12 Sep 2011 ... Untuk itu, pembelajaran yang memanfaatkan kecerdasan ganda ... Sekolahnya
Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia.
MEMANFAATKAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN Author : Achmad Farich, S.T.,M.Pd Publish : 12-09-2011 12:31:35
Membaca tulisan Bapak Sulardi, S.Pd., M.M. dalam Tabloid Pena terbitan bulan Oktober 2010 yang berjudul “Guru Perlu Memiliki Kecerdasan Ganda”, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati. “Pesan utama” pada alinea 3 yang tertulis: Pada banyak sekolah, umumnya guru hanya memiliki kepintaran tunggal, yaitu hanya sekedar menguasai mata pelajaran mereka saja, dan alinea 9 yang tertulis: Kalau sekarang banyak ajakan agar guru perlu mengubah diri untuk menjadi guru yang bermartabat dan guru profesional, maka salah satu wujud untuk menjadi guru yang demikian adalah melalui konsep pengembangan diri menjadi kaum pendidik dengan kepintaran ganda, kami pandang perlu untuk didiskusikan kembali. Teori kecerdasan ganda atau ada yang menyebut dengan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner. (Suparno, 2008:17). Teori ini muncul bermula dari rasa tidak puas seorang Gardner terhadap model kecerdasan tunggal yang didasarkan pada konsep IQ yang sebelumnya secara tradisional sudah dipegang teguh, (Suharnan, 2005:360), karena selama ini Tes IQ hanya mengukur kecerdasan matematis-logis dan kecerdasan linguistik saja, serta kurang memperhatikan kecerdasan-kecerdasan lainnya. (Suparno, 2008:18). Teori kecerdasan ganda perpijak pada pandangan Gardner yang menganggap bahwa kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat. (Gardner, 2003:22). Hal ini jelas berbeda dengan pandangan Alferd Binet (penemu Tes IQ), yang menganggap bahwa kecerdasan adalah kemampuan menyerap, mengolah, mengekspresikan, mengantisipasi, dan mengembangkan hal-hal yang berkenaan dengan pengetahuan, ilmu, dan teknologi. (Uno, 2008:60). Padahal menurut Gardner, kecerdasan bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab instrumen Tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Kecerdasan memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam berbagai situasi. (Suparno, 2008:18). Pada awal penelitiannya, Gardner mendata banyak sekali kemampuan manusia yang dapat dikatagorikan sebagai kecerdasan. Setelah dianalisis secara teliti, akhirnya dia menetapkan bahwa manusia mempunyai tujuh kecerdasan. Pada bukunya Intelligence Reframed ia kemudian menambahkan dua kecerdasan baru. Sehingga pada saat ini Gardner memandang bahwa manusia pada umumnya (termasuk guru dan siswa) memiliki sembilan kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang-visual, kecerdasan kinestetis-badani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan lingkungan/ naturalis, dan kecerdasan eksistensialis. (Suparno, 2008:19). Ketika ditarik ke dunia pendidikan, teori kecerdasan ganda sebenarnya merupakan suatu teori yang berusaha membantu guru dalam menyampaikan atau melaksanakan pembelajaran ke dalam suatu kegiatan belajar yang banyak melibatkan perasaan siswa. (Uno & Kuadrat, 2009:160). Inti strategi pembelajaran ini adalah, bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. (Chatib, 2009:108). Untuk itu, pembelajaran yang memanfaatkan kecerdasan ganda akan berusaha membangun semua potensi siswa sehingga keberbakatan yang merupakan variabel internal siswa dapat dikembangkan. Ketika guru memandang perlu melibatkan dua atau tiga kecerdasan dalam pembelajarannya, maka guru akan berusaha menggabungkan dua atau tiga kecerdasan tersebut dalam skenario pembelajarannya. (Uno & Kuadrat, 2009:162). Di samping itu, guru perlu juga sadar bahwa siswa-siswa di sekolah pada umumnya memiliki kecerdasan yang beraneka ragam. Kecerdasan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama, dan cara menangkap materi pembelajaran juga berbeda. Bila ingin membantu mereka secara tepat, maka guru perlu mengembangkan model-model pembelajaran yang beraneka ragam sesuai dengan kecerdasan siswa-siswanya. (Suparno, 2008:57). Untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh digunakan Multiple Intelligences Research (MIR). Melalui MIR siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang
Page 1
MEMANFAATKAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN berbeda antara satu siswa dan siswa lainnya. (Chatib, 2009:94). Dengan analisis hasil MIR ini guru harus berusaha menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kecenderungan gaya belajar siswa-siswanya. (Chatib, 2009:95). Menurut teori kecerdasan ganda, setiap siswa mempunyai kecerdasan yang dapat berbeda satu sama lain, dan siswa akan lebih mudah belajar dan dibantu belajar bila materi pembelajarannya dapat didekati atau disajikan dengan kecenderungan kecerdasan mereka yang menonjol. (Suparno, 2008:56). Oleh karena kecerdasan siswa di satu kelas umumnya bervariasi, maka guru – bidang apa pun – perlu memasukkan dan mengolah materi pembelajarannya melalui berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kecendungan kecerdasan siswa-siswa tersebut. (Suparno, 2008:56). Teori kecerdasan ganda banyak mempengaruhi penyusunan kurikulum. Pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat topic-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti kurikulum model klasik. (Suparno, 2008:52). Sehingga, kecerdasan ganda sebagai strategi belajar akan sulit diterapkan pada dunia pendidikan yang mengacu pada kurikulum yang berbasis materi. Tetapi sebaliknya, kecerdasan ganda akan menjadi kekuatan yang besar untuk memajukan pendidikan dan kompetensi siswa apabila diterapkan pada kurikulum berbasis kompetensi yang konprehensif. (Chatib, 2009:109). Oleh karena pada dasarnya setiap orang (termasuk guru dan siswa) memiliki sembilan kecerdasan, maka persoalannya bukan guru yang harus melengkapi dirinya menjadi kaum pendidik yang memiliki kecerdasan ganda, tetapi justru guru harus menyadari bahwa siswa-siswanya memiliki kecerdasan yang beragam. Guru harus pula mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa-siswanya yang paling menonjol, sehingga dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kecenderungan gaya belajar siswa-siswanya. Dan oleh karena kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol di satu kelas umumnya bervariasi, maka guru seharusnya mampu mengembangkan model-model pembelajaran yang beraneka ragam sesuai dengan kecerdasan siswa-siswanya.
DAFTAR RUJUKAN
Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences. Diterjemahkan oleh Alexander Sindoro, Kecerdasan Majemuk. Batam Centre: Interaksara. Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. Suparno, Paul. (2008) Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Uno, Hamzah, B. (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, Hamzah, B & Kuadrat, Masri. (2009). Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep
Page 2
MEMANFAATKAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta: Bumi Aksara. Chatib, Munif. (2009). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Mizan Media Utama.
*) Dimuat dalam Tabloid PENA Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Volume 9, Nomor 01, Januari 2011, halaman 07.
Page 3