15 Nov 2008 ... universitas modern[24], yang dapat dilihat dalam dua perspektif iaitu sebagai
satu bidang ... mahasiswa dan sebagai pendukung manajemen perguruan tinggi
(PT) untuk ..... [13] Indrajit, Eko, R. & Djokopranoto, R. (2006).
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
MENGEMBANGKAN METODOLOGI PERENCANAAN STRATEGIK TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (PTAIN) Slamet1), Abdul Razak bin Hamdan2), Aziz Deraman3) Fakultas Ekonomi UIN Malang1), Fakulti Teknologi dan Sains Maklumat , UKM Bangi Selangor2,3)
[email protected]) ,
[email protected]),
[email protected]) ABSTRACT This paper aims to develop methodology of Information Technology Strategic Planning Paper (ITSP) under the paradigm of Islamic principles which is named ITSP PTAI. It is formulated by adopting methodology of ITSP MAMPU and ITSP Boar in line with the concept of Islamic planing and management. In order to discover the effectiveness of ITSP PTAI methodology, two models of examination are conducted i.e. descriptive and hipotethical ones. Descriptive examination aims to discover the important role of ITSP elements. Hipothetical one is conducted to measure the effectiveness of ITSP if it is used to be a manual guide of the application of ITSP in PTAI. Simulation, focus group discussion (FGD) and interview methods are utilized in these two examinations. The result of descriptive examination shows that elements of ITSP MAMPU, ITSP Boar and ITSP PTAI take important role in ITSP application. Hipothesis examination has been done by simultant and partial ones. Simultant one indicates that the methodology of ITSP PTAI will be more effective if it is applied to be a manual guide in the application of ITSP in PTAI than that of MAMPU and Boar. Partial examination is ellucidated by four parameters i.e. completness, meaning, conformity and sistematization. There are differences among them within completness, meaning and conformity, similarities are found in the sistematization. Methodology of ITSP MAMPU and Boar is more applicable to organization with conducive culture, good birocracy, otiritarian in politics system, the maturity of human resources and less resistency from the members of the organization. Keywords: Metodologi, ITSP, Efektifitas, PTAIN
1. Pendahuluan Keterlibatan teknologi informasi (TI) dalam dunia pendidikan tinggi bukan lagi merupakan pilihan, tetapi menjadi satu keperluan mutlak yang harus dimiliki dan dimanfaatkan secara strategis untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan[13], ia juga merupakan dasar dalam menjalankan misi pendidikan, pembelajaran dan penelitian universitasuniversitas modern[24], yang dapat dilihat dalam dua perspektif iaitu sebagai satu bidang ilmu yang perlu dipelajari oleh mahasiswa dan sebagai pendukung manajemen perguruan tinggi (PT) untuk meningkatkan proses pelayanan[29]. Dalam manajemen PT, peranan TI dan infrastrukturnya difokuskan kepada bidang akademik dan administratif[24, 6,21, 25]. Namun perkembangan teknologi sebagai peran strategis tidak menjamin pemanfaatan TI sesuai yang diharapkan. Sistem informasi kampus di universitas dan kolej di Malaysia sering diciptakan tetapi tidak terkoordinasi dan ini menggambarkan ketertarikan pada area yang berbeda, sehingga menghasilkan isu-isu tumpang tindih dan terjadi inefisiensi[14]. Berdasarkan hasil survei yang merupakan bagian dari kajian ini, PTAI agresif dalam menggunakan TI sebagai alat bantu operasional administratif yang ditunjukkan dengan belanja TI yang tinggi setiap tahunnya. Sistem informasi yang dikembangkan 96,77% pada administrasi akademik, 90% administrasi kepegawaian, 80,65% pada administrasi kemahasiswaan dan 58,06% pada administrasi keuangan. Pada bidang akademik sebagian besar digunakan untuk laboratorium. Ketika TI diperankan sebagai peran strategis, timbul banyak masalah. Banyak faktor penyebabnya, di antaranya kurangnya perencanaan strategik, banyak pimpinan kurang inovasi TI terhadap institusinya, pimpinan unit TI di PT belum faham peran strategis TI, unit TI masih bersifat unit teknis, belum banyak berpengalaman dan kurang pengetahuan dalam melakukan perencanaan strategik yang dikaitkan dengan TI, belum ada pedoman dalam melakukan perencanaan strategik di bidang TI atau ITSP (information technology strategic planning), kurangnya dukungan pimpinan institusi sebagai pemegang politic will, dan sebagainya. Empat PT di Indonesia sebenarnya sudah mempunyai perencanaan strategik, tetapi hanya untuk memenuhi aspek formal saja yang sebenarnya tidak hakiki untuk manajemen TI. Selain itu kurang pengetahuan dalam memahami ITSP, karena kekurangan informasi dan pengalaman dalam mengembangkan ITSP[33]. Berdasarkan hasil survei yang merupakan bagian dalam kajian ini juga, yang melibatkan 38 institusi terdiri dari 31 pimpinan unit TI dan 80 pimpinan institusi sebagai responden, didapati hanya 3 institusi yang mempunyai rancangan strategik TI dan lainnya menyatakan pemanfaatan dan pengadaan TI sama sekali tidak melalui proses perencanaan. Meskipun responden bermotivasi untuk menjadikan kawasan kampus mereka berbasis TI. Sayangnya pula dokumen ITSP di tiga institusi dibuat konsultan sebagai pendukung pembangunan gedung yang bersumber dari pinjaman, bukan semata-mata untuk membangun kawasan kampus yang berbasis TI. Merujuk hasil kajian Yaakup[37], 15% dari 48 PT swasta dan kolej di Malaysia sudah melaksanakan ITSP. Sementara Noor Azizi[27] melaporkan 6% dari 17 PT publik di Malaysia sudah mengimplementasikan ITSP secara sempurna, 13 institusi sedang implementasi dan dua institusi masih dalam proses.
163
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
Selain masih banyak PT dalam memanfaatkan TI tidak melalui proses perencanaan secara baik, juga dilaporkan masih terjadi kegagalan meskipun sudah melalui proses ITSP. Masalah kedua ini sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan sosial organisasi[8; 9], bukan karena bangunan kerangka sistem informasi & teknologinya[8], yaitu mengesampingkan faktor manusia dan sosial organisasi yang berpengaruh besar semasa implementasi TI[22]. Kesiapan dan kemampuan staf TI dan kompetensi pengguna menjadi isu penting dalam implementasi fungsi TI. Kepakaran staf merupakan salah satu keperluan kritis untuk keberhasilan implementasi TI[34] dan keterlibatan stekeholder semasa proses ITSP merupakan bagian penting dalam keberhasilan implementasi. Walaupun sangat baik metodologi ITSP yang digunakan, faktor manusia masih menjadi tumpuan yang utama dalam proses ITSP[19]. Implementasi TI yang dilakukan secara sungguh-sungguh sebagai penyangga visi dan misi serta mencapai keunggulan kompetitif adalah sama halnya melakukan perubahan dalam organisasi. Perubahan ini terkait dengan perubahan sistem, prosedur, sumber daya manusia, sistem informasi, struktur dan kebijakan[19], sehingga menimbulkan kecemasan kepada staf organisasi[4] dan sering kali terjadi pertentangan dalam organisasi baik secara eksplisit maupun implisit[30]. Sejumlah metodologi ITSP yang dihasilkan oleh para akademisi dan praktisi masih terjadi kegagalan mencapai keunggulan kompetitif[10,11], dan tidak menjamin keberhasilan implementasi TI secara sempurna. Karena elemen-elemen ITSP lebih berfokus kepada aspek teknologi dan kurang mewadahi aspek-aspek non-teknologi. Untuk mencapai keberhasilan ITSP dalam implementasinya, perlu pendekatan yang disesuaikan dengan lingkungan organisasi. Tidak ada metodologi ITSP yang bersifat universal untuk semua bentuk organisasi, beberapa metodologi ITSP yang ada hanya boleh digunakan sebagai pendekatan[19]. Islamic Development Bank[13] mengusulkan untuk memperhatikan keadaan masyarakatnya ketika akan implementasi ICT. Ketika sebagian besar masyarakatnya muslim, maka menjadi keharusan memasukkan nilai dan prinsip Islam ke dalam proses ITSP, selain faktor sosial, politik dan budaya. Karena dalam negara sedang berkembang sering kali menolak inovasi teknologi, apalagi teknologi tidak sesuai dengan keinginan dan mengganggu budaya mereka. Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat diringkaskan bahwa (1) banyak sekali PT dalam memanfaatkan TI tidak didasarkan perencanaan strategik dan konsep serta metodologi ITSP yang ada masih terjadi kegagalan jika digunakan sebagai pedoman proses ITSP; (2) metodologi ITSP yang ada belum tentu sesuai jika digunakan pada organisasi yang mempunyai budaya, perilaku, keadaan SDM, sistem organisasi dan politik yang berbeda; (3) belum dijumpai konsep dan metodologi ITSP yang holistik dan saling terikat dengan nilai dan prinsip Islam. Oleh sebab itu, dalam paper ini bermaksud mengembangkan konsep dan metodologi ITSP yang holistik dan saling terikat dengan nilai dan prinsip Islam yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam melaksanakan proses ITSP di lingkungan PTAI, dengan rumusan “bagaimana metodologi ITSP yang holistik dan saling terikat dengan prinsip Islam”, sehingga relevan dengan kontek lingkungan PTAI khususnya dan PT di Indonesia umumnya. Metodologi ITSP berguna bagi pihak yang kurang berpengalaman karena di dalamnya menyediakan pedoman yang sistematik dalam melaksanakan proses formulasi strategi TI.
2. Kajian Literatur ITSP adalah aktivitas perencanaan yang dilakukan secara terus menerus untuk memastikan implementasi TI disejajarkan dengan strategi bisnis untuk memperbaiki proses organisasi secara efektif, menciptakan peluang bisnis dan menjadikan organisasi berdaya saing[31], hal ini menggambarkan bagaimana TI dapat mendukung visi dan misi organisasi dengan menyejajarkan TI dengan arahan strategi bisnis[7]. Dengan ITSP yang baik, maka organisasi dapat menggunakan TI lebih kompetitif, dapat mengidentifikasi tingkat pengembalian TI dan dapat meramalkan persyaratan sumber daya TI yang lebih baik[3]. Intinya, ITSP pada institusi pendidikan tinggi adalah penting untuk mencapai keberhasilan implementasi sistem informasi seluruh kampus. Sebagai kritik, konsep ITSP yang ada selama ini masih mengedepankan keberhasilan aspek teknologi, sementara kegagalan implementasi TI sebagian besar di sebabkan oleh aspek manusia dan sosial organisasi. Oleh itu metodologi ITSP perlu diciptakan yang merangkumi keberhasilan aspek teknologi sekaligus aspek manusia sebagai pengguna TI. Merujuk kepada konsep manajemen Islam, tujuan organisasi harus memikirkan nilai-nilai kemanusiaan, kesejahteraan dan kemashlahatan manusia yang merupakan falsafah sosial[2; 16], yang berpedoman kepada syariah (Zainal 1999). Maksud syariah tidak lain adalah mewujudkan kemashlahatan manusia, yakni menarik manfaat, mengelakkan kemudaratan dan menghilangkan kesusahan[37]. Mashlahah bermakna mendatangkan keuntungan bagi manusia dan menolak mudarat serta menghilangkan kesulitan bagi mereka[18]. Sementara TI tidak lebih dari sebuah alat yang menggambarkan apa dan bagaimana bermanfaat bagi manusia[28]. Di mana perencanaan merupakan fungsi yang pertama dan paling utama dalam manajemen[23; 32], yang mempunyai peranan penting mewujudkan tujuan organisasi dalam konteks manajemen Islam. Oleh sebab itu, sebuah asumsi implementasi TI akan berhasil ketika menggabungkan dua kepentingan ini. Berdasarkan kajian manajemen dan perencanaan strategik dalam pandangan Islam yang mendalam (lihat Gambar 2) menyimpulkan bahwa ada enam syarat 164
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
dalam melakukan perencanaan strategik dalam paradigma Islam, di antaranya adalah berniat bersama stakeholder, menetapkan tim pelaksana, menentukan arah tujuan organisasi, menilai dan menganalisis lingkungan, merumuskan strategi dan merancang implementasi. Setiap syarat dilandasi oleh prinsip Islam yang relevan, ada sepuluh prinsip, diantaranya bertauhid, syuura, mashlahah, adil (adl’), bertanggungjawab (mas’ul), keseimbangan (tawazun), skala prioritas (aulawiyyah), bertahap (tadaruuj), amanah dan tawakal dengan fokusnya adalah kemashlahatan TI terhadap manusia. IT/ICT harus memberikan kemashlahatan bagi manusia
Sumber wahyu Konsep perencanaan strategik
Sirah Rasulullah s.a.w terkait perencanaan strategik
IT/ICT adalah alat bagi manusia
Ciri-ciri perencanaan strategik berparadigma Islam
Syarat perencanaan strategik
Pandangan al-Attas tentang ilmu pengetahuan
Prinsip Islam dalam perencanaan strategik
Konsep ITSP konvensional
Perancangan Strategik Teknologi Maklumat Berparadigma Prinsip
Berorientasi kepada perimbangan keberhasilan antara aspek teknologi (implementasi IT/ICT) dan kejayaan aspek manusia
Konsep perencanaan strategik berparadigma prinsip Islam
Konsep manajemen Islam
Ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam
Konsep perencanaan strategik berparagima prinsip Islam Sumber
:
dimodifikasi dan diadaptasi dari Louay Safi (2001) “Ancangan Metodologi Alternatif (sebuah refleksi perbandingan metode penelitian Islam dan Barat”
Gambar 2 Kerangka Berfikir ITSP Berparadigma Islam Berdasarkan kajian konsep ITSP dalam paradigma prinsip Islam didefinisikan suatu proses menyejajarkan TI dengan strategi bisnis institusi dengan membangun sistem informasi dan mengindentifikasi serangkaian aplikasi TI yang disyaratkan dan pelaksanaannya didasarkan prinsip Islam.
3. Metodologi Kajian Untuk mengembangkan metodologi ITSP untuk PTAI dilakukan melalui lima langkah utama yaitu: Tahap pertama
Kajian literatur
Tahap kedua
Analisis metodologi ITSP-rujukan
Tahap ketiga
Tahap keempat
Modifikasi ke dalam metodologi ITSP-PTAI
Pengujian draf metodologi ITSP-PTAI
Tahap kelima
Perbincangan dan keputusan ITSPPTAI
Gambar 1 Metodologi Kajian 3.1 Analisis Metodologi ITSP Rujukan Metodologi ITSP yang dijadikan rujukan utama dalam kajian ini adalah metodologi ITSP MAMPU dan ITSP Boar. Metodologi ITSP MAMPU (Malaysian Administrative Modernisation and Management Planning Unit)[20] dirumuskan untuk memberikan pedoman agensi-agensi kerajaan yang akan mengimplementasikan TI, dengan empat tahapan utama yaitu menganalisis lingkungan bisnis (why), menganalisis lingkungan ICT (what), mengembangkan strategi ICT (how) dan mengem-bangkan rancangan implementasi (when). Sementara metodologi ITSP Boar dirumuskan untuk organisasi bisnis, dengan tiga tahapan utama yaitu (1) penilaian, yaitu menilai keadaan lingkungan yang memerlukan perhatian dan tanggapan strategi; (2) strategi, tindakan alternatif untuk menentukan apa yang sebaiknya dilakukan; dan (3) pelaksanaan, merupakan tindakan meletakkan rancangan ke dalam realitas. Kedua metodologi ini dianalisis dalam perspektif perencanaan strategi dengan paradigma prinsip Islam dengan empat parameter yaitu pro-sedur tahapan, makna isi kandungan, kelengkapan elemen, kesesuaian. Hasil analisis adalah berupa kelebihan dan kelemahan metodologi ITSP. 3.2 Modifikasi Metodologi ITSP Modifikasi merupakan proses adaptasi dari kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing ITSP rujukan. Gambar 3 merupakan proses modifikasi draf metodologi ITSP PTAI (hasilnya lihat Tabel 1). PERSPEKTIF : Perancangan strategik berparadigma prinsip Islam Model ITSP MAMPU
Model Information Technology Strategic Planning (ITSP) rujukan
Model ITSP Bernard Boar
Fokus : Visi, misi, prosedur tahapan, kelengkapan elemen dalam tahapan dan makna isi kandungan elemen Analisis : SWOT analysis approach.
Kelebihan & Kelemahan Model ITSP MAMPU
Kelebihan ITSP-rujukan
Kelebihan & Kelemahan Model ITSP Bernard Boar
Bersepadu
Modifikasi ITSP-PTAI
Draft ITSPPTAI
Gambar 3 Kerangka Kajian 3.3 Pengujian Draf Metodologi ITSP PTAI Pengujian draf metodologi ITSP PTAI ini menggunakan pendekatan penjelasan, simulasi, FGD (focus group discussion) dan wawancara mendalam dengan instrumen pengujian dalam bentuk kuesioner bersifat tertutup (1=sangat tidak 165
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
setuju/penting; 2=tidak setuju/penting; 3=kurang setuju/penting; 4=setuju/penting; dan 5=sangat setuju/penting) dan terbuka. Tabel 1 Tahapan dan Elemen Draf Metodologi ITSP PTAI No
Syarat atau tahapan
Langkah-langkah
1
Menyepakati proses ITSP (why)
1. Perbincangan bersama stakeholder dalaman institusi 2. Membentuk komite ITSP dan tim-tim projek
2
Menentukan arah tujuan lingkungan IT/ICT (what)
1. Analisis stakeholder Institusi 2. Merumuskan atau menegaskan semula visi, misi & tujuan lingkungan IT/ICT 3. Perbincangan bersama stakeholder
3
Penilaian dan analisis lingkungan institusi (where)
1. Lingkungan internal : 1) Penilaian skop institusi 2) Penilaian posisi institusi 3) Penilaian keadaan IT/ICT 2. Lingkungan eksternal : 1) Penilaian isu & tren bisnis 2) Penilaian tren IT /ICT 3) Penilaian institusi lain 3. Arahan dan Penyejajaran : 1) Mengidentifikasi strategi bisnis institusi 2) Merumuskan strategi sistem informasi 3) Menentukan strategi IT/ICT 4. Analisis hasil penilaian lingkungan 5. Kesimpulan 6. Perbincangan bersama stakeholder
4
Perumusan strategi (how)
1. 2. 3. 4. 5.
5
Rancangan implementasi IT/ICT (when)
1. 2. 3. 4.
Merumuskan pernyataan strategi Merumuskan sasaran pernyataan strategi Merumuskan manajemen perubahan Merumuskan tujuan strategi Perumusan strategi : 1) Perumusan strategi aspek teknologi 2) Perumusan strategi aspek sosial 6. Perbincangan strategi bersama stakeholder Merumuskan rancangan implementasi aspek Teknologi Merumuskan rancangan implementasi aspek sosial Ramalan implikasi keuangan Rancangan persetujuan
Partisipasi responden yang terlibat dalam pengujian sebanyak 59 orang di lingkungan PTAI, yang terdiri dari 50,85% responden profesional (66,67% pendidikan S2; 23,33% S1; 10% S3; 63,33% berprofesi akademisi; 60% praktisi; 10% konsultan dan 16,67% pimpinan unit TI PTAI; 96,67% mempunyai pengetahuan & kemahiran di bidang TI/ICT; 96,67% terlibat dalam manajemen TI; 41,38% lebih 5 tahun) dan 49.15% berstatus mahasiswa (68,97% smtr VI; 31.03 smtr VIII; 51,72% jurusan manajemen dan 48.28% jurusan informatika; 82,76% mempunyai pengetahuan dan kemahiran di bidang TI/ICT). Dari total responden 100% setuju bahwa manajemen fasilitas TI harus melalui perencanaan; 63,33% sudah faham konsep ITSP dan 90% tidak terlibat dalam proses ITSP. Analisis data menggunakan bantuan SPSS dengan pendekatan uji beda untuk menguji tingkat efektifitas ITSP dengan parameter kelengkapan elemen ITSP, sistematika susunan elemen ITSP, makna isi kandungan elemen ITSP dan kesesuaian elemen ITSP. Gambar 4 merupakan kerangka perbandingan ketiga metodologi ITSP. Sehubungan data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka kaedah statistik yang digunakan adalah non-parametrik. Kelengkapan elemen ITSP MAMPU
Kelengkapan elemen ITSP BPI
Keteraturan susunan elemen ITSP MAMPU
Keteraturan susunan elemen ITSP BPI
Kelengkapan elemen ITSP Boar Keteraturan susunan elemen ITSP Boar
Makna isi kandungan ITSP MAMPU
Makna isi kandungan ITSP BPI
Makna isi kandungan ITSP Boar
Kesesuian elemen ITSP MAMPU
Kesesuian elemen ITSP BPI
Kesesuian elemen ITSP Bernard Boar
Keberkesanan ITSP MAMPU
Keberkesanan ITSP MAMPU
Keberkesanan ITSP Bernard Boar
Gamba 4 Kerangka pengujian efektifitas ITSP Rumusan hipotesis: Ho tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat efektifitas ITSP (kelengkapan elemen, sistema-tika elemen, makna elemen dan kesesuaian). Keputusan hipotesis pada level of significance 95%, jika probability > 0.050, Ho diterima dan probability < 0.050, Ho tidak diterima.
4 Hasil dan Perbincangan Singkat Berdasarkan hasil analisis secara statistik, dapat dijelaskan sebagaimana berikut: i. Perbandingan terhadap kelengkapan elemen ITSP antara draf ITSP PTAI dengan ITSP MAMPU dan draf ITSP PTAI dengan ITSP Boar, secara statistik skor probabilitas sama-sama sebesar 0.000. Merujuk kriteria keputusan hipotesis adalah menolak Ho. Hal ini bermakna bahwa kelengkapan elemen ITSP MAMPU dan ITSP Boar tidak sama dengan kelengkapan elemen draf ITSP PTAI. Newkrik et al (2003) menyatakan bahwa kelengkapan elemen dalam tahapan yang terperinci dalam proses ITSP memberikan sumbangan besar dalam kesuksesan implementasinya. Terjadinya perbedaan ini dipengaruhi oleh tujuan dan latar belakang semasa perumusan konsep ITSP tersebut. Suatu konsep sangat dipengaruhi oleh pandangan, budaya, keagamaan, falsafah yang dipegangnya sehingga menimbulkan perbedaan metode yang dipilih oleh ahli sains[al-Attas dalam 35; 39]; ii. Perbandingan terhadap sistematika susunan elemen ITSP antara draf ITSP PTAI dengan ITSP MAMPU secara statistik ditunjukkan dengan probabilitas sebesar 0.157, sementara uji beda antara draf ITSP PTAI dengan ITSP Boar sebesar 0.083. Kedua skor pengujian lebih besar dari 0.050, yang bermakna menerima hipotesis nol (Ho) atau arti secara eksplisit draf ITSP PTAI, ITSP MAMPU dan ITSP Boar dari segi sistematika susunan elemen tidak ada perbedaan. Hal ini didasarkan bahwa dalam konteks peren-canaan strategik pada dasarnya merupakan proses sistematik menentukan arah organisasi di masa depan [1], yang meliputi pertanyaan where you want to be? Where you are? How to get there? (Bryson 2004). Cavalier [5] juga menyatakan dalam melakukan proses ITSP tidak boleh 166
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
lupa dengan pertanyaan mengapa (why) menggunakan TI? Apa (what) yang kita inginkan dengan TI? dan bagaimana (how) kita dapat mencapainya apa yang kita lakukan?; iii. Perbandingan terhadap makna isi kandungan ITSP, antara draf ITSP PTAI dengan ITSP MAMPU secara statistik ditunjukkan dengan skor probabilitas 0.001, sementara draf ITSP PTAI dengan ITSP Boar sebesar 0.000. Secara hipotesis adalah menolak Ho yang bermakna ada perbedaan makna dan maksud isi elemen ITSP PTAI lebih bernilai jika dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses ITSP di lingkungan PTAI. Dalam konteks manajemen Islam, outcome organisasi adalah memikirkan nilai-nilai kemanusiaan, kesejahteraan dan kemashlahatan [2; 16], karena walau bagaimanapun TI tidak lebih dari sebuah alat [28]. Sebagai alat, ia menggambarkan pandangan umum tentang apa dan bagaimana TI berguna dan bermanfaat bagi manusia [28]. Hivos International Newsletter [12] menyatakan ketika terjadi investasi di bidang TI, maka tidak saja diinvestasikan kepada aspek teknologinya semata, tetapi perlu diinvestasikan kepada pengembangan aspek manusia. Nampaknya ITSP MAMPU dan ITSP Boar kurang memenuhi kriteria dari beberapa pandangan di atas; iv. Perbandingan terhadap kesesuaian elemen ITSP dengan lingkungan PTAI, antara draf ITSP PTAI dengan ITSP MAMPU dan ITSP Boar secara statistik sama-sama menghasilkan skor probabilitas sebesar 0.002. Berdasarkan kriteria keputusan hipotesis adalah menolak hipotesis nol, yang bermakna ITSP MAMPU dan ITSP Boar kurang sesuai jika digunakan secara langsung sebagai pedoman dalam melakukan proses ITSP di lingkungan PTAI yang mempunyai budaya, sistem, perilaku, keadaan SDM dan sistem politik tersendiri. Dalam menggunakan metode ITSP ke dalam sebuah organisasi perlu pendekatan yang sesuai dengan lingkungan organisasi [19], ketika sebagian besar masyarakatnya Muslim, maka nilai dan prinsip Islam perlu dimasukkan ke dalam proses ITSP secara langsung [13]. Dalam budaya institusi Islam, lebih suka dengan perbincangan, perbualan dan keterlibatan dalam segala keputusan; v. Pengujian secara simultan, baik pengujian antara draf ITSP PTAI dan ITSP MAMPU mahupun dengan ITSP Boar secara statistik sama-sama ditunjukkan dengan skor probabilitas sebesar 0.000, yang bermakna ada perbedaan tingkat efektifitas ITSP. Kesimpulan lebih luas adalah draf ITSP PTAI lebih efektif jika dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan perencana-an di bidang IT/ICT di lingkungan PTAI di Indonesia. Walaupun hasil dari pengujian terhadap metodologi ITSP rujukan adalah kurang efektif jika digunakan sebagai pedoman secara langsung dalam melakukan proes ITSP di lingkungan PTAI, tetapi bukan berarti ITSP rujukan tidak baik. Secara statistik deskriptif, beberapa elemen dalam tahapan ITSP masih dianggap penting. Rata-rata tanggapan responden 83,33% menyatakan penting terhadap elemen analisis lingkungan bisnis pada metodologi ITSP MAMPU; 84,56% menyatakan penting terhadap elemen analisis lingkungan ICT; 85,22% menyatakan penting terhadap elemen mengembangkan strategi TI dan 90% menyatakan penting dengan elemen tahapan mengembangkan rancangan implementasi TI. Sementara rata-rata tanggapan responden terhadap metodologi ITSP Boar, secara berturut-turut 85,02% menyatakan penting terhadap elemen penilaian lingkungan; 87,59% terhadap elemen strategi dan 87,13% terhadap elemen pelaksanaan. Sedangkan rata-rata tanggapan responden draf metodologi ITSP PTAI adalah 91,22% menyatakan penting terhadap elemen tahapan menyepakati proses ITSP; 88,04% terhadap elemen menentukan arah tujuan lingkungan TI/ICT; 85,28% terhadap elemen penilaian dan analisis lingkungan; 85,19% terhadap elemen perumusan strategi; dan 93,16% terhadap elemen rancangan implementasi TI/ICT. Berdasarkan hasil analisis ini dan beberapa masukan serta hasil wawancara dengan responden, metodologi ITSP PTAI dapat dirumuskan sebagaimana Lampiran 1 (penjelasan tahapan dan elemen ada pada penulis).
5
Kesimpulan
Walaupun ITSP MAMPU dan ITSP Boar kurang efektif dijadikan pedoman secara langsung dalam melaksanakan proses ITSP di PTAI, tetapi tahapan dan elemen sebagai langkah-langkah proses ITSP masih penting dijadikan rujukan. ITSP MAMPU dirumuskan untuk agensi-agensi publik di Malaysia yang tentunya mempunyai sistem birokrasi, budaya, kesiapan SDM, sistem politik yang berbeda dengan konteks Indonesia. Sementara ITS Boar dirumuskan untuk organisasi bisnis, di mana organisasi sangat berbeda dengan organisasi publik dalam berbagai-bagai hal, meskipun ada sedikit kesamaan. Metodologi ITSP PTAI dirumuskan berdasarkan latar belakang organisasi PTAI melalui paradigma Islam sebagai pendekatan dalam melaksanakan proses ITSP dengan lima tahapan utama, setiap tahap mempunyai beberapa aktivitas dan sub aktivitas. Setiap tahapan dilandasi dan dikontrol oleh prinsip Islam yang harus dijiwai oleh tim perancangan sebagai pendekatan dalam proses ITSP.
6
Rekomendasi
Metodologi ITSP PTAI yang diusulkan ini ada beberapa kelebihan dan kelemahan, untuk mengurangi kelemahan di rekomendasikan kepada pihak yang berminat dalam bidang yang sama untuk menguji kembali secara tunggal terhadap metodologi tersebut. Karena juga metodologi ini belum tentu sesuai digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses ITSP pada organisasi lain.
167
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
Daftar Pustaka [1] Allison, Michael & Kaye, Jude. (2005). Perencanaan strategis bagi organisasi nirlaba. (pedoman praktis & buku kerja. Terj. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. [2] Azman, Che Omar. (2003). Pengurusan di Malaysia dari perspektif Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. [3] Basu, V., Hartono, E., Lederer, A.L., Sethi, V. (2002). The impact of organizational commitment, senior management involvement, and team involvement on strategic information systems planning. Information and Management. 39(6): 513-524. [4] Boar, Bernard, H. (2001). The art of strategic planning for information technology. Ed. ke-2. New York: John Wiley and Sons, Inc. [5] Bryson, M., John. (2004). Strategic planning for public and nonprofit organizations (A guide to strengthening and sustaining organization achievement). Ed. ke-3. San Francisco: John Wiley & Sons. [6] Cavalier, C., Jamie. (2002). The forgottem question in information technology strategy planning. Journal Planning for Higher Education. September-November 31(1): 4-14. [7] Fitzmaurice, Michael. (2000). Teknology strategic planning. http://web.ukonline. co.uk/ mfitz/compro2.html [8] Gwo, G.L. & Rong, J.B. (2003). Organizational mechanisms for succesful IS/IT strategic planning in the digital era. Journal Management Decision. 41(/): 32-42. [9] Hackney, R. & Little, S. (1999). Opportunistic strategy formulation for IS/IT planning. European Journal of Information Systems. 8():119-126. [10] Hartono, Edward. Albert L. Lederer, Vijay Sethi, Youlong Zhuang. (2003). Key predictors of the implementation of strategic information systems plans. The Data Base for Advances in Information Systems. Summer. 34(3): 41-53. [11] Hevner, A.R. & Studnicki, J. (2000). Strategic information systems planning with box structures. Proceedings of the 33rd Hawaii International Conference on System Science 2000. p. 1-11. [12] Hivos International Newsletter. (2006). Penggunaan ICT dalam Organisasi Masyarakat Sipil. July. 12(2):3-5. Terdapat di http://slaksmi.wordpress.com [13] IDB (Islamic Development Bank). (2003). Guideline for a national IT strategy. Jeddah: Islamic Research and Training Institute. [13] Indrajit, Eko, R. & Djokopranoto, R. (2006). Manajemen perguruan tinggi modern. Yogyakarta: Andi. [14] Ismail, N.A., Raja Mohd Ali, R.H., Mat Saat, R., Mohd. Hasbullah, H. (2006). Information technology usage among public institutes of higher learning in Malaysia. Unpublished research report, Faculty of Accounting, Universiti Utara Malaysia. [16] Ismail, Nor. (2000). Kepimpinan Nabi Muhammad SAW (pengurusan altrustik model ikutan sepanjang masa, perbandingan silang dengan kepimpinan dan pengurusan semasa. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributions Sdn. Bhd. [17] Jafril, Khalil. (2001). Konsep dan falsafah perundangan Islam. Dlm. Siti Zalikhah Haji Md. (penyt.). Al-Syariah (konsep dan perundangan Islam), Jil. 1, hlm. 1-19. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. [18] Khallaf, Wahab, Abdul. (1996). Kaidah-kaidah hukum Islam (ilmu usul fiqh). Cet. ke-6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [19] Malik, Raja, Mohamed. (2003). Practical approach to ICT strategic planning. Kuala Lumpur: Institut Tadbiran Awam Negara (INTAN). [20] MAMPU. (2003). Standars, policies and guidelines Malaysia public sector ICT strategis plan guide. [21] McClea, Michael & Yen, C., David. (2005). A framework for the utilization of information technology in higher education admission departmen. International Journal of Educational Management. 19(2):87-101. [22] McDonagh, Joe & Coghlan, David. (2000). Sustaining the dilemma with IT-related change: the fortuitous role of academia. Journal of European Industrial Training. 24(5): 297-304. [23] McNamara, Carter. (2001). Strategic planning (in nonprofit of for-profit organizations). http://www.managementhelp.org/np_progs/sp_mod/str_plan.htm [24] McRobbie, M.A., & Palmer, J.G. (2001). Strategic and financial planning for information technology in higher education. Forum Strategy Series. ()3: 127-140 [25] National-Louis University (NLU). (2004). Information Technology Strategic Plan FY 2004-2007. Updated by the NLU IT Stretgic Planning Team with Support from Sungard-Collegis Strategic Services. http://oit.nl.edu/documents/NLU20042007StrategicPlan.pdf [26] Newkirk, H.E., Lederer, A.L., Srinivasan, Cidambi. (2003). Strategic information system planning: too little or too much?. Journal of Strategic Information System. 12(): 201-228. [27] Noor Azizi, Imail., Raja Haslinda Raja Mohd. Ali, Rafeah Mat Saat, Hafizah Mohamad Hasbollah. (2007). Strategic information systems planning in Malaysian public universities. Campus-Wide Information System. 24(5): 331-341. [28] Orlikowski, W.J. & Iacono, C. S. (2001). Desperately seeking the “IT” in IT research – a call to theorizing the IT artifact. Information System Research. Juni. 12(2). [29] Razak, Abd.Hamdan & Deraman, Aziz. (2008). Menuju kampus digital (e-kampus). Paper Seminar Internasional. 2 Juni 2008. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang [30] Robbins, P.Stephen. (2003). Organizational behavior. New Jersey: Prentice Hall. 168
Konferensi Nasional Sistem dan Informatika 2008; Bali, November 15, 2008
KNS&I08-030
[31] Rogerson, S. & Fidler, C. (1994). Strategic Information Systems Planning: Its Adoption and Use, Information Management and Computer Security, (2),1-7. [32] Rowley, James, Daniel & Sherman, Herbert. (2002). Implementing the strategic plan. Journal Planning for Higher Education. Summer: 5-14 [33] Semiawan, Transmissia & Middleton, Michael. (1999). Strategic information planning and campus information systems development in Indonesia. Journal Campus-Wide Information System. 16(2): 70-76. [34] Titthasiri, Wanwipa. (2000). Information technology strategic planning process for institutions of higher education in Thailang. NECTEC Technical Journal. III(11): 153-164. [35] Wan Mohd. Nor, Wan Daud. (1998). Filsafat dan praktik pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas. Terj. Hamid Fahmy, M. Arifin Ismail & Iskandar Amel. Bandung: Mizan. [36] Yaakup, N., Mat Saat, R., Raja Mohd Ali, R.H. (2005). Strategic information system planning in private universities in Malaysia: an exploratory study. Proceeding of International Conference on e-Commerce 2005. 226-230. [37] Yahya, Mukhtar & Rahman, Fatchur. (1993). Dasar-dasar pembinaan hukum (fiqh-Islam). Cet. ke-3. Bandung: AlMa’arif. [38] Zainal, Abidin Mohamed. (1999). Perancangan strategik dan industri pendidikan. Dlm. Zainal Abidin Mohamed (penyt.). Pengurusan strategik di sektor pendidikan, hlm. 1-30. Serdang: Universiti Putra Malaysia. [39] Zawiyah, Mohammad Yusof & Masnizah, Mohd. (2005). Sains Social & Teknologi Maklumat. Ed.Kedua. Malaysia: Pearson Prentice Hall.
169