Sumber: Dhammapada Atthakatha. Oleh: Tim Penerjemah Vidyasena.
Sabbadanam Dhammadanam Jinati. Pemberian Dhamma Melebihi Segala
Pemberian ...
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Terpujilah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna
Tahun IV* Edisi 61* No.061 * September 2009 Dicetak dan dibagikan Cuma-Cuma Oleh: Penulis Viriyani Mariyati (Meditator) Alamat Via Pos: Apotik Sejahtera Jl. Kanjeng Dalem No.29 Rt.004 Rw.006 Kel. Sukarasa Kec. Kota Tangerang – 15111 Hp. 08176473735
PERLINDUNGAN Sebagai umat Buddha apa yang harus kita punyai dalam keadaan yang tidak menentu seperti sekarang ini. Apakah pegangan yang harus dipunyai oleh setiap umat Buddha dalam menghadapi bermacam-macam masalah yang tidak menentu yang menimbulkan ketakutan, was-was, gelisah, khawatir dan sebagainya. Tidak lain adalah Triratna yaitu Buddha, Dhamma dan Sangha.. Setiap umat Buddha melakukan sembahyang, berupacara. Pada waktu kita akan memulai kita juga melakukan pembukaan singkat sekali. Semuanya tidak lain ditujukan kepada Triratna—Buddha—Dhamma—Sangha. Setiap umat Buddha juga hafal dengan Buddham Saranam Gacchami, Dhammam Saranam Gacchami, Sangham Saranam Gacchami (Aku berlindung kepada Buddha, Aku berlindung kepada Dhamma, Aku berlindung kepada Sangha). Dengan menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha secara psikologis, secara kejiwaan, kita ini punya pelindung sehingga ada sesuatu yang kita miliki. Secara kejiwaan kita akan tenang. Mengapa Buddha—Dhamma— Sangha itu dijadikan pelindung karena Buddha—Dhamma—Sangha itu sudah bersih dari keserakahan, kebencian dan kegelapan bathin. Dewa-dewa atau orang lain bisa melindungi kita, mungkin saja dia melindungi dengan tulus, tetapi mungkin juga tidak tulus, minta balasan. Paling tidak dia mengharapkan ucapan terima kasih, pujian. Kalau dia tidak mendapatkan itu dia bisa kecewa karena dia sudah berkorban melindungi yang harus dilindungi. 1
Karena mereka masih mempunyai keserakahan, meskipun mungkin tidak besar, mereka mungkin masih mempunyai kebencian, masih mempunyai pandangan-pandangan yang salah. Kalo Buddha—Dhamma—Sangha tidak mempunyai keserakahan, tidak mempunyai kebencian, tidak mempunyai pandangan yang salah. Juga tidak membutuhkan imbalan apapun, pujian, sesajian, kemudian persembahan-persembahan, tidak sama sekali. Sekarang yang menjadi persoalan adalah apakah kita sudah terbebas dari penderitaan? Nyatanya banyak umat Buddha yang berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha masih belum bebas dari penderitaan. Kita harus meningkatkan sikap berlindung kita itu, tidak hanya sekedar: Aku berlindung pada Buddha, aku berlindung pada Dhamma, aku berlindung pada Sangha. Kita harus meningkatkan lebih tinggi lagi. Bagaimana caranya? Caranya adalah belajar Dhamma. Apa yang diberikan oleh Triratna kepada kita; Buddha sebagai seorang yang menemukan obat, Dhamma itulah obat, Sangha adalah orang yang sudah mencoba obat itu, sudah sembuh dan kemudian menjadi perawat untuk membantu kita yang masih belum sembuh. Memelihara dan menjaga kesadaran, meskipun tidak bisa setiap detik, itu sangat perlu dari kita bangun pagi sampai nanti tidur kembali. Sebanyak-banyaknya kita menggunakan kesadaran, kita akan menyadari apa saja yang muncul pada pikiran, perasaan kita. Itulah arti berlindung pada Buddha-Dhamma-Sangha yang tertinggi. Demikianlah cara membebaskan pikiran kita dari gangguan-gangguan, dari persoalan-persoalan.**** Oleh: Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera
DHAMMAPADA KISAH-KISAH DHAMMAPADA Kisah Kisagotami Kisagotami menghadap Sang Buddha karena ia dilanda kesedihan mendalam akibat kematian anak tunggalnya. Kepadanya Sang Buddha mengatakan, ”Kisagotami, kamu berpikir bahwa hanya kamu yang kehilangan anak. Kematian menimpa semua makhluk. Sebelum keinginan mereka terpenuhi, kematian telah menjemputnya.” Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 287 berikut: Orang yang pikirannya melekat pada anak-anak dan ternak peliharaannya, maka kematian akan menyeret dan menghanyutkannya, seperti banjir besar menghanyutkannya sebuah desa yang tertidur. Kisagotami mencapai tingkat kesucian sottapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Sumber: Dhammapada Atthakatha Oleh: Tim Penerjemah Vidyasena
Sabbadanam Dhammadanam Jinati Pemberian Dhamma Melebihi Segala Pemberian Lainnya 2
JATAKA Cula-Janaka-Jataka
KALENDER ATTHANGASILA DI HARI UPOSATHA
“Berusaha keraslah, Saudaraku,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, mengenai seorang bhikkhu lain yang menyerah. Semua kejadian yang berhubungan dengan ini, akan diceritakan di Maha-Janaka-Jataka. Raja yang sedang duduk di bawah payung kerajaan, mengucapkan syair berikut ini: Berusaha keraslah, saudaraku; tetap memegang harapan dengan pendirian yang teguh; Jangan takut maupun lelah walaupun diusik oleh rasa sakit. Saya sendiri telah melihat, setelah semua penderitaan saya berlalu, siapa yang telah bertempur dengan kekeras-kepalaan saya hingga kandas. Disini bhikkhu yang menyerah tersebut juga mencapai tingkat kesucian Arahat. Buddha yang Maha Sempurna adalah Raja Janaka. Sumber: Suttapitaka Khuddakanikaya, Jataka Volume I Oleh: Itc Sumut
SHARING DHAMMA DARI KITA OLEH KITA UNTUK KITA
Kita selalu saja mudah marah, benci, tidak senang melihat hal-hal yang kita tidak suka, kenapa demikian? Karena kita cenderung melihat keluar tidak melihat kedalam diri, jadi tidak memahami diri sendiri. Untuk bisa melihat diri sendiri, di perlukan praktek Dhamma ( Dana, Sila dan Samadhi). Dengan latihan tersebut baru kita akan memperoleh ketenangan, kesabaran, dapat memahami, dapat melihat segala sesuatu lebih jelas juga dapat mengatasi berbagai macam masalah kehidupan jadi tunggu apa lagi Ayoo mari kita semangat dalam berlatih ya.... Have a nice day :)) (0817647xxxx)
Y A. Jinadhammo Mahathera
Orang
yang bijak adalah orang yang dapat hidup damai dengan segala hal yang tidak dapat ia ubah. Have a great day :) Rasa terima kasih adalah sebuah sifat yang tidak boleh diabaikan bila kita ingin meningkatkan kualitas hidup di dunia. :) (0856883xxxx) Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta Semoga Semua Makhluk Berbahagia “Dhamma.... Indah pada permulaannya.... Indah pada pertengahan....dan Indah pada Akhirnya.” 3
Hi teman-teman Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-Sila di bulan September 2009 {03(15), 11(23), 19(1), 26(8)}. selamat menjalankan Uposatha-Sila (Pengamalan Delapan Sila) yang mendatangkan kebahagiaan, menciptakan suasana yang damai, tenteram, rukun, harmonis, berbahagia di dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan berumah tangga. 4