal
Bawang Merah
Thailand Vietnam India Philipina Cina Malaysia Myanmar Taiwan Bangladesh New Zealand Perancis Belanda Lainnya
Total Impor
Impor 2012 Volume Nilai (Ton) (000 US$) 43.706 21.805 45.106 20.257 24.180 8.031 5.883 2.690 1.492 672 768 613 652 252 162 72 86 29 52 13 43 33 3 1 58 11 122.190,72 54.479,59
% thd. Total Impor Volume
Nilai
35,77 36,91 19,79 4,81 1,22 0,63 0,53 0,13 0,07 0,04 0,04 0,00 0,05 100,00
40,02 37,18 14,74 4,94 1,23 1,12 0,46 0,13 0,06 0,05 0,02 0,00 0,02 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
5.3.3. Negara Eksportir dan Importir bawang merah Dunia Berdasarkan data FAO terdapat 2 jenis wujud bawang merah yang diekspor, yaitu bawang merah kering dan bawang merah segar. Pada periode tahun 2006 – 2010 terdapat enam negara eksportir bawang merah kering terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 67,26% terhadap total volume ekspor bawang merah kering dunia, yaitu negara Belanda, India, Meksiko, AS, Cina, dan Spanyol (Tabel 5.7). Tabel 5.7. Negara eksportir 2006 – 2010
bawang
merah
kering
terbesar
Nilai Ekspor (000 US$) No.
Negara
1 2 3 4 5 6 … 76
Belanda India Meksiko AS Cina Spanyol Indonesia Negara lain Dunia
2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata
Share (%)
269.164 257.349 230.042 145.102 153.913 92.796
384.584 251.197 233.880 185.814 145.750 131.422
375.646 422.832 301.007 182.507 133.026 96.878
386.037 479.650 277.044 169.221 156.840 90.556
622.369 465.312 255.065 260.521 250.797 124.018
407.560 375.268 259.408 188.633 168.065 107.134
18,20 16,76 11,59 8,42 7,51 4,78
775 527.662 1.676.803
71 748.975 2.081.693
155 693.999 2.206.050
69 693.195 2.252.612
36 1.000.410 2.978.492
221 732.848 2.239.137
0,01 32,73 100,00
dunia, Share Kumulatif (%) 18,20 34,96 46,55 54,97 62,48 67,26 67,27 100,00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
77
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
18,20%
16,76%
11,59%
32,73% 0,01%
8,42% 4,78%
Belanda
India
Cina
Spanyol
7,51%
Meksiko Indonesia
AS Negara Lainnya
Gambar 5.8. Negara eksportir bawang merah kering terbesar di dunia, 2006 – 2010 Belanda merupakan negara dengan rata-rata nilai ekspor terbesar selama periode 2006 – 2010 dengan kontribusi nilai ekspor bawang merah kering sebesar 18,20% terhadap total nilai ekspor bawang merah kering dunia. Negara eksportir kedua dan ketiga adalah negara India dan Meksiko dengan kontribusi terhadap total nilai ekspor dunia masing-masing sebesar 16,76% dan 11,59%. Sedangkan tiga negara lainnya hanya menyumbangkan kurang dari 10% yaitu negara Amerika Serikat, Cina dan Spanyol. Indonesia sebagai negara eksportir bawang merah kering menempati urutan 76 dengan rata-rata nilai ekspor pada periode tahun 2006 – 2010 sebesar US$ 221 ribu ton per tahun atau hanya 0,01% dari total nilai ekspor dunia bawang merah kering. Negara-negara eksportir terbesar untuk komoditas bawang merah kering selengkapnya disajikan pada Gambar 5.8. Bila dilihat nilai impor bawang merah kering dunia tahun 2006 – 2010 terdapat lima negara importir bawang merah kering terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 39,09% terhadap total nilai impor bawang merah kering dunia. Amerika Serikat merupakan negara yang berkontribusi terbesar yakni 11,29% terhadap total nilai impor bawang merah 78
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
kering dunia, sedangkan kontribusi impor bawang merah negara lainnya kurang dari 10%. Urutan kedua dan ketiga adalah Inggris dan Rusia dengan rata-rata nilai impornya masing-masing sebesar US$ 202,14 ribu dan US$ 158,49 ribu serta memberikan kontribusi masing-masing sebesar 8,76% dan 6,87% (Tabel 5.6). Indonesia sebagai negara importir bawang merah kering menempati peringkat ke-29 di dunia dengan rata-rata nilai impor tahun 2006 – 2010 sebesar US$ 13,445 ribu dengan kontribusi hanya 0,58 % terhadap total nilai impor bawang kering dunia. Negara-negara importir terbesar komoditas bawang merah selengkapnya disajikan pada Tabel 5.8 dan Gambar 5.9. Tabel 5.8. Negara importir 2006 – 2010
bawang
merah
kering
terbesar
Nilai Impor (000 US$) No.
Negara
Share (%)
dunia,
Share Kumulatif (%)
2006
2007
2008
2009
2010
203.372 157.645 135.240 32.880 121.739
299.348 240.615 189.278 30.809 162.752
269.484 210.187 151.469 190.873 126.957
241.305 170.635 117.699 262.244 112.763
288.221 231.141 198.603 207.150 156.950
260.346 202.045 158.458 144.791 136.232
11,29 8,76 6,87 6,28 5,91
11,29 20,04 26,91 33,19 39,09
Indonesia 7.362 Lainnya 1.065.571 Dunia 1.723.809 Sumber : FAO diolah oleh Pusdatin
9.305 1.352.898 2.285.005
15.255 1.273.266 2.237.491
12.826 1.400.445 2.317.917
22.475 1.865.813 2.970.353
13.445 1.391.599 2.306.915
0,58 60,32 100,0
39,68 100,00
1 2 3 4 5 … 29
AS Inggris Rusia Bangladesh Jerman
Rata-rata
11,29% 8,76% 60,32% 6,87% 6,28% 5,91% 0,58%
AS
Inggris
Rusia
Bangladesh
Jerman
Indonesia
Lainnya
Gambar 5.9. Negara importir bawang merah kering terbesar di dunia, 2006-2010 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
79
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Selain ekspor bawang merah kering masih terdapat beberapa negara ekspotir bawang merah segar di dunia. New Zealand merupakan negara pengekspor bawang merah segar terbesar di dunia dengan rata-rara ekspor selama periode 2006-2010 mencapai US$ 68,35 juta atau 48,76% terhadap total nilai ekspor bawang merah segar dunia (Gambar 5.10). Negara terbesar kedua adalah Perancis dengan rata-rata ekspor sebesar US$ 29,99 juta atau memiliki kontribusi sebesar 21,39%. Negara berikutnya adalah Belanda, Jerman dan Indonesia dengan rata-rata ekspor pertahun masing-masing kurang dari 10% dari total ekspor bawang merah segar dunia.
Negara Indonesia
menempati urutan ke-5 dengan rata-rata ekspor sebesar US$ 4,12 juta. Negara-negara eksportir bawang merah segar dunia selengkapnya disajikan pada Tabel 5.9.
12,67% 48,76%
2,93% 5,00%
9,25%
21,39% New Zealand
Perancis
Belanda
Jerman
Indonesia
Negara Lainnya
Gambar 5.10. Negara eksportir bawang merah segar terbesar di dunia, 2006-2010
80
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Tabel 5.9. Negara eksportir 2006 – 2010
bawang
merah
segar
terbesar
Nilai Ekspor (000 US$) No.
Negara
1 2 3 4 5
New Zealand Perancis Belanda Jerman Indonesia
2006
Negara Lainnya
2007
52.369 29.301 12.631 4.502 6.366 9.441
114.610 Dunia Sumber : FAO diolah oleh Pusdatin
90.045 34.186 12.970 6.514 3.492 24.004 171.211
2008
2009
65.556 33.931 15.586 8.891 4.534 21.141 149.639
2010
49.290 24.725 10.484 5.097 4.331 15.723
Rata-rata 68.353 29.988 12.974 7.003 4.107 17.760
84.504 27.798 13.197 10.011 1.814 18.492
109.650
155.816
Share (%)
140.185
48,76 21,39 9,25 5,00 2,93 12,67
dunia,
Share Kumulatif (%) 48,76 70,15 79,41 84,40 87,33 100,00
100,00
Pada periode yang sama impor bawang merah segar didominasi oleh lima negara importir dengan kontribusi kumulatif sebesar 71,34%. Brazil merupakan negara yang berkontribusi terbesar yakni 32,95 % terhadap total nilai impor bawang merah segar dunia, sedangkan kontribusi impor bawang merah terbesar kedua adalah Indonesia yang berkontribusi sebesar 20,28% (Gambar 5.11). Indonesia sebagai negara importir bawang merah segar menempati peringkat ke-2 di dunia dengan rata-rata nilai impor tahun 2006 – 2010 sebesar US$ 38,16 juta. Negara-negara importir terbesar komoditas bawang merah segar selengkapnya disajikan pada tabel 5.10.
32,95%
28,66%
20,28%
4,42% 7,99%
5,70%
Brazil
Indonesia
Côte d'Ivoire
Jerman
Belgia
Lainnya
Gambar 5.11. Negara importir bawang merah segar terbesar di dunia, 2006-2010 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
81
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Tabel 5.10. Negara importir bawang merah segar terbesar dunia, 2006–2010 Nilai Impor (000 US$) Negara
1 2 3 4 5
Brazil Indonesia Côte d'Ivoire Jerman Belgia
37.575 30.106 11.439 8.270 6.860
34.538 44.097 10.273 11.363 8.793
73.109 53.814 10.255 14.286 12.375
43.318 28.942 19.172 9.541 7.136
121.595 33.862 24.012 10.185 6.442
62.027 38.164 15.030 10.729 8.321
32,95 20,28 7,99 5,70 4,42
32,95 53,23 61,21 66,92 71,34
Negara lain Dunia
45.953 140.203
59.460 168.524
66.367 230.206
46.562 154.671
51.422 247.518
53.953 188.224
28,66 100,00
100,00
2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata
Share (%)
Share Kumulatif (%)
No.
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
5.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN BAWANG MERAH Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis posisi
atau
tahapan
perkembangan
suatu
komoditas
terkait
kinerja
perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP bawang merah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) bawang merah Indonesia, 2008 – 2012 Uraian Ekspor-Impor Ekspor+Impor ISP
2008 -49.280,57 58.348,24 -0,84
2009 -24.594,70 33.289,91 -0,74
Nilai (000 US$) 2010 -32.047,13 35.675,98 -0,90
2011 -70.849,47 84.038,41 -0,84
2012 -45.667,56 63.291,63 -0,72
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Dari tabel 5.11, terlihat selama periode 2008 – 2012 komoditas bawang merah memiliki daya saing yang rendah di pasar dunia atau masih pada tahap pengenalan. Hal ini dapat dilihat dengan nilai indeks spesialisasi perdagangan (ISP) bawang merah pada periode tersebut bernilai negatif. Hal ini karena Indonesia masih merupakan negara pengimpor bawang merah segar. Nilai ISP tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar -0,72. Berdasarkan tingkat 82
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
pertumbuhannya dalam perdagangan, komoditas bawang merah Indonesia baru pada tahap pengenalan, dimana penawaran bawang merah di pasar domestik lebih kecil daripada permintaan bawang merah akibat adanya permintaan konsumsi domestik dalam skala yang relatif besar sehingga Indonesia belum mampu meningkatkan ekspornya menjadi negara eksportir. Hasil analisis IDR bawang merah dari tahun 2008 hingga 2012, menunjukkan bahwa Indonesia hanya bergantung pada Impor bawang merah sebesar 6,60% hingga 15,43%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan negara net import dalam mencukupi kebutuhan akan komoditas bawang merah. Sementara, kebutuhan bawang merah dalam negeri telah terpenuhi dari produksi dalam negeri sebesar 85,89% hingga 94,65% selama periode 2008 – 2012. Nilai IDR dan SSR bawang merah disajikan pada tabel 5.12. Tabel 5.12. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) bawang merah Indonesia, 2008 - 2012 Uraian Produksi (Ton) Volume ekspor (Ton) Volume impor (Ton) Produksi - ekspor + impor IDR (%) SSR (%)
2008 853.615 12.314 128.015 969.317 13,21 88,06
2009 965.164 12.822 67.330 1.019.672 6,60 94,65
Tahun 2010 1.048.934 3.234 73.270 1.118.970 6,55 93,74
2011 893.115 13.792 160.467 1.039.789 15,43 85,89
2012 960.072 19.085 122.191 1.063.178 11,49 90,30
Sumber : Ditjen Hortikultura dan Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
Indeks Keunggulan Komparatif atau RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah. Dengan terbatasnya ketersedian data dunia yang hanya mencakup 6 digit kode HS maka dalam melakukan analisis RCA bawang merah tercakup didalamnya juga bawang Bombay.
Hasil perhitungan RSCA
terhadap komoditas bawang Indonesia disajikan pada tabel 5.13.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
83
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Tabel 5.13. Indeks keunggulan komparatif komoditas bawang (bawang merah dan bawang Bombay) Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 2011 No.
Uraian 2008
Bawang Dunia 1.968.823 Indonesia 4.689 2 Non Migas Dunia 13.157.364.489 Indonesia 107.894.200 3 Dunia 0,00014964 Indonesia 0,00004346 RCA 0,290 RSCA -0,550 Sumber : UNComtrade dan BPS diolah Pusdatin
Nilai Ekspor (000 US$) 2009 2010
2011
1
1.966.205 4.410
2.691.386 1.850
2.766.039 6.627
10.563.721.834 97.491.700 0,00018613 0,00004523 0,243 -0,609
12.725.891.053 129.739.500 0,00021149 0,00001426 0,067 -0,874
14.756.917.803 162.019.600 0,00018744 0,00004090 0,218 -0,642
Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa komoditas bawang Indonesia tidak memiliki keunggulan komperatif di perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RSCA yang negatif hingga -0,87% pada tahun 2010. Dengan RSCA yang bernilai negatif, maka dapat dikatakan bahwa produksi bawang Indonesia hanya digunakan untuk keperluan dalam negeri dan tidak berperan di perdagangan dunia sehingga tidak mempunyai daya saing di pasar global.
84
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
BAB VI. KINERJA PERDAGANGAN GULA PASIR Gula merupakan salah satu komoditas yang cukup stategis dan memegang peranan penting di sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional karena disamping sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat juga sebagai bahan pangan sumber kalori yang relatif murah. Sebagai salah satu bahan pangan pokok, konsumsi gula selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ketergantungan konsumen terhadap konsumsi gula
cukup
besar
karena
kecil/lemahnya
kecenderungan
untuk
mensubstituikannya dengan gula buatan atau pemanis lain. Permintaan gula secara nasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan
industri pengolahan
makanan dan minuman. Pada sisi produksi, gula hanya di produksi di 9 (sembilan) provinsi di Indonesia. Pertumbuhan produksinya pun tidak secara signifikan mampu menurunkan ketergantungan terhadap impor gula. Kenaikan harga gula yang setiap tahunnya rata-rata sebesar 11,83% belum mampu meningkatkan gairah budidaya tebu. Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga tahun 2011 telah mencapai 451.788 hektar dengan produksi 2.267.887 ton gula, yang tersebar di 9 provinsi dan pada tahun 2012 diperkirakan akan meningkat menjadi 461.186 hektar dengan produksi 2.438.198 ton gula. 6.1. SENTRA PRODUKSI GULA
Produksi tebu/gula hablur nasional hanya diproduksi di 9 (sembilan) provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Kesembilan provinsi ini memberikan kontribusi sebesar 100% terhadap total produksi tebu Indonesia (Gambar 6.1)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
85
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Jabar 3,90%
Sumut Gorontalo Sulsel 1,68% 1,28% 1,05%
Sumsel 3,26%
Jateng 10,84%
DIY 0,71%
Jatim 45,82%
Lampung 31,46%
Gambar 6.1. Provinsi sentra produksi tebu di Indonesia, 2008-2012 Berdasarkan data rata-rata produksi tebu di Indonesia lima tahun terakhir (2008-2012), Jawa Timur merupakan provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap total produksi tebu Indonesia yakni sebesar 45,82%. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi di wilayah Sumatera dengan kontribusi terhadap produksi tebu nasional sebesar 31,46% menempati posisi kedua nasional. Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing menempati urutan ketiga dan keempat dengan kontribusi masing-masing sebesar 10,84% dan 3,90%. Kemudian diikuti oleh Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar 3,26%, Sumatera Utara sebesar 1,68%, Gorontalo sebesar 1,28% dan Sulawesi Selatan 1,05%. D.I. Yogyakarta merupakan provinsi dengan kontribusi terkecil yang memberikan kontribusinya bagi produksi nasional di Indonesia hanya sebesar 0,70%. Keragaan produksi tebu di provinsi sentra di Indonesia tahun 2008-2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.1.
86
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
6.2. KERAGAAN HARGA GULA PASIR Menurut data Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTP Nusantara diolah Dewan Gula Indonesia, harga gula pasir di dalam negeri pada periode 19972012 menunjukkan adanya peningkatan dengan pola yang hampir serupa (Gambar 6.2). (Rp/Kg) 14000 12000
10000 8000
6000 4000
2000 2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
0
Gambar 6.2. Perkembangan harga rata-rata gula pasir di dalam negeri, 1997-2012 Rata-rata harga gula pasir di dalam negeri pada tahun 1997 sekitar Rp. 1.525/kg dan bergerak naik hingga 2012 telah mencapai harga sebesar Rp.11.494/kg. Rata-rata laju pertumbuhan harga gula pasir di dalam negeri selama periode tersebut sebesar 16,10% per tahun dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 1998, disebabkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang diikuti dengan menurunnya nilai tukar rupiah. Kenaikan harga gula pasir di dalam negeri juga terjadi pada tahun 2001, 2005, 2009, 2010 dan 2011. Perkembangan harga gula pasir dari tahun 1997-2012 berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat, dimana terjadi peningkatan yang cukup tajam tahun 2009 dan 2010 dengan masing-masing meningkat 32,53% dan 28,08% seperti tersaji pada Lampiran 6.2. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
87
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Perkembangan harga rata-rata konsumen gula pasir di tingkat nasional pada
periode
tahun
2009-2012,
berdasarkan
data
dari
Kementerian
Perdagangan dapat dilihat pada Gambar 6.3. Pada tahun 2009 dan 2012 harga bulanan gula pasir cenderung terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,05% dan 1,47%. Sedangkan tahun 2010 dan 2011 harga gula pasir memiliki pola yang sama, terjadi penurunan sebesar 0,08% dan 0,61%. (Rp/Kg) 14.000 13.000 12.000
11.000 10.000 9.000 8.000 7.000
6.000 Jan
Peb Mar Apr 2009
Mei Juni 2010
Juli
Ags Sep Okt Nop Des
2011
2012
Gambar 6.3. Perkembangan harga rata-rata konsumen gula pasir, 2009 - 2012 Harga rata-rata gula pasir pada tahun 2009 sekitar Rp. 8.691,-/kg, bergerak naik hingga tahun 2012 mencapai harga Rp. 12.007,-/kg.
Laju
pertumbuhan harga rata-rata gula pasir selama periode tahun 2009-2012 sebesar 11,83% per tahun dengan kenaikan yang relatif cukup tinggi pada tahun 2010 hingga mencapai 23,57% dibandingkan tahun 2009, kecuali pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 0,86%. Perkembangan harga gula pasir dari tahun 2009-2012 berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat, seperti disajikan pada Lampiran 6.3. Harga gula pasir sebagai produk olahan tebu di pasar internasional dipantau di 3 tempat yakni pelabuhan Eropa (cif) yang merupakan harga impor 88
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
gula mentah belum dikemas yang berasal di Afrika, Karibia dan Pasifik (APC) di bawah Konferensi Lome, dan di pasar Amerika (cif), serta di pasar dunia yang merupakan harga rata-rata harian gula mentah International Sugar Agreement (ISA) dalam kemasan yang besar di pelabuhan Karibia (fob). Dari ketiga tempat tersebut, harga tertinggi gula pasir terjadi di pasar Amerika Serikat karena merupakan harga cif. Selama periode tahun 2010-2012, harga rata-rata gula pasir di pasar internasional cenderung menurun, di Eropa turun sebesar 0,28%, di Amerika turun sebesar 1,44% dan rata-rata dunia turun sebesar 0,76% (Gambar 6.4). Perkembangan harga internasional gula pasir periode 2010-2012 disajikan secara lengkap pada Lampiran 6.4. US$ cents/kg 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00
50,00 40,00 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
30,00
2010
2011 Sugar EU
Sugar US
2012 Sugar, world
Gambar 6.4. Perkembangan harga internasional gula pasir, 2010-2012 6.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN GULA PASIR 6.3.1. Keragaan Ekspor Impor Gula Pasir Indonesia Kinerja perdagangan gula pada skala internasional didekati dari necara perdagangan gula yang merupakan selisih antara ekspor dan impornya. Ekspor dan impor gula dilakukan dalam bentuk molases, row sugar dan turunan produk Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
89
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
gula lainnya yang merupakan wujud manufaktur. Perkembangan neraca perdagangan gula selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2008-2012 menunjukkan posisi defisit, artinya volume dan nilai impor gula lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai ekspornya. Defisit gula terbesar dari sisi volume terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 2.173 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 1.791 juta. Keragaan ekspor, impor dan neraca perdagangan gula disajikan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Perkembangan ekspor, impor dan necara perdagangan gula Indonesia, 2008-2012 Tahun No. 1
2
Uraian
2008
2010
2011
2012
Pertumb. (%) 2008 - 2012
Ekspor - Volume (ton)
957.324
599.690
485.031
544.297
388.875
-18,20
- Nilai (000US$)
80.040
80.902
81.901
78.447
46.190
-10,76
1.152.343
1.660.200
2.021.576
2.717.019
494.131
4,61
437.682
689.257
1.227.049
1.869.327
255.165
25,37
- Volume (ton)
-195.020
-1.060.510
-1.536.544
-2.172.721
-105.256
108,73
- Nilai (000US$)
-357.642
-608.355
-1.145.148
-1.790.880
-208.975
31,60
Impor - Volume (ton) - Nilai (000US$)
3
2009
Neraca Perdangangan
Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : - Data 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007 - Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan/manufaktur
Berdasarkan
keragaan
Tabel
6.1.
terlihat
bahwa
defisit
neraca
perdagangan gula cenderung semakin naik dari tahun ke tahun terutama pada tahun 2010 dan 2011.
Hal ini diduga produksi tahun 2010 dan 2011 lebih
rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Defisit neraca perdagangan dari sisi volume naik sebesar 108,73%, dimana pertumbuhan volume ekspornya turun sebesar 18,20% per tahun sedangkan volume impornya naik sebesar 4,61% per tahun.
Peningkatan volume impor pada tahun 2011 yang
mengakibatkan rata-rata peningkatan defisit volume perdagangan menjadi tinggi. Sementara itu, defisit neraca perdagangan dari sisi nilai juga semakin meningkat dengan rata-rata kenaikan sebesar 31,60% per tahun, dimana terjadi 90
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
penurunan nilai ekpor sebesar 10,76% per tahun dan terjadi kenaikan nilai impor sebesar 25,37% per tahun, seperti terlihat pada Gambar 6.5.
(000US$) 2.000.000 1.500.000
1.000.000 500.000 0 -500.000
2008
2009
2010
2011
2012
-1.000.000 -1.500.000 -2.000.000 Ekspor
Impor
Neraca Perdagangan
Gambar 6.5. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan gula Indonesia, 2008-2012 Defisit neraca perdagangan gula terbesar pada periode tahun 2008-2012 terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,17 juta ton atau setara dengan US$ 1,79 milyar. Hal ini disebabkan meningkatnya volume impor tahun 2011 yang mencapai 2,72 juta ton dengan nilai impor US$ 1,87 milyar. Kode HS dan deskripsi untuk gula yang dominan diekspor terdiri dari 3 kode HS, sedangkan yang diimpor terdiri dari 5 kode HS, seperti terlihat pada Tabel 6.2. Bila dilihat dari wujud perdagangannya, ekspor gula selama tahun 2008-2012 sebagian besar dilakukan dalam bentuk molases atau kode HS 1703109000. Share dari ekspor gula dalam bentuk molase atau kode HS 1703109000 pada tahun 2008 sebesar 85,61%, sedangkan dalam bentuk turunan produk gula lainnya/kode HS lainnya hanya sebesar 14,39%.
Pada
Tahun 2012 molase/kode HS 1703109000 masih mendominasi pangsa ekspor gula Indonesia hingga mencapai 80,21%, sedangkan dalam bentuk turunan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
91
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
produk gula lainnya/kode HS lainnya sebesar 19,79%. Sementara gula yang banyak diimpor adalah dalam wujud row sugar/gula mentah, kode HS 1701110010 untuk tahun 2008-2011, pada tahun 2012 berubah menjadi kode HS 1701130000. Data perkembangan ekspor impor gula menurut kode HS secara rinci disajikan pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3 Tabel 6.2. Kode HS dan deskripsi gula Deskripsi
Kode HS 17.01
Gula tebu atau gula bit dan sukrosa murni kimiawi, dalam bentuk padat.
Cane or beet sugar and chemically pure sucrose, in solid form.
- Gula kasar tidak mengandung tambahan bahan perasa atau 1701.13.00.00 pewarna: - - Gula tebu yang dirinci pada Catatan subpos 2 pada Bab ini
- Raw sugar not containing added flavouring or colouring matter:
1701.14.00.00 - - Gula tebu lainnya
- - Other cane sugar
- Lain-lain: 1701.91.00.00 - - Mengandung tambahan bahan perasa atau pewarna 1701.99
- - Cane sugar specified in Subheading Note 2 to this Chapter - Other: - - Containing added flavouring or colouring matter
- - Lain-lain:
- - Other:
- - - Gula murni:
- - - Refined sugar:
1701.99.11.00 - - - - Putih
- - - - White
1701.99.19.00 - - - - Lain-lain
- - - - Other
1701.99.90.00 - - - Lain-lain
- - - Other
17.03 1703.10
Tetes hasil dari ekstraksi atau pemurnian gula. - Tetes tebu:
Molasses resulting from the extraction or refining of sugar. - Cane molasses:
1703.10.10.00 - - Mengandung bahan pemberi rasa atau pewarna tambahan
- - Containing added flavouring or colouring matter
1703.10.90.00 - - Lain-lain
- - Other
1703.90
- Lain-lain:
- Other:
1703.90.10.00 - - Mengandung bahan pemberi rasa atau pewarna tambahan
- - Containing added flavouring or colouring matter
1703.90.90.00 - - Lain-lain
- - Other
92
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Tabel 6.3. Perkembangan ekspor dan impor gula berdasarkan kode HS 2009
Tahun 2010
2011
2012
47.147 819.568 79.059 11.551
29.714 543.362 9.123 17.492
6.002 458.767 4.123 16.139
522.487 122 15.637
75.786 311.932 382 775
Nilai Ekspor (000 US$) 1703101000 1703109000 1703909000 Kode HS Lainnya
3.461 62.425 6.511 7.642
3.234 65.066 1.098 11.504
933 66.306 1.103 13.560
59.704 806 17.045
9.018 34.432 1.366 1.374
Volume Impor (Ton) 1701130000 1701110010 1701991100 1701999000 1703909000 Kode HS Lainnya
380.200 593.523 56.016 122.604
No.
Uraian
1
Volume Ekspor (Ton) 1703101000 1703109000 1703909000 Kode HS Lainnya
2
3
4
2008
-
1.190.971 96.713 43.552 328.964
1.169.235 188.544 378.644 88.104 197.050
2.231.932 66.217 115.379 56.957 246.533
275.365 90.851 4.830 34 20.664
-
485.802 51.868 11.137 140.450
-
1.541.190 55.633 88.323 11.113 173.068
154.890
Nilai Impor (000 US$) 1701130000 1701110010 1701991100 1701999000 1703909000 Kode HS Lainnya
123.885 224.943 10.315 78.539
660.206 130.873 289.506 16.988 129.475
63.226 2.530 20.526 13.993
Sumber : BPS Keterangan : Kode Kode HS HS 1701110010 1701110010 pada pada tahun tahun 2008 2008 s/d s/d 2011 2011 berubah berubah menjadi menjadi 170113000 170113000 pada tahun 2012
6.3.2. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Gula Indonesia Ekspor gula maupun turunan produk gula lainnya pada tahun 2012 tercatat sebesar volume 388,88 ton atau senilai US$ 46,19 juta, ekspor gula paling banyak dalam bentuk molases dengan kode HS 1703109000. Sebagian besar ekspor gula tersebut ditujukan ke Korea Selatan dengan volume sebesar 227.251 ribu ton senilai US$ 24,30 juta atau 51,96% dari total nilai ekspor gula Indonesia (Gambar 6.6). Negara tujuan ekspor berikutnya adalah Taiwan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
93
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
sebesar 43,287 ton senilai US$ 4,95 juta dan Vietnam dengan Volume sebesar 44.922 ton senilai US$ 4,41 juta. Negara lainnya tercatat besarnya ekspor kurang dari 6% dari total nilai ekspor. Realisasi ekspor gula menurut negara tujuan pada tahun 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.5.
Jepang 2,33%
Philipina 2,76%
Cina 1,75% Lainnya 15,13% Korea Selatan 52,60%
Spanyol 5,17% Taiwan 10,71%
Vietnam 9,56%
Gambar 6.6. Negara tujuan ekspor gula tebu Indonesia, 2012 Pada tahun 2012 impor gula dan turunan produk gula lainnya sebesar 494.131 ton atau senilai US$ 255,16 juta. Impor gula tersebut sebagian berasal dari Thailand yakni sebanyak 233.420 senilai US$ 147,16 juta atau sebanyak 57,67% dari total impor Indonesia. Brazil menduduki peringkat kedua terbesar yang melakukan ekspor gula dan turunan produk gula lainnya ke Indonesia dengan presentase kontribusi sebesar 20,96%.
Kontribusi negara lainnya
terhadap nilai impor gula Indonesia dapat dilihat pada Gambar 6.7. dan Lampiran 6.7.
94
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Mesir 3,23%
Korsel 2,59%
Rusia 0,84%
Lainnya 4,65%
Ukraina 3,56%
Australia 6,49%
Thailand 57,67%
Brazil 20,96%
Gambar 6.7. Negara asal Impor Gula Indonesia, 2012 6.3.3. Negara Eksportir dan Importir Gula Dunia Berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2006-2010 terdapat 6 (enam) negara eksportir gula terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 83,75% terhadap total nilai ekspor gula dunia. Dari enam negara tersebut hanya tiga negara saja yang mempunyai kontribusi lebih dari 10% terhadap total nilai ekspor dunia yaitu Kolombia merupakan negara eksportir gula terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 27,56% terhadap total nilai gula dunia yang diikuti oleh negara Malaysia dengan kontribusi 19,96% dan Mesir sebesar 14,25% (Gambar 6.8.). Kontribusi nilai ekspor gula lainnya diberikan oleh Spanyol, Amerika dan Perancis dengan kontribusi masingmasing sebesar 7,70%, 7,42% dan 6,86%.
Posisi Indonesia pada kelompok
negara eksportir gula hanya menempati urutan ke-15 dengan kontribusi ratarata nilai ekspor 0,16% terhadap total nilai ekspor gula dunia. Negara-negara eksportir terbesar gula secara lengkap disajikan pada Lampiran 6.7.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
95
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Malaysia 19,96%
Mesir 14,25% Spanyol 7,70% Amerika 7,42%
Kolombia 27,56% Lainnya 16,25%
Perancis 6,86%
Gambar 6.8. Negara eksportir gula terbesar di dunia, 2006-2010
Rata-rata nilai impor gula dunia tahun 2006-2010 terdapat di 5 (lima) negara importir gula terbesar di dunia dengan kontribusi kumulatif mencapai 81,01% terhadap total nilai impor gula dunia (Gambar 6.9.)
Swiss 24,15%
kanada 13,17%
Iralndia 8,89%
Singapura 27,33% Lainnya 18,99%
Venezuela 7,48%
Gambar 6.9. Negara Importir Gula terbesar di dunia, 2006-2010
96
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Singapura walaupun sebuah negara kecil, tetapi merupakan negara importir gula terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi terhadap impor dunia sebesar 27,33%, diikuti Swiss di peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 24,15% kemudian diikuti oleh Kanada memberikan kontribusi sebesar 13,17%, Irlandia sebesar 8,89% dan Venezuela sebesar 7,48%. Kontribusi negara-negara importir lainnya masih dibawah 5% dari impor gula dunia. Negara importir gula dunia tahun 2006-2010 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.8. 6.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN GULA PASIR Berdasarkan data nilai ekspor dan impor gula tebu Indonesia diperoleh indeks spesialisasi perdagangan (ISP) sebagaimana disajikan pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Nilai indeks spesialisasi perdagangan gula tebu, 2008-2012 No.
Uraian
TAHUN 2008
2009
2010
2011
2012
-357.642
-608.355
-1.145.148
-1.790.880
-208.975
1
Ekspor-Impor
2
Ekspor+Impor
517.723
770.160
1.308.950
1.947.773
301.356
ISP
-0,69
-0,79
-0,87
-0,92
-0,69
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Selama periode tahun 2008-2012 komoditas gula tebu Indonesia ternyata tidak memiliki daya saing kuat di pasar dunia, atau dengan kata lain Indonesia masuk sebagai negara pengimpor gula tebu. Hal ini diindikasikan dengan nilai indeks spesialisasi perdagangan (ISP) gula tebu yang
bernilai negatif.
Berdasarkan tingkat pertumbuhannya dalam perdagangan, komoditas gula tebu Indonesia telah mencapai tahap pengimpor, dimana penawaran gula tebu di pasar domestik lebih kecil dibandingkan permintaan gula tebu dari produksi domestik yang masih dalam skala kecil sehingga Indonesia memerlukan impor gula tebu. Nilai ISP terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,92%, hal tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang lemah untuk komoditas gula tebu.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
97
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Tabel 6.5. Nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) tebu/gula Indonesia, 2008-2012 No
Uraian
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
2.668.428
2.517.374
2.290.116
2.267.887
2.438.198
1
Produksi (Ton)
2
Ekspor (Ton)
957.324
599.690
485.031
544.297
388.875
3
Impor (Ton)
1.152.343
1.660.200
2.021.576
2.717.019
494.131
4
Produksi + Impor-Ekspor
2.863.448
3.577.884
3.826.660
4.440.608
2.543.454
IDR (%)
40,24
46,40
52,83
61,19
19,43
SSR (%)
93,19
70,36
59,85
51,07
95,86
Sumber : Ditjen Perkebunan dan BPS dioah Pusdatin
Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) digunakan untuk menganalisis suatu komoditas tergantung pada impor atau telah dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Berdasarkan keragaan produksi dalam negeri dan perdagangan gula tebu di tingkat internasional, pada tahun 2008-2012 sebesar 44% kebutuhan gula dapat dipenuhi dari produksi domestik, sedangkan sisanya diperoleh dari impor. Ketergantungan Indonesia terhadap impor gula pada tahun 2008-2012 ditunjukkan dari nilai Import
Dependency Ratio (IDR) gula yang berkisar antara 19,43% hingga 61,19%. Nilai IDR Pada tahun 2008 sebesar 40,24% menunjukkan bahwa 40,24% kebutuhan gula dalam negeri dipenuhi oleh impor (Tabel 6.5.). Pada tahun-tahun berikutnya nilai IDR cenderung meningkat hingga mencapai 61,19%, kecuali pada tahun 2012 nilai IDR menurun menjadi 19,43%, artinya ketergantungan pada impor tetap terjadi namum menurun dan produksi gula dalam negeri belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2008 dan 2012, Nilai Self Sufficiency Ratio (SSR) komoditas gula tebu Indonesia mencapai 93,19% dan 95,86% yang mengindikasikan produksi nasional sudah mampu memenuhi kebutuhan nasional sebesar 93,19% dan 95,86%. Sementara pada tahun 2011 nilai SSR Indonesia sebesar 51,07% menyatakan bahwa produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan akan permintaan pasar domestik sekitar 51,07%. Dari sisi nilai ekspor, kinerja ekspor gula Indonesia pada Tahun 2008-2011 masih sangat rendah. Hal ini dinyatakan dengan nilai RSCA (Revealead 98
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Symmetric Comparative Advantage) yang masih negatif pada kisaran nilai -0,25 sampai dengan -0,65 untuk periode tahun 2008-2011, artinya komoditas gula Indonesia tidak memiliki daya saing di pasar dunia, dapat dilihat pada Tabel 6.6. dibawah ini. Tabel 6.6. RCA dan RSCA gula Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008-2011 Uraian
Lokasi
Nilai Ekspor (US$) 2009 2010 18.159.912.888 25.068.527.156 80.902.444 81.901.265
2011 33.610.602.300 78.446.700
Gula
Dunia Indonesia
2008 16.437.332.586 80.040.384
Non Migas
Dunia Indonesia
13.157.364.489 107.894.200
10.563.721.834 97.491.700
12.725.891.053 129.739.500
14.756.917.803 162.019.600
Dunia Indonesia
1,249 0,742 0,594 -0,25
1,719 0,830 0,483 -0,35
1,970 0,631 0,320 -0,51
2,278 0,484 0,213 -0,65
RCA RSCA
Sumber : BPS dan UnComtrade, diolah Pusdatin Kementan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
99
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Lampiran 6.1. Provinsi sentra produksi tebu di Indonesia, 2008-2012 No.
Produksi (Ton)
Provinsi
2008
2009 1.101.538
1.017.003
1.051.872
1.108.112
1.116.250
Lampung
810.681
903.320
759.684
678.090
681.171
766.589
31,46
77,28
3
Jawa Tengah
266.891
221.938
233.430
249.452
348.272
263.997
10,84
88,12
4
Jawa Barat
111.781
88.560
110.543
81.923
82.338
95.029
3,90
92,02
5
Sumatera Selatan
58.861
88.391
66.451
91.124
92.844
79.534
3,26
95,28
6
Sumatera Utara
40.585
37.874
31.025
47.122
47.871
40.895
1,68
96,96
7
Gorontalo
25.736
35.358
27.412
32.521
35.324
31.270
1,28
98,24
8
Sulawesi Selatan
35.521
22.857
27.241
19.210
23.364
25.639
1,05
99,29
9
DI Yogyakarta
15.648
17.538
17.327
16.573
18.902
17.198
0,71
100,00
2.436.400
100,00
Jawa Timur
2
Jumlah
2011
2012 *)
Share Kumulatif (%) (%) 45,82 45,82
Share
1.302.724
1
2010
Rata-rata
2.668.428 2.517.374 2.290.116 2.267.887 2.438.198
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Keterangan : *) Angka Sementara Wujud produksi : Gula Hablur/Sugar Cane
Lampiran 6.2. Perkembangan harga gula pasir di pasar dalam negeri, 1997-2012 Harga Tahun Pertumbuhan (%) (Rp/Kg) 1997 1.525 1998 2.737 79,48 1999 2.640 -3,54 2000 2.989 13,22 2001 3.598 20,37 2002 3.529 -1,92 2003 4.307 22,05 2004 4.187 -2,79 2005 5.531 32,10 2006 5.980 8,12 2007 6.341 6,04 2008 6.191 -2,37 2009 8.205 32,53 2010 10.509 28,08 2011 9.981 -5,02 2012 11.494 15,16 Rata-rata 16,10 Sumber : KPB PTP Nusantara diolah Sek Dewan Gula Indonesia
100
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Lampiran 6.3. Perkembangan harga rata-rata konsumen gula pasir, 2009-2012 Rata-rata Rata-rata pertumb. dlm pertumb. (Rp/Kg) 1 thn (%) Antar 1 thn 8.691 4,05
Bulan
Tahun
Rata-rata
Jan
Peb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nop
2009
6.649
7.523
7.902
8.078
8.406
8.553
8.468
9.028
9.989
9.840
9.674
Des
2010
11.302 11.199 10.961 10.443 10.234
9.958 10.390 10.692 10.571
10.944
11.026
11.158
10.740
-0,08
2011
11.178 11.093 10.986 10.832 10.432 10.383 10.499 10.511 10.500
10.452
10.457
10.437
10.647
-0,61
-0,86
2012
10.614 10.823 11.060 11.473 11.673 12.476 13.032 12.829 12.743
12.491
12.462
12.411
12.007
1,47
12,78
Rata-rata
11,83
10.186
23,57
Sumber : Kemendag. Diolah oleh Pusdatin kementan
Lampiran 6.4. Perkembangan harga internasional gula, 2010-2012 (US$ cents/kg) Rata-rata
2010
Komoditas
Jan
Peb
Mar
Sugar EU
47,81
45,85
45,47
44,98 42,10 40,91 42,77 43,21 43,90 45,41 44,55 43,19
Apr
-0,87
Sugar US
86,77
88,74
77,41
68,38 68,11 72,37 73,28 77,17 84,15 84,29 85,62 84,69
0,00
Sugar, world
58,36
55,98
41,14
36,27 33,51 35,01 38,49 40,81 49,63 54,26 58,09 61,69 2011
1,33
Jan
Peb
Mar
Sugar EU
43,67
44,61
45,78
47,26 46,79 47,03 46,67 46,82 44,91 44,82 44,26 42,93
-0,13
Sugar US
84,79
87,39
87,51
84,28 78,18 78,39 83,62 88,03 88,53 82,84 83,61 79,83
-0,45
Sugar, world
65,28
64,97
57,85
53,70 48,39 55,58 62,21 61,18 58,78 56,11 52,95 50,79 2012
-1,96
Jan
Peb
Mar
Sugar EU
42,16
43,23
43,15
42,99 41,83 40,98 40,14 40,51 42,04 42,35 41,93 42,87
0,17
Sugar US
76,48
74,14
76,35
70,26 66,58 63,06 63,23 63,36 57,90 52,54 49,65 49,20
-3,85
Sugar, world
51,94
53,18
53,13
50,16 45,88 45,13 50,44 46,03 44,07 44,78 42,64 42,57
-1,64
Apr
Apr
Mei
Mei
Mei
Jun
Jul
Jun
Jul
Jun
Jul
Ags
Ags
Ags
Sep
Sep
Sep
Okt
Okt
Okt
Nop
Nop
Des
Pertumb. (%)
Des
Nop
Des
Sumber : World Bank
Lampiran 6.5. Ekspor gula tebu Indonesia menurut negara tujuan, 2012 No.
Negara Tujuan
1
Korea Selatan
2 3
TOTAL Volume Nilai (Ton) (000 US$)
Share (%) Volume
Nilai
227.251
24.296
58,44
52,60
Vietnam
44.922
4.414
11,55
9,56
Taiwan
43.287
4.947
11,13
10,71
4
Cina
24.437
809
6,28
1,75
5
Spanyol
20.004
2.388
5,14
5,17
6
Philipina
11.555
1.273
2,97
2,76
7
Jepang
8.264
1.074
2,13
2,33
8
Lainnya
9.154
6.987
2,35
15,13
Jumlah
388.875
46.190
100,00
100,00
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
101
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Lampiran 6.6. Impor gula tebu Indonesia menurut negara asal, 2012 No. 1
TOTAL Volume Nilai (Ton) (000 US$)
Negara Asal
Share (%) Volume
Nilai
147.165
47,24
57,67
113.935
53.492
23,06
20,96
Ukraina
48.927
9.074
9,90
3,56
4
Mesir
39.140
8.247
7,92
3,23
5
Australia
20.304
16.558
4,11
6,49
6
Rusia
11.350
2.156
2,30
0,84
8.360 18.695
6.616 11.858
1,69
2,59
3,78
4,65
494.131
255.165
100,00
100,00
Thailand
2
Brazil
3
7 8
233.420
Korea Selatan Lainnya Jumlah
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Lampiran 6.7. Negara Eksportir gula terbesar di dunia, 2006-2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Negara
Nilai Ekspor (000 US$) 2006
Kolombia Malaysia Mesir Spanyol Amerika Perancis Meksiko Singapura Kosta Rica Nigeria Guatemala Swiss Belanda Belgia Indonesia Lainnya Dunia
2007
2008
2009
2.043 1.709 309 7 190 415 0 299 64 185 104 2 79 7 22 56
3.024 2.867 605 0 1.057 350 502 104 512 130 87 3 94 13 2 15
1.112 0 1.661 5 428 573 407 144 88 82 4 263 74 7 10 69
0 0 1.661 2.326 326 436 0 168 24 25 147 203 114 12 13 69
5.080
5.491
9.365
4.927
5.524
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
102
2010
2.196 1.488 93 1 255 312 0 113 105 191 216 0 25 12 3 70
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Rata-rata
Share (%)
1.675 27,56 1.213 19,96 866 14,25 468 7,70 451 7,42 417 6,86 182 2,99 166 2,72 159 2,61 123 2,02 112 1,84 94 1,55 77 1,27 10 0,17 10 0,16 56 0,92 6.077 100,00
Share kumulatif (%) 27,56 47,52 61,76 69,46 76,88 83,75 86,74 89,47 92,08 94,09 95,93 97,48 98,75 98,92 99,08 100,00
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Lampiran 6.8. Negara Importir gula terbesar di dunia, 2006-2010
2.856
3.841
3.985
4.606
4.952
4.048
Share kumulatif (%) 27,33 27,33
0
5.457
3.948
4.267
4.215
3.577
24,15
51,48
kanada
486
7.325
642
655
644
1.950
13,17
64,64
4
Iralndia
8
3
3
20
6.550
1.317
8,89
73,53
5
Venezuela
2.088
0
2.508
941
0
1.107
7,48
81,01
6
Amerika
532
662
798
667
730
678
4,58
85,58
7
Syiria
2.140
0
0
0
0
428
2,89
88,47
8
Belanda
82
481
633
606
154
391
2,64
91,11
9
Hong Kong
277
257
298
402
238
294
1,99
93,10
10 Inggris
227
241
185
139
88
176
1,19
94,29
Lainnya
655
848
1.035
646
1.047
846
5,71
100,00
9.351
19.115
14.035
12.949
18.618
14.814
100,00
No.
Negara
1
Singapura
2
Swiss
3
Dunia
Nilai Impor (000 US$) 2006
2007
2008
2009
Rata-rata
2010
Share (%)
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
103
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
104
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
VII. KINERJA PERDAGANGAN KARET Perkembangan pasar karet di Asia cukup positif. Indonesia menjadikan China
dan
India
sebagai sasaran
pasar utama
ekspor
karet. China
mengkonsumsi bahan karet alam pertahun sebanyak 1,49 juta ton dan cenderung meningkat dengan signifikan dari waktu ke waktu. Dengan keterbatasan pada kapasitas produksi karet alamnya, China berupaya terus menerus untuk melakukan impor karet alam demi menyelamatkan industri manufaktur produk karet dengan target memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Data statistik perdagangan 2010 mencatat bahwa China merupakan importir karet terbesar dari Indonesia pada tahun 2009 dengan volume 457,118 ton, sedangkan pada tahun 2008 merupakan importir ketiga setelah USA dan Jepang dengan total impor 318,841 ton. Peningkatan konsumsi karet alam yang terjadi di China dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dinegara tersebut. Peningkatan mendorong pembangunan infrastruktur dan industri otomotif di negara China. Sebagai negara industri besar turut memberikan andil bagi perekonomian dunia (Suryaningrum, T, 2013). Sebagai negara industri China membutuhkan pasokan komoditi bahan baku baik dari impor maupun memproduksi dari dalam negeri. Bahan baku industri karet memegang peranan penting dan bahan baku ini menjadi favorit di China untuk mendukung sektor industrinya. Oleh karenanya China merupakan salah satu negara konsumen karet alam besar dunia. Sementara Indonesia merupakan negara yang mendominasi ekspor karet dunia, sehingga perannya dalam perdagangan karet global diperhitungkan. Negara eksportir besar lainnya adalah negara tetangga yaitu Malaysia dan Thailand. Peluang pasar seperti China perlu diperhitungkan dan dilihat kinerja perdagangan komoditas karetnya.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
105
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
7.1. SENTRA PRODUKSI KARET Apabila dilihat dari data rata-rata produksi karet per provinsi
periode
tahun 2008 – 2012, terdapat 6 (enam) provinsi sentra produksi karet kering dengan total kontribusi sebesar 76,76% terhadap produksi karet kering Indonesia, seperti yang disajikan pada Gambar 7.1. Provinsi-provinsi di Pulau Sumatera mendominasi sentra produksi karet kering Indonesia yakni Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi merupakan provinsi sentra produksi terbesar yang berkontribusi masing-masing sebesar 19,68%, 16,04%, 13,33%, dan 11,07% terhadap produksi karet kering Indonesia.
Sementara provinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah masing-masing berkontribusi sebesar 9,53% dan 7,11%.
11,07%
7,11%
9,53%
13,33% 23,24% 16,04% 19,68%
Sumsel Kalbar
Sumut Kalteng
Riau Lainnya
Jambi
Gambar 7.1. Provinsi sentra produksi karet kering di Indonesia, 2008 – 2012 Perkembangan produksi selama lima tahun terakhir yaitu tahun 20082012 dari provinsi sentra produksi karet kering di Indonesia serta hasil perhitungan kontribusi, secara rinci disajikan pada Tabel 7.1.
106
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Tabel 7.1. Sentra Produksi Karet Indonesia, 2008 – 2012*) No
Provinsi
Produksi (Ton)
Share (%)
Share kumulatif (%)
2008
2009
2010
2011
2012*)
1 Sumatera Selatan
543.698
484.000
543.303
567.312
608.243
549.311
19,68
19,68
2 Sumatera Utara
443.519
382.073
430.113
481.388
501.484
447.715
16,04
35,72
3 Riau
365.542
325.109
365.119
396.181
409.044
372.199
13,33
49,05
4 Jambi
305.828
273.173
306.313
319.948
339.566
308.965
11,07
60,12
5 Kalimantan Barat
266.144
237.848
266.769
286.751
272.256
265.954
9,53
69,65
6 Kalimantan Tengah
198.064
177.374
198.528
216.269
202.682
198.583
7,11
76,76
7 Lainnya
628.491
560.770
624.709
722.336
707.102
648.682
23,24
100,00
2.751.286
2.440.347
2.734.854
2.990.184
3.040.376
2.791.409
100,00
Indonesia
Rata-rata
Sumber : Ditjen Perkebunan diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara
7.2. KERAGAAN HARGA KARET Harga merupakan salah satu komponen penting dalam perdagangan. Perkembangan harga karet di Indonesia dari ketersediaan data seriesnya adalah harga di tingkat produsen dalam wujud karet getah tebal. Secara umum perkembangan harga produsen karet dari tahun 2002 – 2011 menunjukkan pola pertumbuhan yang meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 19,49% per tahun, meskipun pada tahun 2009 terjadi penurunan harga yang cukup signifikan sebesar 25,07% dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar 7.2).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
107
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Rp/kg 9.000 8.000
7.000 6.000
5.000 4.000
3.000 2.000
1.000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 7.2. Perkembangan Harga Karet Getah Tebal di Indonesia, 2002 – 2011 Rp/kg 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumsel
Sumut
Riau
Jambi
Kalbar
Kalteng
Gambar 7.3. Perkembangan harga produsen karet getah tebal di beberapa provinsi sentra produksi, 2002 – 2011 Ditinjau dari harga produsen getah karet tebal di masing-masing provinsi sentra produksi selama tahun 2002 - 2011, tampak bahwa perkembangan harga berfluktuasi namun menunjukkan kecenderungan meningkat. Tahun 2009 di semua provinsi sentra mengalami penurunan harga, dan meningkat kembali tahun-tahun berikutnya kecuali di Sumatera Selatan (Gambar 7.3). Selama periode tersebut, peningkatan harga produsen karet terbesar terjadi di Jambi sebesar 23,15% per tahun, disusul kemudian di Kalbar sebesar 21,81% 108
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
per tahun dan di Riau sebesar 20,23% per tahun. Pertumbuhan harga karet getah tebal terendah terjadi di provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 13,49% per tahun (Tabel 7.2). Pada tahun 2011, harga nominal karet getah tebal di tingkat produsen tertinggi terjadi di Provinsi Jambi yang mencapai Rp. 9.313,-/kg, disusul kemudian di Provinsi Riau mencapai Rp. 9.218,-/kg, sementara di Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah berkisar Rp. 6.184,/kg hingga Rp. 6.903,-/kg dan harga terendah terjadi di Provinsi Sumatera Selatan hanya sebesar Rp. 3.766,-/kg. Perkembangan harga produsen karet di Indonesia tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Perkembangan Harga Produsen Karet getah Tebal di Indonesia, 2002 – 2011 Harga Produsen Karet Getah Tebal (Rp/Kg) No
Tahun
1
2002
1.684
1.973
2.148
1.935
1.501
1.924
1.930
2
2003
2.262
2.349
2.768
2.326
1.983
2.174
2.275
17,89
3
2004
2.928
2.689
3.575
3.558
2.304
2.325
3.036
33,42
4
2005
3.621
3.798
5.178
4.376
2.835
3.400
3.925
29,29
5
2006
5.025
5.181
6.842
8.125
3.422
5.008
5.187
32,15
6
2007
7.228
5.810
7.228
7.302
4.338
5.308
6.588
27,01
7
2008
8.222
7.276
8.834
9.182
7.742
6.717
7.773
17,99
8
2009
6.032
5.360
6.073
6.629
5.162
5.008
5.824
-25,07
9
2010
3.606
5.896
8.962
8.841
6.562
5.636
8.071
38,58
10
2011
3.766
6.478
9.218
9.313
6.903
6.184
8.407
4,16
Sumsel
Sumut
Riau
Jambi
Kalbar
Kalteng
Indonesia
% Pertumb. Indonesia
Rata-rata pertumbuhan (%) 2002-2011
13,49
15,79
20,23
23,15
21,81
15,87
19,49
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Sementara harga karet internasional berdasarkan data World Bank dibedakan karet-US (RSS-1), karet SGP/MYS (RSS-3) dan karet TSR20. Wujud karet tersebut adalah karet kering. Perkembangan harga internasional menunjukkan perkembangan kecenderungan meningkat, dan selama tahun 2002-2012 terjadi peningkatan tertinggi pada tahun 2011 dan penurunan harga cukup signifikan pada tahun 2009 dan 2012 (Gambar 7.4.). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
109
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Cent/Kg 600 500 400 300 200 100 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 7.4. Perkembangan harga internasional karet berdasarkan jenis harga, 2002 – 2012 Tabel 7.3. Perkembangan Harga Internasional Karet, 2002 – 2012 Harga Karet Jenis (Cent/Kg) No
Tahun
1
2002
90,67
2
2003
122,49
35,09
108,27
41,55
100,41
33,60
3
2004
148,33
21,09
128,04
18,26
120,66
20,17
4
2005
166,10
11,99
148,80
16,22
138,64
14,90
5
2006
231,28
39,24
207,88
39,70
194,61
40,37
6
2007
248,03
7,24
226,31
8,87
215,57
10,77
7
2008
284,08
14,53
258,63
14,28
253,00
17,37
8
2009
214,64
-24,45
192,07
-25,73
180,02
-28,85
9
2010
386,62
80,12
365,39
90,24
338,08
87,80
10
2011
516,97
33,72
482,32
32,00
451,90
33,67
11
2012
313,11
-39,43
337,73
-29,98
315,58
-30,17
Rubber, US
Pertumb. (%)
Rubber, SGP/MYS
Pertumb. (%)
76,49
Rubber, TSR20
Pertumb. (%)
75,15
Rata-rata pertumbuhan (%) 2002-2011
17,91
20,54
19,96
Sumber: World Bank, diolah Pusdatin
Selama tahun 2002-2012, pertumbuhan harga karet internasional berdasar jenisnya bervariasi, tertinggi adalah karet SGP/MYS sebesar 20,54% 110
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
diikuti karet TSR20 19,96% dan karet US 17,91%. Dari sisi harga nominalnya menunjukkan harga karet US relatif lebih tinggi dari harga karet jenis lainnya (Tabel 7.3.). Rata-rata pertumbuhan karet internasional hampir sama dengan harga karet di Indonesia. 7.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KARET Kinerja perdagangan karet salah satunya didekati dengan melihat besarnya ekspor dan impor karet. Berdasarkan keragaan data pada Tabel 7.4, nominal ekspor karet Indonesia jauh lebih besar dari impornya baik volume maupun nilainya. Pertumbuhan ekspor karet Indonesia pada periode tahun 2008 – 2012 meningkat, dari sisi volume meningkat sebesar 1,72% per tahun dan dari sisi nilai meningkat cukup signifikan mencapai 24,62%. Hal ini didorong oleh meningkatnya nilai ekspor yang terjadi pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari US$ 7,47 milyar di tahun 2010 menjadi US$ 11,97 milyar di tahun 2011. Meskipun relatif kecil, setiap tahun Indonesia melakukan impor karet dan selama tahun 2008 – 2012 pertumbuhan rata-rata per tahun menurun baik volume maupun nilainya dengan penurunan pertumbuhan masing-masing sebesar 16,25% dan 3,10%. Tabel 7.4. Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Karet Indonesia, 2008 - 2012 No.
Pertumb. (%)
Tahun
Uraian 2008
2009
2010
2011
2012
2008-2012
1 Ekspor - Volume (Ton)
2.345.457
2.067.312
2.420.716
2.638.382
2.444.438
1,72
- Nilai (000 US$)
6.152.246
3.450.497
7.470.112
11.969.058
7.861.378
24,62
- Volume (Ton)
283.057
269.717
344.005
356.910
30.028
-16,25
- Nilai (000 US$)
743.037
542.876
864.726
1.289.804
78.674
-3,10
- Volume (Ton)
2.062.401
1.797.595
2.076.711
2.281.472
2.414.411
4,59
- Nilai (000 US$) Sumber : BPS diolah Pusdatin
5.409.209
2.907.621
6.605.386
10.679.254
7.782.703
28,87
2 Impor
3 Neraca Perdagangan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
111
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Umumnya neraca perdagangan suatu komoditas dilihat dari angka ekspor dikurangi impor. Perkembangan neraca perdagangan karet dalam kurun waktu 2008 – 2012 terlihat selalu mengalami surplus yang berarti volume dan nilai ekspor karet lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai impornya. Selama kurun waktu tersebut, pertumbuhan neraca perdagangan dari sisi volume mengalami peningkatan sebesar 4,59 per tahun, sedangkan dari sisi nilai mengalami peningkatan sebesar 28,87% per tahun. Surplus neraca perdagangan karet Indonesia selama lima tahun terakhir tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai US$ 10,68 milyar. Perkembangan nilai ekspor, impor, dan neraca perdagangan karet Indonesia disajikan pada Gambar 7.5. (US$ juta) 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 2008
2009
Ekspor
Impor
2010
2011
2012
Neraca Perdagangan
Gambar 7.5. Perkembangan nilai ekspor, impor, dan neraca perdagangan karet Indonesia, 2008 – 2012 Apabila dilihat dari wujud karet yang diekspor pada tahun 2012, sebagian besar atau sekitar 99% adalah dalam bentuk karet manufaktur baik volume maupun nilainya. Berkebalikan untuk impornya yang didominasi dalam wujud karet primer dengan volume sekitar 65% dan sisanya berupa karet dalam wujud manufaktur (Gambar 7.6). 112
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
(%) 100,00 80,00 60,00
40,00 20,00 Volume
Nilai
Volume
EKSPOR
Nilai IMPOR
Primer
Manufaktur
Gambar 7.6. Persentase ekspor dan impor karet primer dan manufaktur Indonesia, 2012 Ekspor karet manufaktur Indonesia didominasi dalam wujud standar karet Indonesia (TSRN) dan karet alam lembaran (RSS). Total nilai ekspor karet manufaktur pada tahun 2012 mencapai US$ 7,84 milyar atau sebesar 99,80% dari total ekspor karet Indonesia. Sementara dari sisi impor karet Indonesia tahun 2012, dominan dalam wujud karet primer dan sisanya berupa karet manufaktur. Impor karet primer Indonesia mencapai US$ 43,31 juta atau sekitar
55,04%
dari
total
karet
yang
diimpor
Indonesia
dan
sebesar US$ 35,37 juta berupa karet manufaktur. Impor karet primer utamanya adalah dalam wujud lateks. Perkembangan ekspor dan impor karet Indonesia dalam wujud primer dan manufaktur tahun 2008 – 2012 secara rinci disajikan pada Tabel 7.5.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
113
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Tabel 7.5. Perkembangan Ekspor-Impor Karet Indonesia, dalam wujud primer dan manufaktur, 2008 – 2012 No.
Tahun
Uraian
1 Volume Ekspor (Ton) - Primer - Manufaktur Persentase Thd total (%) - Primer - Manufaktur 2 Nilai Ekspor (000 US$) - Primer - Manufaktur Persentase Thd total (%) - Primer - Manufaktur 3 Volume Impor (Ton) - Primer - Manufaktur Persentase Thd total (%) - Primer - Manufaktur 4 Nilai Impor (000 US$) - Primer - Manufaktur Persentase Thd total (%) - Primer - Manufaktur
2008 2.345.457 32.279 2.313.179
2009 2.067.312 29.550 2.037.762
2010 2.420.716 31.800 2.388.916
2011 2.638.382 46.341 2.592.040
1,38 98,62 6.152.246 57.779 6.094.467
1,43 98,57 3.450.497 39.282 3.411.215
1,31 98,69 7.470.112 58.499 7.411.613
1,76 98,24 11.969.058 94.276 11.874.782
0,94 99,06 283.057 207.227 75.830
1,14 98,86 269.717 212.172 57.545
0,78 99,22 344.005 249.622 94.383
73,21 26,79 743.037 530.000 213.037
78,66 21,34 542.876 377.784 165.092
72,56 27,44 864.726 603.435 261.291
71,33 28,67
69,59 30,41
69,78 30,22
0,79 99,21 356.910 277.605 79.305 77,78 22,22 1.289.804 971.130 318.673 75,29 24,71
Pertumb. (%) 2012 2008 - 2012 2.634.974 2,07 7.832 123,77 2.627.142 1,79 0,30 99,70 8.398.095 16.440 8.381.655
27,83 109,14 27,82
0,20 99,80 32.316 20.905 11.411
315,16 581,63 129,69
64,69 35,31 84.254 47.037 37.217
327,64 639,27 155,10
55,83 44,17
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Dari sisi perkembangan ekspor impor karet Indonesia berdasarkan kode HS (Harmony Sistem) dalam kurun waktu 2008-2012, secara rata-rata sebagian besar ekspor dalam wujud technically specified natural rubber (TSNR 20) atau dengan kode HS 4001222000 yakni mencapai 89,99 % dari total nilai ekspor karet, diikuti kode HS 40012221000 (TSNR 10) dan kode HS 400121100 (RSS Grade 1). Proporsi ekspor karet Indonesia berdasarkan kode HS disajikan pada Gambar 7.7.
114
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
89,99%
2,46%
4,84%
TSNR 20
TSNR 10
2,70%
RSS 1
Lainnya
Gambar 7.7. Persentase ekspor karet Indonesia berdasarkan kode HS, 2008-2012 Selama tahun 2008-2012, ekspor karet Indonesia berdasarkan kode HS didominasi karet berkode HS 4001222000 (TNSR 20) dengan nilai mencapai US$ 6,69 milyar atau 89,99%, untuk karet berkode HS 4001221000 (TSNR 10) senilai US$ 180,10 juta (2,46%) serta karet berkode HS 4001211000 (RSS Grade 1) senilai US$ 189,67 juta (2,70%). Meskipun nilai nominalnya kecil, tetap dilakukan impor karet Indonesia dengan kode HS yang sama. Proporsi impor karet TNSR 20 adalah 4,17%, diikuti TNSR 10 sebesar 1,20% dan RSS Grade 1 sebesar 0,04%. Ekspor impor karet Indonesia menurut kode HS, secara rinci disajikan pada Tabel 7.6.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
115
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Tabel 7.6. Perkembangan Ekspor-Impor Karet Indonesia, menurut kode HS (Harmony Sistem), 2008 – 2012 Rata-Rata 2008-2012
2008
2009
Tahun 2010
2.077.274 88,57 5.484.702 89,15
1.779.374 86,07 2.971.597 86,12
2.165.418 89,45 6.745.314 90,30
2.370.274 89,84 10.907.436 91,13
426 0,15 1.300 0,17
750 0,28 1.680 0,31
1.331 0,39 3.298 0,38
3.583 1,00 17.218 1,33
4.204 14,00 14.656 18,63
2.059 3,16 7.630 4,17
40.921 1,74 110.508 1,80
58.709 2,84 99.859 2,89
63.733 2,63 197.377 2,64
65.322 2,48 301.881 2,52
60.573 2,48 190.884 2,43
57.852 2,43 180.102 2,46
75 0,03 220
190 0,07 334
317 0,09 790
668 0,19 2.695
1.319 4,39 4.402
0,03
0,06
0,09
0,21
5,60
62.802 2,68 171.641 2,79
72.004 3,48 121.692 3,53
57.888 2,39 186.289 2,49
59.997 2,27 285.814 2,39
54.915 2,25 182.897 2,33
61.521 2,61 189.667 2,70
0,02 0,00001 1,32 0,0002
20 0,00746 29 0,0053
45 0,01308 89 0,0102
0,39 0,00011 1,05 0,00008
61 0,20397 161 0,2042
25 0,04 56 0,04
- Volume (Ton) 2.345.457 2.067.312 - Nilai (000 US$) 6.152.246 3.450.497 Impor - Volume (Ton) 283.057 269.717 - Nilai (000 US$) 743.037 542.876 Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : TSNR : Technically Specified Natural Rubber RSS : Rubber Smoked Sheet
2.420.716 7.470.112
2.638.382 11.969.058
2.444.438 7.861.378
344.005 864.726
356.910 1.289.804
30.028 78.674
No.
Kode HS
1 4001222000 (TSNR 20)
2011
2012
Ekspor - Volume (Ton) % terhadap total - Nilai (000 US$) % terhadap total Impor - Volume (Ton) % terhadap total - Nilai (000 US$) % terhadap total 2 4001221000 (TSNR 10)
2.279.134 93,24 7.332.750 93,28
2.134.295 89,43 6.688.360 89,99
Ekspor - Volume (Ton) % terhadap total - Nilai (000 US$) % terhadap total Impor - Volume (Ton) % terhadap total - Nilai (000 US$) % terhadap total 3 4001211000 (RSS-1)
514 0,95 1.688 1,20
Ekspor - Volume (Ton) % terhadap total - Nilai (000 US$) % terhadap total Impor - Volume (Ton) % terhadap total - Nilai (000 US$) % terhadap total 4 Total
Ekspor
Negara tujuan ekspor karet Indonesia dibedakan ekspor karet dalam wujud primer dan wujud manufaktur. Telah diuraikan sebelumnya bahwa ekspor karet Indonesia sebagian besar dalam wujud manufaktur, pada tahun 2012 negara utama tujuan ekspor karet wujud manufaktur seperti pada Gambar 7.8. 116
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
2,87% 3,15%
2,61%
23,71%
23,40%
4,40% 5,81%
16,00% 18,05% Amerika
China
Jepang
Korea
India
Kanada
Brazil
Singapore
Lainnya
Gambar 7.8. Negara Tujuan Ekspor Karet Wujud Manufaktur Indonesia, 2012 Dari gambar 7.8. tampak bahwa Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor karet manufaktur Indonesia dengan total nilai ekspor mencapai US$ 1,84 milyar atau 23,40% dari total ekspor karet manufaktur Indonesia pada tahun 2012. Urutan kedua adalah Cina yang mencapai US$ 1,42 milyar (18,05%), disusul kemudian ke Jepang sebesar US$ 1,26 milyar (16%). Sementara negara lainnya nilai ekspornya dibawah 6% terhadap total nilai ekspor karet manufaktur. Secara rinci negara tujuan ekspor karet manufaktur dan nilai ekspor disajikan pada Tabel 7.7. Tabel 7.7. Negara Tujuan Ekspor Karet Manufaktur Indonesia, 2012 Uraian
Negara tujuan
Amerika China Jepang Korea Wujud India Manufaktur Kanada Brazil Singapore Lainnya Total
Ekspor
Share thd total (%)
Volume (Ton) Nilai (US$ 000) 572.130 1.835.520 437.329 1.416.005 389.234 1.255.321 142.355 456.115 107.848 345.065 76.701 247.062 69.766 225.369 63.460 204.403 577.995 1.860.521 2.436.818
7.845.381
Volume 23,48 17,95 15,97 5,84 4,43 3,15 2,86 2,60 23,72
Nilai 23,40 18,05 16,00 5,81 4,40 3,15 2,87 2,61 23,71
100,00
100,00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
117
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Dari sisi ekspor karet primer, negara tujuan ekspornya seperti Gambar 7.9. Turki merupakan negara tujuan utama ekspor karet primer Indonesia dengan proporsi nilai 47,91% terhadap total ekspor karet primer, negara tujuan berikutnya adalah Brazil (17,46%) dan Vietnam (9,35%) serta negara lainnya dibawah 5%.
4,83%
3,85% 16,61%
9,35% 17,46%
47,91%
Turki
Brazil
Viet Nam
China
Korea
Lainnya
Gambar 7.9. Negara Tujuan Ekspor Karet Wujud Primer Indonesia, 2012 Besarnya nilai ekspor karet wujud primer ke Turki mencapai US$ 7,66 juta, Brazil US$ 2,79 juta dan Vietnam US$ 1,49 juta. Rincian nilai ekspor dan propsinya disajikan pada Tabel 7.8. Tabel 7.8. Negara Tujuan Ekspor Karet Primer Indonesia, 2012 Uraian
Negara tujuan
Wujud Primer
Turki Brazil Viet Nam China Korea Lainnya
Total
Ekspor Volume (Ton) Nilai (US$ 000) 3.804 7.664 1.320 2.793 460 1.495 421 773 336 615 1.280 2.656 7.620
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
118
Share thd total (%)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15.996
Volume 49,92 17,32 6,03 5,53 4,41 16,79
Nilai 47,91 17,46 9,35 4,83 3,85 16,61
100,00
100,00
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Walaupun dalam nominal yang jauh lebih kecil dari angka ekspor karet, Indonesia melakukan impor karet yang didominasi oleh wujud primer. Negara asal utama impor karet Indonesia wujud primer disajikan pada Gambar 7.10. Tampak bahwa Malaysia merupakan negara asal utama impor karet primer dengan proporsi 40,98% terhadap total nilai impor karet primer Indonesia. Diikuti kemudian Vietnam (31,45%) dan Thailand (24,67%).
2,45% 0,44%
24,67%
31,45%
Malaysia India
40,98%
Viet Nam Lainnya
Thailand
Gambar 7.10. Negara Asal Impor Karet Wujud Primer Indonesia, 2012 Lebih jauh melihat besarnya volume dan nilai impor karet primer Indonesia dari negara asal impor disajikan pada Tabel 7.9. Dari tabel tersebut, tampak bahwa impor karet primer Indonesia dari Malaysia bernilai 17,75 juta US$, sementara impor dari Vietnam dan Thailand masing-masing bernilai 13,62 juta US$ dan 10,68 juta US$.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
119
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Tabel 7.9. Negara Asal Impor Karet Primer Indonesia, 2012
Uraian
Wujud Primer
Negara asal Malaysia Viet Nam Thailand India Lainnya
Total
Impor
Share thd total (%)
Volume (Ton) Nilai (US$ 000) 7.879 17.749 6.315 13.621 4.553 10.685 415 1.063 54 189 19.216
43.306
Volume 41,00 32,87 23,69 2,16 0,28
Nilai 40,98 31,45 24,67 2,45 0,44
100,00
100,00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Bila dilihat perdagangan karet di dunia, maka tiga negara yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council/ITRC yakni Indonesia, Thailand dan Malaysia merupakan negara eksportir karet terbesar di dunia. Berdasarkan data nilai ekspor karet dunia yang bersumber dari FAO, pada tahun 2006–2010 nilai ekspor ketiga negara eksportir karet tersebut secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 82,27% terhadap total nilai ekspor karet di dunia. Indonesia dan Thailand merupakan negara eksportir karet terbesar pertama dan kedua di dunia yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 35,06% dan 32,61% dengan nilai ekspor rata-rata selama periode tahun 2006 – 2010 masing-masing sebesar US$ 4,95 milyar dan US$ 4,60 milyar. Pada urutan berikutnya yakni Malaysia yang memberikan kontribusi sebesar 14,60% terhadap total ekspor karet dunia atau mencapai US$ 2,06 milyar (Gambar 7.11.).
Secara rinci,
perkembangan nilai ekspor negara eksportir karet dunia tahun 2006 – 2010 disajikan pada Tabel 7.10.
120
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
17,73% 35,06% 14,60%
32,61%
Indonesia
Thailand
Malaysia
Negara lainnya
Gambar 7.11. Negara eksportir karet terbesar dunia, 2006 - 2010 Tabel 7.10. Negara Eksportir Karet Terbesar Dunia, 2006 – 2010 No
Negara
Nilai ekspor (000 US$) 2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata
Share (%)
Share Kumulatif (%)
1 Indonesia
4.307.834
3.858.266
6.041.883
3.231.164
7.295.411
4.946.912
35,06
35,06
2 Thailand
4.202.571
4.372.726
5.334.485
3.112.598
5.983.671
4.601.210
32,61
67,67
3 Malaysia
2.112.443
2.002.413
2.306.081
1.182.808
2.693.815
2.059.512
14,60
82,27
4 Viet Nam
413.509
444.300
448.785
364.426
2.388.225
811.849
5,75
88,02
434.095
3,08
91,10 91,98 100,00
5 Pantai Gading
310.166
354.542
494.920
340.667
670.181
6 Jerman
45.060
95.209
77.257
106.993
294.121
123.728
0,88
7 Lainnya
749.384
921.504
1.054.158
863.276
2.072.795
1.132.223
8,02
12.140.967
12.048.960
15.757.569
9.201.932
21.398.219
14.109.529
100,00
Dunia
Sumber : FAO diolah Pusdatin
Sementara, negara-negara importir karet didominasi oleh negara-negara industri khususnya industri otomotif yang banyak menggunakan karet sebagai bahan baku. Berdasarkan data dari FAO periode tahun 2006 - 2010, terdapat 8 (delapan) negara importir karet terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi 72,39% terhadap total nilai impor karet di dunia berturut-turut yaitu China, Amerika Serikat, Jepang, Korea, Jerman, Brazil, Perancis, dan Malaysia (Gambar 7.12.). China sebagai negara importir karet terbesar yaitu 24,83% dari total impor dunia atau senilai US$ 3,61 milyar per Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
121
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
tahun, disusul Amerika dan Jepang masing-masing sebesar 14,93% dan 12,92% atau masing-masing senilai US$ 2,17 milyar dan US$ 1,88 milyar. Sementara, Korea, Jerman, Brazil, Perancis dan Malaysia masing-masing mengimpor karet dengan kontribusi kurang dari 6% dari total impor karet dunia. Negara importir karet dunia tahun 2006 – 2010 secara rinci disajikan pada Tabel 7.11. 24,83% 14,93%
27,61%
12,92% 3,07% 3,29%
3,37%
4,47%
China
Amerika
Jepang
Korea
Brazil
Perancis
Malaysia
Lainnya
5,53%
Jerman
Gambar 7.12. Negara importir karet terbesar dunia, 2006 – 2010 Tabel 7.11. Negara Importir Karet Terbesar Dunia, 2006 – 2010 No
Negara
Nilai impor (000 US$) 2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata
Share (%)
Share Kumulatif (%)
1 China
2.900.834
3.099.144
4.070.853
2.592.943
5.409.395
3.614.634
24,83
24,83
2 Amerika
1.925.617
2.038.032
2.756.507
1.259.610
2.883.300
2.172.613
14,93
39,76
3 Jepang
1.814.359
1.771.109
2.355.249
1.130.264
2.328.804
1.879.957
12,92
52,67
4 Korea
680.935
732.809
938.569
554.284
1.114.697
804.259
5,53
58,20
5 Jerman
509.685
563.881
665.459
350.355
1.163.785
650.633
4,47
62,67
6 Brazil
367.859
452.960
624.108
253.032
756.312
490.854
3,37
66,04
7 Perancis
483.909
511.399
604.005
243.602
548.227
478.228
3,29
69,33
8 Malaysia
204.944
383.091
337.194
489.727
816.606
446.312
3,07
72,39
9 Spanyol
367.966
432.756
511.583
236.903
561.628
422.167
2,90
75,29
10 Lainnya
3.775.157
4.185.005
4.871.030
3.291.763
6.200.481
4.464.687
27,61
100,00
12.458.355
13.354.339
16.885.780
9.675.853
20.405.001
14.555.866
100,00
Dunia
Sumber : FAO diolah Pusdatin
122
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
7.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KARET Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas. Hasil perhitungan nilai ISP karet primer berupa latek dan karet manufaktur diantaranya berupa karet alam lembaran (RSS) dan TSRN, standar karet Indonesia serta total karet Indonesia tahun 2008 - 2012 disajikan pada Tabel 7.12. Tabel 7.12. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) karet primer, karet manufaktur dan total karet Indonesia, 2008 – 2012 Uraian
Nilai (000 US$) 2008
2009
2010
2011
2012
Primer Ekspor-Impor
-472.221
-338.502
-544.936
-876.854
-27.310
Ekspor+Impor
587.780
417.066
661.935 -0,823
1.065.407 -0,823
59.303 -0,461
ISP
-0,803
-0,812
Manufaktur Ekspor-Impor
5.881.430
3.246.123
7.150.322
11.556.108
7.810.013
Ekspor+Impor
6.307.504
3.576.307
7.672.904 0,932
12.193.455 0,948
7.880.749 0,991
ISP
0,932
0,908
Total Karet Ekspor-Impor
5.409.209
2.907.621
6.605.386
10.679.254
7.782.703
Ekspor+Impor
6.895.284
3.993.373
8.334.839 0,793
13.258.862 0,805
7.940.052 0,980
ISP
0,784
0,728
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Nilai ISP dihitung menggunakan indikator nilai ekspor dan impor. Nilai ISP karet primer seperti yang tersaji pada Tabel 7.12. pada tahun 2008-2012 bernilai negatif dengan range -0,461 sampai dengan -0,823 yang menunjukkan bahwa komoditas karet Indonesia dalam wujud latek tidak memiliki daya saing dalam perdagangan dunia. Namun demikian, pada tahun 2012 meskipun masih bernilai negatif tetapi menunjukkan kemajuan yaitu -0,461. Indonesia mempunyai daya saing yang sangat kuat atau pada tahap pematangan ekspor pada produk karet manufaktur, khususnya wujud
TSRN, standar karet
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
123
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP yang mencapai 0,932 pada tahun 2008. Pada periode berikutnya, nilai ISP karet manufaktur Indonesia mengalami penurunan namun masih bernilai diatas 0,9 dan pada tahun 2012 mencapai 0,991 yang berarti karet manufaktur Indonesia masih berada pada tahap pematangan ekspor atau dapat dikatakan memiliki daya saing tinggi atau dikatakan Indonesia sebagai negara pengekspor karet manufaktur dunia (Gambar 7.13.).
1,00 0,80 0,60
0,40 0,20 0,00
-0,20
2008
2009
2010
2011
2012
-0,40 -0,60 -0,80
-1,00 Primer
Manufaktur
Total karet
Gambar 7.13. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) karet primer, manufaktur dan total karet Indonesia, 2008 – 2012 Sejalan dengan nilai ISP diatas maka bila dilihat dari kemampuan produksi karet dalam negeri terlihat cukup tinggi bahkan sebagian besar untuk diekspor/surplus, hal ini dapat dilihat dari SSR tahun 2008 sampai 2012 yang menunjukkan angka positif, cukup besar persentasenya dan berkecenderungan meningkat (Tabel 7.13 dan Gambar 7.14). Indonesia tetap melakukan impor yang sebagian besar dalam wujud karet primer/latek, hal ini terlihat dari nilai IDR tahun 2008-2012 yang menunjukkan kecenderungan meningkat, namun pada tahun 2012 karena adanya perubahan kode HS nilai IDR menurun.
124
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Sebagai eksportir karet dunia tentunya memiliki unggulan wujud karet yang diekspor. Ekspor karet manufaktur Indonesia yang memiliki daya saing adalah karet manufaktur yang didominasi oleh karet dengan kode HS 4001222000 (TSNR 20), 4001221000
(TSNR 10)
dan
4001211000
(RSS
Grade 1).
Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Tabel 7.13.
karet Indonesia, 2008 – 2012 Tahun
No.
Uraian
2008
2009
2010 Ton
2011
2012*)
1
Produksi
2.751.286
2.440.347
2.734.854
2.990.184
3.040.376
2
Ekspor
2.345.457
2.067.312
2.420.716
2.638.382
2.444.438
3
Impor
283.057
269.717
344.005
356.910
30.028
4
Produksi + Impor - Ekspor
688.885
642.752
658.143
708.713
625.966
IDR (%)
41,09
41,96
52,27
50,36
4,80
SSR (%)
399,38
379,67
415,54
421,92
485,71
Sumber
: BPS dan Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : Mulai tahun 2012, ada perubahan cakupan kode HS
(%) 600 500 400 300 200 100 0 2008
2009
2010
IDR (%)
2011
2012*)
SSR (%)
Gambar 7.14. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) karet Indonesia, 2008 – 2012
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
125
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
Indeks
Keunggulan
Komparatif
atau
RSCA
(Revealed
Symmetric
Comparative Advantage) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur
keunggulan
komparatif
di
suatu
wilayah,
untuk
mengukur
keunggulan komparatif karet Indonesia dalam perdagangan dunia.
Hasil
analisis RSCA karet Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.14. Tabel 7.14.
Indeks keunggulan komparatif perdagangan dunia, 2008-2011
Indonesia
dalam
Nilai Ekspor (000 US$)
Uraian Karet
karet
2008
Dunia Indonesia Non Migas Dunia Indonesia Dunia Rasio Indonesia RCA RSCA
19.368.535 6.056.574 13.157.364.489 107.894.200 0,001 0,06 38,13 0,95
2009 11.312.005 3.420.610 10.563.721.834 97.491.700 0,001 0,03 36,88 0,95
2010 23.129.441 7.812.259 12.725.891.053 129.739.500 0,002 0,07 41,19 0,95
2011 38.663.478 13.011.608 14.756.917.803 162.019.600 0,003 0,12 41,04 0,95
Sumber: BPS dan UNComtrade, diolah Pusdatin
Berdasaran hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 7.14, terlihat bahwa komoditas karet Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang cukup besar di pasar dunia, hal ini ditunjukkan nilai RSCA tahun 2008 - 2011 mendekati nilai 1 dan relatif stabil selama periode tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa ekspor karet Indonesia terhadap total ekspor non migas lebih tinggi dibandingkan pangsa ekspor karet dunia terhadap ekspor non migas dunia.
Tingginya nilai RSCA karet tersebut terutama disumbangkan dari
wujud karet TSRN, standar karet Indonesia (HS 400122) dan karet alam lainnya (HS 400129) yang memiliki keunggulan komparatif cukup besar mencapai 0,96 dan 0,94 pada tahun 2011 (Tabel 7.15).
126
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Tabel 7.15. Hasil perhitungan nilai RCA dan RSCA karet Indonesia, 2008-2011 Nilai Ekspor (000 US$)
Uraian Karet
400110 400121 400122 400129
2008 19.368.535 2.143.826 2.817.364 12.355.478 2.051.867
2009 11.312.005 1.966.806 1.529.184 6.595.885 1.220.131
2010 23.129.441 2.773.509 2.973.532 14.484.902 2.897.498
2011 38.663.478 3.774.009 4.606.331 25.689.369 4.593.770
Indonesia Kode HS 400110 Kode HS 400121 Kode HS 400122 Kode HS 400129
6.056.574 14.691 365.545 5.674.460 1.877
3.420.610 139.685 166.104 2.779.643 335.177
7.812.259 277.195 224.814 6.395.671 914.579
13.011.608 332.493 324.139 11.123.592 1.231.384
13.157.364.489 107.894.200
10.563.721.834 97.491.700
12.725.891.053 129.739.500
14.756.917.803 162.019.600
Dunia Kode HS Kode HS Kode HS Kode HS
Non Migas
Dunia Indonesia
Share
Dunia Kode HS Kode HS Kode HS Kode HS
RCA
RSCA
400110 400121 400122 400129
0,00147 0,00016 0,00021 0,00094 0,00016
0,00086 0,00015 0,00012 0,00050 0,00009
0,00176 0,00021 0,00023 0,00110 0,00022
0,00294 0,00029 0,00035 0,00195 0,00035
Indonesia Kode HS 400110 Kode HS 400121 Kode HS 400122 Kode HS 400129
0,05613 0,00014 0,00339 0,05259 0,00002
0,03170 0,00129 0,00154 0,02576 0,00311
0,07241 0,00257 0,00208 0,05928 0,00848
0,12060 0,00308 0,00300 0,10310 0,01141
Karet Kode HS Kode HS Kode HS Kode HS
400110 400121 400122 400129
38,13 0,84 15,82 56,01 0,11
36,88 8,66 13,25 51,39 33,50
41,19 12,19 9,22 53,84 38,49
41,04 10,74 8,58 52,80 32,69
Karet Kode HS Kode HS Kode HS Kode HS
400110 400121 400122 400129
0,95 -0,09 0,88 0,96 -0,80
0,95 0,79 0,86 0,96 0,94
0,95 0,85 0,80 0,96 0,95
0,95 0,83 0,79 0,96 0,94
Sumber: BPS dan UNComtrade, diolah Pusdatin
Dalam kinerja perdagangan tentu ingin mengetahui posisi produk ekspornya dalam suatu pasar. Untuk digunakan perhitungan CMSA (Constant
Market Share Analysis) atau model pangsa pasar konstan. Dengan perhitungan CMSA, dapat diketahui efek pertumbuhan dunia (World Growth Effect), efek komposisi komoditas (Commodity Composition Effect), efek distribusi pasar (Market Distribution Effect) dan efek daya saing produk (Competitiveness
Effect). Guna mengkaji efek distribusi pasar dan daya saing produk karet Indonesia, dilakukan perhitungan nilai CMSA di negara-negara mitra dagang karet Indonesia yakni Amerika Serikat, China, Jepang dan Korea Selatan. Hasil Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
127
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
perhitungan CMSA karet Indonesia tahun 2008 - 2011 di pasar dunia serta ke negara–negara tujuan ekspor terbesar karet Indonesia disajikan pada Tabel 7.16. Nilai ekspor karet Indonesia ke dunia dari tahun 2008 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan mencapai 114,83% atau dari US$ 6,06 milyar pada tahun 2008 menjadi US$ 13,01 milyar pada tahun 2010. Peningkatan ekspor karet Indonesia pada periode tersebut didorong oleh adanya pengaruh pertumbuhan dunia atau adanya peningkatan kebutuhan karet dunia yang meningkat sebesar 90,06%. Hal ini mencerminkan bahwa Indonesia telah mengambil peranan yang cukup besar dalam pemenuhan permintaan karet dunia. Peningkatan ekspor karet Indonesia ke dunia selama periode tahun 2008 – 2011 juga dipengaruhi oleh meningkatnya pengaruh komposisi komoditas sebesar 4,08%. Indonesia bermitra dengan 4 negara utama dalam perdagangan karet dunia yakni Amerika Serikat di urutan pertama, dan disusul ke negara China, Jepang dan Korea Selatan. Berdasarkan hasil analisis efek distribusi pasar, walaupun terjadi peningkatan ekspor karet Indonesia ke dunia namun terjadi hambatan di pasar Amerika Serikat dan China sebagai negara tujuan utama ekspor karet Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi di negara tersebut khususnya di Amerika Serikat. Permintaan karet Indonesia di negara-negara tersebut tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan karet di negara-negara lain. Hal ini mengakibatkan kinerja ekspor karet Indonesia menjadi terhambat karena ekspor karet terkonsentrasi ke negara-negara yang permintaannya relatif lambat (stagnan). Ekspor karet ke Amerika Serikat menghambat kinerja ekspor karet Indonesia ke dunia sebesar 2,55% atau US$ 177,61 juta, ke China menghambat sebesar 2,35% atau US$ 163,45 juta dan Jepang menghambat sebesar 1,81% atau US$ 125,75 juta. Namun demikian, terjadi dorongan pasar karet Indonesia di negara tujuan berikutnya yakni Korea Selatan sebesar 0,08% atau senilai US$ 5,31 juta. 128
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7.6 terlihat daya saing karet Indonesia di pasar dunia pada tahun 2008 -2011 secara umum cukup baik atau positif di semua negara mitra dagang. Hal ini menunjukkan bahwa karet asal Indonesia mampu bersaing dengan karet dari negara-negara pesaing lainnya. Tabel 7.16. Hasil perhitungan Constant Market Share Analysis (CMSA) karet Indonesia ke dunia, 2008 - 2011 No. 1
%
%
Jepang
Korea Selatan
6.263.491.417 90,06 283.470.596 4,08
Market Distribution Effect US$ %
4
China
Commodity Composition Effect US$
3
USA
World Growth Effect US$
2
Negara Tujuan
Uraian
-342.257.912
-177.614.082
-163.450.740
-125.747.423
5.306.062
-4,92
-2,55
-2,35
-1,81
0,08
750.329.664
585.685.834
571.522.492
533.819.175
402.765.690
10,79
8,42
8,22
7,68
5,79
Competitiveness Effect US$ %
Sumber : UNcomtrade, diolah Pusdatin Keterangan : Kode HS yang digunakan dalam analisis ini meliputi 400110, 400121, 400122, dan 400129.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
129
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 1 Thn. 2013
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008. Jakarta Departemen Perdagangan. 2008. Kajian Pengembangan Pasar Eskpor Produk Makanan Olahan. Jakarta. Departemen Perdagangan. 2009. KTT ASEAN ke-14 dan Hasil-hasil Perundingan: Komitmen Bersama untuk Menjawab Situasi Ekonomi Dunia (Siaran Pers). Departemen Perdagangan, Jakarta. Departemen Pertanian. 2004. Kebijakan kemitraan Gapoktan dengan lembaga pemasaran lainnya. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum Kebijakan Pemasaran Antar Daerah/Wilayah. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP). Ditjen Hortikultura. 2010. Statistik Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta. Rachman, H.P.S., S.H. Suhartini dan G.S. Hardono. 2008. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Rosihan Leave a comment Go to comments July 15th, 2007,Terhubung Berkala (Mei, 2011) Laporan Bulanan, Bulan Mei 2013. Sekretariat Dewan Gula Indonesia Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012. Statistik Perkebunan Tebu 2012. Sekretariat Ditjen Perkebunan, Jakarta Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.8, No.2, Desember 2007. Permintaan gula di Indonesia, Catur Sugiyanto, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. E-mail :
[email protected] http://www.fao.org 130
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No.1 Thn. 2013
http://www.UNComtrade.org
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
131