modifikasi perencanaan menggunakan sistem rangka ... - Digilib ITS

102 downloads 384 Views 918KB Size Report
Metropolis menggunakan struktur rangka bresing konsentris khusus (SRBKK), Sedangkan permasalahan detil dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1.
MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Konsultasi

: Aan Fauzi : 3109 105 018 : Teknik Sipil, FTSP-ITS : Data Iranata, ST, MT, Ph.D

ABSTRAK Apartemen Metropolis merupakan gedung yang terdiri dari 15 lantai yang pada awalnya didesain dengan menggunakan struktur beton bertulang. Sebagai bahan studi perancangan bangunan ini dimodifikasi menjadi 25 lantai menggunakan struktur baja. Konstruksi baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur lainnya berdasarkan pertimbangan ekonomi, sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil Dalam Tugas Akhir ini dilakukan perencanaan ulang menggunakan struktur baja dengan sistem rangka bresing konsentris khusus (SRBKK) memakai jenis bresing inverted V. Sistem Rangka Bresing Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tidak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Pada struktur gedung tinggi, kekakuan merupakan syarat penting untuk diperhatikan, karena kekakuan dapat menahan gaya beban lateral. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku bresing yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Tujuan dari Tugas akhir ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung baja meliputi perencanaan pelat lantai, tangga, atap beton, balok anak, balok induk ,kolom dan pondasi yang memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan SNI 03-2847-2002, SNI 03-1729-2002, SNI 03-1726-2002, dan PPIUG 1983. Kata kunci : baja, bresing, konsentris

BAB I 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ancaman gempa bumi cukup tinggi. Oleh karena itu, dalam merencanakan bangunan di daerah gempa gaya gempa yang terjadi harus diperhitungkan dan digunakan dalam mendesain supaya struktur tetap memiliki kekakuan yang cukup untuk dapat berdiri (tidak runtuh) sehingga keselamatan pengguna bangunan

saat terjadi gempa dapat terjamin. Perencanaan struktur ini dapat dilakukan dengan dua alternatif desain yaitu membuat sistem struktur yang berperilaku elastis saat memikul beban gempa dan sistem struktur yang berperilaku inelastis saat terjadi gempa. Desain struktur yang berperilaku tetap elastis mempunyai keunggulan saat terjadi beban gempa tidak ada satupun bagian dari struktur yang mengalami deformasi permanen, sehingga elemen struktur yang digunakan akan memerlukan penampang yang jauh lebih besar dan struktur akan menjadi sangat tidak ekonomis. Sedangkan desain struktur yang berperilaku inelastis

Page 1 of 11

mempunyai keunggulan pada saat terjadi gempa terdapat bagian tertentu dari struktur tersebut yang akan mengalami plastifikasi akibat penyerapan energi gempa. Sistem struktur tersebut tentunya akan mengalami deformasi plastis pada bagianbagian tertentu namun tetap memiliki kekakuan yang cukup untuk dapat bertahan. Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan kapasitas untuk menjamin bahwa struktur mampu bertahan terhadap gempa yang sangat kuat dengan melakukan perubahan bentuk secara daktail. Konstruksi baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur lainnya berdasarkan pertimbangan ekonomi, sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Oleh karena itu baja banyak dipakai sebagai bahan struktur, misalnya untuk rangka utama bangunan bertingkat sebagai kolom dan balok, sistem penyangga atap dengan bentangan panjang seperti gedung olahraga, hanggar, menara antena, dan jembatan. Beberapa keunggulan baja sebagai bahan struktur dapat diuraikan sebagai berikut. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini terdistribusi secara merata. (The Kozai Club 1983) menyatakan kekuatan baja bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil. Selain itu baja mempunyai sifat mudah dibentuk. Struktur dari baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang kembali, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk. Kebanyakan struktur bangunan dengan material baja menggunakan profil baja solid. SNI 03-1729-2002 mengkIasifikasikan beberapa macam sistem struktur untuk bangunan baja tahan gempa, yang meliputi: 1. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus 2. Sistem Rangka Pemikul Momen Terbatas 3. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa 4. Sistem Rangka Batang Pemikul Momen Khusus 5. Sistem Rangka Bresing Konsentris Khusus 6. Sistem Rangka Bresing Konsentris Biasa 7. Sistem Rangka Bresing Eksentrik Pada tugas akhir ini digunakan tipe SRBKK karena memiliki salah satu keuntungan yang tidak dimiliki sistem yang lain, yaitu Iebih mudah

dalam hal perbaikan kerusakan struktur. Hal ini disebabkan karena pada SRBKK, elemen bresing yang direncanakan leleh terlebih dahulu sehingga lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan elemen link pada SRBE dan elemen balok pada SRPM. Dengan menggunakan konfigurasi bresing tipe V terbalik. 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan utama dalam penyusunan tugas akhir ini adalah Bagaimana melakukan perancangan modifikasi gedung Apartemen Metropolis menggunakan struktur rangka bresing konsentris khusus (SRBKK), Sedangkan permasalahan detil dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana menentukan Preliminary desain penampang struktur baja. 2. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak dan tangga. 3. Bagaimana memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS 9.7.1 4. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 5. Bagaimana merencanakan Bresing konsentris pada struktur bangunan. 6. Bagaimana merencanakan hubungan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar tenik. 1.3 Batasan Masalah Perencanaan struktur gedung ditinjau dari segi teknis saja, yaitu: 1. Perencanaan tidak meninjau metode pelaksanaan dan biaya konstruksi. 2. Perencanaan ini tidak termasuk memperhitungkan sistem utilitas bangunan, perencanaan pembuangan saluran air bersih dan kotor, instalasi/ jaringan listrik, finishing, dsb. 1.4 Tujuan Tujuan yang diharapkan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Preliminary desain penampang struktur baja. 2. Merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak dan tangga.

Page 2 of 11

3. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS 9.7.1 4. Merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 5. Merencanakan Bresing Konsentris pada struktur bangunan. 6. Merencanakan hubungan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar tenik. 1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari perancangan ini adalah : 1. Hasil perencanaan ini dapat dijadikan acuan untuk perencanaan bangunan yang akan dirancang ulang dengan struktur baja. 2. Dari Perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perancangan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisasi. BAB II 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum Indonesia merupakan daerah gempa aktif, berdasarkan SNI 03-1726-2002 wilayah gempa di Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah. Bangunan harus didesain supaya mampu menahan gempa yang kira-kira akan terjadi di daerahnya. Dalam memilih sistem stniktur yang tepat, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan misalnya tinggi bangunan, arsitektural, dan fungsi bangunan. Dengan mendesain bangunan sesuai dengan berbagai ketentuan yang ada di SNI diharapkan struktur bangunan tersebut tidak mengalami keruntuhan pada saat terjadi gempa. Di dalam SNI 03-1726-2002 dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan mengenai pengelompokan gedung beraturan dan tidak beraturan, daktilitas struktur, pembehanan gempa nominal, wilayah gempa Indonesia beserta respons spektrum gempa untuk masing-masing wilayah. kinerja struktur gedung, dan lain-lain. 2.2 Konsep Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa Struktur suatu bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja

pada struktur tersebut, di antaranya beban gravitasional dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa. Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai berikut: 1. Gempa ringan  Bangunan tidak boleh rusak secara struktural dan arsitektural (komponen arsitektural diperbolehkan terjadi kerusakan seminimum mungkin) 2. Gempa sedang Komponen struktural (balok dan kolom) tidak diperbolehkan rusak sama sekali tetapi komponen arsiektural diperbolehkan terjadi kerusakan (seperti : kaca) 3. Gempa Berat  Boleh terjadi kerusakan pada komponen struktural tetapi tidak menyebabkan keruntuhan bangunan. 2.2.1

Perencanaan LRFD (Load Resistance Factor Design)

Perencanaan struktur baja yang selama ini dilakukan di Indonesia menganut konsep tegangan ijin atau lebih dikenal dengan Allowable Stress Design (ASD). Metode ASD telah digunakan selama kurun waktu 100 tahun, dan dalam 20 tahun terakhir telah bergeser ke perencanaan batas (LRFD) yang lebih rasional dan berdasarkan konsep probabilitas. Keadaan batas adalah kondisi struktur diambang batas kemampuan dalam memenuhi fungsi-fungsinya. Keadaan batas dibagi dalam dua katagori yaitu tahanan dan kemampuan layan. Keadaan batas tahanan (atau keamanan) adalah perilaku struktur saat mencapai tahanan plastis, tekuk, leleh, fraktur, guling, dan gelincir. Keadaan batas kemampuan layan berkaitan dengan kenyamanan penggunaan bangunan, antara lain masalah lendutan, getaran, perpindahan permanen, dan retak-retak. Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD Ru   .Rn Dimana : Ru = kekuatan yang dibutuhkan (LRFD) Rn = kekuatan nominal φ =faktor tahanan (< 1.0) (SNI: faktor reduksi)

Page 3 of 11

2.3 Perencanaan Elemen Struktur 2.3.1

Kolom Komposit

Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja yang dibuat dari potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di dalam beton struktural atau terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan beton struktural (Salmon & Jonson 1996). Adapun batasan digolongkannya sebagai kolom komposit mengacu SNI-03-1729-2002 Pasal 12.3.1 2.3.2

Balok

Sebuah balok yang memikul beban lentur murni terfaktor, Mu harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan : Mu ≤ φMn di mana : Mu adalah momen lentur terfaktor, φ adalah faktor reduksi = 0,9 Mn adalah kuat nominal dari momen lentur penampang 2.3.3

tersebut. Dan untuk mengatasinya ádalah dengan menggunakan rangka pengaku brasing. Sistem Rangka Bresing Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tidak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan sistem MRF yang hanya bisa digunakan sebagai penahan momen. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Sistem ini penyerapan energinya dilakukan melalui pelelehan yang dirancang terjadi pada pelat buhul. Sistem ini daktilitasnya kurang begitu baik sehingga kegagalannya ditentukan oleh tekuk bresing. Pengembangan daktilitas dilakukan melalui aksi yang terjadi pada bresing dengan cara: 1. Bresing leleh pada bagian yang tertarik 2. Bresing mengalami tekuk pada bagian yang tertekan

Sambungan

Sambungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah struktur baja. Sambungan berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam (momen, lintang/geser, dan/atau aksial) antar komponen-komponen struktur yang disambung, sesuai dengan perilaku struktur yang direncanakan. Keandalan sebuah struktur baja untuk bekerja dengan mekanisme yang direncanakan sangat tergantung oleh keandalan sambungan. Berdasarkan perilaku struktur yang direncanakan, sambungan dapat dibagi menjadi: 1. Sambungan kaku 2. Sambungan semi-kaku 3. Sambungan sederhana  

Gambar 2.1 Kekakuan struktur setelah dipakai bresing. Charles G. Salmon dan John E. Jonson menyatakan bahwa pada dasarnya kerangka berpenopang lebih tepat didefinisikan sebagai sebagai kerangka dimana tekuk goyangan (sideway buckling) dicegah oleh elemen-elemen topangan struktur tersebut dan bukan oleh kerangka struktural itu sendiri.

2.4 Konsep Desain Bresing Konsentris Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK) sesuai dengan SNI 02-1729-2002 butir 15.1. Pada struktur gedung tinggi, kekakuan merupakan syarat penting untuk diperhatikan, karena kekakuan dapat menahan gaya beban lateral. Adanya aksi gaya beban lateral pada portal (frame) dapat menimbulkan momen lentur, momen puntir, gaya geser dan gaya aksial pada semua elemen struktur. Sehingga gaya-gaya tersebut menyebabkan perlemahan pada struktur

Gambar 2.2 Macam-macam bresing Konsep batang bresing dalam menerima gaya gempa dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 4 of 11

- Beban mati (berat sendiri bondek dan pelat beton) sudah diperhitungkan - Berat berguna yang digunakan adalah jumlah beban hidup dan beban-beban finishing lainya. - Beton menggunakan mutu K-225 kg/cm2 - Bondex Menggunakan Tebal 0,75 mm - Tulangan susut menggunakan Wiremesh M5

Gambar 2.3 Batang bresing menerima gaya gempa.

BAB III 3.

4.1.1

METODOLOGI

Pelat Lantai Atap

Data-Data Bondek : - bentang = 2,67 m ≈ 2,75 m - beban berguna = 200 kg/m2 - bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat diambil 9 cm, dan tulangan negatif 2,09 cm2/m Digunakan tulangan Ø 10-300

3.1 Diagram Alur Penyelesaian Tugas Akhir

TULANGAN UTAMA Ø10-300

TULANGAN SUSUT WIREMESH M5

60 90

WATER PROOFING

BETON K-225

Gambar 4.1

4.1.2

BONDEX LYSAGHT T=0,75 mm

Penulangan Bondek Atap

Perencanaan Pelat Lantai Apartemen.

Data-Data Bondek - bentang = 2,67 m ≈ 2,75 m - beban berguna = 400 kg/m2 - bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat diambil 9 cm, dan tulangan negatif 3,02 cm2/m Digunakan tulangan Ø 10-250 KERAMIK TULANGAN UTAMA Ø10-250

TULANGAN SUSUT WIREMESH M5

60 90

SPESI LANTAI

BETON K-225

Gambar 3.1 Diagram alur metodologi penyelesaian Tugas Akhir

Gambar 4.2

4.1.3

4.

PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 4.1 Perencanaan Gedung

Dimensi

Pelat

Lantai

Penulangan Bondek Lantai Apartemen

Perencanaan Pelat Lantai Parkir.

Data-Data Bondek - bentang = 2,67 m ≈ 2,75 m - beban berguna = 500 kg/m2 - bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat diambil 10 cm, dan tulangan negatif 3,11 cm2/m Digunakan tulangan Ø 10 – 250

Perencanaan pelat lantai pada gedung ini menggunakan bantuan tabel perencanaan praktis yang ada dari PT BRC LYSAGHT INDONESIA. Spesifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

FLOOR HARDENER

BETON K-225

Gambar 4.3 Page 5 of 11

TULANGAN UTAMA Ø10-300

TULANGAN SUSUT WIREMESH M5

70 100

BAB IV

BONDEX LYSAGHT T=0,75 mm

BONDEX LYSAGHT T=0,75 mm

Penulangan Bondek Lantai Parkir

4.2 Perencanaan balok anak Fungsi dari balok anak adalah meneruskan beban yang dipikul plat lantai ke balok induk

6450

BALOK ANAK

Gambar 4.5

2667

Denah Struktur Lift

PELAT

4.4 Perencanaan Tangga

2667

2667

2667

8000

Gambar 4.4Denah pembebanan balok anak

Dari hasil perhitungan didapatkan : a. Balok anak atap menggunakan Profil WF 300 x 150 x 6,5 x 9 b. Balok anak lantai apartemenm enggunakan Profil 350 x 175 x 7 x 11 c. Balok anak lantai apartemenm enggunakan Profil 350 x 175 x 7 x 11

Data perencanaan tangga lantai 1-25 tipikal - Tinggi antar lantai = 300 cm - Tinggi bordes = 150 cm - Lebar injakan( i ) = 28 cm - Panjang tangga = 265 cm - Lebar pegangan tangga = 10 cm - Perecanaan Jumlah Injakan Tangga : Tinggi injakan ( t ) = 18 cm Jumlah tanjakan

18

Jumlah injakan ( n ) = 8 - 1= 7 buah 60 cm < ( 2 x 18 +28 ) < 65 cm 60 cm < (64) < 65 cm..................Ok Lebar bordes = 100 cm Lebar tangga = 125 cm

4.3 Perencanaan Balok Lift Pada perencanaan Balok Lift ini meliputi balok-balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok penggantung lift. Pada bangunan ini menggunakan lift penumpang dengan data-data sebagai berikut :

= 150 = 8,33  8 buah

a = arc tg  150  = 32,73º  265 

25º
Tempiris... OK Dimana :  = 0,15 (Tabel 8 SNI 03-1726-2002) n = jumlah tingkat = 26 Dari hasil analisa ETABS 9.7.1 didapat, T1 = 2,33 detik < (0,15  26) = 3,90 dt……OK  Kontrol Kinerja Struktur Gedung ( SNI 1726 ps 8)

Page 7 of 11

Tabel 5.2 Kontrol batas layan dan kinerja batas ultimat akibat beban gempa RSPX Tingg i Zi

∆s

Drift ∆s

Syarat

m

mm

mm

mm

Atap Lt.25 Lt.24

80 77 74

124.73 121.31 117.64

3.42 3.67 3.95

14.06 14.06 14.06

Lt.23 Lt.22 Lt.21

71 68 65

113.69 109.47 105.00

4.22 4.47 4.71

Lt.20 Lt.19 Lt.18

62 59 56

100.30 95.33 90.34

Lt.17 Lt.16 Lt.15

53 50 47

Lt.14 Lt.13 Lt.12

5.2 Perencanaan Elemen Struktur Primer 5.2.1

Drift ∆m

Syarat

mm

mm

OK OK OK

15.33 16.44 17.68

60.00 60.00 60.00

OK OK OK

14.06 14.06 14.06

OK OK OK

18.89 20.03 21.09

60.00 60.00 60.00

OK OK OK

4.97 4.98 5.17

14.06 14.06 14.06

OK OK OK

22.26 22.32 23.17

60.00 60.00 60.00

OK OK OK

85.17 79.86 74.42

5.31 5.43 5.53

14.06 14.06 14.06

OK OK OK

23.81 24.35 24.78

60.00 60.00 60.00

OK OK OK

44 41 38

68.89 63.29 57.60

5.60 5.69 5.57

14.06 14.06 14.06

OK OK OK

25.10 25.49 24.95

60.00 60.00 60.00

OK OK OK

Lt.11 Lt.10 Lt.9

35 32 29

52.03 46.43 40.85

5.60 5.57 5.47

14.06 14.06 14.06

OK OK OK

25.11 24.98 24.52

60.00 60.00 60.00

OK OK OK

Lt.8 Lt.7 Lt.6 Lt.5 Lt.4 Lt.3 Lt.2 Lt.1

26 23 20 17 14 10 6 3

35.38 30.02 24.80 19.77 15.11 10.14 5.76 1.98

5.36 5.22 5.03 4.66 4.97 4.38 3.78 1.98

14.06 14.06 14.06 14.06 16.41 16.41 16.41 16.41

OK OK OK OK OK OK OK OK

24.02 23.39 22.53 20.85 22.29 19.63 16.93 8.86

60.00 60.00 60.00 60.00 70.00 70.00 70.00 70.00

OK OK OK OK OK OK OK OK

Tingkat Bangun an

Drift ∆s

Ket.

Drift ∆m

Ket.

Sesuai dengan SNI 03-1729-2002 butir 15.1 batang-bantng breisng mempunyai persyaratan khusus yang harus dipenuhi. 1. Kontrol distribusi beban lateral

Tabel 5.3 Kontrol batas layan dan kinerja batas ultimat akibat beban gempa RSPX Tingg i Zi m

mm

mm

mm

Atap Lt.25 Lt.24 Lt.23 Lt.22 Lt.21 Lt.20 Lt.19 Lt.18 Lt.17 Lt.16 Lt.15 Lt.14 Lt.13 Lt.12 Lt.11 Lt.10 Lt.9 Lt.8 Lt.7 Lt.6 Lt.5 Lt.4 Lt.3 Lt.2 Lt.1

80 77 74 71 68 65 62 59 56 53 50 47 44 41 38 35 32 29 26 23 20 17 14 10 6 3

135.56 131.83 127.84 123.54 118.94 114.06 108.92 103.51 98.07 92.44 86.65 80.74 74.73 68.63 62.43 56.36 50.25 44.18 38.25 32.46 26.82 21.38 16.28 10.80 6.08 2.07

3.72 4.00 4.30 4.60 4.88 5.14 5.41 5.44 5.63 5.78 5.91 6.02 6.10 6.20 6.07 6.11 6.07 5.92 5.79 5.64 5.44 5.09 5.48 4.73 4.01 2.07

14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 14.06 16.41 16.41 16.41 16.41

∆s

Drift ∆s

Syarat

Tingkat Banguna n

Drift ∆s

Ket .

OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK

Drift ∆m

Syarat Drift ∆m

mm

mm

16.68 17.90 19.27 20.60 21.86 23.02 24.25 24.36 25.23 25.92 26.49 26.95 27.32 27.76 27.20 27.38 27.20 26.54 25.96 25.27 24.39 22.82 24.54 21.18 17.96 9.26

60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 70.00 70.00 70.00 70.00

Ket.

OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK

Bresing Konsentris Khusus

Lantai

RSP X Bresing X (%)

Ket.

RSPY Bresing Y (%)

Atap 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

49.58 36.55 38.76 41.23 42.57 40.71 34.82 35.60 36.34 37.13 38.02 39.03 40.17 41.34 42.09 40.49 36.95 39.84 41.25 42.78 43.96 43.90 46.68 43.55 41.41 36.24

OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK

50.29 50.07 50.42 52.36 53.39 50.30 42.08 43.10 44.16 45.39 46.78 48.29 49.88 51.43 52.36 50.02 45.39 47.21 49.26 51.16 52.42 51.57 53.59 48.24 47.24 33.76

Ket. OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK

Persentase gaya horisontal yang dipikul oleh batang bresing tarik pada tabel diatas berkisar pada (33,76%-53,59%). Maka, batang bresing telah memenuhi syarat distribusi beban lateral SNI 03-1729-2002 Pasal 15.11.2.3. yakni masing-masing arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang bresing, minimal 30% tapi tidak lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul oleh batang bresing tarik. 2. Kontrol penampang

Page 8 of 11

][ 300.100.10.16

4

d

300 mm Ix

16127 cm

bf

100 mm Iy

2527.4 cm

tw

10 mm ix

11.71 cm

tf

16 mm iy

4.64 cm

2

A g 117,6 cm Sx

4 3 3 3

1075.12 cm

3

r

16 mm Sy

240.7 cm

tp

10 mm Zx

1267.92 cm

h

230,8 mm Zy

405.6 cm

3 3

Persyaratan kelangsingan batang bresing untuk SRBKK sesuai SNI 03-1729-2002 Butir 15.11.2.1 yaitu : kondisi tumpuan sendi-sendi, kc = 1 kc L 2625  dengan  L  3502  4002  531,51cm r fy 1.531,51 2625   55, 64  169, 44....oke 9,552 240

Jadi kolom komposit interior digunakan profil King cros H 588.200.12.20 dengan beton 80cm x 80 cm.

Perhitungan Elemen Balok

Balok bresing d

500

mm Ix

47800 cm4

bf

200

mm Iy

2140 cm

tw

10

mm ix

20.50 cm3

tf

16

mm iy

4.33 cm3

5.3 Perencanaan sambungan 40

120

40

3

1910.0 cm

mm Sy

214.0 cm3

h

428

mm Zx

2096.00 cm

Zy

332.00 cm

A

A

3 3

40

20

120

r

40

2

A g 89.65 cm Sx

4

40

WF 500.200.10.16

120

1

8 4223602 1482618    1, 0 0, 65   9  0,9  20662707, 48 0, 9  20931243, 48  0.92  1, 0.....oke

40

5.2.2

Untuk Pu > 0,2...........rumus 2 SNI 03-1729  .Pn ps.12.5-2 Pu 8  Mux Muy      1, 0  .Pn 9   .Mnx  .Mny 

PLATE t=15 mm ASTM A-325 16 M22

rasio kapasitas momen

ASTM A-325 12 M22 PLATE t=15 mm

KC 588x300x12x20 40

120

40

Mu 34636,536  0, 77  1(memenuhi)  .M n 45273, 6

rasio kapasitas geser Vu 26891,33   0, 48  1 (memenuhi)  .Vn 55468,8

40 80 80 80 80 80 80

80

Perhitungan Kolom

80

5.2.3

80

80

80

80

80

80

40

PLATE t=15 mm ASTM A-325 16 M22

fy

240 Mpa Ix

127020 cm4

d

588

mm Iy

132585 cm4

bf

300

mm ix

18,16 cm3

tw

12

mm iy

18,16 cm3

tf

20

mm Sx

4320,4 cm3

385

cm Sy

4419,5 cm

r

28

mm Zx

5228.64 cm

40

KOLOM KC 588x300x12x20

3 3

40

5340.53 cm

200 120

40

CONTINUITY PLATE t=16 mm BOLT ASTM A-325 4 M24 BOLT ASTM A-325 6 M24 80

120

200

60

30 60

60

60 240

60

60 30

60

40

K 600.200.11.17

40

200 120

435

70

WF 500x200x10x16

BALOK INDUK PARKIR WF 500x200x10x16

T 350x350x14x22

120

200

40

80

40

200

40

100

120

L 70x70x7 BOLT ASTM A-325 M24

40

Ø12-250 40

70

40

100

4D22

290

Gambar 5.1

40

40

mm Zy

80

Gambar 5.2 Sambungan kolom dengan kolom

200

492

40

3

Ag h

40

KC 588x300x12x20

40

2

PLATE t=15 mm ASTM A-325 16 M22

120

K 588.300.12.20

80

40

40

Persyaratan SNI 03-1729-2002 Butir 15.11.5.1 Kolom SRBKK perbandingan lebar terhadap tebal penampang kolom dalam tekan sesuai butir 15.11.2.4. harus bersifat kompak.

BOLT ASTM A-325 M24

Gambar 5.3 Sambungan Balok dan Kolom

Penampang Kolom Komposit Page 9 of 11

6.2 Sloof 600

KOLOM KC 588x300x12x20

600

6 800

BRESING DOUBLE CANAL 300x100x10x16 40

200 120

40

Gambar 6.2

60 30 60 240 30 60

L 70x70x7

70

BALOK INDUK PARKIR WF 500x200x10x16

BAB VII

120

40

T 350x350x14x22

7.

BOLT ASTM A-325 M24

40

200

40

80

7.1 Gambar 5.4 Sambungan Bracing pada Balok Kolom BALOK INDUK WF 500x200x10x16

6

6 40

2tp

BOLT ASTM A325 6 M24

BRESING DOUBLE CANAL 300x100x10x16

Gambar 5.5 Sambungan Bracing pada Balok

BAB VI PERENCANAAN PONDASI

6.1 Pondasi group My P

Y Mx 3

4

5

6 Hx

7

8

Hy

75

125

40 0

12 5

2

100

75

Mx

1

1 25

X

1 25

75

9

75

75

125

125 400

400

Gambar 6.1

Pondasi tiang pancang

1. Kedalaman tiang pancang rencana = 24 m 2. Diameter tiang pancang = 50 cm qtiang

Penampang Sloof 60/80 daerah tumpuan & Lapangan

BOLT ASTM A-325 M24

290

My

Lapangan

435

40

120

Tumpuan

4D22

40

100

6.

800

120

200

60 60 200 120

2tp

4D22 Ø10-300

4D22

BOLT ASTM A325 6 M24

6

60 60 40

200

40

70

40

80

40

120 40

200

40

100

4D22 Ø10-300

= η  Pijin tiang = 0,93  112135,58 kg = 104286,1 kg > Pmax = 84629,81 kg

75

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisa perhitungan struktur sekunder didapatkan : Pelat lantai menggunakan Bondex PT. BRC LYSAGHT INDONESIA t = 0,75 mm, dengan tebal plat beton : - Atap t = 90 mm - Lantai apartemen t = 90 mm - Lantai parkir t = 100 mm Balok anak - Atap Profil WF 300x150x6,5x9 - Lantai apartemen Profil WF 350x175x7x11 - Lantai parkir Profil WF 350 x175 x7 x11 2. Dari hasil analisa perhitungan struktur primer didapatkan : Profil baja dipakai dari PT. Gunung Garuda. Balok persilangan bresing : - Atap Profil WF 400 x200 x8 x13 - Lantai apartemen Profil WF 450 x200x9x14 - Lantai parkir Profil WF 500 x200 x10 x116 Balok induk : - Atap Profil WF 400 x200 x8 x13 - Lantai apartemen Profil WF 450 x200 x9 x14 - Lantai parkir Profil WF 500 x200 x10 x116 Kolom komposit : - Lantai 1-5 King Cross 588 x300 x12 x20; beton 80 x 80 cm - Lantai 6-13 King Cross 500 x200 x10 x16; beton 70 x 70 cm - Lantai 14-20 King Cross 450 x200 x9 x14; beton 60 x 60 cm - Lantai 21-25 King Cross 400 x200 x8 x13; beton 50 x 50 cm 3. Bresing dipakai tipe Konsentris khusus dengan model inverted V menggunakan Page 10 of 11

profil Double Canal 300x100x10x16. Persentase gaya horisontal yang dipikul oleh batang bresing tarik dari analisa berkisar pada (30,05%-66,03%). Maka, berdasarkan hasil analisa batang bresing telah memenuhi syarat distribusi beban lateral SNI 03-17292002 Pasal 15.11.2.3. yakni masing-masing arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang bresing, minimal 30% tapi tidak lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul oleh batang bresing tarik.

Lampiran.

4. Pondasi memakai tiang pancang PT. WIKA Beton untuk D = 50 cm (tipe A3 ) dengan kedalaman 24 m dari hasil penyelidikan tanah sondir. 7.2

Saran

Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

8.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03 –1729 2002 Tata Cara Perencaaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Departemen Pekerjaan Umum Badan Standarisasi Nasional 2002, SNI 03 –2847 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum. Badan Standarisasi Nasional 2002, SNI 03 –1726 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum. Isdarmanu, dkk. 2006. Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Salmon CG and John E. Johnson . 1992. Struktur Baja Desain dan Perilaku Edisi 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. The Kozai Club, 1983, Steel Construction Guidebook – Civil Engineering, Tokyo. Page 11 of 11