Materi Prof. Dr. Bambang Pujiasmanto - Semnas 2013 FP UNS

27 downloads 108 Views 1MB Size Report
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN. ENERGI BERBASIS PERTANIAN. Oleh: Bambang Pujiasmanto. Guru Besar Agroteknologi FP UNS.
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN Oleh:

Bambang Pujiasmanto Guru Besar Agroteknologi FP UNS [email protected]

KEMANDIRIAN PANGAN

Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat (UU RI Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan)

• Ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan Indonesia dinilai belum kokoh. Hal ini diindikasikan oleh tingginya impor produk pangan yang menunjukkan bahwa upaya ketahanan pangan masih terfokus pada ketersediaan dan konsumsi, dan belum berorientasi pada sisi produksi, kemandirian dan kedaulatan pangan.

Upaya peningkatan produksi pertanian pada prinsipnya dapat dilakukan melalui dua cara

intensifikasi

ekstensifikasi

Untuk mengimbangi peningkatan jumlah penduduk yang pesat, maka upaya peningkatan produksi pangan perlu dilakukan bersamaan baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi .

Relevansi teknologi selama ini masih dirasakan belum optimal. Banyak hasil riset belum diimplementasikan oleh petani atau industri sebagai penggunanya. Sebagai contoh, untuk tanaman kedelai sudah ada benih-benih unggul

Proses alih teknologi dari pengembang/penghasil teknologi ke pengguna teknologi yang perlu difasilitasi dan diintegrasikan dengan pola managemen pertanian. Proses alih teknologi tersebut harus menjadi kegiatan yang berkesinambungan. Berbagai fasilitasi dan integrasi tersebut dapat dilakukan antara lain melalui : - sosialisasi dan diseminasi teknologi - implementasi SINas/SIDa - penguatan lembaga intermediasi dengan dukungan teknologi informasi database dan jejaring - pengintegrasian program kegiatan pertanian huluhilir, dan penerapan Praktek Pertanian yang Baik (Good Agriculture Practice/ GAP).

Organisasi pangan dunia (FAO) mengatakan sektor pangan dunia menghadapi tantangan yang sulit seiring pertambahan penduduk. Tanpa upaya mewujudkan ketahanan pangan dunia yang merata, jumlah penduduk kelaparan akan semakin bertambah. Sebuah negara yang mempunyai ketahanan pangan kuat adalah negara yang memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya, dengan harga terjangkau, mudah diperoleh dan dengan kualitas baik. • Singapura adalah contoh sebuah negara yang memiliki ketahanan pangan kuat meskipun tidak memproduksi sendiri pangan yang dibutuhkan.

Hingga tahun 2013 masalah ketahanan pangan khususnya beras menjadi persoalan besar bangsa Indonesia.Angka kuota impor beras rata-rata masih diatas angka jutaan ton. TAHUN Impor beras 1,6 juta ton 2011 TAHUN 2012

Impor beras 1,9 juta ton

Besarnya angka impor dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan agar pasokan dan harga pangan tetap terjangkau dan stabil. Namun, dengan membeli 1,5 juta ton sampai 2 juta ton beras dari 8 juta ton beras yang ada di pasaran dunia, angka itu sangat mungkin akan memicu kenaikan harga beras dunia

Keadaaannya akan beda jika tingkat konsumsi beras indonesia diturunkan dengan cara diversifikasi konsumsi pangan. Pola konsumsi yang dominan beras menjadikan kebutuhan beras menjadikan kebutuhan beras begitu besar, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Konsumsi beras Indonesia saat ini adalah 139 kg perkapita/tahun. Padahal konsumsi beras Thailand dan Malaysia hanya berkisar 65-70 kg per kapita/tahun.

Energi Nabati : Peluang atau Ancaman Bagi Sektor Pertanian? • Semua sektor membutuhkan energi sebagai penggerak aktivitas. Awalnya, sumber energi konvensional menjadi penopang utama pembangkit energi. Minyak bumi, gas alam, dan batu bara menjadi primadona karena persediaan melimpah dan pertimbangan harga yang murah. • Sumber energi murah dan melimpah tersebut sebenarnya adalah energi yang tak terbarukan (non renewable resources). Butuh berjuta tahun untuk kembali menghasilkannya, namun di sisi lain, kebutuhan akan suplai energi selalu meningkat setiap harinya.

Berkaitan dengan itu timbul pemikiran ke arah energi yang berbasis pangan (enersi nabati). Pertimbangan penggunaan komoditas pertanian sebagai sumber energi alternatif ini merupakan bentuk dan diversifikasi bahan baku energi alternatif

Namun ada permasalahan penambahan fungsi komoditas pangan menjadi sumber energi alternatif jika masih belum dapat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri

Dilema Energi Berbasis Pangan

Ketika negara lain mempersiapkan pengembangan energi alternatif dan mengamankan produk pangan berbasis bijibijian, Indonesia terjebak dalam kebijakan energi. Krisis energi yang terjadi disebabkan oleh tidak seimbangnya permintaan akan energi yang terus meningkat dengan pasokan energi yang memiliki ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi, batubara dan gas alam. Solusi yang biasa ditawarkan adalah pengembangan dan penggunaan sumber energi alternatif, salah satunya bahan bakar nabati atau biofuel. Namun memicu terjadinya masalah baru, yaitu krisis pangan. Hal ini disebabkan karena bahan bakar dalam bentuk etanol dan biodiesel berbahan baku produk pangan seperti kedelai, ubikayu, tebu, sorgum dan kelapa sawit.

• Peningkatan harga pangan menyebabkan perlindungan segenap bangsa dan kesejahteraan umum kian mendesak diwujudkan. • FAO Agricultural Outlook 2007-2016 menyebutkan adanya kecenderungan perubahan struktur dasar perdagangan produk pertanian dunia tahun 20072016 yang berhubungan dengan menurunnya pasokan, cadangan dan stok komoditas pertanian yang diperdagangkan • Menurut Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 20002025, penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 273,7 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,25 persen atau 2,7 juta jiwa per tahun, diperlukan tambahan penyediaan pangan yang tidak sedikit setiap tahunnya

• Produksi pangan dalam negeri terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus tumbuh baik jumlah maupun keragaman jenis pangannya. Golongan menengah di Indonesia juga meningkat, ini berarti konsumsi bahan pangan lebih banyak lagi. Saat ini Indonesia memiliki 45 juta pangsa kelas konsumen dan pada tahun 2030, akan tumbuh menjadi 135 juta. Demikian pula market opportunities dari 0,5 miliar menjadi 1,8 miliar di tahun 2030

Tantangan Mendesak Di Dunia Pertanian • Era globalisasi yang berimplikasi pada penghapusan berbagai kemudahan dalam pembangunan pertanian, seperti subsidi dan proteksi • Menguatnya asimetri sistem agribisnis dalam meraih keuntungan oleh para pelaku hilir dan lemahnya komitmen pemerintah untuk peduli secara konsisten • Lemahnya kemandirian petani dalam mengelola manajemen pertanian

Petani harus menjadi mandiri untuk meraih berbagai peluang dan mengatasi ancaman yang ada, dengan meningkatkan potensi yang dimilikinya dan menghilangkan kelemahan yang ada. Proses komunikasi pembangunan yang tepat adalah proses yang kondusif bagi kemandirian petani

Peranan Perguruan Tinggi • Melalui implementasi Tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dituntut untuk berkiprah mendukung pembangunan pertanian khususnya kemandirian pangan dan energi berbasis pangan, dengan segala tantangan dan permasalahan yang dihadapinya.

Memperhatikan kondisi lingkungan eksternal, terdapat empat strategi yang dapat dilaksanakan untuk melaksanakan politik pangan yang berbasis pada kedaulatan dan kemandirian; yang dalam hal ini perguruan tinggi dapat berperan:

REGULASI KETERSEDIAAN KETERCUKUPAN GIZI KETERJANGKAUAN

Peran utama Perguruan Tinggi

1. Berperan serta dalam mengembangkan aspek kesiapan manusia melalui pendidikan formal. 2. Mengembangkan IPTEK dan konsep alternatif kebijakan pembangunan melalui aktivitas penelitian 3. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat melalui diseminasi inovasi, pendidikan non formal dan bentuk pengabdian pada masyarakat.

• Salah satu wujud dari peran perguruan tinggi terhadap energi berbasis pangan yaitu melalui penelitian Dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS, Dr. Ir. Endang Yuniastuti, MSi yang berhasil mengembangkan BBN(Bahan Bakar Nabati) pengganti BBM dengan menggunakan tanaman Genderuwo (Sterculia foetida Linn)

Keunggulan BBN dari tanaman kepoh/ Genderuwo

• Mempunyai titik didih biodiesel mencapai 220 derajat Celsius sedangkan solar 180 derajat Celsius • Mempunyai tingkat emisi yang sangat rendah, bahkan tidak menghasilkan polutan(ramah lingkungan). • Jika dijual untuk umum harga biodiesel Genderuwo kurang dari Rp 3.000/liter

NO KOMODITI 1.

Jarak Pagar

JUDUL PENELITIAN

PENELITI

Karakterisasi Morfologi Beberapa Nomor Wahyu Nugroho Aksesi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas

L.)

di

Kebun

Plasma

Nutfah

Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. 2.

Mabai

Identifikasi Molekuler Keragaman Tanaman 1. Ahamad Yunus Marbai

(Pongamia

pinnata)

dan 2. Samanhudi

Pengembangan Teknologi Perbanyakan In 3. Amalia T. Sakya Vitro untuk Penyediaan Bahan Baku Biofuel 3.

Sorgum Manis Respon

Ketahanan

Beberapa

4. Muji Rahayu

Varietas 1. Prasintya Cucu Hardi

Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Indah Kusuma Terhadap Cekaman Aluminium

2. Samanhudi 3. Muji Rahayu

4.

Sorgum Manis Pengembangan Mendukung

Sorgum

Desa

Manis

Mandiri

untuk 1. Samanhudi

Energi

Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri

di 2. Ahmad Yunus

5.

Sorgum

Respon

Pertumbuhan

Sorgum

Manis

(Sorghum bicolor L.) terhadap Pemberian Air 2. Dr. Samanhudi, SP,MSi. yang Berbeda

Manis 1. Novianda Nugroho

3. Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus, MS.

6.

Jarak Pagar

Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BA 1.CitraOktaviana

dan NAA terhadap Pembentukan Tunas Jarak Yuswindasari Pagar (Jatropha curcas L.) pada Kultur In 2. Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus, Vitro

MS. 3. Dr. Samanhudi, SP,MSi.

7.

Jarak Pagar

Pengaruh Konsentrasi

Macam IBA

Media terhadap

Tanam

dan 1.Darul Probosasmito

Pertumbuhan 2. Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus,

Setek Batang Jarak Pagar (Jatropha curcas MS. L.)

3. Dr. Samanhudi, SP,MSi.

8.

Jarak Pagar

Kajian

Penggunaan

Berbagai 1.Setianingrum Andaryani

Konsentrasi BAP dan 2,4-D Terhadap 2.Dr. Samanhudi, SP,MSi. Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropha 3.Prof.Dr.Ir.Ahmad.Yunus, curcas L.) secara In Vitro

9.

Jarak Pagar

MS.

Pengaruh Konsentrasi IBA dan BA 1. Dwi Nofiyanti terhadap Pertumbuhan Eksplan Jarak 2.Prof.Dr.Ir. Ahmad Yunus, Pagar (Jatropha curcas L.) secara In MS. Vitro

10.

Jarak Pagar

3. Dr. Samanhudi, SP,MSi.

Identifikasi Morfologi Tanaman Jarak 1. Sri Saparni Pagar (Jatropha curcas L.) Aksesi Jawa 2. Dr.Ir. Parjanto, MP. di Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon

3. Dr. Samanhudi, SP,MSi.

11.

Jarak Pagar

Studi Kromosom Tanaman Jarak Pagar

Sitta

Fajarwati

Jumilakhir

Keberhasilan mewujudkan kemandirian pangan dan energi berbasis pertanian selain melalui peran Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat), juga bergantung kepada peran aktif semua pihak, baik pemerintah, petani, penyuluh, pengusaha, dan masyarakat pengguna. Urgensi kemandirian pangan dan energi berbasis pangan menjadi urusan hidup dan mati bagi setiap manusia, karena pangan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini tidak terlepas dari pidato Presiden pertama RI Ir.Sukarno pada peletakan batu pertama gedung Fakultas Pertanian UI di Bogor 27 April 1952 ”.....pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kebutuhan pangan tidak dipenuhi maka malapetaka ; oleh karena itu perlu usaha besar-besaran, radikal, dan revolusioner...”