oleh ibu yang berselingkuh dengan pria lain (Agustiar, 2007), dan berdasarkan
hasil penelitian 40% istri di Jakarta melakukan selingkuh (Kartini, 2005).
MOTIVASI SEORANG WANITA UNTUK MELAKUKAN PERSELINGKUHAN Intaglia Harsanti, SPsi., MSi Dosen Pembimbing Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Depok, Indonesia Abstraksi Perselingkuhan telah menjadi permasalahan yang tidak bisa dianggap biasa sebagai penyebab dari banyaknya kasus perceraian di Indonesia. Selingkuh yang dimaksud disini adalah perhubungan seksual yang bersifat sukarela / fakultatif antara seorang pria dengan seorang wanita yang bukan istrinya atau antara seorang wanita dengan seorang pria yang bukan suaminya (Merriem-Webster Dictionary Law, 1996). Masalah yang ingin dilihat disini adalah gambaran kebutuhan perselingkuhan, serta faktor penyebab perselingkuhan yang ada pada diri seorang wanita dewasa muda yang melakukan perselingkuhan. Alasan peneliti mencari gambaran kebutuhan serta faktor penyebab perselingkuhan pada wanita dewasa muda adalah dikarenakan adanya beberapa penelitian yang mengatakan bahwa selama beberapa dekade terakhir jumlah wanita yang terlibat dalam perselingkuhan telah mendekati jumlah pria yang melakukan perselingkuhan (Thompson, dalam Sinaga, 2002). Masalah dalam penelitian ini dijawab dengan menggunakan teori motivasi kebutuhan dari Maslow (dalam Purwanto, 2002) dan teori faktor-faktor penyebab perselingkuhan dari Satiadarma (2001). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah pengalaman langsung seseorang yang telah berulang kali terlibat perselingkuhan ternyata dalam melakukan perselingkuhannya ia termotivasi oleh berbagai kebutuhan dan berbagai faktor penyebab (alasan) yang ada dalam dirinya. Kata Kunci: Motivasi Perselingkuhan perselingkuhan di setiap pernikahannya. PENDAHULUAN Berdasarkan beberapa penelitiDalam bahasan ini peneliti mencoba an selama beberapa dekade terakhir mengungkap hal-hal apa saja yang jumlah wanita yang terlibat dalam memotivasi wanita tersebut dalam perselingkuhan telah mendekati jumlah berperilaku selingkuh. pria yang melakukan perselingkuhan (Thompson, dalam Sinaga, 2002). A. Pertanyaan Penelitian Komisi Nasional Perlindungan Anak 1. Bagaimana gambaran perselingku(Komnas PA) mengungkapkan bahwa han subjek? dari 9 kasus perceraian akibat 2. Bagaimana gambaran kebutuhan perselingkuhan, 7 diantaranya dilakukan perselingkuhan subjek? oleh ibu yang berselingkuh dengan pria 3. Apa faktor penyebab perselingkuhan lain (Agustiar, 2007), dan berdasarkan subjek? hasil penelitian 40% istri di Jakarta melakukan selingkuh (Kartini, 2005). B. Tujuan Penelitian Berdasarkan semakin banyakPenelitian bertujuan memberinya kasus perselingkuhan yang dilakukan gambaran motivasi seorang wanita kan oleh kalangan wanita pada masa dewasa muda dalam melakukan persedewasa ini, maka peneliti mencoba lingkuhan, melihat faktor apa saja yang mengangkat kasus tentang seorang menyebabkan wanita tersebut melakuwanita dewasa muda yang berstatus kan perselingkuhan, serta melihat bagaisebagai istri dan telah menikah sebamana gambaran keseluruhan dari pernyak tiga kali dapat terlibat ke dalam selingkuhannya.
1
C. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan di bidang psikologi, terutama dalam memberikan gambaran yang memotivasi seseorang dalam melakukan perselingkuhan, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Memberikan gambaran dan informasi bagi setiap wanita agar dapat memahami berbagai sebab dan akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku perselingkuhan. Diharapkan agar setiap wanita dapat menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku agar tidak sampai terlibat ke dalam hubungan perselingkuhan. Khususnya bagi para wanita pelaku perselingkuhan, penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah bukan hal baik. Timbulnya kesadaran dapat secara perlahan mengarahkan individu untuk sedikit demi sedikit memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik dan positif di kemudian hari. 1.
3.
TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi merupakan respons terha-dap sesuatu berupa rasa atau feeling yang dibarengi dengan adanya tujuan ter-tentu yang teraplikasi mela-lui perbuatan dan tindakan (Mc Donald, dalam Azhari, 2004). 2. Teori Motivasi Teori kebutuhan (Maslow) yang digunakan memiliki tingkatan kebutuhan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sehingga dapat merinci tingkat kebutuhan. Teori Kebutuhan Abraham Maslow (dalam Purwanto, 2002): 1) Kebutuhan fisiologis Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer & vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang
4.
5.
6.
2
& papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb. 2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety & security) Kebutuhan akan jaminan keamanan, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb. 3) Kebutuhan social (social needs) Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama, dsb. 4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) Kebutuhan untuk dihargai akan suatu prestasi, kemampuan, kedudukan / status, pangkat, dsb. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) Kebutuhan mempertinggi potensi-potensi diri yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas & ekspresi diri. Bentuk Motivasi Bentuk motivasi bersumber dari: dorongan dari dalam diri (instrinsik) individu dorongan dari luar diri (ekstrinsik) individu Tujuan Motivasi menggerakkan / menggugugah seseorang sehingga timbul keinginan & kemauan melakukan sesuatu untuk memperoleh hasil / mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2002). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi faktor ekstrinsik faktor instrinsik faktor tujuan dari motivasi itu sendiri Penelitian melihat sejauh mana pengaruh ketiga faktor tersebut pada motivasi perselingkuhan. Komponen Motivasi Komponen motivasi (Siagian, 2004): 1) Kebutuhan Kebutuhan timbul apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan dalam diri yang tidak sesuai dengan harapan dari si individu.
2) Dorongan Dorongan merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah, yang berorientasi pada tindakan tertentu. 3) Tujuan Tujuan menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Pencapaian tujuan mengembalikan keseimbangan. 7. Ciri Motivasi Dalam Perilaku Ciri motivasi dalam perilaku (Irwanto, 1991): a. Penggerakkan perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan yang bervariasi. b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan bervariasi dengan kekuatan determinan. c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. d. Penguatan positif (positive reinforcement) menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali. 8. Motivasi Pada Wanita Dewasa Muda yang Melakukan Perselingkuhan Agustine (dalam Tobing, 2006) mengemukakan masa dewasa muda merupakan masa membina kedekatan dan hubungan yang lebih dalam dengan lawan jenis. Then (2002) mengemukakan motivasi utama para wanita berselingkuh adalah dorongan dan rasa percaya diri yang telah terkikis setelah sekian lama menjalani perkawinan. Staheli (dalam Satiadarma, 2001) mengemukakan berbagai alasan yang dikemukakan sejumlah wanita yang berselingkuh tentang alasan perselingkuhan mereka, seperti meningkatnya rasa percaya diri ketika merasa diperhatikan pria, adanya keinginan akan pengalaman seksual yang lebih luas yang tidak dibatasi oleh hanya satu pasangan saja, suatu keinginan mencari kedekatan emosional yang mereka harapkan dapat mereka peroleh dari orang lain, mengusir rasa kesepian yang mereka alami, keinginan mendapatkan kasih sayang, serta kegai-
rahan yang ditimbulkan dari suatu hubungan perselingkuhan yang membuat mereka merasa diri menjadi lebih muda, dimana hal ini juga merupakan upaya menyangkal proses penuaan yang mereka alami. Satiadarma (2001) mengemukakak faktor psikofisik seperti keterpikatan fisik & kebutuhan biologis, faktor sosial seperti masalah kultural, perbedaan kelas sosial, perbedaan agama, perbedaan kebiasaan, desakan ekonomi, dan pengaruh teman, serta faktor psikologis seperti masalalah kepribadian, kebutuhan, tekanan, reduksi tegangan, dinamika psikologis, dan aspek moral, dapat menjadi faktor penyebab yang memotivasi perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang individu. B. Perselingkuhan 1. Pengertian Perselingkuhan suatu hubungan antara dua orang yang bukan merupakan pasangan sahnya, yang dapat terjadi baik secara emosional maupun seksual, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena merupakan perbuatan yang melanggar komitmen terhadap pasangan sebenar. 2. Bentuk-bentuk Perselingkuhan a. Ghozally (2005) 1) Selingkuh untuk menghindari kegagalan 2) Selingkuh karena merasa diri tidak berharga 3) Selingkuh karena kegagalan dan kebosanan 4) Selingkuh karena puber ke2 5) Selingkuh karena dendam 6) Perselingkuhan karena masalah seks yang tidak memuaskan b. Hall (dalam Haem, 2007) 1) The boat-rocking affair Terjadi apabila merasa tidak puas dengan hubungan yang dimiliki. 2) The exit affair Terjadi ketika perselingkuhan dijadikan cara untuk lepas dari suatu hubungan.
3
an, tetapi berpeluang untuk dipenuhi di luar hubungan perkawinan. b) Kebutuhan Terdiri dari kebutuhan akan pujian, kasih sayang, komunikasi, dukungan keluarga, tekad kebersamaan keluarga, dukungan keuangan, kejujuran dan keterbukaan, penampilan fisik, kebersamaan, dan kebutuhan seksual. c) Tekanan Tekanan menggugah munculnya dorongan kebutuhan ke permukaan, membangkitkan seseorang berperilaku tertentu ke suatu arah tertentu. d) Reduksi tegangan Ketegangan terjadi apabila seseorang membutuhkan sesuatu tetapi tidak diperoleh. Ketegangan dapat pudar apabila sesuatu diperoleh sesuai kebutuhan. e) Dinamika psikologis Ketegangan yang terjadi dari dorongan kebutuhan yang dimiliki berperan besar dalam membentuk perilaku, sehingga apabila tidak terpenuhi maka dapat terjadi usaha mencari pemuasan kebutuhan di tempat lain. f) Aspek moral Sifatnya yang relatif membuat perselingkuhan tetap berlangsung. Seperti terjadi pada masyarakat kota yang memandang sesuatu dengan beragam penilaian. 4. Perselingkuhan Pada Wanita Penelitian terbaru di Inggris pada 1600 wanita kembar mengungkap bahwa faktor genetis mempengaruhi kecenderungan berselingkuh. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa 30-40% perselingkuhan disebabkan faktor genetis (keturunan), walaupun ada faktor lain yang berpengaruh, seperti kualitas hubungan dan kesempatan berselingkuh (Mulamawitri, 2005).
3) The thrill affair Ada sensasi tersendiri sehingga hubungan yang dilakukan terasa menggairahkan, romantis dan menarik. 4) The three's company affair Terjadi karena tidak dapat berkomitmen dengan satu orang / merasa tercekik dalam hubungan monogami. 3. Faktor-faktor Penyebab / Alasan Selingkuh Faktor-faktor penyebab selingkuh (Satiadarma, 2001): 1) Alasan Psikofisik a) Keterpikatan fisik Menggugah untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Mulai dari paras, bentuk tubuh, tatapan mata, nada bicara, gerakan tubuh hingga cara berpakaian. b) Kebutuhan biologis Senantiasa mencari pemenuhan, seperti makan, minum, bernafas & seks. 2) Alasan Sosial a) Masalah kultural Pengaruh tradisi masa lampau, seperti wanita yang merelakan suaminya melakukan hubungan seksual di luar nikah betapapun ia merasa sakit hati. b) Perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan Ketidaksiapan menerima perbedaan dan keunikan pasangan. c) Desakan ekonomi Hubungan biasanya dilandasi ikatan kerja yang tidak bisa diatasi / ditolak. d) Pengaruh teman Teman memiliki pengaruh besar, apabila teman memberi dukungan, besar kemungkinan yang bersangkutan akan terus melakukan perselingkuhan. 3) Alasan Psikologis a) Masalah kepribadian Adanya desakan kebutuhan tertentu yang tidak dapat dipenuhi bersama pasang-
4
Riset Human Nature mengungkapkan bahwa wanita cenderung memilih pria dominan, kuat dan tidak pilih-pilih dalam berhubungan intim untuk urusan selingkuh singkat. Hanya saja ketika mempertimbangkan hubungan jangka panjang, wanita sepertinya memilih pria yang penuh kasih, sensitif dan monogamy. Riset tersebut memberikan gambaran 2 pola dasar pria yaitu cad (si kurang ajar) dan dad (ayah). Hasilnya wanita cenderung memilih karakter dad pada waktu perjalanan 3 minggu dan untuk menjadi pasangan atau menantu. Namun lebih banyak wanita yang ingin berselingkuh dengan karakter cad dibanding karakter dad. (Kompas, 2003).
a. Fase memasuki masa dewasa muda (usia 17 33 tahun), terdiri dari: 1) Transisi dewasa muda (early adult transtition 17 22 tahun) 2) Memasuki struktur kehidupan dewasa muda (22-28 tahun) 3) Usia transisi 30-an (28-33 tahun) b. Fase puncak dewasa muda (33 45 tahun) terbagi menjadi dua tahap: 1) Puncak kehidupan dewasa muda (33-40 tahun) 2) Transisi dewasa menengah (midlife transtition usia 4045 tahun) 4. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda Tugas-tugas perkembangan dewasa muda (Havigurst, dalam Dariyo, 2003): a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup b. Membina kehidupan rumah tangga c. Meniti karir guna memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga d. Menjadi warga Negara yang bertanggung jawab
C. Dewasa Muda 1. Pengertian Dewasa Muda masa transisi dari seluruh aspek perkembangan individu yang mengarah kepada kedewasaan, dimana individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola baru yang ditemuinya dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Ciri-ciri Dewasa Muda Ciri dewasa muda yang menyangkut pribadi dan sosial masa ini (Azhari, 2004): a. Merupakan periode yang ditakutkan dari keseluruhan hidup manusia. b. Merupakan masa transisi, dimana pria & wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani & perilaku masa dewasanya, memasuki suatu periode kehidupan yang baru. c. Merupakan masa yang berprestasi, bahkan menurut Erikson selama usia ini, orang bisa menjadi lebih sukses atau sebaliknya mengalami stagnasi. d. Masa ini memberikan perhatian kepada agama lebih besar dibandingkan masa sebelumnya. 3. Batasan Dewasa Muda Levinson (dalam Dariyo, 2003) membagi masa dewasa muda ke dalam dua fase:
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian 1. Pengertian Studi Kasus penelitian bersifat intensif berusaha memahami secara utuh kompleksitas dari suatu kasus spesifik tertentu yang menjadi fenomena, bertujuan memberikan gambaran mendetail dari keseluruhan permasalahan yang ingin digali. 2. Variasi Pendekatan / Tipe Penelitian Studi Kasus studi kasus instrumental; dilakukan untuk memahami dengan lebih baik suatu kasus unik tertentu, dengan cara mengembangkan dan memperhalus teori yang diperoleh. 3. Ciri-ciri Studi Kasus Heuristic
5
3) Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum.; peneliti telah siap dengan berbagai aspek yang akan dibahas berupa pertanyaan yang akan dijabarkan secara konkret dalam kalimat tanya dan daftar pengecek (checklist) untuk melihat apakah aspek-aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan, tetapi juga sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung, sehingga dapat memperoleh informasi dari keseluruhan aspek permasalahan yang ingin digali dari kehidupan / pengalaman subjek secara utuh dan mendalam. 2. Observasi a. Pengertian observasi studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan & pencatatan (Kartono, dalam Basuki, 2006). b. Variasi dalam pendekatan observasi 1) Patton (dalam Poerwandari, 2005): a) Observasi dilakukan secara terlibat (participant) atau tidak terlibat (non participant) b) Observasi dilakukan secara terbuka atau tertutup (terselubung) c) Observasi dilakukan dalam jangka waktu lama atau terbatas d) Observasi berfokus pada fenomena utuh atau aspek khusus observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, dima-
studi kasus diharapkan dapat membawa pembaca pada pemahaman tentang fenomena yang diteliti. B. Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian: 1. Wanita Subjek penelitian ini adalah seorang wanita dewasa muda yang melakukan perselingkuhan yang berada pada rentang usia 28 - 33 tahun. 2. Jumlah Sampel Dalam penelitian kualitatif tidak ada aturan pasti dalam jumlah sampel yang harus diambil. Jumlah sampel sangat tergantung pada penelitian dan apa yang ingin diketahui oleh peneliti. Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil cukup satu orang subjek. C. Tahapan-tahapan Penelitian Penelitian alamiah mengandalkan tidak tahu apa yang akan diketahui, maka dari itu suatu penelitian hendaknya dilakukan dalam tahap tahap tertentu, Moleong (2000): 1. Tahap pertama adalah mengetahui sesuatu yang perlu diketahui. 2. Tahap kedua adalah tahap eksplorasi fokus sesudah tahap pertama. 3. Tahap ketiga adalah tahap pengecekan dan pemeriksaaan keabsahan data terutama untuk mengadakan anggota dan auditing. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi: 1. Wawancara a. Pengertian wawancara metode pengumpulan data berupa percakapan tanya jawab mengenai topik permasalahan yang akan diteliti, yang dilakukan oleh seorang peneliti kepada subjek yang mengalami. b. Variasi dalam wawancara kualitatif Tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif, Patton (dalam Poerwandari, 2005) : 1) Wawancara Informal 2) Wawancara dengan pedoman umum
6
na tidak ada pemisahan tegas antara peneliti dengan kegiatan yang dilakukan. Keikutsertaan peneliti dalam berinteraksi pada situasi lapangan nyata bertujuan agar peneliti dapat berorientasi tidak hanya pada penilaian tetapi juga pada proses pembuktian. c. Alat Observasi Alat observasi yang digunakan pada situasi-situasi yang berbeda (Hadi, 1992): 1) Anecdotal Records (daftar riwayat kelakuan). 2) Catatan Berkala (pencatatan yang dilakukan pada saat-saat tertentu) 3) Check list (daftar berisi nama-nama subjek dan faktor- faktor yang hendak diselidiki, dengan cara diberikan tanda cek) 4) Rating Scale (pencatatan gejala menurut tingkatan- tingkatannya) 5) Mechanical Devices (penggunaan fotografi atau motion picture untuk menyelidiki tingkah laku, dengan cara direkam dan dipelajari) d. Tujuan Observasi mendeskripsikan secara akurat, faktual dan teliti setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut (Poerwandari, 2005).
F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Kriteria keabsahan dan keajegan dalam penelitian kualitatif (Yin, 2004): 1. Keabsahan Konstruk (Construk Validity) Menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Keabsahan ini dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat, contohnya dengan proses triangulasi data (Patton, dalam Poerwandari, 2005): a. Triangulasi Data b. Triangulasi Peneliti c. Triangulasi Teori d. Triangulasi Metode 2. Keabsahan Internal (Internal Validity) Menetapkan hubungan kausal dimana kondisi-kondisi tertentu diperlihatkan guna mengarahkan kondisikondisi lain, sebagaimana dibedakan dari hubungan semu. 3. Keabsahan Ekstenal (External Validity) Menetapkan ranah dimana temuan suatu penelitian dapat divisualisasikan. Berkenaan dengan soal mengetahui apakah temuan-temuan suatu penelitian dapat digeneralisasikan di luar kasus yang bersangkutan. 4. Keajegan (Reliability) Menunjukkan bahwa pelaksanaan suatu penelitian seperti prosedur pengumpulan data dapat diinterpretasikan dengan hasil yang sama. G. Teknik Analisis Data Teknik analisa data kualitatif Patton (dalam Poerwandari, 2001): 1. Organisasi data 2. Koding dan analisis Proses analisis data / coding (Strauss dan Corbin, dalam Basuki, 2006): a. Open Coding b. Axial Coding c. Selective Coding 3. Pengujian asumsi terhadap data 4. Hal penting sebagai strategi analisis 5. Mencari alternatif penjelasan data 6. Menulis hasil penelitian
E. Alat Bantu Penelitian
1. Subjek instrument utama penelitian
2. Alat Perekam tape recorder dan kaset kosong
3. Pedoman Wawancara wawancara pedoman umum
4. Pedoman Observasi lembar obsv sebagai check list
7
di lingkungan kos-kosan yang bebas. Lingkungan pergaulan bebas yang subjek alami sejak masa kuliah hingga saat ini membuat subjek kemudian menjadi terbiasa dan terdorong dalam berperilaku selingkuh. Satiadarma (2001) mengemukakan bahwa lingkungan sosial mendukung perilaku individu yang bersangkutan, dimana masalah perselingkuhan (affair) banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat. Saat ini subjek telah memiliki seorang anak, tetapi anak tersebut sering ia titipkan pada ibunya apabila dia ingin beraktifitas dengan teman-temannya ataupun pergi dengan selingkuhannya. Subjek tidak perduli bahwa perilaku negatif seperti perilaku selingkuh yang ia lakukan akan membawa dampak yang tidak baik bagi dirinya dan anaknya. Subjek terlibat dalam hubungan perselingkuhan sejak ia berada dalam pernikahannya yang pertama hingga kini dalam pernikahannya yang ketiga. Subjek dalam perselingkuhan yang pertama awalnya berusaha menghindar dari perselingkuhan tersebut. Subjek menyadari bahwa ia telah memiliki pasangan (suami) sehingga ia berusaha menghindar dari pendekatan seorang pria yang bukan pasangan syahnya. Tetapi setelah sekian lama mengenal dan berhubungan dengan pria tersebut, keyakinan subjek menjadi tergoyahkan. Subjek merasa tidak lagi dapat mempertahankan kesetiaannya kepada pasangan (suami) karena memang telah sekian lama merasa ditinggalkan. Hubungan antara subjek dengan pasangan selingkuh pertama diawali dari bentuk perhatian secara moril kemudian berkembang semakin intim hingga melakukan hubungan seksual. Bentuk perselingkuhannya adalah the exit affair, yaitu perselingkuhan yang terjadi merupakan suatu cara untuk dapat lepas dari suatu hubungan. Perselingkuhan subjek yang kedua awalnya dikarenakan subjek memiliki ketidakharmonisan hubungan dengan pasangan (suami). Subjek yang merasa tidak lagi memperoleh pemenuhan kebutuhan dari pasangan, kemudian memiliki ketertarikan pada seorang pria. Perasaan tersebut kemudian mendapat tanggapan positif, sehingga terjadilah perselingkuhan.
HASIL DAN ANALISIS Subjek adalah seorang wanita dewasa muda yang berusia 28 tahun. Saat ini subjek memiliki kegiatan sebagai wiraswastawan di bidang makanan. Sebelum memutuskan untuk terjun ke bisnis tersebut, subjek telah bekerja selama + 6 tahun pada satu perusahaan tanpa mengalami peningkatan karir. Selama bekerja di hotel tersebut subjek sempat menikah dan bercerai beberapa kali karena alasan berselingkuh, dan hingga kini subjek masih tetap terlibat dalam hubungan perselingkuhan. Suami subjek saat ini adalah seseorang yang mampu meningkatkan taraf kehidupan subjek secara materiil dan immateriil. Taraf kehidupan yang membaik, membuat subjek kemudian mencoba mewujudkan keinginannya untuk memiliki bisnisnya sendiri. Saat itu dengan alasan melahirkan ia mengundurkan diri dari pekerjaannya. Subjek telah lebih dari 1 tahun menggeluti bisnisnya, namun perkembangan dari bisnis tersebut masih belum cukup stabil. Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi, subjek selalu mendapatkan bantuan finansial secara penuh dari suaminya. Hingga saat ini subjek masih tetap berusaha menstabilkan bisnisnya. Secara agama subjek bukanlah orang yang taat dalam beribadah, ia tidak merasa berkewajiban dalam menjalankan perintah agamanya. Hal tersebut telah subjek lakukan sejak lama berdasarkan apa yang ia lihat dan contoh dari kakak-kakak kandungnya yang juga tidak taat dalam beragama. Selain itu subjek juga melihat dan mengetahui kakak-kakaknya memiliki berbagai perilaku negatif lain. Namun pada saat itu subjek tidak mengikuti perilaku negatif tersebut, dikarenakan subjek tidak memiliki kedekatan dengan saudara-saudaranya. Sejak kecil subjek hanya dekat dengan almarhumah ayahnya., dan saat ayahnya meninggal dunia, subjek merasa sangat kehilangan. Ketika SMA subjek sempat tinggal di keluarga tantenya yang otoriter, dan ia merasa terkekang karenanya. Setelah tamat SMA subjek melanjutkan kuliah dan pindah ke kota lain. Semenjak kuliah kehidupan subjek menjadi bebas karena ia hidup jauh dari keluarganya dan tinggal
8
Hubungan antara subjek dengan pasangan selingkuh kedua diawali dari bentuk perhatian secara moril dan materiil kemudian berkembang semakin intim hingga melakukan hubungan seksual yang mengakibatkan kehamilan. Bentuk perselingkuhannya adalah the boat rocking affair, yaitu perselingkuhan terjadi karena ketidakpuasan dengan hubungan yang dimiliki. Perselingkuhan subjek yang ketiga terjadi dikarenakan subjek sedang merasa sakit hati dan marah dengan sikap penolakan pasangan (suami) terhadap dirinya. Ketika kemudian subjek merasa tertarik dengan seorang pria yang mencoba melakukan pendekatan dengannya, subjek merasa bahwa perasaan ketertarikannya tersebut sebagai sesuatu hal yang boleh dilakukan. Subjek kemudian membiarkan perasaan saling ketertarikan tersebut berkembang menjadi suatu hubungan asmara di antara mereka. Hubungan antara subjek dengan pasangan selingkuh ketiga diawali dari bentuk perhatian secara moril dan materiil kemudian berkembang semakin intim tetapi tidak sampai kepada melakukan hubungan seksual. Bentuk perselingkuhannya adalah perselingkuhan karena dendam, yaitu perselingkuhan terjadi apabila seseorang merasa terhina oleh perlakuan pasangan. Berbagai penjabaran dari alasan-alasan subjek melakukan perselingkuhan memperlihatkan adanya tindakan subjek untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu secara fisik maupun psikis. Harley dan Chalmers (dalam Satiadama, 2001) mengemukakan bahwa kebutuhan yang tidak terpenuhi memiliki dampak yang amat besar sebagai pendorong perilaku individu. Hal ini seperti yang dikemukakan Maslow (dalam Purwanto, 2002) tentang lima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang kemudian menjadi dasar dari pembelajaran motivasi manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok tersebut adalah kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb), kebutuhan rasa aman dan perlindungan (jaminan keamanan, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil,
dsb), kebutuhan sosial (kebutuhan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama, dsb), kebutuhan akan penghargaan (kebutuhan berprestasi, kemampuan, kedudukan, status, dsb), kebutuhan akan aktualisasi diri (mempertinggi dan mengembangkan potensi diri, kreatifitas dan ekspresi diri). Pada pernikahan pertama subjek merasa kekurangan dari segi kebutuhan untuk dicintai / kedekatan fisik (kebutuhan sosial). Kebutuhan sosial berasal dari keinginan untuk berada bersama pasangan yang dicintai dan mencintai. Pada pernikahan kedua subjek merasa kekurangan dari segi kebutuhan dasar yang sifatnya primer (kebutuhan fisiologis). Kebutuhan fisiologis berasal dari perasaan kurang terpenuhinya subjek secara seksual dan ekonomi oleh pasangan, dan dengan perselingkuhan yang dilakukan subjek merasa dapat memperoleh pemuasan dari segi kebutuhan tersebut. Pada pernikahan ketiga subjek merasa kekurangan dari segi kebutuhan rasa aman dan perlindungan. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan berasal dari perasaan ketidakpastian subjek akan masa depan hubungan dengan pasangan. Pada ketiga pernikahan subjek diperoleh gejala yang sama yang mengarah pada indikasi bahwa subjek merasakan ketidakpuasan dalam hubungannya dengan pasangan (suami). Aziz (1996) mengemukakan bahwa penyebab terjadinya suatu affair dalam perkawinan (penyelewengan) dapat bersumber dari kemelut rumah tangga itu sendiri. Perselingkuhan yang dilakukan membuat subjek merasa memperoleh pemuasan dari berbagai segi kebutuhan yang sebelumnya subjek rasakan kurang dapat dipenuhi oleh pasangan (suami). Satiadarma (2001) mengemukakan bahwa perselingkuhan terjadi disebabkan faktor psikofisik, sosial dan psikologis. Pada setiap perselingkuhan yang subjek lakukan, penyebab perselingkuhan subjek terbagi ke dalam beberapa bagian, hal ini dapat dilihat dari keadaan-keadaan yang dialami subjek selama masa pernikahan. Pada pernikahan subjek yang pertama terdapat permasalahan secara psikofisik yaitu kebu-
9
tuhan biologis. Permasalahan secara sosial yaitu masalah kultural, perbedaan agama, dan pengaruh teman. Permasalahan secara psikologis yaitu masalah kepribadian, kebutuhan komunikasi, kebutuhan dukungan keluarga, kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, kebutuhan kejujuran & keterbukaan, kebutuhan penampilan fisik, kebutuhan kebersamaan, kebutuhan seksual, tekanan, reduksi tegangan, dinamika psikologis, dan aspek moral. Melalui perselingkuhan yang ia lakukan subjek merasa dapat memenuhi ketidakpuasan dari segi-segi tersebut. Pada pernikahan subjek yang kedua terdapat permasalahan secara psikofisik, sosial dan psikologis. Permasalahan secara psikofisik yaitu kebutuhan biologis. Permasalahan secara sosial yaitu masalah kultural, desakan ekonomi, dan pengaruh teman. Permasalahan secara psikologis yaitu masalah kepribadian, kebutuhan komunikasi, kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, kebutuhan dukungan keuangan, kebutuhan kejujuran & keterbukaan, kebutuhan penampilan fisik, kebutuhan kebersamaan, kebutuhan seksual, tekanan, reduksi tegangan, dinamika psikologis, dan aspek moral. Melalui perselingkuhan yang ia lakukan subjek merasa dapat memenuhi ketidakpuasan dari segi-segi tersebut. Pada pernikahan subjek yang ketiga terdapat permasalahan secara psikofisik, sosial dan psikologis. Permasalahan secara psikofisik yaitu keterpikatan fisik. Permasalahan secara sosial yaitu masalah kultural, dan pengaruh teman. Permasalahan secara psikologis yaitu masalah kepribadian, kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, kebutuhan penampilan fisik, tekanan, reduksi tegangan, dinamika psikologis, dan aspek moral. Melalui perselingkuhan yang ia lakukan subjek merasa dapat memenuhi ketidakpuasan dari segi-segi tersebut. Havigurst (dalam Dariyo, 2003) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda diantaranya mencari dan menemukan calon pasangan hidup, membina kehidupan berumah tangga, meniti karir dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sampai saat ini kehidu-
pan psikososial subjek semakin bertambah kompleks, dan perkembangannya sebagai seorang individu cukup mengarah pada kedewasaan. Subjek telah berusaha menemukan calon pasangan hidup dan membina kehidupan berumah tangga, subjek juga mencoba berprestasi dengan melakukan kegiatan berwiraswasta. Namun sebagai warga negara yang baik, perilaku selingkuh yang masih subjek lakukan membuat subjek tidak dapat dinilai sebagai seorang warga negara yang bertanggung jawab. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang diperoleh dalam penelitian studi kasus ini maka dapat disimpulkan, bahwa: 1. Perselingkuhan yang terus dilakukan memperlihatkan bahwa subjek tidak secara penuh mengalami perkembangan yang mengarah pada kedewasaan. Subjek menemukan pasangan hidup. Subjek mengalami kedewasaan secara fisik tanpa berkembang penuh secara psikologis. 2. Hubungan dengan pasangan selingkuh biasanya diawali dari bentuk perhatian secara moril, materiil kemudian berkembang hingga melakukan hubungan seksual, bahkan ada yang sampai mengakibatkan kehamilan. Bentuk perselingkuhan pertama adalah the exit affair, yaitu perselingkuhan merupakan cara bagi subjek untuk dapat lepas dari pasangannya (suami pertama). Perselingkuhan kedua adalah the boat rocking affair, yaitu perselingkuhan terjadi karena ketidakpuasan subjek dari hubungan yang dimiliki dengan pasangan (suami kedua). Perselingkuhan ketiga adalah perselingkuhan karena dendam, yaitu perselingkuhan terjadi karena subjek merasa terhina oleh perlakuan pasangan (suami ketiga) yang lebih memperhatikan istri pertama. 3. Gambaran kebutuhan perselingkuhan subjek pada pernikahan pertama adalah adanya ketidakpuasan dari segi kebutuhan untuk merasa dicintai / dekat secara fisik (sosial).
10
Pada pernikahan kedua, terdapat ketidakpuasan secara seksualitas & ekonomi (fisiologis). Pada pernikahan ketiga, ada ketakutan dari ketidakpastian masa depan hubungan bersama pasangan (rasa aman dan perlindungan). 4. Penyebab perselingkuhan berasal dari ketidakpuasan secara seksual, kekurangan secara ekonomi, tidak adanya kontrol sosial baik dari lingkungan orang dekat maupun masyarakat dan adanya masalah kepribadian karena selalu memiliki ketidakpuasan dalam hubungan dengan pasangan. 5. Subjek memiliki kesadaran untuk bekerja dengan melakukan kegiatan berwiraswasta.
[3] Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian kualitatif untuk Ilmu-ilmu kemanusiaan & budaya. Jakarta: Gunadarma. [4] Cahyono, B. T. (1996). Manajemen sdm. Jakarta: Badan Penerbit IPWI. [5] Dariyo, A. (2003). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. [6] Ghozally, F. R. (2005). Anda & pernikahan. Jakarta: Edsa Mahkota. [7] Hadi, S. (1992). Metodologi research: Jilid 2. Cetakan 21. Yogyakarta: Percetakan & Penerbitan Andi Offset. [8] Haem, N. H. (2007). Awas illegal wedding: Dari penghulu liar hingga perselingkuhan. Jakarta: PT. Mizan Publika. [9] Irwanto. (1991). Psikologi umum: Buku panduan mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. [10] Jung, J. (1978). Understanding human motivation: A cognitive approach. New York: MacMillan Publishing Co, Inc. [11] Kartono, K. (1994). Psikologi sosial untuk manajemen perusahaan & industri. Jakarta: Rajawali Pers. [12] Kelly, G. F. (2001). Sexuality today: The human perspective. New York: McGraw-Hill. [13] Makmun, A. S. (2002). Psikologi kependidikan: Perangkat sistem pengajaran modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [14] Martaniah, S. M. (1984). Motif sosial remaja suku jawa & keturunan cina di beberapa sma yogyakarta suatu studi perbandingan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [15] McTruck, R. H., & Morgan, G. A. (1995). Mastery motivation: Origins, conceptualizations, and applications. New Jersey: Ablex Publishing Corporation. [16] Moeliono, dkk. (1990). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [17] Moenir, A. S. (1991). Pendekatan manusiawi dan organisasi terhadap pembinaan kepegawaian. Cetakan 3. Jakarta: CV. Haji Masagung. [18] Moleong, L. (2000). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
B. Saran Berikut adalah saran-saran yang diajukan penulis, antara lain adalah: 1. Saran Teoritis Untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menambah jumlah subjek penelitian. Hal ini guna menggali setiap fakor secara lebih mendalam, untuk melihat detail-detail yang mungkin belum terungkap oleh peneliti saat ini. Disarankan agar lebih mempersiapkan dari segi biaya dan jumlah peneliti, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal. 2. Saran Praktis Penelitian ini memperlihatkan secara kilas balik perilaku perselingkuhan yang subjek lakukan. Subjek disarankan untuk mengikuti terapi guna menimbulkan kesadaran dari penyimpangan perilaku yang ia lakukan. Subjek diharapkan dapat sedikit demi sedikit memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih positif di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA [1] Azhari, A. (2004). Psikologi umum & perkembangan. Jakarta: Teraju. [2] Aziz, A. (1996). Apa & bagaimana mengatasi problema keluarga. Jakarta: Pustaka Antara.
11
[19] Monks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. (2001). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Cetakan 13. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [20] Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). [21] Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., & Camp, C. J. (2002). Adult development and aging. New York: McGraw-Hill Higher Education. [22] Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok: UI. [23] Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Cetakan 3. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia. [24] Purwanto, N. (2002). Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [25] Riyanti, B. P. D., & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Gunadarma. [26] Sarwono, S. (2003). Pengantar psikologi umum. Jakarta: PT. Bulan Bintang. [27] Satiadarma, M. P. (2001). Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. [28] Siagian, S. P. (2004). Teori motivasi dan aplikasinya. Cetakan 3. Jakarta: PT. Rineka Cipta. [29] Sinaga, D. (2002). Sikap dewasa muda terhadap perselingkuhan pada masa berpacaran. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. [30] Sternberg, R. J. (1998). In search of the human mind. (2nd edition). Yale University: Harcourt Brace College Publishers. [31] Wijanarko, D. (2007). Aku mau selingkuh. Jakarta: Suara Pemulihan. [32] Weiner, B. (1992). Human motivetion. (2nd edition). London: Sage Publications, Inc. [33] Weiten, W. (1989). Psychology: Themes & variations. (2nd edition). California: Brook / Cole Publishing Company-Wadsworth, Inc.
[34] Yin, R. K. (2004). Studi kasus: Desain & metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [35] Situs Internet: [a] Agustiar, D. R. (2007). Tempo interaktiuf: 7 dari 9 ibu selingkuh. http://www.tempointeraktif.com/ hg/nasional/2007/04/04/brk,200 70404-97164,id.html#top [b] Dharnoto. (2004). Selingkuh bukan cuma seks!. http://www.kompas.co.id [c] Kartini. (2005). Selingkuh dan konseling.
[email protected] [d] Kompas. (2003). Riset terbaru human nature. http://artikelselingkuhblogspot.c om/2005/09/selera-selingkuhpara-wnt.html [e] Merriem-Webster. (2004). Merriem-Webster Dictionary Law. http://dictionary.reference.com/s earch?q=marriage&r=67 [f] Mulamawitri, T. (2005). Selingkuh? please deh!. http://www.kompas.co.id [g] Pontianak Post. (2007). Selingkuh rusak fisik dan mental. http://www.pontianakpost.com/b erita/index.asp?Berita=Familia&i d=131484#top [h] Purwanto, Y. (2004). Selingkuh: Abnormal yang dinikmati. http://ums.ac.id/fakultas/psikolog i/modules.php?name=News&ne w_topic=4 [i] Republika. (2007). Data selingkuh di indonesia. http://kisahislam.com. [j] Rini, J. F. (2001). Perselingkuhan. http://www.epsikologi.com/keluarga/selingkuh.h tm [k] Tobing, N. L. (2006). Dewasa muda. http://www.ayahbundaonline.com/info_ayahbunda/info _detail.asp?id=pengalaman&inf o_id=853 [l] SWA. (2000). Menyoal dampak selingkuh. http://beranda.blogsome.com/20 06/06/20/menyoal-dampakselingkuh.html
12
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.