Minat Belajar Sosiologi Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
Student ... 37 Qym, Pengertian Minat, artikel di akses pada 12 oktober 2009.
MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DALAM PEMBELAJARAAN KOOPERATIF DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS XI DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)
Oleh
LILIS KOMARIAH 107015003750
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Lilis Komariah
NIM
: 107015003750
Jurusan
: Pendidikan IPS
Judul
: Minat Belajar Sosiologi Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
No.
Referensi
1. Abdurrahman,Meaningful Learning Re-Invensi kebermaknaan pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2007 2. Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang SISDIKNAS, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Cet. 3, , 2003 3. 4.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 6, 2001 _________________, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, cet. 4, 2007
5.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV.Atlas, 1998
6.
Friesda, Neng Jamilah F, Penerapan Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi, Jakarta: UIN, Jakarta, 2008.
7.
Hernawan, Asep Herry, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung, UPI Press, cet. 1, 2007
8.
Imron , Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya,
Paraf
Cet. 1, 1996 9. Isjoni, Pembelajaran Visioner, Jakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1, 2007 10. _____, Pembelajaran Kooperatip, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet.1, 2009 11. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, cet. 1,2006 12. Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Gaung Persada Press, cet.1, 2009 13.
Junaedi, dkk.., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, Jakarta: PGMI, cet. 1, 2008
14
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama Dedi, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Indeks, cet. 3, 2009
15
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung, Remaja Karya CV, 1973
16
Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003
17
Permendiknas
No
22
Tahun
2006
Tentang
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar, 18 Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, cet. 2, 1995 19
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, cet. 5, 2006
20
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, cet. 10, 2003
21
Shadily, Hassan, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 12, 1993
22
Shaleh , Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta, Kencana, cet. 1, 2004
23
Slavin, Robert E, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology, Jakarta: Indeks, cet. 1, 2009
24
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. 25, 1990
25. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 13, 2003 26 ____________, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Garapindo Persada, 2007 27 Syah,
Darwyan,
dkk.,
Perencanaan
Sistem
Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, cet. 1, 2006 28
Syam, Jonny, Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004
29
Tim Penyusun , Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
30
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka, cet. 1, 2007
31
Waskito, A. A, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Wahyu Media, cet. 1, 2009
32 Wisadirana, Darsono, Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press, cet. 1, 2004 33
Witherington, H. C, dkk., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, Bandung, Jemmars, cet. 3, 1986
34
Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Grasindo, cet. 4, 1996
35
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, cet. 2, 2004
36
Widyaningrum, Retno, Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan Pembelajaran Kontekstual, Jurnal Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0.
2 Juli-Desember, 2005 37
Qym, Pengertian Minat, artikel di akses pada 12 oktober 2009 dari:http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertianminat.htm
38
Zanikhan, Minat Belajar Siswa, artikel di akses pada 12 oktober2009dari:http://zanikhan.multiply.com/journal/ite m/1206
Jakarta, 24 Nopember 2010 Pembimbing,
Drs. H. Nurochim, MM. NIP: 195907151984031003
PERSETUJUAN PEMBIMBING
MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DALAM PEMBELAJARAAN KOOPERATIF DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS XI DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)
Oleh:
LILIS KOMARIAH NIM: 107015003750
Pembimbing,
Drs. H. Nurochim, MM NIP. 195907151984031003 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skripsi berjudul “ Minat Belajar Sosiologi Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD)”, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah, pada tanggal 17 Februari 2011 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta, 21 Februari 2011
Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Jurusan)
Tanggal
Drs. H. Nurochim, MM NIP: 19590715 198403 1 003
................................
Tanda Tangan
(............................)
Penguji I Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP: 19730424 200801 1 012
................................
(............................)
..................................
(............................)
Penguji II Drs. H. Syaripulloh, M.Si NIP: 19670909 200701 1 003
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 19571005 198703 1 003
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Lilis Komariah
NIM
: 107015003750
Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS)
Alamat
:Ds. Bolang, Kec. Tirtajaya, Karawang
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul: MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DALAM PEMBELAJARAAN KOOPERATIF DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS XI DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
: Drs. H. Nurochim, MM
Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 24 November 2010 Yang menyatakan
Lilis Komariah
ABSTRAK
Lilis Komariah. Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Minat Belajar Sosiologi dalam Pembelajaraan Kooperatif Dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Di Kelas XI MA Pembangunan UIN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui minat belajar sosiologi siswa serta untuk meningkatkan minat belajar sosiologi siswa dalam proses pembelajaran sosiologi siswa di kelas XI. Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemudian instrument yang digunakan adalah instrument tes yang berupa pretest dan postes, serta instrument nontes berupa lembar angket, lembar observasi, jurnal harian siswa, catatan lapangan, dan lembar wawancara. Hipotesis tindakannya adalah Jika pembelajaran sosiologi dilakukan dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD), maka siswa akan memiliki minat yang tinggi. Adapun indikator keberhasilannya yang dicapai adalah 80 dari KKM > 70. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan bahwa adanya minat belajar sosiologi tinggi yaitu dengan dibuktikan siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran serta ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar sosiologi siswa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata N-Gain siklus I adalah 0,49. Sedangkan siklus II rata-rata N-Gainnya mencapai 0,62. Berdasarkan analisa angket, respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode STAD adalah sebagian besar baik, yaitu mencapai 100%. Dapat disimpulkan bahwa adanya minat belajar sosiologi siswa tinggi dari siklus I ke siklus II yaitu dalam pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode STAD. Setelah belajar dengan metode STAD siswa menjadi lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: Minat Belajar, Hasil Belajar, Sosiologi, Metode STAD
i
ABSTRACT
Lilis Komariah. Social Science Education Departement Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training. The student interesting for subject of sociology through the educational cooperative with Method Student Team Achievement Division (STAD) in Class XI MA Pembangunan UIN Jakata. The purpose of this study is to determine interest in studying sociology students as well as to increase interest in studying the sociology of sociology students in the learning process of students in class XI. The method used in this study is the method of Classroom Action Research (CAR). Then the instrument used is a test instrument in the form of pretest and posttest, and the instrument nontest a questionaire sheet, observation sheets, students' daily journals, field notes, and interview sheet. Hypothesis If the action is a sociological study carried out through cooperative learning with the method of Student Team Achievement Division (STAD), then students will have a high interest. The indicator of success was 80 of KKM> 70. From the research shows that students' acquisition of teaching materials shows that the high interest in learning sociology is to prove the students become more active in the learning process as well as indicated by an increase in sociology student learning outcomes from cycle I to cycle II. The average value of N-Gain cycle I is .49. While the average cycle II N-Gain reached 0.62. Based on the analysis of questionnaire, students' response after studying sociology with STAD method is mostly good, reaching 100%. It can be concluded that the presence of high student interest in learning sociology from cycle I to cycle II is through a cooperative learning method STAD. After studying with STAD method students become more active and fun in the learning process. Keywords: Interest in Learning, Learning Outcomes, Sociology, STAD Methods
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan dalam segala kebaikan. Shalawat dan salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul pembawa pencerahan dan perdamaian bagi seluruh umat. Atas rahmat, barokah, dan hidayah, serta ridha Allah SWT., penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir penulis untuk menyelesaikan studi di jenjang Strata Satu (S1) Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2.
Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus sebagai pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi. yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.
3.
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.Yang senantiasa telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, kritik dan saran kepada penulis dalam megerjakan skripsi.
4.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan segudang ilmu pengetahuan.
5.
Pimpinan perpustakaan UIN beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.
6.
Untuk Ibunda tercinta (Ibu Hj. Rosyidah),Ayahanda (Bpk. Aep Saepulloh) yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa, dan bantuan baik moril maupun materil. Serta beserta seluruh sanak keluarga, yang selalu memberikan penulis semangat dan motivasi.
iii
7.
Untuk Habibi Aa Salapuddin “Ichal” yang senantiasa memanjatkan do’a kepada-Nya untuk kesuksesan penulis, memberikan motivasi, serta senantiasa menemani penulis dalam setiap kondisi, baik suka maupun duka.
8.
Untuk kaka qu k’Lulu El-Maknun terima kasih atas support dan bantuannya.
9.
H. Darul Janin, S.Ag Kepala MA Pembangunan UIN Jakarta khususnya kepada guru sosiologi Bapak Wage Wardana, S.Pd, yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan PIPS angkatan 2005, 2006 dan 2007 (khususnya Sutarsih, Ello Humaeroh, Wijay, dewi Atikoh, Hilda Rizqiani, Vivi dan Diah), kalian semua telah memberikan motivasi, bantuan dan warna, dalam hidup penulis. 11. Teman-teman Tim SMM ISO 9001:2008 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan do’a, serta dukungan kepada penulis. 12. Teman-teman kosn untuk Adeku Syifa Fauziah,Adeku Rani, Diah, Ilmi dan Tetehku Aida Fitriati dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi, kritik dan saran buat penulis. 13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis. Dan semoga apa yang telah seluruh pihak berikan kepada penulis, baik doa, bantuan moril maupun materil, motivasi dan pengalaman. Semoga mendapatkan balasan dan berokah dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 24 Nopember 2010 Penulis
Lilis Komariah
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PERNYATAAN ABSTEAKSI…………………………………………………………………….i ABSTRACT……………………………………………………………………..ii KATA PENGANTAR……………………………………………………….....iii DAFTAR ISI……………………………………………………………………v DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..vii DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………viii DAFTAR TABEL………………………………………………………………ix DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………..1 B. Identifikasi Masalah………………………………………….7 C. Pembatasan Masalah…………………………………………7 D. Perumusan Masalah………………………………………….8 E. Manfaat Penelitian……………………………………………8
BAB II
KAJIAN TEORI A. Hakekat Minat Belajar……………………………………….9 B. Hakekat Sosiologi…………………………………………….22 C. Hakekat Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD)………………………...27 D. Kerangka Berpikir…………………………………………..39 E. Hipotesis Tindakan…………………………………………..40 F. Penelitian yang Relevan……………………………………..40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian……………………………………………42 B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………..42 C. Metode Penelitian…………………………………………...43 v
D. Subjek Penelitian…………………………………………46 E. Peran dan Posisi dalam Penelitian………………………46 F. Tahapan Intervensi Tindakan…………………………..46 G. Hasil Intervensi /Tindakan yang diharapkan…………..47 H. Instrumen Pengumpulan Data…………………………..47 I. Teknik Pengumpulan Data………………………………52 J. Pemeriksaan Keterpercayaan……………………………53 K. Teknik Analisa Data……………………………………...56 BAB IV
DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah………………………………58 B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan……………………….64 C. Pemeriksa Keabsahan Data……………………………...70 D. Analisa Data………………………………………………71 E. Interpretasi Hasil Analisa………………………………...86 F. Pembahasan Temuan Penelitian………………………....91
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………..93 B. Saran………………………………………………………94
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….95 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 N-gain Suklus I Grafik 4.2 N-gain Siklus II
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus I Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus II Tabel 3.5 Kisi-Kisi angket Tabel 4.1 Daftar Nama Guru MA Pembangunan UIN Jakarta Tabel 4.2 Jumlah Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta Tabel 4.3 Fasilitas Belajar Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus I & Siklus II Tabel 4.5 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pebelajaran pada Siklus I Tabel 4.6 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pebelajaran pada Siklus II Tabel 4.7 Rekapitulasi Respon Siswa pada Siklus I & Siklus II Tabel 4.8-422 Hasil Analisis Angket
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RPP Siklus I Pertemuan Pertama LAMPIRAN 2 RPP Siklus II Pertemuan Pertama LAMPIRAN 3 Hand Out Siklus I & Siklus II LAMPIRAN 4 Soal Siklus I LAMPIRAN 5 Soal Siklus II LAMPIRAN 6 Kunci Jawaban Siklus I & Siklus II LAMPIRAN 7 Hasil wawancara guru pada saat observasi LAMPIRAN 8 Hasil wawancara Siswa pada saat observasi LAMPIRAN 9 Catatan Lapangan Siklus I LAMPIRAN 10 Catatan Lapangan Siklus II LAMPIRAN 11 Lembar Observasi aktivitas Guru Siklus I LAMPIRAN 12 Lembar Observasi aktivitas Guru Siklus II LAMPIRAN 13 Lembar Observasi aktivitas Siswa Siklus I LAMPIRAN 14 Lembar Observasi aktivitas Siswa Siklus II LAMPIRAN 15 Lembar Angket Minat Belajar Sosiologi Siswa LAMPIRAN 16 Pedoman Wawancara Siswa pada saat Observasi LAMPIRAN 17 Pedoman Wawancara Guru pada saat Observasi LAMPIRAN 18 Hasil Belajar Siklus I LAMPIRAN 19 Hasil Belajar Siklus II LAMPIRAN 20 Uji Validitas Instrumen Siklus I LAMPIRAN 21 Uji Validitas Instrumen Siklus II LAMPIRAN 22 Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I LAMPIRAN 23 Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II LAMPIRAN 24 Rekap Analisis Butir Soal Siklus I LAMPIRAN 25 Rekap Analisis Butir Soal Siklus II LAMPIRAN 26 Poto dalam PBM LAMPIRAN 27 Soal & Jawaban Siklus I LAMPIRAN 28 Soal & Jawaban Siklus II
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa, karena pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk mampu bersaing dengan Negara-negara lain. Abdurrahman berpendapat bahwa: Pendidikan adalah transfer pengetahuan dan nilai (knowledge and value). Dari kedua transfer tersebut setiap manusia menyerap ilmu dan meresapi nilai-nilai yang ada pada satu disiplin ilmu. Kedua transfer tersebut akan berjalan optimal bila setiap manusia menyatu dalam proses belajar mengajar dengan mencurahkan segenap dimensi kemanusiaannya untuk menangkap dan mengendapkan segala materi. Menangkap, mengendapkan dan mentransformasikan segala yang didapat dari proses transfer itulah inti proses belajar mengajar. Maka proses yang demikian adalah salah satunya didapatkan melalui pendidikan.1 Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Hal ini diperkuat dengan adanya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang sistem pendidikan nasional yaitu “bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta 1
Abdurrahman, Meaningful Learning Re-Invensi Kebermaknaan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 1, h. 3
1
2
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang”.2 Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 20 pada pasal 5 ayat (1) yaitu “bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.3 Sehingga masyarakat bisa mengembangkan potensi dirinya dalam kegiatan pembelajaran. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai pedoman ajarannYa menegaskan kepada umatnya agar mengembangkan potensi akal yang ada pada dirinya. Islam begitu mementingkan pendidikan, bahkan ayat yang pertama turun (Qs. Al-Alaq) berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan perintah untuk belajar. Bunyi surat tersebut beserta artinya adalah sebagai berikut:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang telah mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.4 Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa maksud Allah mengajar manusia, yaitu dengan perantara tulis dan baca sehingga manuasia memiliki ilmu pengetahuan serta dapat berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan.
2
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang SISDIKNAS, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003 ), Cet. 3, h. 33 3 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru…, 3, h. 263 4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV.Atlas, 1998), hal. 1079
3
Disebut pula dalam Al-Quran bahwasanya Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang berilmu dengan mempergunakannya secara benar. Sesuai Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadallah ayat 11: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.5 Darwyan Syah mengatakan perkembangan zaman pada era globalisasi dewasa ini, pendidikan menjadi sangat penting. Bila pendidikan dalam suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masyarakat tersebut akan semakin berkualitas dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari semakin ketat dan keras dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam kondisi semacam ini maka sumber daya manusia yang berkualitas mampu menghadapi persaingan dalam aktivitas kehidupan. Pada dasarnya kualitas sumber daya manusia menjadi peran utama dalam menentukan aktivitas dalam berbagai sektor pembangunan baik pembangunan fisik maupun nonfisik.6 Pendapat Isjoni mengenai pendidikan bahwa “sumber daya manusia yang berkualitas sangat dituntut oleh motivasi dan kerja keras dari manusia itu sendiri.”7 Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam mempersiapkan
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, hal. 910 Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), cet. 1, h. 34 7 Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), h.11 6
4
dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi secara global yang kian hari semakin jelas dan terasa dampaknya terhadap aktivitas kehidupan masyarakat. Adapun proses pendidikan merupakan aktivitas yang sangat panjang dan penuh dengan perencanaan yang matang dengan tujuan dan fungsi yang jelas seperti yang tertuang dalam undangundang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8 Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang baik maka pemerintah menjalankan berbagai kebijakan dalam pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan Nasional. Adanya program wajib belajar enam tahun kemudian ditingkatkan menjadi wajib belajar sembilan tahun. Hal ini merupakan salah satu bukti, pemerintah benar-benar ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada pengembangan kemampuan. Untuk itu, Depdiknas mengembangkan suatu kurikulum dasar berbasis kompetensi dengan mengacu pada empat pilar pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO yang di kutip oleh Mulyasa yaitu “belajar memahami (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar bekerjasama atau hidup dalam kebersamaan (learning live together)”.9 Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menetapkan kurikulum SMU/SMA pada mata pelajaran Sosiologi. Pendidikan Sosiologi sebagai salah satu mata pelajaran di 8 9
Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran..., h. 2 E, Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 5
5
lembaga pendidikan memiliki peran penting yang sangat strategis dalam pembinaan kompetensi peserta didik. Adapun menurut Darsono Wisadirana Sosiologi dapat didefinisikan “sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hidup dan kehidupan masyarakat dan sosiologi memusatkan perhatian pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum”.10 Maka dari itu, pemerintah dan guru harus bekerjasama untuk menciptakan suatu pembelajaran yang baik. Salah satunya adalah dalam meningkatkan kualitas mata pelajaran Sosiologi yang bertujuan supaya siswa bisa menguasai mata pelajaran tersebut, tentunya dengan minat yang tinggi. Kualitas pembelajaran Sosiologi yang dilaksanakan guru dan siswa sangat ditentukan oleh kualitas metode pembelajaran yang dirancang oleh guru. Menentukan metode pembelajaran Sosiologi merupakan langkah yang paling penting, dalam hal ini seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu macammacam aspek pembelajaran yang diajarkan, baik itu aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam pengembangan pembelajaran sosiologi banyak siswa yang kurang menyerap pelajaran yang diberikan, hal ini disebabkan kurangnya minat belajar siswa bahkan proses belajar mengajar Sosiologi sendiri sampai saat ini belum mencapai efektif. Biasanya guru hanya mengacu pada satu metode saja, atau hanya diskusi biasa saja tanpa mengacu pada pemahaman maupun keterampilan siswa yang seharusnya dilatih, sehingga siswa merasa bosan, tidak merasa dilibatkan secara aktif dan akhirnya siswa tidak memahami materi yang diajarkan guru. Dalam kegiatan belajar yang pasif maka siswa tidak bisa berkontribusi dalam membangun pengetahuan. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh bagi minat belajar siswa, baik pada pelajaran Sosiologi maupun pada pelajaran lainnya, dan akan memberikan dampak yang buruk pula bagi pertumbuhan pendidikan nasional.
10
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004) h. 9-10
6
Berdasarkan uraian di atas metode sangat memegang peranan penting dalam pembelajaran serta dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Darwyan Syah berpendapat metode mengajar merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode yang digunakan, maka makin efektif dan efisien kegiatan pembelajaran yag dilakukan antara guru dan siswa, yang pada akhirnya akan mengetahui minat belajar dan menghantarkan keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian guru harus tepat memilih metode apa yang akan digunakan dalam mengajar dengan melihat tujuan belajar yang hendak dicapai, situasi dan kondisi serta tingkat perkembangan siswa.11 Pemilihan metode pembelajaran sosiologi yang digunakan oleh guru hendaklah siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi dalam membangun pengetahuan Serta bertanggung jawab terhadap apa yang ia konstuksikan. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan pengetahuan dalam bentuk siap kepada siswa yang akan menerimanya secara pasif. Maka diperlukan pendekatan pembelajaran kooperatif. Dalam meguasai keterampilan atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat melibatkan siswa aktif adalah metode Student Teams Achievement Division (STAD). Metode yang dimaksud adalah diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Berdasarkan hal di atas diperkuat oleh Isjoni mengenai pembelajaran dengan kooperatif dengan metode STAD ini agar guru menyediakan kesempatan-kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah dengan tujuan agar memotivasi siswa untuk mendorong minat belajar siswa dan saling membantu di antara mereka dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan oleh guru.12
11 12
Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem..., h. 133 Isjoni, Pendidikan..., Hal.70-73
7
Dengan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana minat belajar sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) di MA Pembangunan UIN Jakarta kelas XI. Penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut dan akan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: “MINAT BELAJAR SOSIOLOGI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN
ACHIEVEMENT
DIVISION
METODE (STAD)
STUDENT
KELAS
XI
TEAM DI
MA
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah Telah diketahui Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi. 2. Tidak adanya variasi metode yang digunakan guru pada mata pelajaran sosiologi sehingga siswa menjadi jenuh dan tidak adanya minat belajar. 3. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran Sosiologi. 4. Efektifkah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan minat belajar sosiologi siswa.
C. Pembatasan Masalah Agar memudahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi permasalahan skripsi ini sebagai berikut: 1. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi 2. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran Sosiologi 3. Efektifkah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan minat belajar Sosiologi siswa.
8
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana minat belajar siswa dalam mata pelajaran Sosiologi ? 2. Bagaimana interaksi belajar siswa pada pelajaran Sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD)? 3. Apakah pembelajaran kooperatif dengan metode STAD secara efektif dapat meningkatkan minat belajar siswa pada kelas XI MA Pembangunan UIN Jakarta?
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat penelitian yang peneliti kaji ini diharapkan dapat menambah wawasan khususnya bagi peneliti 2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi dalam
pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD 3. Bagi guru IPS dapat meningkatkan minat belajar di kelas dengan baik, khususnya pada mata pelajaran Sosiologi 4. Untuk mahasiswa khususnya Mahasiswa jurusan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan agar menggunakan metode yang bervariatif sehingga tidak membosankan siswa 5. Bagi instansi sekolah diharapkan untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya dalam pembelajaran yang efektif dengan menggunakan metode yang bervariatif . 6. bagi pembaca diharapkan dapat memberi pandangan yang lebih kreatif dari penulisan skripsi ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini mamiliki Tujuan agar peneliti mengetahui peningkatan minat belajar sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD).
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah MA Pembangunan UIN Jakarta kelas XI. Adapun waktu yang dipergunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah tiga (3) bulan yaitu dari bulan Juli sampai bulan September 2010. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Persiapan dan perencanaan
Juni
Juli
Agu
√
Observasi (studi lapangan)
√
Kegiatan penelitian
√
√
42
Sept
Okt
Nov
43
√
Analisis data
√ √
Laporan penelitian
C. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal Classroom Action Research. Adapun “esensi dari action research yang terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang dialami untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran
atau
penyempurnaan
peningkatan
proses
dan
praktik
pembelajaran”.1 Penelitian
tindakan
kelas
yang
menekankan
pada
penerapan
pembelajaran koperatif dengan metode Student Team Achievement Divisions (STAD). Adapun dalam “pembelajaran dengan metode STAD memiliki tahapan-tahapan yang terdiri dari: 1) menyajikan pmateri, 2) siswa bekerja dalam kelompok, 3) memberi kuis, 4) perhitungan skor, 5) memberi penghargaat atau reward ”.2 tahapan ini dilakukan dalam peningkatan minat belajar sosiologi. Dalam penelitian, peneliti menggunakan kegiatan rangkaian siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan (Planning) “Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Tahap awal penelitian yaitu menyiapkan Skenario pembelajaran yaitu dengan menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung”.3kemudian perencanaan
yang
tahap
matang
persiapan setelah
yang
mengetahui
dilakukan
adalah
masalah
dalam
pembelajaran seperti membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran 1
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), cet. 3, h. 44 2 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan… h. 24 3 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. 4, h. 18
44
(RPP), menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari: soal atau tes yang harus dikerjakan siswa,lembar observasi, dan lembar wawancara 2. Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan ataupun juga melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu menggunakan tindakan di kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD. 3. Pengamatan (Observation) Tahap ke-3, yaitu selama tahap pelaksanaan penelitian yaitu dilakukan kegiatan pengamatan atau observasi terhadap perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Adapun “Observasi adalah proses pengambilan data dalam peneliti dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian”.4 Kemudian observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Begitu juga observasi dilakukan untuk mengetahui aktvitas belajar siswa,
untuk
mengetahui
kendala-kendala
yang
dihadapi
dalam
mengaplikasikan pembelajaran serta menilai tindakan-tindakan yang sudah baik dan tindakan yang masih perlu diperbaiki. Kemudian pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa serta pendapat siswa mengenai pembelajaran yang diharapkan maka oleh guru, siswa diperintah untuk membuat buku harian siswa dikelas. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun data kuantitatif terdiri Dari hasil belajar siswa baik melalui pretest maupun postest dan data tentang pendapat siswa dari angket, sedangkan data kualitatif terdiri dari data tentang aktivitas belajar siswa dari hasil observasi dan pendapat siswa dari hasil angket ataupun wawancara.
4
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), cet. 3, h. 66
45
4. Refleksi (Reflecting) “Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini, hasil yang didapat dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan perencanaan”.5 Maka hasil dari analisis tersebut akan digunakan sebagai pedoman untuk merencanaan siklus berikutnya. Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Disain Intervensi Tindakan /Rancangan Siklus Penelitian
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 1
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK).6
5 6
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan…h. 19 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. 4, h. 16
46
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang dimaksud mengarah pada subjek yang menjadi sasaran penelitian ini, subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan atau praktisi, juga sebagai perancang kegiatan. Praktisi membuat perencanaan kegiatan, kemudian melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Adapun dalam penelitian ini, dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran sosiologi kelas XI yang bertindak sebagai observer atau pengamat. F. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus, yaitu:
Tabel 3.2 Tahap Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Kegiatan Observasi ke Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta Mengurus surat izin penelitian Melakukan wawancara terhadap guru sosiologi dan wawancara kepada siswa kelas XI IPS Analisis dan refleksi dari kegiatan penelitian pendahuluan Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Membuat instrument Soal penelitian Melakukan uji coba insrumen Soal Melakukan uji validitas, reabilitas Menyiapkan perlengkapan penelitian Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan diawali pemberian pretest Appersepsi: guru memberikan pertanyaan Penyampaian tujuan pembelajaran khusus Melaksanakan langkah pemeblajaran kooperatif dengan metode student teams divisions achievement (STAD) Kesimpulan materi Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. sedangkan aspek-aspek yang dievaluasi adalah mengenai minat belajar sosiologi. Sedangkan Mengakhiri pelajaran dengan memberikan postest
47
Refleksi
Hasil evaluasi dijadikan dasar tahap refleksi dalam rangka perbaikan. Maka hasil dari analisis evaluasi tersebut akan dijadikan sebagai pedoman untuk merencanakan siklus berikutnya.
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Proses pembelajaran kooperatif dengan metode STAD, diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Adapun indikator untuk mengetahui keberhasilan peneliti ini ditetapkan sekurangkurangnya 80% siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif berpendapat, kemudian aktif mengerjakan tugas dan memiliki hasil belajar yang baik, sehingga bisa memiliki
minat tinggi dalam mata pelajaran
sosiologi.
H. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Instrumen tes Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawabanjawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes juga merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian.7 Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, yaitu tes pilihan ganda, kemudian tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (post-test). Tes awal (pre-test) yaitu dilakukan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Sedangkan tes akhir (post-test) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.8 Adapun tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebagai acuan mnat
7
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), cet. 3, h. 78-9 8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Garapindo Persada, 2007), h. 69-70
48
belajar siswa. Soal-soal yang diajukan berupa materi yang akan dibahas pada saat pelaksanaan pembelajaran. Kemudian bentuk penilaian tes ini adalah memberikan skor atau nilai 1 apabila siswa menjawab benar dan memberikan nilai 0 apabila siswa menjawab salah. Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus I Standar Kompetensi: Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial. Bentuk Soal
: Pilihan Ganda
No
Kompetens i Dasar
Konsep/sub konsep
indikator
No Soal
1
Mendeskrip sikan BentukBentuk Struktur dalam Fenomena Kehidupan
Diferensiasi Sosial a. Pengertian Struktur Sosial b. Mendefinisikan Diferensiasi Sosial
1.Menjelaska n Struktur sosial 2.Mendefinisi kan diferensiasi soaial 3.Menjelaska n landasan diferensiasi soaial 4.Mencontohk an pengertian bentuk diferensiasi sosial berdasarkan gender 5.Mengidentif ikasi bentuk diferensiasi sosial berdasarkan suku atau etnis 6.Mengklasifi kasikan
1
c.Mengidentifikasi Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial Berdasarkan Ras, Etnis, Suku, Klen, Agama, Profesi dan Gender
Aspek yang diukur C1
5,8,11, 15,17, 27
C1
13,14, 25
C1
2,3,12, 22,23, 24
C2
5,7,9, 20,28
C4
4,6,16, 17,29
C4
49
bentuk diferensiasi berdasarkan Ras 7.Menentukan macammacam Ras 8.Menyebutka n ciri-ciri diferensiasi sosial 9.Mengintegr asikan Faktorfaktor diferensiasi sosial
18,19, 30
C3
26
C1
10,21
C5
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus II Standar Kompetensi: Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial. Bentuk Soal
: Pilihan Ganda
No
Kompetens i Dasar
Konsep/sub konsep
indikator
No Soal
1
Mendeskrip sikan BentukBentuk Struktur dalam Fenomena Kehidupan
Stratifikasi Sosial a. Menjelaskan Definisi Stratifikasi Sosial
1.Mencontohk an pengertian stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat 2.Menjelaska n stratifikasi sosial 3.Menentukan Pengertian stratifikasi sosial 4.Membedaka
1,3,57, 8,10,1 2,21
b. Mendeskripsikan Proses Terjadinya Startifikasi Sosial
Aspek yang diukur C2
C1 2 C3 9
C4
50
c. Mengidentifikasi Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
d. Menyebutkan Contoh Unsurunsur Stratifikasi Sosial e.Mengklasifikasika n macam-macam dalam Stratifikasi Sosial
n terjadinya stratifikasi sosial 5.Mengidentif ikasi unsur stratifikasi berdasdarkan kelas atas, bawah dan menengah 6.Menyebutka n unsur-unsur stratifikasi sosial 7Menjelaskan macammacam stratifikasi sosial 8.Mencontohk an macammacam stratifikasi sosial 9.Menjelaska n macammacam dalam stratifikasi sosial 10.Menguraik an Stratifikasi Sosial Berdasarkan Macammacam Stratifikasi Sosial
13,30
C4 14,15, 16
C1 18.19
C1 20,11, 4,6
C2 17,26, 27
C1 24,25, 22,23, 28,29 C1
51
2. Instrumen Non Tes Instrument nontes yang digunakan adalah sebagai berikut a) lembar observasi yang digunakan terdiri dari tes perbuatan yang berupa penilaian. Observasi dilakukan untuk melakukan pencatatan mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas. b) lembar wawancara dilakukan awal penelitian dan tiap akhir siklus dalam penelitian. Wawancara dengan fokus pada tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran dengan metode STAD yang telah diterapkan, serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya. c) Lembar kuesioner atau angket dilakukan setelah akhir penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar sosiologi melalui pembelajaran kooperatif dengan metode STAD. Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Sosiologi Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD)
Variabel
Dimensi
Indikator
Butir
Jumlah
Item Minat Belajar
Perasaan
- Menerima
1,2,3,4,5
Senang
Pelajaran dengan
,6
Senang - Tidak Terpaksa dalam Belajar - Tidak Merasa Bosan
6
52
Perhatian
- Mengikuti
dalam
Penjelasan guru
belajar
- Mengerjakan
7,8,10,
3
12,13,
2
4
tugas dari guru Pengetahu
- Pokok bahasan
an dan
menarik
materi
- Isi materi menantang untuk diuji
Metode
- Sikap
- Penjelasan Guru
9,11,14,
Student Team
Guru
Mudah di Pahami
15
Achievement
-Keaktifan - Aktif Belajar
Division
dengan Metode
(STAD)
STAD
d) lembar jurnal harian siswa adalah jurnal harian yang digunakan siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran pada setiap pengamatan
I. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data penelitian, maka penulis melakukan tahap pengumpulan data berikut ini: 1. Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud menurut Iskandar adalah “seperti foto-foto dari proses pembelajaran, hasil tes siswa, dokumentasi dari profil sekolah, dan juga lembar jurnal siswa, ataupun sumber-sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti”.9 2. Kuesioner atau angket Angket yang digunakan adalah angket skala likert (rating scale). Adapun pada skala ini siswa memberikan respon terhadap 9
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 73
53
pertanyaan-pertanyaan mengenai peningkatan minat belajar sosiologi melalui pembelajaran kooperatif dengan metode STAD dengan memilih: SS
= sangat setuju
S
= setuju
TS
= tidak setuju
STS = sangat tidak setuju Adapun angket ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai metode yang diterapkan oleh penulis dan untuk mengetahui peningkatan minat belajar sosiologi. 3. Wawancara Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrument pedoman wawancara.10 Adapun peneliti mewawancarai guru sebelum penelitian maupun sesudah penelitian dan juga peneliti mewawancara siswa setelah dilakukan tindakan pada akhir siklus 4. Observasi Peneliti melakukan observasi atau pengamatan ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Kemudian
hasil
setiap
pengamatan
didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.
J. Pemeriksaan Keterpercayaan Penulis menggunakan teknik triangulasi untuk menganalisis data kualitatif. Menurut Iskandar triangulasi adalah memeriksa kebenaran atau keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data.11
10 11
Iskandar, Penelitian Tindakan…, h. 71 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 84
54
Untuk menganalisis butir angket, maka peneliti melakukan dua tahap yaitu: a.
Data yang penulis peroleh melalui angket akan diolah dengan menggunakan langkah sebagai berikut: 1.
Editing, yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisannya. Dalam tahap ini dilakukan dengan mengecekkan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian penulisannya.
2.
Presentase, yaitu melakukan perhitungan dari hasil jawaban respoden dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikali 100 % dengan rumus presentase sebagai berikut:
P = F x 100 % N Keterangan: P = Presentase F = Presentase Jawaban N = Jumlah Responden b.
12
Data yang penulis peroleh dari hasil observasi maka peneliti menganalisis dengan menggunakan langkah yaitu menganalisis proses pembelajaran yaitu hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap peoses aktivitas kelompok siswa.
c. Penulis menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon siswa kedalam kelompok komentar positif, netral, negatif dan tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Apabila persentase komentar positif lebih besar dari pada komentar yang lain sehingga komentar positif mencapai di atas 65% maka penelitian dihentikan. 12
Anas Sudijo, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 13, H. 193
55
d. Kemudian agar dapat diperoleh data yang valid, instrument atau alat untuk mengevaluasi harus valid. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen soal sosiologi terlebih dahulu diuji cobakan
untuk
mengetahui
dan
mengukur
validitas
dan
reliabilitasnya.
1.
Validitas Untuk
mengetahui
validitas
instrument
soal
maka
digunakan rumus product mement sebagai berikut:
N
rxy N
XY
X2
X
X 2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan : rxy = Validitas Instrumen N= Jumlah Responden X= Skor Item (butir ) total Y= Skor Total Dihitung menggunakan program ANATES V4. Dari uji instrument dari siklus I diuji validitas sebanyak 30 soal. Adapun hasil uji validitas dengan r-tabel 0,388 didapat jumlah soal yang valid terdapat 11 soal yakni nomor 1, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 16, 17, 18, dan 23. kemudian agar menjadi 10 soal, maka harus dibuang 1 soal yaitu soal no 8. (tingkat kesukarannya tergolong sukar) Sedangkan pada siklus II didapat 10 soal yang valid yakni no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 17, 8, 9, dan 16. 2. Reliabilitas Untuk mengetahui realibilitas instrument soal digunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson) yaitu: r11
n n 1
S2
pq S
2
56
Keterangan: r11
=
N
= Banyaknya item
P
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
Q
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑ pq
= Jumlah hasil perkalian p dan q
S
= Standar deviasi dari tes (Standar deviasi adalah akar
Realibilitas Instrumen
varians) Berdasarkan rumus reliabilitas di atas dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: r11= 0,91-1,00= Sangat Tinggi r11= 0,71-0,90= Tinggi r11= 0,41-0,70= Cukup r11= 0,21-0,40= Rendah r11= < 0,21
= Sangat Rendah
Dari hasil perhitungan pada siklus I diperoleh r hitung sebesar 0,87 yang menunjukkan bahwa instrumen memiliki nilai reliabilitas tinggi. Sedangkan perhitungan pada siklus II diperoleh r hitung sebesar 0,93 yang menunjukkan bahwa instrument memiliki nilai reliabilitas tinggi. Dihitung menggunakan program ANATES V4.
K. Teknik Analisa Data Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yaitu peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisa data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dimengerti. Menganalisis data yang diperoleh dari hasil belajar siswa, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran, catatan lapangan, jurnal harian siswa, dan respon siswa terhadap metode Student Team Achivement Division (STAD). Menganalisis data pada aspek kognitif atau pengasaan materi
57
menggunakan analisis deskrptif dari setiap siklus dengan menggunakan Gain skor. Gain adalah selisih dari pretes dan postes, adapun gain menunjukkan peningkatan pemahaman konsep atau materi setelah pembelajaran dilakukan guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus Normalize Gain.13 g= skor postes-skor pretes skor ideal-skor pretes Rumus gain di atas dengan kategori sebagai berikut:
13
g tinggi
: nilai (g) > 0,70
g sedang
: 0,70> (g) 0,3
g rendah
: nilai (g) < 0,3
Neng Friesda Jamilah F, Penerapan Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 21
58
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Minat Belajar 1. Minat a. Pengertian Minat Minat adalah memegang peranan penting dalam mendorong siswa untuk berpikir secara kritis agar meningkatkan suatu prestasi khususnya prestasi dalam belajar. Adapun menurut Kamus Bahasa Indonesia “minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal”.1 Menurut
Abdul
Rahman
“minat
adalah
sebagai
suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang”.2 Definisi minat menurut Winkel yang dikutip Qym bahwa “minat merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu”.3
1
A. A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2009), cet. 1, h. 355 2 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Kencana, 2004), cet. 1, h. 262263 3 http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertian-minat.htm pada 12 oktober 2009
9
10
Dewasa ini minat belajar dapat ditimbulkan oleh perasaan. Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual yang khusus berpengaruh
terhadap
semangat
atau
gairah
belajar.
Dengan
perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar di sekolah. M. Alisuf Sabri mengatakan yang dimaksud dengan “minat (interest) adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu”. 4 Definisi senada
menurut Mahfudz Shalahuddin yang dikutip
Zanikhan “minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan”.5 Adapun menurut Abdurrahman Shaleh Dapat diketahui bahwa dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam “minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, dan berhubungan dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang tersebut, atau ada daya penarik dari objek”.6 Pendapat lain menurut Crow dan Crow yang dikutip Zanikhan “minat atau interest adalah bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan”.7 Definisi
diatas dapat disimpulkan mengenai minat adalah
keinginan, kemauan, gairah, tertarik, sikap senang kepada sesuatu, dan kecenderungan hati yang tinggi untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda,
4
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), cet. 2, Hal.84 5 http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206, pada 12 oktober 2009 6 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Kencana, 2004), cet. 1, h. 263 7 http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206, pada 12 oktober 2009
11
kegiata) yang diinginkan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya lebih lanjut khususnya dalam kegiatan belajar. Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa beberapa definisi para tokoh-tokoh tersebut terlihat definisi yang saling melengkapi, yaitu terdapat aspek mengenai minat mencakup perasaan, daya gerak yang mendorong, sikap senang, memperhatikan, kemauan, keinginan dan tertarik kepada suatu hal secara terus menerus. Namun penulis lebih setuju kepada definisi yang dikatakan oleh M. Alisuf Sabri mengenai minat, karena pendapatnya memuat semua aspek minat yaitu erat kaitannya dengan perasaan atau sikap senang yang merupakan suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus sehingga rasa senang yang ditimbulkan akan menciptakan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu hal atau materi yang diajarkan, dan akan menjadikan siswa memiliki kreatifitas tinggi, aktif, dan inovatif. Penjelasan mengenai minat di atas terdapat hubungan yang erat antara perasaan siswa dan sikap siswa terhadap pengalamanpengalaman belajar di sekolah, baik secara menyeluruh maupun terhadap mata pelajaran tertentu. Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti ; kondisi kelas, teman-temannya sarana pengajaran dan sebagainya Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada materi mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada materi mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima)
12
kepada pelajaran dan kepada gurunya. Agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran. Hal di atas diperkuat oleh M. Alisuf Sabri mengatakan “sikap dan minat salah satunya harus ada dalam belajar yaitu apabila tidak ada minat kepada pelajaran atau kepada gurunya, paling tidak pada diri siswa itu harus ada sikap yang positif (menerima) kepada pelajaran yang dipelajari atau kepada gurunya”.8 Jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan belajar mengajar. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Hal tersebut di atas diperkuat oleh Kurt Singer bahwa minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Jika belajar merupakan suatu siksaan maka tidak akan memberi manfaat jika tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil membina kesediaan belajar siswa berarti melakukan hal yang terpenting khususnya demi kepentingan belajar. Sebab minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari.9 Berdasarkan pernyataan di atas minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
8
M. Alisuf Sabri, Psikologi ..., Hal.84 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terj. Dari Verhindert Die Schule Das Learnen, oleh Bergman Sitorus, (Bandung: Remaja Karya CV, 1973), cet. 1, h. 24 9
13
b. Macam-macam Minat Minat
merupakan
suatu
karakteristik
efektif
yang
dapat
mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat dilihat langsung hasilnya anatara siswa yang berminat dan tidak berminat. Dilihat dari cara mengungkapkan minat dalam proses pembelajaran antara lain: 1) Expressed interest, yakni minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan tidak disenangi. Dari jawabannya kemudian dapat diketahui minatnya 2) Manifest interest, yakni minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya. 3) Tested interest, yakni minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.10 Uraian di atas merupakan macam-macam dari minat belajar. Siswa dapat dilihat minatnya, apakah minat siswa tinggi atau rendah. Dapat diketahui bahwa siswa melaksanakan tugasnya karena ada minat. Bisa dilihat dari ketika siswa tekun dalam belajar, membaca buku, dan mengerjakan tugas tanpa menghiraukan kelelahan, itu disebabkan oleh adanya minat. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu: 1) Faktor Intern a) Faktor Biologis Faktor ini merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam minat sebagai totalitas 10
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 267-268
14
karakteristik individu. Faktor biologis ini seperti: kesehatan jasmani dan rohani. b) faktor Psikologis Keadaan psikologis dimana perkembangan potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri seperti: perhatian, kesiapan, dan bakat atau intelegensi. 2) Faktor Ekstern a) Faktor Lingkungan Keluarga Minat belajar siswa biasanya dipengaruhi oleh keluarga seperti: cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling penting bagi anak. b) Faktor Lingkungan Sekolah Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar yang kondusif yang bersifat formal yaitu lingkungan sekolah. c) Lingkungan masyarakat Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat siswa khususnya dalam minat belajar.11 Penjelasan di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar. Adapun untuk mendukung siswa memiliki keberhasilan dalam belajar adalah didukung dengan minat yang tinggi. Untuk itu, minat
tidak
datang
dengan
sendirinya,
banyak
faktor
yang
mempengaruhi minat adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor biologis dan faktor psikologis . faktor biologis seperti seseorang siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan
tentang
mata
pelajaran
sosiologi
yang
harus
dipertimbangkan adalah faktor biologis harus mendukung untuk mudah belajar dan mendapatkan hasil yang baik pula. Sedangkan faktor psikologis hal ini akan membantu anak atau siswa dalam membentuk
konsep
serta
optimis
dan
percaya
diri
dalam
mengembangkan minat . Faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor lingkungan keluarga seperti dalam kegiatan belajar seorang anak memerlukan bimbingan orang tua, suasana rumah 11
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 263
15
yang kondusif dan fasilitas-fasilitas belajar yang memadai seperti: buku dan alat tulis lainnya.. kemudian faktor lingkungan sekolah yakni lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan minat, dan karena di lingkungan itu minat anak dikembangkan secara intensif. Sedangkan faktor lingkungan masyarakat meliputi apabila siswa bergaul dengan anggota masyarakat yang baik, maka akan baik pula siswa tersebut. Begitupun sebaliknya apabila pergaulan di masyarakat tidak baik, maka tidak baik pula siswa tersebut.
2. Belajar a. Pengertian Belajar Manusia yang hidup di dunia pada awalnya ini terlahir dalam keadaan kosong atau seperti kertas kosong, yaitu tidak memiliki ilmu pengetahuan apapun. Untuk mengisi keadaan kosong tersebut maka harus diisi dengan ilmu pengetahuan yaitu dengan proses belajar. Jika manusia ingin berubah, maka manusia itu harus mau belajar. Karena dengan belajar manusia itu akan memiliki ilmu dan pengalaman serta akan mengerti keadaan dirinya yang sebenarnya. Dengan demikian dia akan berusaha untuk melakukan perubahan demi untuk mencapai apa yang diinginkannya. Martinus Yamin berpendapat “belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan. Kemudian belajar dapat dikatakan pula merupakan kegiatan yang membawa manusia pada perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.12 Sedangkan pengertian belajar menurut Ali Imron dalam pengertian yang umum atau popular, belajar adalah Mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru .Dalam belajar, pengetahuan tersebut 12
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), cet. 2, h. 97, 105
16
dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan juga orang yang tidak berpengetahuan di pandang sebagai orang yang tidak belajar.13 Pendapat lain menurut Asep Hery Hernawan bahwa konsep belajar di atas dapat dikaitkan bahwa “belajar
adalah proses perubahan
perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar”.14 Adapun menurut H. C. Witherington mengatakan “belajar merupakan suatu perbuatan yang dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh manuasia”.15. Definisi lain dikatakan oleh Abdurrahman Shaleh bahwa “belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku
yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman”.16 Bisa dikatakan belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Penjelasan di atas bahwa belajar membuat suatu perubahan yang relatif lama pada individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga untuk bentuk kecakapan,
kebiasaan,
sikap,
pengertian,
minat,
penghargaan,
penyesuaian diri, intinya mengenai segala aspek organisme atau siswa. Karena itu seseorang yag belajar tidak sama lagi dengan sebelum
13
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), Cet. 1, h. 2-3 Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, UPI Press, 2007), cet. 1, h. 2 15 H. C. Witherington, dkk., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung, Jemmars, 1986), cet. 3, h. 9-10 16 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 207 14
17
belajar, ia lebih mampu menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Menurut Zikri Neni Iska “belajar merupakan proses perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.17 Kemudian menurut Sardiman belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar”.18 Definisi lain dikatakan oleh Zikri Neni bahwa Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang terjadi yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.19 Penjelasan di atas Diperkuat
menurut Morgan dalam buku
Introduction of Psychology, yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh mengemukakan “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman”.20 Pendapat Zikri Neni mengenai Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahanperubahan lain yang disebabkan oleh kerusakan fisik (baik pengaruh obat-obat berbahaya, seperti psikoaktiva maupun karena kecelakaan atau penyakit tertentu) mungkin saja sebabsebab lain perubahan-perubahan non permanen seperti lelah, ngantuk, dan lain sebagainya.21 Menurut hal di atas menjelaskan bahwa belajar adalah membawa siswa pada perubhan-perubahan positif bukan pada perubahan negatif. Disamping itu juga belajar bisa diperoleh dari pengalaman-pengalaman khususnya pengalaman pada suatu hal yang baik . 17
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76 18 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2003), cet. 10, h. 21 19 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76 20
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, (Jakarta, Kencana, 2004), cet. 1, h. 210 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76 21
18
Beberapa definisi tentang belajar menurut para ahli antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. 2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. 3. Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of practice22. Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik jika subjek tersebut berinteraksi langsung melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik sehingga siswa dapat meningkatkan minatnya. Menurut W.S. Winkel “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap”23. Pendapat
Gagne yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh ia
mengatakan “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersamasama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.24 Definisi lain menurut Bower dan Hilgard yang dikutip oleh Asep Herry Hernawan “belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan”.25
22
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2003), cet. 10, h. 21 23
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), cet. 4, h. 53 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 210 25 Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, UPI PRESS, 2007), cet. 1, h. 2,28 24
19
Definisi yang berbeda menurut Umar Malik yang dikutip dalam jurnal Jonny Syam mengemukakan bahwa “belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”.26 Tingkah laku yang dimaksud ialah dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pengertian-pengertian
kebiasaan-kebiasaan,
baru,
keterampilan,
perubahan
kesanggupan
dan
sikap,
menghargai,
perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani dan lain sebagainya. Definisi senada menurut Nana Sudjana dikutip dalam jurnal Jonny Syam mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu”.27 Menurut Witherington dalam buku Educational Psychology, yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh mengemukakan: “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.28 Hasil senada diungkapkan oleh Skinner yang dikutip oleh Asep Herry Hernawan “Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang dapat diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik”.29 Menurut teori konstruktivisme yang dikutif oleh Sardiman “belajar adalah kegiatan yang aktif di mana subjek belajar membangun sendiri
26
Jonny Syam, “Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi”, dalam Ilmu Pendidikan, Volume 1, No. 1, Mei 2004, h. 44 27 Jonny Syam, “Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi”, dalam Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004, h. 44 28 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 210 29 Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, UPI PRESS, 2007), cet. 1, h. 2,28
20
pengetahuannya, juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari”.30 Abdurrahman
mengatakan
“tingkah
laku
yang
mengalami
perubahan karena belajar adalah menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan,kebiasaan, ataupun sikap yang telah disebutkan di atas”.31 Disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman pada individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga untuk bentuk latihan seperti: kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penghargaan,, penyesuaian diri, intinya mengenai segala aspek dari organisme atau siswa. Penjelasan di atas maka penulis lebih setuju kepada pendapat Martinus karena belajar menurut pendapatnya dikaitkan pada kegiatan membawa manusia
pada perkembangan pribadi meliputi 3 ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ke 3 ranah ini siswa bisa memiliki pengetahuan atau pemahaman untuk bertingkah laku atau bersikap baik. kemudian diaplikasikan dalam keterampilan atau latihan ysng didapat dari proses belajar, sehingga dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sebagaimana uraian di atas maka dari itu siswa yang sudah belajar tidak sama lagi dengan sebelum belajar, ia lebih matang dan juga lebih mampu menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar yang baik tentunya banyak hal yang mendukung yaitu dengan melalui metode yang digunakan dalam
30
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2003), cet. 10, h. 38 31 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 211
21
belajar harus efektif seperti menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Study Team Achievement Division (STAD). b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Maka berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacammacam faktor, Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. Faktor yang termasuk kedalam factor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi, dan factor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individual yang disebut social. Faktor yang termasuk factor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru, dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan juga motivasi sosial.32 Uraian di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar bahwa yang mempengaruhi belajar siswa, tidak hanya disebabkan pada kemampuan diri individu seperti kematangan, kecerdasan latihan , motivasi yang bisa mempengaruhi minat belajar. Namun harus dipertimbangkan pula faktor eksternal seperti metode yang di ajarkan guru, dan keluarga. Untuk itu, antara faktor internal dan eksternal harus saling melengkapi agar mampu lebih mengembangkan potensi siswa tersebut sehingga mempengaruhi minat belajar tinggi.. Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta
32
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 224-225
22
membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap. B. Hakekat Sosiologi 1. Pengertian Sosiologi Dewasa ini perlu diperhatikan sosiologi merupakan ilmu sosial yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat agar tumbuh menjadi masyarakat yang berintegrasi. Merujuk Secara etimologi “sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Socius yang berarti kawan atau hidup bersama atau masyarakat, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. berdasarkan pengertian tersebut, maka sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hidup dan kehidupan masyarakat”.33 Hasan Shadily berpendapat “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan itu”.34 Menurut Hasan Shadily yang dikutip oleh Darsono Wisadirana, “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki tenaga kekuatan yang menguasai kehidupan itu”. 35 Pendapat lain yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto “sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit. Artinya, bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkrit”.36 Sosiologi menurut Hasan Shadily yaitu mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Karena sosiologi ini mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat 33
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h.9 Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet. 12, h. 1 35 Darsono Wisadirana, Sosiologi…, h. 11 36 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 25, h. 24 34
23
maka dengan sendirinya ia meliputi atau setidaknya dapat bertalian dengan ilmu-ilmu masyarakat lainnya seperti, hukum, ekonomi, ilmu-ilmu jiwa, antropologi dan lain sebagainya.37 Menurut William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff yang dikutip Soerjono Soekanto berpendapat bahwa “sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya adalah organisasi sosial”.38 Pada dasarnya sosiologi terdiri dari 2 bagian pokok yaitu: 1) Sosiologi sebagai Sosial Statistik: yaitu merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal- balik antara lembaga kemasyarakatan. 2) Sosiologi sebagai Sosial Dinamik: yaitu suatu ilmu yang mempelajari bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang zaman sesuai dengan tahap-tahap perkembangan fikiran manusia.39 Pendapat lain yang diungjkapkan oleh Pitrim Sorokin yang dikutip oleh Soerjono Soekanto mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: a. hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik ); b. hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis); c. ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.40 Berdasarkan penjelasan di atas sosiologi merupakan ilmu pengetahuan secara umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, sosiologi mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi setiap manusia.
37
Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet. 12,h. 1 38 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 25, h. 20-21 39 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h. 6 40 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 25, h. 20
24
Menurut Roucek dan Warren yang dikutip oleh Surjono Sukanto mengemukakan bahwa “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok”.41 Definisi senada yang diungkapkan Bouman Pj yang dikutip oleh Darsono Wisadirana mengatakan bahwa “sosiologi adalah ilmu yang pengetahuan tentang kehidupan manusia dalam hubungan kelompok”.42 Menurut J.A.A van Doorn dan C.J. Lammers yang di kutip oleh Soerjono
Soekanto
berpendapat
bahwa
“sosiologi
adalah
ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil”.43 Definisi lain yang diungkapkan oleh Hasan Shadily sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya.44 Berdasarkan uraian di atas sosiologi mempunyai 3 unsur utama yang harus ada yaitu: 1) Unsur manusia atau individu 2) Unsur hubungan/interaksi 3) Unsur kelompok atau /masyarakat.45 Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia yang hidup dalam masyarakat beserta kebudayaannya dan gejala-gejala sosial yang 41
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 25, h. 20 42 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h. 11 43 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 25. h. 21 44 Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet. 12, h. 2 45 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h. 11-12
25
timbul di dalam masyarakat tersebut sehingga terjadi saling berinteraksi antara masyarakat dan akan terjadinya perubahan-perubahan didalam struktur sosial.
2. Tujuan Merujuk pada Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi, Perlu diketahui bahwa mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: b. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial. c. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat. d. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat.46 Dilihat dari tujuan yang telah ditetapkan di atas, maka, pelajaran sosiologi memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat, keadaan masyarakat yang perilakunya sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut akan membuat masyarakat tersebut akan menjadi lebih baik atau akan terciptanya suatu integrasi dan dalam masyarakat tidak akan kehilangan identitas kebangsaan yang mungkin dapat terkikis oleh banyaknya pengaruh kebudayaan asing yang belum tentu sesuai dengan budaya suatu bangsa. 4. Ruang Lingkup Berdasarkan ruang lingkup mata pelajaran sosiologi meliputi aspekaspek sebagai berikut: a) Struktur sosial b) Proses sosial c) Perubahan sosial d) Tipe-tipe lembaga sosial47 46
545
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, h.
26
Penjelasan di atas mengacu pada pengembangan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari ruang lingkup mata pelajaran sosiologi seperti yang telah disebutkan, dikembangkan
dalam bentuk
materi-materi yang salah satunya adalah materi mengenai sosialisasi, perilaku menyimpang, dan keteraturan hidup dimana materi ini diberikan kepada siswa kelas X (sepuluh) pada semester kedua.
5. Sifat Hakikat Sosiologi Sosiologi ditelaah dari sudut sifat dan hakikatnya maka akan meliputi antara lain: a. Telah diketahui bahwa sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. b. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau yang seharusnya terjadi. c. Sosiologi merupakan lmu pengetahuan yang murni (Pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Adapun ilmu pengetahuan murni adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, tanpa menggunakannya dalam masyarakat. sedangkan ilmu pengetahuan terapan adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat dengan maksud membantu kehidupan masyarakat. d. Sosiologi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit. Artinya bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkrit. e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Artinya sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
47
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, h. 545-546
27
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Ciri tersebut menyangkut soal metode yang dipergunakannya.48 Uraian di atas bahwa sosiologi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan sosial antara oknum satu dengan yang lain, kemudian penyelidikannya bersifat umum yakni kehidupan bersama manusia yang menyangkut ilmu sosial secara kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum,rasional dan umum.
C. Hakekat Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Study Team Achievement Division (STAD) 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat ini mulai berkembang berbagai model pembelajaran salah satunya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini digunakan guru untuk
meningkatkan
minat
belajar
siswa.
“Secara
etimologi
“pembelajaran Kooperatif mempunyai arti belajar bersama antara dua orang atau lebih”. 49 Wina Sanjaya berpendapat definisi “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Maka dari itu semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu keberhasilan tergantung anggota tim”.50 Sedangkan menurut Junaedi dalam arti yang lebih luas pembelajaran kooperatif yaitu :
48
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 25, h. 21-24 49 Junaedi, dkk.., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1, h. 8-9 50 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. 5, h. 14
28
Belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja bersama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota bertanggungjawab secara individu sebagai bagian dari hasil yang tidak akan bisa dicapai tanpa adanya kerja sama antara kelompok. Dengan kata lain, anggota kelompok saling tergantung secara positif untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal.51 Definisi yang berbeda yang diungkapkan oleh Retno bahwa “pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa meraa saling membutuhkan, yaitu adanya interaksi tatap muka, menunjukkan akuntabilitas individual dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi”. 52 Junaedi berpendapat “pembelajaran kooperatif mengandung arti keterlibatan secara proaktif antara kelompok yang melibatkan pada proses kognisi, afeksi dan psikomotorik”.53 Menurut Wina Sanjaya “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai lima orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.54 Adapun menurut pendapat Perdi Karuru “hal demikian itu bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat
dan
belakangnya”.
bekerja
dengan
teman
yang
berbeda
latar
55
Berdasarkan uraian di atas Trianto mengatakan pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan 51
Junaedi, dkk., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1, h. 8-9 Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan Pembelajaran Kontekstual”, dalam Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0. 2 Juli-Desember, 2005, h. 6 53 Junaedi, dkk., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1. h. 8-9 54 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. 5, h. 14 55 Perdy Karuru, “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses”, dalam Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003, h. 793 52
29
temannya.56 Penjelasan menurut Wina Sanjaya maka setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok diskusi, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok. Kemudian system penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.57 Definisi yang berbeda yang diungkapkan oleh Slavin yang dikutip oleh Perdy Karuru dalam Jurnal pendidikan dan kebudayaan bahwa pada “pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan pada teman sekelompok dengan baik”.58 Menurut Johnson yang dikutip oleh Isjoni bahwa “pembelajaran kooperatif sebagai satu kaedah pengajaran yang melibatkan siswa dalam kumpulan yang kecil. Setiap siswa dalam kumpulan ini dikehendaki
bekerjasama
untuk
memperlengkapkan
dan
memeperluaskan pembelajaran diri sendiri dan juga ahli yang lain”.59 Penjelasan menurut Abdurrahman dan Bintoro yang dikutip oleh Retno Widyaningrum dalam Jurnal kependudukan dan kemasyarakatan “pembelajaran kooperatif adalah opembelajaran secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup didalam masyarakat nyata”.60
56
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 41 57 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. 5, h. 15 58 Perdy Karuru, “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses”, dalam Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003, h. 793 59 Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, hal.30 60 Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan Pembelajaran Kontekstual”, dalam Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0. 2 Juli-Desember, 2005, h. 6
30
Definisi pembelajaran kooperatif menurut Efendi Zakaria yang dikutip oleh Isjoni bahwa pembelajaran kooperatif dirangka bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menelusuri perbincangan dengan rekanrekan dalam kumpulan kecil. Dalam kelompok kecil ini terbuka kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi serta berinteraksi, misalnya mengajukan pertanyaan, membahas ide-ide dan juga belajar dari siswa lainnya.61 Hasil senada menurut Nur yang dikutip oleh Isjoni “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelomokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang
mengintegrasikan
keterampilan
sosial
yang
bermuatan
akademik”62. Pembelajaran kooperatif terdapat empat unsur penting antara lain: 1. adanya peserta dalam kelompok 2. adanya aturan kelompok 3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok dan 4. adanya tujuan yang harus dicapai.63 Hal tersebut di atas adalah mengenai unsur penting dalam pembelajaran kooperatif karena hal tersebut, harus ada dalam pembelajaran kooperatif dengan tujuan agar pembelajaran lebih terarah dan menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam pembalajaran. Adapun tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting yaitu: a) Hasil belajar akademik b) Penerimaan terhadap keragaman c) Pengembangan keterampilan sosial. 64 61
Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, hal.30 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 1, h. 27 63 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006). Cet. 5, h. 15 64 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 44-45 62
31
Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar diperoleh dengan pembelajaran kooperatif yaitu dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik seperti, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Kemudian mengenai penerimaan keragaman yakni pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap keragaman ras, budaya, agama, strata social, kemampuan dan keidak mampuan. Sedangkan pengembangan keterampilan yaitu pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerjasama serta kolaborasi dan juga keterammpilan Tanya jawab. c. Prinsip dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
dikatakan
pembelajaran
kooperatif
bilamana
pembelajaran tersebut meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Saling bergantungan dalam arti yang positif yakni merasa senasib sepenanggungan maka saling bergantungan satu sama lain. 2) Interaksi bersemuka yakni perlu diberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dalam kumpulan supaya mereka membantu, menggalak, dan seterusnya meningkatkan usaha diantara satu sama lain. 3) Akuntibiliti individu (individual acountability) yakni setiap kumpulan bertanggungjawab untuk belajar. 4) Penglibatan saksama yakni kemahiran kooperatif untuk bergaul secara berkesan dengan individu lain 5) Pemprosesan kumpulan yakni sebagai membuat refleksi yaitu proses interaksi dalam kumpulan membolehkan ketergantungan dan menyelesaikan masalah antara ahli kumpulan dijalankan lebih efektif. 6) Kemahiran sosial yakni setiap kelompok kooperatif perlu mempunyai kemahiran sosial untuk saling bekerja sama. 7) Interaksi serentak yakni apabila siswa-siswa bekerja atau terlibat secara serentak dalam kumpulan kooperatif mereka. Maka akan meningkatkat pembelajaran aktif dan juga meningkatkan potensi belajar setiap siswa.65
65
Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h..31-34
32
Berdasarkan uraian di atas adalah mengenai prinsip dalam pembelajaran kooperatif. Prinsip ini agar saling bekerjasama, saling membantu
antar
siswa
yang
memiliki
kesulitan
dalam
proses
pembelajaran. Disamping itu juga pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai tahap pembelajaran yang maksimum sehingga siswa memiliki kompetensi atau kemampuan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. Maka akan membuat pembelajaran lebih efektif, kreatif dan menyenangkan. d. Keterampilan-keterampilan dalam Pembelajaran kooperatif Menurut Lungren yang dikutif oleh Trianto bpembelajaran kooperatif memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu: a) Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain: 1. Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya; 2. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dalam kelompok; 3. Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi; 4. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi atau pendapat b) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain: 1. mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan perbal agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi; 2. bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut; 3. menafsirkan, yaitu menyampaikan informasi dengan kalimat berbeda; 4. memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.66
66
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 46
33
Berdasarkan hal di atas bahwa siswa diharapkan memiliki keterampilan yakni mendengarkan penjelasan guru dengan aktif, aktif bertanya, dan aktif dalam menafsirkan materi. c) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
mengelaborasi memeriksa dengan cermat menenyakan kebenaran menetapkan tujuan dan berkompromi.67
Hal di atas menunjukkan
bahwa pembelajaran koopertif
diperoleh keterampilan-keterampilan baik dari tingkat awal yakni mampu mengerjakan tugas, dan aktif berpartisipasi, Selanjutnya tingkat menengah terdapat keterampilan yaitu aktif bertanya dan aktif mendengarkan guru dalam proses pembelajaran, sedangkan pada tingkat mahir yakni Keterampilan
ini
mengenai
mampu
mencari
kebenaran,
mampu
menetapkan tujuan yang dicapai, dan mampu berdiskusi dengan sungguhsungguh. e. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2. kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 3. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.68 67
Perdy Karuru, “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses”, dalam Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003, h. 794 68 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 47
34
Dari uaraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok. Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya ada terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu: Study Team Achievement Division (STAD), JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). 2. Metode Student Team Achievement Division (STAD) Pembelajaran dengan menggunakan “pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen”.69 Berdasarkan langkah-langkah metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Penyajian materi Kerja Kelompok Kuis Perhitungan skor Penghargaan tim.70
69
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), cet, 1, h. 53 70
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology, oleh Samosir, (Jakarta: Indeks, 2009), cet. 1, h. 24
Marianto
35
Berdasarkan penjelasan di atas pada tahapan penyajian materi siswa masih belum berada dalam kelompok-kelompok. Selain guru yang menyampaikan materi
pelajaran yang sudah ia siapkan, guru perlu
menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran khusus, memotivasi siswa, menjelaskan kiat-kiat yang perlu mereka lakukan , kemudian ketika mereka bekerja atau bekerja dalam kelompok guru mengimformasikan materi prasyarat dalam kaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian setelah itu dibuatlah kelompok terdiri dari 4-5 orang untuk saling bekerjasama. Dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang, tiap siswa diberikan lembar-lembar kerja (LKS) berisikan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang tadi guru jelaskan. Pada tahap kerja kelompok ini siswa akan berinteraksi dan saling membantu, mendiskusikan permasalahan atau tugas yang harus mereka selesaikan. Akuntabilitas dari tiap anggota kelompok memastikan bahwa tiap individu harus berfokus pada aktivitaas saling menolong dalam mempelajari materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa setiap anggota siap untuk mengikuti kuis. Hasil kerja kelompok dituangkan dalam satu lembar kerja siswa dan dikumpulakan. Pada kerja kelompok, peranan guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Ketika dalam kerja kelompok sudah dilakukan maka mereka diberikan tugas atau kuis untuk dikerjakan pada masing-masing siswa. Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang dibahas. Dalam mengerjakan kuis ini siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor yang ia peroleh nanti digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya dan juga menentukan keberhasilan siswa dalam belajar IPS, maka ditunjukkan dengan perhitungan skor. Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan ini didasarkan pada sejauhmana skor mereka telah meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang telah mereka
36
capai pada kuis yang lalu. Dengan menggunakan STAD setelah guru melakukan tiga kuis atau lebih , maka menggunakan skor rata-ratanya sebagai skor awal. Berdasarkan skor awal setiap individu ditentukanlah skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor peningkatan atau perkembangan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. Perlu diketahui ada bentuk penghargaan bagi kelompok yang yang berprestasi dapat dipilih sendiri oleh guru hal ini dipandang sebagai suatu upaya untuk mendorong siswa untuk tetap giat dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan mereka secara berkelompok. Kemudian setelah itu diberikan suatu penghargaan kepada tim. Penghargaan tim yakni nilai tim dihitung berdasarkan nilai-nilai anggota tim, untuk menghargai nilai-nilai tersebut adalah dengan cara memberikan sertifikat, berita berkala kelas, atau papan buletin dalam menghargai tim dalam memperoleh nilai yang tinggi. Jadi Ide utama yang dimiliki Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah mendorong minat siswa untuk saling membantu diantara siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan oleh guru. Jika siswa-siswa menginginkan agar team mereka memperoleh penghargaan (reward) maka mereka harus membantu teman mereka mempelajari bahan yang disajikan oleh guru. Mereka harus saling mendorong satu sama lain agar belajar dan bekerja secara sungguhsungguh dan menjelaskan bahwa belajar adalah suatu hal yang amat penting(important), bermanfaat (valuable) dan menyenangkan (fun). Penjelasan di atas diperkuat menurut Slavin yang dikutip oleh trianto menyatakan bahwa pada “metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5
37
orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku”.71 Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini diutamakan untuk saling berinteraksi agar saling bekerjasama bertukar pikiran atau pendapat untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan guru. Hal ini diperkuat oleh Isjoni bahwa “tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) juga merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.72 Berdasarkan hal tersebut di atas ada berapa persiapan yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk pembelajaraan kooperatif
menunjang terselenggaranya
tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) secara baik, seperti: 1) Memanfaatkan materi prasyarat, memotivasi siswa dan menjelaskan kiat atau aturan main bagaimana siswa bekerja dalam kelompok. 2) Lembar kegiatan siswa yang berupa tugas untuk kelompok. 3) Lembar kegiatan untuk tugas individu. 4) Lembar observasi untuk perolehan skor individu dan kelompok. 5) Pembentukan kelompok dilakukan dengan mula-mula menentukan masing-masing kemampuan untuk setiap siswa dan selanjutnya ditetapkan 4 kelompok utama, yaitu kelompok siswa berkemampuan tinggi, kelompok siswa berkemampuan sedang, dan kelompok siswa berkemampuan rendah.73
71
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 52 72 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, h. 74 73 Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h. 74
38
Adapun pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) terdapat kelebihan sebagai berikut: a) Melatih kerjasama dengan baik b) Seluruh peserta didik menjadi lebih siap Disamping kelebihan dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) terdapat pula kekurangan diantaranya: a) Anggota kelompok semuanya mengalami kesulitan b) Membedakan peserta didik satu dengan lainnya.74 Ide kegiatan pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini jelaslah menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa seperti kegiatan di atas. Adapun kegiatan Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini bertujuan untuk saling memotivasi minat belajar khususnya belajar sosiologi, saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sosiologi guna mencapai prestasi yang maksimal. Jonny Syam mengatakan pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) memungkinkan guru dapat memberikan perhatian terhadap siswa. Hubungan yang lebih akrab akan terjadi anatara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Ada kalanya siswa belajar dari temannya sendiri, ada pula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran kooperatif dengan metode STAD dalam pelaksanaanya mengacu kepada belajar kelompok siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan memungkinkan siswa belajar lebih aktif. Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif, serta dapat memenubi kebutuhan siswa yang optimal.75
74
Junaedi, dkk., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1, h. 11-13 Jonny Syam, “Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknoloi”, dalam Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004), h. 43 75
39
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran sosiologi, bukan menjadi pasif. Maka dari pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya, saling mengajari, memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapat mereka sehingga mereka berpikir kreatif dan inovatif. D.
Kerangka Berpikir Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas, dalam penyampaian materi pelajaran sosiologi, dapat menggunakan beberapa metode pengajaran yang sesui dengan materi yang diberikan kepada siswa. Tetapi pada dasarnya metode yang di pergunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas kebanyakan guru menggunakan metode ceramah atau metode yang hanya berfokus pada satu metode saja. sehingga siswa merasa bosan dan kurangnya minat siswa dalam belajar sosiologi, oleh karena itu minat adalam pembelajaran sosiologi perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan khususnya guru pengajar sosiologi. Maka dari itu harus ada metode baru yaitu dengan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD. Dengan tujuan untuk menjadikan dunia pendidikan yang berkualitas. Suatu pendidikan akan berkualitas apabila sistim pembelajarannya berkualitas pula. Maka dengan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD ini akan memacu minat belajar sosiologi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Dengan pembelajaran ini siswa diikutsertakan dalam proses belajar mengajar dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang bertujuan untuk membangun siswa aktif .
40
Bagan: Kerangka Berpikir
GURU
PEMBELAJARAN KOPERATIF DENGAN METODE STAD
KBM
EVALUASI
MINAT dan HASIL BELAJAR Belajar
SISWA
E.
Hipotesis Tindakan Jika pembelajaran sosiologi dilakukan melalui pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD), maka siswa akan memiliki minat yang tinggi.
F.
Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Acung Muzaky Khoir, jurusan pendidikan IPS, dalam skripsi yang berjudul: perbedaan hasil belajar melalui metode Student Teams Achievement Divisiond (STAD) dengan Teams
Game
Turnamen
pada
pelajaran
sejarah.
Adapun
hasil
penelitiannya adalah bahwa dengan metode (STAD) lebih baik digunakan pada mata pelajaran sejarah dibandingkan dengan metode Teams Game Turnamen 2. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Muhammad Syahrul, jurusan pendidikan kimia, dalam skripsi yang berjudul: Perbedaan Hasil Belajar
41
Kimia Siswa Antara yang Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi Dengan metode Student Teams Achievent Division (STAD). Adapun hasil penelitiannya bahwa antara tipe Group Investigasi dengan metode STAD tidak ada perbedaan yang signifikan.
42
BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Berdirinya MA Pembangunan UIN MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta awalnya berdiri pada tahun 1991/1992, terletak di Jl. Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta selatan.1 Adapun lokasi MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan ini sangat strategis yang mendukung peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran, kemudian di depan sekolah dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan siswa untuk naik kendaraan. Sekolah tersebut juga tidak jauh dari pemukiman warga atau masyarakat yaitu di sekitar kompleks Dosen UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta. Awal lahirnya MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan, siswa yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 orang perempuan. Setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintahdalam hal pendidikan khusnya Madrasah Aliyah, adapun pada tahun pelajaran 1995/1996
MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan tidak
menerima pendaftaran siswa baru lagi. Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang siswa terakhir lulus dari MA
(Madrasah Aliyah) Pembangunan IAIN
Jakarta. 1
Tim Penyusun , Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 3-5
58
59
Tahun pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, maka Madrasah Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Adapun jumlah siswa pertama yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2 rombongan belajar. Kemudian setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A kategori memuaskan. 2. Visi MA Pembangunan UIN Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri) sebagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi-potensi anak serta pada perkembangan globalisasi dan perkembangan zaman. 3. Misi MA Pembangunan UIN a. Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan yang kompetitif dan keunggulan komparatif b. Melakukan
pembinaan
kesehatan
fisik
sehingga
terbentuk
keseimbangan anatara kekuatan keilmuan dengan pertumbuhan jasmani siswa serta dapat melahirkan lulusan cerdas, kuat dan sehat. c. Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pembinaan pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia. d. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga pendidikan yang professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar (skill teaching), kepribadian pedagogis, serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia.
60
e. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga pendidikan yang professional yang menguasai lmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang islami. f. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai center of learning. g. Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstra kurikuler. 4. Tujuan Madrasah Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta mempunyai tujuan: a. Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang beriman dan bertaqwa dengan kemamuan kompetitif serta memiliki keunggulan komparatif. b. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman,
sains
dan
teknologi
serta
apresiatif
terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak. c. Tersedianya pendidik sebagai tenaga professional yang menguasai bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif serta memiliki kemampuan untuk mengajarkannya (teaching skill) berkepribadian pedagogis dan berakhlak mulia. d. Tersedianya pendidik sebagai tenaga professional yang dalam melaksanakannya tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etos kerja, loyalitas dan dedikasi yang tinggi dilandasi akhlak mulia. e. Tersedianya sarana dan prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar seluasluasnya , sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai center of learning.
61
f. Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara kekuatan jasmani dan rohai serta kepekaan dan kepedulian sosial.2 5. Keadaan Guru, Siswa dan Fasilitas Sekolah a. Keadaan Guru MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan adalah sebuah Instansi pendidikan harus ada tenaga pengajar sebagai sebuah syarat utamanya atau yang lebih disebut dengan guru, dimana setiap guru yang mengajar harus memiliki persyaratan formal dan kredibilitas serta kepribadian yang tinggi. Keadaan guru di MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan apabila dilihat pada standar kompetensinya, pendidikan dengan tenaga pengajar pada umumnya sesuai dengan bidangnya dengan disiplin keilmuannya. Di bawah ini merupakan keterangan guru dan tugas mengajarnya.
Tabel 4.1 Daftar Nama Guru MA Pembangunan UIN
No
Nama
L/P Pend. Terakhir/Jurusan
Mata Pelajaran
1
Iqbal Muhammad
L
D I IKIP/Seni Budaya
Seni Budaya
2
Eny S. Rosyidatun, MA
P
S2 Mc Gill/Biologi
Biologi
3
Iwan Permana Suwarna, L
S2 UPI/Bahasa
Bahasa
M. Pd
Indonesia
Indonesia
4
Tonih Feronika, M. Pd
L
S2 UPI/ Kimia
Kimia
5
Dini Andriany, SS
P
S1 UNAS/Bahasa
Bahasa
Jepang
Jepang
S1 UIN /Pendidikan
Bahasa Arab
6
Zakariya, S. Pd. I
L
Bahasa Arab 2
Tim Penyusun, Buku Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 6-7
62
7
Tri Sunarsih, Dra
P
S1
IAIN/
Pendidikan Geografi
IPS 8
Wage Wardana, S. Pd
L
S1 UNJ/ IPS
Sosiologi
9
Wahyu Ramdani, S. Pd
L
S1 UPI/Olah raga
Olah raga
10
Tri Nuryani, S. Pd
P
S1
UIN/Pendidikan Biologi
Biologi 11 Denden Permana Sidik, S. L Pd
S1
UIN/Pendidikan Matematika
Matematika
12
Zaki Mubarok, S. Pd
L
S1 UNJ/PPKN
PPKN
13
Nidya Khoerina, S. Pd
P
S1 UNJ/Bahasa
Bahasa
Indonesia
Indonesia
14
Yayat Hidayatul M, S. Pd
L
S1
UIN/Pendidikan PAI
Agama Islam (PAI) 15
M. Nurudin, S. Pd
L
S1
UIN/Pendidikan Fisika
Fisika 16
Halimatussa’diyah, S. Pd
17
Asep Mutaqin Abror, S. L
S1UIN
Pd
B.Inggris
P
S1 UNJ/ IPS /
Ekonomi Pendidikan B.Inggris
Berdasarkan daftar nama guru MA Pembangunan UIN Jakarta pada table 4.1 di atas menunjukkan bahwa seluruh guru MA Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 17 guru yaitu mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan terakhirnya. Hal ini dinyatakan bahwa guru MA Pembangunan UIN Jakarta seluruhnya adalah guru profesional yang sesuai dengan kualifikasi berdasarkan kompetensi masing-masing guru. Adapun sebagian besar terdapat lulusan SI, selebihnya yakni terdapat lulusan S2.
63
b. Keadaan Siswa Peserta didik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sebab peserta didik adalah subjek yang mendukung keberhasilan sebuah pendidikan. Keadaan siswa MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan tahun ajaran 2010/2011 sudah mencapai angka keseluruhan 196 siswa dengan jumlah rombongan belajar (RB) sebanyak 8. Dibawah ini merupakan jumlah siswa MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan Tahun 201
Tabel 4.2 Jumlah Siswa MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan Tahun 2010
No
Program Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
RB Siswa
RB Siswa
RB Siswa
RB Siswa
L
P
L
L
L
P
36
39
3
36
39
P
1
Umum
2
IPA
2
20
28
1
12
10
3
32
38
3
IPS
1
15
11
1
13
12
2
28
23
3
35
39
2
25
22
8
96
100
Jumlah
3
P
3
36
39
c. Fasilitas Skolah Instansi pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan fasilitas yang baik pula sehingga bisa mewujudkan dalam mencerdaskan siswa. Dibawah ini akan dipaparkan fasilitas yang dimiliki MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan dalam menbantu aktifitas guru dan siswa.
64
Tabel 4.3 Fasilitas Belajar Siswa MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan UIN Jakarta Jenis Ruang
Jumlah
Ruang Kelas Ber AC
9
Perpustakaan
1
Laboratorium Komputer dengan
1
jaringan Internet Laboratorium MIPA
1
Laboratorium Bahasa
1
Laboratorium Keterampilan/Kitchen
1
Lab Masjid
1
Sarana Audio Visual
1
Ruang UKS
1
Ruang BK
1
Ruang Musik
1
Tabungan Amal Shaleh
1
Fasulitas Antar Jemput
1
Kantin
1
Sekuriti
1
Koperasi Sekolah
2
Lapangan Olah Raga
1
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan /Hasil Intervensi Tindakan Proses penelitian ini dilakukan selama satu kali pertemuan atau selama 2 minggu, di bulan Agustus. Adapun penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, atau pengamatan, dan refleksi.
65
1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah mendiskusikan skenario pembelajaran yang dibuat oleh peneliti kepada guru bidang studi sosiologi, adapun peneliti berperan sebagai praktisi dan guru mata pelajaran berperan menjadi peneliti. Pada kegiatan ini peneliti menjelaskan tugas-tugas guru mata pelajaran yang berperan sebagai peneliti pada saat penelitian, kegiatan ini dimaksudkan agar peneliti dan guru dapat bekerjasama mengamati jalannya penelitian. Sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran sosiologi membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat hand out terkait dengan materi yang akan diajarkan sebagai media siswa, menyiapkan instrument (tes, lembar observasi, jurnal harian siswa, dan lembar angket), dan kemudian melakukan uji coba instrument. b. Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan Pertama Kegiatan belajar sosiologi di kelas XI pada hari Selasa, 3 Agustus 2010 dimulai pukul 07:00-08:30 WIB. guru sosiologi hadir untuk membantu peneliti dalam melaksanakan kegiatan hari ini. Proses pembelajarannya diawali dengan melaksanakan pretes selama
15
menit,
tujuannya
adalah
untuk
kemampuan awal siswa. Sebelum proses
mengetahui pembelajaran
dilakukan, maka terlebih dahulu guru menjelaskan langkahlangkah proses pembelajaran dengan metode student team achievement
division
(STAD).
Kemudian
dilanjutkan
memberikan apersepsi yang dilakukan oleh guru kepada siswa dengan tujuan untuk merangsang siswa agar aktif berpikir dengan meberikan beberapa pertanyaan kepada siswa ataupun siswa bisa mengungkapkan pendapatnya. Setelah itu guru
66
menyajikan materi diferensiasi sosial secara keseluruhan yang mana
guru
memulai
dengan
menyampaikan
indikator
pembelajaran yang harus dicapai pada hari itu dan guru juga memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menginstruksikan siswa untuk membuat 4 kelompok yang terdiri dari kelompok apel, sirsak, anggur dan manggah. Dilanjutkan dengan guru memberikan tugas agar setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang telah disampaikan guru selama 10 menit yang bertujuan untuk lebih memahami materi dan untuk mempersiapkan menjawab soal (tes) yang akan diberikan oleh guru, setelah itu siswa diberi 5 butir soal yang dikerjakan sendiri-sendiri. Tahap selanjutnya guru menghitung skor nilai
hasil tes, yang mendapat nilai
tertinggi akan diberi penghargaan yaitu dengan mengumumkan kelompok yang terbaik nilainya, sehingga bisa memberikan motivasi agar terus aktif belajar khususnya belajar sosiologi, untuk bisa memberikan semangat pula kepada kelompok yang kurang nilainya. Berdasarkan proses siklus I di atas diakhiri dengan melakukan postes, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah siswa telah memahami atau menguasai kompetensi tertentu seperti yang telah dirumuskan dalam indikator minat belajar. c. Tahap Observasi atau Pengamatan Hasil observasi pertemuan pertama, hari Senin 3 Agustus 2010, suasana kelas masih belum teratur sehingga terdengar suara ribut dari masing-masing kelompok, dikarenakan mereka masih bingung dengan proses pembelajarn tersebut. Seluruh aktivitas yang terjadi dikelas guru mata pelajaran mengobservasi atau mengamati proses pembelajaran dengan metode student team achievement division (STAD) sekaligus mengamati aktivitas siswa, dengan melihat minat belajar sosiologi tinggi, sedang, ataupun rendah, dapat diketahui
67
setelah diberikan pretes dan postes. Kemudian mendokumentasikan proses kegiatan pembelajarn. Hal itu dilakukan sesuai dengan fungsi observasi yaitu mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait d. Tahap Refleksi Berdasarkan pembelajaran yang sudah dilakukan di mana peneliti bersama guru mata pelajaran yang berperan sebagai praktisi dan observer atau peneliti menganalisis atau merenungi sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada silkus I. Pelaksanaan kegiatan belajar sosiologi melalui pembelajaran kooperatif dengan metode
Student Team Achievement Division
(STAD) yang telah dilakukan menggambarkan banyak kendala yang muncul dikelas pada saat pemberian tindakan sehingga ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki sebagai berikut: 1. Banyak siswa yang tidak aktif dalam bertanya 2. Siswa tidak melakukan diskusi sungguh-sungguh 3. Siswa masih bingung dengan jalannya pembelajaran melalui pembelajaran
kooperati
dengan
metode
Student
Team
Achievement Division (STAD) 4. Siswa masih merasa malu dalam mengungkapkan kesulitan belajarnya sehingga mengalami hambatan dalam memahami materi yang sedang dipelajarinya. 5. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal setiap kali pembelajaran sosiologi berlangsung 6. Hasil pretes dan postes menunjukan masih banyaknya nilai rendah yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 70. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai hasil penelitian di siklus I, peneliti merasa penelitiannya harus diteruskan ke siklus II karena merasa banyak siswa tidak memiliki minat tinggi dalam pembelajaran sosiologi melalui pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD)sehingga belum
68
berhasil pula menerapkan metode tersebut dalam mata pelajaran sosiologi. Meski demikian siswa terlihat respon ketika belajar dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) karena baru diterapkan metode tersebut dalam pembelajaran sosiologi.
2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada siklus II akan diperbaiki proses pembelajaran yang masih kurang berdasarkan perencanaan yang telah dikembangkan setelah melakukan refleksi di siklus I. Siklus II di mulai pada hari Selasa, 10 Agustus 2010. sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran sosiologi
terlebih
dahulu
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat power point terkait dengan materi yang akan diajarkan sebagai media pembelajaran siswa, membuat lembar observasi, lembar angket, lembar jurnal siswa dan membuat soal tes siklus II. Adapun materi yang akan diberikan pada siklus II adalah mengenai stratifikasi sosial. b.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran di siklus II juga dilakukan I kali pertemuan. 1) Pertemuan Pertama Kegiatan belajar sosiologi di siklus II agak sedikit berbeda dengan pertemuan pertama di siklus I. hal ini dilakukan atas kesepakatan peneliti dengan guru mata pelajaran sosiologi , tujuannya agar siswa tidak merasa bosan belajar sosiologi selalu dengan diberikan lembar hand out dan nantinya belajar dengan metode Student Team Achievement Division (STAD). Kegiatan belajar pada siklus II ini diawali dengan melakukan pretes selama 15 menit. Kemudian sebelum guru menyampaikan materi maka siswa di instrusikan untuk membuat kelompok yang terdiri dari kelompok apel, sirsak, anggur dan manggah. Dilanjutkan dengan
69
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, tujuan pembelajaran dan menjelaskan indikator pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan mengenai materi stratifikasi sosial. Setelah itu guru menyajikan materi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok yang sudah dibuat yang bertujuan agar saling bertanya apabila ada materi yang sulit dipahami. Selanjutnya guru memberikan kuis 5 soal seperti pada siklus I, soal tersebut dikerjakan sendiri-sendiri artinya tidak boleh bekerjasama. Kemudian guru memberikan skor dan yang memperoleh skor tertinggi, maka diumumkan dikelas sehingga bisa meningkatkan minat belajar siswa. Proses pembelajaran diakhiri dengan melakukan postes siklus II. c. Tahap Observasi atau Pengamatan Pada tahap observasi, berbeda pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II yaitu terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. hal tersebut bisa terlihat melalui pembelajaran dengan metode student team achievement division (STAD siswa cukup antusias untuk saling berdiskusi tentang materi yang belum dimengerti, kemajuan lain yang diperoleh siswa dari hasil penelitian bahwa siswa yang berkemampuan rendah sudah mulai bertanya kepada teman kelompoknya yang berkemampuan sedang dan tinggi sehingga mereka terlihat terbiasa untuk mengerjakan kuis yang diberikan guru. Selanjutnya guru mata pelajaran mengobservasi proses pembelajaran melalui pembelajaran dengan metode Student Team Achievement Division (STAD sekaligus mengamati aktivitas siswa, menilai minat belajar sosiologi siswa setelah diberikan tes awal (pretes) dan tes akhir (postes), kemudian mendokumentasikan
70
kegiatan pembelajaran. Hal demikian dilakukan sesuai dengan fungsi observasi yaitu mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. d. Tahap Refleksi Tahap terakhir adalah refleksi, dimana peneliti dan guru mata pelajaran sosiologi yang bertugas sebagai praktisi dan peneliti atau observer menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus II sesuai dengan indikator pembelajaran dan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . Berdasarkan hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan minat belajar sosiologi siswa khususnya pada proses penelitian sudah baik karena dibuktikan dengan tingginya minat siswa yaitu di atas nilai KKM. Jadi peneliti merasa subyek penelitian sudah tercapai sesuai dengan indikator pembelajaran dan sudah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), sehingga penelitian dihentikan di siklus II. C. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrument yang dipergunakan dalam menguji minat belajar sosiologi siswa pada masing-masing siklus adalah 10 soal. Soal tersebut berasal dari 30 soal, sebelum instrument-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diberikan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Adapun pengambilan data minat belajar sosiologi pada masing-masing instrument melalui pretes dan postes diambil dalam satu kali pertemuan tiap siklus. Peneliti menguji cobakan soal yang sudah dibuat pada kelas yang akan mempelajari materi yang diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian, yaitu dengan menggunakan rumus validitas “Product Moment” yakni perhitungan menggunakan program ANATES V4 . berdasarkan siklus I, didapatkn 11 soal yang valid yakni nomor 1, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 16, 17, 18, dan 23. Agar menjadi 10 soal, maka harus dibuang 1 soal yakni soal nomor 23 (tingkat kesukarannya tergolong mudah). Sedangkan pada siklus II diperoleh 10 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 17, 8, 9, dan 16.
71
Instrument tersebut juga
diujikan reliabilitasnya berdasarkan rumus
Kuder-Richardson (K-R20) yakni perhitungannya menggunakan program ANATES V4. Reliabilitas soal pada siklus I adalah 0,87, sedangkan soal pada siklus II reliabilitasnya adalah 0,93 Reliabilitas pada soal siklus I dan II menggambarkan pengertian bahwa instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data oleh karena itu akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila datanya memang benar, maka berapakalipun diambil tetap akan sama sesuai dengan kenyataannya.
D. Analisa Data 1. Hasil Belajar Siswa Pembelajaran sosiologi dengan menggunakan metode Student Team Achievement Division (STAD) materi differensiasi sosial dan stratifikasi sosial yang bertujuan untuk mengetahui minat belajar siswa. Data hasil belajar (pretes dan postes) pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus I No.
Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
A B C D E F G H I J K L M N O
Siklus I Pretes 6 5 5 4 8 5 6 5 4 6 6 4 5 7 7
Postes 9 8 8 7 7 6 9 9 7 9 8 9 7 8 6
N-Gain I
Kategori
0,75 0,57 0,57 0,42 -0, 5 0,2 0,75 0,8 0,42 -0, 5 0,5 0,83 0,4 0,3 -0,3
Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah
72
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
P Q R S T U V W X Y Z Jumlah Rata-rata
4 6 7 5 6 7 4 6 5 5 4 142 5,46
4 9 8 8 7 6 5 3 8 6 7 188 7,23
0 0,75 0,3 0,6 0,25 -0,5 0,16 -0,42 0,8 0,2 0,5 7,85 0,49
Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Sedang
Berdasarkan tabel di atas agar lebih jelas hasil belajar sosiologi yang diperoleh siswa, maka dapat dilihat grafik di bawah ini. Grafik 4.1
12 10 8 6
Hasil Belajar
4 2 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Hasil belajar siswa di siklus I masih harus ditingkatkan. Hal ini berarti minat belajar siswa masih rendah, dapat dibuktikan dengan masih banyaknya nilai siswa yang berada di bawah rata-rata. 12 siswa N-Gainnya tergolong rendah yakni nilai pretes 4, hingga 8, dan nilai postes antara 3 hingga 9. Kemudian 8 siswa N-Gainnya tergolong sedang yaitu nilai pretes sekitar 4 hingga 6 dan nilai postes antara 7 hingga 8 , dan 6 siswa
73
tegolong tinggi yakni nilai pretes 4 hingga 6, dan nilai postes antara 8 hingga 9. Tabel Hasil Belajar Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Siswa
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Jumlah Rata-rata
Siklus II Pretes Postes 6 9 3 8 5 9 3 8 4 9 3 7 3 9 7 10 4 7 6 9 7 6 7 9 6 9 6 9 7 10 6 8 7 6 6 8 7 10 7 9 6 9 5 9 4 10 4 8 3 7 4 4 136 216 5,23 8,30
N-Gain I
Kategori
0,75 0,71 0,8 0,71 0,83 0,57 0,85 1,0 0,42 0,75 -0,34 0,66 0,75 0,75 1,0 0,5 -0,4 0,5 1,0 0,67 0,75 0,8 1,0 0,67 0,57 0 16,27 0,62
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah
Berdasarkan tabel di atas agar lebih jelas hasil belajar sosiologi yang diperoleh siswa, maka dapat dilihat grafik di bawah ini.
74
Grafik 4.2
16 14 12 10 8
Hasil Belajar
6 4 2 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Minat belajar sosiologi siswa dapat dilihat dari hasil N-Gainnya di siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. hal tersebut dapat dibuktikan dengan berkurangnya nilai dibawah rata-rata. 3 siswa NGainnya tergolong rendah , yakni nilai pretes diperoleh siswa 7 hingga 9, dan nilai postesnya 6 hingga 8. Sedangkan yang tergolong N-Gainnya sedang yaitu dengan nilai pretes antara 3 hingga 7 dan nilai postesnya 7 hingga 8. Dan 16 siswa tergolong N-Gainnya tinggi dengan nilai pretes sekitar 3 hingga 7 dan nilai postesnya antara 7 hingga 10. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan yang nyata dengan nilai rata-rata pretes I dengan pretes II, kemudian rata-rata postes I dengan postes II. Perincian nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut pretes siklus I rata-ratanya 5,46, sedangkan pretes II rata-ratanya 5,23 kemudian postes I rata-ratanya 7,23 sedangkan postes II rata-ratanya 8,30. 2. Hasil Jurnal siswa Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui respon siswa jurnal harian siswa selama siklus I dan II adalah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
75
Tabel 4.5 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran pada Siklus I
No
Kategori
1
Positif
Respon Siswa 1. Pembelajaran lebih menyenangkan dari pembelajaran sebelumnya. 2. Saya menjadi aktif bertanya 3. Jelas dalam menyampaikan materi 4. Lumayan baik 5. Saya lebih terlatih dalam memahami materi diferensiasi
2
Netral
3
Negatif
1. Guru kurang tegas dalam proses pembelajaran 2. Pembelajaran jadi ribet harus berkelompok 3. Suara guru kurang jelas 4. Pembelajaran membosankan 5. Tidak mendengarkan guru ketika guru menerangkan materi 6. Biasa saja 7. Pembelajaran tidak menantang 8. Saya menjadi pasif di kelas 9. Materi terlalu banyak 10. Jadi males belajar
Tidak Berkomentar
76
Tabel 4.6 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran pada Siklus II
No
Kategori
1
Positif
Respon Siswa 1. Dengan belajar seperti ini, saya lebih mengerti karena dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sosiologi. 2. Menjadi
berani
untuk
mengemukakan pendapat. 3. Menjadi terlatih dalam mengisi soal sosiologi. 4. Kondisi
pembelajaran
yang
menyenangkan. 5. Saya lebih memahami materi sosiologi. 6. Bagus 7. Baik 8. Lumayan baik. 9. Guru
dalam
menerangkannya
jelas. 10. Pembelajaran menarik karena bias bekerjasama di dalam kelompok diskusi. 11. Guru cukup tegas. 12. Membuat saya semangat belajar. 13. Bisa
menambah
ilmu
pengetahuan. 14. Pembelajaran
hari
ini
menyenangkan. 15. Pembelajaran hari ini memberikan
77
kesempatan kepada saya untuk mengembangkan
potensi
saya
dalam pembelajaran sosiologi. 2
Netral
3
Negatif
1. Materi
yang
dijelaskan
tidak
mengerti. 2. Guru menjelaskannya ribet. 3. Pembelajaran
hari
ini
membosankan. 4. Materi sosiologi terlalu banyak. 5. Membuat saya males belajar. 4
Tidak Berkomentar
Tabel 4.7 Rekapitulasi Respon Siswa Siklus I dan II
No Kategori
Persentase Pada Pertemuan Ke-
Rata-rata
Siklus 1
Siklus II
Positif
5
15
10%
Netral
5
5
5%
Negatif
10
3
6,5%
Tidak
6
3
4,5
Berkomentar
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan dari siklus I diperoleh bahwa respon positif siswa lebih kecil yaitu hanya berjumlah 5 siswa, dibandingkan dengan respon yang negatif yakni 10 siswa, netral sekitar 5 siswa maupun tidak berkomentar yaknu berjumlah 6 siswa. Hal ini
78
menunjukkan sebagian besar siswa berkomentar negatif. Berdasarkan hal ini pembelajaran pada siklus I harus diperbaiki artinya siswa tidak memiliki minat atau keinginan tinggi untuk belajar sosiologi. Sedangkan pada siklus II respon positif siswa terhadap pembelajaran lebih besar yakni sekitar 15 siswa, dibandingkan dengan respon yang negatif hanya 3 siswa. Ini artinya siswa memiliki minat yang tinggi dengan metode STAD dan sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran sosiologi dengan metode STAD sehingga metode ini efektif diterapkan dalam pembelajaran sosiologi. Pada pembelajaran ini semua siswa sudah terlihat lebih bertanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan guru dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3. Hasil Angket Siswa Angket minat belajar sosiologi melalui pembelajaran koperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Sosiologi NO
Option
F
%
1
Sangat Setuju
13
50%
Setuju
11
42.30%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
2
7,69%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 13 Responden (50%) menyatakan sangat setuju bahwa belajar sosiologi bukan mata pelajaran yang sulit dan senang sekali mengikuti pelajaran sosiologi, 11 responden (42,30%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 2 responden (7,69%)
79
menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap bahwa siswa senang dengan pelajaran sosiologi.
Tabel 4.9 Tingkat Kesulitas Siswa Dalam Belajar Sosiologi NO
Option
F
%
2
Sangat Setuju
o
0%
Setuju
3
11,53%
Sangat Tidak Setuju
4
15,38%
Tidak Setuju
19
73,07%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 0 Responden (0%) menyatakan sangat setuju, 3 responden (11,53%) menyatakan setuju, 4 Responden (15,38%) menyatakan sangat tidak setuju. 19 responden (73,07%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap bahwa sebagian besar siswa tidak merasa sulit dalam memahami pelajaran sosiologi sehingga membuat siswa senang mempelajari sosiologi.
Tabel 4.10 Keaktifan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat NO
Option
F
%
3
Sangat Setuju
10
38,46%
Setuju
11
42,30%
Sangat Tidak Setuju
1
3,84%
Tidak Setuju
4
15,38%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 10 Responden (38,46%) menyatakan sangat setuju, 11 responden (42,30%) menyatakan setuju, 1 Responden (3,84%) menyatakan sangat tidak setuju. 4 responden (15,38%) menyatakan tidak setuju.
80
Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif berpendapat walaupun masih ada sebagian yang kurang aktif. Tabel 4.11 Tingkat Kesulitan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat NO
Option
F
%
4
Sangat Setuju
0
0%
Setuju
6
23,07%
Sangat Tidak Setuju
15
57,69%
Tidak Setuju
5
19,23%
Jumlah
26
100%
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa 0 Responden (0%) menyatakan sangat setuju, 6 responden (23,07%) menyatakan setuju, 15 Responden (57,69%) menyatakan sangat tidak setuju. 5 responden (19,23%) menyatakan tidak setuju. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar menganggap bahwa siswa sangat aktif bertanya tanpa diminta oleh guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa merespon materi yang telah dijelaskan oleh guru.
Tabel 4.12 Kehadiran Siswa Di Dalam Pembelajaran Sosioligi NO
Option
F
%
5
Sangat Setuju
10
38,46%
Setuju
16
61,53%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
0
0%%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 10 Responden (38,46%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (61,53%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu hadir dalam pelajaran sosiologi,
81
hal ini juga membuktikan siswa memiliki minat yang tinggi untuk selalu hadir dalam pembelajaran sosiologi, Tabel 4.13 Daya Tahan Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Sosiologi NO
Option
F
%
6
Sangat Setuju
1
3,84%
Setuju
8
30,76%
Sangat Tidak Setuju
6
23,07%
Tidak Setuju
11
42,30%%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 1 Responden (3,84%) menyatakan sangat setuju, 8 responden (30,76%) menyatakan setuju, 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat tidak setuju. 11 responden (42,30%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap senang mempelajari sosiologi, karena tidak sulit dipahami sehingga tidak melelahkan siswa dalam mempelajari pelajaran sosiologi, walaupun ada sebagian yang merasa lelah mempelajari pelajaran sosiologi. Tabel 4.14 Respon Siswa Dalam Pembelajaran Sosiologi NO
Option
F
%
7
Sangat Setuju
14
53,84%
Setuju
11
42,30%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
1
3,84%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 14 Responden (53,84%) menyatakan sangat setuju, 11 responden (42,30%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 1 responden (3,84%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa respon dalam pembelajaran sosiologi
82
yakni siswa memperhatikan materi yang dijelaskan guru sehingga membuat siswa aktif dalam bertnya atau memberikan pendapat mengenai materi sosiologi.
Tabel 4.15 Tingkat Daya Tahan Siswa Dalam Memperhatikan Pelajaran Sosiologi NO
Option
F
%
8
Sangat Setuju
6
23,07%
Setuju
7
26,92%
Sangat Tidak Setuju
10
38,46%
Tidak Setuju
3
11,53%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat setuju, 7 responden (26,92%) menyatakan setuju, 10 Responden (38,46%) menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden (11,53%) menyatakan tidak setuju. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang mengantuk karena suasana pembelajaran menyenangkan dengan metode Student Team Achievement Division. Tabel 4.16 Keaktifan Siswa Di Dalam Menjawab Pertanyaan Guru NO
Option
F
%
9
Sangat Setuju
5
19,23%
Setuju
20
76,92%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
1
3,84%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 5 Responden (19,23%) menyatakan sangat setuju, 20 responden (76,92%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 1 responden (3,84%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa aktif dalam pembelajaran sosiologi
83
yakni dengan dibuktikan setiap kali guru mengajukkan pertanyaan maka siswa selalu aktif dalam menjawab pertanyaan maupun mengerrjakan tugas. Sebagian besar siswa selalu berusaha untuk mengerjakannya baik dengan mencari sendiri maupun diskusi dalam kelompok. Tabel 4.17 Keaktifam Dalam Mengerjakan Tugas Sosiologi NO
Option
F
%
10
Sangat Setuju
3
11,53%
Setuju
6
23,07%
Sangat Tidak Setuju
9
34,6%
Tidak Setuju
8
30,76%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 3 Responden (11,53%) menyatakan sangat setuju, 6 responden (23,07%) menyatakan setuju, 9 Responden (34,6%) menyatakan sangat tidak setuju. 8 responden (44%) menyatakan tidak setuju. Terbukti bahwa siswa sebagian besar mengerjakan tugas walaupun tidak diperiksa oleh guru dan menunjukkan siswa memiliki minat belajar tinggi dalam pembelajaran sosiologi. Tabel 4.18 Ketepatan Guru Dalam Memilih Metode Pembelajaran Sosiologi NO
Option
F
%
11
Sangat Setuju
6
23,07%
Setuju
16
61,53%
Sangat Tidak Setuju
1
3,84%
Tidak Setuju
4
15,38%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (61,53%) menyatakan setuju, 1 Responden (3,84%) menyatakan sangat tidak setuju. 4 responden (15,38%) menyatakan tidak setuju.
84
Terbukti bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievemen Division membuat siswa tertarik dalam pembelajaran sosiologi.
Tabel 4.19 Kesiapan Siswa Di Dalam Pembelajaran Sosiologi NO
Option
F
%
12
Sangat Setuju
0
0%
Setuju
9
34,6%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
15
57,69%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 0 Responden (0%) menyatakan sangat setuju, 9 responden (34,6%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 15 responden (57,69%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih dulu menyiapkan materi yang akan dipelajari disekolah sehingga ketika sampai disekolah siswa sudah siap dengan materi yang diajaran. Tabel 4.20 Respon Belajar Siswa Setelah Pembelajaran Di Sekolah NO
Option
F
%
13
Sangat Setuju
6
23,07%
Setuju
10
38,46%
Sangat Tidak Setuju
5
19,23%
Tidak Setuju
5
19,23%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat setuju, 10 responden (38,46%) menyatakan setuju, 5 Responden (19,23%) menyatakan sangat tidak setuju. 5 responden (19,23%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sebagian besar siswa belajar kembali di rumah
85
untuk lebih memahami materi yang telah diajarkan di sekolah.
Tabel 4.21 Keaktifan Siswa Dengan Metode STAD NO
Option
F
%
14
Sangat Setuju
12
46,15%
Setuju
7
6,92%
Sangat Tidak Setuju
4
15,38%
Tidak Setuju
3
11,53%
Jumlah
25
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 12 Responden (46,15%) menyatakan sangat setuju, 7 responden (6,92%) menyatakan setuju, 4 Responden (15,38%) menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden (11,53%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sebagian besar dengan metode STAD, siswa merasa senang, dengan dibuktikan bahwa siswa aktif bertanya, aktif menjawab, mengerjakan tugas. Berdasarkan hal tersebut siswa memiliki minat yang tinggi dalam
pembelajaran
sosiologi
melalui
pembelajaran
sosiologi
dengan
menggunakan metode STAD, Tabel 4.22 Tingkat Pemahaman Siswa Dengan Menggunakan Metode STAD NO
Option
F
%
15
Sangat Setuju
3
11,53%
Setuju
3
11,53%
Sangat Tidak Setuju
10
38,46%
Tidak Setuju
10
38,46%
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 3 Responden (11,53%) menyatakan sangat setuju, 3 responden (11,53%) menyatakan setuju, 10 Responden (38,46%)
86
menyatakan sangat tidak setuju. 10 responden (38,46%) menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sebagian besar siswa tidak pasif melainkan dengan metode STAD siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi yang diajarkan, karena dalam pembelajaran sosiologi dengan menggunakan metode STAD siswa dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran sosiologi.
E. Interpretasi Hasil Analisa Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan dalam beberapa tahapan yangberupa siklus-siklus yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus yakni sebagai berikut: a) Siklus I Siklus satu terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, seperti berikut: 1. Perencanaan a. Praktisi (peneliti) dan observer (guru mata pelajaran) berdiskusi dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran agar kegiatan proses pembelajaran berjalan dengan baik. b. Membuat hand out mengenai diferensiasi sosial c. Membuat dan menyiapkan instrument yakni: tes, lembar observasi, jurnal harian siswa, dan angket. 2. Pelaksanaan Satu siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Pada pertemuan ini pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan a. Banyak siswa yang tidak aktif dalam bertanya b. Siswa tidak melakukan diskusi kelompok dengan serius c. Siswa belum terbiasa dengan metode STAD yaitu belum terbiasa mengerjakan tugas setiap kali pembelajaran berlangsung. d. Siswa belum mengetahui pasti langkah-langkah pembelajaran sehingga siswa masih kebingungan.
87
e. Siswa masih merasa malu dalam mengungkapkan kesulitan belajarnya. f. Guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa. g. Kurangnya kualitas interaksi dalam pembelajaran sosiologi. h. Kurangnya pemusatan siswa terhadap pembelajaran di kelas. i. Guru belum bisa mengelola kelas dengan baik j. Keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sosiologi masih kurang jelas. Berdasarkan masalah di atas maka masalah tersebut harus segera diatasi oleh peneliti, karena tujuan dari metode STAD adalah untuk meningkatkan minat bealajar sosiologi siswa. Maka dari itu, peneliti melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1. Memberikan
penjelasan
mengenai
langkah-langkah
proses
pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai 2. Memberikan penjelasan mengenai metode STAD 3. Mengerjakan tes/kuis setiap pertemuan agar siswa terbiasa yakni bertujuan untuk meguji kemampuan belajar siswa. 4. Guru harus bisa mengelola kelas dengan baik. 5. Guru harus bisa membangkitkan minat belajar siswa dengan metode STAD. 3. Observasi a. Hasil Observasi Siklus I Mengenai Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa pada siklus I siswa tidak siap menikuti pembelajaran karena sebelumnya siswa tidak memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan, kemudian siswa sulit memahami pelajaran sosiologi, kurangnya kerjasama dalam diskusi kelompok sehingga kualitas
dalam
memimpin
dalam
diskusi
tidak
ada
dan
mengakibatkan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Disamping itu dapat dilihat dalam penguasan konsep belajar siswa
88
terhadap materi pembelajaran masih tergolong rendah. Dari skor ideal hasil belajar 100%, skor perolehan rata-rata pretes hanya 5,46 dan pada saat postes rata-ratanya 7,23 dan N-Gain siklus I hanya mencapai 0,49. b. Aktivitas Guru (peneliti) Hasil
observasi
aktivitas
guru
dalm
kegiatan
proses
pembelajaran pada siklus I masih rendah. Hal ini terjadi karena guru kurang membangkitkan minat rasa ingin tahu siswa, kurang memusatkan siswa terhadap pembelajaran sosiologi, serta media pembelajaran dengan metode STAD, siswa hanya diberikan hand out adalah kurang efektif dalam penggunaannya. Seharusya disertai dengan power point atau gambar-gambar untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik perhatian siswa. 4. Refleksi Berdasarkan proses pembelajaran siklus I, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki ketika akan memberikan tindakan pada siklus II. Adapun kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah seagai berikut: a. Guru kurang membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa sehingga siswa kurang respon dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. b. Kurangnya
pemusatan
perhatian
siswa
terhadap
proses
pembelajaran sosiologi mengaibatkan siswa tidak sungguh-sunggh dalam diskusi kelompok c. Kurang pertimbangan dalam membuat media pembelajaran sosiologi yang mengakibatkan tidak adanya minat belajar sosiologi d. Guru kurang persiapan dalam menjelaskan materi pelajaran sosiologi sehingga siswa sulit untuk memahami materi tentang diferensiasi. Berdasarkan masalah di atas masih banyak yang harus diperbaiki dalam pemberin tindakan guru kepada siswa. Untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai
89
pada siklus I, maka pelaksanaan pada siklus II perlu dibuat pengembangan perencanaan pemberian tindakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. b) Siklus II Siklus kedua ini, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi 1.
Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. maka perencanaan di siklus kedua ini lebih dikembangkan agar tercapai sesuai indicator dan sesuai dengan KKM. Perencanannya adalah sebagai berikut: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran dengan membuat media power point untukmembuat siswa merasa tertarik dengan materi yang diberikan oleh guru. c. Mengamati kesulitan belajar siswa d. Membuat instrument (tes, lembar observasi, lembar jurnal harian siswa dan lembar angket)
2.
Pelaksanaan 1. Suasana pembelajaran sudah mulai baik yakni siswa lebih antusias, aktif bertanya, mengungkapkan pendapat dan lebih mudah memahami materi pembelajaran 2. Siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru 3. Suasana kelas tidak gaduh sehingga siswa bisa terpusat perhatian pada proses pembelajaran 4. Sebagian besar siswa terlihat senang atau memiliki minat tinggi dengan metode STAD. 5. Guru jelas dalam menyampaikan materi sosiologi. 6. Nada dan intonasi guru dalam menyampaikan materi sosiologi sudah baik. 7. Guru bisa mengamati kesulitan dan kemajuan belajar siswa.
90
3.
Observasi a. Hasil Observasi Siklus II Mengenai Aktivitas Siswa Berdasarkan kekurangan pada siklus I, maka pada siklus II . ini ditunjukkan siswa sudah aktif bertanya, mengungkapkan pendapatnya, kemudian aktif dalam bekerjasama dalam kelompok diskusi untuk menyiapkan diri dalam tes/kuis yang akan diuji cobakan. Kemudian dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai pretest siklus II yaitu 5,23 dan rata-rata postesnya mencapai 8,30. Adapun minat belajar siswa dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai Normal gain di setiap siklus. N-Gain Siklus I hanya 0,49 sedangkan N-Gain siklus II 0,62. b. Hasil Observasi Siklus II Mengenai Aktivitas Siswa Di siklus II ini aktivitas guru mengalami peningkatan yakni ditunjukkan dengan terlaksananya metode STAD yaitu dengan proses pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Seperti yang diungkapkan oleh M. Alisuf Sabri mengatakan yang dimaksud dengan “minat (interest) adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Hal ini dibuktikan yakni terlaksananya guru dalam membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa sehingga siswa memiliki hasil belajar yang tinggi.
4.
Refleksi Keberhasilan yang dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. pembelajaran sosiologi dengan metode STAD adalah meningkatkan minat belajar sosiologi siswa yang dibuktikan dengan nilai ratarata pretes dan postes yakni siklus II mengalami peningkatan dari hasil rata-rata siklus I yakni N-Gain I hanya 0,49 dan N-Gain II
91
0,62. 2. Ditunjukkan dalam aktivitas guru semakin meningkat yang mengarahkan siswa pada pembelajaran yang menyenangkan dengan metode STAD. 3. Proses tindakan yang dilakukan nilai yang diperoleh siswa sudah memenuhi KKM yaitu 70 dan indikator. 4. Dari hasil angket dan jurnal harian siswa sebagian besar terdapat respon yang menyenangkan dalam proses pembelajaran sosiologi dengan metode STAD. F. Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan guru dan siswa
pada
penelitian
pendahuluan.
Ditemui
beberapa
masalah
dalam
pembelajaran sosiologi. Diantaranya adalah kondisi kelas yang gaduh sehingga tidak efektif dalam proses pembelajaran sosiologi dan mengurangi konsentrasi siswa. Kemudian siswa merasa metode yang diterapkan guru mata pelajaran hanya menggunakan metode yang biasa-biasa saja yakni metode ceramah dan diskusi sehingga siswa merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Hal ini akan menghambat siswa untuk mengembangkan potensi
siswa. Pada akhirnya
menyebabkan nilai yang diperoleh tidak memuaskan. Berdasarkan siklus I, siswa tidak belajar aktif, siswa tidak sungguh-sungguh dalam diskusi kelompok,dan siswa pun tidak mengerti materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu juga dalam pengamatan siklus I, yang dianggap kurang adalah guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa, kemudian kurangnya kualitas interaksi dalam belajar sosiologi, kurangnya pemusatan siswa terhadap proses pembelajaran di kelas, selanjutnya guru belum bisa mengelola kelas dengan baik, dan kurangnya keterampilan guru dalam menyampaikan materi yang disampaikan masih kurang jelas. Ditemui dalam penelitian berdasarkan teori dengan hasil pengamatan di lapangan. Pada siklus I dalam pelaksanaan metode Student Team Achievement Division (STAD), awal pembelajaran dilakukan pretes kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran. Selanjutnya guru menginstruksikan siswa
92
membuat 4 kelompok untuk berdiskusi, dilanjutkan guru membagi tugas atau kuis berisi 5 soal untuk dikerjakan masing-masing siswa. Tahap selanjutnya, guru menghitung skor hasil tes, kemudian yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan (reward) yaitu dengan mengumumkan nilai yang terbaik dalam kelompok. Selanjutnya memberikan postes. Berdasarkan siklus II, ada terdapat perbedaan antara teori dengan pengamatan di lapangan. siklus II ini, agak berbeda dengan siklus I. Siklus II dalam tahap pelaksanaan setelah diawali pretes kemudian dibuat 4 kelompok diskusi terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian guru menyampaikan materi . selanjutnya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berdiskusi, kemudian guru memberikan kuis 5 soal dikerjakan masing-masing siswa, dan menghitung skor hasil tes. Tahap terakhir adalah melakukan postes. Adapun tujuan peneliti membedakan tahapan antara siklus I dan siklus II yang memiliki tujuan yaitu agar siswa tidak merasa bosan, siswa lebih bisa diatur sehingga membuat siswa lebih aktif dan semangat belajar sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan metode STAD. Pembelajaran kooperatif dengan metode STAD ditemui dalam pengamatan di lapangan sesuai dengan teori yang diterapkan. Pembelajaran kooperatif dengan metode STAD terdapat hal positif yaitu melatih siswa untuk kerjasama dengan baik, seluruh peserta didik menjadi lebih siap dalam belajar sosiologi dengan metode STAD, meningkatkan hasil belajar akademik siswa, penerimaan terhadap keragaman , dan pengembangan keterampilan sosial siswa. Kemudian dalam pembelajaran kooperatif terdapat pula hal negative yakni anggota kelompok sebagian besar mengalami kesulitan, dan membedakan peserta didik satu dengan lainnya sehingga perlu diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan Normal Gain, minat belajar sosiologi mengalami peningkatan dibandingkan dengan belajar pada siklus I. hal ini dibuktikan dengan metode STAD berhasil meningkatkan minat belajar sosiologi siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta. Rata-rata N-Gain yang diperoleh siklus I adalah 0,48 sedangkan rata-rata N-Gain siklus II adalah 0,62.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian minat belajar sosiologi siswa kelas XI MA Pembangunan UIN Jakarta tergolong tinggi, hal tersebut dapat dibuktikan dengan berkurangnya nilai dibawah rata-rata. Tiga (3) siswa N-Gainnya tergolong rendah , yakni nilai pretes diperoleh siswa 7 hingga 9, dan nilai postesnya 6 hingga 8. Sedangkan yang tergolong N-Gainnya sedang yaitu dengan nilai pretes antara 3 hingga 7 dan nilai postesnya 7 hingga 8. Dan 16 siswa tergolong N-Gainnya tinggi dengan nilai pretes sekitar 3 hingga 7 dan nilai postesnya antara 7 hingga 10. Hal ini ditunjukkan dengan nilai siklus I rata-ratanya pretes 5,46 dan postes mancapai 7,23, sedangkan siklus II yakni rata-ratanya pretes 5,23 dan postes 8,30. Berdasarkan hal ini, 80% siswa mencapai di atas KKM. 2. Setelah belajar melalui pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD), siswa menjadi lebih menyenangkan seperti aktif
bertanya, aktif berpendapat, aktif
dalam diskusi kelompok, konsentrasi dalam memahami materi, dan siswa memiliki kompetensi dalam penguasaan materi sosiologi. Sehingga metode STAD efektif digunakan dalam pembelajaran sosiologi.
93
94
3. Berdasarkan hasil angket, respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode STAD yakni menunjukkan terjadinya peningkatan minat belajar sosiologi 100% siswa kelas XI MA Pembangunan UIN Jakarta.
B. Saran Telah terbukti bahwa minat belajar sosiologi siswa melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat blajar sosiologi siswa, maka penulis sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Guru sosiologi diharapkan menggunakan metode STAD , karena melalui pembelajarann ini sangat efektif diterapkan pada mata pelajaran sosiologi siswa dan dapat meningkatkan minat belajar sosiologi siswa. Sehingga bisa menciptakan pembelajaran aktif. 2. Guru hendaknya menerapkan metode yang bervariatif agar tidak membosankan siswa sehingga minat sosiologi siswa tinggi. 3. Guru diharapkan melakukan penelitian tindakan kelas karena untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas proses di kelas. 4. Siswa diharapkan agar
menciptakan
aktif dalam proses pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
yang
menyenangkan
dan
menghasilkan hasil belajar yang memuaskan. 5. Kepala Sekolah seharusnya menganjurkan kepada guru untuk menggunakan metode yang bervariatif dan mengaktifkan siswa. 6. Orang tua seharusnya bisa memotivasi siswa di rumah agar semangat dalam belajar khususnya dalam belajar sosiologi.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Meaningful Learning Re-Invensi kebermaknaan pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2007 Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undangundang SISDIKNAS, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Cet. 3, , 2003 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 6, 2001 , Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, cet. 4, 2007 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV.Atlas, 1998 Friesda, Neng Jamilah F, Penerapan Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi, Jakarta: UIN, Jakarta, 2008. Hernawan, Asep Herry, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung, UPI Press, cet. 1, 2007 Imron , Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, Cet. 1, 1996 Isjoni, Pembelajaran Visioner, Jakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1, 2007 _
, Pembelajaran Kooperatip, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet.1, 2009
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, cet. 1,2006 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Gaung Persada Press, cet.1, 2009 Junaedi, dkk.., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, Jakarta: PGMI, cet. 1, 2008 Kusumah, Wijaya dan Dwitagama Dedi, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Indeks, cet. 3, 2009 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung, Remaja Karya CV, 1973 Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003
96
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, cet. 2, 1995 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, cet. 5, 2006 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, cet. 10, 2003 Shadily, Hassan, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 12, 1993 Shaleh , Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta, Kencana, cet. 1, 2004 Slavin, Robert E, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology, Jakarta: Indeks, cet. 1, 2009 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. 25, 1990 Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 13, 2003 , Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Garapindo Persada, 2007 Syah, Darwyan, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, cet. 1, 2006 Syam, Jonny, Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004 Tim Penyusun , Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka, cet. 1, 2007
97
Waskito, A. A, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Wahyu Media, cet. 1, 2009 Wisadirana, Darsono, Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press, cet. 1, 2004 Witherington, H. C, dkk., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, Bandung, Jemmars, cet. 3, 1986 Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Grasindo, cet. 4, 1996 Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, cet. 2, 2004 Karuru, Perdy, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003 Pembelajaran Kontekstual, Jurnal Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0. 2 Juli-Desember, 2005 Widyaningrum, Retno, Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan Qym, Pengertian Minat, artikel di akses pada 12 oktober 2009 dari: http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertian-minat.htm Zanikhan, Minat Belajar Siswa, artikel di akses pada 12 oktober 2009 dari: http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Mata Pelajaran
: IPS Sosiologi
Kelas/Semester
: XI IPS/ Ganjil
Siklus
:I
Pertemuan ke-
:I
Standar Kompetensi
: Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial.
Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan Kehidupan
Alokasi Waktu
Bentuk-Bentuk
Struktur
dalam
Fenomena
: 2 x 45
A. Indikator 1. Mengetahui Pengertian Struktur Sosial 2. Mendefinisikan Diferensiasi Sosial 3. Mengindentifikasi Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial Berdasarkan Ras, Etnis, Klen, Agama, Profesi dan Gender.
B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu : 1. Siswa mampu mengetahui pengertian struktur social 2. Siswa mampu mendefinisikan diferensiasi social 3. Siswa mampu mengindentifikasi bentuk-bentuk diferensiasi social berdasarkan ras, etnis, klen, agama, profesi dan gender.
C. Materi Pokok 1. Struktur Sosial Struktur social berasal dari bahasa latin yaitu struktum yang berarti menyusun. Jadi struktur sosial dapat diartikan sebagai susunan terhadap sesuatu yang memiliki bagian-bagian atau unsure-unsur dan membentuk suatu susunan. Struktur social merupakan realitas social yang bersifat statis sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang membentuk struktur. 2. Bentuk-bentuk struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan sosial 1. Pengertian Diferensiasi Sosial Diferensiasi berasal dari istilah bahasa inggris yaitu different yang berarti perbedaan. Diferensiasi sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukan adanya suatu tingkatan (hierarki). Artinya tidak ada golongan dari pembagian tersebuit yang memiliki tingkatan yang lebihtinggi ataupun lebih rendah
3.
Bentuk-bentuk diferensiasi social (1) Berdasarkan ras Diferensiasi ini timbul karena perbedaan cirri-ciri fisik tertentu misalnya : wana kulit, bentuk rambut, bentuk mata dan lain-lain. Pembagian ras diklasifikasikan menjadi : a. Austroloid b. Ras Mongoloid c. Caukasoid d. Negroid e. Ras khusus
(2) Berdasarkan Etnis Diferensiasi berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bangsa dan kebudayaan masing-masing. Sedangkan menurut Wiiliam Kornblum, kelompom etnis adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasanya memiliki leluhur yang pasti atu dianggap pasti sama. Jumlah suku di Indonesia sulit diperkirakan, antara peneliti dengan penelitiannya memiliki perbedaan pandangan. Menurut C. Van Vollen jumlah suatu suku bangsa di Indonesia: 316 suku, sedangkan menurut professor Koenjaraingrat sekitar : 119 suku Suku bangsa secara garis besar di Indonesia -
Dipulau Sumatra: suku bangsa Aceh, Gayo, Batak dan lain-lain
-
Pulau Jawa: suku bangsa sunda, jawa, Madura dan lain-lain
-
Kalimantan: Dayak
-
Sulawesi: Bugis, Makasar dan lain-lain
-
Nusa Tenggara: Bali, Bima dan lain-lain
-
Kepulauan Maluku: Ternate dan Tidore
(3) Berdasarkan Profesi Profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan seperti profesi guru, dokt5er, dan pedagang. (4) Berdasarkan Klen Klen adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, baik patrilineal maupun matrilineal. Adapun garis keturunan ibu adalah matrilineal, contohnya daerah Minangkabau, sedangkan keturunan ayah adalah patrilineal. Kemudian istilah yang mendekati ini adalah marga.
(5) Berdasarkan Agama Diferensiasi berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan social bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu yaitu agama Islam,Kristen, hindu ataupun umat budha (6) Berdasarkan Gender Peran gender adalah yaitu pola sikap dan tingkah laku yang diharapkanoleh masyarakat berdasarkan jenis kelamin.
D. Metode Pembelajara
Pembelajaran kooperatif dengan metode Team Student Achievement Division (STAD)
Diskusi
Kuis
E. Media/Alat Peraga
White Board
Hand out
LKS
F. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan
Waktu
1. Pendahuluan
10 menit
Memberi salam Kemudian siswa menjawabnya Bertanya pada siswa apakah siswa sudah siap mengikuti pelajaran Memfokuskan perhatian siswa pada materi dengan menuliskan judul nmateri di papan tulis 2. Kegiatan Inti
75 menit
Memberikan soal pretes Appersepsi: guru mengajukan pertanyaan Menjelaskan materi Membuat kelompok anatara 3-4 orang siswa Guru memberikan tugas yakni siswa mendiskusikan materi yang belum dimengerti.
5 menit
Memberikan soal/kuis yang dikerjakan masing-masing siswa Memberikan penilaian atau penghargaan kepada tiap siswa Kesimpulan materi Memberikan Postes 3. Kegiatan Akhir Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut
dengan membaca
hamdalah/doa. Guru mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.
G. Alat/Buku Sumber
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996
Tufik Rohman D, dkk, Sosiologi I, Jakarta : Yudhistira, 2006
Kun Maryati, Sosiologi SMA, Jakarta: Esis, 2004
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Umm Press, 2004
H. Penilaian
Tes Tertulis (Terlampir) - Siswa Mengisi lembar soal pilihan ganda
Pengamatan - Dilakukan saat diskusi berlangsung Jakarta, 3 Agustus 2010
Mengetahui :
Mahasiswa Praktikan
Guru Mata Pelajaran
Wage Wardana, S.Pd
Lilis Komariah
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Mata Pelajaran
: IPS Sosiologi
Kelas/Semester
: XI IPS/ Ganjil
Siklus
: II
Pertemuan ke-
:2
Standar Kompetensi : Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial. Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan Kehidupan
Alokasi Waktu
: 2 x 45
Bentuk-Bentuk
Struktur
dalam
A. Indikator 1. Menjelaskan definisi stratifikasi sosial 2. Mendeskripsikan proses terjadinya stratifikasi sosial 3. Mengindentifikasi unsur-unsur stratifikasi sosial 4. Menyebutkan contoh dari unsur-unsur sosial 5. Mengklasifikasikan macam-macam stratifikasi sosial B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu : 1. Siswa mampu menjelaskan definisi stratifikasi sosial 2. Siswa mampu mendeskripsikan proses terjadinya stratifikasi sosial 3. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur stratifikasi sosial 4. Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh stratifikasi sosial 5. Siswa mampu mengklasifikasikan macam-macam stratifikasi sosial C.Materi Pokok Stratifikasi Sosial
Fenomena
6. Definisi Stratifikasi Sosial Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap halhal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan dan juga mudah mengusahakan ilmu pengetahuan. Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan social stratification. Kata stratification berasal dari stratum jamaknya strata yang berarti lapisan. Adapun menurut Pitrim A. Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarki). Sedangkan menurut M. Z. lawang social stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarchies menurut dimensi kekuasaan, privilese, prestise. Jadi dapat disimpulkan bahwa social stratification adalah tingkatan yang ada dalam masyarakat. 7. Proses terjadinya social stratification masyarakat Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinyadalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Adapun yang biasa yang menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, dan lain-lain. 8.
Unsur-unsur stratifikasi sosial Kedudukan (7) Ascribed status Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui kelahiran. Ex. Keluarga bangsawan atau darah biru, (8) Achieved status
Achieved status merupakan kedudukan seseorang diperoleh melalui usaha-usaha yang disengaja. Ex.seorang dokter, hakim dan lain-lain. (9) Assigned status Assigned status adalah status yang diberikan Peranan Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. 9.
Macam-macam stratifikasi sosial 1)
Stratifikasi terbuka: ex’ pada masyarakat modern
2)
Stratifikasi tertutup: ex: masyarakat yang berkasta
3)
Stratifikasi campuran: ex, budaya
10. Fungsi social stratification 1)
Distribusi
hak-hak
istimewa
yang
obyektif
seperti
menentukan
penghasilan dan tingkat kekayaan 2)
Penentuan lambang-lambang seperti tingkah laku
3)
Alat
solidaritas
diantara
individu-individu
atau
kelompok
yang
menduduki sistem sosial dalam masyarakat.
D.Metode Pembelajara
Pembelajaran kooperatif dengan metode Team Student Achievement Division
Diskusi
Kuis
E.Media/Alat Peraga
White Board
Power poin (LCD)
LKS
F.Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan
Waktu
4. Pendahuluan
10 menit
Memberi salam Kemudian siswa menjawabnya Bertanya pada siswa apakah siswa sudah siap mengikuti pelajaran Memfokuskan perhatian siswa pada materi dengan menuliskan judul nmateri di papan tulis 5. Kegiatan Inti Memberikan soal pre-test Appersepsi: guru mengajukan pertanyaan Membuat kelompok anatara 3-4 orang siswa Menjelaskan materi Guru memberikan tugas yakni siswa mendiskusikan materi yang belum
75 menit
dimengerti. Memberikan soal/kuis yang dikerjakan masing-masing siswa Memberikan penilaian atau penghargaan kepada Kelompok Kesimpulan materi Memberikan Post-test 5 menit 6. Kegiatan Akhir Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut
dengan membaca
hamdalah/doa. Guru mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam. G. Alat/Buku Sumber
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996
Tufik Rohman D, dkk, Sosiologi I, Jakarta : Yudhistira, 2006
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Umm Press, 2004.
H. Penilaian
Tes Tertulis (Terlampir) - Siswa Mengisi lembar soal pilihan ganda
Pengamatan - Dilakukan saat diskusi berlangsung Jakarta, 10 Agustus 2010
Mengetahui :
Mahasiswa Praktikan
Guru Mata Pelajaran
Wage Wardana, S.Pd
Lilis Komariah
Lampiran 3 Materi Pokok (Hand Out) 1. Struktur Sosial Struktur sosial berasal dari bahasa latin yaitu struktum yang berarti menyusun. Jadi struktur sosial dapat diartikan sebagai susunan terhadap sesuatu yang memiliki bagian-bagian atau unsure-unsur dan membentuk suatu susunan. Struktur social merupakan realitas social yang bersifat statis sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang membentuk struktur.
2. Bentuk-bentuk struktur social berdasarkan ketidaksamaan social 1. Pengertian Diferensiasi Sosial Diferensiasi berasal dari istilah bahasa inggris yaitu different yang berarti perbedaan. Diferensiasi social adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukan adanya suatu tingkatan (hierarki). Artinya tidak ada golongan dari pembagian tersebuit yang memiliki tingkatan yang lebihtinggi ataupun lebih rendah
3.
Bentuk-bentuk diferensiasi social 1. Berdasarkan ras Diferensiasi ini timbul karena perbedaan cirri-ciri fisik tertentu misalnya : wana kulit, bentuk rambut, bentuk mata dan lain-lain. Pembagian ras diklasifikasikan menjadi :
a. Austroloid b.
Ras Mongoloid
c.
Caukasoid
d.
Negroid
e.
Ras khusus
2.Berdasarkan Etnis Diferensiasi berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bangsa dan kebudayaan masing-masing. Sedangkan menurut Wiiliam Kornblum, kelompom etnis adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasanya memiliki leluhur yang pasti atu dianggap pasti sama. Jumlah suku di Indonesia sulit diperkirakan, antara peneliti dengan penelitiannya memiliki perbedaan pandangan. Menurut C. Van Vollen jumlah suatu suku bangsa di Indonesia: 316 suku, sedangkan menurut professor Koenjaraingrat sekitar : 119 suku Suku bangsa secara garis besar di Indonesia Dipulau Sumatra: suku bangsa Aceh, Gayo, Batak dan lain-lain Pulau Jawa: suku bangsa sunda, jawa, Madura dan lain-lain Kalimantan: Dayak Sulawesi: Bugis, Makasar dan lain-lain Nusa Tenggara: Bali, Bima dan lain-lain Kepulauan Maluku: Ternate dan Tidore 3.Berdasarkan Profesi Profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan seperti profesi guru, dokt5er, dan pedagang.
4.Berdasarkan Klen Klen adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, baik patrilineal maupun matrilineal. Adapun garis keturunan ibu adalah matrilineal, contohnya daerah Minangkabau, sedangkan keturunan ayah adalah patrilineal. Kemudian istilah yang mendekati ini adalah marga. 5.Berdasarkan Agama Diferensiasi berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan social bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu yaitu agama Islam,Kristen, hindu ataupun umat budha 6.Berdasarkan Gender Peran gender adalah yaitu pola sikap dan tingkah laku yang diharapkanoleh masyarakat berdasarkan jenis kelamin.
Lampiran 3 Materi Pokok (Hand Out)
Stratifikasi Sosial 1. Definisi Stratifikasi Sosial Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap halhal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan dan juga mudah mengusahakan ilmu pengetahuan. Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan social stratification. Kata stratification berasal dari stratum jamaknya strata yang berarti lapisan. Adapun menurut Pitrim A. Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarki). Sedangkan menurut M. Z. lawang social stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarchies menurut dimensi kekuasaan, privilese, prestise. Jadi dapat disimpulkan bahwa social stratification adalah tingkatan yang ada dalam masyarakat. 2. Proses terjadinya social stratification masyarakat Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinyadalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Adapun yang biasa yang menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, dan lain-lain. 3.
Unsur-unsur stratifikasi sosial Kedudukan
(1). Ascribed status Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui kelahiran. Ex. Keluarga bangsawan atau darah biru, (2). Achieved status Achieved status merupakan kedudukan seseorang diperoleh melalui usaha-usaha yang disengaja. Ex.seorang dokter, hakim dan lain-lain. (3). Assigned status Assigned status adalah status yang diberikan Peranan Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Macam-macam stratifikasi sosial 4)
Stratifikasi terbuka: ex’ pada masyarakat modern
5)
Stratifikasi tertutup: ex: masyarakat yang berkasta
6)
Stratifikasi campuran: ex, budaya Fungsi social stratification
4)
Distribusi
hak-hak
istimewa
yang
obyektif
seperti
menentukan
penghasilan dan tingkat kekayaan 5)
Penentuan lambang-lambang seperti tingkah laku Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki sistem sosial dalam masyarakat
Lampiran 4
MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA PRETES DAN POSTES SIKLIUS I Nama: ………………………………………. Kelas : ……………………………………….
A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf abjad A, B, C, D dan E 1. Dengan adanya diferensiasi social, masyarakat cenderung menjadi… A. Bersatu D. Saling Bermusuhan B. Trebagi-bagi E. Statis C. Tidak ada perbedaannya 2. Didalam masyarakat sering kali ada perbedaan antara pria dan wanita. Hal ini hanya untuk menunjukan… A. Pria drajatnya lebih tinggi dari perempuan D. Pria lebih pandai dari perempuan B. Wanita lebih mulia dari laki-laki C. Berbeda peranannya D. Sudah tertanamnya doktrin toleransi umat beragama sekedar untuk membagi tugas E. Wanita sebagai makhluk yang lemah 3. Berdasarkan faktor usia, kelompok usia yang biasanya bekerja mencari nafkah pada umumnya sebagai berikut, kecuali… A. Pemuda D. Tua B. Remaja E. Jompo C. Setengah tua 4. Manusia dapat dikelompokan berdasarkan warna kulitnya diferensiasi semacam ini didasarkan atas dasar… A. Klen D. Kelompok B. Suku bangsa E. Marga C. ras 5. Adanya berbagai suku bangsa menunjukan bukti adanya… A. Perpecahan Sosial D. Pertentangan Sosial
B. Disintegrasi Sosial E. Stratifikasi Sosial C. Diferensiasi Sosial 6. Pengertian Ras adalah kategori individu secara turun temurun memiliki satu kesamaan yaitu … A. Ciri Fisik D. Bentuk Muka B. Kebudayaan E. Bentuk rambut C. Warna Kulit 7. Golongan masyarakat yang memeluk agama yang sama berarti mempunyai persepsi yang sama tentang … A. Lingkungan alam sekitar D. Lingkungan sosial yang sama B. Lingkungan budaya sekitar E. Kemampuan bekerja C. Alam ghaib atau supranatural 8. Diferensiasi social menurut jenis kelamin pada hakikatnya didasarkan pada… A. Kepribadian D. Keturunan atau geneologis B. Sifat-sifat biologis E. Kemampuan bekerja C. Ciri-ciri fisik 9. Diferensiasi social berdasarkan klen didasarkan pada adanya perbedaan… A. Suku bangsa D. Bentuk fisik B. Keluarga Besar E. Kebudayaan C. Agama 10. Bangsa Indonesia dalam hal agama juga terdiferensiasi , namun walau demikian kita dapat beersatu. Hal ini karena … A. Ada kesamaan dalam ajaran agama B. Setiap agama tidak ada perbedaannya C. Pemerintah mengatur ajaran agama D. Sudah tertanamnya doktrin toleransi umat beragama E. Pemerintah berhak mencampuri urusan agama masyarakat 11. Berikut ini yang termasuk diferensiasi social adlah… A. Ras, Jenis kelamin, dan pendidikan D. Pekerjaan, jenis kelamin dan keahlian B. Kekayaan, suku bangsa dan agama E. Kekuasaan, jenis kelamin dan agama C. Klen, agama dan Ras 12. Diferensiasi masyarakat menurut jenis kelamin pada masyarakat tradisional dikaitkan dengan…
A. Kepribadian D. Keturunan B. Pola pendidikan E. Kemampuan bekerja C. Ciri-ciri fisik 13. Wujud dari diferensiasi social dalam kebudayaan masyarakat dapat di tandai oleh hal berikut, yaitu… A. Masyarakat tidak menunjukan Perbedaan golongan propesi B. Terjadinya kerjasama yang erat dalam masyarakat kasta C. Tidak adanya diskriminasi D. Setiap anggota masyarakat saling mencela E. Penggolongan penduduk tidak menunjukan perbedaan tingkatan atau hierarki 14. Landasan diferensiasi agama adalah perbedaan tentang… A. Lingkungan sekitar D. Hal-hal yang sacral dan supranatural B. Lingkungan budaya E. Hal-hal yang dimiliki C. Lingkungan Sosial 15. Klasifikasi dan penempatan seseorang atau kelompok dalam masyarakat secara horizontal merupakan cirri-ciri dari… A. Diferensi Sosial D. tindakan Sosial B. Stratifikasi social E. Organisasi Sosial C. Status Sosial 16. Cara membedakan masyarakat dalam golongan tertentu dengan dasar warna kulit, bentuk rambut adalah merupakan ukuran yang menggunakan dasar… A. Ciri Fisik D. Ciri Ras B. Ciri Sosial E. Ciri Budaya C. Ciri status 17. Perwujudan pembagian social yang termasuk dalam diferensi social adalah… A. Perbedaan Agama, Ras, Klen dan status B. Perbedaan status, peranan, kelas, ras C. Perbedaan golongan, ras, status dan peranan D. Perbedaan agama, keturunan, klen dan status E. Perbedaan ras, agama, klen dan suku bangsa 18. Sebagian besar orang Indonesia termasuk dalam kelompok sub ras… A. Nordic D. Asiatic Mongoloid B. Negrito E. Melanesoid
C. Malayan Mongoloid 19. Contoh orang yang termasuk dalam ras austroloid adalah… A. Orang Papua D. Orang Aborigin B. Orang Hawai E. Orang Selandia Baru C. Orang Trobliand 20. Faktor-faktor yang memperkuat identitas suatu suku bangsa adalah sebagai berikut, kecuali… A. Kesamaan asal usul D. Kesamaan budaya B. Kesamaan tempat E. Kesamaan Agama C. Kesamaan bahasa 21. Bangsa Indonesia dalam hal agama juga terdiferensiasi, namun tetap dapat bersatu. Hal ini karena… A. Adanya kesamaan ajaran agama B. Setiap agama tidak ada perbedaan C. Pemerintah mengatur tentang ajaran agama D. Adanya toleransi antar umat beragama E. Agama melarang adanya diferensiasi sosial 22. Didalam masyarakat kita lihat ada yang menjadi petani, pedagang, nelayan, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya. Diferensiasi sosial tersebut didasarkan atas… A. Klen D. Pendapatan B. Aliran Politik E. Keyakinan C. Pekerjaan 23. Perbedaan jenis kelamin di Indonesia menjadi masalah social bagi kaum wanita terutama bagi golongan tertentu yaitu… A. Para ibu rumah tangga B. Wanita yang berpendidikan tinggi C. Wanita yang keturunan bangsawan D. Wanita yang bersifat laki-laki E. Laki-laki yang bersifat wanita 24. Mana pernyataan berikut ini yang menggambarkan diferensiasi social atas dasar profesi… A. Masyarakat Austroloid, Mongoloid, dan Kaukasoid B. Mayarakat kulit putih dan kulit hitam C. Masyarakat Islam, Kristen, Hindu dan Budha D. Masyarakat Sunda, Jawa, Bali, Aceh dan Maluku
E. Masyarakat pengusaha, pedagang, nelayan, buruh, pegawai negeri dan sebagainya 25. Diferensiasi social ada juga yang terjadi secara alamiah yaitu… A. Pembagian secara profesi B. Pembagian secara politik C. Pembagian secara ekonomi D. Pembagian secara agama E. Pembagian secara Ras 26. Perhatikan cirri-ciri dibawah ini! 1. Jenis Kelamin yang berbeda 2. Adanya keanekaragaman yang berbeda 3. Adanya kepangkatan yang berbeda 4. Adanya kekayaan yang beragam 5. Adanya suku bangsa yang berbeda Dari cirri-ciri tersebut manakah yang termasuk cirri-ciri diferensiasi social terbuka… A. 1,2,3 D. 2,3,5 B. 1,2,4 E. 2,3,4 C. 1,2,5 27. Dasar terbentuknya diferensiasi sosial dalam masyarakat adalah… A. Ras, agama, jenis kelamin, kekayaan, dan pendidikan B. Agama, kepercayaan, pekerjaan, pendidikan dan kehormatan C. Ras, agama, jenis kelamin, klen, suku bangsa dan profesi D. Agama, kehormatan, kekayaan, pendidikan dan kekuasaan E. Jenis kelamin, pekerjaan, kekayaan dan pendidikan 28. Persamaan suku bangsa di Indonesia dapat berfungsi sebagai penghambat konflik adalah… A. Konsolidasi D. Konformitas B. Integrasi sosial E. Interaksi C. Defiasi 29. Klen yang dimiliki masyarakat yang mengenal system garis keturunan tertentu yaitu… A. Doubel lineal D. Unilateral B. Matrilineal E. Bilateral C. Patrilineal
30. Klen yag menarik garis keturunan dari pihak ibu saja disebut… A. Unilateral D. Bilateral B. Patrilineal E. Doubel lineal C. Matrilineal
Lampiran 5
MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA PRETES DAN POSTES SIKLIUS II Nama: ………………………………………. Kelas : ……………………………………….
A Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan cara member I tanda silang (x) pada huruf abjad A, B, C, D dan E 1. Stratifikasi sosial di masyarakat terbentuk karena adanya… A. Kemajemukan dalam masyarakat B. Penghargaan lebih terhadap sesuatu C. Dominasi terhadap kelompok lain D. Distribusi hak dan kewajiban E. Pengaturan status dan peranan 2. Stratifikasi sosial kepada masyarakat yang menganut system kasta bersifat… A. Terbuka D. Bebas B. Campuran E. Terorganisasi C. Tertutup 3. Pengelompokan masyarakat secara bertingkat (vertikal) disebut… A Diferensiasi D. Peranan sosial B. Pelapisan social E. Mobilitas sosial C. Identifikasi 4. Fungsi stratifikasi sosial sebagai alat pemersatu adalah… A. Dapat mengkoordinasikan unit-unit yang ada dalam struktur social B. Meningkatkan bubungan antar individu yang ada dilngkungannya C. Memudahkan dalam mendistribusikan tugas-tugas D. Memudah cara menguasai anggota kelompoknya E. Memudahkan cara menentukan peringkat peran anggota 5. Profesi merupakan dasar pelapisan social karena… A. Dimasyarakat terdapat beragam pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang berbeda
B. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit terutama ditempat-tempat yang basah C. Adanya kecenderungan seseorang untuk memilih pekerjaan sesuai dengan seleranya D. Penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap setiap pekerjaan berbeda E. Kecenderungan seseorang untuk mengkultuskan orang lain sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya 6. Fungsi stratifikasi social yang berhubungan dalam kemampuan setiap individu adalah… A. Memudahkan manusia melakukan interaksi sosial B. Mendistribusikan prestise yang berbeda terhadap strata yang ada C. Mengadakan control social terhadap berbagai perilaku D. Mengatur partisipasi masyarakat dalam setiap aktivitas E. Sebagai alat pemersatu unit-unit dalam struktur sosial 7. Setelah tamat dari salah satu perguruan tinggi, Solihin mendapatkan prestasi yang memuaskan. Akhirnya solihin diangkat menjadi camat disalah satu daerah lngkungan masyarakat sekitarnya sangat kagum dengan keberhasilannya dan menghormatinya. Penghargaan yang lebih diberikan masyarakat adalah berkat keberhasilannya di bidang… A. Kekayaan D. Pendidikan B. Kekuasaan E. Ekonomi C. Kehormatan 8. Posisi anggota masyarakat yang bertingkat-tingkat disebut… A. Status sosial D. Kelas sosial B. Stratifikasi sosial E. Peranan sosial C. Golongan sosial 9. Pelapisan social berarti pola perbedaan masyarakat dengan cara… A. Menempatkan posisi social seseorang secara beraturan B. Memilih apa yang dimiliki lebih dari orang lain C. Menempatkan posisi social seseorang secara bertingkat D. Menentukan tahap perkembangan posisi seseorang E. Menentukan posisi social seseorang secara horizontal 10. Salah satu bentuk pelapisan social pada masyarakat primitive adalah… A. Sistem kelas D. Tingkat kekuasaan B. Jenis kelamin E. Kemampuan bekerja C. Jenis pekerjaan
11. Salah satu fungsi stratifikasi social adalah mengatur partisipasi masyarakat. hal ini berkaitan dengan… A. Pengaturan dan pengawasan interaksi social B. Perbedaan kemampuan ekonomi masyarakat C. Adanya hirarki yang ditandai dengan symbol D. Cara mempersatukan masyarakat yang berbeda E. Pola pendistribusiankewajiban masyarakat 12. salah satu faktor yang disengaja sebagai penyebab terjadinya stratifikasi social dalam kehidupan masyarakat adalah… A. Keturunan D. Kejiwaan B. Kekerabatan E. Kekuasaan C. Kepemimpinan 13. Beberapa contoh stratifikasi social yang bersifat tertutup adalah… A. Kasta, pangkat dan pendidikan B. Kasta, system feudal, dan politik apartheid C. Kasta, system pendidikan dan system ekonomi D. Kasta, keturunan dan golongan usia E. Kasta, golongan usia dan pendidikan 14. di Indonesia masih ada yang dikenal dengan desa tertinggal, karena desa stratifikasi sosialnya adalah… A. Kehormatan D. Kesalehan B. Kekayaan E. Pendidikan C. Kekuasaan 15. Pada prinsipnya status seseorang dapat diperoleh dengan cara-cara yang bersifat… A. Subyektif, obyektif dan otomatis B. Otomatis, ada usaha dan subyektif C. Konflik, symbol dan assigned D. Ascribed, otomatis, assigned E. Ascribed, achieved, dan assigned 16. Dalam stratifikasi social ada yang disebut privilese, artinya… A. Kedudukan seseorang dalam lapisan atas B. Penghargaan yang diberikan masyarakat C. Hak istimewa, hak memperoleh perlakuan khusus D. Kekuasaan untuk mengendalkan orang lain E. Kesempatan untuk naik status yang lebih tinggi
17. Seseorang yang lahir dilingkungan keluarga biasa-biasa saja, namun dengan keuletannya dalam belajar akhirnya dia berhasilmenjadi seorang Jenderal, status yang diperolehnya itu adalah dengan cara… A. Ascribed Status D. Symbol Status B. Achieved Status E. Status Konflict C. Assigned 18. Pelapisan sosial atas dasar kelas atas, menengah, dan bawah didasarkanatas criteria… A. Ekonomi D. Pendidikan B. Sosial E. Agama C. Politik 19. Pelapisan sosial atas dasar kasta-kasta berdasarkan pada criteria… A. Ekonomi D. Pendidikan B. Sosial E. Agama C. Politik 20. Stratifikasi social ada yang bersifat terbuka, artinya… A. Selalu terjadi perubahan criteria penilaian B. Sering terjadi status dan peranan C. Dibolehkan adanya golongan yang memisahkan diri D. Adanya kesempatan untuk meningkatkan lapisan E. Lapisan masyarakat bawah yang diberikan pendidikan 21. Orang-orang yang menduduki lapisan social yang berdasarkan ukuran kekuasaan misalnya… A. Orang yang berjasa besar disuatu Negara B. Semua guru yang bekerja dengan tekun C. Ilmuan dan cendikiawan D. Para pejabat pemerintah E. Kaum ulama dan cendikiawan 22. Alokasi sejumlah hak dan kewajiban seseorang sebagai anggota masyarakat merupakan pengertian… A. Peranan D. Stratifikasi sosial B. Status sosial E. Golongan sosial C. Kelas sosial 23. Salah satu hal yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial adalah mengkategorikan manusia kedalam tingkatan yang berbeda-beda dengan tujuan… A. Menciptakan pola hubungan yang permanent
B. Menciptakan masyarakat yang dinamis C. Menumbuhkan sikap saling menghargai D. Membina hubugan antar golongan masyarakat E. Memudahkan manusia dalam inyeraksi sosial 24. Salah satu proses terjadinya stratifikasi social secara otomatis adalah berdasarkan… A. Jenis pekerjaan D. Kekuasaan B. Penghasilan E. Tingkatan umur C. pendidikan 25. Menurut sifatnya status sosial dibagi menjadi… A. Status subjektif dan objektif B. Status karena kelahiran dan status mutu pribadi C. Status karena prestasi pribadi D. Status karena kelahiran dan atas usaha tertentu E. Status karena usaha dan status karena yang diberikan 26. Salah satu contoh ascribed status adalah… A. Pelajar teladan D. Sarjana hukum B. Gadis remaja E. Olahragawan C. Artis terkenal 27. Perilaku atau tindakan yang harus ditampilkan seseorang sesuai dengan statusnya dinamakan… A. Simbol Status D. Peranan ganda B. Konflik Status E. Konflik Peranan C. Peranan 28. Pelapisan sosial masyarakat berdasarkan criteria politik adalah… A. Tipe kasta, tipe keturunan, dan tipe liberal B. Tipe liberal,. Tipe demokratis dan tipe otokratis C. Tipe demokratis, kasta dan feodalis D. Tipe monarki, oligarki, dan demokratis E. Tipe kasta, oligarki, dan demokratis 29. Jika seseorang hakim memeutuskan hukuman kepada anaknya yang terkena sanksi pidana maka terjadi… A. Konflik status D. Pertentangan paham B. Turun status E. Prestise C. Assigned status
30. Seorang tokoh politik diminta untuk memberikan ceramah oleh sekelompok mahasiswa mengenai keberadaan partai dan visinya setelah pemilu nanti. Sebenarnya dia sendiri tidak mempunyai kemampuan dalam hal tersebut, buktinya isi ceramahnya itu tidak memenuhi harapan .hal ini si tokoh tersebut mengalami konflik.. A. Konflik batin D. Konflik identitas B. Konflik status E. Konflik peranan C. Konflik jiwa
Lampiran 6 KUNCI JAWABAN SIKLUS I 1. A 2. C 3. C 4. C 5. C 6. A 7. C 8. D 9. B 10.D
11.C 12.D 13.E 14.D 15.A 16.A 17.E 18.C 19.D 20.E
21.D 22.C 23.C 24.E 25.E 26. E 27. A 28. B 29. D 30 .C
KUNCI JAWABAN SIKLUS II 1. A 2.C 3.D 4.D 5.A 6.A 7.D 8.D 9.B 10.B
11.D 12.E 13.B 14.B 15.E 16.C 17.B 18.A 19.B 20.D
21.D 22.B 23.E 24.E 25.E 26. B 27. C 28. D 29. A 30 .C
Lampiran 7 HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SOSIOLOGI SEBELUM PEMBELAJARAN DIMULAI TERKAKAIT MASALAH PEMBELAJARAN DI KELAS
1. Bagaimana minat belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah? Jelaskan! Minat siswa masih rendah dan baru menuju proses penngkatan.
2. Upaya apa saja yang bapak/Ibu lakukan ketika menemukan siswa memiliki minat rendah dalam belajar sosiologi? Sebutkan! Sejauh ini saya, melakukan upaya sharing dan melakukan problem solving kepada siswa yang memiliki minat rendah.
3. Bagaimana hasil belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah? Hasil belajar siswa masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah KKM 70.
4. Metode apa saja yang dilakukan pada saat pembelajaran sosiologi? Metode yang saya terapkan adalah metode yang biasa saja atau metode konvensional yaitu ceramah dan diskusi mesjipun siswa masih terlihat pasif.
5. apakah metode pembelajaran tersebut efektik diterapkan pada mata pelajaran sosiologi? Metode yang sudah saya terapkan yait masik kurang efektif.
6. Adakah hambatan pada saat kegiatan pembelajaran sosiologi? Sebutkan! Ada, hambatanntanya yaitu kondisi waktu, sarana dan prasarana kurang memadai untuk melakukan metode-metode yang lain.
7.
Apakah Bapak/Ibu sudah mengenal pembelajaran kooperatif dengan metode Student team achievement Division (STAD)? Jelaskan! Sudah, akan tetapi tidak terlalu mendalam dan belum pernah mempraktekannya di kelas.
8.
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu apakah pembelajaran kooperatif dengan metode Student team achievement Division (STAD) dapat efektif diterapkan pada pembelajaran sosiologi? Menurut saya metode STAD bisa diterapkan dalam pembelajaran sosiologi karena membantu siswa untuk terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.
9.
Menurut Bapak/Ibu , apakah metode STAD , siswa dapat memiliki mnat yang tinggi dalam pembelajaran sosiologi? Jelaskan! Ya, bisa. Karena dengan siswa dilibatkan secara aktif di kelas maka akan mendorong minat yang tinggi dan dapat meningkatkan minat siswa.
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA SEBELUM PEMBELAJARAN DIMULAI RESPON SISWA
Kelas/Semester Hari/Tanggal
: X1/IPS : Senin, 19 Juli 2010 Siswa dengan minat belajar tinggi
Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas? Jawab: “Menurut saya, pembelajaran sosiologi cukup bagus” Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu? Jawab: “Belajar sosiologi sangat senang” Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu? Jawab: “ cukup baik hasil yang diperoleh yaitu 70-80” Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas? Jelaskan! Jawab: “ Biasa saja yang diterapkan hanya metode ceramah dan diskusi saja” Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan! Jawab: “ guru ketika menjelaskan materi saya suka” Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan! Jawab: “Biasa saja kadang-kadang menyenangkan” Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan! Jawab: “ saya belum puas dengan nilai yang sudah diperoleh” Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD)? Jelaskan! Jawab: “ Saya belum tahu tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division” Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut? Jawab: “ Metode STAD belum pernah diterapkan di kelas” Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan!
Jawab: “tes hanya ulangan dan PR
Siswa dengan minat belajar sedang Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas? Jawab: “ Menurut saya pembelajaran sosiologi cukup baik” Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu? Jawab: “ Cukup senang” Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu? Jawab: “ saya memperoleh nilai standar yaitu 70” Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas? Jelaskan! Jawab: “ metode yang digunakan biasa saja hanya ceramah dan diskusi” Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan! Jawab: “ Cukup jelas” Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan! Jawab: “ Cukup senang” Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan! Jawab: “ Tidak puas dengan nilai yang sudah diperoleh sekarang” Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD)? Jelaskan! Jawab: “ Belum tahu mengenai metode STAD” Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut? Jawab: “ Belum pernah menerapkan di kelas” Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan! Jawab: “ hanya tes ulangan dan PR”
Siswa dengan minat belajar rendah Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas? Jawab: “ Menurut saya, cukup bagus”
Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu? Jawab: “ Kadang-kadang membosankan” Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu? Jawab: “ Nilai yang diperoleh jelek dibawah KKM dari 70” Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas? Jelaskan! Jawab: “ Metode yang digunakan biasa saja tidak menarik” Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan! Jawab: “ guru menjelaskannya kadang-kadang ribet” Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan! Jawab: “ Kadang-kadang senang dan kadang-kadang enggak” Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan! Jawab: “Tidak puas dengan nilai yang diperoleh sekarang” Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD)? Jelaskan! Jawab: “ saya belum mengetahui metode STAD” Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut? Jawab: “ Metode STAD belum pernah diterapkan di kelas” Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan! Jawab: “ tes yang digunakan adalah hanya tes ulangan danPR”
Lmapiran 9 CATATAN LAPANGAN Tempat Penelitian/Sejkolah : MA Pembangunan UIN Jakarta Hari/Tanggal
: Selasa/3 Agustus 2010
Kegiatan
: Pembelajaran Sosiologi
Siklus
: Satu
Pembelajaran ke-
:1
Perhatikan: Catatan yang penting saja! Proses Pembelajaran Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretes. Jumlah soalnya sebanyak 10 jenis soal pilihan ganda. Tes berlangsung 15 menit yang diikuti 26 siswa kelas xi IPS. Kemudian dilanjutkan dengan appersepsi kepada siswa Aktivitas Guru Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagikan hand out kepada setiap siswa. Setelah itu guru menjelaskan materi tentang diferensiasi . kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompok. Setelah itu siswa diberikan kuis/tes yang kemudian hasil tes diberi penilaian untuk diberi penghargaan/reward berupa pujian dari guru. Aktivitas Siswa Siswa belum sungguh-sungguh dalam diskusi karena belum tebiasa, masih banyak siswa tidak memeprhatikan materi ketika guru menjelaskan, masih banyak pula siswa yang pasif yakni malu bertanya apalagu berpendapat. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif.
Lmapiran 10 CATATAN LAPANGAN Tempat Penelitian/Sejkolah : MA Pembangunan UIN Jakarta Hari/Tanggal
: Selasa/10 Agustus 2010
Kegiatan
: Pembelajaran Sosiologi
Siklus
: Dua
Pembelajaran ke-
: 1I
Perhatikan: Catatan yang penting saja! Proses Pembelajaran Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretes. Jumlah soalnya sebanyak 10 jenis soal pilihan ganda. Tes berlangsung 15 menit yang diikuti 26 siswa kelas XI IPS. Kemudian dilanjutkan dengan appersepsi kepada siswa Aktivitas Guru Sebelum pembelajaran dimulai, guru menamplkan gambar tentang stratifikasi sosial kepada setiap siswa. Setelah itu membagkan kelompok kepada setiap siswa untuk berdiskusi materi stratifikasi sosial stelah dijelaskan materi.kemudian guru menjelaskan materi tentang stratifikasi sosial . Dilanjutkan dengan diskusi kelompok terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompok. Setelah itu siswa diberikan kuis/tes yang kemudian hasil tes diberi penilaian untuk diberi penghargaan/reward berupa pujian dari guru. Setelah proses pembelajaran berakhir siswa diberikan postes. Aktivitas Siswa Siswa mulai sungguh-sungguh dalam diskusi karena sudah tebiasa, banyak siswa siswa pun sudah respon dengan materi yang dijelaskan guru kemudian siswa sudah mulai aktif bertanya , berpendapat. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat pasif.akan tetapi sebagian besar siswa merasa senang dengan proses pembelajaran sosiologi dengan metode STAD.
Lampiran 11
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses embelajaran
Nama Sekolah
: MA Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Kelas/Semester
: XI IPS/1
Materi Pokok
: Diferensiasi Sosial
Siklus
: Satu
Mengajar ke-
:I
Hari/tanggal
: 3 Agustus 2010
Berilah Tanda Check List (√ ) Pada Nilai sesuai dengan pengamatan Anda SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup; K = Kurang
NO
Aspek Penilaian
Nilai SB
B
1
Keterampilan membuka pelajaran
√
2
Keterampilan memberikan apersepsi
√
3
Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa
C
K
√
√
4
Menyampaikan tujuan/indicator yang ingin dicapai
5
Penguasaan materi
6
Kualitas penjelasan materi
7
Kualitas interaksi pembelajaran
8
Ketepatan penggunaan metode sesuai dengan indicator materi
9
Penjelasan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
√
10
Kegiatan memberikan tindak lanjut setelah penyampaian materi
√
11
Pemusatan siswa terhadap proses pembelajaran sosiologi
12
Teknik penjelasan / penyampaian materi
13
Pengeloolaan kelas
14
Mengamati kesulitan/ kemajuan belajar siswa
15
Keterampilan menyampaikan materi yang disampaikan
16
Volume dan nada berbicara
√
17
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir
√
18
Keterampilan bertanya
√
19
Keterampilan menjawab pertanyaan
√
20
Keterampilan menutup pelajaran
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √
Lampiran 12
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses embelajaran
Nama Sekolah : MA Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Kelas/Semester
: XI/1
Materi Pokok
: Stratifikasi Sosial
Siklus
: Dua
Mengajar ke-
:2
Hari/tanggal
: Rabu/ 10 Agustus
Berilah Tanda Check List (√ ) Pada Nilai sesuai dengan pengamatan Anda SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup; K = Kurang
NO
Aspek Penilaian
Nilai SB
B
1
Keterampilan membuka pelajaran
√
2
Keterampilan memberikan apersepsi
√
3
Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa
√
C
K
√
4
Menyampaikan tujuan/indicator yang ingin dicapai
5
Penguasaan materi
√
6
Kualitas penjelasan materi
√
7
Kualitas interaksi pembelajaran
√
8
Ketepatan penggunaan metode sesuai dengan indicator materi
√
9
Penjelasan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
√
10
Kegiatan memberikan tindak lanjut setelah penyampaian materi
√
11
Pemusatan siswa terhadap proses pembelajaran sosiologi
12
Teknik penjelasan / penyampaian materi
√
13
Pengeloolaan kelas
√
14
Mengamati kesulitan/ kemajuan belajar siswa
√
15
Keterampilan menyampaikan materi yang disampaikan
√
16
Volume dan nada berbicara
17
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir
√
18
Keterampilan bertanya
√
19
Keterampilan menjawab pertanyaan
20
Keterampilan menutup pelajaran
√
√
√ √
Lampiran 13
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus
: Satu
Pembelajaran ke-
:I
Hari/Tanggal
: Selasa, 3 Agustus 2010
Berilah Tanda Check List (√ ) sesuai dengan pengamatan Anda NO
Aktivitas
Ya
Tidak
√
Jumlah
1
Melaksanakan test awal (pre-test)
2
Kesiapan mengikuti pelajaran
√
20
3
Telah mempelajari materi yang
√
18
√
22
26
diajarkan 4
Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru
5
Aktif dalam mengungkapkan pendapat
√
20
6
Aktif bertanya
√
19
7
Keaktifan menjawab
√
17
8
Bekerjasama dalam kelompok diskusi
√
21
√
22
untuk menyiapkan diri dalam tes yang akan diuj cobakan 9
Kualitas dalam memimpin diskusi
10
Mendiskusikan tugas yang diberikan
√
11
guru 11
Aktif mengikuti pembelajaran dengan
√
20
√
22
metode STAD 12
Tingkat pemahaman siswa atas penjelasan guru
13
Melakukan tes
√
26
14
Melaksanakan tes akhir (post-test)
√
26
Lampiran 14
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus
: Dua
Pembelajaran ke-
:2
Hari/Tanggal
: Selasa, 10 Agustus 2010
Berilah Tanda Check List (√ ) sesuai dengan pengamatan Anda NO
Aktivitas
Ya
Tidak
Jumlah
1
Melaksanakan test awal (pre-test)
√
26
2
Kesiapan mengikuti pelajaran
√
23
3
Telah mempelajari materi yang
√
20
√
26
diajarkan 4
Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru
5
Aktif dalam mengungkapkan pendapat
√
22
6
Aktif bertanya
√
22
7
Keaktifan menjawab
√
20
8
Bekerjasama dalam kelompok diskusi
√
24
untuk menyiapkan diri dalam tes yang akan diuj cobakan
9
Kualitas dalam memimpin diskusi
√
19
10
Mendiskusikan tugas yang diberikan
√
23
√
25
√
20
guru 11
Aktif mengikuti pembelajaran dengan metode STAD
12
Tingkat pemahaman siswa atas penjelasan guru
13
Melakukan tes
√
26
14
Melaksanakan tes akhir (post-test)
√
27
Lampiran 15
DAFTAR ANGKET MINAT BELAJAR SOSIOLOGI Respon siswa Setelah Belajar Sosiologi Malalui Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Petunjuk pengisian: 1. Mulailah dengan membaca Bismillah 2. Tulislah nama dan kelas di tempat yang telah tersedia 3. Jaqwablah setiap pernyataan dengan jujur dan ikhlas Berilah tanda check list (√ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pengalaman Anda selama belajar sosiologi dengan keterangan sebagai berikut:
SS
= sangat setuju
S
= setuju
STS = sangat tidak setuju TS
= tidak setuju
4. Akhirilah dengan membaca Alhamdulillah 5. Terimakasih atas partisipasi Anda Nama :………………………………… Kelas : ………………………………… No
Pernyataan
1
Belajar sosiologi ternyata bukan mata pelajaran yang sulit bagi saya, maka saya senang sekali mengikuti pelajaran sosiologi
2
Saya tidak menyukai pelajaran sosiologi karena sulit untuk saya pahami dan pelajari
3
Saya selalu aktif berpendapat dengan kehendak sendiri
4
Jika saya tidak diminta oleh guru untuk berpendapat, maka saya
SS
S
STS
TS
tidak akan memberikan pendapat terkait dengan pelajaran sosiologi 5
Saya selalu hadir dalam megikuti pelajaran sosiologi
6
Saya cepat lelah apabila membaca buku sosiologi
7
Saya selalu memperhatikan ketika guru menjelaskan materi sosiologi
8
Saya sering mengantuk waktu guru menjelaskan materi sosiologi
9
Bila guru sosiologi mengajukkan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, saya selalu berusaha sedapat mungkin untuk menjawabnya
10
Saya tidak akan mengerjakan soal-soal sosiologi jika tidak diperiksa
11
Saya tertarik pada pelajaran sosiologi karena gurunya pandai mengajar sehingga saya mudah memahaminya
12
Saya tidak menyiapkan materi sosiologi yang akan diajarkan di Sekolah
13
Setiap sampai di Rumah, saya mempelajari kembali mata pelajaran sosiologi yang telah di ajarkan di Sekolah
14
Pembelajaran sosiologi dengan metode STAD membuat saya aktif berpikir
15
Saya menjadi pasif dan malas ketika belajar dengan menggunakan metode STAD
Lampiran 16
Pedoman Wawancara Pada Saat Observasi Responden Siswa
1.
Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas?
2.
Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu?
3.
Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu?
4.
Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas? Jelaskan!
5.
Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!
6.
Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan!
7.
Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan!
8.
Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division (STAD)? Jelaskan!
9.
Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut?
10.
Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan!
Lampiran 17
Pedoman Wawancara dengan Guru Sosiologi Terkait Masalah Pembelajaran di kelas
1. Bagaimana minat belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah? Jelaskan! 2. Upaya apa saja yang bapak/Ibu lakukan ketika menemukan siswa memiliki minat rendah dalam belajar sosiologi? Sebutkan! 3. Bagaimana hasil belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah? 4. Metode apa saja yang dilakukan pada saat pembelajaran sosiologi? 5. apakah metode pembelajaran
tersebut efektik diterapkan pada mata pelajaran
sosiologi? 6. Adakah hambatan pada saat kegiatan pembelajaran sosiologi? Sebutkan! 7. Apakah Bapak/Ibu sudah mengenal pembelajaran kooperatif dengan metode Student team achievement Division (STAD)? Jelaskan! 8. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu apakah pembelajaran kooperatif dengan metode Student team achievement Division (STAD) dapat efektif diterapkan pada pembelajaran sosiologi? 9. Menurut Bapak/Ibu , apakah metode STAD , siswa dapat memiliki mnat yang tinggi dalam pembelajaran sosiologi? Jelaskan!
Lampiran 18 Hasil Belajar Siklus I
No.
Siswa
Siklus I Pretes
Postes
N-Gain I
Kategori
1.
A
6
9
0,75
Tinggi
2.
B
5
8
0,57
Sedang
3.
C
5
8
0,57
Sedang
4.
D
4
7
0,42
Sedang
5.
E
8
7
-0, 5
Rendah
6.
F
5
6
0,2
Rendah
7.
G
6
9
0,75
Tinggi
8.
H
5
9
0,8
Tinggi
9.
I
4
7
0,42
Sedang
10.
J
6
9
-0, 5
Rendah
11.
K
6
8
0,5
Sedang
12.
L
4
9
0,83
Tinggi
13.
M
5
7
0,4
Sedang
14.
N
7
8
0,3
Rendah
15.
O
7
6
-0,3
Rendah
16.
P
4
4
0
Rendah
17.
Q
6
9
0,75
Tinggi
18.
R
7
8
0,3
Rendah
19.
S
5
8
0,6
Sedang
20.
T
6
7
0,25
Rendah
21.
U
7
6
-0,5
Rendah
22.
V
4
5
0,16
Rendah
23.
W
6
3
-0,42
Rendah
24.
X
5
8
0,8
Tinggi
25.
Y
5
6
0,2
Rendah
26.
Z
4
7
0,5
Sedang
Jumlah
142
188
7,85
Rata-rata
5,46
7,23
0,49
Lampiran 19 Hasil Belajar Siklus II
No.
Siswa
Siklus II Pretes
Postes
N-Gain I
Kategori
1.
A
6
9
0,75
Tinggi
2.
B
3
8
0,71
Tinggi
3.
C
5
9
0,8
Tinggi
4.
D
3
8
0,71
Tinggi
5.
E
4
9
0,83
Tinggi
6.
F
3
7
0,57
Sedang
7.
G
3
9
0,85
Tinggi
8.
H
7
10
1,0
Tinggi
9.
I
4
7
0,42
Sedang
10.
J
6
9
0,75
Tinggi
11.
K
7
6
-0,34
Rendah
12.
L
7
9
0,66
Sedang
13.
M
6
9
0,75
Tinggi
14.
N
6
9
0,75
Tinggi
15.
O
7
10
1,0
Tinggi
16.
P
6
8
0,5
Sedang
17.
Q
7
6
-0,4
Rendah
18.
R
6
8
0,5
Sedang
19.
S
7
10
1,0
Tinggi
20.
T
7
9
0,67
Sedang
21.
U
6
9
0,75
Tinggi
22.
V
5
9
0,8
Tinggi
23.
W
4
10
1,0
Tinggi
24.
X
4
8
0,67
Sedang
25.
Y
3
7
0,57
Sedang
26.
Z
4
4
0
Rendah
Jumlah
136
216
16,27
Rata-rata
5,23
8,30
0,62
Lampiran 26
Siswa Sedang Berdiskusi Kelompok
Siswa Sedang berdiskusi kelompok
Proses Pembelajaran
Siswa sedang mengerjakan Tugas dengan metode Student Team Achievent Division (STAD)
Lampiran 27 Soal Tes Siklus I
1. Jelaskan pengertian diferensiasi sosial menurut Bahasa kalian? 2. Sebutkan pembagian Ras diklasifikasikan menjadi? 3. Dimanakah letak perbandingan diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial? 4. Klen yang menarik garis keturunandari pihak ibu saja disebut? 5. Berikan 2 contoh orang yang termasuk dalam Ras Mongoloid?
Jawaban Siklus I 1. Pendapat siswa 2. Ras Austroloid, Ras Mongoloid, Ras Kaucasoid, Ras Negroid dan Ras Khusus. 3. Letak perbedaannya adalah pada segi jika diferensiasi bersifat horizontal dan stratifikasi bersifat vertikal 4. Klen Matrilineal 5. Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid, American Mongoloid.
Lampiran 28
Soal Tes Siklus II
1. Jelaskan pengertian stratifikasi sosial menurut Bahasa anda? 2. Sebutkan dasar-dasar stratifikasi sosial? 3. Apa sebab timbul adanaya stratifikasi sosial? 4. Sebutkan unsur-unsur stratifikasi sosial? 5. Sebutkan macam-macam stratifikasi social dan berikan contohnya?
Jawaban Siklus II 1. Pendapat siswa 2. Ras Austroloid, Ras Mongoloid, Ras Kaucasoid, Ras Negroid dan Ras Khusus. 3. Letak perbedaannya adalah pada segi jika diferensiasi bersifat horizontal dan stratifikasi bersifat vertikal 4. Klen Matrilineal 5. Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid, American Mongoloid.
Lampiran 20 Tabel Uji Validitas Instrumen Siklus I
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 P q
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 9
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 24
4 5 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 19 23 6
6 7 8 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 5 25 5 20
9 10 11 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 3 18 4 22 7
12 13 14 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6 3 24 19 22
Butir Soal 15 16 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 17 24 8
X 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 9
18 19 20 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 20 25 25
21 22 23 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 25 25 12
24 25 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 25 25
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
28 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 25
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
12 11 11 10 10 11 9 10 9 10 10 10 9 9 9 9 5 5 3 2 1 1 1 0 0 177
Lampiran 21
Tabel Uji Validitas Instrumen Siklus II
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 11 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 13 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Butir Soal 15 16 17 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
X 18 19 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 11 10 10 10 10 9 8 8 8 6 6 6 6 5 6 3 3 3 2 1 0 0 0
25 P q
0 16 9
0 19 6
0 20 5
0 0 21 16 4 9
0 0 0 6 10 10 21 15 15
0 0 0 14 0 2 11 25 23
0 0 0 0 0 0 25 25 25
0 0 0 0 7 0 25 18 25
0 0 0 0 0 0 25 25 25
0 0 0 0 0 13 25 25 12
0 0 0 0 0 0 25 25 25
0 0 25
0 0 0 0 25 25
0 0 25
0 142
Lampiran 24 REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 6,72 Simpang Baku= 3,67 KorelasiXY= 0,77 Reliabilitas Tes= 0,87 Butir Soal= 30 Jumlah Subyek= 25 Nama berkas: Siklus I Btr Baru Btr Asli 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21
D.Pembeda(%) T. Kesukaran 100,00 Sedang 0,00 Sangat Sukar 14,29 Sangat Sukar 28,57 Sangat Sukar 42,86 Mudah 0,00 Sangat Sukar 71,43 Mudah 28,57 Sukar 57,14 Mudah 0,00 Sangat Sukar 71,43 Sedang -14,29 Sangat Sukar 42,86 Sukar -14,29 Sangat Sukar 14,29 Sangat Sukar 100,00 Sedang 100,00 Sedang 100,00 Sedang 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar
Korelasi Sign. Korelasi 0,892 Sangat Signifikan NAN NAN 0,186 0,228 0,601 Sangat Signifikan NAN NAN 0,796 Sangat Signifikan 0,373 Signifikan 0,725 Sangat Signifikan 0,166 0,411 Signifikan -0,268 0,461 Sangat Signifikan -0,040 0,300 0,948 Sangat Signifikan 0,892 Sangat Signifikan 0,845 Sangat Signifikan NAN NAN NAN NAN NAN NAN
22 23 24 25 26 27 28 29 30
22 23 24 25 26 27 28 29 30
0,00 Sangat Sukar 100,00 Sedang 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar
NAN NAN 0,749 Sangat Signifikan NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 6,72 Simpang Baku= 3,67 KorelasiXY= 0,77 Reliabilitas Tes= 0,87 Nama berkas: Siklus I No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 X1 9 3 12 2 2 X2 7 3 10 3 3 X3 8 2 10 4 4 X4 8 2 10 5 5 X5 8 2 10 6 6 X6 6 3 9 7 7 X7 6 2 8 8 8 X8 6 3 9 9 9 X9 6 2 8 10 10 X10 6 3 9 11 11 X11 6 3 9 12 12 X12 6 3 9 13 13 X13 5 2 7
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25
6 6
3 3 5 3 6 3 3 2 1 0 0 0
9 9 3 0 2 0 0 0 1 1 0 0
8 3 8 3 3 2 2 1 0 0
Lampiran 25 REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata2= 5,60 Simpang Baku= 3,74 KorelasiXY= 0,86 Reliabilitas Tes= 0,93 Butir Soal= 30 Jumlah Subyek= 25 Nama berkas: I:\ SIKLUS II. Btr Baru Btr Asli 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19
D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 100,00 Sedang 0,873 Sangat Signifikan 85,71 Mudah 0,782 Sangat Signifikan 71,43 Mudah 0,736 Sangat Signifikan 57,14 Mudah 0,667 Sangat Signifikan 100,00 Sedang 0,873 Sangat Signifikan 85,71 Sukar 0,700 Sangat Signifikan 100,00 Sedang 0,846 Sangat Signifikan 100,00 Sedang 0,846 Sangat Signifikan 100,00 Sedang 0,870 Sangat Signifikan 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 100,00 Sukar 0,748 Sangat Signifikan 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 14,29 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar 0,00 Sangat Sukar
NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN 0,301 NAN NAN NAN
NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN NAN
RELIABILITAS TES ================ Rata2= 5,60 Simpang Baku= 3,74 KorelasiXY= 0,86 Reliabilitas Tes= 0,93 Nama berkas: I:\ SIKLUS II. No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 X1 5 5 10 2 2 X2 5 5 10 3 3 X3 5 5 10 4 4 X4 6 5 11 5 5 X5 5 5 10 6 6 X6 5 4 9 7 7 X7 5 5 10 8 8 A 5 3 8 9 9 X9 5 3 8 10 10 X10 5 3 8 11 11 X11 4 2 6
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
X12 X13 A X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25
4 4 4 3 3 1 1 1 1 0 0 0 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 0 0 0 0
6 6 6 5 5 3 3 3 2 1 0 0 0 0
Lampiran 22 Tabel Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I Responden A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A12 A13 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 P q
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 9
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 19 6
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 20 5
8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 20
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 21 4
Butir Soal 11 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 6 7 19
X 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 17 8
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 9
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 10
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 12
11 10 10 10 10 10 9 10 9 10 10 9 9 9 8 8 5 4 3 2 1 0 0 0 0 166
Lampiran 23
Tabel Uji Realibilitas Instrumen Siklus II Responden A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A12 A13 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Butir Soal 5 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
X 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 10 10 10 10 10 9 8 8 8 6 6 6 6 5 6 3 3 3 2 1 0 0
A24 A25 P q
0 0 16 9
0 0 19 6
0 0 20 5
0 0 21 4
0 0 16 9
0 0 6 21
0 0 10 15
0 0 10 15
0 0 14 11
0 0 7 18
0 0 140