Document not found! Please try again

laporan lengkap praktikum kimia anorganik percobaan 3 penentuan ...

45 downloads 559 Views 173KB Size Report
LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA. JURUSAN PENDIDIKAN MIPA. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS PALANGKARAYA.
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI , TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN : NURUL RAHAYU KAMURBA

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA 2011

A. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan CuCl2.2H2O.

B. LANDASAN TEORI

Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam atau kelompok atom seperti VO, VO2, dan TiO yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang memiliki atom pusat atau kelompok atom itu disebut dengan ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa lewis, atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam lewis, sedangkan ligannya bertindak sebagai basa lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi. Sehingga senyawa kompleks disebut pula senyawa koordinasi. Jumlah muatan kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan ligan yang membentuk kompleks.

Senyawa molekular yang mengandung logam transisi blok d dan ligan yang disebut senyawa koordinasi. Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling labil secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai (Anonim, 2010).

Menurut anonim (2010) kompleks dengan berbagai bilangan koordinasi dideskripsikan menjadi enam bagian: 1.

Kompleks bilangan koordinasi dua

2.

Kompleks bilangan koordinasi tiga

3.

Kompleks bilangan koordinasi empat

4.

Kompleks bilangan koordinasi lima

5.

Kompleks bilangan koordinasi enam

6.

Kompleks bilangan koordinasi lebih tinggi dari enam

`

Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah

perpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi, namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua sarah tersebut, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Bergantung pada susunan elektronnya, ion logam dapat menerima sejumlah pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi dengan sejumlah ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks.

Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi, ikatan antara ion logam dan ligan tidak begitu kuat. Bila dilarutkan dalam air, senyawasenyawa kompleks yang memiliki bilangan koordinasi lebih dari satu berlangsung secara bertahap dalam penambahan ligan satu persatu. Mulamula sekali terbentuk senyawa kompleks 1:1 antara ion logam dan ligan, kemudian 1:2 dan seterusnya. Misalnya pembentukan senyawa kompleks antara ion tembaga dan ligan NH3 .

Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Bilangan koordinasi untuk ion tembaga dalam [Cu(NH3)4]2+ adalah 4. Kristal CuCl2. 6H2O dan kristal CuSO4. 5H2O adalah kristal yang berhidrat atau mengikat

air, sehingga jika dilarutkan dalam pelarut

air akan

menyebabkan kristal Cu2+ berhidrat menjadi lebih banyak dilingkupi oleh air (proses sulvasi), sehingga pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan sulit dan berlangsung lambat. Namun apabila kristal berhidrat tersebut dilarutkan dalam pelarut yang mengikat hidrat , seperti alkohol 96%, maka proses pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan lebih mudah dan berlangsung cepat. Ammonia merupakan ligan netral yang penting yang membentuk kompleks dengan ion logam .

C. ALAT DAN BAHAN 1. ALAT Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah -

Buret 50 mL 2 buah

-

Gelas kimia 100 mL 3 buah

-

Batang pengaduk

-

Gelas ukur 100 mL

-

Pipet gondok 10 mL

-

Erlenmeyer 100 mL 4 buah

-

Neraca analitik

-

Spatula

-

Kaca arloji

-

Labu ukur 100 mL

-

Thermometer 110oC

-

Klem dan statif

-

Ball pipet

-

Corong biasa

-

Botol semprot

-

Pipet tetes

-

Botol timbang

-

Flame fotometer

-

Spektronik 20

2.

BAHAN Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah -

Alcohol 96%

-

Aquades

-

NH4OH 17 M

-

Kristal CuCl2. 2H2O

-

Kristal Na2B4O7.10H2O

-

Larutan HCl

-

Indicator metal orange

-

Indicator pp

D. PROSEDUR KERJA 1. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks dengan Bahan CuCl2 . 2H2O a. Pembuatan Larutan CuCl2 0,5 M danLarutan NH3 1. Membuat 50 mL larutan CuCl2 0,5 M dalam gelas kimia 100 mL dengan melarutkan 4,25 gram kristal CuCl2 . 2H2O dalam 50 mL alkohol 96%. 2. Membuat 50 mL larutan NH3 8,5 M dalam gelas kimia 100 mL dengan mengencerkan 25 mL larutan NH4OH 17 M dalam 25 mL larutan alkohol 96%.

b. StandarisasiLarutan NH3 1. Dibuat 100 mL larutan Na2B4O7 0,05 N secara kuantitatif, dengan cara melarutkan 1,87 gram kristal Na2B4O7.10H2O dengan aquades, kemudian mengencerkan secara kuantitatif sampai tanda batas pada labu ukur 100 mL. 2.

Mengisi buret dengan cuplikan HCl dan memipet 10 mL larutan Na2B4O7 dan memasukkan kedalam labu erlenmeyer kemudian menambahkan 2 tetes indikator metil jingga.

Menitrasi

larutan

Na2B4O7 sampai

warnanya

berubah.

Mengulangi sebanyak 3 kali. 3. Dengan ball pipet, mengambil 10 mL larutan NH3 dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp, di bilas dengan aquades dan

menitrasi

dengan menggunakan HCl sampai larutan menjadi tidak berwarna. Melakukan titrasi sampai minimal 3 kali. 2. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu(NH3)2+ dengan metode Titrimometri 1.

Mengisi buret dengan larutan NH3 yang telah distandarisasi, lalu memipet 10 mL larutan CuCl2 secara kuantitatif dan memasukkan kedalam labu erlenmeyer 250

mL. Melakukan penambahan

larutan NH3 dari dalam buret kedalam erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan CuCl2 secara bervariasi, sesuai dengan perbandingan mol antara mol NH3 dan mol Cu2+ dalam tahapan reaksi pembentukan kompleks secara perhitungan teoritis. Dalam setiap penambahan NH3 mengamati dan mencatat perubahan suhu dan warna larutan yang terbentuk (pengamatan suhu dan warna dilakukan sebelum penambahan NH3). 2.

Membuat kurva hubungan

komposisi Cu : NH3 (sumbu x)

dengan temperatus (sumbu y) dengan perbandingan mol NH3 yang di iat dengan mol CuCl2, ditentukan bilangan koordinasinya. c.

Penentuan absorbansi, λ dan λmaks dengan metode UV – Vis. 1. Menyiapkan 4 buah labu erlenmeyer. Memipet 5 mL larutan CuCl2 secara kuantitatif sebanyak 4 kali. Ke dalam masing – masing labu erlenmeyer dimasukkan 5 mL larutan CuCl2 0,5 M. Ke dalam labu erlenmeyer pertama, kedua, ketiga, dan keempat ditambahkan larutan NH3 dari dalam buret secara bervariasi untuk setiap labu erlenmeyer sesuai dengan perbandingan mol NH3 dan

mol CuCl2 dalam tahapan reaksi pembentukan kompleks Cu(NH3)2+ secara perhitungan stoikiometri. 2. Dilakukan pengukuran adsorbansi untuk setiap larutan dalam labu erlenmeyer pada rentang panjang gelombang 340 – 370 nm. 3. Di buat kurva hubungan absorbansi dengan λ untuk penentuan λmaks.

E. HAIL PENGAMATAN -

Pembuatan larutan tembaga (II) klorida 0,5 M dan larutan amonia 8,5 M Perlakuan

Hasil

4,25 g kristal tembaga (II) Larutan tembaga (II) klorida 0,5 klorida dihidrat dalam 50 mL M alkohok=l 96% 25

mL

hidroksida

larutan

amonium Larutan amonia 8,5 M

dengan

25

mL

alkohol 96%

-

Standarisasi larutan amonia Perlakuan

Hasil

1,87 g kristal natrium borat Larutan natrium borat 0,05 M dekahidrat + air Larutan natrim borat + larutan Perubahan warna dari bening HCl + ind metil jingga

menjadi merah muda

Larutan NH3 + ind pp + larutan

Ungu menjadi bening

HCl

-

Penentuan bilangan koordinasi komplek tembaga (II) amin dengan metode Titrimetri Perlakuan

Hasil

Larutan CuCl2 + larutan NH3

Warna hijau muda , setelah penambahan NH3 menjadi biru

Volume HCl No

Perlakuan

Volume NH3

Suhu (oC)

Warna

(mL) 1

Titrasi I

5,6

33

Hijau

2

Titrasi II

11,2

34

Hijau

3

Titrasi III

16,7

34,5

Hijau

4

Titrasi IV

22,3

34,5

Biru

5

Titrasi V

27,9

35

Biru

6

Titrasi VI

33,5

35,5

Biru tua

-

Penentuan adsorbansi, λ dan λmaks dengan metode UV – Vis Perlakuan Masing



masing

Hasil 4

buah Ada suhu dan warna

erlenmeyer disi dengan larutan CuCl2 + ditambahkan NH3

F. ANALISIS DATA 1. Penyelesaian : Diketahui : m CuCl2.2H2O = 4,25 g Mr CuCl2.2H2O = 170,5 g/mol V CuCl2.2H2O = 50 mL = 0,05 L V NH4OH = 25 mL M NH4OH = 17 M V NH3 = 50 mL m Na2B4O7.10H2O = 1,87 g V Na2B4O7.10H2O = 100 mL = 0,1 L M Na2B4O7.10H2O = 17 M Mr Na2B4O7.10H2O = 382 g/mol Ditanya : a. n CuCl2.2H2O b. M CuCl2.2H2O c. M NH3 d. n Na2B4O7.10H2O e. M Na2B4O7.10H2O f. N Na2B4O7.10H2O

Jawab : a.

=

b.

=

.

,

=

. ,

=

.

= 0,0249

, ,

= 0,498

,

c. V NH4OH . M NH4OH = V NH3 . M NH3 25 mL . 17 M = 50 mL . M NH3 M NH3 = 8,5 M d.

=

e.

=

. . . .

,

= =

= 0,005

, ,

= 0,05

= 0,5

f. N Na2B4O7.10H2O = M Na2B4O7.10H2O x Valensi = 0,05 M x 2 = 0,1 N

G. PEMBAHASAN Pada penentuan bilangan koordinasi kompleks Cu (II) menggunakan bahan CuCl2.2H2O yang dilarutkan menggunakan larutan alkohol 96%. Larutan alkohol ini nantinya akan mengikat air yang ada pada kristal sehingga menghasilkan CuCl2 yang berwarna hijau. Adapun persamaan reaksinya,yaitu: CuCl2.H2O (s)

C H OH 2 5

CuCl2 (aq) + H2O (aq)

Selanjutnya dilakukan juga pembuatan NH3 dari NH4OH 17 M. NH4OH ini juga diencerkan dengan menggunakan alcohol 96% yang juga berfungsi untuk mengikat air. Persamaan reaksi yang terjadi, yaitu: NH4OH (aq)

C H OH 2 5

NH3(aq) + H2O (l)

Larutan NH3 yang terbentuk terlebih dahulu distandarisasi untuk menentukan konsentrasi larutan yang sebenarnya. Standarisasi larutan NH3 dilakukan dengan menggunakan titran larutan HCl, di mana larutan HCl ini juga terrlebih dahulu distandarisasi dengan menggunakan larutan Na2B4O7 yang dibuat dari kristal Na2B4O7.H2O. Larutan Na2B4O7 merupakan larutan standar primer sedangkan larutan HCl merupakan larutan standar sekunder yang muddah mengalami perubahan dalam penyimpanan. Selanjutnya memipet 10 ml kemudian menambahkan indicator MO yang bertujuan untuk menentukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah mudah. Indikator MO digunakan sebagai indicator sebab larutan yang dititrasi bersifat asam, sehingga harus digunakan indicator yang bersifat basa.

Persamaan reaksi yang terjadi : Na2B4O7.10H2O + 2HCl

2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O

Larutan HCl yang telah diketahui konsentrasinya dipakai untuk standarisasi larutan NH3 dengan cara memipet 10 ml larutan NH3 kemudian menambahkan indicator PP yang bertujuan untuk menentukan titik akhir titrasinya yang ditandai dengan perubahan warna dari warna ungu menjadi bening. Adapun persamaan reaksinya ,yaitu NH3

+

HCl

NH4CL

Pada penentuan bilangan koordinasi kompleks [Cu(NH3)]2+ dilakukan dengan menggunakan metode titrimometri. Metode titrimometri merupakan metode titrasi yang menggunakan perubahan suhu untuk menetukan titik akhir titrasi dari suatu reaksi volumetri. Dalam percobaan ini, dilakukan penambahan NH3 (ligan) secara bertahap sesuai dengan perbandingan mol Cu2+ . Untuk Cu2+ : NH3 (1:1) suhu yang diperoleh 330 C dan berwarna hijau. Untuk perbandingan (1:2) suhu yang diperoleh 340C dan berwarna hijau. Untuk perbandingan (1:3) suhu yang diperoleh 34,50C dan berwarna hijau.

Untuk perbandingan (1:4) suhu yang diperoleh 34,50C dan

berwarna biru. Suhu yang diperoleh naik terus sampai perbandingan (1:4) pada proses pergantian ligan. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu semakin meningkat hingga penambahan empat kalinya. Untuk perbandingan (1:5) suhu yang diperoleh 350C dan berwarna biru dan untuk perbandingan (1:6) suhu yang diperoleh 35,50C dan berwarna biru tua. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Cu2+ hanya dapat mengikat empat ligan tau hanya memiliki bilangan koordinasi empat.

H. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Bilangan koordinasi Cu2+ adalah empat yang menunjukkan bahwa ion pussat Cu2+ hanya mampu menyediakan empat ruanng untuk ditempati ligan NH3

b. Saran Diharapkan agar menghitung volume NH3 dengan cermat agar hasil yang didapatkan sesuai dengan teori.

I. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Bilangan Koordinasi dan Struktur. (http://www.chem-istry.org/bilangan_koordinasi/)

Atkins. 1997. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.