LAPORAN EKOLOGI LAUT TROPIS - Universitas Brawijaya

90 downloads 1104 Views 1MB Size Report
dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara .... Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama ..... Balekambang, Kabupaten Malang. Warna air. Biru Keruh. Salinitas. 28 ppt. pH. 8.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG EKOLOGI LAUT TROPIS

OLEH: KELOMPOK 9

HAGI OLAFRABA DAVID FATKHUR

(106080601111023) R.

(105080613111004)

DIAN AFRIANTO

(105080601111022)

DINNA VIRGANTARI

(105080601111035)

EVI NOFITA SARI

(105080601111040)

MAR’ATUS SHOLIHAH

(105080613111011)

HERY HERDIANA

(105080600111034)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

1

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG EKOLOGI LAUT TROPIS

OLEH : KELOMPOK 9

HAGI OLAFRABA DAVID FATKHUR

(106080601111023) R.

(105080613111004)

DIAN AFRIANTO

(105080601111022)

DINNA VIRGANTARI

(105080601111035)

EVI NOFITA SARI

(105080601111040)

MAR’ATUS SHOLIHAH

(105080613111011)

HERY HERDIANA

(105080600111034)

Menyetujui,

Mengetahui,

Koordinator Asisten

Asisten Laporan

Johanna Mei

Johanna Mei E

0810860012

0810860012

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobil a’lamin kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmad-Nya Laporan Praktikum Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis dapat diselesaikan. Walapun dalam melakukan praktikum dan menyusun laporan ini mengalami bebeerapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi. Laporan ini berisi teori-teori singkat dan laporan akhir dari hasil praktikum. Setiap bab disusun secara sistematis berisi teori dasar, metode praktikum yang meliputi alat dan bahan dan prosedur kerja serta data hasil pengamatan yang telah kami analisis. Penulis merasa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan

,

oleh

karena

keterbatasan

kami.

Untuk

itu,

penulis

mengharapkan saran dan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir praktikum ini. Terima Kasih.

Malang, 8 Juni 2011

Tim Penulis Laporan Akhir Praktikum Ekologi Laut Tropis

3

1. PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Konsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen

penyusunnya,

yang

membentuk

hubungan

fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil.

Makhluk

hidup

lain

berfotosintesis,

menggunakan

mengkonsumsi

makhluk

yang

tidak

energi

fotosintesis

memiliki kemampuan

matahari tersebut

ini

dengan

diatas.

Dan

cara begitu

selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan (Nontji,2005). Ekologi laut tropis mencakup berbagai macam ekosistem yang berada pada daerah tropis. Aspek yang ditelaah mengenai lamun, terumbu karang, dan mangrove. Interaksi yang terpenting dari ketiga ekosistem tersebut yakni fisik, bahan organic terlarut, bahan organic partikel, migrasi fauna, dan dampak manusia. Struktur dan sifat fisik ketiga ekosistem tersebut saling mendukung. Apabila, ekosistem tersebut terganggu, maka akan menyebabkan ekosistem lainnya terganggu juga. Padang lamun yang berdekatan dengan terumbu karang merupakan padang penggembalaan ikan-ikan karang yang besar (Nybakken,1992). Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia

yang menghasilkan

kapur

sebagai pembentuk utama

terumbu, sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua

4

terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras (Gunawan,1995).

1.2.MAKSUD DAN TUJUAN Maksud diadakannya praktikum ekologi laut tropis di Pantai Balekambang Kabupaten Malang adalah agar para praktikan dapat mengamati keadaan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang di Pantai Balekambang serta

dapat melihat secara langsung

jenis-jenis individu yang terdapat di ketiga ekosistem tersebut. Tujuan diadakannya praktikum ekologi laut tropis di Pantai Balekambang Kabupaten Malang adalah untuk mengetahui presentase penutupan ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove di Pantai Balekambang

Kabupaten

Malang

(Malang

Selatan).

Selain

itu,

mengetahui kondisi perairan di daerah tersebut. 1.3.MANFAAT DAN KEGUNAAN Manfaat dari praktikum ekologi laut tropis tentang mangrove, lamun, dan terumbu karang adalah

agar praktikan dapat memahami

tentang habitat dan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Kegunaan dari praktikum ekologi laut tropis tentang mangrove, lamun, dan terumbu karang adalah agar praktikan dapat memahami dan dapat mengetahui keragaman hayati yang ada di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang pada transek.

1.4. TEMPAT DAN WAKTU Praktikum ekologi laut tropis diadakan di Pantai Balekambang , Kabupaten Malang pada tanggal 29 Mei 2011, pada pukul 06.00 WIB sampai selesai.

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

EKOLOGI LAUT TROPIS

2.1.1 TERUMBU KARANG

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi ( ambalika,2011)

Gambar 1. Zooxanthellae pada terumbu karang.

Terumbu Karang adalah bentukan dari kumpulan hewan dan tumbuhan yang saling bekerjasama membangun sebuah komunitas bersama. Dan jika kita perhatikan secara seksama, terumbu merupakan kumpulan dari hewan - hewan kecil yang bernama POL/P. Polip ini lah yang tumbuh bersama - sama dengan tumbuhan kecil lainnya yang disebut ZOOXNATHELLAE ( baca : zo-zan-the-Iee). Ekosistem adalah Iingkungan hidup (Habitat) serta makhluk penghuninya yang saling mempengaruhi. Terumbu Karang hidup di perairan laut yang tidak datam,

6

dengan suhu perairan antara 22 0 hingga 270 Celcius dengan kandungan zat kapur yang tinggi (LIPI,2007).

Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini memiliki produktivitas organic yang sangat tinggi. Demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada didalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat pulau karang yang produktifif hingga kadang-kadang terumbu karang ini diandaikan seperti oase di tengah gurun pasir yang gersang. Komponen biota yang terpenting dari terumbu karang ialah hewan kerangka batu, hewan yang tergolong Scleractina yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur (Nontji,2007).

Gambar 2. Ekosistem terumbu karang.

2.1.2

MANGROVE Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove

(English). Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut. Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin ( darsidi,1986).

7

Gambar 3. mangrove Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat supra-pasut dari pantai berlumpur dan teluk,goba,dan estuary yang didominasi oleh halophyta yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin, berpokok, dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai, rawa, dan banjiran, bersama-sama dengan populasi hewan dan tumbuhan ( Romimohtatrto,2009). Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantaipantai yang datar. Biasanya di tempat yang tak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung Lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal yang berombak besar dan arus pasang surut yang kuat (Nontji,2007).

8

2.1.3. LAMUN Lamun atau "rumput laut" adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku berikut: Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut. Dalam bahasa Inggris disebut seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut yang sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut (LIPI & Coremap,2010). Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar,serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji,2007).

Gambar 4. Ekosistem lamun

Beralih ke tumbuh-tumbuhan laut yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu spermathophyta, lamun yang benar-benar rumput laut. Yakni rumput yang

9

tumbuh di laut,sebagai komoditi sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat,

baik

secara

tradisional

maupun

modern.

(Romimohtarto,2009)

Gambar 5. Jenis-jenis lamun 2.2.

CIRI-CIRI EKOSISTEM LAUT TROPIS Ekosistem laut tropis memiliki beberapa cirri yang berbeda dengan ekosistem laut di daerah lain seperti : sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau) hal ini merupakan kondisi optimal bagi produksi fitoplankton, memiliki predator tertinggi, jaring-jaring makanan dan struktur trofik komunitas pelagic, Secara umum terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi, serta memilki tingkat keragaman yang tinggi dengan jumlah sedikit apabila dibandingkan dengan tipe daerah seperti subtropis dan kutub (den Hartog, 1977) Menurut, Jimmy kathler 2010 Ciri khas dari ekosistem laut tropis adalah



tempreatur suhu tinggi,



salinitas atau kadar garam yang tinggi



penetrasi cahaya matahari yang tinggi



Ekosistem tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar



Aliran atau arus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperatur dan rotasi bumi



Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain



Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan dekomposer.

10

Menurut Muhammad,2010 Laut tropic mempunyai karakteristik yang khas, yaitu : •

Variasi produktivitas yang berbeda dengan laut subtropik, laut kutub. Laut tropik merupakan daerah dimana sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau), kondisi optimal bagi produksi fitplankton dan konstant sepanjang tahun.



Secara umum biota yang hidup pada laut tropik terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi.



Predator tertinggi pada laut tropic (tuna, lanset fish, setuhuk, hiu sedang dan hiu besar), predator lainnya: cumi-cumi, lumba-lumba. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu system. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.Pengertian ini didasarkan

pada

Hipotesis

Gaia,

yaitu:

"organisme,

khususnya

mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan" ( Broto.S,2006). 2.3.

RANTAI MAKANAN Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkahlangkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia ( surya,2011)

Dalam rantai makanan ini , semua kehidupan hewan bergantung pada kemampuan tumbuh-tumbuhan hijau untuk berfotosintesis. Di laut, fitoplankton

merupakan

produsen

makanan

yang

utama,

tingkat

selanjutnya adalah pemindahan energi dari makanan utama tersebut ke dalam rantai makanan (Romimohtanto,2009).

11

Fungsi dari rantai makanan ini adalah untuk menjaga jumlah makhluk hidup didalamnya, dan jangan sampai jumlah pemangsa lebih banyak daripada jumlah mangsanya. Karena hal ini akan mengakibatkan kepunahan makhluk hidup. Ada dua tipe dasar rantai makanan: 1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-carnivora.

Gambar 6. grazing food chain 2.

Rantai

makanan

sisa

(detritus

food

chain).

Bahan

mati

mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator. Suatu rantai adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan di dalam suatu komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu rantai makanan adalah suatu kelompok organisme yang melibatkan perpindahan energi dari sumber utamanya (yaitu., cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton, larval ikan, kecil ikan, ikan besar, binatang menyusui)

12

(Anneahira,2010).

Gambar 7. detritus food chain 2.4.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOLOGI LAUT TROPIS

2.4.1. FAKTOR FISIKA Proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup pada dasarnya akan dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum (Romimohtanto,2009). Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, Secara umum kerusakan yang terjadi tidak sedikit. Disamping kerusakan bangunan fisik, ekosistem pesisir pun rusak berat. Masalah erosi, sedimentasi dan abrasi pun dirasakan

sangat

mengganggu

aktivitas

pengembangan

dan

pemanfaatan wilayah pesisir. Misalnya, hilangnya penyangga pantai, yaitu hutan mangrove. Dilain pihak, pengembangan dan pemanfaatan yang dilakukan, misalnya dengan adanya konversi lahan hutan bakau menjadi tambak tanpa pertimbangan yang memadai pada gilirannya akan

13

memicu laju erosi, sedimentasi dan abrasi secara tak terkendali (Anneahira,2010). Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skal a tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada

skala

Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F (Alljabar,2008). Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa.Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Seperti diketahui fotosintesa rumput laut sangat membutuhkan cahaya

dan

mengakibatkan

apabila

aktifitas

pertumbuhan

fotosintesa rumput

(Romimohtanto ,2009).

14

laut

terganggu yang

maka tidak

akan

optimal

2.4.2

FAKTOR KIMIA Tumbuhan

untuk

dapat

hidup

dan

tumbuh

dengan

baik

membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat dan fosfat) dalam jumlah minimum. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas. Pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsurunsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien, suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan (nontji,2005). salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut (Agus Setiawan ,2009). pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu.Air laut, dengan-kandungan ion-ion Ca dan Mg yang cukup besar, dapat mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar. Ion-ion

15

Calsium dan Magnesium akan membentuk garam-garam karbonat dan bikarbonat dan campuran asam-asam karbonat tersebut dengan garamgaram membentuk suatu sistem penyangga (buffer) yang kuat. Oleh karena itulah, biasanya pH air laut berada sedikit di atas normal dan jarang keluar dari batas pH 7 - 9.Keadaan ini sangat menguntungkan hewan-hewan di dalamnya termasuk udang, yang karena aktivitas respirasinya menghasilkan CO2 mengakibatkan pH di sekitar insang agak turun, sehingga perlu segera dinetralkan kembali. Nilai pH yang optimum bagi kehidupan udang berada pada kisaran 7 - 8,5. Walaupun demikian sering terjadi kapasitas buffer air laut tidak mampu menahan penurunan pH yang dipengaruhi oleh kedalaman tanah dasar tambak. Kasus ini banyak terjadi terutama pada tambak-tambak yang dibangun di areal lahan yang mengandung pyrite (FeS2) ( Sri Umiyati ,2008).

2.4.3

FAKTOR AKTIVITAS MANUSIA

Kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Beberapa faktor dalam proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum. Dalam ekologi tumbuhan faktor lingkungan sebagai faktor ekologi dapat dianalisis menurut bermacam-macam faktor. Satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut dikatakan penting jika dapat mempengaruhi atau dibutuhkan, bila terdapat pada taraf minimum, maksimum

atau

optimum

menurut

batas-batas

toleransinya

(Anwar,2009). Tumbuhan

untuk

dapat

hidup

dan

tumbuh

dengan

baik

membutuhkan sejumlah nutrien tertentu (misalnya unsur-unsur nitrat dan fosfat) dalam jumlah minimum. Dalam hal ini unsur-unsur tersebut sebagai faktor ekologi berperan sebagai faktor pembatas (Anwar,2009). Faktor-faktor lingkungan penting yang berperan sebagai sifat toleransi faktor pembatas minimum dan faktor pembatas maksimum (Anwar,2009).

16

Pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien, suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan (Anwar,2009).

2.5.

HUBUNGAN ANTARA EKOSISTEM MANGROVE, LAMUN DAN TERUMBU KARANG Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao, Karibia (Syah,2011). Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan agar

tercipta

sebentuk

sinergi

keseimbangan

lingkungan

(marine_sciences, 2009). Dampak manusia dan alam akan mempengaruhi ketiga ekosistem ini. Ketiga ekosistem ini saling terkait satu sama lain dan biasanya ke tiga ekosistem ini bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting bagi ketiga ekosistem ini untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga terhindar dari kerusakan (Anwar,2009).

17

2.6.

MANFAAT 2.6.1. EKOSISTEM MANGROVE Menurut furkonabels, 2010 fungsi ekologis mangrove adalah : - Sebagai peredam gelombang (termasuk gelombang tsunami), angin dan badai - Melindungi daerah pantai dari bahaya abrasi - Sebagai penyerap nutrien organik, penahan lumpur dan perangkap sedimen - Penghasil detritus yang merupakan hasil dekomposisi dari serasah mangrove - Sebagai daerah asuhan, mencari makan dan berkembangbiak ikan, udang dan hewan liar lainnya. Bentuk Pengelolaan (manfaat dan konservasi). Manfaat ekonomis diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang, kayu konstruksi, dll.) dan hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan pariwisata). Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya :



Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang



Pengendali intrusi air laut



Habitat berbagai jenis fauna



Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang



Pembangun lahan melalui proses sedimentasi



Pengontrol penyakit malaria



Memelihara kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air)



Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi disbanding tipe hutan lain (Rokhmin,2010).

18

Berbagai tumbuhan dari hutan mangrove dimanfaatkan untuk bermacam keperluan. Produk hutan mangrove antara lain digunakan untuk kayu bakar, pembuatan arang, bahan penyamak (tannin), untuk berbagai perabot rumah tangga, bahan kostruksi bangunan, obat-obatan, dan sebagai bahan industri kertas (Nontji, 2007). 2.6.2. EKOSISTEM LAMUN Menurut Romimohtatrto, 2009 secara tradisonal lamun telah dimanfaatkan untuk : •

Dianyam menjadi keranjang



Dibakar untuk garam, soda atau penghangat



Mengisi kasur



Atap rumbai



Bahan upholstery dan kemasan



Digunakan untuk pupuk atau kompos



Isolasi suara dan suhu



Pengganti benang dalam membuat nitroselulosa Pada zaman modern lamun dimanfaatkan sebagai :



Penyaring limbah



Stabilisator pantai



Bahan untuk pabrik kertas



Sumber bahan kimia penting



Pupuk dan fodder



Makanan dan obat-obatan Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:

19

1. Sebagai produsen primer Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang. 2. Sebagai habitat biota Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass

beds)

dapat

juga

sebagai

daerah

asuhan,

padang

pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan– ikan karang (coral fishes). 3. Sebagai penangkap sedimen Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,

sehingga

dapat

menguatkan

dan

menstabilkan

dasar

permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi. 4. Sebagai pendaur zat hara Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit. Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:

20

1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan–tekanan dari arus dan gelombang. 2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi. 3. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun. 4. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit. 5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi. 6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

2.6.3. EKOSISTEM TERUMBU KARANG Menurut Yufrizal 2009, manfaat Terumbu Karang untuk kita : 1. Sumber ikan dan makanan laut lainnya yang mengandung protein tinggi. 2. Melindungi pantai dan penduduk dari hantaman ombak dan arus. 3. Sumber penghasilan bagi nelayan (tangkapan ikan). 4. Kekayaan pariwisata bahari yang berdaya jual tinggi (memancing, menyelam, snorkeling). 5. Sumber kekayaan laut yang bisa digunakan sebagai obat-obatan alami. 6. Sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian. Ekosistem terumbu karang memberi manfaat langsung kepada manusia dengan menyediakan makanan, obat-obatan, bahan bangunan, dan juga bahan lain. Lebih penting lagi, terumbu karang menopang kelangsungan hidup ekosistem-ekosistem lain disekitarnya yang juga menjadi tumpuan hidup manusia (Romimohtatrto,2009). Fungsi Terumbu Karang adalah : Bagaikan hutan lebat di daratan, Terumbu Karang merupakan rumah bagi ribuan jenis hewan laut. Disini

21

pula sebahagian jenis hewan laut berkembang biak, membesarkan anak anaknya serta mencari makan. Bagaikan tembok raksasa yang kokoh, Terumbu Karang melindungi pantai dari gempuran ombak yang dapat menyebabkan erosi dan rusaknya pantai. Bagaikan tumbuhan di darat, Terumbu Karang menghasilkan oksigen (02) yang sang at dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di perairan. Bagaikan pasar besar (supermarket), Terumbu Karang menyediakan bermacam - macam jenis ikan, udang dan kerang - kerangan yang dapat kita gunakan sebagai bahan makanan. Bagaikan taman yang indah, Terumbu Karang merupakan tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi (LIPI & Coremap,2007). Terumbu karang merupakan pelindung fisik terhadap pantai , bagaikan benteng yang kokoh. Apabila terumbu karang di rusak, dihancurkan atau diambil maka benteng pertahanan pantai pun akan jebol. Sebagai sumber daya hayati terumbu karang dapat pula menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi yang penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara, dan sebagainya (Nontji,2007).

22

3. METODOLOGI 3.1 Mangrove 3.1.1 Alat dan bahan NO

Alat dan Bahan

Jumlah

Kegunaan

1

Rool Meter (100 meter)

1 buah

Mengukur luasan area praktek

2

Kamera digital

1 set

Mendokumentasi kegiatan dan organisme

3

Kantong sampel

Secukupnya

Menyimpan specimen

4

Spidol permanen

1 buah

Menulis pada kantong sampel

5

Buku identifikasi

1 buah

Membantu identifikasi

6

Alat tulis

1 set

Mendokumentasikan data

7

Formalin 5%

Secukupnya

Mengawetkan sampel

8

Sekop / cetok

3 buah

Mengambil sampel fauna

9

Ayakan

1 buah

Memisahkan fauna dan substrat

10

Toples

2 buah

Menyimpan sampel dan fauna

23

3.1.2 prosedur kerja a. Transek 10x10

Disiapkan alat dan −

Dibuat transek 10x10



Diukur diameter pohon dengan cirri diameter lebih dari 10 cm



Ditentukan pohon,semai atau belta



Difoto



Dicatat



Dicari biota disekitar transek



Diambil biota



Dimasukkan dalam kantong plastik



Difoto



Dihitung kerapatan pohon jenis i

Hasil

b. Transek 5x5

Disiapkan alat dan −

Dibuat transek 5x5 dengan ciri diameter 2-10 cm



Diukur diameter belta



Difoto



Dicatat



Dicari biota disekitar transek



Diambil biota



Dimasukkan dalam kantong plastik



Difoto



Dicatat



Dihitung kerapatan pohon jenis i

Hasil

24

c. Transek 1x1

Disiapkan alat dan −

Dibuat transek 1x1 meter



Diukur diameter semai



Difoto



Dicatat



Dicari biota disekitar transek



Diambil biota



Dimasukkan dalam kantong plastik



Difoto



Dicatat

Hasil

3.2 Terumbu Karang 3.2.1 Alat dan Bahan No

Nama alat

Fungsi

1

Rool meter (100 Meter)

Untuk transek

2

Sabak dan pensil

Mencatat data

3

Buku identifikasi karang

Di gunakan membantu identifikasi karang

4

Masker, snorkel dan fin

Skin dive tool

25

3.2.2 Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan bahan −

Ditarik transek garis searah vertical pantai sepanjang 10 m



Dicatat kategori/bentuk pertumbuhan karang yang berada tepat dibawah garis transek dengan akurasi 0,5 cm



Diidentifikasi jenis karang dibawah transek



Perhatikan dilarang menginjak atau mematahkan terumbu karang

Hasil

3.3 Lamun 3.3.1 Alat dan bahan NO

Nama alat

Fungsi

1

Rool meter (100 meter)

Untuk transek

2

Sabak dan pensil

Mencatat data

3

Buku identifikasi lamun

Digunakan membantu identifikasi lamun

4

Skin dive tool

Masker, snorkel dan fin

5

Transek kuadran 1x1 meter

Dibagi menjadi 16 bagian (100 cm2)

6

Dive knife

Mengambil sampel

7

Kantong plastic

Mengambil sampel

8

Formalin 5%

Mengawetkan sampel

9

Kertas label

Penanda

10

penggaris

Mengukur sampel

26

3.3.2 Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan − −

Ditarik transek garis 10 meter dari pantai ke arah laut (secara sejajar dari garis pantai)



Diletakkan transek kuadrat pada titik 0,5 dan 10 meter



Minimal dilakukan 3 pengulangan transek kuadrat disetiap stasiun



Diamati dan dicatat dengan teliti jenis – jenis lamun yang di tentukan



Dihitung kerapatan

Hasil

4 . Data dan Hasil Pengamatan

4.1 Data Pengamatan

Di amati oleh

Kelompok 09

Tanggal

29 Mei 2011

Waktu

07.00 – 17.00 WIB

Musim

Penghujan

Tempat

Balekambang, Kabupaten Malang

Warna air

Biru Keruh

Salinitas

28 ppt

pH

8

Suhu

32

27

4.1.1 Mangrove Pada pengamatan identifikasi mangrove pada ketiga stasiun di dapatkan hasil sebagai berikut: Jenis mangrove yang di temukan: Stasiun

Jenis Angiceras corniculatum

I

Rhizopora mucronata Xylocarpus muluccencis

II

Rhizopora mucronata Bruguiera gymnorrhiza

III

Rhizopora mucronata

Pohon

Belta

Semai

jumlah

d

jumlah

d

jumlah

D

1

12

0

0

1

0,8

0

0

4

0,1

0

0

5

39,2

0

0

0

0

0

0

8

4,9

0

0

0

0

1

2,5

0

0

0

0

1

4

0

0

Jenis biota yang ditemukan: •

Siput



Kepiting bakau



Semut rangrang



Laba-laba bakau

4.1.2 Lamun Dengan data sebagai berikut : Dari pengamatan lapang yang dilakukan pada transek kuadrat berukuran 1 x 1m (100 cm2)

diperoleh jenis lamun

Thalassia hemprichii dan diperoleh data hasil pengamatan seperti yang terlampir pada table berikut.

28

3

2

3

1

1

2

2

2

2

2

3

2

2

2

3

2

1

2

2

2

3

3

3

2

2

1

3

3

3

3

2

3

3

4

1

3

3

2

2

2

4

3

4

3

2

3

3

2

2

3

4

4

4

4

4

3

2

3

2

2

4

4

4

4

3

4

3

2

4

4

4

2

3

4

3

2

2

2

4

2

3

2

3

4

3

3

3

3

4

2

4

4

3

4

3

2

2

2

3

3

Keterangan: Kelas 5

Penutupan substrat 1

/2 - semua

4

1

3

1

2

/4 -

½

/8 - ¼

1

/16 - 1/8

1

Kurang dari 1/16

0

Tidak ada lamun

Substrat Rizome Akar tunggal Daun Pelapah

: pasir : 21,3 cm : 6,7 cm : 5 cm : 3 cm

4.1.3 Terumbu Karang Data praktikum dengan transmeter 0-50 meter, suhu 280 C (suhu normal air laut), ditemukan pasir (Sd), 1 jenis encrusting (CE), 1 jenis foliose (CF), 1 jenis coral massive (CM) dan 1 jenis coral bransik (CB). Jenis terumbu karang yang didapat adalah karang otak (Favia speciosa), karang meja (Acropora hyachantus), karang bercabang (Acropora humilis), Acropora submassif (Acropora palifera), karang jamur (fungia danai), dan pocillocora eydouxi.

29

Data terumbu karang yang di peroleh dari praktikum lapang adalah sebagai berikut: NO

TRANSISI ( CM )

KATEGORI

1

0-70

Sd

2

70-79

CB

3

79-165

Sd

4

165-179

CM

5

179-290

Sd

6

290-307

Aa

7

307-323

Sd

8

323-328

CM

9

328-358

Sd

10

358-371

CM

11

371-455

Sd

12

455-472

CF

13

472-480

Sd

14

480-520

CE

15

520-560

Sd

16

560-566

CM

17

566-581

Aa

18

581-589

CM

19

589-815

Sd

20

815-820

CM

21

820-1090

Sd

22

1090-1112

Aa

23

1112-1430

Sd

24

1430-1440

Aa

25

1440-2170

Sd

26

2170-2180

CM

27

2180-2965

Sd

28

2965-2979

Aa

29

2979-3002

Sd

30

3002-3112

Aa

31

3112-3182

Sd

30

31

3112-3182

Sd

32

3182-3190

CB

33

3190-3220

Sd

34

3220-3226

CB

35

3226-3608

Sd

36

3608-3611

CM

37

3611-3645

Sd

38

3645-3650

Aa

39

3650-4060

Sd

40

4060-4084

CB

41

4084-4180

Sd

42

4180-4188

CB

43

4188-4555

Sd

44

4555-4570

Aa

45

4570-4958

Sd

46

4958-4970

CM

47

4970-5000

Sd

Jumlah CB

: 55 cm

Jumlah CF

: 17 cm

Jumlah CM

: 76 cm

Jumlah CE

: 40 cm

Jumlah Aa

: 208 cm

Jumlah sand

: 4604 cm

Jenis biota yang di temukan antara lain: -

Ikan

31

Gastropoda DIAGRAM

-20 -19 -18 -17 -16

-14 -13 -12 -11 -10 -9 -8

CB (55 M)

-7 -6 -5

CM (76 M)

-4 -3 -2

AA (208 M)

-1 0

-

32

PANJANG TRANSEK (M)

-15

SAND (4604 M)

4.2 Analisa Hasil 4.2.1 Mangrove Stasiun

Pohon

Jenis

Ind/ha

Ind/5m2

Ind/ha

Ind/1m2

Ind/ha

1

33

0

0

1

333

0

0

4

267

E

0

5

167

0

0

0

0

0

0

8

533

0

0

0

0

1

67

0

0

0

0

1

67

0

0

corniculatum Rhizopora mucronata Xylocarpus muluccencis

II

Rhizopora mucronata Bruguiera gymnorrhiza

III

Rhizopora mucronata

-

Semai

Ind/10m2

Angiceras I

Belta

30m 2 = 0,03ha 1000

-

Pohon = 3 × 10m 2 =

-

15m 2 = 0,015ha Belta = 3 × 5m = 1000

-

3m 2 = 0,003ha Semai = 3 × 1m = 1000

2

2

Kerapatan Jenis (Di)

Di =

Rumus :

jumlah ind / ha 0,03

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

33

0

333

Rhizopora mucronata

0

867

0

Xylocarpus muluccencis

167

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

67

0



200

934

333

33

-

Kerapatan Relatif Jenis (RDi)

Di( jenis

∑ Di(

Rumus :

mangrove ) ind / ha )

× 100%

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

16,5%

0

100%

Rhizopora mucronata

0

92,8%

0

Xylocarpus muluccencis

83,5%

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

7,2%

0

-

Frekuensi ( f ) :

Stasiun

Jenis Angiceras

I

corniculatum Rhizopora mucronata Xylocarpus

II

muluccencis Rhizopora mucronata Bruguiera

III

gymnorrhiza Rhizopora mucronata

Transek Pohon

Semai

Belta

1

0

1

0

1

0

1

0

0

0

1

0

0

1

0

0

1

0

34

-

Rumus :

Frekuensi Jenis (Fi)

∑ Frekuensi 3(transek )

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

0,25

0

0,25

Rhizopora mucronata

0

0,5

0

Xylocarpus muluccencis

0,25

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

0,25

0



0,5

0,75

0,25

-

Rumus :

Frekuensi Relatif Jenis (RFi)

Fi

∑ Fi

× 100%

jenis mangrove

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

50%

0

100%

Rhizopora mucronata

0

66,7%

0

Xylocarpus muluccencis

50%

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

33,3%

0

Stasiun I

II

III

Diameter batang Jenis

Pohon

Semai

Belta

Angiceras corniculatum

12

0

0,8

Rhizopora mucronata

0

6,1

0

Xylocarpus muluccencis

39,2

0

0

Rhizopora mucronata

0

4,9

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

2,5

0

Rhizopora mucronata

0

4

0

35

-

Diamater rata-rata Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

12

0

0,8

Rhizopora mucronata

0

5

0

Xylocarpus muluccencis

39,2

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

2,5

0

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

628,6

0

419,1

Rhizopora mucronata

0

523,8

0

Xylocarpus muluccencis

2053,3

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

261,9

0



2681,9

785,7

419,1

-

Rumus :

-

Penutupan Jenis (Pji)

22 2   xDx   7 4    pohon / belta / semai     

Penutupan Relatif Jenis (PRJi)

Rumus :

Pji × 100% ∑ PJi

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

23,4%

0

100%

Rhizopora mucronata

0

66,7%

0

Xylocarpus muluccencis

76,6%

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

33,3%

0

-

Nilai penting jenis (INPi)

Rumus : RDi(jenis mangrove) + RFi(jenis mangrove) + PRJi(jenis

36

Jenis

Pohon

Belta

Semai

Angiceras corniculatum

89,9

0

300

Rhizopora mucronata

0

226,2

0

Xylocarpus muluccencis

210,1

0

0

Bruguiera gymnorrhiza

0

73,8

0

Kesimpulan dari data di atas yaitu didapatkan nilai penting yang berbeda pada masing-masing transek, diantaranya Nilai penting jenis (INPi) Angiceras corniculatum pada transek semai sebesar 300, pada transek pohon sebesar 89,9. Jenis Rhizopora mucronata pada transek belta sebesar 226,2. Jenis Xylocarpus muluccencis pada transek pohon sebesar 210,1 dan jenis Bruguiera gymnorrhiza pada transek belta sebesar 73,8.

4.2.2 Lamun Dari hasil praktikum di peroleh jenis lamun Thalassia hemprichii yang hidup pada substrat berpasir dengan suhu 280 C (suhu normal air laut).  Data nilai tengah penutupan lamun 18,75

9,38

18,75

3,13

3,13

9,38

9,38

9,38

9,38

9,38

18,75

9,38

9,38

9,38

18,75

9,38

3,13

9,38

9,38

9,38

18,75 18,75 18,75

9,38

9,38

3,13

18,75 18,75 18,75 18,75

9,38

18,75 18,75

37,5

3,13

18,75 18,75

9,38

9,38

9,38

37,5

18,75

37,5

18,75

9,38

18,75 18,75

9,38

9,38

18,75

37,5

37,5

37,5

37,5

37,5

18,75

9,38

18,75

9,38

9,38

37,5

37,5

37,5

37,5

18,75

37,5

18,75

9,38

37,5

37,5

37,5

9,38

18,75

37,5

18,75

9,38

9,38

9,38

37,5

9,38

18,75

9,38

18,75

37,5

18,75 18,75 18,75 18,75

37,5

9,38

37,5

37,5

18,75

37,5

18,75

18,75 18,75

37

9,38

9,38

9,38

 Frekuensi penutupan lamun 1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

Dengan penutupan jenis yang dapat di hitung dengan rumus :

C =

∑ (M ∑

C=

∑ (M × f ) = {(3,13 x5) + (9,38 x36) + (18,75 x36) + (37,5 x 23)}x100 7500 ∑f

× f

)

f

=

189083 = 25,21 7500

Keterangan : -

C = % penutupan

-

M = % nilai Tengah Kelas

-

f = Frekuensi

4.3.3 Terumbu Karang Data praktikum dengan transmeter 0-50 meter, suhu 280 C (suhu normal air laut), ditemukan sand (Sd), 1 jenis encrusting (CE), 1 jenis foliose (CF), 1 jenis coral massive (CM) dan 1 jenis coral bransik (CB). Jenis terumbu karang yang didapat adalah karang otak (Favia speciosa), karang meja (Acropora hyachantus), karang bercabang (Acropora humilis), Acropora submassif (Acropora palifera), karang jamur (fungia danai), dan pocillocora eydouxi.

38



Persen Penutupan Bentuk Pertumbuhan Karang -

Sand =

5000 − (55 + 17 + 76 + 40 + 208) 4604 x100% = x100% = 92,08% 5000 5000 -

CB =

9 + 8 + 6 + 24 + 8 x100% = 1,1% 5000

-

CF =

17 x100% = 0,34% 5000

-

CM =

14 + 5 + 13 + 6 + 8 + 5 + 10 + 3 + 12 x100% = 1,52% 5000

-

Aa =

-

CE =

17 + 15 + 22 + 10 + 14 + 110 + 5 + 15 x100% = 4,16% 5000 40 x100% = 0,8% 5000

Dengan presentase penutupan karang ini, maka dapat di lihat bahwa terumbu karang pada pantai Balekambang berstatus “kritis” karena penutupan seluruh terumbu karangnya hanya 7,92% sedangkan presentase penutupan pasirnya sebesar 92,08%.

39

5. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : •

Terumbu Karang adalah bentukan dari kumpulan hewan dan tumbuhan yang saling bekerjasama membangun sebuah komunitas bersama yang mana merupakan kumpulan dari hewan - hewan kecil yang bernama polyp.



Mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.



Lamun atau rumput laut adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin.



Dari penjelasan tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa Terumbu karang, Mangrove dan lamun itu sendiri,memiliki banyak kegunaan yang sangat penting bagi kehidupan biota-biota laut yang ada seperti sebuah ekosistem yang tidak dapat di pisahkan antara satu dengan lainnya. Untuk itu dengan demikian, kita harus

dapat

menjaga

kelangsungan

dan

juga

kelestarian

terumbu

karang,mangrove dan juga lamun. •

Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu.

5.2 SARAN Lebih baik praktikum ekologi laut tropis ini tidak dilaksanakan ber barengan dengan praktikum lain,di karenakan, apabila kita mempraktikumkan 2 mata kuliah dalam 1 praktikum, maka kita tidak akan fokus dan tidak dapat mengidentifikasikan dengan baik,baik praktikum ekologi laut ataupun praktikum yang lainnya.

40

DAFTAR PUSTAKA

Ambalika,indara.2011.exploitasi terumbu karang. http://www.ubb.ac.id/indexkarang.php. diakses pada tanggal 16 juni 2011.

Anwar, C. 2005. Wanamina, Alternatif Pengelolaan Kawasan Mangrove Berbasis Masyarakat. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Pemanfaatan Jasa Hutan dan Non Kayu Berbasis Masyarakat sebagai Solusi Peningkatan Produktivitas dan Pelestarian Hutan, Cisarua, 12 Desember 2003: 21-26. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor

Broto,2005.ekosistem laut. http://ilyas-xp.blogspot.com/2011/04/v behaviorurldefaultvmlo.html. diakses pada tanggal 16 juni 2011

Darsidi, A. 1986. Perkembangan Pemanfaatan Hutan Mangrove di Indonesia. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove, Denpasar, bali. 5-8 Agustus1986.

Gunawan, H. 1995. Keragaman Jenis Ikan, Terumbu Karang dan Flora Fauna Hutan Mangrove, Taman Nasional Laut Bunaken-Manado Tua. LaporanPenelitian. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. . Hartog, C.den.1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam Surya,child.2011.rantai makanan. http://suryaafrilian.blogspot.com/2010/10/rantai-makanan.html.diakses pada tanggal 16 juni 2011

41

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J .W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Romimohtatrto,2009.biologi laut.penerbit Djambatan. jakarta

42

LAMPIRAN

43

44

45