MEDAN DIKLAT

117 downloads 7069 Views 2MB Size Report
10 Nov 2014 ... Peranan Pengelolaan Kelas Dalam Mengembangkan Sikap .... Implementasi Kurikulum 2013 Guru IPS Tingkat MTs, Diklat Teknis Substantif.
Majalah

ISSN 2086689-5

MEDAN DIKLAT Media Informasi dan Komunikasi SDM Keagamaan

Rekayasa Genetika dan Implikasinya Pada Makhluk Hidup Moralitas Sebagai Dasar Pembangunan Bangsa Cara Mudah Memahami Pembukuan Bendahara Pengeluaran

Dampak Metode Iqra Terhadap Kemampuan Anak Membaca HurufHuruf Hijaiyah Tanpa Baris Metode Pembelajaran Kooperatif Media Pembelajaran Sebagai Alat Bantu Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Peranan Pengelolaan Kelas Dalam Pengembangan Sikap Spritual dan Sikap Sosial Peserta Didik Pada Madrasah Ibtidaiyah

Strategi Widyaiswara Menghadapi Turbulensi Kediklatan Edisi 2 Vol. 25 Nov-Des 2014 M / Muharram-Syafar 1436

Majalah

MEDAN DIKLAT

Edisi 2Vol 11

MAJALAH BDK MEDAN Keterangan Gambar Cover Depan: Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Dr.H.Hamdar Arraiyah MA, sedang menandatangani naskah berita acara pelantikan Pejabat Eselon IV, di Aula II Kampus Balai Diklat Keagamaan Medan, Senin 20/10/2014 (bhs)

PENANGGUNG JAWAB Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan Dr.H.Syaukani.M.Ed.Adm.

DAFTAR ISI BERITA BERGAMBAR Ÿ Pejabat Fungsional Yang Diberhentikan Sementara Tidak Mendapatkan Tunjangan Kinerja, (M.Halomoan) Ÿ BDK Medan Akhiri Kegiatan Diklat Reguler Tahun 2014. (Bincar).

REDAKTUR Drs. Bincar

Ÿ

EDITOR M.Halomoan Lubis M.Pd. Gunarno, M.Pd.

Ÿ

Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-86 di BDK Medan Berlangsung Khidmat. (Bincar) Ÿ BDK Medan Peringati Hari Pahlawan 10 November 2014. (Bincar)

Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag RI Adakan Workshop Penyusunan Silabus Dan RPP Madrasah (Gunarno)

DESAIN GRAFIS & FOTO GRAFER Tangor Hasibuan S.Sos Aisyah Siregar SE

ARTIKEL Ÿ Strategi Widyaiswara Menghadapi Turbulensi Kediklatan. (Mahmun Syarif Nasution)

Ÿ

Rekayasa genetika dan Implikasinya Pada Makhluk Hidup. (Dandan Irawani Lubis)

SEKRETARIAT Muhammad Ridwan.MA. Zaitun Nizar M.Pd.

Alamat Reedaksi /Sekretariat Balai Diklat Keagamaan Medan Jl.T.B. Simatupang No 122 Medan Telp/fax 061.845256. E-mail: [email protected]

Ÿ

Moralitas Sebagai Dasar Pembangunan Bangsa. (Julianty Kasihaty Hasibuan)

Cara Mudah Memahami Pembukuan Bendahara Pengeluaran. (Fahmil Nasution) Ÿ Dampak Metode Iqra Terhadap Kemampuan Anak Membaca Huruf-huruf Hijaiyah Tanpa Baris. (Marinasari Ÿ

Hasibuan)

Metode Pembelajaran Kooperatif. (M.Ridwan) Media Pembelajaran Sebagai Alat Bantu Keberhasilan Proses Pembelajaran. (Sriwati Bukit) Ÿ Peranan Pengelolaan Kelas Dalam Mengembangkan Sikap Spritual dan Sikap Sosial Peserta Didik Pada Madrasah Ibtidaiyah. (Zaitun Nizar Dalimunthe) Ÿ Ÿ

Redaksi menerima artikel hasil kajian, penelitian, ulasan, dan opini yang berkaitan dengan lingkup pendidikan dan pelatihan dalam bentuk soft copy . Naskah diketik satu spasi, maksimum lima halaman A4. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa merubah substansi. Tulisan yang dimuat mendapat imbalan yang pantas, yang tidak layak muat tidak dikembalikan. Tulisan dapat dikirimkan ke [email protected] dalam bentuk msword dilampiri identitas diri dan pasfoto digital penulisnya.***

PEJABAT FUNGSIONAL YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARATIDAK MENDAPATKAN TUNJANGAN KINERJA Medan, MD Pejabatfungsional yang diberhentikan sementara tidak akan mendapatkan tunjangan kinerja. Pernyataan ini disampaikan Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Dr. H. Hamdar Arraiyah, MA di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Medan, Selasa (20/10) lalu. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konteks membahas remunerasi bagi pegawai di lingkungan Kementerian Agama yang akandicairkanpada Desember mendatang. Tujuan remunerasi ini untuk mensejahterakan pegawai, walaupun belum diperoleh sampai saat ini, ujar Sekretaris. Arraiyah lebih lanjut mengatakan bahwa rencana remunerasi di kementerian ini masih menyisakan tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi dan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab. Sekretaris juga menambahkan, bahwa pegawai harus bekerja lebih keras, tunjangan kinerja ini menuntut perbaikan manajemen di samping menuntut pencapaian tugas minimal. Dalam rangka remunerasi ini di lingkunganBadanLitbangdan Diklat di tingkat pusat menurut Arraiyah sudah diselesaikan lebih dua ratus SOP (StandarOperasionalProsedur), tetapi menurutnya jumlah itu ternyata masih jauh dari cukup. Kekurangan jumlah SOP itu terasa ketika BPKP melakukan pemeriksaan di lembaga eselon I ini. Dalam kaitan ini juga Sekretaris mengharapkan agar UPT Balitbang dan Diklat, seperti Balai Diklat Keagamaan harus memulai membuat SOP ini karena tidak hanya dibutuhkan di tingkat pusat. Pernyataan dan harapan-harapan di atas disampaikan Arraiyah dalam kesempatan Bimbingan dan Arahan setelah selesai melantik pejabat eselon IV di BDK Medan. Kepadapejabat yang baru dilantik Sekretaris mengharapkan agar dapat menyusun biaya untuk keperluan manajemen tidak melebihi porsi ideal bagi kebutuhan organisasi. Selainitubeliaujugamengharapkan agar prestasi-prestasipada jabatan sebelumnya dilanjutkan pada jabatan baru ini. Selain pejabat fungsional yang diberhentikan sementara, remunerasi jugatidak diberikan kepada: pegawai yang tidak mempunyai jabatan tertentu, pegawai yang diperbantukan /dipekerjakan di luar Kemenag, cuti melahirkan anak ke-3 dst, cuti besar, cuti d iluar tanggungan negara/bebas tugas menjalalani persiapan pensiun, guru dan dosen, pegawai yang dikenakan hukuman disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri, tidak hadir kerja tanpa alasan, pejabat fungsional dan mendapat tunjangan profesi selain guru dan dosen.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

PenandatanganannaskahpelantikandanberitaacaraPelantikanpejabateselon IV di BDK Medan, Selasa (20/10), paling kananSekretarisBadanLitbangdanDiklatKementerian Agama RI,Dr.H. HamdarArraiyah MA sedangmenyaksikanKepala BDK Medan Dr.H.Syaukani M.Ed. Adm.menandatanganinaskahberitaacarasebagaisaksi.(fotoemhael)

Pejabateselon IV yang dilantik, Drs. Parjuangan Harahap dilantik menjadi Kepala Seksi Diklat Tenaga Administrasi, menggantikan Dra. Yusra yang dilantik menjadi Kasubbag TU, sementara Kasubbag.TU lama Soni Sofian, S.E., M.Pd. dilantik menjadi Kepala Seksi Diklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan. Hadir dalam acara tersebut Kepala BDK Medan, Kabag TU Kanwil Kemenag Sumatera Utara, Drs. Ilyas Siregar, rohaniwan dari Bidang Urais Kanwil Kemenag Sumut dan para pegawai BDK Medan.(emhael)

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN AKHIRI KEGIATAN DIKLAT REGULER TAHUN 2014 Medan, MD. Balai DiklatKeagamaan Medan akhiri kegiatan Diklat Reguler 2014, seusai ditutup secara resmi oleh Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan Dr. H. Syaukani, M.Ed. Adm. Tentang tiga jenis diklat, Senin (20/10) yang lalu. Jenis diklat yang dimaksud adalah Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Guru PAI Tingkat SMP, Guru Biologi Tingkat MA, dan Guru Bahasa Tingkat MA Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara. Dr. H. Syaukani M.Ed. Adm, dalam arahannya mengharapkan kepada peserta agar ilmu yang diperoleh selama mengikuti diklat hendaknya diaplikasikan dan ditularkan kepada teman-teman guru yang lain setelah kembali di tempat tugas masing-masing. Lebih lanjut Syaukani menekankan kepada peserta agar terus berpacu untuk meningkatkan kompetensinya sehingga menjadi guru yang profesional. Apalagi untuk menerapkan kurikulum 2013 tuntutan kompetensi guru membangun pendidikan yang berkarakter mutlak dikuasai”. Karena itu sekali lagi diharapkan kepada peserta agar benar-benar menjadi guru yang profesional. Demikian Syaukani mengakhiri pesannya.

KepalaBalaiDiklatKeagamaan Medan,Dr.H.Syaukani, M.Ed. Adm. (duduk paling kiri) sesaatsebelumpenutupan, mendengarkanevaluasipesertaterhadappelaksanaandiklat, terkaitdenganpelayananpanitia, widyaiswara, kelengkapansaranaprasaranadiklat di Aula II Kampus BDK Medan,

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Kegiatan diklat yang berlangsung selama tujuh hari yang dimulai dari tanggal 14 sampai dengan 20 Oktober 2014, diikuti oleh peserta sebanyak 90 orang, dan seluruhnya berasal dari Sumatera Utara. Para Peserta mengikuti kegiatan diklat secara serius karena peserta baru pertama kali mengikuti diklat kurikulum 2013. Sementera itu, kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan empat jenis diklat sekaligus yang berlangsung dari tanggal 17 sampai 23 September 2014. Keempat jenis diklat itu, ialah Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Guru PAI Tingkat SD, Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Implementasi Kurikulum 2013 Guru IPS Tingkat MTs, Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Implementasi Kurikulum 2013 Guru IPA Tingkat MTs, dan Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Pengawas Madrasah/PAI Sekolah Umum.(bhs)

Suasana peserta dan panitia dalam ruangan Aula II Kampus Balai Diklat Keagamaan Medan menjelang penutupan Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Implementasi Kurikulum 2013 bagi Guru PAI SD, Guru IPS MTs, Guru IPA MTs, dan Pengawas Madrasah dan PAI pada Sekolah Umum, Selasa (23/9/2014)

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-86 DI BDK MEDAN BERLANGSUNG KHIDMAT Medan, MD. Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Pahlawanyang dilaksanakan oleh Balai Diklat Keagamaan Medan, Selasa 28 Oktober 2014, berlangsung khidmat. Acara dilaksanakan tepat pukul 8.00 WIB di Lapangan Kampus BDK Medan, bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Drs.H.Suten Hasibuan M.Pd., Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Medan mewakili Kepala BDK Medan.

Drs.H.Suten Hasibuan M.Pd., saat membacakan amanat Menteri Pemuda dan Olah Raga pada acara Peringatan Sumpah Pemuda Ke-86 Selasa (28/10/2014)

“Setiap kali kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, maka yang terbayangkan adalah heroisme tanpa kenal lelah dari para pemuda kita untuk mendeklarasikan gagasan perjuangan dan mewujudkan ide cemerlangnya tentang Negara Indonesia, tentang tekad bulatnya untuk mewujudkan satu bangsa, satu tanah air dan menjunjung bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia‟. Demikian Drs.H.Suten Hasibuan M.Pd, ketika membacakan amanat Menteri Pemuda dan Olah Raga (H. Imam Nachrawi)

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Selanjutnya Suten Hasibuan membacakan, “Dalam sejarah perjuangan bangsa, Hari Sumpah Pemuda merupakan momentum historis yang teramat penting dan menjadi bagian tak terpisahkan dari mata rantai perjuangan bangsa kita. Bagi para pemuda Indonesia, Sumpah Pemuda merupakan manifestasi dari kepeloporan dan kepeduliannya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sumpah Pemuda telah membulatkan tekad dan semangat seluruh anak bangsa untuk berjuang dan tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pelbagai upaya rongrongan terhadap disintegrasi bangsa dengan tekad NKRI adalah Harga Mati. Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-86 tahun ini mengangkat tema ”Bangun Soliditas Pemuda Maju dan Berkelanjutan”. Tema tersebut mengandung pesan bahwa kita berupaya agar para pemuda dapat memainkan perannya secara optimal sebagai perekat persatuan bangsa dalam pembangunan nasional. Soliditas pemuda sangat penting artinya untuk mencapai kemajuan pemuda sebagai syarat utama kemajuan suatu bangsa. Jika pemuda solid maka bangsa kita akan semakin maju, kuat dan bersatu, sehingga pembangunan dapat kita laksanakan secara lancar dan berkelanjutan. Seiring dengan itu pada tahun 2015 kita akan memasuki era Komunitas Asean. Untuk itu para pemuda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing dengan bangsabangsa lain. Kita adalah bangsa yang besar yang memiliki sumber daya alam berlimpah, memiliki sejarah leluhur bangsa yang hebat, kebudayaan yang unggul, masyarakat yang toleran, dan sumber daya manusia yang semakin lama semakin baik. Mentalitas bangsa ,khususnya para pemuda harus terus dibangun agar menjadi pemuda-pemuda yang unggul, berkarakter, berkapasitas dan berdaya saing sehingga dapat berkompetisi dalam persaingan global yang semakin hari semakin kompetitif. Revolusi Mental yang dicanangkan oleh Bapak Presiden Ir. Joko Widodo amatlah relevan dalam mewujudkan pemuda yang maju. Ciri pemuda yang maju adalah pemuda yang berkarakter, berkapasitas dan berdaya saing. Oleh karena itu Revolusi Mental harus dapat kita jadikan sebagai pemicu untuk mempercepat terwujudnya pemuda yang maju. Dengan mewujudkan pemuda yang maju berarti kita dapat menghasilkan bangsa yang hebat. Oleh sebab itulah pembangunan kepemudaan secara berkelanjutan harus terus dilaksanakan melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Pemuda yang maju adalah pemuda yang memiliki kemampuan inovasi dan kreativitas yang tinggi, yang mampu mengatasi pelbagai persoalan yang dihadapinya dan memiliki kompetensi sehingga mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan global. Pemuda yang maju adalah pemuda yang mampu berfikir positif, yang senantiasa terus berorientasi pada kejayaan bangsanya demi Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

keunggulan dan kegemilangan masa depan, tidak mudah menyerah, bertanggungjawab dan senantiasa melakukan yang terbaik untuk dirinya, masyarakatnya dan untuk bangsanya. Untuk itu lanjut Suten, Semangat para pemuda 86 tahun lalu harus terus menjadi obor penyemangat bagi pengabdian pemuda Indonesia untuk bangsa dan tanah air tercinta. Keberhasilan generasi terdahulu menyatukan hati dan pikiran bangsa Indonesia harus diteruskan oleh para pemuda dengan menyakinkan harapan akan masa depan bangsa yang cemerlang.Saya yakin, para pemuda Indonesia akan terus memegang teguh komitmennya untuk selalu menjaga keutuhan bangsa dan Negara, yang di dalam dirinya selalu terpatri jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila.

Pegawai BDK Medan, mengikuti dengan khidmat pada acara Peringatan Sumpah Pemuda Ke-86 Selasa (28/10/2014) di Lapangan Kampus BDK Medan Jalan TB Simatupang No 122 A Pinang Baris Medan

Pemuda yang akan selalu mempertahankan tanah air, bangsa dan negara dan selalu menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Akhirnya, saya ucapkan SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA KE-86. Semoga melalui peringatan ini kita akan selalu menghormati jasa para pemuda, jasa para pendiri bangsa dan jasa para pahlawan kita. Semoga Allah SWT – Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan rakhmat dan ridho-Nya kepada kita semua. Demikian Suten membacakan sambutan Menteri Pemuda dan Olah raga RI.(bhs) Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MEDAN PERINGATIHARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2014 Medan, MD Balai Diklat Keagamaan Medan memperingati Hari Pahlawan di Kampus BDK Medan Jalan TB Simatupang No 122 Pinang Baris Medan, Senin 10 November 2014. Upacara Bendera memperingati Hari Pahlawan 10 November 2014 diikuti oleh seluruh Pegawai Balai Diklat Keagamaan Medan dan berlangsung dengan penuh khidmat. Serangkaian acara diawali dengan pengibaran Bendera Merah Putih, dilanjutkan dengan Pembacaan Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan pembacaan amanat Menteri Sosial (Khofifah Indar Parawansa), serta doa.

Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan Dr.H.Syaukani, M.Ed.Adm. saat membacakan Amanat Menteri Sosial RI pada Upacara Bendera Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2014, di Lapangan Kampus BDK Medan, Senin. (bhs )

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Menteri Sosial RI dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan Dr.H.Syaukani, M.Ed. Adm. sekaligus sebagai inspektur upacara sebagai berikut :

Pegawai Balai Diklat Keagamaan Medan saat mengikuti dan mendengar secara seksama sambutan Menteri Sosial RI pada Upacara Bendera Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2014, di Lapangan Kampus BDK Medan, Senin. (bhs)

“Sejarah perjalanan bangsa dan Negara Indonesia mencatat, perjuangan untuk merebut kemerdekaan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diperlukan perjuangan yang panjang. NKRI tidak akan bisa berdiri menjadi negara yang merdeka berdaulat dan terhormat seperti saat ini, tanpa perjuangan para pejuang pendiri bangsa yang telah mengorbankan jiwa , raga, pikiran serta hartanya. Sejarah bangsa dan Negara Indonesia menunjukkan bahwa untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan NKRI membutuhkan ikatan persatuan dan kesatuan yang kuat. Komitmen para pejuang, pendiri bangsa dan para pahlawan untuk mempersatukan bangsa ini melahirkan sikap kepahlawanan sosial serta menguatkan memori kolektif Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

bangsa saat itu supaya berani bertindak nyata untuk melawan penjajahan dan ketertindasan akibat kolonialisme dan imperialisme”. Lebih lanjut kata Menteri Sosial, “ sikap kepahlawanan merupakan sebuah perwujudan tindakan dan pengorbanan yang penuh militansi. Kita harus memaknai semua itu bukan hanya sekedar ungkapan saja, tetapi harus dijadikan sebagai kekuatan moral yang dapat diterapkan di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk Indonesia kini dan mendatang”.

PetugasUpacaraBenderasedangmembawaBenderaMerahPutihuntukdikibarkandalammempering atiHariPahlawan 10 November 2014di LapanganKampus BDK Medan Jalan TB Simatupang No 122 A Pinang Baris Medan

Menurutnya tema yang diusung kali ini adalah PAHLAWANKU IDOLAKU diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Bahwa semangat juang dan semangat kebangsaan para pahlawan akan selalu terpatri di dada setiap insan Indonesia dan menjadi kebanggaan atau idola sepanjang masa. Semoga Tuhan selalu membimbing serta meridhoi kita semua dalam melanjutkan perjuangan para pahlawan melalui cipta, rasa dan karsa untuk pembangunan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Demikian sambutan Menteri Sosial yang dibacakan oleh Dr.H.Syaukani, M.Ed. Adm. (bhs)

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

DIREKTUR PENDIDIKAN MADRASAH KEMENAG RI (PENMAD) ADAKANWORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS DAN RPP MADRASAH Batam, MD. Dalam rangka mempercepat implementasi Kurikulum 2013 pada lingkungan Kementerian Agama, Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian RI menyelenggarakan kegiatan Workshop Penyusunan Silabus dan RPP Madrasah Aliyah dari tanggal 13-15 November 2014, di Hotel Nagoya Plasa Batam Provinsi Kepulauan Riau. Acara kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau Drs. H. Marwin dan berlangsung tertib dan lancar, sesuai dengan rencana dan jadwal pelaksanaan.

Drs. H. Marwin dalam arahannya mengajak peserta agar mengikuti kegiatan ini dengan baik disertai niat yang tulus dan ikhlas, mengingat peserta merupakan perpanjangan tangan Pemerintah khususnya Kementerian Agama Republik Indonesia dalam penyusunan silabus mata pelajaran kelompok keagamaan tingkat Madrasah Aliyah. Untuk itu momentum kegiatan ini sangat strategis untuk diikuti mempercepat implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah. Pada akhir sambutannya Drs. H. Marwin menyampaikan bahwa Pendidikan Madrasah pada saat ini telah mendapatkan tempat hati masyarakat, untuk itu sebagai guru madrasah hendak bersyukur dengan senantiasa meningkatkan kompetensinya. Termasuk dalam hal ini dalam implementasi Kurikulum 2013 dalam setiap pembelajaran di kelas yang menekankan Pendekatan Saintifik yang diikuti dengan penilai anautentik.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Drs. M. Halomoan, M.Pd. danGunarno, S.Si.,M.Pd. sedangmenyampaikanMateripada PenyusunanSilabusdan RPP Kurikulum 2013

Workshop

Dalam kegiatan workshop ini, dua orang narasumber utama yang berasal dari Widyaiswara Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Medan. Drs. Muhammad Halomoan, M.Pd. dipercaya untuk menyampaikan materi tentang Penyusunan Silabus, sedangkan Gunarno, S.Si., M.Pd. menyampaikan materi tentang Penyusunan RPP. Dalamkesempatanitu, M. Halomoan, membahas mengenai pentingnya memperbarui dan mengikuti perkembangan informasi tentang regulasi terbaru yang berkaitan dengan implementasi Kurikulum 2013. Dalam penyusunan silabu suntuk Madrasah Aliyah, perlu memperhatikan keterkaitan antar Kompetensi Dasar (KD) yang akan disusun, kegiatan pembelajaran yang harus mengacu pendekatan saintifik, dan penentuanalokasiwaktu yang tepat. Sementara itu Gunarno membahas tentang regulasi terbaru yang berkaitan dengan penyusunan RPP, yaitu Permendikbud 103 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini, format RPP yang baku untuk digunakan harus seseuai dengan Permendikbud tersebut. Selanjutnya proses penilaian pada Kurikulum 2013, Gunarno menjelaskan bahwa penilaian harus mencakup penilaian sikap yang ditentukan dengan nilai modus, penilaian pengetahuan yang ditentukan dengan nilai rerata, dan peneliaian keterampilan yang ditentukan dengan nilai optimum. (GNR)

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

KeluargaBesar BalaiDiklatKeagamaan Medan TurutBerdukacita AtasBerpulangnyakeRahmatullah Drs. Saikun, PegawaiBalaiDiklatKeagamaan Medan, Rabu22 Oktober 2014 TutupUsia 54 Tahun.

Semoga Allah mengampunidosanyadanmenerimaamaliba dahnya, Amin… Kepala BDK Medan Dr.H.Syaukani M.Ed. Adm.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

STRATEGI WIDYAISWARA MENGHADAPI TURBULENSI KEDIKLATAN Oleh: Mahmun Syarif Nasution, MAP. Widyaiswara Madya BDK Medan

Abstrak Diskusi tentang problematika pencapaian kinerja widyaiswara dari unsur tatap muka berkembang dengan minimnya program diklat yang tersedia. Menurut aturan yang ada 30% capaian AK minimal berasal dari unsur tatap muka. Bila unsur tatap muka minimal tidak terpenuhi untuk setiap jenjang jabatan maka widyaiswara tidak bisa naik pangkat/jabatan. Minimnya program diklat di Lingkungan Kementerian Agama saat ini membuat kenaikan pangkat/ jabatan widyaiswara terancam. Apabila kondisi ini selama dua tahun kedepan tidak ada perbaikan mengakibatkan widyaiswara diberhentikan dari jabatan widyaiswara. Kajian ini membahas problematika kediklatan ini dari sudut pandang peraturan yang ada. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan pengembangan jejaring kerja, memaksimalkan tugas pengembangan profesi dan penunjang tugas widyaiswara, serta penugasan team teaching bagi widyaiswara. Kata kunci: target kinerja, turbulensi kediklatan, upaya pencapaian kinerja.

PENDAHULUAN Widyaiswara di lingkungan Kementerian Agama dua tahun belakangan ini lagi galau. Galau disebabkan minimnya koin dan poin yang didapatkan dari profesinya selaku aparatur yang bertugas memberikan pendidikan dan pelatihan di lembaga diklat pemerintah. Seiring berjalannya reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Agama antara lain berdampak negatif bagi profesi widyaiswara. Widyaiswara yang melakukan tatap muka di unit diklat tempat dia bekerja tidak dibayar lagi honornya (koin), jauh berbeda dengan kondisi dua tahun lalu. Walaupun tak mendapatkan koin, widyaiswara masih berharap mendapatkan poin berupa angka kredit (AK) untuk kenaikan pangkat dari pelatihan yang dilaksanakan. Namun semenjak tahun 2013 hingga saat ini jumlah program diklat menurun drastis, sehingga harapan mendapatkan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jenjang jabatan lebih tinggi mengalami kendala. Dari program diklat yang ada widyaiswara di Balai Diklat Keagamaan Medan tahun 2014 ini misalnya hanya mendapatkan jam pelajaran (JP) ratarata sebanyak 100 JP sehingga kecil peluang seorang widyaiswara untuk naik pangkat sekali dalam empat tahun. Bahkan sebagian diantara mereka dibebaskan sementara dari jabatan dikarenakan tidak mampu mengumpulkan angka kredit. Disaat kegalauan itu hampir mencapai titik jenuh, terbitlah Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2014 Tentang Tunjangan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Agama. Dalam aturan ini widyaiswara dan jabatan ASN lainnya dijanjikan mendapat Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

tunjangan kinerja dengan persyaratan tertentu. Sesuai aturan tersebut setiap ASN dituntut untuk menyajikan kinerja yang prima demi mendapatkan tunjangan kinerja. Diprediksi ASN yang terlena dengan budaya kerja malas dan minus inovasi akan tertinggal. Penilaian kinerja mulai tahun ini diukur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi kerja PNS. Berdasarkan dinamika tersebut, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi widyaiswara. Mampukah para widyaiswara menyajikan kinerja yang prima sesuai kontrak kerja yang ditandatangani di awal tahun sehingga berpengaruh pada peningkatan jenjang karir dan kesejahteraannya? Bagaimana widyaiswara menyusun langkah strategi dalam mencapai target kinerja sesuai kontrak? Tulisan ini mencoba mengkaji berbagai permasalahan, peluang dan kendala serta upaya upaya yang dapat dilakukan widyaiswara untuk mencapai target kinerja dalam tugas jabatan widyaiswara.

PEMBAHASAN Konsepsi Seputar Kinerja Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan para sebagai penampilan, unjuk kerja atau prestasi. Dalam kamus Illustrated Oxford Dictionari (1998:606) istilah ini menunjukkan “the execution of fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian hasil dari suatu tugas), atau a persons achievement under test condition etc. (pencapaian hasil dari seseorang ketika diuji, dsb.). Dalam literature manajemen sumberdaya manusia, kinerja diartikan sebagai “the record of outcomes produced on a specified job function of actifity during of specified time period”. (Bernardin Russel, 1993:397). Kinerja didefenisikan sebagai catatan tentang outcomes atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja pegawai adalah “…. A way of measuring the contributions individuals to their organization…” (cara mengukur kontribusi yang diberikan oleh seorang pegawai bagi organisasinya) Bernardin dan Russel (1993:380). Selanjutnya Managemen Study Guide menjelaskan bahwa penilaian kinerja adalah “….the systematic evaluation of the performance of employees and to understand the abilities of a person for further growth and development” (Sumber:http://www.managementstudyguide.com/performance-appraisal.htm) Kutipan ini menjelaskan bahwa penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap kinerja karyawan dan untuk memahami kompetensi seseorang untuk pertumbuhan dan pengembangan lebih lanjut. Dalam konteks New Public Management (NPM) penilaian kinerja dilihat sebagai upaya berkesinambungan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi public. Dasar penilaian kinerja tidak semata-mata pada proses yang ditempuh dan perlakuan kepada bawahan dan masyarakat, tetapi lebih luas lagi berkenaan dengan kualitas pelayanan, keterkaitan dengan visi dan misi dan kesesuaian dengan apa yang dikerjakan organisasi public dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Salah satu konsep NPM adalah diterapkannya konsep Performance Appraisal, suatu evaluasi yang sistematis terhadap kinerja karyawan dan untuk memahami kemampuan seseorang bagi pertumbuhan dan pengembangan lebih lanjut. Penilaian kinerja umumnya dilakukan dengan cara-cara:(1) para pengawas mengukur gaji karyawan dan membandingkannya dengan target dan rencana kerja secara kuantitatif; (2) supervisor menganalisis faktor-faktor di balik kinerja kerja karyawan;(3) para pengusaha berada dalam posisi untuk memandu karyawan meningkatkan kinerja yang lebih baik. Kerangka pengukuran dalam performance appraisal dipandang dari dua aspek yaitu:(1)aspek Results (Key Performance Indicators) yang mengambarkan aspek hasil kerja karyawan, sedangkan pengukuran hasil kerja dilakukan melalui penyusunan sasaran kerja pegawai (SKP) dilengkapi dengan indikator kunci keberhasilannya (key performance indicators); (2) aspek kompetensiyang menggambarkan kemampuan kerja dan perilaku kerja yang dibutuhkan dalam rangka mencapai sasaran kerja. Penyusunan Target Kinerja Widyaiswara Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS SKP wajib dibuat oleh seorang ASN diawal tahun. Ketentuan penyusunan dan pelaksanaannya secara teknis diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Penyusunan SKP bagi widyaiswara SKP memuat kegiatan tugas jabatan sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara Dan Angka Kreditnya. Adapun langkah-langkah menyusun SKP bagi widyaiswara adalah sebagai berikut: Pertama, menelaah Rencana Kerja Tahunan (RKT) instansi untuk menemukan program diklat instansi yang relevan dengan kompetensi dan spesialisasi yang bersangkutan. Dari program diklat yang ada kemudian direncanakan jumlah mata diklat beserta jumlah JP yang akan dilaksanakan untuk satu tahun program. Pemilihan mata diklat ini sebaiklnya melibatkan pemangku kepentingan yang lain seperti kelompok widyaiswara dan seksi/ bidang yang menangani program diklat tersebut. Biasanya di awal tahun anggaran dilakukan rapat perencanaan dan persiapan diklat sebagai komitmen bersama mengenai siapa yang akan bertugas ataupun menyampaikan mata diklat apa. Kedua, menyusun SKP dengan cara merinci kegiatan tugas jabatan dan menetapkan target yang harus dicapai selama satu tahun. Dalam merinci kegiatan tugas jabatan perlu mempertimbangkan perolehan angka kredit yang dibutuhkan selama satu tahun sesuai dengan jenjang jabatan masing-masing. Sebaik-baik SKP adalah SKP yang mampu menargetkan perolehan angka kredit sehingga seorang widyaiswara bisa naik pangkat sekali dua tahun atau paling lambat sekali empat tahun. Ketiga, mengajukan SKP kepada atasan langsung untuk mendapatkan persetujuan. SKP yang telah disetujui berfungsi sebagai kontrak kinerja. Dalam hal SKP yang disusun tidak disetujui oleh Pejabat Penilai maka keputusannya diserahkan kepada Atasan Pejabat Penilai dan bersifat final. Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Penyusunan SKP sebenarnya sangat sederhana, namun bagi widyaiswara penting untuk menyajikan target kinerja secara optimis dengan mengkaji berbagai kegiatan tugas jabatan mulai dari sub unsur pendidikan, pengembangan dan pelaksanaan diklat, pengembangan profesi maupun unsur penunjang tugas widyaiswara. Target kinerja dalam SKP ini penting, ibarat seorang pedagang yang menargetkan keuntungan maksimal setiap bulan. Turbulensi Kediklatan Dinamika kediklatan khususnya di lingkungan Kementerian Agama sampai saat ini masih bersifat fluktuatif. Ada kondisi dimana pengambil kebijakan memandang perlu peningkatan kinerja Kementerian Agama melalui diklat. Semenjak tahun 2005 sampai 2012 program kediklatan berkembang dengan dukungan anggaran yang memadai. Patut dicatat berbagai keberhasilan diklat pada saat Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag dijabat oleh Prof. Dr. Atho‟ Muzhar, MA. Pada masa ini diklat berkembang signifikan. Namun semenjak tahun 2013 sampai sekarang program diklat mengalami kemunduran drastis. Kondisi saat ini ibarat pesawat yang mengalami turbulensi karena kuatnya kecepatan angin dari sisi pesawat atau kondisi cuaca buruk yang mengakibatkan pesawat mengalami guncangan yang sangat kuat. Para penumpang sudah mulai resah dengan keadaan yang ada. Widyaiswara tidak seperti guru atau dosen dimana peserta didiknya sudah permanen, widyaiswara tergantung program diklat dan anggaran kegiatan. Pada masa pengambil kebijakan memandang perlu arti peningkatan sumberdaya manusia, maka jabatan widyaiswara merupakan primadona, ibarat gadis desa yang cantik dan dipersunting banyak pemuda. Angka kredit widyaiswara pada saat itu mudah dikumpulkan karena jam tatap muka pembelajaran tersedia. Kesejahteraan saat itupun jauh lebih baik. Namun ada masanya diklat sunyi sepi seperti dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2014 diklat tenaga administrasi di Balai Diklat Keagamaan Medan hanya terdapat 6 angkatan diklat regular dan 7 angkatan Diklat di Tempat Kerja. Dari kedua jenis angkatan itu rata-rata widyaiswara bagian administrasi hanya mendapat jam tatap muka 100 JP. Sementara itu keharusan unsur tatap muka 30% dari AK menjadi persyaratan dalam kenaikan pangkat widyaiswara sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010. Sebagai contoh penerapan aturan ini, seorang Widyaiswara Muda pangkat III/c harus mampu mengumpulkan 100 AK untuk naik pangkat ke III/d. Dari unsur tatap muka harus tercapai 30 AK. Untuk 1 JP di jenjang diklat tingkat dasar diperoleh 0,25 AK. Untuk mendapatkan 30 AK harus tersedia 1200 JP. Kalau kondisi kediklatan di Balai Diklat Keagamaan Medan ini tidak ada perkembangan (rata-rata 100 JP pertahun) maka dapat dipastikan untuk bisa naik pangkat dari IIIc ke III/d harus ditempuh selama 12 tahun. Kondisi ini menggambarkan kediklatan kita mengalami turbulensi. Bila dua atau tiga tahun lagi kondisi ini tetap stagnan maka dapat dipastikan 80% widyaiswara di Balai Diklat Keagamaan Medan akan dibebaskan sementara dari jabatan wiyaiswara. Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Berkaitan dengan penyusunan SKP, untuk sementara waktu memang tidak terlalu membebani widyaiswara. Alasannya karena dengan sedikitnya program diklat, target output juga rendah. Misalnya target tatap muka 100 JP direalisasikan 100 JP, maka perhitungan capaian SKP juga tidak bermasalah sepanjang target kualitas dan waktunya juga bagus. Namun apabila jumlah program diklat tidak tersedia rata-rata tatap muka pembelajaran pertahun sejumlah 300 JP (untuk widyaiswara muda) maka selama 4 tahun tidak akan bisa naik pangkat. Sementara itu dalam aturan Permenpan Nomor: 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa; apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki jabatan/pangkat terakhir dalam jabatan widyaiswaranya tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan dapat diberhentikan sementara dari jabatan fungsionalnya. Bagi widyaiswara yang dibebaskan sementara dari jabatan fungsional dikarenakan tidak mampu mengumpulkan angka kredit hanya diberikan Tunjangan Kinerja sebesar 50% (lima puluh persen) dari besaran tunjangan kinerja yang diterima dalam jabatannya. Strategi Peningkatan Kinerja Beranjak dari kondisi tersebut maka seorang widyaiswara perlu mempersiapkan diri dengan berbagai strategi dan langkah-langkah agar capaian AK sebagai indikator profesionalitas dapat tercapai. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menyiasati persoalan ini, antara lain sebagai berikut; Pertama, widyaiswara perlu mengembangkan jejaring kerja dengan lembaga diklat lain untuk memaksimalkan perolehan tatap muka. Promosi dapat dilakukan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Promosi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial maupun melalui website. Informasi kediklatan berbasis website perlu dimaksimalkan sedemikian rupa. Misalnya dengan menampilkan profile kediklatan dan program unggulan. Kedua, memaksimalkan pencapaian kinerja unsur pengembangan profesi. widyaiswara perlu banyak menyusun karya tulis ilmiyah. Waktu yang lowong bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat. Berbagai jenis karya tulis ilmiah dapat dibuat dibuat seperti buku, jurnal yang dipublikasikan, website dll. Ketiga,maksimalkan tugas penunjang yaitu menjadi peserta dan narasumber dalam kegiatan lokakarya. AK dari unsur penunjang ternyata dapat mendongkrak perolehan AK. Untuk jenjang widyaiswarapertama maksimal 10 AK, untuk jenjang widyaiswara muda maksimal 20 AK, untuk widyaiswaramadya 30 AK dan untuk jenjang widyaiswara madya maksimal 40 AK. Kegiatan-kegiatan dari unsur penunjang ini banyak didapatkan dari kegiatan bimbingan tehnis di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kota maupun di instansi lainnya. Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan ternyata banyak yang mendapat undangan sebagai narasumber dari Kementerian Agama maupun instansi lainnya. Keempat, kebijakan penugasan teamteaching bagi widyaiswara. Team teaching dapat membantu jumlah jam tatap muka bagi widyaiswara, satu mata diklat disampaikan Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

oleh dua orang secara bersama sama dalam satu mata diklat. Pengaturan atas team teaching diatur dengan sebaik-baiknya dengan tetap berpedoman atas prinsip profesionalisme dan efisiensi anggaran.

KESIMPULAN Dengan terbatasnya dukungan anggaran mengakibatkan program diklat tersedia dalam jumlah yang relatif sedikit. Kondisi ini mengakibatkan jumlah JP widyaiswara yang tersedia juga terbatas. Hal ini berdampak bagi eksistensi widyaiswara. Pertama, Perolehan AK yang terbatas mengakibatkan widyaiswara mengalami kesulitan untuk memenuhi unsur tatap muka minimal 30% untuk kenaikan pangkat/ jabatan setingkat lebih tinggi. Bila tidak ada peningkatan jumlah program diklat maka widyaiswara dapat diberhentikan dari jabatan fungsionalnya karena tidak bisa mengumpulkan AK sesuai peraturan yang berlaku. Kedua, program diklat yang terbatas membuat SKP widyaiswara minim target outputnya. Target output yang rendah selama 4 tahun berturut turut memang tidak bermasalah untuk mendapatkan tunjangan kinerja sepanjang realisasi output, kualitas dan waktunya baik. Namun apabila selama 5 tahun widyaiswara tidak mampu mengumpulkan AK yang dipersyaratkan, maka WI dibebaskan sementara dari jabatan widyaiswara. Sementara pembebasan dari jabatan fungsional ini mengakibatkan pemotongan tunjangan kinerja 50%. Strategi yang dapat dilakukan dalam menghadapi turbulensi kediklatan, antara lain dengan pengembangan jejaring kerja, memaksimalkan tugas pengembangan profesi dan penunjang tugas widyaiswara, serta penugasan team teaching bagi widyaiswara. Strategi ini dapat membantu bagi peningkatan kinerja widyaiswara. Kita berharap ada kebijakan Kementerian Agama yang lebih komitmen dalam pengembangan kediklatan.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Nurmandi. 2010.Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta: Sinergi Visi Utama. Lijan Poltak Sinambela, dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara. Michael Sokol dan Robert Oresick. 1986. “Managerial Performance Appraisal” dalam Performance Assesment: Methods and Appreciations, ed. Ronald A. Berk. The John Hopkins UP Permenpan Nomor: 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Tehnis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

MORALITAS SEBAGAI DASAR PEMBANGUNAN BANGSA Oleh: Julianty Kasihati Hasibuan, M.Pd. Widyaiswara Muda BDK Medan

Abstrak Pembangunan bangsa yang diamanahkan oleh konstitusi adalah pembangunan di segala bidang kehidupan, tidak terkecuali pembangunan sumber daya manusianya. Kemampuan sumber daya manusia merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan bangsa. Karena kemampuan sumber daya manusia sangat menentukan di dalam pembangunan sebuah bangsa seperti yang dicita-citakan oleh konstitusinya. Sebagai bagian integral pembangunan bangsa penekanan kemampuan sumber daya manusia ini tidak terlepas dari pembangunan moralitas sebagai dasar untuk pembangunan bangsa secara kaffah. Menyadari hal tersebut , maka pilihannya adalah upaya yang terus menerus dilakukan untuk pembinaan moral, sehingga menjadikan keadaan jiwa dan mendorong seseorang, masyarakat Indonesia pada umumnya dan pemimpin pada khususnya menampilkan prilaku yang terpuji, bertindak sesuai norma-norma, sehingga seluruh tindakan dan perilaku komponen bangsa Indonesia berdasarkan pada moralitas. Kata kunci: moralitas, pembangunan, bangsa

PENDAHULUAN Pada era globalisasi saat ini, Bangsa Indonesia sedang dihadapkan kepada permasalahan kemajuan dan pembangunan bangsa. Hal ini karena bangsa ini dipandang sebagi bangsa yang berlimpah sumber daya alam namun hingga saat ini masih bergeliat sebagai bangsa berkembang, bahkan mungkin dan mengarah sebagai bangsa yang akan tertinggal, alih-alih sebagai bangsa yang maju dan terdepan. Padahal jika dilihat dari sumber daya alam yang melimpah, seharusnya bangsa Indonesia, mampu untuk menjadi bangsa yang maju dan bersaing di kancah internasional. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, salah satu di antaranya adalah kualitas sumber daya manusia generasi Indonesia yang belum mumpuni dan berdaya saing, ditambah dekadensi moral manusianya yang semakin merosot. Selama beberapa tahun belakangan, kita dinilai sebagai bangsa yang prestatif di bidang korupsi dan kolusi. Setiap tahun, miyaran rupiah uang Negara habis „dilahap‟ para koruptor. Belum lagi kita menyaksikan merajalelanya „free sex‟ dan perzinahan di kalangan anak muda, pemakaian dan penyalahgunaan narkoba yang mengkhawatirkan, perjudian dan kejahatan lainnya yang menjangkiti generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Karena itu, kedepannya diharapkan bangsa ini memiliki visi pembangunan bangsa yang berlandaskan pada moralitas, di mana seluruh komponen bangsa berusaha untuk menjadikan moralitas dan pembentukan karakter yang luhur tertanam dalam diri setiap generasi bangsa. Pembangunan yang berbasis moralitas diharapkan akan mampu Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

membangkitkan kemajuan dan pembangunan bangsa Indonesia yang mumpuni dan unggul di antara bangsa-bangsa lain. Dalam kaitan inilah artikel ini disusun, untuk menguraikan tentang moralitas sebagai dasar pembangunan bangsa.

PEMBAHASAN Moralitas Kata moralitasberasal dari kata moral, disadur dari kata moral (Inggris) dan maural (Belanda), yang secara bahasa maksudnya adalah budi pekerti, kesusilaan dan adat kebiasaan. Moral memiliki makna berhubungan dengan prinsip-prinsip benar dan salah, baik dan buruk, kemampuan untuk mengetahui perbedaan antara benar dan salah, dan ajaran atau gambaran mengenai tingkah laku manusia yang baik (As Hornby.1974). Moral juga dapat diartikan dengan suatu yang berhubungan dengan kebaikan dan keburukan karakter dan watak manusia, atau sesuatu yang berhubungan dengan perbedaan antara baik dan buruk (JB. Sykes.1976). Dalam pembicaraan mengenai moralitas ini, terkadang kata ini disandingkan dengan kata etika. Kedua istilah ini meskipun dalam penggunaan kehidupan sehari-hari sering dipersamakan namun secara teori memiliki sedikit perbedaan makna. Etika merujuk kepada sebuah sistem dari norma-norma yang bersifat teoritis, yang dapat mengarahkan prilaku manusia. Sedangkan moral lebih kepada etiket, sikap dan prilaku yang muncul dalam suatu masyarakat atau satu kelas sosial.Etika adalah studi mengenai nilai-nilai yang tinggi atau ideal-idealnya. Etika lebih konsentrasi pada hal-hal yang bersifat individu (kesalehan individu). Etika sangat mempertimbangkan moral atau motif. Untuk memahami lebih jelas mengenai konsep moral ini, berikut akan dikemukakan pendapat Imanuel Kant (1724-1804). Kant berpendapat bahwa manusia memiliki perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia memiliki kewajiban untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan-perbuatan itu menjadi buruk karena akibat buruk yang ditimbulkannya,dan bukan karena agama melarang. Perasaan manusia bahwa ia berkewajiban dan diperintah untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk, tidak diperoleh untuk perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk, tidak diperoleh dari pengalaman dunia ini, akan tetapi dibawanya sejak lahir. Artinya manusia lahir dengan perasaan ini (Nasution H.1979).Dalam agama Islam istilah moral sangat identik dengan akhlaq. Kata akhlaq menurut bahasa merupakan bentuk jamak dari khuluq, yang bermakna budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Akhlaq secara istilah sebagaimana yang dinyatakan Al Ghazali bahwa akhlaq adalah prilaku jiwa yang dapat dengan mudah melahirkan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila prilaku-prilaku tersebut mengeluarkan perbuatanperbuatan baik dan terpuji, baik secara akal dan syariat, maka prilaku tersebut dinamakan akhlak yang baik. Namun jika perbuatan yang dikeluarkan itu jelek, maka prilaku tersebut dinamakan akhlak yang jelek (Al Ghazali.)

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Secara sepintas istilah moral dan akhlaq memiliki makna yang identik, yaitu samasama berhubungan dengan prilaku manusia yang baik dan bururk. Akan tetapi kedua istilah ini memiliki perbedaan yang mendasar dari sisi parameter baik dan buruknya tingkah laku manusia. Konsep moral terutama yang dikembangkan pemikir Barat pada masa pencerahan (resinaince), mengukur baik dan buruknya prilaku manusia hanya berdasarkan akal dan perasaan saja. Moral tersebut dari konsep baik dan buruk berdasarkan agama (Eliade). Berbeda halnya dengan moral, akhlak mengukur baik dan buruknya prilaku manusia disamping berdasarkan akal yang sehat juga berdasarkan agama. Moral dan akhlak inilah yang seharusnya ditanamkan pada diri generasi Indonesia pada sistem Pendidikan di Indonesia, agar keduanya benar-benar mempengaruhi kepribadiaan dan karakteristik seluruh generasi dan dapat menjadi dasar pembangunan bangsa. Moralitas Sebagai Dasar Pembangunan Bangsa Setelah memahami tentang makna moralitas, selanjutnya dapatkah Moralitas menjadi dasar pembangunan bangsa dan bagaimana cara mewujudkannya? Pertanyaan lanjutannya, apakah moral yang dalam bahasa Islam disebut dengan akhlak dapatkah dididikkan menjadi sifat atau nilai-nilai yang tertanam di dalam jiwa, sehingga menjadi keadaan jiwa dan mendorong seseorang menampilkan suatu perilaku secara spontan, sehingga seluruh tindakan dan perilaku komponen bangsa Indonesia berdasarkan padanya? Sebelum pembahasan mengenai hal itu ada baiknya kita memahami tentang makna kepribadian. Kepribadian adalah sifat atau karakter yang membedakaan seseorang dengan lainnya. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa kepribadian adalah sifat-sifat atau ciriciri khas yang dimiliki seseorang dan ditampilkannya secara konsisten dalam perilaku kehidupan kesehariannya. Menurut pengertian ini, setidaknya ada dua komponen utama kepribadian, yaitu: (1) sifat-sifat; (2) ciri-ciri khas yang ada pada diri individu. Sifat dan ciri-ciri khas tersebut ditampilkan individu secara konsisten dalam interaksinya dengan orang lain atau masyarakat. Karenanya dari sisi ini, perilaku yang konsisten ditampilkan adalah wujud nyata dari kepribadian seseorang (Al-Rasyidin. 2008). Perilaku itu muncul atau ditampilkan seseorang dilatari oleh dua faktor utama. Pertama, persepsi atau pemahaman yang ada pada seseorang sebagai hasil proses berfikirnya terhadap suatu fakta. Kedua, kecenderungan yang terdapat dalam jiwa seseorang terhadap suatu fakta (Taqiyuddin al Nabhani. 1994). Faktor pertama berhubungan dengan aktivitas intelektual atau penalaran terhadap fakta dan faktor kedua berkaitan dengan sikap jiwa manusia, yaitu cara seseorang berbuat untuk memuaskan segala kebutuhan dan keinginannya, yang dicirikan oleh adanya kecenderungnkecenderungn terhadap sesuatu. Karenanya, berdasarkan hal itu, kepribadian dapat didefenisikan sebagai cara berfikir manusia terhadap fakta dan kecenderungannya terhadap fakta itu (M. H. Abdullah.1994).

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Adapun mengenai moralitas atau akhlak itu bisa dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: (1) berasal dari karakter atau dasar manusia; (2) berasal atau diperoleh dari proses pembiasaan dan latihan. Karenanya, dari sisi lain, moralitas atau akhlak itu ada yang sudah terbentuk sejak awal kehidupan manusia dan adapula yang terbentuk melalui upaya manusia lewat proses pembiasaan atau latihan. Meskipun demikian, baik dalam konteks pertama atau kedua, akhlak itu tetap bisa didikkan kedalam diri manusia. Sifat atau nilai-nilai yang berasal dari natur atau karakter dasar manusia itu ada yang merupakan: (1) anugerah atau pemberian Tuhan (god endowment) yang diberikanNya kepada semua manusia; (2) gen atau sifat-sifat dasar yang melekat di dalam jiwa kedua orang tua yang secara geneologis berpotensi diturunkan kepada anak-anak atau generasi keturunannya. Dalam perspektif Islam, ketika dihadirkan ke dalam dunia materi, semua manusia berada dalam keadaan suci bersih yang baik karena dibekali dengan potensi ketauhidan yang bersyahadat kepada Allah SWT. Inilah dasar dan karakter awal setiap manusia. Adapun sifat-sifat atau nilai-nilai yang diperoleh melalui proses pembiasaan atau latihan adalah seluruh prinsip, kaedah dan norma-norma tentang baik dan buruknya yang tertanam ke dalam jiwa seseorang melalui interaksinya dengan sesama makhluk di alam semesta. Sifat-sifat atau nilai-nilai tersebut ada yang merupakan warisan atau sesuatu yang didapatkan secara turun temurun (kebiasaan) dan ada pula yang didapat sepanjang perjalanan kehidupan dengan cara melatihkannya secara terus-menerus (melalui pendidikan) sehingga menjadi kebiasaan dan perilaku spontan. Pembiasaan dan pendidikan moral inilah yang kita harapkan dihadirkan pada sistem pendidikan nasional kita, pada semua lembaga pendidikan formal dan informal seperti sekolah, madrasah, kursus-kursus dan pelatihan, sehingga menjadi sebuah karakteristik dan perilaku yang baku bagi setiap generasi bangsa. Jika hal ini telah terjadi, maka otomatis moralitas ini akan dapat diharapkan menjadi sumber bagi pembangunan bangsa Indonesia. Tentu saja yang dicangkokan adalah moralitas yang secara universal tergolong baik dan terpuji, semisal kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab, berintegritas, amanah, transparan dan terbuka serta profesional dalam bekerja. Jika moralitas terpuji ini telah terpatri bagi keumuman generasi bangsa Indonesia, maka kemajuan dan pembangunan bangsa Indonesia tentu saja akan mencapai kepada puncaknya. Bangsa ini akan dapat maju, jika sumber pembangunan sumber daya manusianya berbasiskan pada moralitas dan akhlak yang terpuji. Maka tekanan pendidikan pada setiap level pendidikan adalah pembentukan perilaku terpuji. Metode pendidikannya haruslah metode yang fungsional dan memungkinkan bagi pembentukan perilaku terpuji tersebut. Dalam konteks itu, maka metode pendidikan akhlak yang dirancang negara harus pula disesuaikan dengan karakter dasar manusia dan berbagai potensi yang dimilikinya, yang memungkinkan mereka menerima proses pembiasaan, pelatihan atau pembimbingan dari para pendidik. Juga harus disesuaikan dengan karakteristik bangsa Indonesia. Sebagai makhluk dwi dimensi (non fisik dan fisik) metode pendidikan akhlak harus fungsional dan

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

memungkinkan bagi menanamkan perilaku terpuji ke dalam dimensi fisikal dan non fisikal manusia. Jika akhlak dan moralitas ini telah dicangkokkan kepada generasi muda bangsa Indonesia dari mulai level pendidikan dasar dan berkesinambungan terus menerus hingga perguruan tinggi, kemudian dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi sebuah kebiasaan dan tradisi, maka diharapkan ke depannya, para pemegang kebijakan di Negara ini dari mulai pejabat Negara di level legislatif, eksekutif dan yudikatif adalah orang-orang yang memiliki moralitas tinggi dan integritas mumpuni. Sehingga mereka akan jauh dari problem dan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh kerusakan moral seperti perilaku koruptif, manipulatif, nepotisme, kolusi dan lain sebagainya. Tak ayal, tentu saja hal ini akan mewujudkan kemajuan dan pembangunan Negara Indonesia yang membanggakan.

KESIMPULAN Moralitas memiliki makna berhubungan dengan prinsip-prinsip benar dan salah, baik dan buruk, kemampuan untuk mengetahui perbedaan antara benar dan salah, dan ajaran atau gambaran mengenai tingkah laku manusia yang baik. Pentingnya moralitas ini bagi setiap individu, maka diharapkan bangsa Indonesia menjadikan pembangunan negaranya berdasarkan pada moralitas. Untuk itu ke depannya diharapkan, moralitas dan karakteritik yang baik menjadi acuan pendidikan nasional dari mulai tingkat yang paling dasar hingga perguruan tinggi, agar nilai-nilai luhur dan budi pekerti tertanam dalam setiap jiwa generasi bangsa Indonesia. Sehingga cita-cita ini, yaitu menjadikan moralitas sebagai dasar pembangunan bangsa akan dapat terwujud dengan mudah, dan kemajuan bangsa Indonesia akan mencapai puncak yang menggembirakan. Untuk merekonstruksi pendidikan moralitas ini di seluruh jenjang pendidikan, kita perlu menggali secara mendalam, sistematis, reflektif dan universal nilai-nilai luhur yang telah berkembang pada jati diri bangsa Indonesia, baik yang berasal dari agama maupun adat istiadat.

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Muhammad Husain. 1994.Mafahim Islamiyah, juz I. Beirut: Dar al-Bayariq. Al Ghazali, Ihya „Ulumuddin, Jilid III. Kairo; Maktabah Tawfikiyah, tt. Al-Nabhani,Taqiyuddin. 1994. Al-syakhsiyah al-Islamiyah, juz I. Beirut: Darr al-Ummah. Al-Rasyidin. 2008.Falsafah Pendidikan Islami. Bandung: Citapustaka. As Hornby. 1974. Oxford Adventcwd Learners Dictionaru Of Current English. London; Oxford University Press. Eliade, Mircea. The Encyklopedia of Religion, Vol XX. Newyork; Macmillan Library, tt. JB. Sykes (ed), The Concise Oxford Dictionary of Current English. Oxford University Press, 1976. Ma‟luf, Luis. Kamus Al Munjid. Beirut; Al Maktabah Al Kulliyah, tt. Nasution, Harun. Filsafat Agama. Jakarta; Bulan Bintang, 1979.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

CARA MUDAH MEMAHAMI PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN Oleh: Pahmil Ali, SE. WidyaiswaraPertama BDK Medan

Abstrak Bendahara Pengeluaran instansi pemerintah yang berkewajiban melaksanakan pembukuan dapat dimungkinkan terjadinya kesalahan dalam pencatatan transaksi, mengingat banyaknya pembukuan yang harus dibuat. Hal penting yang harus diketahui oleh bendahara adalah bagaimana cara mudah memahami pembukuan tersebut.Metode penulisan adalah metode studi pustaka, yaitu dengan membaca buku yang relevan dan menjadikannya sebagai bahan tulisan. Dari berbagai pembukuan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu Buku Kas Umum, Buku Pembantu Berdasarkan Keberadaan Kas dan Buku Pembantu Berdasarkan Jenis Kas. Dengan membagi tiga jenis pembukuan, Bendahara Pengeluaran akan lebih mudah dalam memahami masing-masing fungsi dari setiap pembukuan. Fungsi pada setiap jenis pembukuan dapat dilihat pada tiga pertanyaanya itu berapa saldo kas pada bendahara? Dapat dilihat pada Buku Kas Umum, di mana tempatnya? dapat di lihat pada Buku Pembantu Berdasarkan Keberadaan Kasdan pertanyaan selanjutnya berjenis apa uang yang berada pada bendahara? dapat di lihat pada Buku Pembantu Berdasarkan Jenis Kas. Kata kunci:caramudah, memahami, pembukuan

PENDAHULUAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Bendahara Pengeluaran bertanggungjawab kepada Kuasa Bendahara Umum Negara atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya. Dapat disimpulkan bahwa Bendahara pengeluaran memiliki tugas dan fungsi yaitu menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang yang berada dalam pengelolaannya. Menyimpan, Bendahara Pengeluaran bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan uang yang diterimanya. Keberadaan uang/kas di bawah pengelolaan Bendahara Pengeluaran dalam rekening giro, dalambrankas, pada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP), danUang Muka Perjalanan Dinas (UM-Perjadin). Membayarkan, Bendahara Pengeluaran bertugas melaksanakan pembayaran belanja negara (outflow) yang tidak dapat dibayar secara langsung oleh Kuasa Bendahara Umum Negara. Bendahara Pengeluaran tidak boleh membayar sebelum barang/jasa diterima dan bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang dilakukan, Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Pengeluaran kas untuk belanja negara, dan Pengeluaran kas untuk setoran ke kas negara pungutan/potongan pajak. Menatausahakan, Bendahara Pengeluaran harus menatausahakan dan mengadministrasikan dengan baik transaksi-transaksi dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya terkait dengan penerimaan dan pengeluaran kas dengan melaksanakan pembukuan dan mengarsipkan bukti. Mempertanggungjawabkan, Bendahara Pengeluaran harus mempertanggungjawabkan tugasnya dalam pengelolaan kas dan anggaran dengan mempersiapkan dan menyusun laporan, baik untuk kepentingan intern Satuan Kerja maupun untuk kepentingan pelaporan secara vertikal dengan mempersiapkan pemeriksaan kas dan membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Bendahara selaku pejabat yang diangkat oleh menteri/pimpinan lembaga, juga wajib membukukan seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Bendahara Pengeluaran wajib melaksanakan pembukuan sebagai bentuk pelaksanaan penatausahaan terhadap uang yang dikelolanya. Berbeda dengan laporan yang dihasilkan oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), pembukuan bendahara menghasilkan laporan keadaan kas dan realisasi anggaran yang sesungguhnya. Laporan ini merupakan salah satu alat managerial report yang sangat berguna untuk pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari bagi pimpinan.

PEMBAHASAN Dokumen Sumber Pembukuan Dokumen sumber pembukuan pada Bendahara Pengeluaran adalah: (1)DIPA beserta POK, sebagai bukti pembukuan otorisasi kredit anggaran; (2)SPM-UP dan SPMTUP yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti pembukuan penerimaan; (3)SPM-GUP yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti pembukuan penerimaan sekaligus pengesahan; (4) SPM-GUP Nihil yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti pembukuan penerimaan dan pengeluaran sekaligus pengesahan; (5) SPM-LS kepada Pihak ketiga yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti pembukuan penerimaan sekaligus pengeluaran; (6) SPM-LS kepada Bendahara Pengeluaran yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti pembukuan penerimaan; (7) kwitansi/bukti pembayaran dengan menggunakan UP/TUP, sebagai bukti pembukuan pengeluaran; (8) faktur pajak dan/atau bukti potongan pajak yang dipungut/dipotong oleh Bendahara Pengeluaran, sebagai bukti pembukuan penerimaan; (9) SSP/SSBP/SSPB yang sudah memperoleh NTPN sebagai bukti pembukuan pengeluaran; (10) Bukti penarikan kas dari bank, bukti setor kas ke bank, bukti terima uang muka perjalanan dinas, bukti terima uang muka oleh BPP, bukti pengembalian uang muka, sebagai bukti perpindahan/mutasi kas.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Jenis, Fungsi dan Bentuk Buku Jenis dan Fungsi Buku pada Bendahara Pengeluaran adalah: (1) Buku Kas Umum (BKU); (2) Buku Pengawasan Anggaran Belanja (B-PAB); (3) Buku Pembantu Berdasarkan Keberadaan Kas (Buku Pembantu Bank (BP-Bank), Buku Pembantu Kas Tunai (BP-Kas Tunai), Buku Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP), dan Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan Dinas (UM-Perjadin)); (4) Buku Pembantu Berdasarkan Sumber Kas/Jenis Kas (Buku Pembantu Uang Persediaan (BP-UP), Buku Pembantu LS Bendahara (BP-LS Bend), Buku Pembantu Pajak (BP-Pajak), Buku Pembantu Lain-lain (BP-Lain-lain)). Dari jenis buku diatas jika kita perhatikan bendahara harus dapat menjawab tiga pertanyaan penting sebagai bendahara yaitu: (1) berapa jumlah uang yang ada pada bendahara?; (2)dimanauang tersebut berada?; (3) apa jenis uang yang ada tersebut? Untuk menjawab tiga pertanyaan diatas maka informasi dari jenis buku berikut cukup untuk menjawab tiga pertanyaan. Pertanyaan “berapa uang yang ada pada bendahara?” maka bendahara mendapatkan informasi tersebut dengan melihat saldo Buku Kas Umum (BKU), Pertanyaan “Dimana Uang tersebut berada?” maka bendahara mendapatkan informasi tersebut dengan melihat saldo Buku Pembantu Bank (BP-Bank), Buku Pembantu Kas Tunai (BP-Kas Tunai), Buku Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP), dan Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan Dinas (UM-Perjadin). Untuk pertanyaan “Jenis Uang apa yang ada tersebut?” maka bendahara mendapatkan informasi tersebut dengan melihat Buku Pembantu Uang Persediaan (BPUP), Buku Pembantu LS Bendahara (BP-LS Bend), Buku Pembantu Pajak (BP-Pajak), dan Buku Pembantu Lain-lain (BP-Lain-lain).Sebagai ilustrasi dicontohkan kasus berikut ini: No

JenisBuku

1. 2.

Buku Kas Umum (BKU) BukuPembantuBerdasarkanTempat/KeberadaanKas a. Buku Pembantu Bank (BP-Bank) b. Buku Pembantu Kas Tunai (BP-Kas Tunai) c. Buku Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP) d. Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan Dinas (UMPerjadin) Buku Pembantu Berdasarkan Tempat / Keberadaan Kas. a. BukuPembantu Bank (BP-Bank) b. Buku Pembantu Kas Tunai (BP-Kas Tunai) c. Buku Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP) d. Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan Dinas (UMPerjadin) Buku Pembantu Berdasarkan Sumber Kas/Jenis Kas. a. Buku Pembantu Uang Persediaan (BP-UP)

3.

4.

Saldo

20.000.000 10.000.000 6.000.000 2.000.000 2.000.000

10.000.000 6.000.000 2.000.000 2.000.000

12.000.000

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

b. Buku Pembantu LS Bendahara (BP-LS Bend) c. Buku Pembantu Pajak (BP-Pajak) d. Buku Pembantu Lain-lain (BP-Lain-lain)

6.000.000 1.000.000 1.000.000

Dengan contoh di atas, dapat dijawab ketiga pertanyaan, berikut: 1) Berapa jumlah uang yang ada pada bendahara?” jawabannya adalah sebesar 20.000.000 (saldo Buku Kas Umum/BKU), 2) Dimana Uang tersebut berada?” jawabannya adalah Uang berada di Bank sebesar 10.000.000 (saldo Buku Pembantu Bank), pada Brankas sebesar 6.000.000 (saldo Buku Pembantu Kas Tunai), pada Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu sebesar 2.000.000 (saldo Buku Pembantu Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu, dan pada pegawai yang akan melakukan perjalanan dinas dengan Uang Muka Perjalanan Dinas sebesar 2.000.000 (saldo Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan Dinas). 3) Apa jenis uang tersebut?” jawabannya adalah uang Persediaan sebesar 12.000.000 (saldo Buku Pembentu Uang Persediaan), uang LS Bendahara yang belum terdistribusi kepada yang berhak sebesar 6.000.000 (saldo Buku Pembantu LS Bendahara), uang pajak yang belum disetorkan kepada rekening kas umum negara sebesar 1.000.000 (saldo Buku Pembantu pajak), dan Uang lain-lain sebesar 1.000.000 (saldo Buku Pembantu Lain-lain). Dapat disimpulkan disini bahwa saldo Buku Kas Umum, saldo buku pembantu berdasarkan keberadaan kas dan saldo buku pembantu berdasarkan jenis kas harus sama. Apabila ada perbedaan saldo dapat dipastikan ada kesalahan pencatatan pada pembukuan dan harus segera periksa ulang. Penomoran, Penanggalan dan pencantuman Mata Anggaran Dalam melaksanakan pembukuan, Bendahara Pengeluaran terlebih dahulu harus membubuhi nomor dan tanggal pada dokumen sumber pembukuan. Nomor dimaksud selanjutnya dicatat dikolom Nomor Bukti yang berfungsi sebagai identitas dokumen sumber bagi pembukuan bendahara Pengeluaran pada Buku Kas Umum dan seluruh buku pembantu. Nomor bukti dibuat berdasarkan urutan yang diberikan Bendahara Pengeluaran pada waktu menatausahakan dokumen sumber dalam BKU dan bersifat unik untuk satu tahun anggaran. Dalam rangka pembukuan, Bendahara Pengeluaran terlebih dahulu harus membubuhi mata anggaran pada bukti pembukuan. Pencatuman mata anggaran ini dimaksudkan untuk mengawasi saldo pagu anggaran. Petunjuk Pembukuan Bendahara Pengeluaran Untuk memudahkan pemahaman pembukuan bendahara pengeluaran maka kita bagi pembukuan Bendahara Pengeluaran berdasarkan Berdasarkan aktivitasnya (Peraturan Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 03 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja), dokumen sumber pembukuan Bendahara Pengeluaran dapat dibedakan dalam 5 (lima) kelompok, yaitu: (1) aktivitas penerbitan SPM oleh Kuasa PA;(2)aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari Uang Persediaan; (3)aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari SPM-LS yang ditujukan kepada bendahara (selanjutnya disebut SPM-LS Bendahara); (4) aktivitas penyaluran dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu (LPJ-BPP); (5)aktivitas lainnya. Berikut petunjuk pembukuan dokumen sumber pembukuan Bendahara Pengeluaran dalam Buku Kas Umum dan Buku-buku Pembantu berdasarkan kelompok aktivitas tersebut di atas. Aktivitas Penerbitan SPM oleh Kuasa Pengguna Anggaran Aktivitas yang dilakukandalamPenerbitan SPM oleh Kuasa Pengguna Anggaran, antara lain: 1) Pada saat Bendahara Pengeluaran menerima UP dan atau TUP dari KPPN, baik berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM UP) yang telah diterbitkan SP2D-nya maupun dari rekening koran, Bendahara Pengeluaran melakukan pembukuan sebagai berikut:a) dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet pada Buku Kas Umum dan sebesar nilai potongan (jika ada) di sisi kredit;b)dibukukan pada Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Uang Persediaan sebesar nilai netto di sisi debet 2) Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP) yang dinyatakan sah merupakan dokumen sumber yang berfungsi sebagai sarana pengisian kembali/revolving Uang Persediaan. Pelaksanaan pembukuannya diatur sebagai berikut:a) dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet pada Buku Kas Umum dan sebesar nilai potongan (jika ada) di sisi kredit;b)dibukukan pada Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Uang Persediaan sebesar nilai netto di sisi debet 3) SPM-GUP Nihil yang dinyatakan sah merupakan dokumen sumber sebagai bukti pengesahan belanja yang menggunakan Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan. Dibukukan sebesar nilai bruto di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum. Aktivitas Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari Uang Persediaan Aktivitas yang dilakukan dalam Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari Uang Persediaan: 1) Pembayaran atas Uang Persediaan dilakukan setelah kewajiban pihak terbayar/ pihak ketiga dilaksanakan. Selanjutnya bendahara wajib meminta kuitansi/bukti pembayaran sebesar nilai bruto dan faktur pajak (bila disyaratkan) serta mengembalikan faktur pajak yang telah disahkan oleh bendahara kepada pihak terbayar/pihak ketiga. Pembukuan kuitansi/bukti pembayaran dan faktur pajak diatur sebagai berikut: a) Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

dibukukan sebesar nilai bruto kuitansi/bukti pembayaran di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Uang Persediaan. b) dibukukan sebesar nilai faktur pajak/SuratSetorat Pajak (SSP) di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak. 2) Setoran atas sisa Uang Persediaan ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran dengan menggunakan SSBP. Sedangkan setoran atas pungutan pajak dilakukan segera setelah dilakukan pungutan/potongan dengan menggunakan SSP. Pembukuan SSBP dan SSP dilaksanakan sebagai berikut: a) SSBP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Uang Persediaan;b) SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak. Aktivitas Pembayaran atas Uang yang Bersumber dari SPM-LS Bendahara Aktivitas yang dilakukan dalam pembayaran atas uang yang bersumber dari SPM-LS Bendahara, antara lain: 1) Pelaksanaan pembayaran dilakukan atas nilai netto berdasarkan daftar yang sudah dibuat. Demikian juga penyetoran atas sisa SPM-LS Bendahara ke Kas Negara dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dengan menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) sebesar nilai netto, hal ini dapat dilakukan apabila setelah waktu tertentu pihak yang dituju tidak mengambil uang dimaksud. Pembukuan atas bukti pembayaran dan SSPB dilakukan sebagai berikut: a) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS-Bendahara;b) SSPB yang dinyatakan sah, dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu LSBendahara. 2) Dalam hal SPM-LS Bendahara tidak mencakup pemotongan pajak pihak terbayar, bendahara wajib melakukan pemotongan pajak dimaksud pada saat pelaksanaan pembayaran. Pembukuan dilakukan sebagai berikut: a) dibukukan sebesar tanda terima/bukti pembayaran (bruto), dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu LS-Bendahara; b)dibukukan sebesar nilai faktur pajak/SSP dibukukan di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak;c) SSP yang dinyatakan sah dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Pajak. Aktivitas Penyaluran Dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari Uang Persediaan maupun SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan belanja/pengeluaran kas bagi Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas pada BPP masih merupakan uang Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

yang harus dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran. Pembukuan penyaluran dana pada BPP dilaksanakan sebagai berikut:a)dibukukan sebesar tanda terima/bukti transfer kepada BPP di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi kredit pada Buku Pembantu Kas, dan di sisi debet pada Buku Pembantu BPP; b) pengembalian sisa Uang Persediaan dari BPP ke Bendahara Pengeluaran dibukukan melalui LPJ-BPP sebesar jumlah pengurangan/transfer, dibukukan di sisi debet dan sisi kredit (in-out) pada Buku Kas Umum, di sisi debet pada Buku Pembantu Kas, dan di sisi kredit pada Buku Pembantu BPP. . Aktivitas Lainnya Bendahara wajib membukukan dan mempertanggungjawabkan seluruh uang yang diterimanya. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penerimaan di luar aktivitas tersebut di atas, pembukuan dilakukan sebagai berikut: (1)bukti penerimaan lainnya dibukukan di sisi debet pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Lain-lain; (2) SSBP yang dinyatakan sah, yang merupakan setoran atas penerimaan lainlain, dibukukan di sisi kredit pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, dan Buku Pembantu Lain-lain.

KESIMPULAN SebagaiBendahara pemerintahwajib membukukan dan mempertanggungjawabkan seluruh uang yang berada di bawah pengelolaannya dengan benar yaitu sesuai dengan yang dimuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 3 tahun 2014. Salah satucara yang memudahkan kita dalam memahami pembukuan bendaharan selain proses yang tercantum dalamperaturantersebutyaitudenganmenjawab 3 (tiga) pertanyaan: (1) berapa jumlahuang yang ada pada bendahara?; (2)dimanauang tersebut berada?; (3)apajenisuangtersebut? Berapa jumlah uang yang ada pada bendahara, tentunya kita melihat saldo pada Buku Kas Umum. Selain itu juga harusdiketahuitempatnya di mana, makakitamelihatbukupembatu yang berdasarkankeberadaankas yang terdiridariBukuPembantu Bank, BukuPembantuKasTunai, BukuPembantuBendaharaPengeluaranPembantudanBukuPembantuUangMukaPerjalananD inas. SelanjutnyaJenisUang yang adapadabendahara, apakahituuangpersediaan, uangpajak, uang LS Bendaharamaka dilihatpadabukupembantu yang berdasarkanjenis yaitu Buku Pembantu Uang Persediaan, Buku Pembantu Pajak, dan Buku Pembantu LS Bendahara.

DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Petunjuk TeknisPenatausahaan, Pembukuan, danPertanggungjawabanBendaharapadaSKPAPBN sertaVerifikasiLaporanPertanggungjawabanBendahara

REKAYASA GENETIKA DAN IMPLIKASINYA PADA MAKHLUK HIDUP Oleh: Dandan Irawani Lubis, S.Ag. M.Pd Widyaiswara Madya BDK Medan

Abstrak Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing. Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi. Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika. Di samping bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia, rekayasa genetika juga membawa dampak negative jika proses dan produk rekayasa genetika tidak diteliti dan diawasi dengan baik. Produk rekayasa genetika membutuhkan waktu lama dalam penelitiannya sebelum dipasarkan untuk meminimalisir dampak negative yang ditimbulkannya terhadap manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Kata kunci: rekayasa genetika, implikasi, hakhluk hidup

PENDAHULUAN Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Rasa ingin tahu manusia dan keinginan untuk selalu mendapatkan yang terbaik dalam memecahkan semua masalah kehidupan membawa manusia untuk berfantasi dan mengembangkan imajinasinya. Kemajuan teknologi diberbagai bidang menuntut manusia untuk terus menghasilkan sebuah produk yang dapat diproduksi lebih cepat dan lebih besar. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan. Pada abad 21 bioteknologi modern dianggap sebagai bisnis yang dapat mendatangkan keuntungan besar. Misalnya , pada 2025, diperkirakan, 70% industrri dan 40% dari total ekonomi dunia dan akan berbasis bioteknologi modern (Hindmarsh et al, 1999). Bioteknologi juga memungkinkan hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme digunakan sebagai pabrik hidup-guna memproduksi obat, pangan, atau bahkan bahan industry. Rekayasa genetik mencapai kemajuan besar pertama di dalam bidang kedokteran. Rekayasa genetik juga mempunyai potensi besar untuk meningkatkan tanaman pertanian. Selain dapat memenuhi kebutuhan manusia dari segi kesehatan dan pangan rekayasa genetik juga akan membawa resiko terhadap lingkungan. Menurut Steve Jones, ahli ilmu genetic dan evolus pada College University, di London, “Evolusi tak dapat diprediksi…namun bila kita mengganggu kehidupan, kemungkinan kehidupan akan berbalik melawan kita.” Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya gen bakteri yang menghasilkan toksin pembunuh hama ditransplantasikan ke tanaman jagung maka akan diperoleh jagung transgenik yang tahan hama tanaman. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing. Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi. Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.

PEMBAHASAN Sejarah Rekayasa Genetika Sejarah rekayasa genetika dimulai sejak Mendel menemukan faktor yang diturunkan. Ketika Oswald Avery (1944) menemukan fakta bahwa DNA membawa materi genetik, makin banyak penelitian yang dilakukan terhadap DNA. Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini. Pada awalnya, proses rekayasa genetika ditemukan oleh Crick dan Watson pada tahun 1953. Rekayasa genetika merupakan suatu rangkaian metode yang canggih dalam perincian akan tetapi sederhana dalam hal prinsip yang memungkinkan untuk dilakukan pengambilan gen atau sekelompok gen dari sebuah sel dan mencangkokkan gen atau sekelompok gen tersebut pada sel lain dimana gen atau sekelompok gen tersebut mengikat diri mereka dengan gen atau sekelompok gen yang sudah ada dan bersama-sama menanggung reaksi biokimia penerima. Langkah-langkah dalam Rekayasa Genetika Secara sederhana, proses rekayasa genetika tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap makhluk hidup terdiri atas jutaan sel individu yang masing-masing sel tersebut mengandung satu set gen yang identik. Gen-gen tersebut berfungsi memberikan perintah-perintah biologi yang hanya mengeluarkan satu dari ribuan perintah yang diperlukan untuk membangun dan menjaga kelangsungan suatu makhluk hidup serta menentukan penampakan yang dimunculkan dalam bentuk fisik suatu makhluk hidup. Gen-gen tersebut tersusun atas deoxyribonucleic acid atau asam deoksiribonukleat yang lazimnya disingkat menjadi DNA. DNA merupakan molekul yang mengkode perintah-perintah biologi di dalam struktur kimianya. Struktur kimia DNA seperti sebuah rangkaian surat-surat yang berisi pesan-pesan genetika. Surat-surat itu hanya memiliki empat huruf menurut abjad genetik (Adenin/A, Guanin/G, Timin/T, dan Cytosin/C), yang disebut basa . Setiap gen mengandung ribuan rantai basa yang tersusun menjadi sebuah rangkaian dimana gen tersebut berada dalam kromosom sebuah sel. DNA mudah diekstraksi dari sel-sel, dan kemajuan biologi molekuler sekarang memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies dan kemudian menyusun konstruksi molekuler yang Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA rekombinan ini dapat dipindahkan ke makhluk hidup lain bahkan yang berbeda jenisnya. Hasil dari perpaduan tersebut menghasilkan makhluk hidup rekombinan yang memiliki kemampuan baru dalam melangsungkan proses hidup dan bersaing dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain makhluk hidup rekombinan memiliki sifat unggul bila dibandingkan dengan makhluk asalnya Langkah-langkah dalam rekayasa genetika: 1) mengindetifikasi gen dan mengisolasi gen yang diinginkan; 2) membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta; 3) pemasangan cDNA pada cincin plasmid; 4) penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri; 5) membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan; 5) pemanenan produk. Manfaat Rekayasa Genetika Tanaman transgenic direkayasa dengan tepat untuk pertama kalinya pada tahun 1982. Namun baru sepuluh tahun kemudian pangan dan tanaman transgenic diluncurkan secara komersial. Paten pertama untuk pangan transgenic diberikan pada 1992 kepada Calgene, sebuah perusahaan AS yang mengembangkan tomat FlavrSavr, yaitu tomat yang direkayasa agar tidak cepat matang. Saat ini ada sekitar seratus varietas tanaman transgenic yang telah diuji coba atau ditanam. Tanaman tersebut dirancang untuk mendapatkan serangkaian sifat yang lebih unggul daripada tanaman konvensional. Beberapa sifat tanaman transgenic yang penting adalah: (1) meningkatkan toleransi terhadap zat kimia; (2) meningkatkan ketahanan terhadap hama; (3) mengembangkan sifat-sifat khusus; (4) mengambil nitrogen dari udara; (5) menyesuaikan tanaman terhadap lingkungan buruk; (6) mendiagnosis dan mengobati penyakit; (7) memproduksi bahan yang lebih baik untuk pengolahan pangan. Berikut ini beberapa manfaat dari reyasa genetika pada manusia adalah: (1) rekayasa genetika bila digunakan pada mikroorganisme membantu dalam penciptaan obatobatan baru yang tidak dapat dibuat dengan cara lain; (2) rekayasa genetika membantu dalam proses remediasi bio yang merupakan proses pembersihan limbah dan polusi dengan bantuan organisme hidup; (3) rekayasa genetika telah membantu menurunkan penggunaan secara keseluruhan herbisida dan pestisida; (4) rekayasa genetika telah membantu dengan produksi vaksin dan obat lainnya pada tanaman; (5) pada manusia, rekayasa genetika digunakan untuk mengobati kelainan genetik dan kanker; (6) rekayasa genetika digunakan dalam bidang pertambangan untuk mengekstrak elemen yang berguna; (7) urutan bakteri tertentu yang dimanipulasi untuk mengubah sampah menjadi etanol, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar; (8) meningkatnya derajat kesehatan manusia, dengan diproduksinya berbagai hormon manusia seperti insulin dan hormon pertumbuhan; (9) tersedianya bahan makanan yang lebih melimpah; (10) tersedianya sumber energi yang terbaharui; (11) proses industri yang lebih murah; (12) berkurangnya polusi. Dampak Negatif Rekayasa Genetika

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Kehidupan pasti akan melawan balik ketika organisme transgenic dilepaskan ke lingkungan hidup. Sekali lepas dari tangan para ilmuwan, tidak ada cara untuk mengendalikan resiko yang ditimbulkan oleh organisme transgenic merupakan hal yang rumit, karena gen-gen dari tanaman atau mikro-organisme yang disisipkan dapat mencemari tanaman laik dan mempengaruhi kehidupan liar. Kontaminasi pasti terjadi; apa dampaknya secara persis belum dapat dipastikan. Pelepasan tanaman produk rekayasa genetika ke alam dipandang memiliki risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia seperti misalnya kemungkinan tanaman transgenik tersebut menjadi gulma, kemungkinan terjadinya perpindahan gen pada spesies lain yang berakibat buruk, dan risiko kesehatan karena tanaman transgenik tersebut digunakan sebagai makanan. Berikut adalah resiko potensial yang dimiliki oleh mikroorganisme hasil modifikasi genetik: (1) gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik untuk manusia dan hewan; (2) rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetic; (3) penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak menghilangkan infeksi; (4) meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit; (5) DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel kanker); (6) penggunaan bakteri Echerichia coli yang mengandung DNA rekombinan sevara besar-besaran kemungkinan dapat menimbulkan jenis penyakit baru; (7) penyalahgunaan teknik rekayasa genetika oleh orang yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan, misalnya diciptakannya senjata biologis dan makhluk hidup baru melalui rekayasa genetika; (8) produksi olahan dari mikroorganisme yang mampu menghasilkan protein sel tunggal (PST) belum dapat dikonsumsi oleh manusia dengan alas an manusia tidak memiliki enzim pencerna PST tersebut dan proses pengolahannya yang aseptic; (9) ditemukannya strain baru bakteri pengolah limbah, terutama bakteri pemakan senyawa hidokarbon yang dapat menimbulkan masalah baru; (10) bakteri pemakan plastic yang apabila terlepas dan berkeliaran di alam, akan merugikan karena bakteri ini akan memakan plastic yang ditanam di dalam tanah seperti pipa PVC untuk saluran air dan alat-alat yang terbuat dari plastic lainnya.

PENUTUP Simpulan Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Rekayasa Genetika merupakan bioteknologi dalam bidang kehidupan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang meningkat baik dalam bidang pangan maupun kesehatan.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Pemanfaatan rekayasa genetika akan membawa manfaat dalam memproduksi tanaman trangenik lebih cepat dengan biaya yang lebih murah dan produk yang lebih besar. Tetapi proses dan produk rekayasa genetika yang telah diluncurkan jika tidak diteliti lebih lama akan membawa dampak negative pada manusia, tumbuhan, hewan, dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA Maria Elena Hurtado. 2005.Pangan Hasil Rekayasa Genetik. (antara Fakta dan Fiksi). Jakarta: YLKI. Sumber Website: http://rendi-mamonto.blogspot.com/. http://hendra-Jaya.blogspot.com/2008/01/bahayakah-tumbuhan-transgenik.html http://www.shantybio.transdigit.com/?Biologi_Genetika:Rekayasa_Genetika_Tanaman http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/tanaman-produk-rekayasa genetika/Bahayakah Bagi Kesehatan? http://wulanpurnma.blogspot.com/ http://lordbroken.wordpress.com/2010/07/23/dampak-negatif-mikroorganisme-hasilrekayasa-genetik/ http://www.biologi-sel.com/2013/05/manfaat-rekayasa-genetika.html

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

DAMPAK METODE IQRA TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MEMBACA HURUF-HURUF HIJAIYAH TANPA BARIS Oleh: Marinasari Hasibuan, M.Pd. Widyaiswara Muda BDK Medan

Abstrak Banyaknya anak yang tidak mampu membaca huruf-huruf hijaiyah tanpa baris berimplikasi kepada kesalahan siswa dalam membaca huruf-huruf muqata‟ah yang terdiri dari empat belas huruf hijaiyah yang tersebar pada dua puluh sembilan surat di dalam Al-Qur‟an. Tidak semua metode pembelajaran dapat digunakan untuk semua materi pelajaran tetapi harus ada kesesuaian antara metode dengan materi tersebut. Metode membaca Al-Quran yang lazim digunakan di Indonesia adalah metode Baghdadiyah dan metode Iqra. Metode Baghdadiyah ini cukup baik digunakan untuk menghindari siswa dari kesalahan bacaan tetapi membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dari metode Iqra. Sebaliknya, sebagai metode pembaharuan, pada metode Iqra kemampuan membaca Al-Qur‟an lebih dahulu diutamakan baru selanjutnya masuk pada tahap memahami kaidah-kaidah ilmu tajwid seperti makharijul huruf, harkat dan mad sehingga tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama seperti baghdadiyah tetapi tingkat kesalahan membaca cenderung lebih banyak terjadi pada metode Iqra. Oleh sebab itu agar anak dapat membaca huruf hijaiyah tanpa baris dengan makhraj yang benar, maka di dalam menggunakan sebuah metode pembelajaran khususnya metode iqra‟ ini hendaknya para guru Taman Pembacaan Al-Quran (TPA), guru RA atau yang sejenisnya harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang seragam mengenai prosedur pengajaran metode iqra‟ tersebut baik melalui seminar, pelatihan, workshop ataupun kegiatan sejenis lainnya sehingga kelemahan yang terdapat pada metode iqra tersebut dapat teratasi. Kata kunci: metode, iqra, membaca, hijaiyah

PENDAHULUAN Sebuah metode pembelajaran tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Tidak ada satupun metode pembelajaran yang memiliki kesempurnaan. Oleh sebab itu untuk mengaplikasikan sebuah metode pembelajaran, banyak faktor-faktor yang harus Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

diperhatikan sehingga kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh metode itu dapat diperkecil atau diatasi .Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk memilih metode pembelajaran adalah materi pelajaran yang akan diajarkan. Tidak semua metode pembelajaran dapat digunakan untuk semua materi pelajaran tetapi harus ada kesesuaian antara metode dengan materi tersebut. Umpamanya jika materi pelajaran yang akan diajarkan itu menyangkut dengan keterampilan maka metode yang paling tepat untuk digunakan adalah metode latihan bukan ceramah atau tanya jawab. Sama halnya dengan materi-materi lainnya, di dalam mengajarkan cara membaca Al-Quran, banyak metode yang dapat digunakan. Namun metode membaca Al-Quran yang lazim digunakan di Indonesia adalah metode Baghdadiyah dan metode Iqra. Antara metode Baghdadiyah dengan metode Iqra memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada metode Baghdadiyah, kemampuan yang lebih dahulu harus dimiliki siswa adalah kemampuan memahami dan meggunakan kaidah-kaidah ilmu tajwid seperti kemampuan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makkharijul huruf, kemampuan membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan harkat (baris) dan mad (tanda panjang). Jika siswa sudah benar-benar dapat membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makhraj, harkat dan madnya maka secara otomatis siswa akan dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Metode Baghdadiyah ini cukup baik digunakan untuk menghindari siswa dari kesalahan bacaan tetapi metode Baghdadiyah ini kurang praktis digunakan karena membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dari metode Iqra. Sebaliknya, sebagai metode pembaharuan, pada metode Iqra kemampuan membaca Al-Qur‟an lebih dahulu diutamakan baru selanjutnya masuk pada tahap memahami kaidah-kaidah ilmu tajwid seperti makharijul huruf, harkat dan mad. Jadi metode Iqra sifatnya lebih praktis, tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama seperti baghdadiyah tetapi tingkat kesalahan membaca cenderung lebih banyak terjadi pada metode Iqra. Oleh sebab itu agar kekurangan yang terdapat pada kedua metode itu dapat diatasi maka kedua metode ini harus dipadukan. Akhir-akhir ini metode membaca Al-Quran yang lazim digunakan disekolah-sekolah seperti di Raudhatul Athfal dan Taman Pembacaan Al-Quran adalah metode Iqra. Disatu sisi kita patut berbangga karena melalui metode Iqra banyak para santri yang berhasil membaca Al-Qur‟an dalam usia dini (usia Taman Kanak-kanak). Namun disisi lain, banyak pula ditemukan siswa-siswa usia sekolah dasar (Madrasah Ibtidaiyah) yang sudah bisa membaca Al-Quran masih belum bisa membaca huruf-huruf hijaiyah tanpa baris. Penelitian tentang hal itu sudah beberapa kali penulis lakukan diberbagai tempat dan hasilnya tidak jauh berbeda. Jika siswa tidak dapat membaca huruf-huruf hijaiyah tanpa baris berarti siswa melakukan kesalahan di dalam membaca huruf-huruf muqata‟ah. Hurufhuruf muqata‟ah di dalam Al-Qur‟an terdiri dari empat belas huruf hijaiyah tanpa baris yaitu hurufalif, lam, mîm, shad, ra', kaf, ha', ya', ain, tha', sin, ha', qaf dan nûn. Ke empat belas huruf hijaiyah ini tersebar dalam dua puluh Sembilan surah di Al-Qur‟an yaitu pada surah Al-Qalam, Qâf, Shad, Al-A'râf, Yâsîn, Maryam, Thâha, Asy-Syu'arâ', An-Naml, AlEdisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Qashash, Yûnus, Hûd, Yûsuf, Al-Hijr, Luqmân, Ghâfir, Fushshilat, Asy-Syûrâ, AzZukhruf, Ad-Dukhân, Al-Jatsiyah, Al-Ahqâf, Ibrâhîm, As-Sajadah, Ar-Rûm, Al-Ankabût, Al-Baqarah, Âli Imrân dan Ar-Ra'd.

PEMBAHASAN Kemampuan Anak Membaca Huruf-Huruf Hijaiyah Dalam hal membaca tulisan, seseorang harus mengenal terlebih dahulu lambanglambang yang akan dibacanya yaitu dalam bentuk huruf-huruf. Huruf sebagai suatu lambang bunyi dalam suatu bahasa memiliki sistem karena ia dalam strukturnya menuruti kaidah-kaidah dan hirarki tertentu. Untuk bisa membaca dengan baik suatu bahan bacaan, seseorang terlebih dahulu dituntut harus mengenal huruf-huruf tersebut dan mampu melafalkan atau mengujarkannya dengan dengan benar dan tepat sesuai kaidah-kaidah pelafalannya tadi. Dengan mengenal huruf-huruf sebagai bagian terkecil (fonem) maka seseorang akan mampu melafalkan satuan bentuk (bahasa) terkecil yang memiliki makna (morfem) kemudian akan bisa mengujarkan gabungan kata-kata (frase) dan satuan kata-kata atau kelompok kata pokok yang minimal (klausa) dan akhirnya akan bisa mengucapkan rangkaian kalimat dalam bentuk wacana, kemudian membaca teks bacaan. Secara singkat tentang hal itu, Tampubolon (1990) menegaskan dari fonem-fonem dapat terbentuk morfem-morfem dan kata-kata, dan dari kata-kata dapat terbentuk frasefrase, klausa, dan kalimat dan dari kalimat-kalimat terbentuk wacana. Tahapan tersebut bila dianalogkan dengan bacaan bahasa Arab atau bacaanAl-Qur‟an, seseorang dituntut untuk mampu melafalkan huruf-huruf dengan makhraj huruf yang sesuai dengan kaidahkaidah. Hal itu sebagai dasar untuk bisa melafalkan secara fasih (benar dan tepat) mufradat, kalimat-kalimat, kalimat-kalimat terstruktur, jumlah dan kalam. Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan kemampuan membaca ialah kemampuan memahami dan menguasai lambang-lambang bunyi menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf untuk dilafalkan atau diujarkan. Khusus dalam membaca Al-Qur‟an kemampuan tersebut harus dibarengi dengan kemampuan mengetahui (ilmu) tajwid dan mengaplikasikannya dalam membaca teks. Tentang hal ini bisa difahami dari perintah membaca Al-Qur‟an secara tartil, yaitu firman Allah swt dalam surah Al- Muzammil ayat 4 yang artinya….dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan perlahan-lahan…Ulama tafsir menafsirkan bahwa tartil adalah menjelaskan semua huruf-huruf dengan memenuhi hakhak (makhraj)nya secara sempurna. Dengan pemahaman tersebut berarti ada keharusan membaca Al-Qur‟an beserta tajwidnya dengan baik dan benar. Kemampuan minimal tersebutlah yang seharusnya dimiliki oleh siswa dalam membaca Al-Qur‟an. (Kartini, 2010).

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Cara Pengucapan Huruf Hijaiyah Yang Keliru Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa salah satu yang menjadi kelemahan dari metode iqra adalah terbiasanya anak membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan baris yaitu dimulai dari baris atas (fathah), kemudian baris bawah (kasrah), dan baris depan (dhammah). Oleh sebab itu, kekeliruan yang paling sering dilakukan oleh anak dalam mengucapkan huruf hijaiyah adalah kekeliruan di dalam mengucapkan hurufhuruf hijaiyah tanpa baris. Pada umumnya anak membaca huruf-huruf hijaiyah tanpa baris dibaca dengan baris fathah (baris atas). Inilah dampak dari metode iqra‟ yang konsepnya membiasakan anak membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan harkat (baris). Jadi ketika anak membaca huruf-huruf muqata‟ah yang terdapat di dalam beberapa surah di dalam Al-Quran, maka banyak ditemukan anak membaca huruf-huruf itu dengan menggunakan baris atas (fathah). Umpamanya ketika anak membaca surah Maryam ayat 1 yang berbunyi:  maka anak membacanya dengan Ka, Ha, Ya, ‟A, Sha. Padahal bacaan yang benar adalah membaca huruf-huruf itu dengan tanpa baris sehingga bacaannya menjadi Kaf, Ha, Ya, ‟Ain, Shad. Hal ini dapat terjadi karena masih banyak anak yang menganggap atau bahkan belum dapat membedakan antara harkat (baris) dan mad (tanda bacaan panjang) sehingga anak menganggap bahwa tulisan yang ada di dalam surah Maryam itu adalah baris. Padahal makna harkat di dalam tulisan itu adalah makna mad (tanda panjang bacaan ) bukan harkat (baris). Ada dua mad yang terdapat pada ayat itu yaitu Mad Lazim Mutsaqqal Harfi dan Mad Lazim Mukhaffaf Harfi. Mad lazim Mustsaqqal Harfi yaitu huruf-huruf muqat‟ah yang dibaca sepanjang enam harkat sedangkan Mad Lazim Mukhaffaf Harfi yaitu huruf-huruf muqata‟ah yang dibaca cukup dua harkat. Contoh kesalahan lainnya yang banyak dilakukan oleh anak dalam membaca huruf-huruf muqata‟ah yaitu ketika anak membaca surah Yaa siin ayat1 yang berbunyi:  maka anak membacanya dengan ya, sa. Kesalahan-kesalahan yang terjadi seperti ini secara pintas memang terlihat sangat sederhana tetapi jika hal ini diabaikan begitu saja tentu kesalahan membaca ini akan berdampak secara jangka panjang hingga anak dewasa.

PENUTUP Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa jika kita salah dalam membaca Al-Qur‟an hukumnya berdosa karena dapat merubah arti dan makna dari ayat-ayat Allah SWT. Huruf-huruf muqata‟ah di dalam Al-Qur‟an terdiri dari empat belas huruf hijaiyah tanpa baris yaitu hurufalif, lam, mîm, shad, ra', kaf, ha', ya', ain, tha', sin, ha', qaf dan nûn. Ke empat belas huruf hijaiyah ini tersebar dalam dua puluh sembilan surah di Al-Qur‟an yaitu pada surah Al-Qalam, Qâf, Shad, Al-A'râf, Yâsîn, Maryam, Thâha, Asy-Syu'arâ', AnNaml, Al-Qashash, Yûnus, Hûd, Yûsuf, Al-Hijr, Luqmân, Ghâfir, Fushshilat, Asy-Syûrâ, Az-Zukhruf, Ad-Dukhân, Al-Jatsiyah, Al-Ahqâf, Ibrâhîm, As-Sajadah, Ar-Rûm, AlAnkabût, Al-Baqarah, Âli Imrân dan Ar-Ra'd. Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Banyaknya anak yang tidak mampu membaca huruf-huruf hijaiyah tanpa baris berimplikasi kepada kesalahan siswa dalam membaca huruf-huruf muqata‟ah yang terdiri dari empat belas huruf hijaiyah yang tersebar pada dua puluh sembilan surat di dalam AlQur‟an sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Oleh sebab itu agar anak dapat membaca huruf hijaiyah tanpa baris dengan makhraj yang benar, maka di dalam menggunakan sebuah metode pembelajaran khususnya metode iqra‟ ini hendaknya para guru Taman Pembacaan Al-Quran (TPA), guru RA atau yang sejenisnya harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang seragam mengenai prosedur pengajaran metode iqra‟ tersebut baik melalui seminar, pelatihan, workshop ataupun kegiatan sejenis lainnya sehingga kelemahan yang terdapat pada metode iqra tersebut dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama. 1999.Al-Quran Dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra. http://sahruldupen.blogspot.com/2012/12/memahami-huruf-pembuka-surah-al-quran.html Ikhya Ulumuddin. 2003.Makhraj Sifat Huruf. Surabaya: Penerbit Kartika. Retno Kartini. 2010.Kemampuan Membaca Dan Menulis Huruf Al-Quran Pada Siswa SMP. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Tampubolon, DP. 1990.Kemampuan Membaca, Teknis Membaca Efektif, dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Oleh: Muhammad Ridwan, S.Ag. MA Widyaiswara Pertama BDK Medan

Abstrak Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Diantaranya adalah model pembelajaran koperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Kata kunci: model, kooperatif, STAD,pembelajaran

PENDAHULUAN Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para guru matematika agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuaidengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.

PEMBAHASAN A.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangatpenting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, tujuan dan penghargaan. Struktur tugas, tujuan dan penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, tujuan serta penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: (1) setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya;(2) setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota; (3)kelompok mempunyai tujuan yang sama;(4) setiap anggota Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya;(5) setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi;(6) setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya;(7) setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:(1) siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai;(2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah, atau ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender;(3) penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:(1). menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa;(2) menyajikan informasi (Guru menyajikan informasi kepada siswa);(3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar;(4) membimbing kelompok belajar; (5) evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan;(6) memberikan penghargaan, guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan CooperativeLearning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks. 2.

Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD. a. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada:kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah), yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang. Dan Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dan lain-lain. b. Penyajian Materi Pelajaran 1) Pendahuluan: Disini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya 2) Pengembangan: Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. 3) Praktek terkendali: Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama. c.

Kegiatan kelompok Guru membagikan Lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaikbaiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

d. Evaluasi Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok. e. Penghargaan kelompok Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super. f. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok Satu periode penilaian (3–4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain. 3.

Materi Matematika yang Relevan dengan STAD. Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4.

Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

PENUTUP Simpulan Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered.Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran kemudian

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut Saran Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dan agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sri Wardhani. 2006. Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika. Tim PPPG Matematika. 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika. Widowati, Budijastuti. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI ALAT BANTU KEBERHASILAN PROSES PEMBELAJARAN Oleh: Dra.Seriwati Bukit,M.Psi Widyaiswara Madya BDK Medan

Abstrak Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan banyak hal salah satu diantaranya adalah media pembelajaran, walau guru sulit mempersiapkan media pembelajaran karena berbagai alasan seperti tidak adanya waktu, sulit menemukan media yang tepat, kurangnya biaya. Untuk itu agar memudahkan guru menggunakan media yang pembelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: (a) model pemilihan media; (b) alasan pemilihan media; (c) kriteria pemilihan media; (d) prinsip-prinsip pemilihan media; (e) manfaat pemilihan media; (f) manfaat praktis pemilihan media. Kata kunci: mediapembelajaran,belajar,mengajar.

PENDAHULUAN Keberhasilan suatu pembelajaran sering kali terhambat karena seorang guru tidak menggunakan media pembelajaran, meskipun masih banyak lagi aspek lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, antara lain, penentuan model pembelajaran, bahan ajar serta lingkungan belajar termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi hasil belajar. Pemakaian media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan semangat dan motivasi serta rangsangan dalam belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan. proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran Namun kenyataannya bagian inilah yang masih sering diabaikan oleh guru dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat media, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dll. Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.

PEMBAHASAN Dalam kegiatan pembelajaran kita harus menentukan media yang akan digunakan, memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Pemilihan itu rumit dan sulit, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain: a. Model Pemilihan Media Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/model dalam proses pemilihan media pembelajaran, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan "dari atas" (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau toh kita memilih, maka yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi damikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan terbuka, lebih rumit lagi. Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup. Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan. Seorang guru kadang bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup. b. Alasan Pemilihan Media Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Akhir dari pemilihan media adalah penggunaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih. Jika kita telah menentukan alternatif media yang akan kita gunakan dalam pembelajaran, selanjutnya sudah tersediakah media tersebut di sekolah atau di pasaran? Jika sudah tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya saja. Itupun jika media Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah kita rencanakan, dan terjangkau harganya. Jika media yang kita butuhkan temyata belum tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan tersebut. Pemilihan media itu perlu kita lakukan agar dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

c. Kriteria Pemilihan Media Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kita menentukan pilihan media tertentu. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut. 1) Tujuan Penggunaan Apa tujuan pembelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu masuk ranah kognitif, afektif, psikomotor, atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media obyek fisik, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya. 2) Sasaran pengguna media Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka 3) Karakteristik media Harus diketahui karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

4) Waktu Waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia/yang kita memiliki, cukupkah? Pertanyaan lain adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran? Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajaran ternyata kita kekurangan waktu. 5) Biaya Penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau menyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan biaya tersebut/apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkah tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar dibandingkan media sederhana dan murah. 6) Ketersediaan Media yang kita butuhkan itu ada di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, pertanyaan berikutnya adalah tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang proses terjadinya gerhana matahari memang lebih efektif disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari. d. Prinsip-prinsip Pemanfaatan Media Setelah kita menentukan pilihan media yang akan kita gunakan, maka pada akhirnya kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. Media yang baik, belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa jika kita tidak dapat menggunakannya dengan baik. Untuk itu, media yang telah kita pilih dengan tepat harus dapat kita manfaatkan dengan sebaik mungkin sesuai prinsip-prinsip pemanfaatan media. Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran, yaitu: (1) setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan; (2)penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang diperlukan; (3) penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif. Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita sajikan dengan Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Jika siswa sadar bahwa media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setiap kali guru menggunakan media. Penggunaaan media yang sembarangan, asal-asalan, atau "daripada tidak dipakai", akan membawa akibat negatif yang lebih buruk. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses pembelajaran tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita akan menggunakan media elektronik. e. Manfaat Umum dan Khusus Media dalam Pembelajaran Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara. lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: 1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima oleh siswa-siswa lain. Dengan demikian, media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada. 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, serta menarik minat siswa. Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa dan merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Singkatnya, media pembelajaran dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan. 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya. 4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari guru adalah, selalu kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum. Sering terjadi guru menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak harus terjadi jika guru dapat memanfaatkan media secara maksimal. Misalnya, tanpa media seorang guru tentu saja akan menghabiskan banyak waktu untuk mejelaskan sistem peredaran darah manusia atau proses terjadinya gerhana matahari. Padahal dengan bantuan media visual, topik ini dengan cepat dan mudah dijelaskan kepada anak. Biarkanlah media menyajikan materi pelajaran yang memang sulit untuk disajikan oleh guru secara verbal. Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi pelajaran secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran. 5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik. 6) Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer, memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar yang dapat mereka manfaatkan dalam belajar. Perlu kita sadari bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah. 7) Media dapat menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses belajar Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kemampuan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan. 8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain. f. Manfaat Praktis Media Dalam Pembelajaran Manfaat praktis media pembelajaran antara lain:(1) media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit; (2) media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu; (3) media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.

KESIMPULAN Sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Media merupakan salah satu komponen pembelajaran, Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan. Melalui berbagai media pembelajaran, siswa akan dapat banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa, tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Tidak semua media pendidikan adalah media pembelajaran, tetapi setiap media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan. Media harus dapat kita manfaatkan secara maksimal untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya. Alangkah minimnya pengalaman belajar anak didik kita, jika mereka hanya memperoleh informasi dari sumber-sumber yang terbatas. Masih banyak sumber belajar lain yang dapat kita manfaatkan untuk membuat siswa kita belajar. Peran penting guru adalah mengupayakan agar setiap siswanya dapat berinteraksi dengan sebanyak mungkin sumber belajar.

DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito David,Bern.1991.Teaching with Media. a paper presented at Technologi and Education Conference in Athens, Greece. Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Wiratmojo,P dan Sasonohardjo. 2002. Media Pembelajaran Bahan Ajar Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Pertama. Lembaga Administrasi Negara Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

PERANAN PENGELOLAAN KELAS DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP SPRITUAL DAN SIKAP SOSIAL PESERTA DIDIK PADA MADRASAHIBTIDAIYAH Oleh: Zaitun Nizar Dalimunthe, M.Pd. Widyaiswara Pertama BDK Medan

Abstrak Pengelolaan kelas yang tidak baik oleh seorang guru, mengakibatkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan sikap peserta didik.Untuk mengembangkan sikap spiritual dan sosial peserta didik serta pembelajaran efektif memerlukan pengelolaan kelas secara teratur dan terencana.Khusus untuk Madrasah Ibtidaiyah pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik sangat penting dikembangkan sehingga mendapat porsi besar di dalam kurikulum 2013.Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji cara yang baik bagi guru untuk mengelola kelasnya. Cara guru untuk mengembangkan sikap spiritual peserta didik pada madrasah ibtidaiyah terkait dengan pengelolaan kelas adalah memulai dan menutup proses pembelajaran dengan berdo‟a. Sedangkan cara untuk mengembangkan sikap sosial peserta peserta didik pada madrasah ibtidaiyah adalah mengelompokkan peserta didik sesuai dengan karakter dan gaya belajarnya dan menvariasikan metode serta media pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Kata kunci: pengelolaan, kelas, sikap, siswa

PENDAHULUAN Berubahnya paradigma pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran menuntut guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat mengaktifkan siswa belajar secara maksimal. Banyak manfaat yang sebenarnya dapat diambil dari keaktifan siswa belajar Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

diantaranya adalah menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar, menimbulkan aktifitas, kreatifitas dan percaya diri. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan pengembangan sikap spritual dan sikap sosial peserta didik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang saat ini sedang diberlakukan oleh pemerintah diseluruh lembaga pendidikan formal khususnya pendidikan dasar dan menengah.Terlebih lagi khusus pada pendidikan dasar yaitu pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, pengembangan sikap spritual dan sikap sosial ini mendapat porsi yang paling besar dibandingkan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan sikap spritual dan sikap sosial peserta didik khususnya di Madrasah Ibtidaiyah, dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik. Sebaliknya, jika pengelolaan kelas tidak diimplementasikan dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran tentu sulit untuk mengembangkan sikap spiritual dan sikap sosial siswa, dengan alasan: Pertama, salah satu cara yang dapat diakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang khidmat dan khusyu‟ adalah memulai kegiatan belajar dengan berdo‟a. Jadi jika kegiatan berdo‟a tidak dilakukan oleh guru maka sulit bagi guru untuk mengkondisikan siswa untuk bersikap khidmat dan khusyu‟. Kedua, letak tempat duduk yang tidak teratur akan mengakibatkan suasana yang kurang nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak memiliki karakter yang berbeda dari berbagai aspek seperti aspek gender, fisik maupun mental. Jadi jika anak tidak ditempatkan sesuai dengan karakteristiknya maka yang terjadi tentu ketidak nyamanan yang pada akhirnya akan mengakibatkan pada kekacauan dan rasa egois. Ketiga, siswa hanya memilih teman yang ia anggap sesuai dengan dirinya baik dari aspek kepribadian maupun dari aspek gender meskipun dari sisi pengelolaan kelas belum tentu sesuai. Suasana seperti ini akan mengakibatkan hubungan sosial dan hubungan komunikasi yang kurang baik antar sesama teman karena siswa telah terkotak-kotak sebagaimana yang telah penulis kemukakan di atas. Keempat, Tanpa pengelolaan kelas yang baik oleh seorang guru, mengakibatkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa tidak memiliki sikap percaya diri. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai karakter bangsa sebagaimana yang saat ini sedang dikembangkan di dalam kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan formal.

PEMBAHASAN Pengertian Pengelolaan Kelas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membagi pengertian pengelolaan kelas ke dalam lima definisi. Definisipertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi kedua, bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang realistik. Definisi ketiga, didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. Definisi kelima, bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (groupprocess) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima, dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Berdasarkan SK. Dirjen No. 2676 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013, maka sikap spiritual siswa Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut: (1) kelas 1-2, menerima Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya; (2) kelas 3-6, menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. Sedangkansikap sosial siswa Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut: (1) kelas 1-2, menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru; (2) kelas 3-4, menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya; (3) kelas 5-6, menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

Pengembangan Sikap Spritual Dan Sikap Sosial Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pengelolaan kelas yang teratur dan terencana sangat efektif untuk mengembangkan sikap spritual dan sikap sosial peserta didik pada Madrasah Ibtidaiyah. Proses pembelajaran yang dimulai dan ditutup dengan doa, akan menanamkan sikap spiritual perserta didik. Aspek pengamatan guru dalam pendekatan saintifik tidak hanya menjangkau pada aspek pengetahuan dan keterampilan saja tetapi guru harus dapat mensinkronkan antara pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan sikap spiritual dan sikap sosialnya. Di dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, maka peran guru dalam hal ini adalah guru harus dapat mengkondisikan peserta didik kedalam situasi dan kondisi yang dapat membuat peserta didik merasa nyaman, gembira tetapi dalam suasana yang khidmat dan khusyu‟. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana tersebut diantaranya adalah dengan menvariasikan metode-metode pembelajaran dan menvariasikan media-media pembelajaran. Letak tempat duduk yang teratur akan mengakibatkan suasana yang cukup nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak telah ditempatkan sesuai dengan karaktistik dan gaya belajarnya (Audio, Visual dan Kinestetik). Sikap sosial anak yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dari suasana pembelajaran di atas adalah nilai disiplin dan toleransi karena siswa harus dapat mentaati dan menghormati aturan yang telah dibuat oleh guru. Dalam kegiatan diskusi terjadi hubungan sosial dan hubungan komunikasi yang baik antar sesama siswa karena siswa selalu bertukar teman secara dinamis. Melalui hubungan sosial dan hubungan komunikasi antar sesama siswa diharapkan dapat terbentuk sikap santun.Didalam kegiatan demonstrasi, melalui pengelolaan kelas yang baik siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa memiliki sikap percaya diri dan sikap kreatif.

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

PENUTUP Pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik pada tingkat madrasah Ibtidiyah merupakan suatu hal yang harus menjadi perhatian khusus bagi guru sebab kedua sikap ini mendapat porsi yang paling besar di dalam kurikulum 2013 dibanding dengan porsi pengetahuan dan keterampilan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kedua sikap tersebut adalah dengan menerapkan pengelolaan kelas secara teratur dan terencana. Oleh sebab itu, agar seorang guru dapat mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru yaitu: (1) guru harus banyak membaca referensi yang berkaitan dengan pengelolaan kelas yang baik, seperti psikologi pendidikan, psikologi belajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran; (2) untuk dapat menerapkan metode pembelajaran yang variatif, maka guru membutuhkan media pembelajaran yang variatif untuk mendapatkan hasil yang maksimal; (3) guru melakukan studi banding atau observasi lapanganuntuk mendapatkan pengalaman yang lebih luas dan lebih variatif.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi. SK. Dirjen No. 2676 -2013 Tentang Kurikulum 2012 Permendikbud No.81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013

Edisi 2 Vol. 25 November – Desember 2014 M/ Muharram Syafar 1436 H

Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Dr.H.Hamdar Arraiyah MA, didampingi Kepala Balai Diklat Keagamaan Medan, sedang menyampaikan ucapan selamat kepada Pejabat yang baru dilantik masing-masing; Soni Sopian SE., M.Pd. menjabat Kasi Diklat Teknis Tenaga Pendidikan dan Keagamaan, Drs.H.Parjuangan Harahap menjabat Kasi Diklat Tenaga Administrasi, Dra. Yusra menjabat Kasubbag TU , Balai Diklat Keagamaan Medan. di Aula II BDK Medan, Senin 20/10/2014 (bhs)

Petugas Pengibar Bendera, Sedang Menaikkan Bendera Merah Putih pada Upacara Memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-86 Tahun 2014 di Kampus BDK Medan, Jl.TB Simatupang No 122 A Pinang Baris Medan, Senin 28/10 yang lalu (bhs)

Edisi 2 Vol. 25 Nov - Des 2014 M/ Muharram-Syafar 1436 H

Tidak diperjualbelikan