Pdf - Ejournal PPS Unsyiah - Universitas Syiah Kuala

21 downloads 84 Views 163KB Size Report
government WDP opinion period and the financial performance of local government ... pemerintah daerah periode opini WDP dan kinerja keuangan pemerintah ...
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

ISSN 2302-0164 pp. 104- 113

10 Pages

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PERIODE OPINI WDP DAN PERIODE OPINI WTP (STUDI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH TAHUN 2011-2012) 1)

1)

Muhammad Taufik1, Darwanis 2, Muhammad Arfan 2

Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2)

Fakultas Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: This study aims to examine and analyze the financial performance of local government WDP opinion period and the financial performance of local government WTP opinion period districts/cities in Aceh province 2011-2012. Population studies 5 district/cities in Aceh province that opinion increased acceptance of WDP in 2011 to the WTP in 2012. While the unit of analysis this study is LKPD (Local Government Finance Report) audited districts/cities in Aceh province for the years 2011-2012. Therefore, as many as 10 LKPD will be the unit of analysis this study. Analysis using Paired t Test Analysis. The results showed that the financial performance of local government WDP opinion period there was no difference with the financial performance of local government WTP opinion period districts/cities in Aceh province 2011-201. Keywords : Financial Performance, Ratio of Regional Independence, Effectiveness Ratios, Activity Ratios and Audit Opinion

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP dan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012. Populasi penelitian pada 5 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang mengalami peningkatan penerimaan opini dari WDP pada tahun 2011 kepada WTP pada tahun 2012. Sedangkan unit analisis penelitian ini adalah LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Audited pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh untuk tahun 2011-2012. Oleh karena itu, sebanyak 10 LKPD akan dijadikan unit analisis penelitian ini. Teknik analisis data menggunakan Analisis Uji Beda (Paired t Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP tidak berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012. Kata kunci : Kinerja Keuangan, Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Efektivitas, Rasio Aktivitas dan Opini Audit

PENDAHULUAN

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

Undang-Undang Dasar Negara Republik

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

Indonesia 1945 menyebutkan bahwa daerah

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

provinsi beserta kabupaten/kota merupakan daerah

aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

otonom. Yang dimaksud daerah otonom menurut

Republik Indonesia”.

UU No. 32 Tahun 2004 yaitu “Kesatuan

Sebagai daerah otonom, daerah provinsi dan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

kabupaten/kota memiliki pemerintahan daerah yang Volume 3, No. 1, Februari 2014

- 104

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan daerah.

Pengecualian) dari BPK.

Salah satu fungsi pemda berdasarkan UU Nomor

Menurut Suaedy (2011) pemberian opini

33 Tahun 2004 yaitu melaksanakan suatu sistem

WTP terhadap laporan keuangan adalah sebuah

pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan

apresiasi dari BPK terhadap instansi pemerintah

peraturan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Pemda

yang telah melakukan pengelolaan keuangan

akan menghasilkan suatu laporan keuangan sebagai

dengan baik. Jadi seharusnya mengejar WTP bukan

pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan

semata-mata untuk tujuan jangka pendek, namun

rakyat.

lebih sebagai upaya untuk membudayakan rasa Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003

menetapkan bahwa laporan keuangan pemerintah

tanggung jawab dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.

pada gilirannya harus diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa

Keuangan).

Tugas

BPK

Kinerja

keuangan

dapat

menunjukkan

adalah

bagaimana kondisi keuangan pemerintah serta

melaksanakan pemeriksaan keuangan, kemudian

kemampuan pemerintah dalam memperoleh dan

hasil dari pemeriksaan BPK akan dikeluarkan

menggunakan dana untuk pembangunan negara.

pendapat atau opini yang merupakan pernyataan

Oleh karena itu, kinerja pemerintah perlu dilakukan

profesional pemeriksa atas pemeriksaan laporan

untuk mengukur sejauh mana kemajuan dicapai

keuangan. Hasil penilaian tersebut dituangkan

oleh pemerintah dalam menjalankan tugasnya

dalam bentuk pernyataan pendapat/opini auditor

(progress report) (Mardiasmo, 2006:90).

BPK tentang kewajaran penyajian informasi

Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemda

keuangan. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk

maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap

meningkatkan

kinerja

bobot

pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Pemda.

keuangan

Pemda

daerah.

Salah

keuangan

dalam satu

mengelola alat

untuk

Fenomena di Provinsi Aceh mengenai

menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola

pemberian opini BPK adalah, masih terdapatnya

keuangan daerah adalah dengan melakukan analisis

laporan keuangan kabupaten/kota Tahun 2012 yang

rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan ini

mendapat opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)

selanjutnya digunakan sebagai tolak ukur untuk

dari BPK. Berdasarkan LHP (Laporan Hasil

menilai kemandirian keuangan pemerintah dalam

Pemeriksaan) atas LKPD (Laporan Keuangan

membiayai penyelenggaraan daerah, mengukur

Pemerintah Daerah) kabupaten/kota di Provinsi

efektivitas

Aceh Tahun 2012 yang telah diaudit oleh BPK,

mengukur efisiensi belanja, serta mengukur sejauh

ditetapkan bahwa hanya 7 kabupaten/kota di

mana

Provinsi Aceh yang menerima opini WTP dari total

pendapatan dan belanja tiap tahunnya.

dalam

kinerja

merealisasikan

keuangan

dari

pendapatan,

pertumbuhan

23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Sebanyak 14

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji

kabupaten dan 2 kota di Provinsi Aceh masih

dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan

mendapat predikat opini WDP (Wajar Dengan

pemerintah daerah periode opini WDP dan kinerja

105 -

Volume 3, No. 1, Februari 2014

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala keuangan pemerintah daerah periode opini WTP

Menurut Halim (2007:231), pemerintah

pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-

daerah sebagai pihak yang diberikan tugas

2012.

menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

masyarakat

wajib

melaporkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN

pertanggungjawaban keuangan daerah sebagai

Keuangan Daerah

dasar penilaian kinerja keuangannya. Salah satu alat

Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005,

untuk

menganalisis

kinerja

Pemda

dalam

yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah

mengelola keuangan daerahnya adalah dengan

“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat

yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya.

dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak

Rasio Kemandirian Daerah Menurut Halim (2007:232) kemandirian

dan kewajiban daerah tersebut”. Menurut Halim (2007:25) keuangan daerah memiliki ruang lingkup yang terdiri atas keuangan yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk keuangan daerah yang dikelola langsung adalah APBD dan barang-barang inventaris milik daerah. Di lain pihak, keuangan daerah yang dipisahkan meliputi BUMD (Badan

daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan Pemda

dalam

pemerintahan,

membiayai

sendiri

pembangunan,

dan

kegiatan pelayanan

kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi

sebagai

sumber

pendapatan

yang

diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Usaha Milik Daerah).

dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan

Kinerja Keuangan Daerah PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

dan

Kinerja

Instansi

Pemerintah

menyebutkan bahwa kinerja adalah suatu keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur Mulyadi (2004:79) mengungkapkan bahwa “Pengukuran

kinerja

keuangan

organisasi,

bagian

Formula yang digunakan untuk menghitung rasio kemandirian daerah adalah sebagai berikut (Halim, 2007:232): Realisasi Penerimaan PAD Rasio Kemandirian = Bantuan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pinjaman, Hibah

merupakan

penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.

organisasi,

dan

Penjelasan pola hubungan dan tingkat kemampuan daerah dapat dilihat pada tabel berikut.

karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria sebelumnya. Volume 3, No. 1, Februari 2014

- 106

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 1.

Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Kemandirian Keuangan (%) Rendah 0% - 25% Sekali Rendah 25% - 50% Sedang 50% - 75% Tinggi 75% - 100% Sumber: Halim (2004:189)

Pola Hubungan Instruktif Konsultatif Partisipatif Delegatif

Tabel 2.

Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Persentase Kinerja Kriteria Keuangan Diatas 100% Sangat Efektif 90% - 100% Efektif 80% - 90% Cukup Efektif 60% - 80% Kurang Efektif Kurang dari 60% Tidak Efektif Sumber: Keputusan Mendagri Nomor 690.900-327 Tahun 1996

Rasio Aktivitas

Rasio Efektivitas Setiap pemerintahan telah memiliki estimasi

Analisis aktivitas keuangan daerah adalah

PAD yang tentunya disusun berdasarkan potensi-

bagaimana

potensi yang dimiliki suatu daerah. Tidak tertutup

membelanjakan pendapatan daerahnya. Analisis

kemungkinan dalam realisasinya, PAD lebih besar

aktivitas diklasifikasikan menjadi 2 analisis rasio

atau lebih kecil dari yang telah diestimasikan. Rasio

yaitu analisis rasio keserasian dan Debt Service

Efektivitas PAD ini menunjukkan seberapa efektif

Coverage Ratio (DSCR).

suatu daerah dalam merealisasikan PAD yang telah

efektivitas

memperoleh

dan

Dalam penelitian ini analisis rasio aktivitas yang digunakan hanya rasio keserasian. Halim

dianggarkan tersebut. Rasio

Pemda

dapat

diformulasikan

sebagai berikut (Halim, 2007:233):

(2007:235) menyebutkan bahwa rasio keserasian yaitu rasio yang menggambarkan bagaimana Pemda memprioritaskan alokasi dananya pada

Realisasi Penerimaan PAD Rasio efektivitas = Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Berdasarkan Potensi Riil Daerah Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang

belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan utnuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.

dicapai mencapai minimal 1 (satu) atau 100 persen.

Karena belum ada tolok ukur yang jelas

Namun demikian, semakin tinggi rasio efektivitas,

mengenai rasio keserasiaan pemerintah daerah saat

menggambarkan kemampuan daerah yang semakin

ini maka untuk membandingkan rasio keserasian

baik.

pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam

penelitian ini dilakukan penghitungan rata-rata

Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 tentang

belanja rutin dan belanja pembangunan selama

Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan, maka

tahun penelitian. Secara sederhana, rasio keserasian

kriteria efektivitas kinerja keuangan dapat dilihat

tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut

pada tabel berikut.

(Halim, 2007:235): Rasio belanja rutin (operasional) terhadap

107 -

Volume 3, No. 1, Februari 2014

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala APBD, dihitung dengan:

c.

Pendapat

Wajar

dengan

Pengecualian

(Qualified Opinion). Pendapat wajar dengan Total Belanja Pegawai (Belanja Pegawai Tidak Langsung) Total APBD

pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai

Rasio belanja pembangunan (modal) terhadap

dengan prinsip akuntansi berterima umum di

APBD, dihitung dengan:

Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal

Total Belanja Pembangunan (Modal) Total APBD

yang dikecualikan. d.

Opini Audit

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor

Menurut UU Nomor 15 Tahun 2004, yang dimaksud

dengan

profesional

opini

sebagai

adalah

pernyataan

kesimpulan

pemeriksa

apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan

dalam

laporan

keuangan.

Opini

umum. e.

merupakan pernyataan professional pemeriksa

Mulyadi

melaksanakan

(2002:20-22),

opini

Wajar

Tanpa

tidak

audit

yang

berlingkup

memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Pengecualian

(Unqualified Opinion). Dengan pendapat

Hipotesis Penelitian

auditor

Bertitik tolak dari permasalahan yang

keuangan

diajukan dan tujuan penelitian mengenai kinerja

menyajikan secara wajar dalam semua hal

keuangan daerah, maka hipotesis yang diajukan

yang

adalah “Kinerja keuangan pemerintah daerah

wajar

tanpa

menyatakan

b.

menyatakan

memadai untuk memungkinkan auditor

auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pendapat

Auditor

memberikan pendapat jika auditor tidak

disajikan dalam laporan keuangan. Menurut

Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).

mengenai kewajaran informasi keuangan yang

a.

Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion).

pengecualian,

bahwa

material

laporan

sesuai

dengan

prinsip

akuntansi berterima umum di Indonesia.

periode opini WDP berbeda dengan kinerja

Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan

keuangan pemerintah daerah periode opini WTP

Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with

pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-

Explanatory Language). Dalam keadaan

2012”.

tertentu,

auditor

menambahkan

suatu

paragraph penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan.

METODE PENELITIAN

Penelitian

ini

dilakukan

dengan

menggunakan metode penelitian sensus. Dimana populasi

dalam

penelitian

ini

adalah

5

kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang mengalami Volume 3, No. 1, Februari 2014

- 108

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala peningkatan penerimaan opini dari WDP pada

dialokasikan utnuk belanja rutin berarti persentase

tahun 2011 kepada WTP pada tahun 2012.

belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana

Operasionalisasi Variabel 1.

ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.

Rasio Kemandirian Daerah Menurut Halim (2007:232) kemandirian

daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan Pemda

dalam

sendiri

pembangunan,

dan

Opini Audit Menurut UU Nomor 15 Tahun 2004

kegiatan

pengertian opini adalah pernyataan profesional

pelayanan

sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat

kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan

retribusi

keuangan.

pemerintahan,

membiayai

4.

sebagai

sumber

pendapatan

yang

diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam

ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli

Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA

Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan

Seksi 508), berbagai tipe pendapat auditor yaitu,

daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya

pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar

bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.

tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku,

2.

Rasio Efektivitas Setiap pemerintahan telah memiliki estimasi

PAD yang tentunya disusun berdasarkan potensi-

pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat.

potensi yang dimiliki suatu daerah. Tidak tertutup kemungkinan dalam realisasinya, PAD lebih besar

Metode Analisis

atau lebih kecil dari yang telah diestimasikan. Rasio

Prosedur analisis data dalam penelitian ini

Efektivitas PAD ini menunjukkan seberapa efektif

dilakukan dengan beberapa tahap-tahap. Tahap

suatu daerah dalam merealisasikan PAD yang telah

pertama yaitu pemetaan indikator kinerja LKPD,

dianggarkan tersebut

dimana menelusuri LKPD kabupaten/kota yang dijadikan populasi penelitian untuk mencari besaran

3.

Rasio Aktivitas Dalam penelitian ini analisis rasio aktivitas

yang digunakan hanya rasio keserasian. Halim (2007:235) menyebutkan bahwa rasio keserasian yaitu rasio yang menggambarkan bagaimana Pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

antara kabupaten/kota periode opini WDP dan periode opini WTP. Dari hasil penelusuran tersebut akan dipetakan kinerja keuangan yang telah dilakukan

oleh

pemerintah

daerah

pada

kabupaten/kota. Tahap kedua yaitu analisis statistik deskriptif, dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan

Semakin tinggi persentase dana yang 109 -

nilai perbandingan kinerja dan perubahan kinerja

Volume 3, No. 1, Februari 2014

gambaran mengenai data yang diperoleh. Dari

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala analisis statistik deskriptif ini akan diperoleh nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maksimum),

2012. a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t

nilai rata-rata (mean), serta nilai standar deviasi dari

tabel:  Jika Statistik Hitung (angka t output) >

data yang diolah. Selanjutnya tahap ketiga yaitu analisis Uji

Statistik Tabel (tabel t), maka Ho ditolak.  Jika Statistik Hitung (angka t output)
0,05, maka Ho diterima.

opini WDP dan periode opini WTP.

 Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Rancangan Pengujian hipotesis

Untuk uji dua sisi, setiap sisi dibagi 2 hingga

Rancangan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test dua sisi. dilakukan untuk

menjadi:  Angka probabilitas/2 > 0,025, maka Ho

melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata populasi.

diterima.

Hipotesis untuk pengujian ini adalah sebagai

 Angka probabilitas/2 < 0,025, maka Ho

berikut:

ditolak.

Ho: Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP tidak berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini

HASIL PEMBAHASAN Hasil Pengujian Hipotesis

WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012.

Berdasarkan analisis data kinerja keuangan periode opini WDP dan periode opini WTP

Ha: Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP berbeda dengan kinerja keuangan

dengan menggunakan pengujian paired t-test diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.

pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011Tabel 1.

Hasil Pengujian Paired t Test

Paired Samples Statistics Std. Std. Error Mean N Deviation Mean 43.235 2 37.661 5 0 89 8.42145

Pair Periode 1 Wajar Dengan Pengecualian Periode 44.242 2 Wajar Tanpa 0 0 Pengecualian

40.170 05 8.98230

Volume 3, No. 1, Februari 2014

- 110

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Berdasarkan Tabel 1 Paired Samples Statistic untuk kedua sampel, kinerja keuangan kabupaten/kota

periode

opini

sedangkan nilai t tabel (0,025;19) yaitu 1,729. Sehingga diperoleh kurva sebagai berikut:

WDP

memperoleh rata-rata 43,2355%, sedangkan pada periode opini WTP kinerja keuangan kabupaten/kota

memperoleh

rata-rata

44,2420%.

Pair 1

Oleh karena t hitung terletak pada daerah

Paired Samples Correlations N Correlation Periode Wajar 20 ,987 Dengan Pengecualian & Periode Wajar Tanpa Pengecualian

Berdasarkan

tabel

Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa

Sig. ,000

kinerja keuangan periode opini WDP dan kinerja keuangan periode opini WTP tidak berbeda. Atau bermakna, pemberian opini dari

Paired

Samples

Correlations untuk kedua sampel, diperoleh hasil

korelasi

yaitu

0,987

dengan

BPK tidak mengakibatkan perbedaan kinerja keuangan pada kabupaten/kota.

nilai

probabilitas di bawah 0,05 (nilai sig. yaitu

2.

Terlihat bahwa t hitung adalah 1,646

0,000). Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara kinerja keuangan periode WDP dan kinerja keuangan periode WTP adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.

Berdasarkan nilai probabilitas:

dengan probabilitas 0,514. Untuk uji dua sisi, angka probabilitas adalah 0,514/2 = 0,257. Oleh karena 0,257 > 0,025, maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja

Paired Samples Test

keuangan periode opini WDP dan kinerja

Paired Differences

keuangan periode opini WTP relatif sama. Atau

95%

Confidence

Interval

Std. Mean

Pair 1 WDP - WTP

Std. Error

Deviation

-1.00650

6.76093

Mean

1.51179

of

mengakibatkan perbedaan kinerja keuangan

Difference

Lower

Upper

-4.17071

2.15771

Pair 1

WDP - WTP

-,666

df

Berdasarkan

Tabel 1 pada tabel Paired

Berdasarkan

hipotesis

perbandingan

yaitu

yang

telah

ditentukan

“Kinerja

keuangan

berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah

,514

daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012”.

Samples Test diperoleh hasil berikut: 1.

dengan

pemerintah daerah periode opini WDP tidak

Sig. (2-tailed)

19

pada kabupaten/kota. Hasil penelitian ini sesuai sebelumnya,

Paired Samples Test

t

bermakna, pemberian opini dari BPK tidak

the

t

hitung

dengan t tabel: Diperoleh nilai t hitung yaitu -0,666,

PEMBAHASAN

1.

Kabupaten Aceh Besar Kinerja keuangan daerah kabupaten Aceh Volume 3, No. 1, Februari 2014

- 111

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Besar yang diukur dengan rasio kemandirian

Namun di tahun 2012, RBRO diperoleh sebesar

pada tahun 2011 diperoleh nilai 7,76% dan

53,68% dan RBPM sebesar 20,16%.

tahun 2012 sebesar 7,39%. Rasio Efektivitas

4.

kabupaten Aceh Besar mengalami peningkatan

Kota Sabang Dilihat dari

Rasio Kemandirian kota

dari tahun 2011 yaitu 102,65% menjadi

Sabang selama tahun 2011-2012 hanya sekitar

105,55% tahun 2012 (naik 2,9%). Untuk Rasio

6%. Rasio Efektivitas, tahun 2011 kota Sabang

Aktivitas, pada tahun 2011, RBRO sebesar

memiliki 130,82%, sedangkan tahun 2012

59,80% sedangkan RBPM sebesar 13,49%.

meningkat menjadi 142,11%. Rasio Aktivitas

Namun di tahun 2012, RBRO diperoleh sebesar

kota Sabang tahun 2011 diperoleh RBRO

63,03% dan RBPM sebesar 9,67%.

43,49% sedangkan RBPM 24,26%. Tahun 2012

2.

Kabupaten Aceh Jaya

diperoleh RBRO 46,15% sedangkan RBPM

Pada Rasio Kemandirian tahun 2011

19,72%.

diperoleh hasil 3,40% namun tahun 2012

5.

meningkat menjadi 3,71%. Rasio efektivitas

Kota Subulussalam Berdasarkan

data

penelitian

kabupaten Aceh Jaya mengalami peningkatan

menunjukkan bahwa kontribusi PAD terhadap

dari tahun 2011 yaitu 89,33% menjadi 100,99%

total

di tahun 2012. Rasio Aktivitas kabupaten Aceh

Subulussalam masih sangat rendah, yaitu

Jaya pada tahun 2011, diperoleh RBRO sebesar

sebesar 1,97% pada TA 2012 dan 2,09% pada

38,93% sedangkan RBPM sebesar 30,50%.

TA 2011.Rasio Efektivitas kota Subulussalam

Namun di tahun 2012, RBRO diperoleh sebesar

mengalami penurunan selama TA 2011 yaitu

54,00% dan RBPM sebesar 21,97%.

79,59% menjadi 76,45% pada TA 2012. Hal

3.

data

penelitian,

Pemerintah

Kota

tersebut dikarenakan penurunan realisasi PAD

Kabupaten Aceh Tengah Berdasarkan

Pendapatan

PAD

TA 2012 dibanding realisasi TA 2011. Rasio

Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011-2012

Aktivitas

kota

Subulussalam

mengalami

tergolong masih rendah yang ditunjukkan

penurunan, pada tahun 2011 RBRO sebesar

dengan kontribusi PAD terhadap Pendapatan

31,61% dan RBPM 31,36%, sedangkan tahun

Daerah masih kecil sedangkan kontribusi

2012 RBRO 38,43% dan RBPM 20,17%.

penerimaan dana transfer lebih besar. Rasio Efektivitas dinilai baik karena dalam tahun

KESIMPULAN DAN SARAN

2011 pendapatan daerah yang ditargetkan

Kesimpulan

berhasil terealisasi 95,30%. Pada tahun 2012

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

target tersebut meningkat hingga terealisasi

maka dapat disimpulkan bahwa, “Kinerja keuangan

menjadi 99,04%. Rasio Aktivitas kabupaten

pemerintah daerah periode opini WDP tidak

Aceh Tengah terhadap RBRO 2011 sebesar

berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah

52,98% sedangkan RBPM sebesar 22,04%.

daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Volume 3, No. 1, Februari 2014

- 112

Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Provinsi Aceh tahun 2011-2012”. Saran Adapun saran yang dapat diberikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah: 1.

Untuk

penelitian

selanjutnya,

agar

mengambil populasi yang lebih besar seperti seluruh kabupaten/kota di Indonesia, di Jawa atau di Sumatera sehingga objek pengamatan yang diamati lebih luas dan kesimpulan yang diambil lebih dapat di generalisasikan. 2.

Untuk

SKPK

yang

terkait,

agar

meningkatkan kinerja keuangan daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik dalam mewujudkan good governance. Sehingga pengelolaan keuangan daerah yang dijalankan dapat bermanfaat bagi publik. 3.

Untuk masyarakat luas, agar dapat menilai kinerja

keuangan

daerah

sehingga

diharapkan dapat berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. DAFTAR KEPUSTAKAAN Departemen Dalam Negeri. 1996. Keputusan Dalam Negeri No. 690 900 327 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan. Jakarta: Sekretariat Negara. Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik (Edisi Revisi). Yogyakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Yogyakarta: STIE YKPN. Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah.Vol.2, No.1:1-17. Mulyadi. 2001a. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Suaedy, Soleh. 2011. Mengejar Opini Wajar Tanpa Pengecualian. Makalah Disampaikan Pada DiklatPim Tk.IV Manajemen Keuangan.

113 -

Volume 3, No. 1, Februari 2014

Surabaya. 20 Desember. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. --------. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah. --------. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. --------. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. --------. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. ---------.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah