Model Pembelajaran Menulis Naskah drama 1 Babak Dengan

101 downloads 187 Views 141KB Size Report
mampu menulis naskah drama dengan menggunakan pendekatan ... kontekstual dalam proses pembelajaran menulis naskah drama cukup efektif bagi siswa ...
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA 1 BABAK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DI SMP NEGERI 2 CIKALONG TASIKMALAYA KELAS VIII A Dini Dwiyanti [email protected] Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi ABSTRAK Dwiyanti, D. 2012 Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1) Apakah siswa kelas VIII A SMPN 2 Cikalong Tasikmalaya mampu menulis naskah drama dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL)? 2) Apakah dengan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran menulis naskah drama cukup efektif bagi siswa kelas VIII A SMPN 2 Cikalong Tasikmalaya? Metode yang digunakan adalah Metode Pendekatan Kontextual (Contextual Teaching and Learning) dengan pendekatan kualitatif naturalistik dan kuantitaf, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan tes. Populasi penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya, dengan sampel siswa kelas VIII A yang berjumlah 31 orang. Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa pembelajaran menulis naskah drama dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah Pertama berhasil dengan memuaskan. Nilai rata-rata penulisan naskah drama pretes dengan metode ceramah sebesar 67, 14 kemudian nilai rata-rata pada postes setelah menggunakan metode kontekstual sebesar 83,87, jadi terdapat peningkatan nilai sebesar 16,73. Dapat disimpulkan bahwa menulis naskah drama dengan pendekatan kontekstual hasilnya lebih baik. Dan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Kata Kunci : Kontextual, Menulis Naskah Drama

unsur intrinsip, unsur ekstrinsip dan amanat. Materi pembelajaran inilah yang akan diangkat menjadi objek penelitian. Drama sebagai interpretasi kehidupan erat hubungannya dengan nada dasar atau pandangan dasar penulis drama itu. Nada dasar drama bukan nada dasar penafsir atau sutradara. Drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap kehidupan, berusaha memotret kehidupan secara riil. Setiap pengarang tidak sama dalam melihat dan menginterpretasikan sisi Pembelajaran menulis naskah drama harus mampu memberikan makna bagi siswa dalam menghadapi kehidupan bersosialisasi dengan teman sebaya, orang tua, guru, atau orang lain. Selama ini dengan model pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan kurang memotivasi siswa mendapatkan hasil belajar menulis naskah drama yang tidak memuaskan. Dengan metode-metode tersebut, kreativitas siswa dalam menulis naskah drama sulit dibangkitkan secara optimal sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Berdasarkan penelitian orang lain dan pemahaman penulisan tentang pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran menulis naskah drama diharapkan dapat mencapai tututan kurikulum tersebut sehingga kekhawatiran penulis dapat diatasi. Dengan

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia menyatakan bahwa guru kesulitan melatih keterampilan berbahasa dan bersastra dalam kegiatan pembelajaran menulis naskah drama sehingga mengakibatkan siswa kurang menyenangi dan kurang kreatif bila diajak berapresiasi sastra terutama untuk pembelajaran menulis naskah drama di kelas. Di Sekolah tidak setiap siswa akrab dengan kata naskah drama bahkan sebagian besar menganggap kata tersebut merupakan hal yang menakutkan. Siswa yang menganggap dirinya punya bakat saja yang senang dengan naskah drama. Padahal pembelajaran naskah drama merupakan salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa. Dari permasalahan di atas, penulis menyimpulkan bahwa telah terjadi masalah yang perlu segera ditangani dalam pembelajaran menulis naskah drama agar siswa tidak mengalami kesulitan menulis. Berdasarkan kurikulum 2006 atau Kurikulum KTSP ada sembilan kompetensi dasar yang berhubungan dengan pembelajaran sastra. Salah satu diantaranya menulis naskah drama. Kurikulum 2006 menghendaki agar siswa mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan judul, tema, alur, 1

pendekatan kontekstual (CTL), siswa diajak untuk berlatih menulis naskah drama dengan menyenangkan sesuai dengan dunia mereka tanpa mengurangi nilai-nilai naskah drama yang sebenarnya.

akan mengumpulkan fakta dan menghubunghubungkan, serta menarik kesimpulan. 3. Menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis. Dengan demikian, anda menjelaskan sesuatu yang semula mungkin samar bagi anda. 4. Dengan menulis permasalahan diatas kertas, Anda lebih mudah memecahkannya. 5. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan anda berpikir dan berbahasa secara tertib. Akhdiat (1999:1-2) mengemukakan beberapa manfaat menulis, diantaranya: 1. Dengan kegiatan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kita dapat mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik. 2. Dengan kegiatan menulis kita dapat mengembangkan berbagai gagasan. 3. Dengan kegiatan menulis kita lebih banyak menyerap serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. 4. Menulis berarti mengkomunikasikan gagasan dan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. 5. Melalui kegiatan menulis kita dapat menilai diri kita secara objektif. 6. Melalui kegiatan menulis kita dapat memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang konkret. 7. Kegiatan menulis dapat mendorong kita belajar lebih aktif. Kita menjadi penemu dan pemecah masalah. 8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib. Seperti yang dikemukakan (Tarigan, 1983:24) dalam buku dasar-dasar kemampuan menulis bahwa tujuan menulis adalah: 1. Memberitahukan. 2. Mengutarakan dan mengekspresikan perasan dan emosi yang berapi-api. Berdasarkan tujuan di atas maka dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa: a. Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif. b. Tulisan yang bertuan meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuatif. c. Tulisan yang bertujuan menghibur, menyenangkan atau mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer wacana kesusastraan. d. Tulisan yang mengekpresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api disebut wacana ekpresif. Menurut Jabrohim dkk (dalam Jabrohim 2003:122), penulisan naskah drama merupakan suatu proses yang utuh, yang mempunyai keseluruhan. Ada

KAJIAN TEORI Model pembelajaran bahasa Indonesia, bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang perlu dijadikan pertimbangan dalam menciptakan lingkungan kebahasaan yang berkualitas bagi keberhasilan siswa dalam menguasai bahasa Indonesia. Pengembangan model pembelajaran yang inovatif merupakan salah satu upaya pencapaian tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di Sekolah Menengah Pertama. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut. Jika mereka memahami bahasa dan lambang tadi menulis bukan sekedar menggunakan huruf-huruf tetapi ada pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar-gambar tersebut (Tarigan, 1986: 2). Menurut Tarigan yang dikutip oleh Suriamiharja (1997:3) dijelaskan dalam keterampilan menulis walaupun sering berada pada posisi terakhir dalam urutan keterampilan berbahasa, namun mendapat posisi yang paling penting dalam kehidupan ilmiah seseorang karena sifatnya yang produktif. Kemampuan berkomunikasi dikembangkan dari empat modal pokok yaitu: mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Kegiatan menulis itu dapat dimanfaatkan baik bagi kepentingan pribadi sehari-hari maupun bagi kepentingan membina mutu pekerjaan. Menurut Akhadiah (1997:10) Kegiatan menulis mempunyai banyak manfaat diantaranya: 1. Dengan menulis anda akan terpaksa mencari sumber informasi tentang topik tersebut. Wawasan anda tentang topik itu akan bertambah luas dan dalam. 2. Untuk menulis tentang sesuatu anda terpaksa belajar tentang sesuatu itu serta berpikir. Anda 2

berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menulis nakah drama, yaitu: 1) Penciptaan latar (creating setting), 2) penciptaan tokoh yang hidup (freshingout character), 3) penciptaan konflikkonflik (working wiht konflik), 4) penulisan adegan.

Pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan di dalam maupun di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalahmasalah dunia nyata maupun masalah-masalah yang disimulasikan. Kontekstual hanyalah sebuah strategi pembelajaran seperti halnya strategi pembelajaran yang lain. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. CTL berkolaborasi atau berasosiasi dengan strategi pembelajaran yang lain. Yakni CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), pendekatan proses, life skill Education (Pendidikan Keterampilan Hidup), Authentik Instructio, Inquiry-Based Learning, Problem-Based Learning, Cooperative-Learning, dan Cervice Learning. Menurut Zahorik (Depdiknas, 2002:7) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual, yaitu: a. Pengakifan pengetahuan yang sudah ada (Activating Knowledge), b. Pemerolehan pengetahuan baru (Acquiring Knowledge) yaitu dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan (Understanding Knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara/hipotesis, (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validitas) dan atas dasar tanggapan itu, dan (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (Applying Knowledge). e. Melakukan refleksi (Reflecting Knowledge). Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar langkahlangkah pembelajarannya sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2. Laksanakan sebaik mungkin proses inkuiri untuk semua topik; 3. Kembangkan sikap ingin tahu anak dengan bertanya; 4. Ciptakan masyarakat belajar (bekerja dalam kelompok-kelompok); 5. Lakukan refleksi di akhir pembelajaran; 6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Pembelajaran kontekstual merupakan hal yang dilakukan dengan cara mengembangkan pikiran anak untuk belajar dengan sendirinya untuk

Menurut Aminuddin dan Roekhan unsurunsur yang terdapat dalam sebuah naskah drama adalah: a. Penokohan dan Perwatakan b. Latar Cerita c. Tema Cerita d. Pengunaan Gaya Bahasa e. Rangkaian Cerita Syaldo dalam Mulyana (1997:145), mengemukakan ada empat segi kualifikasi ketika kita akan menulis naskah drama yaitu sebagai berikut: a. Isi dramatik, berisi permis dan tema b. Bahasa Dramatik Naskah drama satu babak adalah lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada suatu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) Dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Landasan filosofis Pengembangan CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal .Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri, bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah-pisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke-20 yang lalu (Depdiknas, 2002:26). Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni Menggunakan pendekatan kontekstual konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), (Nurhadi, 2002:10). 3

mendapat pengetahuan dan keterampilan baru. Proses inquiry untuk semua topik sangat cocok dalam pembelajaran kontekstual. Pada kesempatan lain guru harus mengembangkan sikap siswa yang ingin tahu dan bertanya. Selain itu, guru harus menciptakan model untuk mendukung proses pembelajaran. Evaluasi merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata-rata

Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yang merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini. Metode ini menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel gejala atau keadaan tertentu. Adapun teknik dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi dengan melakukan kunjungan ke SMPN 2 Cikalong Tasikmalaya untuk mengumpulkan informasi, siswa kelas VIII A yang akan dijadikan sampel percobaan dengan jumlah siswa 31, dan tes untuk memperoleh data. PEMBAHASAN Pelaksanan penelitian di SMP Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya di mulai dengan memberikan pretes terlebih dahulu. Tes ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal pengetahuan siswa mengenai keterampilan menulis kreatif naskah drama dengan menggunakan pembelajaran metode ceramah. Setelah selesai dilaksanakan, penulis mendapatkan data berupa hasil menulis kreatif naskah drama dari kelas VIII A sebagai objek penelitian. Data tersebut kemudian diperiksa dan dianalisis berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Nuryasin (30:2008) analisis data adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Penulis melakukan penelitian dan menulis data dari pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Setelah dinilai, lalu data tersebut dimasukan ke dalam tabel. Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Pada Kelas VIII A SMP Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya No 01 02 03 04

Pretes Skor 13 9 9 12

Nilai 81,25 56,25 56,25 75

Postes skor 15 12 14 14

9 9 12 9 12 12 12 13 12 9 12 9 12 12 13 12 12 12 12 12 9 9 9 9 9 9 9

56,25 56,25 75 56,25 75 75 75 81,25 75 56,25 75 56,25 75 75 81,25 75 75 75 75 75 56,25 56,25 56,25 56,25 56,25 56,25 56,25 67,14

14 14 15 12 14 14 14 15 12 12 14 12 15 14 15 12 15 12 12 15 12 15 12 12 12 12 14

87,5 87,5 93,75 75 87,5 87,5 87,5 93,75 75 75 87,5 75 93,75 87,5 93,75 75 93,75 75 75 93,75 75 93,75 75 75 75 75 87,5 83,87

Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut. Perolehan nilai pretes tertinggi untuk pembelajaran menulis naskah drama adalah 81,25 dan nilai terendah adalah 56,25 denagn rata-rata nilai 67,14 sedangkan pemerolehan nilai postes tertinggi untuk pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada kelas VIII A adalah 93,75 dan nilai terendah adalah 75 dengan rata-rata nilai 83,87. Berikut ini akhir ratarata pretes dan postes: Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Menulis Naskah Drama Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya No 1 2

Menulis Naskah Drama Metode Ceramah Pendekatan Kontekstual

Nilai Rata-Rata 67,14 83,87

Perbandingan hasil menulis naskah drama dengan menggunakan metode ceramah dan pendekatan kontekstual. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan analisis hasil menulis naskah drama dengan menggunakan pendekatan kontekstual hasilnya lebih baik, dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima dan terjawab.

Nilai 93,75 75 87,5 87,5

4

Depdiknas, 2001. Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR).: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta Endraswara Suwardi, 2005. Metode dan Tiori Pengajaran Sastra. Buana Pustaka. Yogyakarta Prof. Dr. Herman J. Waluyo 2003. Drama: Teori dan Pengajaran. Hanindita Graha Widia. Yogyakarta Suyatno, 2004. Pengembangan Kemampuan Menulis Sastra. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah Depdiknas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pe ngertian-pendekatan-strategi-metode-tekniktaktik-dan-model-pembelajaran.

SIMPULAN Setelah hasil penelitian dianalisis, penulis memperoleh gambaran umum tentang menulis naskah drama di SMP Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya kelas VIII A dengan menggunakan metode deskriptif. Adapun hal-hal yang diperoleh dari penelitian ini yang dapat penulis sajikan adalah sebagai berikut: Siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya mampu menulis naskah drama dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual (CTL). Hal ini dibuktikan dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,87 sedangkan dengan metode ceramah sebesar 67,14, mengalami peningkatan sebesar 16,73 poin.

http://www.sentra-edukasi.com/2009/10/definisicara-menulis-kutipan.html

Pendekatan Kontekstual dalam proses pembelajaran menulis nakah drama efektif diterapkan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Cikalong Tasikmalaya sesuai dengan tujuan penelitian. Metode tersebut tidak hanya mempermudah siswa dalam menulis naskah drama tetapi juga mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam menulis naskah drama tersebut.

http://www.stie-mce.ac.id/panduan-penulisanskripsi/skripsi_1/ http://www.ririsatria.net/2009/11/01/models-ofteaching/http://blogku.info/search/Komponen+ CTL

DAFTAR PUSTAKA Aminudin, 200. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

5