model pendidikan budi pekerti berbasis cernak melalui ... - LPPM uns

24 downloads 1537 Views 59KB Size Report
MELALUI PENANAMAN NILAI ETIS-SPIRITUAL DI SD. Edy Suryanto ... as learning materials; and (3) formulate a model design of morality learning. ... penyimpangan perilaku para pelajar, seperti: perkelahian, seks bebas, pencurian, miras dan ... Dipilihnya cerita anak dari koran/majalah karena isinya menceritakan.
Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia(PIBSI ) XXXV

MODEL PENDIDIKAN BUDI PEKERTI BERBASIS CERNAK MELALUI PENANAMAN NILAI ETIS-SPIRITUAL DI SD Edy Suryanto, Raheni Suhita, dan Yant Mujiyanto FKIP, Universitas Sebelas Maret [email protected] Abstract The aims of this research are: (1) analyze the needs of morality learning; (2) analyze children’s story as learning materials; and (3) formulate a model design of morality learning. This descriptive qualitative research used R & D approach. The subject are the fifth grade elementary students and sample taken by random. The source of data consist of places and events, informants, children story, and documents. The data are obtained by observasing, interviewing, and analyzing the document. The result can be brought up: (1) Based on analysis of an identified (a) The school have not described the vision-mission in the work plan, (b) Learning process in the class did not run well, and (c) Students character in school are influenced by exemplary, model, habituation, media information, environmental conditions, and regulatory; (2) Children story learning materials are arranged used systematic: (a) Learning process guidelines, (b) Attaining competency, (c) Learning materials contents, (d) Information values (e) Questions for developing cognitive, psychomotoric, and student’s affective; and (3) Model design formulated as follows: (a) Organizing values into RPP, (b) Conditioning the learning of values, (c) Internalization values, and (d) Developing values implanted through habituation from other relevant lessons. Keywords: morality, children story, learning materials, ethic-spiritual values

A. Pendahuluan Sudah bukan hal asing media cetak dan elektronika menyuguhkan berita-berita aktual tentang penyimpangan perilaku para pelajar, seperti: perkelahian, seks bebas, pencurian, miras dan narkoba, pembunuhan dan bunuh diri, pemerasan, penyontekan massal, penipuan, pelecehan dan pencabulan. Berbagai contoh kasus ini menandakan bahwa nilai budi pekerti di kalangan pelajar belum tertanam kuat. Padahal nilai tersebut telah diajarkan sejak SD sampai PT melalui mata pelajaran PPKn, dan Agama. Hal itu mungkin pendidikan mengabaikan aspek afeksi dan psikomotorik anak. Nurgiyantoro (2011) mengingatkan bahwa pendidikan harus secara sadar bertujuan membantu anak menjadi manusia berbudi pekerti dan menanamkan kebiasaan baik sehingga anak didik dapat memahami (kognitif), merasakan dan membuat pilihan (afektif), dan menerapkannya dalam tingkah laku hidup keseharian (psikomotorik). Melalui cara ini diharapkan anak makin peka dan reflektif pada rasa kemanusiaannya. Untuk mengatasi persoalan itu perlu strategi dengan memberikan pengalaman yang bermakna pada anak. Salah satu strategi yang dimaksud, yaitu melalui pembelajaran apresiasi sastra cerita anak. Dipilihnya cerita anak dari koran/majalah karena isinya menceritakan kehidupan dunia anak-anak, dikonsumsikan untuk anak-anak, ceritanya pendek, dan setiap penerbitan sering memuat cerita yang menarik dan berkualitas. Cerita anak yang disajikan dengan menarik berpotensi dapat mengembangkan kognisi dan daya apresiasi anak serta berkontribusi positif bagi perkembangan kepribadiannya. Terkait dengan hal ini, secara makro ditegaskan oleh Sapriya (2007:4) bahwa pendidikan merupakan wahana transformasi budaya, nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan seni

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV

238

telah menjadi pusat untuk pembangunan karakter bangsa. Ini berarti, pendidikan masih diyakini sebagai kunci masa depan bangsa. Karena itu, pendidikan budi pekerti harus ditanamkan sejak dini. B. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan R & D (Gall, Gall & Borg, 2003) dengan langkahlangkah: (1) studi pendahuluan; (2) uji coba terbatas dan uji coba luas; (3) uji produk melalui eksperimen; dan (4) sosialisasi produk. Pada tahun I (2012), penelitian ini dilakukan dengan tahapan studi pendahuluan dan mendesain model. Subjek penelitian ini siswa kelas V, guru kelas, dan pengambil kebijakan. Sampel ditentukan secara acak, yaitu: (1) SD Kusumadilagan, Kecamatan Pasar Kliwon; (2) SD Cakraningratan, Kecamatan Laweyan; (3) SD Nayu Barat I, Kecamatan Banjarsari; (4) SD Kalangan, Kecamatan Jebres; dan (5) SD Kertodipuran, Kecamatan Serengan. Sumber data adalah tempat dan peristiwa, informan, cerita anak, dan dokumen. Pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Uji validitas data menggunakan triangulasi metode, triangulasi sumber, pengecekan anggota, dan ketekunan pengamatan. Analisis data menggunakan teknik interaktif dari Miles & Huberman (1992). Pada tahap perencanaan dilakukan pendesainan draf awal model. Prototipe model divalidasi oleh tim pakar dalam FGD. Langkah berikutnya adalah pengembangan produk awal. C. Hasil dan Pembahasan Analisis Kebutuhan Pembelajaran Budi Pekerti di SD Analisis kebutuhan ini diperoleh melalui identifikasi visi dan misi sekolah, permasalahan pembelajaran di kelas, dan faktor pemengaruh budi pekerti siswa. Terkait dengan visi misi, secara konseptual – sekolah telah merumuskan dengan baik dan kepala sekolah sebagai pengoordinasi memiliki peran strategis dalam pengejawantahannya. Namun, sesuai tugas dan perannya dalam mencapai tujuan belum seperti harapan. Sebagian besar sekolah telah memiliki visi yang jelas dan berpayung pada “Terwujudnya masyarakat Surakarta beriman dan bertaqwa, cerdas, sehat, berprestasi dan berbudaya”. Demikian pula, misi sekolah berpayung pada kata kunci: “beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, cerdas, kreatif, inovatif, terampil dan produktif, tangguh, demokratis, berkepribadian, berdaya tahan dan mampu memfilter budaya asing”. Lebih sempit, kata kunci ini dikembangkan menjadi “membudayakan 7 S (salam, sapa, sopan, santun, semangat, senang, dan sepenuh hati), meningkatkan kedisiplinan, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa. Permasalahan pembelajaran di kelas dialami oleh guru dan siswa. Permasalahan dari guru, antara lain: (1) menggunakan RPP di LKS; (2) pembelajarannya bersifat konvensional; (3) kurang mengeskplorasi pengetahuan siswa; (4) pembinaan budi pekerti banyak menekankan aspek kognitif; (5) belum mampu menjadi model pencerita yang baik; (6) hubungan interpersonal dengan siswa belum optimal; (7) kurang memperhatikan keteladanan dan pembiasaan dalam penanaman budi pekerti pada siswa; dan (8) belum memiliki cara efektif untuk mengatasi sikap dan perilaku siswa yang menyimpang. Di lain pihak, permasalahan dari siswa, antara lain: (1) kurang tertarik dan bosan; (2) sering muncul sikap dan perilaku yang tidak sesuai etikak; (3) dalam pembelajaran cenderung pasif; (4) kesempatan untuk melatih keberanian dan rasa percaya diri sangat terbatas; (5)

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV

239

menonjolkan keakuan dan kurang berempati pada teman; (6) kesempatan mengeksplorasi isi cerita jarang dilakukan; dan (7) miskin pengarahan /bimbingan mencari bahan bacaan di luar LKS/buku paket. Permasalahan subjek ini saling mempengaruhi. Artinya, permasalahan guru dapat menyebabkan munculnya permasalahan pada siswa, dan sebaliknya. Namun, hal itu ditegaskan oleh Sumantri (dalam Kusrahmadi, 2007) bahwa seorang guru harus mengetahui perkembangan dan karakteristik siswanya. Pencapaian tujuan pendidikan budi pekerti di SD dipengaruhi tidak hanya proses pembinaan saja. Akan tetapi, di sekolah ditemukan pula faktor-faktor seperti: (1) ucapan, sikap, dan tindakan seseorang yang tidak patut diteladani; (2) lemahnya pengawasan dan pendampingan siswa terkait pemanfaatan media informasi; (3) dekat dengan lingkungan tidak nyaman dan tidak mendidik; dan (4) pelanggaran peraturan/tata tertib tidak disertai sanksi yang tegas dan adil.. Cerita Anak sebagai Materi Ajar Pendidikan Budi Pekerti Cerita-cerita yang diambil dari koran dikaji berlandaskan pada: (1) Hakikat, ciri-ciri, dan syarat cerita sebagai sastra anak; (2) Nilai etis-spiritual isi cerita; dan (3) Hakikat cerita anak sebagai materi ajar. Berdasarkan kajian itu dipilih beberapa cerita anak yang dikemas sesuai konsep materi ajar dan menjadi sumber bagi guru dalam pembelajaran apresiasi sastra. Penanaman nilai dilakukan dengan cara yang menyenangkan, menarik, dan tanpa paksaan agar siswa mudah mentransfer nilai melalui peniruan, pemberian kesempatan siswa mengembangkan sikap empati dan analisis nilai-nilai yang ditanamkan. Sistematika materi ajar disusun sebagai berikut: (1) Petunjuk belajar bagi siswa/ guru; (2) Kompetensi yang akan dicapai; (3) Isi materi pembelajaran; (4) Informasi tentang identifikasi nilai-nilai etisspiritual berwawasan pendidikan budi pekerti; (5) Pertanyaan untuk mengembangkan kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa. Materi ajar ini juga disusun dengan mempertimbangkan tingkat keterbacaan dan daya pikir siswa sehingga mudah dipahami, direspons, dan diproses siswa dalam mencapai tujuan. Dipilihnya pelajaran apresiasi sastra untuk pendidikan budi pekerti karena karya sastra yang diapresiasi merupakan refleksi dan hasil renungan dari realitas kehidupan. Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Poerwanto menegaskan(2007), apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Penekanan pada sastra anak karena menurut Saxby & Winch (1991:4), sastra anak merupakan sastra yang mengandung citraan dan metafora kehidupan yang dikisahkan dalam jangkauan anak, baik yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, dan saraf sensori maupun pengalaman moral, dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dijangkau dan dipahami oleh anak. Sastra anak (khususnya cerita) sebagai sarana pendidikan budi pekerti, O’Sullivan (dalam Felicia, 2005:6-7) menjelaskan bahwa cerita: (1) dapat menciptakan emosi kasih sayang yang mengarah pada kebaikan, hasrat untuk melakukan perbuatan yang benar; (2) menyediakan kekayaan keteladanan akan kebaikan; (3) dapat membiasakan remaja dengan aturan moral yang perlu mereka ketahui; dan (4) dapat membantu untuk membuat pengertian kehidupan, membantu untuk menciptakan kehidupan diri sendiri sebagaimana sebuah cerita. Anak-anak dapat mengulangi membaca cerita tersebut pada bagian-bagian yang dianggapnya menyenangkan, meragukan atau bagian yang dinilai penting. Karena itu, karya sastra (khususnya cerita anak) dapat membantu anak-anak memahami dunia mereka, membentuk

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV

240

sikap-sikap yang positif, dan menyadari hubungan yang manusiawi (Sawyer &Corner dalam Zuhdi, 2006:88). Desain Model Pendidikan Budi Pekerti Berbasis Cerita Anak Perancangan model diawali dengan penggalian data di beberapa SD. Selama ini, pendidikan budi pekerti di SD dilakukan melalui pelajaran Agama dan PPKn.; sedangkan metode yang sering digunakan oleh guru adalah membaca dan menyimak. Penggunaan metode kurang variatif menyebabkan siswa bosan, tidak tertarik, dan sulit mengungkapkan pemahamannya terhadap materi pelajaran. Kurangnya kesempatan siswa berekspresi dalam proses pembelajaran berdampak pada rasa percaya diri dan kemampuan mengembangkan perasaan dan tindakannya. Kaitannya pembinaan karakter siswa, guru harus dapat memberikan keteladanan dan pembiasaan dalam bentuk pengembangan nilai-nilai etika-spiritual. Desain pembelajaran yang digunakan guru di kelas adalah pendekatan terpadu. Khususnya materi ajar cerita anak, pengembangan karakter menjadi perhatian utama bagi guru yang pelaksanaannya menggunakan berbagai strategi. Karena itu, pengembangan karakter dalam pelajaran apresiasi sastra cerita anak sebagai dampak pembelajaran dan juga sebagai dampak pengiring dalam pelajaran Agama dan PPKn. yang memiliki misi utama mengembangkan budi pekerti berupa nilai dan sikap. Berlandastumpu pada temuan tersebut, desain model pendidikan budi pekerti berbasis cerita anak di SD dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Pengorganisasian, yaitu kegiatan menyiapkan unsur-unsur etika-spiritual cerita anak ke dalam RPP; (2) Pengondisian, yaitu kegiatan menyimak cerita yang diperagakan oleh guru/ahli cerita untuk menemukan nilainilai. Tujuannya adalah agar siswa sadar dan tumbuh rasa mencintai, berempati terhadap orang lain/sesama, alam dan lingkungan serta makhluk Tuhan yang lain; (3) Internalisasi, yaitu kegiatan menerapkan nilai-nilai ke dalam perilaku nyata dalam bentuk bermain peran; dan (4)Pengembangan nilai, yaitu kegiatan pembiasaan pada pelajaran lain yang relevan, pemodelan, keteladanan, pengawasan dan pendampingan siswa, dan penegakan peraturan/tata tertib. D. Penutup Hasil penelitian disimpulkan: (1) Analisis kebutuhan diidentifikasi melalui visi misi sekolah, permasalahan pembelajaran di kelas, dan faktor-faktor pemengaruhnya. Visi misi masih bersifat sloganistik sehingga belum dapat difungsikan sebagai panduan budaya kerja bagi guru dalam mengejawantahkan pembinaan budi pekerti siswa sesuai peran dan tanggungjawabnya. Permasalahan pembelajaran di kelas berasal dari siswa dan guru. Permasalahan siswa di kelas dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Faktor-faktor pemengaruhnya disebabkan oleh keteladanan, model, dan pembiasaan ucapan, sikap dan perilaku guru, kepala sekolah, teman, karyawan, orang tua, penggunaan media informasi, kondisi lingkungan, dan peraturan/tata tertib sekolah; (2) Kajian cerita anak didasari oleh penyajian cerita yang berorientasi pada LKS/buku paket, tujuan pembelajaran kurang menekankan aspek afektif, dan penanaman nilai-nilai cerita kurang diperhatikan oleh guru. Karena itu, guru perlu menggunakan media ajar yang bervariasi yang harganya relatif murah dan terjangkau, dan isi serta muatan nilainya beraneka ragam; (3) Desain model pembelajaran budi pekerti ini disusun dengan tahapan: (a) Pengorganisasian nilai-nilai etisspiritual ke dalam RPP; (b) Pengondisian siswa menyimak cerita yang diperagakan oleh

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXV

241

guru/ahli cerita untuk menemukan nilai-nilai etis-spiritual melalui penjelasan dan pertanyaanpertanyaan; (c) Internalisasi, yaitu penanaman nilai-nilai etis-spiritual cerita anak ke dalam bentuk bermain peran; dan (d) Pengembangan nilai melalui kegiatan apresiasi cerita anak. Saran, antara lain: (1) Kepala sekolah bersama guru perlu membuat proker kegiatan pembinaan budi pekerti siswa; (2) Meningkatkan kompetensi guru, terkait dengan penyusunan RPP, penggunaan model pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, pemilihan sumber belajar dan media, dan evaluasi hasil belajar siswa; (3) Pengembangan nilai-nilai budi pekerti pelajaran apresiasi cerita anak dilakukan melalui pembiasaan pada mata pelajaran lain yang relevan dengan disertai model dan keteladanan yang baik; (4) Guru diberi kegiatan workshop penyusunan materi ajar budi pekerti berbasis cerita anak untuk menanamkan nilai-nilai etis-spiritual; (5) Diselenggarakan pemilihan guru, siswa, dan pegawai sekolah berprestasi dalam kaitannya penanaman nilai etis-spiritual yang bisa diteladani oleh seluruh warga sekolah; (6) Siswa perlu pengawasan dan pendampingan dari guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya dalam penggunaan media informasi; (7) Penegakan sanksi bagi pelanggar peraturan sekolah dengan adil, bijaksana, dan mendidik; dan (8) Hasil penelitian ini perlu didiseminasikan pada guru dan pengambil kebijakan di tingkat pendidikan dasar lainnya. Daftar Pustaka Felicia, Cynthia A. (2005). “Developing Character Through Reading Incorporating Character Education into Curriculum”. Mimeograf, EDU. 572 Gall, MD; Gall, JP; & Borg, WR. (2003). Educational Research. Boston: Pearson Education, Inc. Kusrahmadi, Sigit Owi. (2007). ”Pentingnya Pendidikakn Moral bagi Anak SD”, dalam Jurnal Dinamika Pendidikan No. I/Thn. XIV/Mei 2007, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press. Nurgiyantoro, Burhan. (2011). “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Bahan Ajar”, Makalah disajikan dalam Stadium Generale di Jurusan PBS FKIP Universitas Sebelas, Surakarata, 27 November 2011. Poerwanto, Hery. (2007). ”Peningkatan Pembelajaran Apresiasi Sastra melalui Pendekatan Konstruktivisme untuk Siswa SD” dalam Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, halaman 83-165. Sapriya. (2007). ”Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Bangsa (Sebuah Kajian Konseptual Filosofis Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Pendidikan IPS”. Disertasi tidak dipublikasikan, PPs. UPI Bandung. Saxby, Maurice & Winch, Gordon (Ed.). (1991). Give Them Wings: The Experience of Children’s Literature. Melbourne: The Macmillan Company. Tim Penyusun Desain Induk Pendidikan Karakter. (2010). Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Pemerintah Republik Indonesia. Zuchdi, Darmiyati. (2006). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT Bumi Aksara Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: PT Bumi Aksara.