29 Jul 2013 ... KISI-KISI SOAL UJIAN KOMFREHENSIF. Mata Ujian Jurusan Perbandingan
Agama. Tanya : Sebutkan beberapa pengertian agama ?
KISI-KISI SOAL UJIAN KOMFREHENSIF Mata Ujian Jurusan Perbandingan Agama
Tanya : Sebutkan beberapa pengertian agama ? Jawab : Dalam bahasa Sansekerta istilah agama berasal dari a = kesini, gam, go, gehen= berjalan-jalan, maksudnya peraturan-peraturan tradisional, ajaran, kumpulan hukum-hukum, yang turun secara turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Bisa juga agama itu berasal dari a = tidak, gam = kacau, jadi agama itu terkait dengan sesuatu yang tidak kacau, maksudnya tertib, teratur. Juga istilah agama atau religion dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin religio yang berarti agama, kesucian, kesalahan, ketelitian batin. Religare yang berarti mengikatkan kembali, pengikatan bersama. Beberapa arti agama yang terungkap dari Webster`s Dictionary: 1. Percaya kepada Tuhan atau kekuatan superhuman atau kekuatan yang di atas dan disembah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. 2. Ekspresi dari kepercayaan diatas berupa amal ibadah 3. a. Sesuatu system kepercayaan, peribadatan, amal dan sebagainya yang sering melibatkan kode etik dan filsafat tertentu, misalnya tercermin dalam ungkapan: agama Kristen, agama Budha dan sebagainya, b. Suatu system kepercayaan, pengalaman dan nilai etika dan sebagainya yang menyerupai sesuatu system, seperti humanisme adalah agamanya 4. Suatu keadaan jiwa ata cara hidup yang mencerminkan kecintaan atau kepercayaan terhadap tuhan, kehendak dan prilakunya sesuai dengan “aturan tuhan”, seperti tampak dalam kehidupan kebiaraan, sehingga sering disebut “Ia telah mencapai agama” 5. Suatu objek yang dianggap berharga dan menjadi tujuan hidupnya, misalnya kesucian adalah agama baginya. 6. Amal ibadat yang tampak. 7. Aturan agama atau lingkungan agama.Edward B. Tylor mendefinisikan agama sebagai “belief in Spritual Being” kepercayaan kepada sesuatu yang wujud.
Tanya : Apa yang dimaksud dengan pengertian Ilmu Perbandingan Agama? Jawab : Menurut Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama ialah salah satu cabang ilmu pengetahun yang berusaha menyelidiki serta memahami aspek atau sikap keagaamaan dari suatu kepercayaan dalam hubungannya dengan agama-agama lain, meliputi persamaan dan perbedaannya.. Sedangkan menurut Louis H. Jordan, Ilmu Perbandingan Agama adalah ilmu yang membandingkan asal-usul, struktur, dan ciri-ciri dan pelbagai agama dunia dengan maksud untuk menentukan persamaan-persamaan dan perbedaannya yang sebenarnya, sejauhmana hubungan antara satu agama dengan agama yang lain, dan superioritas dan inferioritas yang relative apabila dianggap sebagai tipe-tipe. Adapun maksud dari kata Perbandingan dalam Ilmu Perbandingan Agama sebenarnya bukan berarti membanding-bandingkan agama, sebagaimana yang banyak dibayangkan orang, melainkan mempunyai pengertian bahwa yang
dipelajari adalah berbagai agama atau banyak agama yang dalam hal ini para pemikir telah terpaksa menilai agama mereka masing-masing dalam hubungannya dengan agama lain. Tanya : Joachim Wach mengemukakan bahwa inti dari agama adalah adanya pengalaman keagamaan. Apa maksud dari pengalaman keagamaan dan sebutkan bentukbentuk dari pengalaman keagamaan? Jawab : Pengalaman keagamaan adalah tanggapan terhadap apa yang dihayati sebagai Realitas Mutlak, yang dimaksud dengan Realitas Mutlak adalah Realitas yang menentukan dan mengikat segala-galanya, yang dalam istilah Doroty Emment disebut dengan yang memberi kesan dan menantang kita. Dengan demikian, bahwa pengalaman mengenai sesuatu yang sifatnya terbatas tidak akan dapat merupakan suatu pengalaman keagamaan, melainkan sekedar sebuah pengalaman pseudo agama. Apabila kita mengemukakan pengalaman keagamaan sebagai suatu tanggapan terhadap apa yang dihayati sebagai Realitas Mutlak, maka pengalaman itu akan mengikutsertakan empat hal. Pertama, adanya anggapan dasar bahwa di dalam tanggapan terkandung beberapa tingkat kesadaran, seperti pemahaman, konsepsi, dan lain sebaginya. ”Kesadaran”, menurut Whitehead memerlukan adanya pengalaman. Kedua, tanggapan dipandang sebagai bagian dari suatu perjumpaan. Ketiga, menghayati, realitas yang tertinggi mengandung arti adanya hubungan yang dinamis antara orang yang menghayati dengan yang dihayati. Keempat, pengalaman keagamaan itu akan selalu ada dan terjadi secara terus menerus. Bentuk-Bentuk pengalaman keagamaan. Joachim Wach menyebutkan ada tiga pengalaman keagamaan yang dialami oleh manusia, yaitu Pertama, pengalaman keagamaan dalam bentuk pemikiran atau teoritis, sifatnya abstarak contoh doktirn agama, dogma agama, mite/mitos, dll. Pengalaman keagamaan yang diungkapkan secara pemikiran atau secara intelektual bisa bersifat spontan, belum mantap, baku dan tradisional. Kedua, pengalaman dalam bentuk perbuatan atau praktis, sifatnya nyata, real dilaksanakan dalam bentuk ritual peribadatan, sehingga tingkah laku agama yang pertama dan utama adalah pemujaan yang berarti terdapatnya kultus yaitu suatu tanggapan total atas wujud total mendalam dan integral terhadap Realitas Mutlak dalam bentuk perbuatan. Ketiga, pengalaman keagamaan dalam bentuk persekutuan atau sosial yang terlembagakan dalam kelompok agama. Pengalaman keagamaan dalam bentuk persekutuan sebenarnya merupakan perpaduan dari dua pengalaman sebelumnya yaitu pengalaman dalam bentuk pemikiran dan dalam bentuk perbuatan, sehingga atas dasar tersebut maka memunculkan pengalaman dalam bentuk persekutuan. Ketiga bentuk ungkapan pengalaman keagamaan tersebut mempunyai kedudukan yang penting, karena ketiganya membentuk suatu ikatan yang saling berhubungan. Salah satu segi merupakan suatu bentuk aplikatif dari atau aspek yang lainnya. Ungkapan pengalaman keagamaan itu tidak bermakna apabila ia hanya membentuk suatu ungkapan sendiri yang terpisah satu sama lainnya.
Tanya : Apa motivasi anda memilih kuliah di Jurusan Perbandingan Agama? Jawab : Motivasi yang melarbelakangi memilih Jurusan Perbandingan Agama adalah ingin mempertebal dan memperkuat keimanan dalam beragama yang dianutnya, kemudian ingin mengetahui berbagai agama yang ada di dunia kaitannya dengan usaha membina kerukunan hidup beragama untuk menghindari konflik agama. Tanya : Sebutkan Visi Jurusan Perbandingan Agama ? Jawab : Visi Jurusan Perbandingan Agama adalah “Mempertinggi Keimanan, Memahami Perbedaan dan Mahir Penelitian. Tanya : Sebutkan Misi Jurusan Perbandingan Agama? Jawab : Misi Jurusan Perbandingan agama adalah sebagai berikut: Memberikan wawasan holistik mengenai agama dan cara manusia beragama, membangun sikap toleran terhadap perbedaan jalan (cara) yang ditempuh manusia dalam beragama, mengupayakan terciptanya budaya critical thinking dalam proses ilmiah akademik, melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan keilmuan dan masyarakat, membantu civitas akademika Perbandingan Agama dalam menempuh keimanan yang saleh secara kritis. Tanya : Sebutkan tujuan Jurusan Perbandingan Agama? Jawab : Sejalan dengan Keputusan menteri Pendidikan Nasional Nomor 323 Tahun 2000, Tujuan Jurusan Perbandingan Agama dapat dirumuskan sebagai berikut: Profesional dalam bidang penelitian dan pengembangan studi tentang agamaagama, bersikap terbuka dan toleran dalam menghadapi pluralitas agama, mampu mengelola lembaga-lembaga keagamaan, mampu memberikan pelayanan dalam bidang keagamaan, social, dan budaya., mampu membina kerukunan hidup umat beragama. Tanya : Kapan munculnya Ilmu Perbandingan Agama? Jawab : Ilmu Perbandingan Agama merupakan suatu cabang Ilmu pengetahuan yang umurnya relative muda. Ilmu ini dianggap sebagai suatu disiplin yang berdiri sendiri baru pada paruh kedua abad ke- 19. Dimana di dunia Barat biasanya mengaitkan kelahioran bidang studi ini dengan munculnya beberapa karya srjana kelahiran Jerman yaitu Friedrich Max Muller (1823-1900) Tanya : Friedrich Max Muller dianggap sebagai tokoh yang membidani lahirnya Ilmu Perbandingan Agama, sebutkan beberapa karyanya yang terkait dengan lahirnya Ilmu Perbandingan Agama? Jawab : Comparative Mytology (1856), Introduction to The Science of Religion (1870), Origin and Growth of Religions as Illustrated by The Religion of India (1878), The Sacred Books of The East (t.t), Chps from a German Workshop (18671875), Selected Essays on Language, Mytology and Religion (1881), Natural Religion (1889), Physical Religion (1891), Anthropological Religion (1892), Theosophy or Psychological Religion (1993), Contribution to the Science of Mytology (1897), dan The Six of Indian Phylosophy (1899).
Tanya : Ada tokoh lainnya yang turut membesarkan Ilmu Perbandingan Agama diantaranya Mircea Eliade, Yosep M.Kitagawa, dan Wilfred Cantwell Smith. Sebutkan pemikiran dan karya dari ketiga tokoh tersebut ? Jawab : a. Mirce Eliade, adalah salah seorang tokoh terbesar dalam menunjang Ilmu Perbandingana Agama, ada tiga pemikirannya yang terkenal dari beliau yaitu: Mitos, simbol dan fungsinya, konsep Sakral dan Profan. Dimana dalam berbagai karya-karyanya yang dihasilkan selalu berkenaan dengan manusia archais yang didalamnya meliputi mitos, symbol, waktu yang sacral, tempat yang sacral dan sebagainya. Menurut pengamatannya bahwa mitos sering ditafsirkan sebagai suatu cerita yang didalamnya terkandiung makna yang sangat dalam, bagi saiapun yang melanngar mitos tersebut, hidupnya akan tertimpa bencana. Dalam setiap agama manapun akan selalu memiliki ceritacerita yang mengandung sarat makna, dan ini terbukti tidak hanya terjadi pada manusia primitive saja, akan tetapi manusia-manusia yang hingga saat ini masih ada. Dari beberapa mitos tersebut maka kemudian akan lahir suatu yang dianggap sacral dan profane. Yang sacral itu adalah yang dianggap memiliki kekuatan supranaturakl diluar kekuatan manusia sedangkan yang profane iru adalah yang dianggap biasa dan tidak memiliki kedudukan yang pokok dalam kehidupan masyarakat. Mitos bukan hanya merupakan pemikiran dan bukan pula hasil logika, tetapi terlebih merupakan orientasi spiritual dan mental untuk berhibingan dengan yang ilahi. Bagi masyarakat archais, mitos beararti suatu cerita yang benar dan cerita ini menjadi milik mereka yang paling berharga, karena merupakan sesuatu yang suci, bermakna menjadi contoh model bagi tindakan manusia sekarang. Mitos menceritakan bagaimana suatu realitas mulai bereksisntensi melalui tindakan makhluk supranatural, dan mitos selalu menyangkut suatu penciptaan. Beberapa Karya Mircea Eliade: the Pattern in Comparative Religion (1949), The Myth of Eternal Returns:Or,Cosmos, and History (1952), The Image and Symbols: Studie in Religious Symbolism (1952), Myth, Dreams, and Mysteries (1952), An Origion Of Indian Mystical Theology (1939), The Quest, History and Meaning in Religion (1969), dan masih banyak karya-karya yang lainnya. b. Yoseph M. Kitagawa. Pemikiran beliau banyak membicarakan tentang agama-agama yang termuat dalam tulisannya yang berjudul Primitif, Classic, and Modern Religion Persfektive on Understanding dalam bukunya The History of Religions. Pemikirannya yang terpenting adalah mengenai Klasifikasi Agama, menurutnya agama akan mewujud dalam bentuk pengalaman keagaamaan dan ekspresi beragama kedalam agama primitive, agama klasik dan agama modern. Agama primitive, istilah agama primitive seringkali digunakan untuk menunjuk pada salah satu dari agama kuno, agama purba, yaitu agama pada masyarakat yang belum beradab (pra budaya), dan agama yang berada pada tatanan masyarakat primitive pada masa sekarang. Menurut catatan sejarah bahwa pada awalnya, masdyarakat primitive tidak memiliki rasa keberagamaan atau kepercayaaan. Seluruh hidupnya di dominasi oleh kesucian dan terbenam dalam upacara keagamaan. Demikian pula, ada beberapa orang yang cenderung berpikir bahwa agama primitive sama seperti agama rendah yang hanya dianut oleh orang rendah, liar, dan biadab yang tentunya memiliki kualitas yang
rendah. Sedangkan sebagian orang memandangnya sebagai bentuk agama yang murni yang dipraktikan oleh nenek moyang kita yang tidak berdosa tentunya diluar garden of eden. Agama Klasik. Agama klasik berada pada masyarakat kuno yang tersebar di sekitar Timur Dekat, Iran, India, Timur Jauh, dan Roma. Berkembangnya agama ini di daerah-daerah tersebut memiliki tiga karakteristik, yaitu: Menyamakan logos dengan mitos (adanya emansipasi logos dari mitos), adanya pencampuran sikap negative tentang segala gejala hidup dan kehidupan dengan penghargaan terhadap alam realitas (dapat dilihat) dan dibarengi dengan adanya pengakuan terhadap alam realitas yang lain, tingkat pengalaman keduniaawian yang tinggi dan sudah tersusun secara sistematis tentang beberapa aspek agama, seperti aspek kemasyarakatan(adanya peningkatan sophistikasi dan sistemisasi aspek-aspek keagamaan baik secara theorical maupun sociological). Agama Modern. Kelompok agama-agama dunia modern atau pengkategorian agama modern ini bukanlah berarti kita membicarakan konsep dari bentuk agama yang baru lahir yang muncul dibelahan berbagai dunia pada waktu-waktu baru-baru ini, tetapi disini kita membicarakan aliran-aliran yang berkecenderungan baru dan etos baru yang berkembang dalam sejarah agama yang sudah ada. Karakteristik agama modern, meliputi: Keinginan memaknai keberadaan manusia secara menyeluruh (terkait dengan persoalan makna eksistensi manusia), hidup dan kehidupannya adalah seterologis, adanya pencarian kebebasan daripada pelanggengan perintah. c. Wlfred Cantwell Smith. Sebagai seorang sarjana Ilmu Perbandingan Agama, Wilfred banyak meneliti berbagai hal yang berkenaan dengan agama secara seksama. Wilfred meneliti berbagai macam aspek yang berkenaan dengan agama mulai dari aspek keyakinan, sumber ajaran sam,pai pada komunitas para pemelukn. Menurutnya bahwa pada dasarnya setiap agama memiliki aspek dasar yang sama walaupun berbeda dalam nama dan coraknya. Wilfred pun tidak hanya mengkaji agama yang dianutnya saja (Kristen Protestan) akan tetapi sejumlah agama-agama besar dunia. Oleh karena itu, Ilmu pengetahuan Wilfred sangat menunjang dalam analisisnya tentang ide-ide agama secara global. Menurutnya pula bahwa sebenarnya keyakinan kita tentang agama sama halnya dengan keyakinan orang lain terhadap agama. Dengan demikian, maka keyakinan yang kita miliki bukan satu-satunya keyakinan yang ada di dunia. Beberapa pemikiran Wilfred diantaranya adalah: Makna dari Agama (The meaning and End of Religion).Salah satu pemikiran Wilfred adalah tentang makna dari agama. Pemikiran tersebut dituangkan dalam buku “The meaning and End of Religion”. Masalah besar yang dituangkan atau diungkap dalam buku tersebut adalah tentang pengakuan keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya. Ia kemudian menjelaskan tentang pernyataan beberapa orang Kristen yaitu: bahwa keyakinan Kristen bukan salah satu dari agama-agama dunia. Ia menjelaskan bahwa kebanyakan sarjana Perbandingan Agama tidak mkenerima, hal itu karena tidak sesuai dengan prinsip pluralitas. Akan tetapi Wilfred kemudian memberikan penjelsana yang sangat logis bahwa memang kita harus meneriama kenyataan dalam dunia ini terdapat berbagai macam agama (pluralitas) akan tetapi kita juga harus menghargai keyakinan orang lain tentang kebenaran agamanya. Kemudian
Wilfred menjelaskan dengan menggunakan sebuah system yang dalam fenomenologi agama disebut Epoche, yaitu kita harus menanggalkan dahulu rasa subjektifitas terhadap agama yang kita teliti, sehingga kita melihat agama sebagaimana penganutnya merasakan, hal itu dilakukan untuk melihat kebenaranm yang sesungguhnya dari agama yang kita teliti (Edios). Begitu pula dalam prakteknya di masyarakat kita tidak lant6as mengklaim agama tetangga kita salah, karena dia memiliki keyakinan kebenaran agamanya. Disamping itu pula kita harus memiliki keyakinan tentang kebenaran agama yang kita anut. Orang Kristen di Tengah Pluralitas. Sebagai seotang Kristen yang taat, ia meyakini kebenaran ajaran yang dianutnya. Akan tetapi, ia kemudian mengkritik pandangan orang-orang Kristen yang eksterm yang menyatakan bahwa kebenaran hanya dimiliki oleh mereka dan menyatakan secara radikal bahwa keyakina orang lain adalah salah. Wilfred mengkritik pandangan orang Kristen yang menyatakan “kami orang yang selamat dan anda orang yang terkutuk” atau mengatakan “pengetahuan anda tentang Tuhan adalah sangat salah” ia menjelaskan bahwa pernyataan seperti itu adalah tidak dapat ditolelir meskipun berdasarkan ukuran manusia dan tidak dapat berdasarkan ajaran Kristen. Sikap tersebut adalah Ifso fakta yaitu sikap yang bertentangan dan mengasingkan, bukannya mendamaikan akan tetapi bersifat arogan, bukannya rendah hati tetapi lebih mengembangkqan pemisahan daripada persaudaraan. Personalisasi Agama. Personalisasi agama adalah satu bidang kajian akademik yang dikembangkan oleh Wifred Cantwell Smith, dalam rangka memahami agama melalui kehidupan penganutnya. Dengan pemahaman secara personal atau pribadi, maka kita diharapkan mampu memahami keberagamaan seseorang terhadap agamanya sehingga dapat menyelenggarakan dialog yang harmonis untuk menumbuhkan toleransi yang tinggi dan sesuai pada tempatnya. Untuk memberikan penjelasan yang benar tentang persdonalisasi agama, maka Smith menerangkan dua objjek kajian agama, yaitu: Eksternal Religion, maksudnya bagian dari luar agama, seperti ajaran-ajaranm, symbol-simbol, praktek-praktek yang dipandang sebagai agama. Internal Religion, maksudnya bagian dalam dari agama, yang ada pada diri manusia. Beberapa langkah untuk mencapai dialog agama yang harmonis. Smith memberikan langkah-langkah dan kerangka pemikiran tentang prinsip terlaksananya dialog, yaitu: Mempelajari agama adalah kepercayaan, dan kepercayaan tidak lain adalah menunjukkan kehidupan seseorang. Dengan demikian, perlu pendekatan kemanusiaan dalam memahami agama. Adanya pengakuan benar pada masing-masing penganut agama, dan disini diperlukan sikap keterbukaan. Adapun hal-hal yang harus dihindari dalam memahami agama orang lain (negative) adalah: Hindari manipulasi ekonomi, politik, kebudayaan dan militer. Hindari dominasi satu agama atas agama lain. Hindari untuk mencari-cari kelemahan agama-agama lain. Pronominal Terms. Sebagai seorang penganut Kristen, upaya akademik Wilfred tidak lepas dari ke kritenannya. Salah satu cara melakukan personalisasi agama, ia menggunakan Pronominal Terns. Ia menjelaskan bahw agama Kristen dipandang sebagai personal dan non Kristen dipandang sebagai Impers. Berikut langkah-langkahnya: It, bentuk tradisional yang biasa digunakan oleh orang Kristen Barat untuk membicarakan agama-agama (non Kristen). It menunjukan sesuatu yang impersonal. Pada tahapan ini agama non Kristen dianggap asing
belum bias dijadikan objek kajian. They, agama asing tadi menjadi personal karena telah dijadikan objek kajian dan dianggap sebagian dari komunitas beragama. We, sudah tercapai adanya hubungan dialogis agama Kristen dan non Krsiten, dalam hal ini. We mencakup they (agama asing) dan You (para penstudi), disini tadinya agama asing dijadikan objek kajian akan tetapi sekarang antara we dan you sama-sama menjadi subjek. Dengan demikian, terjadi komunikasi dua arah dan itulah dialog. We All, merupakan tahapan terakhir dalam personalisasi agama, disini unsure kebersamaan dari berbagai umat beragama yang berlainan duduk dalam satu komunitas untuk bersamasama bertukar pikiran. Karya-karya Wilfred Cantwell Smith: Modern Islam ni India ;A Sosial Analysis. Pakistan As An Islamic State. Islam In Modern History. The Faith of Other Man. The Meaning and End of Religion. Modernnization of Tradition Society. Belive and History. Towards A World Theology.. Tanya
: Siapa tokoh yang membesarkan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia? Bagaimana corak pemikirannya dan sebutkan karya-karyanya yang terkenal! Jawab : Salah satu tokoh yang merintis dan membesarkan Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia adalah Prof. Dr.A. Mukti Ali yang lahir di Cepu pada tanggal 23 Agustus 1923, dengan namanya kecilnya Boedjono. Beberapa pemikiran yang dihasilkannya berawal ketika Mukti Ali kuliah di Universitas Mc.Gill, disini pemahaman Mukti Ali tentang Islam berubah secara fundamental, terutama berkat perkenalannya dengan metode studi agama-agama, dan pertemuannya yang sangat dekat dengan profesor-profesor kajian Islam di Universitas itu, khususnya Wilfred Cantwell Smith, seorang ahli Islam berkebangsaan Ameriaka dengan pemahaman yang sangat simpatik atas Islam yang selama ini diabaikan oleh metode belajar pesantren yang akan membawa Islam dan umatnya bias menerima bahkan bersifat simpatik terhjadap wacana kemodernan sehingga ia terpikat oleh kajian Islam di Universitas McGill yang diajarkan dengan pendekatan yang sistematis rasional dan holistic, baik dariseghi ajaran sejarah maupun peradabannya, di McGill juga Mukti Ali mendapatkan bahwa belajar Islam ataupun agama apapun, mestinya diarahkan pada usaha bagaimana sebuah tradisi keagamaan itu bias menjawab masalah masyarakat modern. Atas dasar ini Mukti Ali beraganggapan perlu memperkenalkan metode empiris atas Islam sebagai jalan untuk menafsirkan ulang khazanah Islam dalam konteks moderenitas. Pendekatan seperti itu yang akan membawa Islam dan umatnya bias menerima bahkan bersifat simpatik terhadap wacana kemodernan. Misalnya kebeban intelektual, konsep kenegaranaan, hak-hak wanita dan diaolog antar umat beragama. Hal terpenting yang harus dicatat dalam perkembangan intelektual dan kesadaran keagamaan Mukti Ali adalah ketia ia tinggal, belajar dan bersosialisasi di McGill bersama Profesor W.C. Smith yang membimbingnya telah mengantarkan perhatiannya yang sangat besar terhadap problem dialog antar umat beragama. Atas kenyataan itulah, Mukti Ali dianggap sebagai sarjana Muslim yang selama hidupnya tidak lelah memperkenalkan kepada masyarakat luas, terutama mahasiswa akan perlunya Ilmu Perbandingan Agama, terlebih sewaktu beliau menjadi Menteri Agama memperkenalkan Ilmu Perbandingan
Agama kepada masyarakat luas dan menjadikan dialog antar umat beragama sebagai kebijakan di Departemen Agama. Sebgai Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama di IAIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta. Mukti Ali memiliki banyak pengalaman bidang keagamaan baik didalam negeri maupun di luar negeri. Mukti Ali dikenal sebagai cendikiawan Muslim terkemuka dengan karya tulis yang cukup banyak, sebanyak 32 judul buku, diantaranya yang terkenal dan terpopuler adalah Pengantar Ilmu Perbandingan Agama (1959 dan 1987), Pemikiran Keagamaan di Dunia Islam (1990), Masalah-masalah Keagmaaan Dewasa ini (1997), mengenai Muslim Bilali dan Muhajir di Amerika (1993), Agama dan Pembangunan di Indonesia (1979) semnilan jilid yang ditulis selama periode kementeriannya. Selain tulisan buku-buku, ada juga beberapa tulisan dalam bentuk karangan, diantaranya: Muhammad Iqbal tentang jatuhnya Manusia dari Surga dalam persembahan kepada Prof. Dr.P.J. Zoetmulder, “Kebudayaan dalam Pendidikan Nasional” dalam Muhajir, Evolusi Strategi Kebudayaan, “Hubungan Antar Agama dan Masalah-Masalahnya” dalam Konteks Teologi di Indonesia, buku penghormatan untuk HUT ke Prof. Dr.P.D Lautihamolo, “Ilmu Perbandiongan Agama dan Kerukununan Hidup Antar Umat Beragama” dalam Samuel Pardede 70 th Dr. TB. Simatupang, Saya adalah orang yang beruntung. Tanya : Sebutkan beberapa pendekatan ilmiah dalam studi Agama-agama? Jawab : Pendekatan historis, pendekatan sosiologis, pendekatan antropologis, pendekatan fenomenologis, pendekatan religo scientific atau ilmiah agamis yang lebih khas yaitu bersifat Dogmatis. Tanya Jawab
: Apa yang dimaksud dengan Metodologi dalam Ilmu Perbandingan Agama? : Metodologi dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang ditempuh dalam memecahkan suatu maslah (mulai dari menemukan fakta sampai penyimpulan). Sejalan dengan pengertian tersebut tampaknya metodologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil efektif dan efisien. Dengan demikian, metode keilmuan dalam meneliti agama mencoba mendeskripsikan dunia pemeluk agama secara apa adanya (das sein), bukan berdsarkan semestinya secara normative (das solen). Karena metode keilmuaan tidak mempunyai kapasitas untuk mengungkap wilayah normative. Normativitas hanya bias diungkap oleh agama itu sendiri pada aspek kepenganutan.
Tanya : Sebutkan beberapa metode Ilmu Perbandingan Agama dan jelaskan maksudnya! Jawab : Metode yang biasa digunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama diantaranya: Pertama, Metode Sui Generis, metode ini adalah suatu metode yang hanya bisa dikaji oleh orang-orang yang beragama artinya agama hanya bisa dijelaskan oleh agama itu sendiri pada aspek kepenganutan. Dengan kata lain, dalam diskursus keagamaan sesungguhnya manusia selalu berada pada dimensi histories dan tidak pernah sampai pada dimensi normative agama. Dimensi normative agama seperti dijelaskan Mukti Ali bersifat sui generic artinya agama menyangkut persoalan-persoalan ketuhanan, kepercayaan, keimanan, credo, pedoman hidup, ultime concern dan begitu seterusnya. Atau seperti yang sering dikatakan oleh para teolog:”agama dalam arti yang sebnar-benarnya bukanlah untuk
diperdebatkan atau diilmiahkan, melainkan untuk diamalkan dan dihayati. Disinilah personal agama sebagai suatu yang “diyakini” dan “dihayati”. Kedua, metode Saitifis atau metode ilmiah merupakan suatu cara berpikir dalam mencari pengetahuan. Berpikir disini merupakan kapasitas berimprovisasi atau kemampuan merefleksi aneka kata yang membangun atau beberapa gejala. Proses berpikir menurut John Dewey diawali dengan rasa sulit, memberi definisi apa yang dipikirkan membangun reka pemecahan, mencari bukti dan menarik kesimpulan, demikian juga kerja penelitian alurnya seperti itu. Metode keilmuan sebagai suatu perkawinan antara rasionalisme dan empirisme pada hakikatnya merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkahlangkah yang sistematis dan mengikuti asas pengaturan procedural-tekniknormatif (sehingga memenuhi validitas ilmiah) atau secara ilmiah dapat dipertanggunjawabkan. Begitu juga ketika metode ilmiah mendekati agama ia hendak mencari informasi tentang agama dari aspek yang muncul dari kenyataan. Agama juga ternyata terkait erat dengan persoalan-persoalan histories cultural yang juga merupakan keniscayaan manusia. Pada dimensi ini agama merupakan bagian tak terpisahkan dan entitas peradaban dalam setting perjalanan sejatrah. Agama merupakan rasionalirtas kebudayaan yang selalu merencanakan masa depan peradaban manusia yang lebih baik melalui kerangka dialektika sisi teologis ke dalam kehidupan sosio-kultural. Ketiga metode sistetis, metode sintesis berusaha untuk memaknai “kaca mata” doktrin agama ketika ingin memahami fakta-fakta agama yang telah dikumpulkan. Artinya, bahasa agama harus dilibatkan dan dimasukkan ke dalam analisis data dalam penelitian studi perbandingan agama, dan barulah penelitian itu akan mampu mengungkapkan makna agama yang diinginkan dan hasil penelitian tersebut mempunyai nilai infomrasi keagamaan. Menurut Kitagawa metode sisntesis pernah popular di kalangan para ahli ilmu agama. Kitagawa menyebutnya dengan metode ilmiah religius (religius scientific) yang mencoba menawarkan jalan tengah bagi ilmu agama ilmiah. Keilmuan ini harus kompatibel (rukun) dengan ilmu-ilmu lain, sementara nilai-nilai religiusnya yang khas juga tetap dapat dipertahankan. Tanya : Apa yang dimaksud konversi agama ? dan sebutkan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakanginya ! Jawab : Konversi agama (religius conversion) secara umum dapat diartikan sebagai berubah agama ataupun masuk agama. Beberapa pendapat tokoh terkait dengan maksud konversi agama diantaranya: Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama. Konversi agama secara etimologi, berasal dari kata latin conversion yang berarti, tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata Inggris conversion yang mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lai (change from one state or from one religion, to another). Sedangkan menurut terminology. Max Heirich, mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau kelom,pok orang masuk atau berpindah ke suatu system kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya. Ada beberapa factor yang melatarbelakangi seseorang untuk beralih keyakinan. Menurut Max Heirich dalam bukunya Change of Heart, mengemukakan, ada empat factor yang mendorong seseorang untuk pindah
agama, yaitu: Menurut kalangan Ahli Teologi, pindah agama karena ada faktor Ilahi, menurutnya seseorang masuk/pindah agama karena didorong oleh karunia Allah. Menurut kalangan Ahli Psikologi, pindah agama disebabkan adanya factor pembebasan dari tekanan batin. Tekanan batin itu sendiri timbul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan social. Menurut kalangan ahli pendidikan, pindah agama karena adanya factor situasi pendidikan (sosialisasi), pendidikan dianggap memainkan peranan penting atas terbentuknya disposisi religius. Menurut kalangan Ahli Sosial, pindah agama karena adanya factor aneka pengaruh social, yaitu adanya hubungan/komunikasi dengan pihak luar (pihak lain). Tanya : Dalam beragama kita harus mengembangkan sikap agree in disagreement, apa maksudnya? Jawab : agree in disagreement adalah setuju dalam ketidaksetujuan, maksudnya bahwa kita dalam beragama memiliki kebenaran masing-masing sesuai dengan keyakinan yang kita miliki, disini dituntut untuk tidak saling meyalahkan kebenaran agama orang lain serta jangan mengganggap agamayalah yang paling benar justru perlu kesadaran bersama akan perbedaan guna terwujudnya kebersamaan. Tanya : Sebutkan ayat Al-Qur`an yang membahas keberagaman umat manusia! Jawab : Surat Al-Hujurat ayat 13:
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Tanya : Sebutkan ayat Al-Qur`an yang membahas tentang hubungan antar agama! Jawab : a. Surat Al-Kafirun ayat 1-6:
1. 2. 3. 4. 5.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." b. Surat Al-Baqarah ayat 256:
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
DOSEN TETAP PRODI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Prof.Dr.H. Abdul Rozak, M.Ag Dr. H. Darun Setiady, M.Si Dr. H. Undang Ahmad Kamaludin, M.Ag
Dr. H. Dody S. Truna, MA Dr. Abdul Syukur, MA Dr. Adeng Muchtar Ghozali, M.Ag Drs. M. Fachrudin Kaha, M.Ag Dra. Endah Ratnawaty Chotim,M.Si Drs. Tamami, M.Ag Drs. M. Yusuf Wibisono, M.Ag Drs. Rifqi Rosyad, MA Dra.Hj. Yeni Huriani,M.Hum Drs. Casram, M.Ag Drs.H. Wawan Hernawan, M.Ag Julian Ashari, M.Ag Ahmad Soheh Mukarom, M.Ag Deni Miharja, M.Ag Husnul Qodim, MA R. Roro Sri Rejeki Waluyajati,M.A Endah Ratna Sonya, M.Si
NIP
Gol/ Ruang
Pend.
Jabatan Fungsional
195206111977021000 196005131986031005 195505271979031002 196105251987031006 196306081990031003 195902071985031005 194909091977031005 196411121990032001 196605121992031001 196808221994031003 196610161992031002 196301121992031001 196707131995031002 197011031996031002 197407311999031002 196206162001121002 197708252005011005 197702242006041001 150417082 150417272
IV/d IV/b IV/c IV/a IV/a IV/c IV/b IV/b IV/a IV/b IV/b IV/a IV/a IV/a III/d III/d III/d III/d III/a III/
S3 S3 S3 S3 S3
Guru Besar Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Lektor Kepala Asisten Ahli Asisten Ahli
S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
KETUA PRODI PERBANDINGAN AGAMA,
Drs. H. Wawan Hernawan, M.Ag NIP. 197011031996031002