Laporan Observasi 2b Proses Pembelajaran ... - WordPress.com

6 downloads 319 Views 259KB Size Report
Proses Pembelajaran Matematika Kelas ID SD Negeri 179 Palembang ... Berikut ini akan kami laporkan hasil pengamatan kami selama mengikuti proses.
Laporan Observasi 2b Proses Pembelajaran Matematika Kelas ID SD Negeri 179 Palembang (Christi Matitaputty - Mahasiswa IMPoME 2011) 1. Pendahuluan Pengalaman adalah guru yang terbaik. Peribahasa ini sungguh melekat di hati para guru yang menerapkan PMRI di SD Negeri 179 Palembang. Beranjak dari pengalaman beberapa guru mengikuti workshop PMRI maka di setiap proses pembelajaran matematika, mereka mengasah pengetahuan mereka tentang PMRI. Meskipun proses pembelajaran PMRI ini baru dilakukan di kelas kecil (kelas I dan II), kepala sekolah sangat antusias dan mendukung proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan nantinya diharapkan di bulan mendatang akan dilakukan pelatihan untuk guru kelas tinggi (III, IV,V, dan VI). Untuk meyakinkan kita bahwa sekolah ini telah menerapkan PMRI, maka salah seorang guru PMRI (Ibu Aisyah) memberikan kami kesempatan untuk melihat dan mengamati proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI di kelas ID pada hari Selasa tanggal 13 September 2011. Proses pengamatan ini saya lakukan bersama dengan rekan saya (Sylvana N Sumarto). Berikut ini akan kami laporkan hasil pengamatan kami selama mengikuti proses pembelajaran matematika kelas ID pada SD Negeri 179 Palembang.

2. Hasil Pengamatan Proses pembelajaran matematika di kelas ID berlangsung selama 2 jam pelajaran (70 menit) dan materi yang dibahas disaat itu adalah penjumlahan bilangan 1 sampai dengan 10. Adapun proses pembelajaran di kelas I yang diajarkan oleh ibu Aisyah secara tematik pada hari itu mengintegrasikan pembelajaran matematika dengan tema keluarga. Guru membuka pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa kemudian mengajak siswa berdiri dan sama-sama menyayikan “lagu balonku ada lima” untuk membangkitkan semangat siswa dalam memulai pembelajaran. Guru kemudian membagi siswa kedalam 6 kelompok yang beranggotakan masingmasing 5 orang. Guru melakukan tanya jawab dengan memberi pemahaman terlebih dahulu bahwa semua siswa dalam kelas ini adalah keluarga. Guru kemudian melakukan tanya jawab dengan siswa berapa jumlah siswa laki-laki didalam kelas, berapa jumlah anak perempuan yang berkuncir dan berapa jumlah anak perempuan yang berambut pendek.

Untuk membuat siswa memahami materi penjumlahan ini maka guru memodelkan proses penjumlahan dengan menggunakan tutup botol. Guru bersama-sama dengan kami membagi tutup botol kepada siswa, masing-masing kelompok mendapat 49 tutup botol. Guru memberi aturan penjumlahan dengan meminta siswa membuat penjumlahan bilangan 7 dengan tutup botol tertutup dan tutup botol terbuka kemudian siswa bekerja secara kelompok menyusun penjumlahan yang menghasilkan tujuh dari jumlah tutup botol yang terbuka dan tutup botol yang tertutup (Gambar 1a dan 1b).

Gambar 1a Siwa berdiskusi untuk menyusun penjumlahan dengan tutup botol

Gambar 1b Siwa berdiskusi untuk menyusun penjumlahan dengan tutup botol

Dengan penuh semangat siswa bekerja bersama – sama menyusun tutup botol. Salah satu kelompok yang agak sulit mengerti guru mencoba membantu dengan memberikan sepotong kertas yang bertuliskan simbol tanda “tambah” yang diletakan diantara dua tutup botol yang terbuka dan tertutup itu (Gambar 2).

Gambar 2 Simbol tanda tambah yang diberikan guru.

Setelah semua siswa selesai bekerja dalam kelompok maka guru meminta kesediaan dari setiap anggota kelompok untuk menulisakan jawaban mereka (ekspresi penjumlahan dengan tutup botol tadi)di papan tulis. Guru menuliskan nama dari masing-masing

kelompok dan pada bagian bawah dari nama siswa sehingga semua siswa mendapat kesempatan untuk menuliskan hasil pekerjaannya (Gambar 3a dan 3b).

Gambar 3a. Hasil pekerjaan siswa kelompok 1 (Kesya, Sadiqa, Okta, Rafi)

Gambar 3b. Salah seorang siswa (Dike) menuliskan penjumlahan 4 + 3 = 7 di papan tulis.

Setelah semua siswa menuliskan pekerjaan mereka maka guru membahas bersama dengan siswa (gambar 4a), dari hasil pekerjaan siswa maka terdapat kelompok yang melakukan kekeliruan (gambar 4b) dikarenakan anggota kelompoknya terburu-buru dalam menuliskan jawaban (video 1 pada lampiran), sehingga pada waktu guru membahas bersama semua jawaban siswa maka siswa yang membuat kesalahan tersebut diminta maju dan memperbaikinya.

Gambar 4a. Guru bersama-sama dengan siswa membahas pekerjaan semua kelompok

Gambar 4b. Kesalahan siswa dalam melakukan penjumlahan.

Secara keseluruhan dari semua aktifitas siswa dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sudah berlangsung dengan melakukan pendekatan PMRI dimana guru membawa siswa pada konteks dunia nyata dengan mengitung jumlah siswa di kelas yang berkuncir dan banyaknya laki-laki. Sesudah itu guru memodelkan proses penjumlahan bilangan 7 dengan menggunakan tutup botol dan siswa bekerja secara kelompok menyusun tutup botol yang terbuka dan tertutup sehingga diperoleh 7 cara dengan ekspresi tutup botol terbuka(tbk) dan tutup botol tertutup (tbt) yaitu ; 1tbk +6tbt, 2tbk+5tbt, 3tbk+4tbt, 4tbk+3tbt, 5tbk+2tbt, 6tbk+1tbt (video 2). Hal ini terlihat jelas, bahwa kontribusi siswa sangat besar dalam proses pembelajaran ini dimana siswa yang menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan (video 3), dan mereka mampu menguraikan model simbolik (tutup botol) tadi kedalam bentuk formal (gambar 3a dan 3b). Proses interaksi antara siswa dan guru cukup baik namun masih ada beberapa siswa yang masih bermain atau saling mengganggu dan situasi ini dapat dikendalikan oleh guru dengan meniup peluit untuk mengarahkan perhatian siswa kemabali pada proses pembelajaran. 3.

Penutup Berdasarkan hasil pengamatan pada kelas ID yang telah melakukan pendekatan PMRI ini maka kami menyarankan agar guru mengorganisasi waktu dengan membuat LKS sehingga siswa terfokus dalam mempresentasikan hasil diskusi dan waktu pembelajaran yang tersedia (70 menit) cukup.