Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (Studi Kasus di SD Negeri ...

17 downloads 1068 Views 2MB Size Report
(Studi Kasus di SD Negeri Barusari 03 Semarang). SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh. Anita Sari.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO (Studi Kasus di SD Negeri Barusari 03 Semarang)

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Anita Sari 1124000052

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2005

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada : Hari

: Rabu

Tanggal

: 29 Juni 2005

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Achmad Sugandi, M.Pd

Drs. Sugeng Purwanto

NIP. 130345756

NIP. 131570065

Mengetahui, Ketua Jurusan KTP UNNES

Drs. Haryanto NIP. 131464301

ii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada : Hari

: Rabu

Tanggal

: 29 Juni 2005 Panitia Ujian :

Ketua

Sekretaris

Drs. H. Siswanto, M.M NIP. 130515769

Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131570066 Anggota Penguji :

Pembimbing I

Penguji I

Drs. Achmad Sugandi, M.Pd NIP. 130345756

Drs. Haryanto NIP. 131464301

Pembimbing II

Penguji II

Drs. Sugeng Purwanto NIP. 1315700651

Drs. Achmad Sugandi, M.Pd NIP. 130345756 Penguji III

Drs. Sugeng Purwanto NIP. 1315700651 iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri dengan sumbangan pemikiran dari Drs. Achmad Sugandi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Sugeng Purwanto sebagai Dosen Pembimbing II, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2005

Anita Sari

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : “Dalam hidup, mungkin belum mendapat apa yang kita sukai tetapi kita harus menyukai apa yang telah kita dapatkan”. “Ada tiga perkara dimana tidak seorangpun yang bisa terlepas darinya yaitu prasangka, kecewa dan dengki dan aku akan memberikan jalan keluar dari semua itu. Apabila timbul prasangka janganlah dinyatakan, apabila dihatimu timbul kekecewaan janganlah cepat-cepat dienyahkan dan bila muncul rasa dengki janganlah diperturutkan (Al-Hadist)

PERSEMBAHAN : Kepada Allah SWT Untuk Ayah, Ibu, Ade’ dan keluarga besar Pacitan Mas Ary dan keluarga besar Magelang Komunitas 46 & TP 00 Almamater

v

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak dapat terwujud. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. H. Ari Tri Soegito, SH., M.M, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk memperoleh pendidikan di UNNES. 2. Bapak Drs. Siswanto, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan rekomendasi sehingga penelitian (skripsi) ini dapat dilaksanakan. 3. Bapak Drs. Haryanto, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Achmad Sugandi, M.Pd sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan kritik, saran dan masukan penting untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Sugeng Purwanto sebagai dosen pembimbing II yang juga telah memberikan kritik, saran dan masukan penting terhadap skripsi ini.

vi

6. Bapak Sutaman, Kepala SD Negeri Barusari 03 Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian pada lembaga yang dipimpinnya. 7. Ibu Tanti Puji Astuti, Guru Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang yang telah banyak membantu peneliti dalam memberikan informasi tentang model pembelajaran portofolio yang dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang. 8. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Semarang, Juni 2005

Penulis

vii

ABSTRAK Anita Sari. 2005. “Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (Studi Kasus di SD Negeri Barusari 03 Semarang”. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan . FIP. UNNES. Pembimbing I. Drs. Achmad Sugandi, M.Pd, Pembimbing II. Drs. Sugeng Purwanto. Kata Kunci: Model pembelajaran berbasis portofolio Pembelajaran saat ini perlu lebih menekankan kepada “how” (bagaimana membelajarkan) daripada “what” (apa yang dibelajarkan). Guru tidak lagi hanya bertugas memberikan informasi kepada siswa. Tugas guru saat ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru di luar kelas, karena guru bukan satu-satunya sumber belajar. Model pembelajaran portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif dan cara mengajar guru aktif, karena sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapatkan banyak manfaat baik hasil belajar utama maupun hasil pengiring akademik dan sosial. SD Negeri Barusari 03 Semarang merupakan salah satu sekolah dasar yang menerapkan pembelajaran portofolio sejak dua tahun yang lalu. Bagaimana proses pembelajaran portofolio yang dilaksanakan dan kendala-kendala apa yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang? Tujuan penelitian ini untuk mengungkap pelaksanaan pembelajaran portofolio dan kendala-kendala yang dialami di SD Negeri Barusari 03 Semarang. Fokus penelitian yaitu pelaksanaan dan kendala-kendala pembelajaran portofolio yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang. Data diungkap dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber informan yaitu kepala sekolah, guru kelas V dan Siswa kelas V. Data dianalisis dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu: apersepsi, kegiatan inti dan evaluasi. Pada tahap apersepsi guru memberikan gambaran tentang konsep sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang disampaikan melalui metode tanya jawab. Maksud dan tujuan apersepsi ini untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada kegiatan apersepsi lebih ditekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan konsep tertentu. Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menggunakan metode yang bervariasi yaitu tanya jawab, eksperimen dan permainan. Guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator, sedangkan siswa lebih ditekankan pada keaktifannya. Dalam pembelajaran ini guru menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran portofolio yaitu prinsip belajar aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran pertisipatorik, mengajar yang reaktif dan pembelajaran yang menyenangkan. Evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya pada akhir pembelajaran, tetapi juga dalam proses pembelajaran. Pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara ideal, karena ada beberapa kendala baik persiapan maupun pelaksanaan. Kendala yang dialami dalam tahap persiapan pembelajaran viii

portofolio berkaitan dengan dana. Di samping itu kendala yang dialami guru dalam persiapan pembelajaran antara lain kesulitan dalam pembuatan silabus, pembuatan satuan acara pembelajaran, disebabkan karena kurangnya informasi yang masuk ke guru tentang pembelajaran portofolio. Berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran portofolio, kendala yang dihadapi karena kurangnya fasilitas pembelajaran yang ada seperti belum adanya laboratorium sehingga siswa harus menyiapkan alat sendiri dengan dana swadaya apabila akan melakukan praktikum. Kendala yang lainnya yaitu belum adanya kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, sehingga guru belum dapat membawa informan sebagai salah satu sumber belajar. Direkomendasikan kepada beberapa pihak yang terkait antara lain: 1) Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sebagai informan atau sumber belajar, donatur untuk memperlancar proses pembelajaran. 2) Pihak Dinas Pendidikan untuk segera memberikan pelatihan atau seminar tentang pembelajaran portofolio, sehingga guru lebih memahami konsep portofolio sebagai pembelajaran dan sebagai evaluasi.

ix

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul..................................................................................................

i

Persetujuan Pembimbing..................................................................................

ii

Pengesahan.......................................................................................................

iii

Pernyataan........................................................................................................

iv

Motto dan Persembahan...................................................................................

v

Kata Pengantar .................................................................................................

vi

Abstrak .............................................................................................................

viii

Daftar Isi...........................................................................................................

x

Daftar Lampiran ...............................................................................................

xii

Daftar bagan, gambar, dan tabel .....................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. .............................................................................................. L atar Belakang.................................................................................

1

B. .............................................................................................. I dentifikasi Masalah........................................................................

7

C. .............................................................................................. P erumusan Masalah.........................................................................

8

D. .............................................................................................. T ujuan Penelitian .............................................................................

8

E................................................................................................ M anfaat Penelitian ............................................................................

9

F................................................................................................ Pemb atasan Istilah dalam Judul..............................................................

9

G. .............................................................................................Siste matika Skripsi...............................................................................

10

BAB II LANDASAN TEORI .........................................................................

13

A. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.....................................

13

x

B. Teori Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio ........................................................................

56

C. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Model Pebelajaran Berbasis Porotofolio ......................................................................

65

D. Kerangka Berpikir .........................................................................

70

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................

72

A. Desain Penelitian............................................................................

72

B. Tahap-tahap Penelitian...................................................................

73

C. Informan Penelitian........................................................................

77

D. Fokus Penelitian .............................................................................

77

E. Metode Pengumpulan Data ............................................................

78

F. Objektifitas dan Keabsahan Data ...................................................

80

G. Proses Pencatatan Data dan Teknik Analisis Data.........................

84

BAB IV PENYAJIAN DATA .........................................................................

90

A. Deskripsi Penemuan Data ..............................................................

90

B. Analisis Data .................................................................................. 115 BAB V TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA .......................... 151 A. .............................................................................................. Credi bility ..................................................................................................... 151 B. .............................................................................................. Trans ferability ............................................................................................... 153 C. .............................................................................................. Depe ndability ............................................................................................... 154 D. .............................................................................................. Konfi rmability ............................................................................................... 155

xi

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 156 A. Simpulan ....................................................................................... 156 B. Rekomendasi .................................................................................. 157 Daftar Pustaka .................................................................................................. 158 Lampiran .......................................................................................................... 160

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian .............................................. 160 Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 162 Lampiran 3 Transkrip Hasil Wawancara........................................................ 163 Lampiran 4 Transkrip Hasil Observasi .......................................................... 179

xiii

DAFTAR BAGAN, GAMBAR DAN TABEL Halaman Daftar Bagan Bagan 1. Hubungan KBK dengan Model Pembelajaran Portofolio................

71

Bagan 2. Tahapan analIsis data kualitatif........................................................

88

Daftar Gambar Gambar 1. Proses apersepsi guru dengan memberikan contoh konkret

112

Gambar 2. Siswa aktif melakukan praktikum tentang perubahan energi ....... 113 Gambar 3. Prinsip belajar sambil bermain ..................................................... 113 Gambar 4. Proses pengambilan kesimpulan................................................... 113 Gambar 5. Contoh hasil karya siswa .............................................................. 115

Daftar Tabel Tabel 1. Hasil observasi tentang pembuatan silabus ....................................... 133 Tabel 2. Hasil observasi tentang pembuatan satuan acara pembelajaran....... 133 Tabel 3. Hasil observasi tentang pembuatan rencana pembelajaran ............... 134 Tabel 4. Hasil observasi tentang pembelajaran partisipatorik dan CBSA....... 135 Tabel 5. Hasil observasi tentang kelompok belajar kooperatif ....................... 136 Tabel 6. Hasil observasi tentang pembelajaran reaktif reactive learning........ 137 Tabel 7. Hasil observasi tentang pembelajaran yang menyenangkan ............. 138 Tabel 8. Hasil observasi tentang sarana prasana dan media pembelajaran ..... 139 Tabel 9. Hasil observasi tentang kondisi siswa ............................................... 141 Tabel 10. Hasil observasi tentang penilaian.................................................... 143

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Sumber daya yang dimaksud tidak tercipta hanya melalui pendidikan tinggi, melainkan diawali dari pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan dalam kajian ini untuk selanjutnya adalah dalam konteks pendidikan formal, maka yang dimaksud pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran saat ini perlu lebih menekankan how (bagaimana membelajarkan) daripada what (apa yang dibelajarkan). Guru tidak lagi hanya bertugas memberikan informasi kepada siswa. Tugas guru saat ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru diluar kelas di sekolah. Belajar tidak hanya disekolah, belajar juga dapat dilakukan diluar sekolah. Guru tidak harus menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi dituntut dapat mengembangkan potensi siswanya. Artinya, pembelajaran xv

tidak

lagi

terikat

dan

dibatasi

dinding-dinding

kelas.

Guru

dituntut

mengembangkan metode secara kreatif dan inovatif. Guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator. Sumber pembelajaran bisa berupa buku, lingkungan, dan masyarakat, termasuk internet. Dengan demikian, siswa akan menyukai materi yang diberikan, bahkan akan terus menuntut untuk maju serta menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati untuk membangun kompetensi diri. Waktu pembelajaran dikelas sangat terbatas, mustahil siswa dapat memahami seluruh materi yang diajarkan dalam waktu yang terbatas tersebut. Akan lebih baik jika para siswa diberi garis besar materi lalu ditunjukkan manfaat dari materi yang dipelajarinya dan diberikan alat-alat untuk mendalami materi lebih jauh diluar kelas. Jadi dalam pembelajaran terjadi proses membangun atau mengkonstruksi pengetahuan, yang melibatkan diri siswa yang sedang belajar dengan pengetahuan yang sedang dipelajarinya

Setelah itu diadakan diskusi

untuk membahas materi tersebut. Setiap bentuk pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan produk dalam bentuk sumber daya manusia sesuai dengan tingkat tujuan pendidikannya, serta kebutuhan masyarakat. Wardiman Djojonegoro (1993) menghendaki agar bangsa yang produktif dikembangkan lewat sumber daya manusia yang berbudaya. Hal ini sesuai dengan pengaitan antara dunia pendidikan dengan dunia pembangunan, khususnya dunia kerja yang terkenal dengan istilah Link and Match.

xvi

Paradigma baru pendidikan, menghendaki dilakukan inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan

informasi

mengenai

tingkat

pemahaman

siswa

melalui

pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran. Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat dan kebutuhan siswa hanya dapat diperoleh melalui asesmen dan evaluasi yang efektif. Penilaian yang biasa digunakan dalam sistem pendidikan kita adalah melalui deskripsi kuantitatif, yaitu tes (tertulis). Sedangkan asesmen yang sedang berkembang saat ini adalah penilaian portofolio yang disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa. Misi GBHN 1999 dalam bidang pendidikan adalah mewujudkan sistem pendidikan dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu untuk memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Dalam kaitannya dengan tuntutan akan demokratisasi pada era reformasi saat ini, kelemahan utama dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa yang dinamis dan budaya berpikir kritis. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang xvii

Nomor 22 tahun 2000 Bab XI tentang Program Pendidikan Nasional dicantumkan bahwa tantangan yang dihadapi dunia pendidikan yaitu budaya berpikir kritis yang masih rendah. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu model pembelajaran sebagai alternatif untuk mewujudkan misi GBHN dan sekaligus menjawab tantangan yang dihadapi dunia pendidikan seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2000 tersebut. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio merupakan alternatif Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA). Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapat banyak manfaat baik hasil belajar utama maupun hasil pengiring akademik dan sosial. Pola fikir pembelajaran siswa

perlu diubah dari sekedar memahami

konsep kearah kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep lain prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Sebagaimana paradigma pendidikan yang digariskan oleh UNESCO dalam empat misi pendidikan menuju abad 21 yang dikutip Akhmad Hidayatullah al Arifin dan Endah Sulistyowati (2002:1-2), yaitu : a. Belajar untuk berfikir (learning to think) b. Belajar untuk berbuat (learning to do) c.

Belajar untuk hidup bersama (learning to life)

d.

Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be)

xviii

Sebagai suatu inovasi, model pembelajaran berbasis portofolio tidak memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru laksana botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Melalui model pembelajaran berbasis portofolio siswa diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, mapun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan, dan menantang siswa sehingga berbuat dan berpikir merupakan strategi guru yang memungkinkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. xix

Terdapat beberapa prinsip belajar, yaitu : 1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas. 2. Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematik. 3. Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna daripada belajar dengan hapalan. 4. Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi. 5. Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. 6. Belajar merupakan proses yang kontinu. 7. Proses memerlukan metode yang tepat. 8. Belajar memerlukan minat dan perhatian siswa (Fajar, 2002:10-11). Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dapat digolongkan dalam 5 hal, yaitu : 1. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi. 2. Aktivias lisan (oral activities) seperti bercerita, menyanyi, membaca sajak, tanya jawab, diskusi. 3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah. 4. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, melukis, menari.

xx

5. Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat makalah (Fajar, 2002:13). Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk perubahan konsep berpikir tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah dan antar anggota masyarakat (Budimansyah, M.Si, 2002:3) Maka dari itu penulis merasa perlu mengadakan suatu penelitian dengan tema model pembelajaran berbasis portofolio, untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kendala-kendalanya di SD Negeri Barusari 03 Semarang. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diperoleh suatu pengamatan dan analisis inovasi pembelajaran yang menyebabkan sumber daya manusia Indonesia tidak mengalami peningkatan, sehingga muncul identifikasi masalah yang diantaranya adalah: 1. Peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan dapat ditempuh salah satunya dengan cara penggunaan inovasi pembelajaran yang lebih menekankan how (bagaimana membelajarkan siswa) daripada what (apa yang dibelajarkan kepada siswa). xxi

2. Dalam proses belajar mengajar, guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran melainkan hanya sebagai fasilitator pembelajaran sehingga model pembelajaran alternatif yang dikembangkan adalah Cara Belajar Siswa Aktif dan Cara Mengajar Guru Aktif. 3. Kelemahan utama dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa yang dinamis dan budaya berpikir kritis. Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka inovasi model pembelajaran yang dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis portofolio sangatlan perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. C. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan dipecahkan/ dicari solusinya dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang? D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh gambaran secara objektif tentang pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 semarang. xxii

2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 semarang. E. MANFAAT PENELITIAN Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah: 1. Manfaat teoritis a. Konsep yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan masukan bagi dunia pendidikan. b. Hasil penelitian dapat menjadi sumber bahan yang penting bagi para peneliti bidang pendidikan. c. Memberi rekomendasi para peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis atau melanjutkan penelitian tersebut secara lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru di SD Negeri Barusari 03 Semarang, sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dan langkah-langkah efektif bidang pendidikan, terutama yang berhubungan dengan model pembelajaran berbasis portofolio. F. PEMBATASAN ISTILAH DALAM JUDUL Untuk memudahkan dan menghindari salah pengertian terhadap penelitian ini, maka akan lebih jelas apabila penulis memberikan pengertian dan batasan masing-masing istilah, yaitu sebagai berikut: xxiii

1. Model adalah suatu tipe atau desain, suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati (Komaruddin dan Yooke Tjuparman, S, 2000:152) 2. Pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau pemahaman atau keterampilan (termasuk penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor) melalui studi, pengajaran atau pengalaman (Komaruddin dan Yooke Tjuparman, S, 2000:179) 3. Berbasis dapat diartikan “berdasar pada” atau “berfokus pada”. 4. Portofolio sebagai konsep pembelajaran atau model pembelajaran (model pembelajaran berbasis portofolio) yaitu suatu bentuk inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar secara empirik (Budimansyah, 2002:3). 5. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Salim, 2001:93). 6. SD Negeri Barusari 03 Semarang adalah tempat dimana penelitian ini akan berlangsung. G. SISTEMATIKA SKRIPSI BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Perumusan Masalah xxiv

D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Pembatasan Istilah dalam Judul G. Sistematika Skripsi BAB II

LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio B. Teori Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio C. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio D. Kerangka Berfikir

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tahap-tahap Penelitian C. Informan Penelitian D. Fokus Penelitian E. Metode Pengumpulan Data F. Objektivitas dan Keabsahan Data G. Proses Pencatatan dan Teknik Analisis Data BAB IV PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Penemuan Data B. Analisis data

xxv

BAB V TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA A. Credibility B. Transferability C. Dependability D. Konfirmability BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Simpulan 2. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xxvi

BAB II LANDASAN TEORI

A. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO 1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, istilah Portofolio mulai banyak dikenal seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Banyak para ahli yang memberi batasan tentang Portofolio, antara lain sebagai berikut : Menurut Dasim Budimansyah (2002:1) Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial paedagogis maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik Portofolio adalah bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan siswa yang disimpan dalam pada suatu bundel. Misalnya hasil test awal (pree-test), tugas-tugas piagam penghargaan, hasil test akhir (post-test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial paedagogis, Portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran siswa baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective Portofolio sering disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based learning), sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment). xxvii

Paulson (191:60) mendefinisikan Portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Menurut Gronlund (1998:159) Portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang tertarik berkepentingan. Portofolio

dapat

digunakan

untuk

mendokumentasikan

perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

xxviii

Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja sama secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Karya terpilih dari portofolio yang harus menjadi kumpulan karya siswa harus yang dapat menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugastugas yang diberikan atau kata lain Portofolio bukanlah kumpulan bahanbahan yang asal comot yang tidak relevan atau kurang signifikan dengan bahan atau topik pembelajaran. 2. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Model pembelajaran berbasis portofolio mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang dimaksud adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok

belajar

kooperatif

(cooperative

learning),

pembelajaran

partisipatorik, mengajar yang reaktif (reactive learning) dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) (Budimansyah, 2002:8). a. Prinsip belajar siswa aktif Proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio berpusat pada siswa. Dengan demikian, model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan mengunakan teknik bursa ide (brain xxix

strorming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya, tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas. Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih tampak. Dengan berbagai teknik mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi kajian kelas mereka. Pada fase pelaporan aktivitas mereka berfokus pada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data dan informasi disusun secara sistematis dan disimpan pada sebuah bundel. Adapun data dan informasi yang paling penting dan menarik (eyes catching) ditempel pada portofolio seksi penayangan yaitu papan panel yang terbuat dari kardus bekas atau bahan lain yang tersedia. Setelah portofolio selesai dibuat, dilakukan public hearing dalam kegiatan show case dihadapan dewan juri. b. Kelompok belajar kooperatif Proses pembelajaran dengan model ini juga menerapkan prinsip belajar kooperatif yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait.

xxx

Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Dengan komponenkomponen sekolah juga sering kali harus dilakukan kerjasama, misalnya pada saat para siswa hendak mengumpulkan data dan informasi lapangan sepulang sekolah. Orang tua perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak terlambat dari sekolah karena melakukan kunjungan lapangan terlebih dahulu. Kerjasama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para siswa merencanakan mengunjungi

lembaga tertentu atau meninjau

suatu kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. c. Pembelajaran partisipatorik Model pembelajaran berbasis portofolio juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar sambil melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas, memiliki makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin. Proses ini mendukung adagium yang menyatakan bahwa “democracy is not in heredity but learning” (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami). xxxi

Oleh karena itu mengajarkan demokrasi harus dalam suasana yang demokratis dan untuk mendukung kehidupan yang demokratis (teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan belajar sambil melakoni atau dengan kata lain harus menggunakan prinsip belajar partisipatorik. d. Reactive learning Untuk menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan dapat tercipta jika guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata. Ciri guru reaktif diantaranya adalah sebagai berikut : a. Menjadikan siswa sebagi pusat kegiatan belajar b. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa c. Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa d. Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat siswa bosan. Jika hal ini terjadi maka ia segera menanggulanginya (Budimansyah, 2002:12-13). Model pembelajaran berbasis portofolio mensyaratkan guru yang reaktif, sebab tidak jarang pada awal pelaksanaan model ini, siswa xxxii

ragu dan bahkan malu untuk mengemukakan pendapat. Hal tersebut terjadi karena secara empirik potensi dan kemampuan siswa yang bervariasi. e. Joyfull learning Salah satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun materi pelajaran, apabila dipelajari dalam suasana yang menyenangkan maka pelajaran tersebut akan mudah dipahami. Sebaliknya walaupun materi pelajaran tidak terlampau sulit untuk dipelajari, namun apabila suasana belajar membosankan dan tidak menarik maka pelajaran akan sulit dipahami. Atas dasar pemikiran tersebut, maka agar para siswa mudah memahami materi pelajaran, mereka harus belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh daya tarik dan penuh motivasi. Model pembelajaran berbasis portofolio menganut prinsip dasar bahwa belajar itu harus dalam suasana yang menyenangkan (joyfull learning). Melalui model ini para siswa diberi keleluasaan untuk memilih tema belajar yang menarik bagi dirinya (Budimansyah, 2002:16). 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Sebagai suatu inovasi, model pembelajaran berbasis portofolio tidak memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru laksana botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan Sesuai dengan misi pendidikan menuju abad 21 seperti yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu learning to do, learning to know, learning xxxiii

to be dan learning to live together, terdapat sejumlah langkah-langkah dalam pembelajaran portofolio, antara lain : a. Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat Selaku warga masyarakat, siswa dibiasakan selalu peka terhadap masalah-masalah kemasyarakatan dilingkungannya. Siswa harus juga terampil memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk

melakukan

identifikasi

masalah

dalam

model

pembelajaran berbasis portofolio dapat ditempuh dua cara yaitu : 

Kegiatan kelompok kecil Untuk melakukan identifikasi masalah, perlu diawali dengan diskusi kelas guna berbagi pengetahuan tentang masalahmasalah di masyarakat. Dalam mengerjakan kegiatan ini, seluruh siswa hendaknya membaca dan mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Setiap kelompok (3-4 anak) diminta untuk mencari satu masalah lalu mendiskusikannya dalam kelompok kecil tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita dihadapkan pada sejumlah masalah. Kadang masalah-masalah tersebut datang silih berganti tetapi juga kadang datang bersamaan. Tugas kita adalah menghadapi dan memecahkannya, kita tidak boleh menghindar dari setiap permasalahan yang ada.

xxxiv



Pekerjaan rumah Proses

diskusi

mengidentifikasi

dan

dalam

menganalisis

kelompok

kecil

guna

masalah

belum

cukup

memberikan informasi tentang masalah mana yang pantas untuk dijadikan kajian kelas. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji dalam kelas, diperlukan informasi yang cukup terutama tentang kelayakan masalah tersebut untuk dikaji serta ketersediaan sumber-sumber informasi yang dapat dijadikan rujukan dalam memecahkan masalah tersebut. Untuk itu para siswa harus diberi pekerjaan rumah. Ada dua hal yang harus dikerjakan siswa. Pertama, menemukan lebih banyak masalah yang ada di masyarakat. Kedua, menemukan

kebijakan-kebijakan

yang

dirancang

untuk

memecahkan masalah-masalah tersebut. Tugas pekerjaan rumah ini meliputi : o Tugas wawancara Para siswa dapat melakukan wawancara dengan ayah atau ibu di rumah, teman, tetangga dan orang lain yang dipandang memahami masalah yang sedang dianalisis. Dapatkan apa yang mereka ketahui tentang masalah tersebut dan bagaimana perasaan mereka berkenaan dengan masalah tersebut.

xxxv

o Mencari informasi dari media cetak Para siswa dapat membaca buku, majalah atau surat kabar yang memuat tulisan atau artikel mengenai masalah yang sedang dianalisis. Untuk memahami posisi tulisan atau artikel tersebut serta untuk memahami kebijakan apa yang ditawarkan untuk memecahkan masalah, tentu saja para siswa harus membacanya dengan seksama dan tidak cukup satu kali. Bawalah bahanbahan yang diperoleh ke kelas. Beritahukanlah bahan-bahan tersebut kepada guru dan teman sekelas. o Mencari informasi dari media elektronik Para siswa harus mencari dan mendengarkan laporan berita pada televisi atau radio yang berkenaan dengan masalah dan kebijakan-kebijakan

untuk

menangani

masalah

tersebut.

Bawalah informasi tersebut ke kelas untuk diberitahukan kepada guru dan teman sekelas. b. Memilih masalah untuk kajian kelas Apabila kelas telah cukup memiliki informasi untuk membuat keputusan, kelas hendaknya memilih satu masalah atas dasar suara terbanyak dengan cara : 

Membuat daftar masalah Setiap kelompok kecil yang telah mengidentifikasi dan menganalisis masalah dengan dukungan informasi yang memadahi

xxxvi

menetapkan satu masalah untuk ditulis dalam daftar masalah di papan tulis. Setelah semua masalah terdaftar, salah satu wakil kelompok diminta menjelaskan alasan pemilihan masalah tersebut, seberapa penting masalah tersebut bagi masyarakat dan sejauh mana ketersediaan data dan informasinya dalam memecahkan masalah. 

Melaksanakan pemungutan suara (voting) Setelah informasi awal yang menyangkut masalah tersebut cukup dipahami, maka langkah selanjutnya adalah pemilihan masalah, agar masalah yang dipilih benar-benar berkualitas. Pemilihan dapat dilakukan lewat dua tahap : o Tahap I (secara terbuka) Setiap siswa memilih tiga masalah prioritas secara terbuka o Tahap II (secara tertutup) Dari tiga masalah prioritas pilihan siswa tersebut, dipilih lagi satu masalah secara tertutup. Dengan demikian akhirnya terpilih satu masalah yang akan terpilih sebagai kajian kelas.

c. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas Terdapat dua kegiatan dalam mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas, yaitu :

xxxvii

 Kegiatan kelas : mengidentifikasi sumber-sumber informasi Setelah memilih satu masalah untuk dikaji, maka langkah selanjutnya adalah kelas harus mencari informasi ke sumber-sumber informasi. Semakin banyak sumber-sumber informasi yang didapat akan lebih baik. Contoh-contoh sumber informasi antara lain : perpustakaan, kantor penerbit surat kabar, biro kliping, pakar di perguruan tinggi, pakar hukum dan hakim, kepolisian, kantor legislatif, kantor pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan dan kelompok kepentingan, jaringan informasi elektronik.  Tugas pekerjaan rumah Setelah kelas memutuskan sumber-sumber informasi yang akan dihubungi, langkah berikutnya kelas dibagi ke dalam tim/ kelompok peneliti. Setiap tim harus bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi yang berbeda dengan cara wawancara. d. Mengembangkan Portofolio kelas Dalam mengembangkan portofolio kelas terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu spesifikasi portofolio dan kelompok portofolio, sehingga portofolio tersebut dapat benar-benar dipahami oleh kelas dan berbagai pihak yang bersangkutan.  Spesifikasi portofolio Jika informasi yang didapat dirasa cukup maka mulailah mengembangkan portofolio kelas. Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi, yaitu portofolio seksi penayangan dan seksi xxxviii

dokumentasi. Portofolio seksi penayangan adalah portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat show case. Portofolio seksi dokumentasi adalah portofolio yang disimpan pada binder yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok portofolio. o Portofolio seksi penayangan Bagian ini harus terdiri atas empat lembar papan poster atau papan busa atau yang sejenisnya, dengan ukuran masing-masing kurang lebih 75 x 90 cm. Karya dari masing-masing kelompok portofolio ditempatkan/ ditempelkan pada salah satu dari empat papan poster tersebut.

Bahan-bahan

yang

ditayangkan

dapat

meliputi

pernyataan-pernyataan tertulis, daftar sumber informasi, peta, grafik, foto, gambar, karikatur, karya seni asli dan sebagainya. o Portofolio seksi dokumentasi Bagian ini merupakan kumpulan bahan-bahan terbaik sebagai dokumen atau bukti penelitian, misalnya berupa berita, artikel, gambar, foto, grafik dan tabel, data lengkap hasil wawancara, data hasil analisis bahan cetak dan sebagainya. Bahan-bahan ini harus disatukan dalam sebuah map jepit (binder) bercincin tiga. Bahanbahan tersebut harus dipisahkan kedalam empat bab. Bab pertama, berisi tentang penjelasan masalah. Bab kedua, tentang kebijakankebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. Bab ketiga,

xxxix

tentang usulan kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Bab keempat, berisi tentang rencana tindakan.  Kelompok portofolio Selanjutnya kelas dibagi kedalam

empat kelompok

portofolio. Masing-masing kelompok ditugasi untuk membuat salah satu bagian dari portofolio kelas. Setiap kelompok portofolio hendaknya memilih bahan-bahan yang dikumpulkan oleh semua tim peneliti sesuai dengan keperluannya. Berikut ini adalah tugas-tugas setiap kelompok portofolio : o Kelompok portofolio satu : Menjelaskan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang akan menjadi kajian kelas. Kelompok ini juga hendaknya menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan mengapa tingkat atau badan pemerintah tertentu harus memecahkan masalah tersebut. o Kelompok portofolio dua : Mengkaji kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. o Kelompok portofolio tiga : Mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengusulkan

dan menjustifikasi kebijakan publik yang

disepakati kelas untuk memecahkan masalah.

xl

o Kelompok portofolio empat : Membuat rencana tindakan. Kolompok ini bertanggung jawab untuk membuat rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas. e. Penyajian Portofolio (Show Case)  Tujuan show case Setelah portofolio kelas selesai dibuat, kelas dapat menyajikannya dalam kegiatan show case (gelar kasus) dihadapan dewan juri (judges). Dewan juri adalah tiga hingga empat orang tokoh yang mewakili sekolah dan masyarakat. Dewan juri ini akan menilai penyajian para siswa atas dasar kriteria yang sama seperti yang digunakan untuk membuat portofolio kelas. Kegiatan show case memberikan pengalaman berharga dalam menyajikan ide-ide atau gagasan-gagasan kepada orang lain dan belajar bagaimana meyakinkan mereka agar dapat memahami dan menerima ide atau gagasan tersebut. Agar kegiatan ini meriah, kelas dapat mengundang bapak ibu guru lain, kepala sekolah, perwakilan siswa dari kelas lain, orang tua siswa atau tokoh-tokoh masyarakat yang berdedikasi terhadap dunia pendidikan. Ada empat tujuan pokok dari kegiatan show case ini, yaitu sebagai berikut : -

Untuk menginformasikan kepada hadirin tentang pentingnya masalah yang diidentifikasi di masyarakat.

xli

-

Untuk menjelaskan dan mengevaluasi kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah sehingga hadirin dapat memahami keuntungan dan kerugian dari setiap kebijakan tersebut.

-

Untuk mendiskusikan kebijakan yang dipilih kelas sebagai kebijakan terbaik untuk mengatasi masalah.

-

Untuk membuktikan bagaimana kelas dapat menumbuhkan dukungan dalam masyarakat, lembaga legislatif dan eksekutif yang terkait dengan penyusunan kebijakan publik.

 Persiapan Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum show case diadakan adalah portofolio itu sendiri, penyajian lisan, tempat pelaksanaan, juri dan moderator. Yang harus disiapkan pertama kali adalah portofolionya sendiri. Pastikan keempat panel portofolio seksi penayangan yang dibuat oleh masing-masing kelompok sudah disatukan menjadi portofolio kelas. Pastikan pula bahwa portofolio seksi dokumentasi yang terdiri atas empat bab sudah selesai disusun. Komponen kedua adalah penyajian lisan. Para siswa hendaknya melakukan latihan penyajian secara lisan terlebih dahulu sebelum menyampaikannya dihadapan hadirin dan dewan juri. Lakukanlah dihadapan teman-teman sekelas atau teman dari kelas lain. Para siswa dapat meminta bantuan atau petunjuk orang tua atau anggota masyarakat lainnya yang berpengalaman daam membuat penyajian publik. Penyajian lisan hendaknya tidak dikuasai oleh satu xlii

atau dua orang siswa saja. Penyajian lisan hendaknya memperlihatkan proses belajar kooperatif. Komponen lain yang harus disiapkan adalah tempat pelaksanaan. Pilihlah satu ruangan yang cukup representatif, yaitu yang diperkirakan cukup menampung hadirin yang diundang, memiliki cukup penerangan, bersih dan jika perlu menggunakan pengeras suara. Tatalah ruangan sesuai dengan keperluan show case. Komponen ketiga yang harus disiapkan adalah juri. Undanglah tiga atau empat orang tokoh yang mewakili sekolah dan masyarakat. Dewan juri ini akan menilai penyajian para siswa atas dasar kriteria yang sama seperti yang digunakan untuk membuat portofolio kelas. Komponen terakhir yang perlu disiapkan adalah moderator. Moderator dalam pelaksanaan show case adalah guru pembimbing kelas yang bersangkutan. Tugas moderator selain memimpin jalannya pelaksanaan show case, juga harus memberikan pengarahan kepada anggota dewan juri tentang tugas-tugas juri dan sistem penilaian yang digunakan. Selain itu moderator harus meminta kesepakatan anggota dewan juri untuk menetapkan salah seorang dari mereka menjadi ketua dewan juri. Tugas ini sangat penting demi kelancaran sistem penjurian pada khususnya dan kelancaran show case pada umumnya.

xliii

 Pembukaan Pertama-tama moderator membuka acara, dilanjutkan dengan menginformasikan masalah yang dikaji oleh kelas dan memperkenalkan

nama-nama

anggota

dewan

juri

sambil

mempersilahkan anggota dewan juri mengamati portofolio kelas. Waktu yang disediakan untuk fase ini sekitar 10 menit.  Penyajian lisan kelompok portofolio satu Setelah

pembukaan

selesai,

selanjutnya

moderator

memanggil kelompok portofolio satu untuk memasuki ruangan. Moderator mempersilahkan juru bicara kelompok memperkenalkan diri dan mengenalkan nama-nama anggota kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok satu untuk menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas dihadapan dewan juri selama 5 menit.  Tanya jawab kelompok portofolio satu Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya, moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya jawab dengan kelompok portofolio satu. Waktu yang disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang lain juga diperbolehkan.

xliv

 Penyajian lisan kelompok portofolio dua Moderator memanggil kelompok portofolio dua untuk memasuki ruangan dan mempersilahkan juru bicara kelompok dua memperkenalkan

diri

dan

mengenalkan

nama-nama

anggota

kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok untuk mempresentasikan kajian mengenai kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah dihadapan dewan juri selama 5 menit.  Tanya jawab kelompok portofolio dua Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya, moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya jawab dengan kelompok portofolio dua tersebut. Waktu yang disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang lain juga diperbolehkan.  Selingan Setelah dua kelompok portofolio selesai mempresentasikan tugasnya masing-masing, kelas dapat menyajikan selingan berupa penyajian kreativitas siswa misalnya menyanyi dan menari. Selingan dimaksudkan untuk menghindari kejenuhan dan sekaligus untuk meningkatkan daya tarik kegiatan show case itu sendiri. Selain itu pada saat selingan waktu dapat digunakan dewan juri untuk

xlv

menyelesaikan penilaian kelompok portofolio satu dan dua. Waktu untuk selingan sekitar 10 menit.  Penyajian lisan kelompok portofolio tiga Moderator memanggil kelompok portofolio tiga untuk memasuki ruangan dan mempersilahkan juru bicara kelompok tiga memperkenalkan

diri

dan

mengenalkan

nama-nama

anggota

kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok untuk mempresentasikan usulan kebijakan publik untuk mengatasi masalah dihadapan dewan juri selama 5 menit.  Tanya jawab kelompok portofolio tiga Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya, moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya jawab dengan kelompok portofolio tiga tersebut. Waktu yang disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang lain juga diperbolehkan.  Penyajian lisan kelompok portofolio empat Moderator memanggil kelompok portofolio empat untuk memasuki ruangan dan mempersilahkan juru bicara kelompok empat memperkenalkan

diri

dan

mengenalkan

nama-nama

anggota

kelompoknya. Setelah itu mempersilahkan juru bicara kelompok untuk mempresentasikan rencana tindakan (action plan) dihadapan dewan juri selama 5 menit. xlvi

 Tanya jawab kelompok portofolio empat Setelah juru bicara selesai mempresentasikan tugasnya, moderator mempersilahkan ketua dewan juri untuk mengatur tanya jawab dengan kelompok portofolio empat tersebut. Waktu yang disediakan untuk tanya jawab sekitar 10 menit. Yang menjawab pertanyaan dari dewan juri tidak harus juru bicara saja, anggota yang lain juga diperbolehkan.  Tanggapan hadirin Setelah

seluruh

kelompok

portofolio

selesai

mempresentasikan tugasnya masing-masing, moderator memberi kesempatan kepada hadirin untuk menyampaikan tanggapan terhadap penampilan para siswa. Tanggapan hadirin sangat penting sebagai umpan balik bagi siswa sendiri maupun bagi guru pembimbingnya. Pada saat hadirin menyampaikan tanggapan, waktu dapat digunakan dewan juri untuk menyelesaikan penilaian kelompok portofolio tiga dan empat. Waktu yang disediakan untuk acara tanggapan sekitar 10 menit.  Pengumuman dewan juri Pada akhir show case, dewan juri mengumumkan hasil penilaian mereka terhadap penampilan para siswa. Penilaian dewan juri didasarkan pada kualitas portofolio kelas, yang meliputi portofolio seksi penayangan maupun seksi dokumentasi dan penampilan kelompok baik pada saat penyajian lisan maupun pada xlvii

saat tanya jawab. Nilai dari tiap komponen tersebut dijumlahkan menjadi nilai kelas. Pada saat kompetisi antar kelas, jumlah nilai inilah yang dijadikan patokan untuk menentukan kejuaraan. f. Kriteria dan Format Penilaian  Kriteria Penilaian Portofolio yang dibuat dikelas hendaknya memenui sejumlah kriteria tertentu, baik untuk tiap-tiap kelompok portofolio maupun untuk portofolio keseluruhan. Semakin sesuai dengan kriteria yang diminta, portofolio yang dibuat kelas tentunya akan semakin baik. Sebaliknya semakin tidak sesuai dengan kriteria yang ada, maka portofolio tersebut semakin tidak baik. Kriteria untuk tiap-tiap kelompok portofolio tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kelengkapan - Apakah setiap bagian memuat bahan sesuai dengan tugas kelompok masing-masing? -

Apakah para siswa telah memasukkan lebih dari yang diperlukan?

2) Kejelasan - Apakah portofolio disusun dengan baik ? - Apakah portofolio ditulis dengan jelas, sesuai dengan kaidah tata bahasa dan menurut ejaan yang benar? - Apakah hal-hal pokok dan argumen-argumen mudah untuk dipahami? xlviii

3) Informasi - Apakah informasi akurat? - Apakah informasi mencakup fakta utama dan konsep-konsep penting? - Apakah informasi yang dimasukkan penting untuk memahami masalah kajian kelas? 4) Dukungan - Apakah portofolio memuat contoh-contoh untuk menjelaskan atau mendukung hal-hal pokok? - Apakah portofolio memuat penjelasan yang mendalam untuk hal-hal pokok? 5) Data grafis - Apakah data grafis yang ditayangkan berkaitan dengan isi dari bagian portofolio? - Apakah data grafis dimaksud memberikan informasi? - Apakah data grafis yang ditayangkan itu diberi judul? - Apakah data grafis yang ditayangkan membantu orang lain memahami portofolio dengan baik? 6) Dokumentasi -

Apakah

hal-hal

pokok

dari

setiap

bagian

portofolio

didokumentasikan? - Apakah portofolio disusun berdasarkan sumber-sumber yang beragam dan terpercaya? xlix

- Apabila para siswa mengutip atau menyadur karya orang lain, apakah menyebutkan sumbernya? - Apakah dokumentasi yang disusun berkaitan dengan portofolio yang ditayangkan? - Apakah sumber informasi yang dipilih adalah sumber informasi terbaik dan terpenting? 7) Argumen kekonstitusionalan - Apakah data penjelasan bahwa kebijakan publik yang diusulkan kelas tidak melanggar konstitusi? - Apakah ada penjelasan bahwa kebijakan publik yang diusulkan kelas tidak melanggar peraturan perundang-undangan lainnya? Disamping portofolio untuk tiap kelompok, portofolio keseluruhan pun hendaknya memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Persuasif - Apakah portofolio yang disusun memberikan bukti yang cukup bahwa masalah yang dipilih itu penting? - Apakah kebijakan publik yang diusulkan secara langsung mengarah pada masalah? - Apakah portofolio yang disusun menjelaskan begaimana para siswa dapat memperoleh dukunga publik untuk kebijakan yang diusulkan?

l

2) Kegunaan - Apakah usulan kebijakan publik kelas praktis dan realistis? - Apakah rencana kelas untuk memperoleh dukungan bagi kebijakan yang diusulkan realistis 3) Koordinasi - Apakah setiap bagian dari empat bagian portofolio seksi penayangan berkaitan dengan bagian-bagian yang lainnya tanpa mengulang informasi? - Apakah portofolio seksi dokumentasi memberikan bukti untuk mendukung portofolio seksi penayangan? 4) Refleksi - Apakah bagian refleksi dan evaluasi pembuatan portofolio menunjukkan bahwa para siswa telah memikirkan secara cermat tentang pengalaman belajarnya? - Apakah para siswa memperlihatkan bahwa dirinya telah belajar dari pengalaman membuat portofolio.  Kriteria Penyajian Lisan Tujuan

penyajian

lisan

portofolio

adalah

untuk

membelajarkan siswa menyajikan dan mempertahankan pendapat yang rasional berkaitan dengan upaya mempengaruhi kebijakan publik. Untuk menilai baik buruknya penyajian lisan, hendaknya berpedoman pada sejumlah kriteria berikut :

li

Kriteria penyajian lisan untuk setiap kelompok : 1) Signifikasi: apakah kelompok memilih aspek-aspek terpenting dari portofolionya untuk disajikan secara lisan? 2) Pemahaman: apakah penyaji memahami hakekat dan ruang lingkup masalah, kebijakan-kebijakan alternatif yang mereka identifikasi, kebijakan publik kelas dan rencana tindakan? 3)

Argumentasi:

apakah

kelompok

dalam

menyajikan

dan

mempertahankan pendapat-pendapatnya cukup memadai? 4) Responsif : apakah jawaban penyaji sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dewan juri? 5) Kerjasama kelompok: apakah sebagian besar siswa berpartisipasi dalam penyajian? Adakah bukti tanggung jawab bersama? Apakah para penyaji menghargai pendapat orang lain: Kriteria penyajikan lisan keseluruhan : 1) Persuasif: apakah penyajian lisan secara keseluruhan menimbulkan daya tarik untuk menerima kebijakan publik yang diusulkan oleh kelas? 2) Kegunaan: apakah kebijakan yang diusulkan dan pendekatanpendekatan yang digunakan untuk memperoleh dukungan bagi kebijakan tersebut realistis? Apakah kelas mempertimbangkan hambatan-hambatan nyata?

lii

3) Koordinasi: apakah antar penyaji dari keempat kelompok penyajian ada hubungannya yang jelas? Apakah setiap penyajian dibangun dan diperluas atas dasar penyajian sebelumnya? 4) Refleksi: apakah penyajian siswa menunjukkan bahwa mereka merefleksi dan belajar dari pembuatan portofolio?  Format Penilaian Format penilaian portofolio meupun penyajian lisan dikembangkan dengan mengacu pada kriteria portofolio dan kriteria penyajian lisan. Format penilaian portofolio terdiri atas penilaian tiap bagian dan tiap seksi portofolio. Tiap bagian portofolio maksudnya adalah tiap panel portofolio, yaitu panel pertama yaitu yang dibuat oleh kelompok portofolio satu, panel kedua yang dibuat oleh kelompok portofolio dua, panel ketiga yang dibuat oleh kelompok portofolio tiga dan panel keempat yang dibuat oleh kelompok portofolio empat. Tiap seksi portofolio maksudnya adalah portofolio seksi penayangan dan seksi dokumentasi. Adapun format penilaian penyajian lisan terdiri atas penilaian terhadap penyajian lisan masing-masing kelompok, yaitu kelompok portofolio satu, dua, tiga dan empat serta penilaian terhadap penyajian lisan keseluruhan. Format penilaian tersebut masing-masing akan diuraikan tersebut di bawah ini:

liii

1) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Satu Menjelaskan Masalah Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Kelengkapan Memuat deskripsi tentang : •

Tingkat keseriusan dan ketersebaran masalah di masyarakat, negara dan bangsa



Siapa yang bertanggung jawab untuk menangani masalah



Memadai tidaknya kebijakan publik saat ini untuk mengatasi masalah



Ketidaksepakatan dalam masyarakat, jika ada, tentang masalah



Individu dan kelompok utama yang berpihak pada masalah dan analisis posisinya

2.

Kejelasan •

Tersusun dengan baik



Tertulis dengan baik liv

Catatan

• 3.

4.

Mudah dipahami

Informasi •

Akurat



Cukup memadai



Penting

Dukungan •

Memuat contoh untuk halhal utama

• 5.

Memuat alasan yan baik

Data grafis •

Berkaitan dengan isi tiap bagian

6.



Diberi judul dengan tepat



Memberikan informasi



Meningkatkan pemahaman

Bagian dokumentasi •

Cukup memadai



Data dipercaya



Berkaitan dengan tayangan



Selektif

Jumlah Penilai : ….

Tanggal : ….

2) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Dua Mengkaji Kebijakan Alternatif Untuk Mengatasi Masalah Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa.

lv

No 1.

Kriteria

Skor

Kelengkapan Deskrispi tentang kebijakan alternatif yang meliputi :

2.

3.

4.



Keuntungan



Kerugian



Pendukung



Penentang

Kejelasan •

Tersusun dengan baik



Tertulis dengan baik



Mudah dipahami

Informasi •

Akurat



Cukup memadai



Penting

Dukungan •

Memuat contoh untuk hal-hal utama

• 5.

6.

Memuat alasan yang baik

Data grafis •

Berkaitan dengan isi tiap bagian



Diberi judul dengan tepat



Memberikan informasi



Meningkatkan pemahaman

Bagian dokumentasi •

Cukup memadai



Data dipercaya



Berkaitan dengan tayangan

lvi

Catatan



Selektif

Jumlah Penilai : ….

Tanggal : ….

3) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Tiga Mengusulkan Kebijakan Publik Untuk Mengatasi Masalah Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Kelengkapan Memuat deskripsi tentang : •

Kebijakan yang dianjurkan oleh kelas



Keuntungan dan kerugiannya



Argumentasi kekonstitusionalan



Lembaga pemerintah mana yang seharusnya melaksanakan kebijakan yang diusulkan dan mengapa

2.

3.

Kejelasan •

Tersusun dengan baik



Tertulis dengan baik



Mudah dipahami

Informasi •

Akurat



Cukup memadai



Penting

lvii

Catatan

4.

Dukungan •

Memuat contoh untuk hal-hal utama

• 5.

6.

Memuat alasan yang baik

Data grafis •

Berkaitan dengan isi tiap bagian



Diberi judul dengan tepat



Memberikan informasi



Meningkatkan pemahaman

Bagian dokumentasi •

Cukup memadai



Data dipercaya



Berkaitan dengan tayangan



Selektif

Jumlah Penilai : ….

Tanggal : ….

4) Lembar Penilaian Portofolio : Panel Empat Membuat Rencana Tindakan Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Kelengkapan Memuat deskripsi tentang : •

Para pendukung di masyarakat



Para penentang di masyarakat



Para pendukung di pemerintah lviii

Catatan



Para penentang di pemerintah



Penjelasan tentang bagaimana individu masing-masing individu dapat diyakinkan untuk mendukung kebijakan

2.

3.

4.

Kejelasan •

Tersusun dengan baik



Tertulis dengan baik



Mudah dipahami

Informasi •

Akurat



Cukup memadai



Penting

Dukungan •

Memuat contoh untuk hal-hal utama

• 5.

6.

Memuat alas an yan baik

Data grafis •

Berkaitan dengan isi tiap bagian



Diberi judul dengan tepat



Memberikan informasi



Meningkatkan pemahaman

Bagian dokumentasi •

Cukup memadai



Data dipercaya



Berkaitan dengan tayangan



Selektif

Jumlah Penilai : ….

Tanggal : ….

lix

5) Lembar Penilaian Portofolio Keseluruhan Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada bagian portofolio dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Persuasif Memberikan alasan yang meyakinkan bahwa : •

Masalah yang dikaji adalah penting



Kebijakan yang diusulkan mengarah pada masalah



Kebijakan yang diusulkan adalah konstitusional

2.

Kegunaan •

Kebijakan yang diusulkan bersifat realistis



Pendekatan untuk memperoleh dukungan adalah realistis



Mempertimbangkan hambatanhambatan nyata

3.

Koordinasi Bagian-bagain portofolio : •

Berkaitan dengan yang lain



Menghindari pengulangan informasi

lx

Catatan

4.

Refleksi •

Menunjukkan terjadinya refleksi



Menunjukkan terjadinya proses belajar

Jumlah

Skor total (skor bagian 1-4 ditambah skor portofolio keseluruhan) Skor

Skor

Skor

Bagian + Bagian Satu

+

Dua

Skor

Bagian + Bagian Tiga

Empat

Skor

Skor

+ Keselu

=

Total

ruhan

Keterangan Skor: 90 - 100

= Istimewa

Penilai : ….

80 – 89

= Sangat Baik

Tanggal : ….

70 – 79

= Rata-rata

0 – 69

= Dibawah rata-rata

6) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Satu Menjelaskan Masalah Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio satu dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Signifikasi • Seberapa besar tingkat kebermaknaan informasi yang

lxi

Catatan

dipilih siswa berkaitan dengan bagian portofolionya yang akan disajikan? 2.

Pemahaman •

Seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap hakekat dan ruang lingkup masalah?

3.

Argumentasi • Seberapa baik alasan yang diberikan siswa bahwa masalah yang dipilihnya signifikan?

4.

Responsif • Seberapa besar tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh juri?

5.

Kerjasama Kelompok • Seberapa besar kontribusi para anggota kelompok terhadap penyajian? • Adakah bukti tanggung jawab bersama? • Apakan para penyaji menghargai pendapat para siswa lainnya? Jumlah

Penilai : ….

Tanggal : ….

7) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Dua Mengkaji Kebijakan Alternatif Untuk Mengatasi Masalah Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio dua dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. lxii

1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. Kriteria

No 1.

Skor

Signifikasi • Seberapa besar tingkat kebermaknaan informasi yang dipilih siswa berkaitan dengan bagian portofolionya yang akan disajikan?

2.

Pemahaman • Seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap kebijakan-kebijakan alternative yang mereka identifikasi?

3.

Argumentasi • Seberapa baik siswa menjelaskan keuntungan dan kerugian dari setiap kebijakan yang disajikan? • Seberapa baik mereka mendukung penjelasan dalam menjawab pertanyaan juri?

4.

Responsif • Seberapa besar tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh juri?

5.

Kerjasama Kelompok • Seberapa besar kontribusi para anggota kelompok terhadap penyajian? • Adakah bukti tanggung jawab

lxiii

Catatan

bersama? • Apakah para penyaji menghargai pendapat para siswa lainnya? Jumlah Penilai : ….

Tanggal : ….

8) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Tiga Mengusulkan Kebijakan Publik Untuk Mengatasi Masalah Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio tiga dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Signifikasi • Seberapa besar tingkat kebermaknaan informasi yang dipilih siswa berkaitan dengan bagian portofolionya yang akan disajikan?

2.

Pemahaman • Seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap keuntungankeuntungan dan kerugian-kerugian dari kebijakan public yang mereak usulkan?

3.

Argumentasi • Seberapa baik siswa memberikan alasan bahwa kebijakan yang diusulkannya itu merupakan suatu pendekatan rasional? lxiv

Catatan

4.

Responsif • Seberapa besar tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh juri?

5.

Kerjasama Kelompok • Seberapa besar kontribusi para anggota kelompok terhadap penyajian? • Adakah bukti tanggung jawab bersama? • Apakah para penyaji menghargai pendapat para siswa lainnya? Jumlah

Penilai : ….

Tanggal : ….

9) Lembar Penilaian Penyajian Lisan : Kelompok Empat Membuat Rencana Tindakan Untuk setiap kriteria, berilah skor kepada kelompok portofolio empat dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. No 1.

Kriteria

Skor

Signifikasi • Seberapa besar tingkat kebermaknaan informasi yang dipilih siswa berkaitan dengan bagian portofolionya yang akan disajikan?

lxv

Catatan

2.

Pemahaman • Seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap langkah-langkah yang diperlukan agar kebijakan yang diusulkan dapat diterima oleh pemerintah?

3.

Argumentasi • Seberapa baik siswa memberi alasan bahwa rencana tindakannya itu rasional? • Seberapa baik mereka menunjukkan bahwa mereka dapat memperoleh dukungan dan mengatasi tantangan dalam masyarakatnya, lembaga pemerintah dan lembaga legislative terhadap rencana tindakannya? • Memadaikah mereka mempertahankan pendapatnya pada saat Tanya jawab dengan juri?

4.

Responsive • Seberapa besar tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh juri?

5.

Kerjasama Kelompok • Seberapa besar kontribusi para anggota kelompok terhadap penyajian? • Adakah bukti tanggung jawab bersama?

lxvi

• Apakah para penyaji menghargai pendapat para siswa lainnya? Jumlah Penilai : ….

Tanggal : ….

10) Lembar Penilaian Penyajain Lisan Keseluruhan Untuk setiap criteria, berilah scor kepada bagian penyajian portofolio keseluruhan dengan skala 1-5, dimana 5 adalah skor tertinggi dan 1 adalah skor terendah. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = diatas rata-rata; 5 = istimewa. Kriteria

No 1.

Skor

Persuasive • Keseluruhan penyajian menimbulkan daya tarik terhadap kebijakan public yang diusulkan oleh kelas

2.

Kegunaan • Kebijakan yang diusulkan bersifat realistis • Pendekatan untuk memperolah dukungan adalah realistis • Mempertimbangkan hambatan nyatas

3.

Koordinasi Masing-masing penampilan : • Berhubungan dengan yang lain • Masing-masing penyajian dibangun dan dikembangkan atas dasar penyajian sebelumnya

lxvii

Catatan

4.

Refleksi • Menunjukkan terjadinya refleksi • Menunjukkan terjadinya proses belajar Jumlah Skor total (skor bagian 1-4 ditambah skor portofolio keseluruhan)

Skor

Skor

Skor

Bagian + Bagian Satu

Dua

+

Skor

Bagian + Bagian Tiga

Empat

Skor + Keselu

Skor =

Total

ruhan

Keterangan Skor: 90 - 100

= Istimewa

Penilai : ….

80 – 89

= Sangat Baik

Tanggal : ….

70 – 79

= Rata-rata

0 – 69

= Dibawah rata-rata

g. Refleksi Pengalaman Belajar  Pengertian Pada saat kelas selesai menyajikan portofolio dalam kegiatan show case, hendaknya diikuti oleh kegiatan refleksi pengalaman belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin pada pengalaman belajar yang baru saja dilaksanakan para siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Kegiatan belajar yang dilaksanakan sering kali memberikan banyak sekali pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan lxviii

maupun yang tidak menyenangkan. Maka dalam kegiatan refleksi ini, siswa diajak untuk melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, apa yang mungkin akan mereka lakukan seandainya mereka bekerja dalam membuat portofolio lain di masa dating. Dengan demikian, keigatan refleksi merupakan satu cara untuk belajar yaitu belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang.  Panduan untuk Melakuakan Refleksi Pengalaman belajar Kegiatan merefleksi pengalaman belajar dapat dilakuakan pada

kelas

secara

klasikal.

Pertama-tama

guru

dapat

mengkondisikan kelas untuk merenungkan pengalaman belajarnya ke belakang, dari tahap kegiatan mengidentifikasi masalah, memilih masalah untuk kajian kelas, mengidentifikasi sumber-sumber informasi, mengumpulkan data dan informasi lapangan, membuat portofolio kelas dan menyajikannya di hadapan dewan juri. Selanjutnya siswa dimunta untuk merefleksi pengalaman belajarnya secara perorangan maupun sebagai anggota kelas. Hasil refleksi pengalaman belajar tersebut hendaknya dimasukkan sebagai Bab Kelima pada portofolio seksi dokumentasi. Karena hasil refleksi tersebut terdiri dari refleksi secara individual dan kelas, maka hendaknya diletakkan secara terpisah.

lxix

B. TEORI KONSTRUKTIVISME DAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO Teori belajar konstruktivisme adalah dasar dari pengembangan model

pembelajaran

menggambarkan

berbasis

bahwa

siswa

portofolio,

yang

membentuk

pada atau

prinsipnya membangun

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Prinsip yang paling umum dan paling esensisal dari teori konstruktivisme adalah bahwa dalam merancang suatu pembelajaran, siswa memperoleh banyak pengetahuan diluar kelas. Von Glasersfeld membedakan adanya tiga taraf konstruktivisme yaitu konstruktivisme radikal, realisme hipotesis dan konstruktivisme yang biasa. 1. Konstruktivisme radikal Kaum konstruktivitis radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu criteria kebenaran. Pengetahuan tidak merefleksikan suatu kenyataan ontologis objektif, tetapi merupakan suatu pengaturan dan organisasi dari suatu dunia yang dibentuk oleh pengalaman seseorang (Von Glasersfeld, 1984). Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat mengalami apa yang dibentuk/ dikonstruksi oeh pikiran kita. Bentukan itu harus jalan dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia nyata. Bila kita percaya bahwa apa yang diketahui itu memberikan

lxx

gambaran akan dunia nyata, semua itu adalah ilusi (Von Glasersfeld, 1989). Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif. Penerima sendiri yang harus mengkonstruksi pengetahuan itu. Semua yang ada disekitar hanyalah sarana untuk terjadinya konstruksi tersebut. Dalam pandangan konstruktivisme radikal sebenarnya tidak ada konstruksi sosial, dimana pengetahuan itu dikonstruksikan bersama, karena masing-masing orang harus menyimpulkan dan menangkap sendiri makna terakhir. Pandangan orang lain adalah bahan untuk dikonstruksikan dan diorganisasikan dalam pengetahuan yang sudah dimiliki orang itu sendiri. 2. Realisme hipotesis Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas (Manuver, 1981 dalam Bettencourt, 1989). Menurut Manuver, pengetahuan mempunyai relasi dengan kenyataan tetapi tidak sempurna. 3. Konstruktivisme yang biasa Aliran

ini

tidak

mengambil

semua

konsekuensi

konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan merupakan gambaran dari realitas itu. Pengetahuan dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri. lxxi

Teori konstruktivisme sangat tepat sebagai terobosan untuk menjawab tantangan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu menjelang tahun 2020 yang dituangkan dalam visi Indonesia masa depan, yaitu :“Terwujudnya system pendidikan yang berkualitas yang mampu melahirkan sumber daya manusia yang handal dan berakhlak mulia, yang mampu bekerja sama dan bersaing diera globalisasi dengan tetap mencintai tanah air. Sumber daya manusia yang bermutu tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja, dan mampu membangun budaya kerja yang produktif dan berkepribadian” (Putusan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001:52). Dengan

menerapkan teori

kontruktivisme siswa

dapat

menggunakan konsep dan ketrampilannya di dalam dan di luar kelas serta di lingkungan kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara cerdas, kreatif dan bertangung jawab. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar menkonstruksi makna.

Belajar juga

merupakan

proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengartian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut :

lxxii

1.

Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki.

2.

Konstruksi arti adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi baik secara kuat maupun secara lemah.

3.

Belajar bukanlah kegaitan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar

bukanlah

hasil

perkembangan,

tetapi

merupakan

perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. 4.

Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5.

Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya (Bettencourt, 1989).

6.

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar : konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa setiap manusia

(learner) menempatkan bersama-sama gagasan baru dan struktur yang lxxiii

telah dimiliki dalam belajar. Berdasarkan konstruktivisme, pengetahuan tidak pernah dapat diobservasi secara independent. Pengetahuan harus diperoleh secara personal dalam perasaan, tidak dapat ditransfer dari seseorang ke yang lain. Walaupun teori ini menyatakan bahwa setiap siswa menyusun makna bagi dirinya sendiri, tidak berarti makna itu berdiri sendiri. Proses penyusunan makna pada dirinya sendiri ini, hampir terjadi meskipun tanpa guru, buku teks dan sekolah. Kelas harus menjadi tempat yang siswanya dapat memilih dan mengambil keputusan sendiri. Kemudian mereka menggunakannya dalam situasi yang baru atau mengubahnya sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Guru dan teman sebaya dapat meningkatkan terjadinya belajar pada siswa dengan memberikan konsepsi yang menantang kepada siswa. Pengetahuan yang kemudian mengendap dalam benak siswa dibangun secara khas oleh siswa, tergambar dari apa yang dikemukakan oleh Gustone (Poedjiadi, 1994) yaitu bahwa dalam pandangan konstruktivisme,

tiap

individu

secara

idiosinkratik

membangun

maknanya sendiri apabila menerima stimulus, adanya konsep alternatif pada siswa merupakan gambaran tentang adanya konsep konstruksi oleh masing-masing individu. Bagi

kaum

konstruktivis,

pembelajaran

yang

efektif

menghendaki agar guru mengetahui bagaimana siswa memandang fenomena yang menjadi subjek pembelajaran. Pembelajaran selanjutnya lxxiv

dikembangkan dari gagasan yang telah ada, berakhir pada gagasan yang telah mengalami kekuatan dan modifikasi. Ausubel (dalam Osborn, 1985:82) dan Alit (1994) mengemukakan “the most important single factor influencing learning is what the learner already knows, ascertain this and teach him accordingly”. Satu faktor tunggal yang penting yang mempengaruhi dalam belajar adalah hal-hal yang telah diketahuinya, dan dalam pembelajarannya bertitik tolaklah pada hal-hal yang telah diketahui itu. Pandangan

kontruktivisme

sebagai

filosofi

pendidikan

mutakhir menganggap semua siswa dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/ pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa lingkungan disekitarnya, meskipun gagasan itu sering kali naïf dan miskonsepsi. Mereka senantiasa mempertahankan gagasan/ pengetahuan naïf ini secara kokoh. Ini dipertahankan karena gagasan/ pengetahuan ini terkait dengan gagasan/ pengetahuan awal lainnya yang sudah dibangun dalam wujud “schemata” (struktur kognitif). Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan

yang

memungkinkan

siswa

membangun

sendiri

pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap

lxxv

kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adala suatu bentuk belajar sendiri ( Suparno, 1997:65) Menurut Yager, (1992:16) dalam Hidayat (1996), penerapan kontruktivisme dalam pembelajaran, berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pengajaran. Berdasarkan kontruktivisme sosial yang dikemukaan oleh Vygotsky (1978) dalam Poedjiadi (1996) pada dasarnya memandang bahwa dengan mengadakan diskusi atau mendengar pendapat orang lain, seseorang membentuk pengetahuan atau mengubah pengetahuan yang sebelumnya telah dimilikinya. Menurut pendangan kontruktivisme sosial, konsep dapat dengan mudah terbentuk pada diri siswa melalui aktivitas atau eksperimen.

(Confrey,

1991)

dalam

Poedjiadi

(1996).

Model

pembelajaran berbasis portofolio menerapkan/ melakukan apa yang dijelaskan dalam kontruktivisme sosial tersebut. Melalui model pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses “masuk akal”. Karena tersimpan secara mendalam, pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali. Model pembelajaran berbasis

portofolio

adalah

upaya

mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas. Pembelajaran yang menjadikan materi pelajaran yang dibahas secara langsung dihadapkan kepada siswa atau siswa secara langsung mencari informasi tentang hal yang dibahas ke alam atau masyarakat sekitar. Pada hakekatnya dengan lxxvi

model pembelajaran berbasis portofolio, disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman/ terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri informasi yang diperolehnya. Konstruktivisme menjelaskan bahwa satu-satunya alat/ sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Dari sentuhan indera seseorang membangun gambaran dunianya. Mereka percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang

yang

sedang

mengetahui.

Pengetahuan

tidak

dapat

dipindahkan dari guru kepada siswa. Siswa sendiri yang akan mengartikan apa yang telah diajarkan dan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka (Suparno, 1997:19). Model Pembelajaran Berbasis Portofolio memungkinkan siswa untuk : 1. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku/ bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi diluar kelas, baik yang bersifat benda/ bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/ radio/ internet) maupun orang, tokoh, pakar. lxxvii

3. Membuat alternative untuk mengatasi topik/ objek yang dibahas. 4. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat. 5. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topic yang dibahas. Tugas

guru

adalah

membantu

agar

siswa

mampu

mengonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret, maka strategi mengajar perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi siswa. Strategi yang disusun selalu hanya menjadi tawaran dan saran. Mengajar adalah suatu seni yang menuntut tidak hanya penguasaan teknik melainkan juga intuisi. Driver dan Oldham dalam Matthews (1994) menjalankan beberapa ciri mengajar konstruktivis sebagai berikut: 1. Orientasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari. 2. Elicitasi. Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster dan lain-lain. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar maupun poster.

lxxviii

3. Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal : a. Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi maupun pengumpulan ide. Berhadapan dengan

ide-ide

lain

seseorang

dapat

terangsang

untuk

merekonstruksi gagasannya. b. Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman. c. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Bila mungkin ada baiknya jika gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan baru. 4. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacammacam situasi yang dhadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap dan lebih rinci. 5. Review, bagaimana ide itu berubah. C. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dengan demikian, implementsi kurikulum lxxix

dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi siswa untuk belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy) serta memberanikan diri berperan serta dalam berbagai kegiatan, baik disekolah maupun di masyarakat. KBK memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal 2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan siswa serta kebutuhan masyarakat disekitar sekolah. Silabus KBK dikembangkan lxxx

oleh tiap sekolah sehingga

dimungkinkan beragamnya

kurikulum

antarsekolah atau wilayah tanpa mengurangi kompetensi yang telah ditetapkan dan berlaku secara nasional. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di sekolah sangat erat kaitannya dengan kebijakan Depdiknas mengenai pelaksanaan Broad Bases Education (BBE) dalam mewujudkan program peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu penerapan KBK menggunakan konsep BBE yang berorientasi life skill (BBE-LS) dan mendayagunakan semua potensi sumber belajar yang dimiliki sekolah dan yang ada disekitar sekolah, baik yang direncanakan untuk kepentingan belajar (learning resources by design) maupun yang dimanfaatkan (learning resources by utilization). Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. McAshan (1981:45) mengemukakan bahwa kompetensi :”…is a knowledge, skills and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective and psychomotor behaviors”. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk

lxxxi

dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar berdasarkan Kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2002, adalah : 1. Berpusat pada siswa. 2. Belajar dengan melakukan. 3. Mengembangkan kemampuan sosial. 4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan. 5. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah. 6. Mengembangkan kreativitas siswa. 7. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi. 8. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga yang baik. 9. Belajar sepanjang hayat. 10. Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas. Model pembelajaran berbasis portofolio memberi keragaman sumber belajar dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai dengan minat dan potensinya.Hal ini sesuai salah satu prinsip dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2001, yakni berpusat pada siswa sebagai pembangun pengetahuan. Artinya upaya untuk memandirikan siswa untuk berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan dan penilaian diri untuk suatu refleksi akan mendorong mereka membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian baru akan diperoleh melalui pengalaman langsung secara lebih lxxxii

efektif. Dalam hal ini guru adalah sebagai fasilitator belajar (KBK, 2001:10). Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut : 1. Menyediakan

pengalaman

belajar

yang

memungkinkan

siswa

bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. 2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa, guru harus menyemangati siswa dan guru perlu menyediakan konflik. 3. Memonitor, mengawasi dan menunjukkan apakan pemikiran siswa jalan atau

tidak.

Guru

menunjukkan

dan

mempertanyakan

apakah

pengetahuan siswa tersebut berlaku untuk menghadapi persoalan beru yang berkaitan, guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan salah satu pendekatan pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dimana pembelajaran berfokus pada siswa, memberikan banyak metode dalam pembelajaran dan juga membuat suasana pembelajaran menjadi

lxxxiii

hidup, penuh semangat dan memancing siswa untuk lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya. D.

KERANGKA BERFIKIR Telah kita ketahui bahwa kualitas SDM Indonesia sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak factor, salah satunya adalah minimnya inovasi model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan saat ini yaitu yang benar-benar mengaktifkan siswa, membuat siswa lebih berperan dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran tidaklah dirasakan monoton dan membosankan. Adanya suatu model pembelajaran seperti itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM diera mendatang. Model pembelajaran berbasis portofolio sebagai salah satu inovasi model pembelajaran yang sedang dikembangkan memiliki banyak ide-ide baru dalam pembelajaran. Model ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk

belajar

sehingga

siswa

lebih

aktif

dan

kreatif.

Filsafat

konstruktivisme sebagai landasan pemikiran model ini memberikan banyak gagasan baru bidang pendidikan. Seperti yang dikemukakan Yager, (1992:16) dalam Hidayat (1996), bahwa penerapan kontruktivisme dalam pembelajaran, berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pengajaran. Model pembelajaran berbasis portofolio menawarkan suatu terobosan baru pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang saat ini diterapkan dalam pendidikan Indonesia. Setelah siswa diberi kebebasan belajar nantinya siswa akan lebih kretif dan dapat berfikir kritis tentang lxxxiv

fenomena yang ada disekitarnya yang merupakan lahan belajar bagi siswa. Siswa akan belajar dari lingkungan dimana ia berada, konsep pembelajaran yang telah tertanam dalam persepsi siswa akan sangat membantu dalam pembelajaran selanjutnya. Berkaitan dengan kerangka berfikir tersebut, maka penelitian ini memfokuskan

diri

untuk

mengetahui;

bagaimana

pelaksanaan

pembelajaran portofolio dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi di SD Negeri Barusari 03 Semarang dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hubungan keduanya dapat dilihat pada diagram dibawah ini: KURIKULUM 1999

SISDIKNAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH

KBK

HASIL BELAJAR

PORTOFOLIO

PEMBELAJARAN

PENILAIAN

GURU SISWA MATERI METODE MEDIA

Bagan 1. Hubungan KBK dengan Model Pembelajaran Portofolio lxxxv

BAB III METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN Dalam penelitian, untuk mendapatkan hasil yang optimal harus menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari permasalahan penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan dan kendala-kendala model pembelajaran berbasis portofolio, maka penelitian ini bersifat kualitatif, sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian, suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982:30) dalam Moleong (1988:3) menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Nana Syaodich dan Ibrahim, 2001:64) Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2000:3), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang dapat diamati. Artinya, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak lxxxvi

berkenaan dengan angka-angka dan bertujuan untuk menggambarkan serta menguraikan

keadaan

atau

fenomena

tentang

pelaksanaan

model

pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang. Dalam penelitian kualitatif sasaran penelitian atau situs penelitian adalah pengkajian peristiwa-peristiwa, proses dan hasilnya dalam suatu setting atau latar belakang tertentu. Yang dimaksud situs dalam penelitian ini adalah pelaksanaan inovasi pembelajaran yaitu model portofolio yang nantinya akan diamati dari peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar di SD Negeri Barusari 03 Semarang. B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Penelitian mengacu

pada

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan lebih perspektif fenomenologis.

Peneliti dalam

pandangan

fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong, 1998:9). Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar kehidupan sehari-hari dalam konteks kawasan penelitian tersebut. Begitu juga penelitian ini berusaha memahami subjek penelitian dari pandangan mereka sendiri. Dilihat dari jenisnya, penelitian ini digolongkan pada jenis penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena. lxxxvii

Selama melakukan penelitian, peneliti merupakan instrumen utama. Oleh karena itu peneliti menyesuaikan diri dengan memahami kenyataan di lapangan (Bogdan dan Biklen, 1982). Pelaksanaan di lapangan, peneliti melakukan wawancara dengan informan. Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penilitian. Menurut Moleong (1998:85) tahap-tahap penelitian yang telah disesuaikan dengan keadaan Indonesia adalah: a. Tahap Pra Lapangan, meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan,

memilih

dan

memanfaatkan

informan,

menyiapkan

perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan, meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap Analisis Data, meliputi konsep dasar analisis data, menemukan tema dan perumusan hipotesis, menganalisis berdasarkan hipotesis. Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian Pra Lapangan 1) Menyusun rancangan penelitian yang disebut proposal penelitian. Pada tahap awal, tema penelitian lebih dulu diajukan kepada tim penyeleksi tema tingkat jurusan untuk mendapatkan persetujuan. Selanjutnya lxxxviii

tema yang telah disetujui, disusun dalam bentuk proposal penelitian dan diserahkan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk mendapatkan bimbingan dan persetujuan. 2) Memilih lapangan penelitian Berkaitan dengan tema penelitian yaitu model pembelajaran berbasis portofolio, maka lembaga yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SD Negeri Barusari 03 Semarang. 3) Mengurus perijinan Pada tahap awal, perijinan penelitian dilakukan secara lisan setelah Bab I, II, III skripsi disetujui. Perijinan penelitian dilakukan secara formal antara lembaga yang menaungi peneliti yaitu UNNES, Dinas Pendidikan Kota Semarang dan SD Negeri Barusari 03 Semarang. 4) Menjajagi dan menilai keadaan lapangan Kegiatan ini selain telah dilakukan pada saat memilih lapangan penelitian, juga akan dilaksanakan saat peneliti memasuki lapangan penelitian. 5) Memilih dan memanfaatkan informan penelitian Informan penelitian dipilih dengan cara purposive sample (sample bertujuan) dan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pengungkapan data penelitian. Informan penelitian berasal dari komponen-komponen pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.

lxxxix

6) Menyiapkan kelengkapan penelitian Perlengkapan penelitian yang dipersiapkan antara lain alat tulis, alat perekam, kamera, dan garis besar materi wawancara. 7) Etika penelitian Dalam penelitian kualitatif, peran peneliti sangat besar. Untuk itu etika penelitian harus selalau diperhatikan, sehingga perasaan empati dan kekeluargaan dapat terjalin baik dengan tetap konsisten pada tujuan penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan 1) Memilih latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahapan ini, peneliti diharapkan berusaha untuk melakukan interaksi awal, mempelajari kembali proposal dan memperdalam kajian literature penelitian. Dengan persiapan yang matang, pelaksanaan penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien. 2) Memasuki lapangan. Setelah semua persiapan baik intern maupun ekstern terpenuhi, peneliti dapat mulai memasuki lapangan penelitian secara proporsional. 3) Mengumpulkan data. Peneliti dapat secara langsung melakukan wawancara, dokumentasi maupun observasi. Wawancara dilaksanakan secara bebas artinya tidak terikat alur jabatan, sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan peneliti. Begitu juga saat melakukan observasi dan dokumentasi.

xc

c. Tahap Analisis Data Terdapat banyak cara dalam melakukan analisis data, salah satu cara yang dianjurkan ialah mengikuti langkah berikut yang masih bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan atau verifikasi (Nasution, 1988:129). Lebih lanjut uraian tentang analisis data akan dibahas pada sub bab G tentang proses pencatatan dan analisis data. C. INFORMAN PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif, keberadaan informan penelitian sebagai informan kunci yang akan diwawancarai secara mendalam sangat dibutuhkan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sebagai informan penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SD Negeri Barusari 03 Semarang. Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau , jadi sebagai internal sampling karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan & Biklen 1981:65). D. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang ada, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagamana pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang dan kendala-kendala apa saja

xci

yang dihadapi dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang. E. METODE PENGUMPULAN DATA Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan penelitian, sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. 1. Metode Observasi Observasi dilakukan untuk mencermati kegiatan sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio, misalnya

kegiatan

persiapan

pembelajaran,

kegiatan

pelaksanaan

pembelajaran dan kegiatan evaluasi. Penggunaan teknik observasi sangat penting dalam penelitian, karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan, suasana, kenyataan yang sesungguhnya terjadi dilapangan. Metode

observasi

adalah

metode

yang

digunakan

untuk

mendapatkan informasi serta data yang tidak mungkin diperoleh melalui wawancara. Data observasi yang diperoleh merupakan data faktual, cermat, terinci mengenai beberapa hal. Menurut True (1983) dalam Nugroho (1983:18), observasi adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara simultan mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis. Menurut Payton (1984) dalam Nugroho (1993:18-19), penggunaan teknik obseervasi dalam penelitian kualitatif memiliki empat maksud, xcii

yaitu: menggambarkan “setting” yang diamati, kegiatan-kegiatan yang terjadi pada “setting” tersebut, individu-individu yang berperan dalam kegiatan tersebut dan makna dibalik layar kegiatan peran serta orang-orang yang terlibat. Observasi dilaksanakan dengan mengamati sambil membuat catatan secara selektif terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat “non partisipan” dengan maksud bahwa peneliti tidak terjun langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya mengamati sambil mencatat hasil pengamatan. 2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk menggali persepsi responden terhadap pelaksanaan model pembelajaran berbasis portofolio di sekolah. Wawancara juga digunakan untuk mengecek data lain yang sudah lebih dahulu diperoleh. Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan (Daryanto, 1999:33) Dalam penelitian ini peneliti mengadakan wawancara langsung dengan siswa, guru dan kepala sekolah untuk memperoleh informasi secara langsung dari pihak yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka. Menurut Moleong (2000:137), wawancaara terbuka adalah wawancara yang para subjeknya xciii

tahu bahwa mereka diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu. 3. Dokumentasi Menurut

Guba

dan

Lincoln

(1981:226)

dalam

Moleong

(2000:161), dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film. Dokumen dalam penelitian digunakan sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam

penelitian

kualitatif,

teknik

ini

merupakan

alat

pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesis yang dianjurkan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau badan hukum yang diterima baik mendukung atau menolak hipotesis tersebut (Rachman, 1999:96). F. OBJEKTIVITAS DAN KEABSAHAN DATA Menurut Lexy J, Moleong (1994:173) pemeriksaan data mencakup empat criteria yaitu: derajat kepercayaan (credibility) menggantikan konsep validitas

internal

pada

non

kualitatif,

keteralihan

(transferability),

kebergantugan (dependability), dan kepastian (konfirmability). Pada penelitian kualitatif, credibility sering dikenal dengan validitas internal yang merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen. Maksudnya adalah apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai xciv

dengan kebenaran yang diharuskan dalam penelitian dan dengan sendirinya hasil penelitian tidak dapat dipercaya (Nasution, 1988:105). Dengan kata lain, validitas internal bertujuan untuk mengusahakan tercapainya aspek kebenaran atau “the truth value” hasil penelitian sehingga dapat dipercaya. Dalam penelitian kualiatif, validitas internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Kelemahan dalam validitas internal dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor antara lain: 1) perubahan waktu dan situasi, 2) pengaruh pengamat/ peneliti, 3) seleksi dan regresi, 4) mortalitas, 5) kedangkalan kesimpulan (Nasution, 1988:105). Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dan member check untuk meningkatkan kebenaran hasil penelitian. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1994:178). Cara pembandingan data yang diperoleh, dapat dilihat dari sumber, metode, peneliti maupun teori. Berkaitan dengan hal tersebut dikenal empat macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber, metode, peneliti dan teori (Patton 1980 dalam Lembar Penelitian 1993:73). Proses triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber yang berarti membandingkan atau mengecek balik suatu

xcv

informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda (Patton 1980 dalam Lembar Penelitian 1993:73). Selain menggunakan triangulasi, untuk meningkatkan keabsahan data penelitian ini dilakukan pula teknik member check. Pada proses member check, validitas data diuji dengan cara peneliti meminta tanggapan kepada responden/ informan penelitian untuk mengecek kebenaran data. Tahapan ini dimaksudkan untuk memberi peluang kepada responden/ informan penelitian agar dia memperbaiki informasi yang keliru ataupun menambahkan apa yang masih kurang. Jadi tujuan member check ialah agar informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan (Nasution, 1988:118). Member check dilakukan pada saat penelitian sedang berlangsung maupun setelah akhir penelitian Dalam penelitian non-alamiah transferability sering disebut dengan validitas eksternal. Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi yang hanya berlaku bagi populasi penelitian dan didasarkan atas sampling yang biasanya diseleksi secara acak atau random. Sedangkan penelitian kualitatif tidak melakukan sampling acakan, juga tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan generalisasi dan validitas eksernal (Nasution, 1988:107). Bagi peneliti naturalistik, transferability bergantung pada si pemakai, yaitu hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin “validitas eksternal”, hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. Apabila xcvi

pemakai hasil penelitian ini menemukan keserasian dengan situasi yang dihadapi, maka akan tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada situasi yang sama. Dependability merupakan istilah lain dari reliability atau reliabilitas. Reliabilitas berkenaan dengan apakah penelitian tersebut dapat diulangi (direplikasi) dan menghasilkan hasil yang sama jika menggunakan metode yang sama pula. Dalam penelitian kualitatif, syarat reliabilitas yang dikenakan pada penelitian kuantitatif tak mungkin diberlakukan bagi penelitian kualitatif (Nasution, 1988:108). Situasi dalam kehidupan yang nyata tidak dapat diulangi. Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat idiosyncratic dan individualistic, selalu berbeda pada tiap orangnya. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri, sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang dengan waktu yang berbeda sangatlah mungkin memperoleh hasil yang berbeda. Secara teoretis dalam penelitian ini, yang dapat dilakukan adalah menyatukan dependability dengan confirmability. Hal ini dikerjakan melalui suatu cara yang disebut “audit trail”. Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu penelitian akan objektif bila juga dibenarkan atau di konfirm oleh pihak lain. Maka dari itu untuk pengertian objektivitas lazim digunakan istilah “confirmability” (Nasution, 1988:111).

xcvii

G. PROSES PENCATATAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA 1. Proses Pencatatan Data Kegiatan penting yang dilakukan seorang peneliti dalam usaha mengumpulkan informasi adalah proses pencatatan data. Alat penelitian lain yang akan digunakan dalam pengumpulan data ialah catatan lapangan (field notes), yaitu catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan/ observasi, wawancara, dokumentasi maupun menyaksikan suatu kejadian tertentu. Pada saat melakukan proses pencatatan lapangan, peneliti berusaha pedoman yang telah dirumuskan oleh Bogdan dalam Moleong (1988:101) antara lain: a) Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan karena semakin ditunda semakin sulit mengingat data dan kemungkinan data hilang semakin besar b) Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui dalam pengamatan atau wawancara yang dilakukan c) Sering apa yang dikatakan atau yang telah diamati terlupakan setelah beberapa hari berlalu, jika ingat segeralah dicatat kembali Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan sekaligus. Peneliti tidak mungkin melakukan pengamatan sambil membuat catatan yang baik. Dengan dasar kenyataan tersebut, penggunaan alat lain sangat diperlukan misalnya alat perekam kejadian yaitu tape recorder maupun kamera sebagai alat dokumentasi untuk mengeliminir kesulitanxcviii

kesulitan tersebut. Penggunaan peralatan tersebut sebagai pencatat data mempunyai keuntungan antara lain, dapat diamati dan didengar ulang sehingga dapat dicek kembali data yang diragukan. 2. Teknik Analisis Data Menurut Patton dalam Moleong (1995 : 103), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis itu. Analisis data dilakukukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsir dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Menurut Miles dan Hoberman dalam Rachman (1999:120) bahwa peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan. Berikut tahapan analisis data: a. Pengumpulan data Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

xcix

b. Reduksi data Yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian rinci yang akan bertambah sejalan dengan bertambahnya waktu penelitian. Untuk itu data tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal yang penting, dicari tema atau polanya. Langkah selanjutnya adalah menyusun data hasil reduksi dalam bentuk satuan-satuan. Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Menurut Lincoln dan Guba (1985:345) karakteristik ada dua, pertama yaitu satuan itu harus “heuristic” artinya mengarah pada satu pengertian atau tindakan yang diperlukan oleh peneliti dan satuan itu hendaknya menarik. Kedua, satuan itu hendaknya merupakan sepotong informasi kecil yang dapat berdiri sendiri, artinya satuan itu harus dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum dalam konteks latar penelitian (Moleong, 1988:192). Setelah seluruh data penelitian tersusun dalam satuan-satuan, langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan kategorisasi. Kategori adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusuna atas dasar pikiran, intuisi, pendapat ataupun kriteria tertentu. Lincoln dan Guba dalam Moleong (1985:347-351) menguraikan kategori sebagai berikut: tugas pokok kategorisasi adalah 1) mengelompokkan kartuc

kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan, 2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori, 3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat asas. c. Penyajian data (display data) Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian, penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian data dapat dilakukan melalui berbagai macam visual misalnya: gambar, grafik, diagram, matrik dan sebagainya (Milles dan Hoberman, 2000:17). d. Pengambilan keputusan atau verifikasi Penarikan

kesimpulan

merupakan

bagian

dari

satu

kegiatan

konfigurasi yang utuh, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang besar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan, kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya (Milles dan Hoberman, 2000:19).

ci

Sejak awal peneliti mencari makna dari data yang diperoleh. Untuk itu peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Tahapan analisis data kualitatif tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut: MASALAH

PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

SAJIAN DATA

VERIFIKASI

Sumber : Analisis Data Kualitatif, 1992:20. Bagan 2. Tahapan analisis data kualitatif Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait. Pertama kali peneliti ke lapangan dengan mengadakan wawancara atau observasi yang merupakan tahap pengumpulan data, setelah data-data tersebut dikumpulkan maka diadakan reduksi data dan kemudian data disajikan selain itu data juga digunakan untuk penyajian data. Bila

cii

ketiga tahapan tersebut selesai dilaksanakan maka tahap terakhir yang dilakukan adalah mengambil keputusan atau verifikasi.

ciii

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Penemuan Data 1. Deskripsi Setting Penelitian SD Negeri Barusari 03 Semarang yang juga terkenal dengan nama SD

Negeri

Kesdam

IV

Diponegoro

berlokasi

di

Jalan

HOS

Cokrohaminoto Buntu 14 Semarang, Kelurahan Barusari, Semarang Selatan dengan nomor telepon (024) 3547479. Daerah tersebut merupakan wilayah yang tidak berada di pinggiran jalan utama sehingga suasana yang terasa adalah suasana belajar yang kondusif karena jauh dari keramaian lalu lalang kendaraan yang lewat. Lokasi Sekolah Dasar ini bersebelahan dengan Taman KanakKanak yang lebih tepatnya kedua sekolah ini terletak di belakang RST (Rumah Sakit Tentara) di daerah Kalisari yang merupakan pusat penjualan bunga dan tanaman hias di Semarang. Adapun visi yang diemban adalah “Menciptakan pribadi mandiri dalam prestasi dengan dilandasi iman dan taqwa dan berbudi pekerti yang luhur berakhlak mulia”. Selain itu SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki beberapa misi yaitu antara lain: 1. Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya melalui pelayanan proses belajar mengajar yang baik dan menyenangkan peserta didik dengan strategi PAKEM civ

2. Mendorong masyarakat untuk berperan serta meningkatkan mutu pendidikan 3. Memberikan pendidikan agama pada peserta didik agar mampu menerapkan dalam kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 4. Memberikan pendidikan keterampilan sebagai bekal untuk hidup secara mandiri kepada peserta didik 5. Mendorong siswa untuk berprestasi secara optimal 6. Mengoptimalkan semua unsur sekolah sehingga tercipta sekolah yang bermutu Program jangka panjang yang dicanangkan di SD Negeri Barusari 03 Semarang meliputi program akademik dan non akademik. Program akademik yaitu SD Negeri Barusari 03 Semarang akan mengadakan inovasi, perubahan secara bertahap menuju sekolah yang bercorak MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dengan mengoptimalkan semua unsur sekolah diantaranya: 1) daya (kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua murid , tokoh masyarakat, tokoh agama). 2) dana, yaitu menggali dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swadaya masyarakat untuk membantu SD Negeri Barusari 03 Semarang secara fisik maupun non fisik. Dalam jangka panjang antara 5 tahun sampai 8 tahun SD Negeri Barusari 03 Semarang terus akan berjuang berbenah diri menuju sekolah

cv

yang bermutu, mandiri dalam prestasi, digemari masyarakat dan mensejajarkan diri dengan sekolah-sekolah yang berpredikat maju di kota Semarang. Untuk tujuan tersebut sekolah harus mau dan mampu membina kinerja kepala sekolah, guru dan karyawan untuk menyadari tugas dan kewajibannya yaitu: a. Merencanakan dan membuat program belajar mengajar b. Melaksanakan program dengan strategi belajar PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) c. Mengevaluasi kegiatan belajar mengajar d. Menganalisis hasil belajar e. Mengadakan perbaikan pengayaan (remidi) Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu, SD Negeri Barusari 03 Semarang telah bertekad untuk terus meningkatkan: 1. Kemampuan professional guru (melalui kegiatan KKG, melanjutkan belajar dan pertemuan ilmiah lainnya 2. Pengembangan dan pengelolaan lingkungan sekolah, sarana dan prasarana 3. Pengelolaan sekolah yang dapat bersaing secara positif 4. Pengembangan supervisi untuk memberikan motivasi 5. Pengembangan test dan penilaian belajar 6. Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat

cvi

Melalui berbagai program yang telah dicanangkan sebelumnya diharapkan: 1. SD Negeri Barusari 03 Semarang menjadi sekolah yang bermutu 2. Mutu lulusan SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki bekal ilmu pengetahuan, dasar teknologi serta keterampilan yang bermanfaat untuk meneruskan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sebagai bekal hidup secara mandiri 3. Mutu lulusan SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki ilmu agama yang dapat diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 4. Mutu lulusan SD Negeri Barusari 03 Semarang memiliki pribadi yang mandiri, berprestasi dengan dilandasi iman dan taqwa, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia 5. Menjadi manusia Indonesia seutuhnya, sehat secara jasmani dan rohani Selain tersebut diatas, melalui program-program yang telah dicanangkan pula diharapkan: 1. Kesejahteraan guru dan karyawan akan terus meningkat 2. Professional guru dan karyawan akan tampak berkembang, kemauan dan kemampuan terus meningkat 3. Terwujudnya keharmonisan dalam kerja, hubungan kekeluargaan meningkat, transparansi dalam kerja dan cinta akan tugasnya 4. Terkondisinya disiplin dalam arti luas

cvii

5. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menerima masukan dari masyarakat, membuka diri agar masyarakat ikut berperan aktif mendukung kemajuan sekolah dalam bidang akademik dan non akademik Program non akademik yang dicanangkan SD Negeri Barusari 03 Semarang dalam jangka panjang antara 5 tahun sampai 8 tahun adalah terus berbenah diri mengejar pembangunan fisik yang rusak, roboh dan tidak terurus sama sekali sehingga SD Negeri Barusari 03 Semarang tidak tertinggal jauh kondisi fisiknya dengan sekolah-sekolah di lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Semarang Selatan. Bersama komite sekolah, orang tua murid, tokoh masyarakat dan tokoh agama di lingkungan SD Negeri barusari 03 Semarang sekolah akan menata bangunan sekolah secara bertahap dengan mengutamakan skala prioritas kebutuhan belajar siswa. Rencana pembangunan SD Negeri Barusari 03 Semarang diprogramkan sebagai berikut: 1. Pembangunan ruang kelas, dari kelas 1 sampai dengan kelas VI yang layak ideal untuk kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan 2. Pembangunan kamar kecil yang memadai bagi guru dan siswa karena merupakan kebutuhan yang sangat vital 3. Pembangunan ruang kepala sekolah (kantor) yang layak, sehingga menambah semangat kerja dan memudahkan untuk pelayanan pendidikan kepada warga sekolah, dinas dan masyarakat cviii

4. Pembangunan ruang guru yang layak sehingga memudahkan kenerja guru

untuk

merancang

program-program

pembelajaran

yang

bermanfaat bagi peserta didik 5. Pembangunan ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, mushola sederhana penunjang kegiatan belajar mengajar 6. Penataan tempat parkir kendaraan bagi siswa, guru dan tamu dinas 7. Penataan halaman sekolah, taman sekolah yang nyaman sehingga dapat mendukung ketenangan belajar 8. Penataan ruang aula sehingga mendukung kegiatan olah raga, rapatrapat dan pentas seni 9. Pembangunan kantin sekolah yang bersih dan sehat Dengan berpedoman pada visi dan misi yang telah diuraikan di atas, SD Negeri Barusari 03 Semarang memprogramkan kegiatan jangka menengah antara 1 tahun sampai 4 tahun, sebagai berikut: Tahap I

: Mensosialisasikan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) kepada guru, karyawan, orang tua murid, tokoh masyarakat dan tokoh agama dilingkungan sekolah.

Tahap II

: Menyusun program jangka panjang bersama komite sekolah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pengusaha dilingkungan sekolah

Tahap III

: Mengadakan studi banding ke sekolah yang sudah menjadi rintisan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), mendatangkan cix

narasumber dari SD rintisan MBS dan dari cabang dinas pendidikan Kecamatan Semarang Selatan Tahap IV : Mengadakan inovasi perubahan secara bertahap menuju sekolah yang bercorak MBS dan menerapkan strategi PAKEM

(Pembelajaran

Aktif

Kreatif

Efektif

dan

Menyenangkan SD Negeri Barusari 03 Semarang merupakan salah satu dari sekian banyak

sekolah

dasar

di

Semarang

yang

melaksanakan

model

pembelajaran berbasis portofolio, tapi sejauh ini hanya ada beberapa saja yang masih bertahan mengembangkan model tersebut. Pelaksanaan model pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum sepenuhnya dilaksanakan mulai dari kelas I sampai kelas VI, tetapi baru di ujicoba pada kelas III dan V, sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti dua kelas sekaligus tetapi hanya berfokus pada satu kelas saja yaitu kelas V. 2. Deskripsi Model Pembelajaran Bebasis Portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang Sesuai dengan rancangan awal yang menyebutkan bahwa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi dan observasi. Langkah ini dilakukan dengan alasan supaya data mentah (yang pengambilannya memanfaatkan tape recorder, kamera maupun catatan lapangan) lebih lanjut dapat dipahami.

cx

Penyajian data dilakukan secara berurutan mulai dari hasil wawancara, observasi dan diakhiri dengan data dokumentasi. Berikut ini disajikan deskripsi penemuan data mengenai persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh pihak sekolah. a. Informan Kepala Sekolah Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Kepala Sekolah SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan persiapan sekolah, hasil pelaksanaan, kendala dan hambatan, sarana-prasarana, dan anggaran pelaksanaan pembelajaran portofolio. Berikut ini hasil wawacara yang terungkap. Dalam pembelajaran portofolio perlu adanya persiapan dari sekolah. Yang pertama adalah persiapan kepala sekolah sendiri yang harus mampu, mengerti apa yang dimaksud dengan pembelajaran portofolio itu, kemudian ditularkan kepada semua guru dan diharapkan konsep pembelajaran portofolio itu dimengerti sehingga mudah dilaksanakan. Selain itu pembelajaran portofolio membutuhkan rancangan dan persiapan yang matang. Persiapan pertama yaitu pada minggu pertama dan minggu kedua siswa masuk sekolah khususnya kelas V, pihak sekolah memanggil orang tua dan kemudian membentuk tim sukses untuk pembelajaran portofolio, sebab pembelajaran portofolio membutuhkan anggaran yang banyak, membutuhkan kerjasama antara sekolah dengan orang tua. Tim sukses

cxi

yang terbentuk bertujuan untuk menggalang dana, masukan dan usulan dari orang tua, sehingga kesukaran-kesukaran yang mungkin timbul dapat diatasi dengan sebaik-baiknya (KS-01). Melalui pembelajaran portofolio siswa akan mendapatkan praktik empirik dalam arti praktik di dalam kehidupan langsung sehingga siswa tidak verbalisme dalam menerima pelajaran tetapi benar-benar ditekankan pada praktik, mengingat KBK yang baru dikembangkan saat ini ada nilai-nilai praktik sehingga siswa tidak hanya dijejali pengetahuan saja tetapi juga dibimbing tentang keterampilannya (KS-02). Selama menggunakan model pembelajaran portofolio prestasi siswa semakin meningkat, terbukti dalam mengikuti perlombaan mereka berani bersaing jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Keberhasilan dalam mengikuti lomba dapat dilihat dari perolehan piala dalam berbagai lomba yang diikuti, sehingga setiap lomba pihak sekolah siap untuk menampilkan siswa (KS-03). Model pembelajaran portofolio dapat dilaksanakan seperti yang diharapkan, dengan catatan harus ada dukungan dari berbagai pihak, sebab pihak sekolah tidak bisa berdiri sendiri dalam menjalankan program. Sekolah harus bekerja keras menjalin kerjasama dengan berbagai pihak termasuk dians pendidikan, orang tua siswa, tokoh

cxii

masyarakat, pengusaha sehingga dapat membantu kegiatan belajar mengajar terutama dana yang dibutuhkan (KS-04). Dalam pelaksanan model pembelajaran portofolio terdapat hambatan-hambatan. Hambatan pada awal pelaksanaan lebih banyak sebab masih dalam masa transisi antara model pembelajaran lama ke model pembelajaran yang baru. Hambatan yang lebih dominan yaitu kekurangan dana, diikuti kurangnya dukungan dari orang tua. Orang tua banyak yang merasa belum siap dan menanyakan kondisi anaknya yang lebih banyak aktivitas di luar jam sekolah. Setelah satu tahun, pihak sekolah dan tim sukses mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi kerja tim yang sudah dibentuk (KS-05) Berkaitan dengan dana, pihak sekolah hanya mempunyai anggaran yang kecil, sehingga perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak tetapi yang utama adalah orang tua siswa. Meskipun bantuan dari pihak orang tua siswa tidak berupa uang tetapi mereka tetap mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan, untuk foto copy dan untuk keperluan lain yang mendukung proses belajar mengajar yang dilaksanakan (KS-06) Sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri Barusari 03 Semarang juga belum memadai untuk pelaksanaan pembelajaran portofolio sebab dalam pembelajaran portofolio itu harus membawa siswa benar-benar sampai tuntas, dalam arti 75% keatas siswa dapat cxiii

tertangani dengan prestasi yang baik. Dengan sarana dan prasarana yang ada sekolah terus mencoba dan berusaha meningkatkan proses pembelajaran dengan harapan semakin bertambah tahun akan semakin meningkat (KS-07) b. Informan Guru Kelas V Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Guru Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan persiapan pembelajaran, proses pembelajaran, sarana-prasarana, kendala proses pembelajaran, potensi siswa, peningkatan motivasi siswa. Berikut ini hasil wawacara yang terungkap. Persiapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran portofolio membutuhkan waktu cukup lama. Terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam

persiapan

pembelajaran portofolio. Langkah pertama, mengkaji setiap mata pelajaran yang tertuang dalam kurikulum, dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai hasil belajar dari setiap akhir mata pelajaran. Langkah yang kedua yaitu melihat setiap pokok bahasan ataupun pertemuan yang tertuang dalam GBPP, kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai nilai-nilai, norma-norma, prinsip-prinsip apa yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran itu. Langkah ketiga adalah melihat kompetensi dalam KBK tujuannya untuk mendapat gambaran kompetensi apa saja yang nantinya perlu

cxiv

dikembangkan dalam keseluruhan rangkaian kegiatan. Kemudian perlu juga memperhatikan keadaan lingkungan setempat yang diambil dari pengalaman belajar siswa untuk memberi nuansa pada topik atau tematema dari pembelajaran yang akan kembangkan. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, mungkin tidak hanya lingkungan sekitar tetapi bisa meluas ke lingkungan masyarakat. Langkah ke empat adalah merumuskan topik atau tema pembelajaran yang nantinya diangkat menjadi pembelajaran portofolio (GR-01). Penentuan topik atau tema dalam proses pembelajaran portofolio

tidak

hanya

dilaksanakan

oleh

guru,

tetapi

dimusyawarahkan dengan siswa didalam kelas. Setelah kelas menentukan topik atau tema kemudian mengidentifikasi masalah, identifikasi masalah-masalah apa

yang muncul yang nantinya

berkaitan dengan topik yang telah ditetapkan. Seluruh siswa diminta menemukan masalah, jadi setiap siswa harus memiliki pendapat sesuai dengan pribadinya masing-masing tanpa dipengaruhi oleh temanteman sekelas. Setelah itu langkah selanjutnya adalah menulis atau menentukan masalah yang akan dikembangkan menjadi pembelajaran portofolio yang dilaksanakan secara musyawarah. Biasanya siswa menuliskan masalah-masalah yang ditemukan

di papan tulis, dan

kemungkinan terdapat ide ganda karena masing-masing siswa punya ide. Masalah yang banyak muncul itulah biasanya yang diangkat menjadi kajian. Setelah identifikasi dipilih salah satu, selanjutnya cxv

mencari informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan kepada narasumber yang sesuai dengan masalah yang diangkat tadi. Suatu contoh tata tertib sekolah, siswa cukup dilingkungan sekolah dalam belajarnya, siswa ditugaskan untuk mencari informasi kepada seluruh karyawan atau guru-guru yang berada di sekolah itu. Semua siswa terjun langsung mewawancarai narasumbernya. Setelah mencari informasi dari narasumber, data-data dikumpulkan kemudian dikaji bersama-sama, setelah itu baru membentuk kelompok. Kelompokkelompok dalam pembelajaran portofolio ada empat, yang pertama adalah kelompok masalah, kedua adalah kelompok sebab atau penyebab, ketiga adalah kelompok akibat dan keempat adalah kelompok penanggulangan. Tiap-tiap kelompok harus terjun lagi mencari informasi lagi kepada narasumber sesuai dengan masalah yang dikaji. Kelompok masalah, masalahnya apa, mereka mencari data, kelompok sebab yang mencari penyebabnya, kelompok akibat mencari akibatnya, dan kelompok penanggulangan mencari data tentang bagaimana cara penanggulangannya. Kemudian kita kembali mengumpulkan data dan membahas bersama-sama. Dari keseluruhan kelas masing-masing kelompok dibentuk lagi, tiap kelompok maksimal tiga orang untuk mengadakan kompetisi pada saat gelar kasus. Tiap kelompok harus mendokumentasikan hasil-hasil pencarian informasi dari narasumber. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan motivator. Dilanjutkan dengan menyajikan portofolio setelah data cxvi

diolah. Dalam penyajian, tiap-tiap kelompok membuat dua penampilan yang satu untuk portofolio dokumentasi dan yang kedua untuk portofolio penayangan. Pada penyajian ini para siswa berlomba-lomba untuk menarik perhatian dari seluruh audien yang ada dalam kelas. Biasanya ada moderator yang diambil dari guru lain, kepala sekolah dan satu guru lain sebagai dewan juri. Dewan juri juga akan memberikan pertanyaan ten tang masalah tadi, jadi siswa benar-benar dituntut untuk terjun sebab bila tidak terjun tidak akan tahu. Pada gelar kasus mereka akan bersaing (GR-02). Pembelajaran portofolio membutuhkan sarana prasarana dan media penunjang pembelajaran yang bervariasi sehingga akan lebih memberikan

pengalaman

yang

bermakna

bagi

siswa.

Pada

kenyataannya di sekolah keberadaan sarana prasarana dan media penunjang belum memadai, jadi guru dan siswa berusaha sendiri untuk menciptakan sarana dan prasarana serta media penunjang yang menunjang pembelajaran model portofolio, jadi swadaya karena sekolah belum mampu menyediakan (GR-03). Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang pertama dari siswa yaitu siswa yang malas. Jadi kendala pada siswa yang malas merupakan benturan bagi guru dan siswa-siswa yang lain karena betul-betul menghambat, kemudian juga dari orang tua. Harapan sekolah adalah semua orang tua senantiasa memonitor,

cxvii

membantu proses belajar anaknya. Namun mengingat latar belakang orang tua siswa yang berbagai macam, mungkin mereka yang sibuk lepas kontrol sehingga betul-betul merupakan hambatan karena tidak mendukung anaknya. Jadi portofolio yang dilaksanakan belum sepenuhnya mendapat dukungan dari orang tua siswa.(GR-04). Kreativitas atau potensi siswa berbeda tiap tahunnya, untuk tahun ini hanya 80%, memang jauh berbeda dengan tahun kemarin. Tiap-tiap kelas tidak mesti sama, mungkin tahun ini guru dapat materi mentah atau bahan mentah yang betul-betul berkualitas tapi mungkin juga tahun berikutnya kualitasnya agak rendah, namun semua bisa diolah, diperbaiki sedikit demi sedikit, dengan memberikan motivasi kepada siswa (GR-05). Setiap siswa selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hasil karya mereka selalu dipajang, mereka sendiri yang memajang,

guru

hanya

mengarahkan

saja

dimana

tempat

pemajangannya. Strategi belajar seperti ini sangat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar dan berkarya lebih baik lagi (GR-06). c. Informan Siswi Kelas V Hasil wawancara yang berhasil diungkap dari informan Siswa Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan situasi pembelajaran, kesulitan dalam mengerjakan tugas, tanggapan orang

cxviii

tua, tanggapan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Berikut ini hasil wawacara yang terungkap. Asti adalah salah satu siswa kelas V merasa senang dengan pembelajaran yang dilaksanakan., “Saya amat senang karena selain guru saya yang disiplin, pada mulanya semenjak saya masuk di kelas V saya semakin bersemangat daripada di kelas IV”, ungkap Asti kepada peneliti. “Seperti kemarin di kelas IV saya rangking empat saya sangat menyesal karena rangking saya tidak semakin naik tetapi semakin menurun”, ungkapnya lagi kepada peneliti. “Apakah Asti merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru?”, pertanyaan peneliti kepada Asti. “Terkadang saya melaksanakan tugas-tugas dari Ibu guru kadang merasa kesulitan kadang tidak. Persoalan yang utama adalah guru memberikan tugas terlalu banyak, itu yang membuat saya kesulitan tetapi terkadang guru memberikan tugas secukupnya sehingga saya mengerjakan tugas dari guru tidak kebingungan”, penjelasan Asti terhadap pertanyaan peneliti. Perhatian orang tua dalam proses pembelajaran portofolio sangat berharga bagi kemajuan siswa. Berikut ini hasil wawancara tentang respon orang tua terhadap salah satu siswa yang berhasil diwawancarai. Peneliti

:

Apakah orang tua Asti sering membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah? cxix

Asti

:

Karena kadang-kadang orang tua saya dinas, mereka terkadang pulangnya sore atau agak-agak malam sehingga saya untuk mengerjakan tugas-tugas dari guru kadang mengerkajan sendiri kadang mengerjakan dengan bantuan orang tua saya. Tetapi lebih banyak saya mengerjakan tugas-tugas saya sendiri untuk melatih kemandirian saya agar tidak selalu tergantung kepada orang tua.

Peneliti

:

Apakah Asti sering mendapat teguran dari orang tau ketika mengikuti kegiatan sekolah?

Asti

:

Kalau untuk kegiatan sekolah berkelompok saya tidak boleh

mengikuti

kegiatan

itu

karena

seringkali

kelompok saya menyerahkan tugas-tugas tersebut kepada saya sendiri sehingga saya menyebutnya bukan tugas kelompok dan orang tua saya sangat tidak setuju. Yang namanya tugas kelompok harus dikerjakan secara berkelompok tetapi mereka hanya memberikan beban tugas itu hanya kepada saya. Mereka memasrahkan atau istilahnya urunan saja nanti yang mngerjakan saya sendiri. Kondisi siswa saat mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari hasil wawancara berikut. cxx

Peneliti

:

Apakah Asti aktif bertanya atau mengemukakan pendapat ketika pembelajaran berlangsung?

Asti

:

Saya memang agak malas untuk bertanya karena seringkali pertanyaan saya itu tidak dapat masuk akal dipikiran Bu Tanti. Kadang saya bertanya dengan pertanyaan yang salah atau istilahnya tidak nyambung.

Peneliti

:

Bagaimana tanggapan Asti dengan pembelajaran yang dilaksanakan selama ini?

Asti

:

Dulu waktu saya kelas IV saya bila diberikan tugas seperti membuat karya-karya portofolio cenderung saya agak malas karena seringkali guru kelas IV hanya memberi nilai kemudian dikembalikan, tidak dipajang/ diutarakan kepada murid-murid apakah hasil ini baik atau malah lebih jelek. Saya bersemangat karena seringkali guru di kelas V itu memberi tanggapan tentang tugas-tugas yang diberikan kepada muridmuridnya. Saya cenderung merasa malas kalau guru tersebut tidak menanggapi tugas dari saya sehingga tidak menuntut anak untuk berkreativitas.

Peneliti

:

Apakah Asti senang mempresentasikan hasil kerja di depan kelas?

cxxi

Asti

:

Iya senang sekali, jadi pekerjaan saya merasa dihargai.

Peneliti

:

Apakah Asti lebih senang belajar di luar kelas? Mengapa?

Asti

:

Saya lebih senang belajar diluar kelas karena biasanya murid-murid apabila hanya di kelas terus kadangkadang bosan dengan suasana kelas yang hanya begitubegitu saja. Kadang guru membawa kami praktek ke luar kelas agar kami tidak bosan dan kami mendapat kesempatan untuk merasakan bagaimana pengalaman belajar di kuar kelas.

Dari hasil wawancara kepada informan siswa yang berbeda menunjukkan hal yang sama yaitu siswa merasa senang dengan pembelajaran portofolio yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara yang berhasil diungkap dari informan Siswa Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang berkaitan dengan situasi pembelajaran, kesulitan dalam mengerjakan tugas, tanggapan orang tua, tanggapan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Berikut ini hasil wawacara yang terungkap. Peneliti

:

Apakah Deska merasa senang dengan pembelajaran yang dilaksanakan?

cxxii

Deska

:

Tentu saja senang, apa alasannya untuk tidak senang sebab kita dapat tahu apa yang belum kita ketahui sebelum diajarkan Bu Tanti.

Peneliti

:

Apakah Deska merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru?

Deska

:

Tentu saja, pada setiap pekerjaan saya merasa kesulitan. Mungkin tugasnya lebih banyak daripada sebelum-sebelunya atau mungkin lebih sulit untuk dikerjakan.

Peneliti

:

Apakah orang tua Deska sering membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah?

Deska

:

Orang tua saya mengajarkan setiap pekerjaan tidak perlu terus menerus di bantu dan kita harus lebih mandiri kecuali jika pekerjaan itu memang harus benarbenar dibantu.

Peneliti

:

Apakah Deska sering mendapat teguran dari orang tua ketika mengikuti kegiatan sekolah?

Deska

:

Ya, saya sering mendapat teguran dari orang tua, contohnya saja mungkin di luar kelas kegiatan itu mengeluarkan biaya, orang tua saya sering mengatakan mengapa mengeluarkan biaya terus-menerus lebih baik cxxiii

saya tidak diijinkan untuk ikut kegiatan seperti itu. Ya walaupun saya sering keberatan dengan keputusan orang tua ‘mengapa sih Pak Bu saya tidak boleh mengikuti sementara teman-teman saya boleh?’. ‘Buat apa kamu mengikuti, apa manfaatnya?’ orang tua saya sering bilang seperti itu jadi ya terpaksa saya tidak ikut. Peneliti

:

Apakah Deska aktif bertanya atau mengemukakan pendapat ketika pembelajaran berlangsung?

Deska

:

Saya aktif bertanya dan pertanyaan saya lebih masuk akal daripada Asti namun saya bila mengerjakan tugas terlalu

lama

atau

tidak

tepat

waktu,

untuk

menangkapnya saya mungkin kurang mengerti daripada Asti. Peneliti

:

Kalau dibentuk kelompok Deska bersemangat tidak dalam belajar?

Deska

:

Saya tidak bisa lagi mengatakan semangat, sebab jika mengerjakan

mereka

menyumbang

sedikit

tidak

pernah

kadang

serius

mereka

atau tidak

menyumbang. Saya yang mengerjakan dan mereka bermain. Terkadang juga mereka tidak mengikuti kerja kelompok yang sudah saya buat tetapi mereka membuat sendiri atau mereka tidak membaut sama sekali cxxiv

sementara saya dirumah mengeluarkan biaya sendiri sehingga

saya

ditegur

orang

tua,

saya

tetap

mengerjakan sendiri dan hasilnya cukup bagus tetapi mereka tidak ikut mengerjakan sehingga saya ingin bilang bahwa mereka tidak ikut mengerjakan tapi saya merasa

kasihan

jadi

saya

bilang

mereka

ikut

mengerjakan padahal mereka tidak. Lama-lama saya jengkel dan bila ada tugas kelompok, saya lebih baik mengerjakan sendiri. Peneliti

:

Bagaimana tanggapan Deska dengan pembelajaran yang dilaksanakan selama ini?

Deska

:

Pembelajaran selama ini menurut saya lebih bagus sebab di tahun-tahun sebelumnya tidak seaktif ini, contohnya saja guru tidak terlalu disiplin atau mungkin tidak ada tugas portofolio, tidak pernah diteliti hanya diberi nilai dan dikembalikan lagi bahkan di kelas tidak ada tata tertib untuk kebersihan kelas tapi berbeda dengan kelas V kita dapat menanyakan apa yang belum kita mengerti atau mengungkapkan pendapat kita untuk teman-teman kita. Jadi pada waktu dikelas IV tidak pernah ada seperti itu bahkan di kelas IV kedisiplinan hampir tidak terlihat, contohnya kita terlalu ramai dan

cxxv

kita tidak pernah mendapat ulangan dengan nilai bagus, walau anak itu pintar kemudian di kelas V ini anak yang bodoh semakin meningkat dan yang pintar juga semakin meningkat. Peneliti

:

Apakah

Deska

senang

mempresentasikan

hasil

pekerjaan di depan kelas? Deska

:

Mengapa tidak, sebab itu berarti pekerjaan kita dihargai orang lain. Mungkin teman-teman bisa belajar dari apa yang telah saya kerjakan.

Peneliti

:

Apakah Deska lebih senang belajar di luar kelas? Mengapa?

Deska

:

Ya lebih senang karena kita bisa bersosialisasi dengan keadaan di luar kelas dengan apa yang kita bicarakan jadi kita tidak terlalu bosan di kelas. Sehingga Bu Tanti mengajak kami keluar kelas agar kami menghirup udara segar tetapi biarpun berada di luar kelas tetap harus disiplin, tidak boleh ramai sehingga tidak mengganggu kelas lain yang sedang diajar.

Hasil dokumentasi proses pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri

Barusari

03

Semarang

menunjukkan

bahwa

proses

pembelajarannya masih tetap menggunakan metode ceramah, namun cxxvi

proporsinya lebih cenderung dikurangi. Kegiatan pembelajarannya difokuskan pada keaktifan siswa atau praktik empirik. Pembelajaran yang dilakukan pada prinsipnya terbagi dalam 3 tahap yaitu apersepsi, kegiatan inti dan evaluasi. Pada tahap apersepsi guru memberikan gambaran tentang konsepkonsep pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, dengan metode tanya jawab. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi dan membangun kembali konsep-konsep yang sudah ada pada siswa. Pada tahap apersepsi guru lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk melakukan sesuatu agar menemukan konsep tertentu. Lingkungan dimanfaatkan guru sebagai contoh konkrit tentang materi yang diajarkan. Seperti hasil dokumentasi pada gambar berikut, guru memberikan contoh konkrit tentang sumber energi.

Gambar 1. Proses Aperspesi guru dengan memberikan contoh konkret Dalam kegiatan inti pembelajaran metode yang digunakan bervariasi yaitu dari model tanya jawab, praktik atau eksperimen dan permainan. Peran guru hanya sebagai fasilitator sedangkan siswa yang cxxvii

melakukan dan mengambil kesimpulan. Seperti pada hasil dokumentasi berikut, guru membawa siswa ke luar kelas untuk melakukan eksperimen atau praktikum tentang perubahan energi dan juga menggunakan metode permainan agar siswa lebih senang (enjoy).

Gambar 2. Siswa aktif melakukan praktikum tentang perubahan energi

Gambar 3. Prinsip belajar sambil bermain Berakhirnya kegiatan praktikum, siswa diajak untuk mengambil kesimpulan. Siswa diajak kembali ke ruang kelas dan setiap kelompok memberikan kesimpulan di depan kelas, seperti pada hasil dokumentasi pada gambar 4.

cxxviii

Gambar 4. Proses pengambilan kesimpulan dan proses mengemukakan pendapat Dari hasil dokumentasi di atas secara umum proses pembelajaran portofolio lebih menekankan pada keaktifan siswa dengan metode tanya jawab, eksperimen, permainan, serta pengambilan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa. Guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator. Selain itu dalam pembelajaran portofolio siswa diberi tugas oleh guru untuk memortofoliokan tugas-tugas yang telah diterimanya. Tugas portofolio ini tidak dilaksanakan pada setiap pokok bahasan tiap mata pelajaran, mengingat masih banyaknya keterbatasan-keterbatasan yang dialami. Portofolio dilaksanakan siswa setelah tugas yang dikerjakannya telah mendapat persetujuan dari guru. Tugas portofolio ini bebas maksudnya guru tidak membatasi siswa dalam berkreasi untuk membuatnya semenarik mungkin, jadi kreativitas siswa akan nampak dalam kegiatan ini. Contoh karya siswa dalam beberapa mata pelajaran dan beberapa pokok bahasan terlampir di bawah ini:

cxxix

Gambar 5. Contoh hasil karya siswa

B. Analisis Data Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang ditulis dalam catatan lapangan, dokumen resmi, foto dan sebagainya.setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan-satuan yang selanjutnya akan dikategorikan. Kategori yang akan diguanakan dalam analisis data ini adalah: 1) penerapan konsep pembelajaran portofolio, 2) langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran portofolio di SD

cxxx

negeri Barusari 03 Semarang, 3) Bentuk-bentuk pembelajaran yang diportofoliokan. Kategorisasi didasarkan pada tujuan dan kemiripan isi dengan menggunakan kriteria tertentu. Kategori penerapan konsep pembelajaran portofolio mempunyai kriteria yang berkaitan dengan penerapan teori tentang pembelajaran portofolio. Kategori langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran portofolio mempunyai kriteria yang berkaitan dengan persiapan pembelajaran, proses pembelajaran dan kendala-kendala dalam pembelajaran. Dengan adanya kategorisasi dapat diketahui sejauh mana konsep portofolio dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang. Kategori bentuk-bentuk pembelajaran yang diportofoliokan mempunyai kriteria yang berkaitan dengan bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan dan hasil karya siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru yang merupakan realisasi kreativitas siswa. Di bawah ini akan diuraikan analisis data untuk tiap-tiap satuan pada kategori masing-masing, sebagai berikut: 1. Penerapan konsep pembelajaran portofolio Model Pembelajaran Berbasis Portofolio merupakan alternatif Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA). Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapat banyak manfaat baik hasil belajar utama maupun hasil pengiring cxxxi

akademik dan sosial. Hal ini seperti terlihat dari hasil observasi dan dokumentasi, bahwa dalam proses pembelajaran guru dan siswa aktif dan kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton, contohnya guru tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam pembelajaran sedangkan siswa tidak hanya mendengarkan ceramah guru tetapi peran siswa lebih mendominasi pembelajaran yang dilaksanakan. Pola fikir pembelajaran siswa perlu diubah dari sekedar memahami konsep ke arah kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep lain prinsip keilmuan yang telah dikuasai. Seperti yang telah dipaparkan dalam empat misi pendidikan di bawah ini: a.

Belajar untuk berfikir (learning to think)

b.

Belajar untuk berbuat (learning to do)

c.

Belajar untuk hidup bersama (learning to life)

d.

Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be) Sebagai suatu inovasi, model pembelajaran portofolio tidak

memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Melalui model pembelajaran portofolio siswa diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, mapun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know).

cxxxii

Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Hal ini juga terlihat dari adanya kelompok belajar yang telah dibentuk melalui kesepakatan bersama. Kelompok belajar memungkinkan siswa berinteraksi dengan orang lain, dapat menghargai orang lain dan dapat lebih mengenal lingkungannya dengan baik. Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan, dan menantang siswa sehingga berbuat dan berpikir merupakan strategi guru yang memungkinkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Model pembelajaran berbasis portofolio mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang cxxxiii

dimaksud adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok

belajar

kooperatif

(cooperative

learning),

pembelajaran

partisipatorik, mengajar yang reaktif (reactive learning) dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) (Budimansyah, 2002:8). Dari

hasil

observasi

menunjukkan

bahwa

prinsip-prinsip

pembelajaran portofolio diatas telah dilaksanakan dalam pembelajaran di SD Negeri Barusari 03 Semarang. Hal tersebut terlihat dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan pada mata pelajaran IPA yang membahas tentang energi seperti pada hasil dokumentasi yang ada. Guru sudah dapat mengkondisikan kelas dengan sebaik dan semenarik mungkin dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar pembelajaran portofolio. Model pembelajaran portofolio secara ideal dilakukan dengan 4 tahap pembelajaran yaitu: 1) Identifikasi masalah; 2) Memilih masalah untuk kajian kelas; 3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas; dan 4) Mengembangkan portofolio kelas. Dalam kenyataan di lapangan seperti yang telah diungkap sebelumnya, tahap demi tahap pembelajaran ideal tersebut belum sepenuhnya dapat dilaksanakan di SD negeri Barusari 03 Semarang karena terbentur oleh beberapa faktor yang sangat vital. Selain tersebut di atas, teori belajar konstruktivisme juga merupakan dasar dari pengembangan

model pembelajaran portofolio,

yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau

cxxxiv

membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Prinsip yang paling umum dan paling esensisal dari teori konstruktivisme adalah bahwa dalam merancang suatu pembelajaran, siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar kelas. Bagi kaum konstruktivis, pembelajaran yang efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana siswa memandang fenomena yang menjadi subjek pembelajaran. Pembelajaran selanjutnya dikembangkan dari gagasan yang telah ada, berakhir pada gagasan yang telah mengalami kekuatan dan modifikasi. Ausubel (dalam Osborn, 1985:82) dan Alit (1994) mengemukakan “the most important single factor influencing learning is what the learner already knows, ascertain this and teach him accordingly”. Satu faktor tunggal yang penting yang mempengaruhi dalam belajar adalah hal-hal yang telah diketahuinya, dan dalam pembelajarannya bertitik tolaklah pada hal-hal yang telah diketahui itu. Pandangan kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir menganggap semua siswa dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/ pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa lingkungan di sekitarnya, meskipun gagasan itu sering kali naïf dan

miskonsepsi.

Mereka

senantiasa

mempertahankan

gagasan/

pengetahuan naïf ini secara kokoh. Ini dipertahankan karena gagasan/ pengetahuan ini terkait dengan gagasan/ pengetahuan awal lainnya yang sudah dibangun dalam wujud “schemata” (struktur kognitif).

cxxxv

Dalam kegiatan apersepsi yang dilakukan guru terlihat bahwa guru lebih mengarahkan siswa untuk berfikir konkret dengan memberi contoh riil kepada siswa. Hal ini merupakan upaya guru dalam membangun persepsi siswa tentang sesuatu atau dengan kata lain guru mengkonsrtuksi gagasan siswa mengenai sesuatu. Guru cukup mengarahkan pemahaman siswa untuk mempelajari materi tertentu dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga bagi siswa hal itu merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan. Model pembelajaran portofolio diharapkan benar-benar membawa perubahan dalam kegiatan pembelajaran karena konsep yang telah dicanangkan dalam pembelajaran portofolio sangat bagus dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Pelaksanaan model pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang a. Persiapan Dalam pembelajaran portofolio perlu adanya persiapan dari sekolah. Kepala sekolah harus benar-benar mampu, mengerti apa yang dimaksud dengan pembelajaran portofolio itu, kemudian ditularkan kepada semua guru sehingga konsep pembelajaran portofolio itu benar-benar dimengerti. Disamping itu pembelajaran portofolio membutuhkan rancangan yang lebih operasional. Persiapan yang dilakukan di SD Negeri Barusari 03 Semarang dimulai dengan cxxxvi

pembentukan tim sukses dengan melakukan rapat dengan orang tua, sebab pembelajaran tersebut membutuhkan anggaran yang banyak dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua, yang diharapkan kesukaran-kesukaran yang muncul dapat diatasi dengan sebaikbaiknya. Persiapan

pembelajaran

dengan

model

pembelajaran

portofolio membutuhkan waktu cukup lama, sebelum materi disampaikan kepada anak guru harus benar-benar mempersiapkannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan antara lain: 1) Mengkaji dulu setiap mata pelajaran yang tertuang dalam kurikulum agar lebih mengetahui tujuan yang hendak dicapai dalam setiap pembelajaran. 2) Melihat setiap pokok bahasan ataupun pertemuan yang tertuang dalam GBPP, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang nilai-nilai, norma-norma dan prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran tersebut. 3) Melihat kompetensi dalam KBK tujuannya untuk mendapat gambaran kompetensi yang perlu dikembangkan dalam keseluruhan rangkaian kegiatan. 4) Memperhatikan keadaan lingkungan setempat yang dapat diambil sebagai pengalaman belajar siswa untuk memberi nuansa pada topik atau tema-tema dari pembelajaran yang akan dikembangkan. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, tidak hanya lingkungan sekitar tetapi bisa meluas ke lingkungan cxxxvii

masyarakat. 5) Merumuskan topik atau tema pembelajaran yang dapat diangkat menjadi pembelajaran portofolio. Topik atau tema tidak hanya guru saja yang dapat menentukan, tetapi lebih mengutamakan musyawarah dengan siswa di dalam kelas yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Setelah kelas menentukan topik atau tema kemudian mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas. Seluruh siswa diminta menemukan masalah, setiap siswa harus memiliki pendapat sesuai dengan pribadinya masing-masing tanpa dipengaruhi oleh teman-teman sekelas. Langkah selanjutnya adalah menulis atau menentukan masalah yang akan dikembangkan menjadi pembelajaran portofolio yang dilaksanakan secara musyawarah. Biasanya siswa disuruh menuliskan masalah-masalah yang ditemukan

pada papan tulis,

sehingga masalah yang banyak muncul diangkat menjadi topik kajian. Setelah diidentifikasi, dipilih salah satu masalah dan selanjutnya mencari informasi dengan cara terjun langsung ke lapangan kepada narasumber yang sesuai dengan masalah yang diangkat. Suatu contoh tata tertib sekolah, anak-anak cukup di lingkungan sekolah dalam belajarnya, anak-anak ditugaskan untuk mencari informasi kepada seluruh karyawan atau guru-guru yang berada di sekolah itu. Semua siswa terjun langsung mewawancarai narasumbernya. Setelah mencari informasi dari narasumber, data-data dikumpulkan kemudian dikaji bersama-sama, setelah itu dibentuk kelompok. cxxxviii

Kelompok-kelompok dalam pembelajaran portofolio ada empat, yaitu kelompok masalah, kelompok sebab atau penyebab, kelompok akibat dan kelompok penanggulangan. Tiap-tiap kelompok harus terjun lagi mencari informasi kepada narasumber sesuai dengan masalah yang dikaji. Untuk kelompok “Masalah”, bertugas mencari data, untuk kelompok “Sebab” mencari penyebabnya, kelompok “Akibat” mencari data tentang akibat, kelompok “Penanggulangan” mencari data atau informasi tentang cara penanggulangannya. Waktu yang digunakan cukup lama minimal dua minggu. setelah data terkumpul dibahas bersama-sama. Dari keseluruhan kelas tadi masingmasing kelompok dibentuk lagi, tiap kelompok maksimal tiga orang dipersempit lagi untuk mengadakan kompetisi pada saat gelar kasus. Tiap kelompok harus mendokumentasikan hasil-hasil informasi dari narasumber. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan motivator. Dilanjutkan dengan menyajikan portofolio setelah data diolah. Dalam penyajian, tiap-tiap kelompok membuat dua penampilan yang satu untuk portofolio dokumentasi dan yang kedua untuk portofolio penayangan. Pada penyajian ini mereka berlomba-lomba untuk menarik perhatian dari seluruh audien yang ada dalam kelas. Biasanya ada moderator yang diambil dari guru lain, kepala sekolah dan satu guru lain sebagai dewan juri. Dewan juri juga akan memberikan pertanyaan tentang masalah tadi, jadi siswa benar-benar dituntut untuk terjun sebab bila tidak terjun tidak akan tahu. Pada gelar kasus mereka cxxxix

akan bersaing. Biasanya satu kelas dibagi menjadi dua kelompok gelar kasus. Berdasarkan uraian hasil wawancara dari kedua narasumber tersebut,

tampak

bahwa

persiapan

pelaksanaan

pembelajaran

portofolio membutuhkan waktu yang relatif lama, dukungan dari berbagai pihak dan persiapan yang relatif matang. Mengingat dalam pembelajaran di sekolah juga harus menyelesaikan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum, maka tidak memungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran portofolio pada setiap pokok bahasan. Sebagai alternatifnya, pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang tetap melaksanakan pembelajaran portofolio pada setiap pokok bahasan, tetapi tidak dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh dari setiap langkah pembelajaran portofolio. Guru cenderung melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pembelajaran portofolio yaitu: prinsip belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik dan pembelajaran reaktif, pembelajaran yang menyenangkan. Selain menggunakan prinsip-prinsip

tersebut

dalam

pembelajaran,

guru

juga

mengembangkan pembelajaran berdasarkan landasan pemikiran model pembelajaran berbasis portofolio, yaitu: 1) Empat pilar pendidikan (learning to do, learning to know, learning to be dan learing to live together), 2) Pandangan konstruktivisme yaitu pembelajaran yang dimulai dari apa yang sudah diketahui siswa atau dengan kata lain cxl

membangun kembali pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. 3) Democratic teaching yaitu pembelajaran yang lebih mengedepankan pada nilai-niai demokrasi, menghargai kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik. b. Langkah-langkah pembelajaran Model pembelajaran portofolio secara ideal dilakukan dengan 4 tahap pembelajaran yaitu: 1) Identifikasi masalah; 2) Memilih masalah untuk kajian kelas; 3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas; dan 4) Mengembangkan portofolio kelas. Jadi dalam pembelajaran portofolio memerlukan persiapan dan dukungan dari berbagai pihak, baik sekolah, guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat secara umum. Berikut ini hasil observasi tentang pembelajaran portofolio yang dapat diamati peneliti pada saat berlangsungnya pembelajaran IPA membahas tentang energi yang dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang pada tanggal 18 Maret 2005. 1) Apersepsi Pada tahap apersepsi guru memberikan gambaran tentang konsep energi pada kehidupan sehari-hari melalui kegiatan tanya jawab. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi dan membangun kembali konsep-konsep yang sudah ada pada siswa. Kegiatan ini dilaksanakan karena guru lebih memandang bahwa sebenarnya siswa cxli

sudah mempunyai persepsi tentang energi, dan guru hanya sebagai pengantar untuk mengkontruksi pengetahuan siswa. Dari kegiatan ini, siswa sendiri yang menemukan kembali definisi tentang energi. Pada tahap apersepsi ini guru tidak hanya melakukan tanya jawab, namun lebih menekankan pada kegiatan siswa, dalam artian guru mendorong siswa melakukan sesuatu untuk menemukan konsep tertentu. Guru memanfaatkan kondisi lingkungan siswa untuk memberikan contoh konkrit tentang konsep energi. Untuk menjelaskan tentang energi, guru meminta siswa yang membawa makanan untuk maju ke depan. Siswa diminta makan bekal yang dibawanya. Secara langsung guru memberi contoh konkrit tentang manusia memerlukan makanan untuk memperoleh energi. Pada tahap selanjutnya guru meminta siswa lain untuk memberikan contoh sumber-sumber energi. Pada akhir kegiatan apersepsi guru mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan. Dalam pengambilan kesimpulan peran guru tidak dominan, namun lebih menekankan pada pendapat siswa. Berdasarkan hasil observasi ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa menjadi bagian yang diutamakan dalam proses paersepsi. Di samping itu prinsip learning by doing merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada saat membangun kembali pengetahuan yang sudah ada pada siswa.

cxlii

2) Kegiatan Inti Pada kegiatan selanjutnya yaitu inti pembelajaran. Dalam kegiatan inti metode yang digunakan bervariasi yaitu dari model tanya jawab, praktik atau eksperimen dan permainan. Kegiatan tanya jawab terus dilakukan untuk mengungkap pengetahuan siswa berkaitan dengan materi dipelajari. Dari hasil obervasi ternyata guru membawa siswa untuk mempelajari perubahan-perubahan energi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang perubahan energi pada kehidupan sehari-hari. Untuk memberikan pemahaman konsep tentang perubahan energi kimia menjadi energi panas, guru meminta siswa untuk menunjukkan kompor. Salah satu indikator bahwa siswa telah memahami konsep perubahan energi siswa dapat membedakan jenisjenis perubahan bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan kompor dengan bahan bakar minyak dan kompor listrik. Keduanya sama-sama menghasilkan energi panas, namun berasal dari sumber energi yang berbeda. Peran guru hanya sebagai fasilitator sedangkan siswa yang melakukan dan mengambil kesimpulan. Dari hasil observasi ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran portofolio yang dilakukan menganut prinsip dasar reactive learning. Hal ini ditunjukkan guru lebih reaktif yaitu menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa dan selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar cxliii

siswa dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa. Metode pembelajaran yang kedua yaitu praktikum. Prinsip yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah cooperative learning, prinsip belajar aktif, pembelajaran partisipatorik, joyfull learning. Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa kegiatan praktikum dilaksanakan di halaman sekolah. Sesuai dengan kelompoknya masing-masing siswa melakukan kegiatan yang diintruksikan oleh guru, yaitu membuktikan bahwa matahari sebagai sumber energi panas yang dilakukan dengan praktikum siswa mencuci baju dan menjemur di bawah terik matahari. Kelompok lain juga melakukan praktikum yang membuktikan perubahan energi kimia menjadi energi panas melalui memasak air dengan kompor. Pada kegiatan tersebut guru tidak hanya memperhatikan siswa, tetapi lebih memberikan motivasi, memberikan pertanyaan ke arah kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Ada beberapa hal yang dilatih dalam kegiatan ini antara lain: 1) Melatih siswa mengambil kesimpulan berdasarkan fakta yang terjadi atau dikembangkan ketrampilan akademik dan ketrampilan rasional. 2) Melatih siswa untuk bekerja sama dengan teman sekelompok secara baik atau dikembangkan ketrampilan sosial. Selain kegiatan praktikum, pembelajaran dilakukan dengan metode permainan. Permainan yang dilakukan bertujuan untuk cxliv

menanamkan konsep apa yang dipelajari melalui proses yang menyenangkan atau joyfull learning. Prinsip ini dilakukan karena berpandangan bahwa sesulit apapun pembelajaran jika dilakukan dengan perasaan senang maka segalanya akan menjadi mudah. Hasil observasi menunjukkan bahwa guru menggunakan metode permainan untuk menjelaskan perubahan energi kimia menjadi gerak. Pada kegiatan tesebut dilakukan suatu perlombaan membuat kitiran (jawa) atau kincir angin dari daun mangga. Sesuai dengan kreativitas siswa kincir angin tersebut dibuat dan diujicobakan oleh beberapa siswa. Dari kegiatan ini diperoleh simpulan bahwa energi kimia (udara) dapat menghasilkan energi gerak atau kinetik. Ketika proses permainan berlangsung siswa merasa menikmati dan senang. 3) Evaluasi Berakhirnya

kegiatan

praktikum,

siswa

diajak

untuk

mengambil kesimpulan. Siswa diajak kembali ke ruang kelas dan setiap kelompok memberikan kesimpulan di depan kelas. Pada saat memberikan

kesimpulan,

keterampilan

vokasional

yang

lebih

dikembangkan. Siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat. Kesimpulan dari setiap kelompok disatukan menjadi kesimpulan yang utuh tentang energi. Dalam

kegiatan

pengambilan

kesimpulan

guru

juga

menjelaskan materi kegiatan atau praktikum yang baru saja dilaksanakan, sehingga diharapkan siswa akan benar-benar memahami cxlv

konsep energi dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil observsi terlihat bahwa sangat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan guru berkaitan dengan kegiatan yang telah dilaluinya. Guru menerangkan konsep perubahan energi yang lain dengan memberikan contoh riil peristiwa yang sering dialami siswa. Setelah sejumlah kesimpulan tertulis di papan tulis dan dirasa siswa telah paham akan materi itu maka guru meminta siswa untuk menyalin ke dalam buku catatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang kelas V telah menggunakan prinsip-prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio yaitu prinsip belajar siswa aktif, belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, reactive learning dan joyfull learning. c. Kendala-kendala yang dihadapi Pembelajaran Portofolio Pelaksanaan

dan

pengembangan

inovasi

baru

dalam

pembelajaran sangat membutuhkan dukungan semua pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Respon positif tersebut akan sangat membantu kelancaran pembelajaran yang dilaksanakan. Model

pembelajaran

portofolio,

secara

formal

telah

dilaksanakan selama dua tahun di SD Negeri Barusari 03 Semarang, dan selama itu pula terus dilaksanakan peningkatan kualitas dan cxlvi

kuantitas pembelajaran, walaupun tidak dapat dipungkiri terdapat kekurangan dan banyak mengalami hambatan. Hal itu wajar terjadi ketika sesuatu baru dalam tahap awal. Kekurangan dan hambatan tersebut menjadikan cambuk yang mendorong untuk dapat lebih baik. Terkadang kenyataan di lapangan belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga perlu adanya upaya pembenahan sebagai langkah peningkatan kualitas yang dihasilkan. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Dasar Negeri Barusari 03 Semarang (2005), menyatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran

portofolio

belum

sepenuhnya

seideal

yang

direncanakan, tetapi disesuaikan dengan kemampuan yang ada. Hambatan pada awalnya banyak sebab masih dalam masa transisi model pembelajaran lama ke model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran portofolio banyak sekali hambatan: 1) Kekurangan dana, 2) Kurangnya dukungan orang tua siswa. Lebih lanjut untuk mengungkap kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis portofolio, salah satunya dapat dilihat dari pengisian angket oleh guru kelas V yang terdiri dari 5 faktor yaitu berkaitan dengan persiapan dan kelengkapan pembelajaran, metode dan proses pembelajaran, sarana prasarana dan media pembelajaran, kondisi siswa dan penilaian yang dilakukan.

cxlvii

a. Persiapan dan Kelengkapan Pembelajaran Persiapan dan kelengkapan pembelajaran merupakan hal penting dalam proses pembelajaran, sebab dengan persiapan dan kelengkapan yang matang dan memadai, maka arah tujuan dan skenario pembelajaran akan semakin jelas, waktu yang dibutuhkan akan juga efektif dan efisien sehingga hasilnya akan mendekati target yang diharapkan. Persiapan

dan

kelengkapan

pembelajaran

berbasis

portofolio meliputi pembuatan silabus, satuan acara pembelajaran dan rencana pembelajaran. Berdasarkan hasil pengisian lembar observasi tentang pembuatan silabus ternyata guru masih mengalami kesulitan dalam menjabarkan kompetensi dasar, pengalaman belajar, menyusun indikator dan mengalokasikan waktu pembelajaran. Tabel 1. Hasil Observasi tentang pembuatan silabus No Indikator 1 Menjabarkan komptensi dasar 2 Menjabarkan pengalaman belajar 3 Menyusun indicator 4 Menyusun penilaian 5 Mengalokasikan waktu 6 Menentukan sumber belajar Sumber: Hasil observasi

Ket. Kesulitan Kesulitan Kesulitan Mudah Kesulitan Mudah

Berkaitan dengan membuat satuan acara pembelajaran ternyata guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan deskripsi pembelajaran, kompetensi dan sub kompetensi, materi pokok

cxlviii

pembelajaran, subtansi non instruksional dan menentukan alokasi waktu. Tabel 2.Hasil observasi pembuatan satuan acara pembelajaran No 1 2

Indikator Menjabarkan deskripsi pembelajaran Menjabarkan komptensi dan sub kompetensi 3 Menyusun materi pokok pembelajaran 4 Menjabarkan subtansi non instruksional 5 Memilih metode pembelajaran yang sesuai 6 Menjabarkan strategi/ skenario proses pembelajaran 7 Menentukan alokasi waktu 8 Menentukan sumber belajar Sumber: Hasil observasi

Ket. Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Mudah Mudah Kesulitan Mudah

Berdasarkan hasil observasi ternyata guru tidak mengalami kendala dalam membuat rencana pembelajaran. Tabel 3. Hasil observasi pembuatan rencana pembelajaran No Indikator 1 Menentukan standar kompetensi 2 Menentukan kompetensi dasar 3 Membuat indicator 4 Menjabarkan materi 5 Menjelaskan scenario pembelajaran Sumber: Hasil observasi

Ket. Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V menyatakan

bahwa

kendala-kendala

tersebut

disebabkan:

1) Keterbatasan waktu dalam penyusunan persiapan dan kelengkapan pembelajaran. 2) Guru belum pernah mendapatkan baik berupa pelatihan, penataran ataupun bimbingan cara-cara/ langkah-langkah pengembangan silabus yang benar dari seoarang

cxlix

ahli. 3) Berkaitan dengan point dua, akhirnya guru mencoba menyusun sesuai kemampuan sendiri sehingga ragu apakah hasilnya benar atau salah. 4) Tidak memiliki rambu-rambu atau petunjuk dalam penyusunan silabus. b. Metode dan Proses Pembelajaran Sesuai dengan prinsip dasar pembelajaran berbasis portofolio diharapkan proses pembalajarannya lebih berpusat pada keaktifan atau partisipasi siswa. Hasil observasi berkaitan dengan hal-hal tersebut menunjukkan bahwa guru kurang mengalami kendala dalam pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari paparan hasil obervasi pada tabel berikut. Tabel 4. Hasil observasi tentang pembelajaran partisipatorik dan Cara Belajar Siswa Aktif No 1 2

3 4 5 6 7 8

9

Indikator Menggunakan metode yang menuntut siswa untuk mencari informasi sendiri Menggunakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan Mendorong siswa untuk menemukan dan mengalami sendiri Membawa siswa ke laboratorium Membawa siswa keluar kelas untuk mengamati gejala/ peristiwa di lapangan Menuntut siswa untuk mengingat pelajaran yang diberikan Mendorong siswa untuk berpikir tentang apa yang baru dipelajari Mendorong siswa untuk berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dalam pembelajaran Memberi penugasan pada siswa untuk menggali informasi diluar kelas cl

Ket. Sesuai Sesuai

Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

Sesuai

10

Memberikan kesempatan siswa untuk presentasi di depan kelas Sumber: Hasil observasi

Sesuai

Berdasarkan tabel observasi tersebut tampak bahwa guru belum dapat membawa siswa ke laboratorium untuk mengadakan praktikum, karena belum adanya ruang khusus laboratorium. Sebagai konsekuensinya guru berusaha membimbing siswa untuk belajar dengan mengedepankan keaktifan dan partisipasi siswa menggunakan alat praktikum seadanya. Yang lebih dipentingkan siswa mampu mencari informasi sendiri, melakukan penyelidikan sederhana, menemukan dan mengalami sendiri baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas. Penyelidikan tersebut tidak hanya dilakukan secara indiviual, namun lebih menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. pembelajaran

kooperatif

Hal ini sesuai dengan prinsip

sebagai pilar dasar pembelajaran

portofolio. Berdasarkan hasil obervasi ternyata guru tidak mengalami kendala dalam menciptakan pembelajaran kooperatif seperti pada tabel 5.

cli

Tabel 5. Hasil observasi tentang kelompok belajar kooperatif No 1

Indikator Membimbing siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dengan teman kelompoknya 2 Menciptakan kelompok heterogen 3 Proses komunikasi dua arah 4 Menciptakan kerja sama antar siswa Sumber: Hasil observasi

Ket. Sesuai

Sesuai Sesuai Sesuai

Berdasarkan hasil observasi tersebut tampak bahwa guru mampu membimbing siswa dalam mengorganisasi tugas-tugas dengan teman kelompoknya, menciptakan kelas yang heterogen agar tercipta kerja sama dan komunikasi dua arah baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Ciri pembelajaran portofolio, selain mengedepankan keaktifan, partisipasi siswa dan kerja sama antar siswa, guru mampu menciptakan pembelajaran yang reaktif yaitu menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui siswa, selalu membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa. Tabel 6 memperlihatkan kondisi guru dalam menciptakan pembelajaran yang reaktif.

clii

Tabel 6. Hasil observasi tentang pembelajaran reaktif/ reactive learning No Indikator 1 Menggunakan metode pembelajaran yang dipilih sesuai dengan sifat bahan pembelajaran 2 Sebagai awal pembelajaran guru menjelaskan dulu tujuan pembelajaran kepada siswa 3 Pembelajaran yang dilakukan guru berpusat pada siswa 4 Mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupan nyata 5 Mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata 6 Pembelajaran yang dilakukan guru menuntut kreativitas siswa 7 Mengembangkan kreativitas siswa 8 Menyediakan pengalaman belajar yang beragam 9 Memberikan informasi sesuai dengan buku dan pengalaman guru waktu kuliah 10 Membawa informan ke kelas 11

Menciptakan kondisi agar siswa aktif membangun pengetahuan dan pemahaman sendiri 12 Mengecek pemahaman siswa 13 Membangkitkan respon siswa 14 Melakukan kerja sama dengan pihak luar 15 Menggunakan berbagai sumber 16 Memajang hasil karya siswa Sumber: Hasil observasi

Ket. Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai

Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

Berdasarkan hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa guru hanya mengalami kendala berkaitan memberi informasi sesuai dengan buku dan pengalaman guru waktu kuliah serta membawa informan ke kelas. Hal ini dimungkinkan berkaitan dengan minimnya dana untuk penyediaan informan dari luar sekolah. Pada saat pembelajaran guru lebih mampu memilih

cliii

metode pembelajaran yang sesuai dengan sifat dan bahan pembelajaran. Pada saat awal pembelajaran guru menjelaskan dahulu tujuan pembelajaran kepada siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai arah dan tujuan untuk apa mempelajari materi yang akan dibahas. Selain itu guru mampu menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupan nyata, kreativitas siswa dalam pembelajaran menjadi bagian yang lebih diutamakan, oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan menyediakan pengalaman belajar yang beragam, menciptakan kondisi siswa katif membangun pengetahuan dan pemahaman sendiri, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa dan menggunakan berbagai sumber serta memajang hasil karya siswa sebagai motivator. Tabel 7. Hasil observasi pembelajaran yang menyenangkan/ joyfull learning No 1

Indikator Menciptakan kondisi saling menyenangkan dan tidak membosankan 2 Dapat menggairahkan siswa dalam pembelajaran Sumber: Hasil observasi

Ket. Sesuai Sesuai

Salah satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun materi

pelajaran,

apabila

dipelajari

dalam

suasana

yang

menyenangkan, maka pelajaran tersebut akan mudah dipahami. Sebaliknya walaupun materi pelajaran tidak terlampau sulit untuk cliv

dipelajari, namun apabila suasana belajar membosankan dan tidak menarik, maka pelajaran akan sulit dipahami. Berkaitan dengan kondisi ini tampak bahwa dari hasil observasi, guru sudah mampu menciptakan

suasana

belajar

yang

menyenangkan

dan

menggairahkan siswa. c. Sarana Prasarana dan Media Pembelajaran Sarana prasarana dan media pembelajaran merupakan bagian penting yang mendukung proses pembelajaran, sebab dalam pembelajaran berbasis portofolio guru tidak hanya satusatunya sebagai sumber belajar, namun lingkungan dan sarana prasarana sebagai media yang dapat membantu siswa mencari pemahaman tentang materi yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut diperoleh gambaran tentang kendala-kendala dari sarana prasarana

dan

media

pembelajaran

sebagai

pendukung

pembelajaran seperti pada tabel 8. Tabel 8. Hasil observasi sarana prasarana dan media pebelajaran No 1 2 3 4 5 6 7

Indikator Buku paket untuk siswa yang disediakan sekolah memadai dan lengkap Siswa diperbolehkan meminjam bukubuku penunjang di perpustakaan Media pembelajaran yang disediakan sekolah memadai dan lengkap Terdapat laboratorium di sekolah Alat-alat laboratorium lengkap dan memadai Bahan-bahan praktikum lengkap dan memadai Terdapat alat-alat peraga yang lengkap clv

Ket. Kurang sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai

dan memadai Pihak sekolah memberi keleluasaan pada guru untuk membawa siswa ke ruang laboratorium untuk melaksanakan praktikum 9 Pihak sekolah memeberi kelekuasaan siswa untuk menggunakan alat peraga dan dibawa ke kelas 10 Dalam pembelajaran guru menggunakan media lingkungan sekolah sebagai sumber belajar Sumber: Hasil observasi 8

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa kendala yang ada berkaitan dengan: buku paket untuk siswa yang disediakan sekolah untuk siswa kurang memadai dan lengkap, media pembelajaran yang disediakan sekolah kurang memadai, tidak adanya laboratorium sekolah, alat-alat dan bahan praktikum yang tidak lengkap dan memadai. Di samping itu alat-alat peraga yang dapat membantu pemahaman siswa dalam mempelajari materi kurang lengkap dan memadai. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah belum memadai karena dalam pembelajaran portofolio guru harus benar-benar membawa siswa sampai tuntas dalam arti 75% keatas siswa dapat tertangani dengan prestasi yang baik (KS-07). Lebih lanjut dari hasil wawancara dengan guru kelas V menyatakan bahwa sarana prasarana dan media penunjang yang ada betul-betul belum memadai, jadi guru dan siswa berusaha sendiri bagaimana

supaya prasarana ini juga clvi

menunjang

pembelajaran model portofolio, jadi swadaya karena sekolah belum mampu menyediakan (GR-03). d. Kondisi Siswa Kunci pembelajaran adalah kondisi siswa, sebab tujuan adanya pembelajaran adalah menciptakan kondisi dan suasana sehingga siswa mau dan mampu belajar. Yang menjadi subjek dalam pembelajaran adalah siswa itu sendiri. Berkaitan dengan kondisi siswa pada saat pembelajaran dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Tabel 9. Hasil observasi tentang kondisi siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Indikator Hanya sebagian kecil siswa yang aktif bertanya Sebagian besar siswa melaksanakan eksperimen Sebagian besar siswa aktif berdiskusi Sebagian besar siswa membawa peralatan belajar lengkap Sebagian kecil siswa mempunyai buku penunjang sendiri Suasana kelas gaduh Siswa mengantuk Siswa mendukung proses belajar mengajar Siswa tidak menuruti perintah dan petunjuk guru saat pembelajaran berlangsung Siswa merasa senang mengikuti pelajaran

Ket. Sesuai Sesuai Sesuai Kurang sesuai Sesuai Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai Tidak sesuai

Sesuai

Sumber: Hasil observasi Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa kondisi siswa lebih mendukung proses pembelajaran. Sebagian besar siswa clvii

melaksanakan eksperimen, aktif berdiskusi, suasana kelas tidak gaduh, siswa tidak mengantuk, siswa menuruti perintah dan petunjuk guru saat pembelajaran berlangsung dan siswa merasa senang mengikuti pelajaran. Ada beberapa yang menjadi kendala yaitu siswa kurang aktif bertanya, siswa tidak membawa peralatan belajar yang lengkap dan sebagian besar siswa tidak mempunyai buku penunjang sendiri. Seperti yang diungkapkan Asti siswi kelas V bahwa dia merasa senang dengan pembelajaran yang dilaksanakan, selain guru yang disiplin dan hal itu sangat jauh berbeda dengan ketika dia masih duduk di bangku kelas IV. Saat mengikuti pembelajaran di kelas V dia merasa sangat bersemangat sehingga prestasi belajarnya juga meningkat. Keterangan senada juga diungkapkan Deska siswi kelas V bahwa dalam mengikuti pembelajaran di kelas V yang menggunakan model pembelajaran portofolio ini sangat memacu semangatnya untuk dapat belajar lebih baik dan mengetahui halhal yang yang belum pernah diketahuinya setelah mendapatkan pembelajan dari guru

. clviii

e. Penilaian Tabel 10. Hasil observasi tentang penilaian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

15 16 17

Indikator Memberi kuis Mengajukan pertanyaan lisan di kelas Memberi ulangan harian Memberi tugas individu Memberi tugas kelompok Menilai prestasi siswa Menilai motivasi belajar siswa Kesulitan dalam membuat ulangan harian Menialai tingkah laku siswa Melakukan remidi Menyusun soal sesuai dengan kompeten Menyusun soal yang berkaitan dengan kondisi dunia nyata Memberikan penugasan yang berhubungan dengan life skill siswa Memberi penugasan yang menuntut siswa untuk mencari informasi seluasluasnya ke masyarakat Melakukan penilaian portofolio Memberi penilaian penugasan untuk melakukan pengamatan di luar kelas Menilai kerjasama siswa

Ket. Kurang sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

Sesuai Sesuai Sesuai

Sumber: Hasil observasi Evaluasi pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran, sebab dengan evaluasi dapat diketahui keberhasilan, kelemahan dan kekurangannya baik dari siswa, guru maupun sarana prasarana. Berdasarkan hasil observasi pada tabel 10 tampak bahwa guru tidak mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian. Dalam pembelajaran guru terbiasa melaksanakan evaluasi dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, menilai clix

prestasi siswa, menilai motivasi belajar siswa, menilai tingkah laku siswa, melakukan remidi, memberikan penugasan yang berhubungan dengan life skill siswa, memberi penugasan yang menuntut siswa untuk mencari informasi seluas-luasnya ke masyarakat, melakukan penilian portofolio, memberikan penilaian penugasan untuk melakukan pengamatan di luar kelas dan menilai kerja sama siswa. Kegiatan penilaian pembelajaran portofolio salah satunya adalah dengan memajang hasil karya siswa, setiap siswa selesai mengerjakan tugas selalu dipajang dan mereka sendiri yang memajang, guru hanya mengarahkan saja dimana tempat pemajangannya. Hal ini sangat memberikan respon positip kepada siswa, siswa berlomba-lomba membuat karya yang terbaik supaya dapat dipajang dan dipamerkan kepada teman-teman sekelas, jadi siswa sangat termotivasi dengan kegiatan ini (GR-06). 3. Bentuk-bentuk pembelajaran Bentuk-bentuk pembelajaran yang diportofoliokan di SD Negeri Barusari 03 Semarang berupa hasil karya siswa dari penugasan yang diberikan guru baik secara kelompok maupun individu. Penugasan portofolio ini lebih mengedepankan pada kreativitas siswa namun tetap pada satu tema tugas yang diberikan guru. Proses pemberian tugas porofolio membutuhkan waktu juga dalam pelaksanannya. Pertama-tama guru memberi tugas kepada siswa clx

untuk mengerjakannya di buku tugas, setelah tugas dikerjakan siswa guru membahas tugas siswa satu per satu sesuai dengan tugas yang diberikan, kegiatan ini cukup banyak menyita waktu. Setelah tugastugas siswa diperiksa guru dan tidak ada lagi kesalahan dalam mengerjakan, guru meminta siswa untuk memortofoliokan tugas tersebut di kertas karton atau kertas asturo atau kertas lain sesuai dengan tugas tersebut. Tugas portofolio ini didesain sedemikian rupa oleh para siswa untuk menunjukkan kreativitasnya dan mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik dari guru dan mereka berharap bahwa kayanyalah yang nantinya akan dipajang di dinding kelas. Seperti paparan hasil wawancara dengan guru kelas bahwa hasil karya yang dipajang adalah hasil karya pilihan maksudnya hasil karya yang terbaik yang telah dibuat oleh siswa. Hal tersebut sangat memotivasi siswa untuk berkreasi sesuai yang mereka inginkan. Dalam memortofoliokan tugas yang diberikan guru, guru memberikan siswa batasan waktu dalam mengerjakannya, misalnya saja tiga hari atau satu minggu. Hal ini dilakukan untuk membiasakan kedisiplinan kepada siswa. Guru juga akan memberikan nilai yang berbeda kepada siswa yang sampai batas waktu kesepakatan belum mengumpulkan pekerjaanya. Guru memperbolehkan siswa mengambil gambar dari koran atau majalah maupun media yang lain sebagai pelengkap tugas untuk clxi

membuatnya lebih menarik. Desain ini akan berbeda tiap siswa karena kemampuan untuk berpikir dan berkreasi untuk tiap siswa juga tidak sama, tetapi bagi guru hal tersebut bukanlah masalah besar, yang utama adalah kemauan siswa untuk berusaha menjadikan portofolio tersebut adalah karyanya yang terbaik. C. Penafsiran dan Penjelasan Paradigma baru pendidikan menghendaki adanya inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan pada pembelajaran portofolio yang saat ini dilakukan adalah pembelajaran yang lebih menekankan how (bagaimana membelajarkan) daripada what (apa yang dibelajarkan). Guru tidak lagi hanya bertugas memberikan informasi kepada siswa tetapi tugas guru saat ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mencari informasi baru diluar kelas di sekolah, sehingga belajar juga dapat dilakukan di luar sekolah. Guru tidak harus menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi dituntut dapat mengembangkan potensi siswanya. Guru dituntut mengembangkan metode pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator. Sumber clxii

pembelajaran bisa bermacam-macam seperti: buku, lingkungan, masyarakat, maupun internet. Sesuai dengan misi pendidikan yakni mewujudkan sistem pendidikan dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu untuk memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia, maka salah satu metode yang digunakan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan memperbarui sistem pendidikan itu sendiri, yang dalam hal ini adalah penggunaan metode pembelajaran baru, yang banyak melibatkan keaktifan guru dan siswa. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio merupakan alternatif Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA). Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Diharapkan siswa akan mendapat banyak manfaat baik hasil belajar utama maupun hasil pengiring akademik dan sosial. Telah dijelaskan pula bahwa fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan model pembelajaran portofolio yang dilaksanakan di SD Negeri Barusari 03 Semarang dan apa pula kendala-kendala yang dihadapi. Dalam analisis data jelas terlihat bahwa pelaksanaan model portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum utuh seperti rancangan yang telah ditetapkan.

clxiii

Meskipun belum sepenuhnya dilaksanakan seperti rancangan yang ada tetapi dari hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa pelaksanaan portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang telah menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran portofolio dan juga telah menganut landasan pemikiran pembelajaran portofolio, yang mana hal tersebut sudah merupakan suatu inovasi yang dilakukan dalam sistem pembelajaran. Dalam pembelajaran portofolio tidak menghendaki hanya satu pihak saja yang aktif tetapi menuntut keaktifan dari berbagai pihak dalam hal ini adalah guru dan siswa, guru yang hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator tidak harus selalu memberikan materi yang sudah jadi atau matang kepada siswa tetapi sebaliknya siswa harus mencari informasi sesuai dengan materi yang dipelajari. Selain itu cara guru mengemas pembelajaran sedemikian rupa juga hal yang harus diperhatikan. Model pembelajaran portofolio secara ideal dilakukan dengan 4 tahap pembelajaran yaitu: 1) Identifikasi masalah; 2) Memilih masalah untuk kajian kelas; 3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas; dan 4) Mengembangkan portofolio kelas. Tetapi realita di lapangan (SD Negeri Barusari 03 Semarang), keempat tahap tersebut tidak dapat dilaksanakan pada setiap pokok bahasan yang diajarkan karena beberapa faktor. Salah satu faktor adalah terbatasnya waktu pembelajaran, tidak mungkin dalam hitungan jam tahap-tahap pembelajaran portofolio ini dapat terlalui. Selain itu juga adanya tuntutan materi atau kompetensi yang clxiv

harus dikuasai siswa sesuai dengan kurikulum, sehingga apabila dilakukan pembelajaran portofolio dengan tahap-tahap pembelajaran secara ideal, kemungkinan besar dengan waktu yang telah ditentukan materi tidak dapat diselesaikan. Keterbatasan dana juga menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran portofolio secara ideal sebab sekolah tidak menyediakan anggaran khusus untuk pembelajaran portofolio. Usaha yang sudah dilakukan pihak sekolah adalah mencoba menjalin kerja sama dengan berbagai pihak terutama orang tua siswa. Bantuan dari orang tua siswa sangat diharapkan karena benar-benar akan membantu pelaksanaan pembelajaran, walaupun tidak secara langsung orang tua memberikan dana kepada sekolah tetapi mengeluarkan dana untuk menunjang pembelajaran seperti membeli peralatan dan hal-hal lainnya. Dengan kondisi sekolah yang seperti saat ini, akhirnya guru berinisiatif untuk mengadakan sendiri sarana dan media penunjang pembelajaran dengan cara bekerja sama dengan orang tua siswa, selain itu dari pihak guru juga dibutuhkan pengorbanan yang besar baik waktu maupun dana demi tercapainya pembelajaran yang telah dicanangkan yaitu pembelajaran yang meningkatkan kualitas siswa secara nyata dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk mengatasi kebosanan siswa. Hasil observasi pada saat pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sudah nampak, seperti terlihat keaktifan siswa dalam berdiskusi dan eksperimen. Hal tersebut clxv

merupakan pengalaman yang berharga karena siswa tidak hanya verbalisme tetapi langsung mempraktekannya. Perubahan-perubahan semacam ini diharapkan mampu memberikan suasana berbeda kepada siswa sehingga dapat menambah semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Berdasarkan uraian-uraian dari hasil penelitian di atas diperoleh gambaran hasil pelaksanaan model pembelajaran portofolio dan kendalakendalanya di SD Negeri Barusari 03 Semarang seperti tertera pada tabel berikut: Hasil pelaksanaan Siswa mendapatkan praktik empirik (praktik dalam kehidupan langsung), keaktifan siswa dalam diskusi dan prestasi meningkat.

clxvi

Kendala Tahap-tahap pembelajaran portofolio belum sepenuhnya dilaksanakan karena terbatasnya waktu pembelajaran, tuntutan penyelesaian materi atau kompetensi sesuai dengan kurikulum, terbatasnya dana dan fasilitas yang ada

BAB V TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Seperti telah dikemukakan pada BAB III, dalam melakukan pemerikasan data mencakup empat kriteria yaitu: derajat kepercayaan (credibility) menggantikan konsep validitas internal pada non kualitatif, keteralihan (transferability), kebergantugan (dependability), dan kepastian (konfirmability). Lebih lanjut, pada BAB V ini akan peneliti uraikan pelaksanaan teknik pemeriksaan keabsahan data untuk tiap-tiap kriteria tersebut di atas. A. Credibility Mengutip dari BAB III yang menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif, credibility sering dikenal dengan validitas internal yang merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen. Maksudnya adalah apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran yang diharuskan dalam penelitian dan dengan sendirinya hasil penelitian tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain, validitas internal bertujuan untuk mengusahakan tercapainya aspek kebenaran atau “the truth value” hasil penelitian sehingga dapat dipercaya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti

clxvii

menggunakan triangulasi dan member check untuk meningkatkan kebenaran hasil penelitian. Untuk memenuhi tuntutan keabsahan data, penelitian ini melakukan langkah-langkah pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut; 1. Member Check Pada proses member check, validitas data diuji dengan cara peneliti meminta tanggapan kepada responden/ informan penelitian untuk mengecek kebenaran data. Tahapan ini dimaksudkan untuk memberi peluang kepada responden/ informan penelitian agar dia memperbaiki informasi yang keliru ataupun menambahkan apa yang masih kurang. Jadi tujuan member check ialah agar informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Member check dilakukan pada saat penelitian sedang berlangsung maupun setelah akhir penelitian. Pada penelitian ini, proses member chek dilakukan dengan cara memberikan laporan hasil data wawancara untuk setiap responden, berdasarkan catatan kita, apa yang telah dikatakan oleh tiap responden dengan maksud agar ia memperbaiki bila ada kekeliruan atau menambah apa yang telah ia katakan. 2. Triangulasi Seperti yang telah peneliti tulis pada BAB III bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai clxviii

pembanding terhadap data itu dengan cara membandingkan data yang diperoleh, dapat dilihat dari sumber, metode, peneliti maupun teori. Proses triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber yang berarti membandingkan atau mengecek balik suatu informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dicapai peneliti dengan jalan: 1) peneliti membandingkan data hasil wawancara

dengan

pengamatan

(catatan

lapangan),

2)

peneliti

membandingkan apa yang dikatakan oleh informan pada saat di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, ataupun apa yang dikatakan informan pada waktu penelitian dengan apa yang dikatakan sehari-hari, 3) membandingkan mengenai apa yang dikatakan informan dengan apa yang dikatakan informan lain yang berbeda kedudukan atau status sosialnya, dengan jalan mentriangulasikan seluruh data yang diperoleh dari informan penelitian utama yaitu Kepala Sekolah dan Guru Kelas V SD Negeri Barusari 03 Semarang dengan data hasil wawancara yang berasal dari guru kelas lain dan siswa, 4) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. B. Transferability Berdasarkan uraian yang ada pada BAB III yang menyatakan bahwa dalam penelitian non-alamiah transferability sering disebut dengan validitas eksternal. Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi yang hanya berlaku bagi populasi penelitian dan didasarkan atas sampling yang biasanya diseleksi secara acak atau random. Sedangkan penelitian kualitatif tidak clxix

melakukan sampling acakan, juga tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan generalisasi dan validitas eksernal. Bagi peneliti, transferability bergantung pada si pemakai, yaitu hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin “validitas eksternal”, hanya melihat transferability sebagai suatu kemugkinan. Apabila pemakai hasil penelitian ini menemukan keserasian dengan situasi yang dihadapi, maka akan tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada situasi yang sama. C. Dependability Selaras dengan apa yang telah ditulis peneliti dalam BAB III bahwa dependability merupakan istilah lain dari reliability atau reliabilitas. Reliabilitas berkenaan dengan apakah penelitian tersebut dapat diulangi (direplikasi) dan menghasilkan hasil yang sama jika menggunakan metode yang sama pula. Situasi dalam kehidupan yang nyata tidak dapat diulangi. Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat idiosyncratic dan individualistic, selalu berbeda pada tiap orangnya. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri, sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang dengan waktu yang berbeda sangatlah mungkin memperoleh hasil yang berbeda. Untuk

memenuhi

tuntutan

dependability,

hal

yang

paling

memungkinkan untuk dilakukan adalah menyatukan dependability dengan clxx

confirmability. Hal ini dikerjakan melalui suatu cara yang disebut “audit trail”. Sebab dengan cara pelibatan dosen pembimbing untuk melakukan proses audit trail, objektifitas maupun keterandalan instrumen penelitian lebih dapat dikontrol. D. Konfirmability Seperti tersebut pada bagian dependability. Untuk menigkatkan conformability dilakukan dengan jalan ‘audit trail’. Proses ‘audit trail’ dilakukan dalam usaha untuk menjamin kebenaran penelitian naturalistik. Dalam rangka penulisan laporan penelitian ini, ‘audit trail’ dilakukan dengan bantuan dosen pembimbing I maupun pembimbing II. Dalam hal ini, konsultasi dengan dosen pembimbing merupakan cara yang digunakan untuk meningkatkan objektifitas hasil penelitian. Sebab dengan cara inilah, proses perencanaan, pengambilan data dan hasil penelitian dapat lebih meminimalkan bahkan menghilangkan unsur subjektifitas.

clxxi

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan Berdasarkan kegiatan penelitian di lapangan, peneliti memperoleh beberapa temuan sebagai berikut: 1.

Dalam pelaksanaan pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu: apersepsi, kegiatan inti dan evaluasi. Pada tahap apersepsi guru memberikan gambaran tentang konsep sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang disampaikan melalui metode tanya jawab. Maksud dan tujuan apersepsi ini untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada kegiatan apersepsi lebih ditekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan konsep tertentu. Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menggunakan metode yang bervariasi yaitu tanya jawab, eksperimen dan permainan. Guru dalam kegiatan ini hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa lebih ditekankan pada keaktifannya. Dalam pembelajaran ini guru menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran portofolio yaitu prinsip belajar siswa aktif, kelompok belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, mengajar yang reaktif dan pembelajaran yang menyenangkan. Evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya pada akhir pembelajaran, tetapi juga dalam proses pembelajaran.

clxxii

2. Pembelajaran portofolio di SD Negeri Barusari 03 Semarang belum sepenuhnya dapat dilaksanakan secara ideal, karena ada beberapa kendala baik persiapan maupun pelaksanaan. Kendala yang dialami dalam tahap persiapan pembelajaran portofolio berkaitan dengan dana. Selain itu kendala yang dialami guru dalam persiapan pembelajaran antara lain kesulitan dalam pembuatan silabus, pembuatan satuan acara pembelajaran, hal tersebut disebabkan kurangnya informasi yang masuk ke guru tentang pembelajaran portofolio. Berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran portofolio, kendala yang dihadapi karena kurangnya fasilitas pembelajaran yang ada seperti; belum adanya laboratorium sehingga siswa harus menyiapkan alat sendiri dengan dana swadaya apabila akan melakukan praktikum. Kendala yang lainnya yaitu belum maksimalnya kerjasama antara sekolah dengan masyarakat maupun dengan lembaga lain sehingga guru belum dapat membawa informan sebagai salah satu sumber belajar. B. Rekomendasi Dengan adanya beberapa kendala yang dihadapi maka dapat direkomendasikan kepada beberapa pihak yang terkait antara lain: 1. sekolah perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sebagai informan atau sumber belajar, donator untuk memperlancar proses pembelajaran. 2. Pihak Dinas Pendidikan untuk segera memberikan pelatihan atau seminar tentang pembelajaran portofolio, sehingga guru lebih memahami konsep portofolio sebagai pembelajaran dan sebagai evaluasi. clxxiii

DAFTAR PUSTAKA

A, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Budimansyah, Dasim. 2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung: PT. Genesindo. Budimansyah, Dasim. 2003. Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi. Bandung: PT. Genesindo. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Fajar, Arnie. 2002. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. ........... 2001. Apa dan Mengapa Model Pembelajaran berbasis Portofolio?, Makalah disampaikan pada Diklat Guru-guru PKN SLTP Jawa Barat di Lembang. ………2001. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio : Suatu Cara Mengimplementasikan Democratic Teaching, Makalah disampaikan pada Diklat Guru PPKN Kabupaten Karawang di Karawang. Herdiyanto, Novi. 2003. Pelaksanaan produksi program audio di Balai Produksi Media Radio (BPMR) Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Marzuki. 2001. Metodologi Riset. Yogyakarta: PT. Prasetia Widia Pratama. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

clxxiv

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustaqim dan Abdul Wahid. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nugroho, et al.2000. Pengembangan Model Kurikulum Berdeferensiasi untuk Melayani Siswa Berbakat di Sekolah Unggul di Jawa Tengah Th. 19982000. Semarang: Depdikbud UNNES. Rachman, Maman. 1999. Strategi Dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang. Rianto, Yatim. 1996. Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Seels, Barbara B dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran : Definisi dan Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta. Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Aksara. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Syaodich, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tuwu, Alimuddin. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

clxxv

clxxvi