naskah publikasi hubungan antara persepsi mahasiswa ... - Psikologi

45 downloads 260 Views 85KB Size Report
tinggi regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa. Sebaliknya, jika semakin negatif persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, semakin rendah.
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DOSEN DENGAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR

Oleh : DEWI KAPLIANI RATNA SYIFA`A R.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DOSEN DENGAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR

Telah Disetujui Pada Tanggal

_______________________

Dosen Pembimbing Utama

(Ratna Syifa`a R, S.Psi., M.Si)

 

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DOSEN DENGAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR

Dewi Kapliani Ratna Syifa`a R.

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Semakin positif persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, semakin tinggi regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa. Sebaliknya, jika semakin negatif persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen, semakin rendah regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, jurusan Psikologi yang mengambil mata kuliah Statistik, berusia 17 sampai 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Adapun skala yang digunakan adalah skala persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen yang mengacu pada teori Cohen dan Syme (Cohen&Syme, 1985) dan skala regulasi diri dalam belajar yang mengacu pada teori Zimmerman (Zimmerman, 1989). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 16,0 for windows untuk menguji hubungan antara antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r₌0,554 dengan P₌0,000 (P < 0,05) berarti ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Jadi hipotesis penelitian ini diterima. Kata kunci: Persepsi Mahasiswa Terhadap Dukungan Sosial Dosen, Regulasi Diri Dalam Belajar.  

             

 

PENGANTAR Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang harus ada dan dituntut selalu ada dalam diri setiap manusia. Dalam Islam belajar itu ibadah atau sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT, sehingga belajar harus dilakukan sepanjang hidup manusia (Rachman, 2005). Setiap manusia akan menjadi lebih baik, tidak terjebak pada kesalahan ataupun kegagalan yang sama, manusia akan lebih cerdas, bijaksana, adil, taat kepada Allah SWT juga akan mendapat sejuta kebaikan lainnya dengan melakukan proses belajar dalam hidupnya (Rachman, 2005). Pada Perguruan Tinggi, mahasiswalah yang melakukan kegiatan belajar. Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di suatu universitas atau perguruan tinggi. Dapat juga dikatakan bahwa mahasiswa adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Mahasiswa melakukan kegiatan belajar di dalam kampus maupun di luar kampus. Proses belajar di Perguruan Tinggi disebut kuliah yaitu proses belajar mengajar yang dapat meliputi komunikasi langsung dan tidak langsung, praktikum, eksperimen dan pemberian tugas akademik lainnya seperti membaca bacaan wajib yang menjadi bahan kuliah dan membuat uraian atau tanggapan atau bacaan yang menjadi bahan kuliah (Hardjana, 1994). Selain kegiatan tersebut, mahasiswa juga harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Kasus yang terjadi pada mahasiswa adalah menyontek ketika ujian karena mereka tidak mau belajar bahkan ketika menjelang kuliah dimulai sekelompok

 

mahasiswa duduk diam di kelas kosong ternyata bukan untuk belajar tetapi menyalin pekerjaan mahasiswa lainnya (Nugroho, 2003). Menurut Supardi dan Sadarjoen mengatakan ada beberapa masalah yang tengah dihadapi oleh para pelajar termasuk mahasiswa di Indonesia yaitu jenuh dan malas, jatuh cinta dan patah hati, tidak mampu mengelola waktu, serta rendahnya minat dalam belajar. Hal itu mengakibatkan rendahnya motivasi belajar (Supardi & Sadarjoen. 2002). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kampus Prodi Psikologi, terlihat bahwa beberapa mahasiswa datang ke kampus dan masuk ruang kuliah tapi pada saat perkuliahan dimulai mahasiswa tidak memperhatikan dosen saat menerangkan materi kuliah. Ada mahasiswa yang hanya berbicara dengan temannya, sibuk bermain handphone, membaca buku yang tidak berkaitan dengan materi kuliah bahkan tidur di dalam ruang kuliah. Berdasarkan kasus-kasus tersebut, terlihat bahwa mahasiswa belum bisa fokus pada kuliahnya dan mahasiswa tidak mampu mendorong dirinya untuk belajar dan mengerjakan tugas. Idealnya seorang mahasiswa memiliki regulasi diri dalam belajar. Menurut Pintrich, regulasi diri dalam belajar terutama dimiliki oleh mahasiswa karena mereka sudah mampu mengontrol kegiatan-kegiatannya dan mengetahui bagaimana melakukan kegiatan belajar yang tepat (Chen, 2002). Regulasi diri dalam belajar atau Self-Regulated Learning, menurut Zimmerman adalah

suatu proses yang digunakan untuk mengaktifkan dan

mempertahankan pikiran, perilaku dan perasaan untuk mencapai tujuan belajar (Woolfolk, 2004). Sehingga mahasiswa mampu mengatur dirinya sendiri sehingga dia tahu kapan waktu untuk belajar dan membuat belajar menjadi lebih mudah

 

maupun melakukan hal yang lain sehingga kuliahnya tidak terganggu dan tetap bisa berprestasi di kampus. Dengan kata lain mereka harus mampu menjadi SelfRegulated Learners yaitu seseorang yang mampu menggabungkan antara kemampuan akademik dan self control agar membuat belajar menjadi mudah sehingga mereka lebih termotivasi dengan kata lain mereka memiliki kemampuan (skill) dan keinginan untuk belajar (Woolfolk, 2004). Regulasi diri dalam belajar merupakan teori yang berasal dari budaya barat dimana mahasiswanya cenderung individualis sehingga interaksi antara mahasiswa dengan dosen jarang terjadi. Dalam penelitian ini, regulasi diri dalam belajar dikaitkan dengan budaya timur yang tidak individualis sehingga interaksi antara mahasiswa dengan dosen akan sering terjadi dan dosen memiliki peran yang cukup penting bagi mahasiswa. Dosen bukan hanya fasilitator pengetahuan tapi juga sebagai seseorang yang dapat memberikan semangat agar mahasiswa melakukan kegiatan belajar dengan baik. Para dosen juga dapat memberikan masukan dan penilaian mengenai usaha yang telah dilakukan mahasiswa serta memperkuat dan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa akan kemampuan mereka. Menurut Zimmerman, dalam lingkungan pendidikan (sekolah/ kampus) interaksi siswa atau mahasiswa dengan para pengajar (guru, dosen) merupakan pengalaman yang paling utama yang berpengaruh dalam meregulasi diri dalam belajar (Handoz, 2008). Interaksi tersebut dapat berupa dukungan sosial karena mahasiswa juga seorang mahluk sosial yang tentunya membutuhkan bantuan atau pertolongan dari orang lain dalam segala hal.

 

Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya (Kuntjoro, 2002). Dukungan sosial disini berupa dukungan sosial dari dosen karena salah satu komponen dari dukungan sosial adalah memberikan bimbingan yang memungkinkan mahasiswa mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa misalnya mahasiswa yang regulasi diri dalam belajarnya rendah. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Alwisol, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi regulasi diri (self regulation) adalah faktor lingkungan yaitu melalui orang tua dan guru/ dosen, anak-anak dapat belajar yang baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas seorang anak kemudian mengembangkan standard yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri (Alwisol, 2004). Semua aktivitas belajar yang terjadi di kampus seperti proses mengajar yang dilakukan dosen akan mendatangkan suatu persepsi dari para mahasiswa, proses persepsi tersebut akan menimbulkan suatu evaluasi yang berbentuk positif maupun negatif. Apabila persepsi mahasiswa itu positif mengenai dukungan sosial dosen akan bertambah regulasi diri dalam belajar dan sebaliknya jika persepsi itu

 

negatif akan menurunkan regulasi diri dalam belajar mahasiswa. Persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen merupakan penilaian dari mahasiswa mengenai dukungan sosial dosen. Sehingga peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yaitu: ”Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar?”

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR Menurut Zimmerman, regulasi diri dalam belajar atau Self-Regulated Learning

adalah

proses

yang

digunakan

untuk

mengaktifkan

dan

mempertahankan pikiran, perilaku dan perasaan untuk mencapai tujuan belajar (Woolfolk, 2004). Dari sumber lain, Zimmerman mendefinisikan bahwa regulasi diri dalam belajar merupakan strategi, tindakan dan proses yang diarahkan untuk mendapatkan informasi atau kemampuan yang melibatkan perantara, tujuan, dan persepsi strategi, tindakan dan proses yang diarahkan untuk mendapatkan informasi atau kemampuan yang melibatkan perantara, tujuan, dan persepsi siswa/ mahasiswa (Handoz, 2008). Regulasi diri dalam belajar adalah kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diarahkan untuk menambah dan memudahkan belajar pada tiap situasi belajar yang berbeda (Baumert, 2000). Sedangkan menurut Pintrich, regulasi diri dalam belajar sebagai suatu proses konstruktif karena pelajar dapat membentuk tujuan dalam belajar dan setelah itu berusaha memonitor, mengatur dan mengontrol kognitif, motivasi dan perilaku

 

untuk mencapai tujuan belajar maupun yang berhubungan dengan lingkungan belajar (Gundogdu, 2006). Sedangkan aspek-aspek regulasi diri dalam belajar menurut Zimmerman (Zimmerman, 1989), adalah metakognitif (planning, monitoring dan regulating), motivasi (self-efficacy, outcome expectation, intrinsic interest dan goal orientation) dan perilaku (self observation, self judgment dan self reaction).

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DOSEN Davidoff (Walgito, 2002), mengatakan bahwa persepsi adalah bagaimana stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. Sedangkan menurut Thoha (1999), persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Penulis mengambil kesimpulan bahwa persepsi mahasiswa adalah suatu proses yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memberikan suatu interpretasi/ penilaian terhadap objek dengan menggunakan penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Dukungan sosial (social support) menurut Gottlieb didefenisikan sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan

 

sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku penerimanya (Kuntjoro, 2002). Gibson mendefinisikan dukungan sosial diartikan sebagai kesenangan, bantuan, yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan yang lai atau kelompok (Anadarika, 2004). Pendapat lain dari Chaplin, dukungan sosial adalah pengadaan atau penyediaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan orang lain berupa dorongan, semangat dan nasihat pada orang lain (Chaplin, 1989). Sedangkan menurut Leavy, dukungan sosial sebagai tersedianya hubungan yang didalamnya terkandung isi pemberian bantuan dimana hubungan itu merupakan ikatan sosial yang erat antara individu dengan orang yang memberi dukungan (Ganster dkk, 1986). Dukungan sosial dapat diberikan oleh orang-orang yang ada di lingkungan sosial seseorang seperti sekolah/ kampus yaitu teman dan guru/ dosen. Penelitian ini mengkhususkan dukungan sosial yang berasal dari lingkungan kampus yaitu dukungan sosial dosen. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli mengenai dukungan sosial, ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial dosen adalah bantuan yang diberikan oleh dosen berupa pemberian informasi yang dapat berbentuk dorongan, semangat, nasihat, kenyamanan, penilaian dan perhatian sehingga membuat mahasiswa merasa dicintai, dihargai dan diperhatikan. Sedangkan persepsi mahasiswa tentang dukungan sosial dosen adalah suatu proses yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengorganisasikan, menginterpretasikan dan mengevaluasi dukungan sosial dosen. Aspek-aspek dari dukungan sosial dosen

 

menurut Cohen dan Syme yaitu emosi, informasi, instrumental, dan penilaian (Cohen&Syme, 1985).

METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Variabel bebas: persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen. Variabel tergantung: regulasi diri dalam belajar. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i program studi psikologi Universitas Islam Indonesia yang yang mengambil mata kuliah Statistik, berusia 17 sampai 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Metode Pengumpulan Data Untuk mengukur hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar, peneliti menggunakan angket yang terdiri atas dua skala yang dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala regulasi diri dalam belajar dan skala persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen. Skala regulasi diri dalam belajar dan skala persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen yang terdiri dari dua kelompok aitem yaitu kelompok aitem favourable dan kelompok aitem unfavourable. Kelompok aitem favourable artinya pernyataan tersebut mendukung terwujudnya tingkah laku sedangkan kelompok aitem unfavourable artinya pertanyaan tersebut tidak mendukung terwujudnya tingkah laku. Skala model yang digunakan sebagai pola dasar

 

pengukuran ini adalah model Likert. Skala Likert mempunyai lima alternatif respon yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), ragu-ragu (E), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Untuk lebih memperjelas jawaban subjek dan menghindari kecenderungan subjek memilih ragu-ragu maka penelitian ini menggunakan empat alternatif respon jawaban saja yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah product moment dari Pearson karena karena penelitian ini bersifat korelasional yaitu untuk menguji hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial dosen dengan regulasi diri dalam belajar. Sedangkan analisanya dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 16.00 for Windows.

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.

Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Z. Variabel persepsi mahasiswa terhadap dukungan sosial

 

dosen menunjukkan KSZ=1,258; P=0,084 (P>0,05) dan variabel regulasi diri dalam belajar menunjukkan KSZ=0,744; P=0,637 (P>0,05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa skor subjek pada kedua variabel tersebut memiliki sebaran normal. Uji Linearitas Berdasarkan hasil pengujian linearitas diperoleh F=27,304 dan P=0,000 (P