pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah di panti sosial ...

205 downloads 249 Views 4MB Size Report
akhirnya anak yang menjadi korban sebagai anak putus sekolah. ..... 37 Abied, “ Faktor Penyebab Putus Sekolah,” artikel diakses tanggal 01 November 2009.
PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) “TARUNA JAYA” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: ZULFAHMI 105054102090

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

87

PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) “TARUNA JAYA” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: ZULFAHMI NIM. 105054102090

Di Bawah Bimbingan

Lisma Dyawati Fuaida, M.Si

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

88

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jakarta, 10 November 2009

ZULFAHMI

89

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skiripsi yang berjudul “PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) “TARUNA JAYA” SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tanggal 04 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Strata 1 (S-1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 04 Desember 2009

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. Mahmud Jalal, MA NIP. 19520422 198103 1 002

Ismet Firdaus, M.Si NIP. 150411196

Anggota:

Penguji I

Penguji II

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag NIP. 19601208 198803 1 005

Wati Nilamsari, M.Si NIP. 19710520 199903 2 002 Pembimbing

Lisma Dyawati Fuaida, M.Si

90

Sebuah bank memberi pinjaman setiap pagi sejumlah Rp. 86.400,dan akan mengambilnya kembali sisa dari pinjaman tersebut pada saat malam hari. Kita mungkin akan menghabiskan pinjaman itu setiap hari. Dan setiap kita memiliki pinjaman tersebut setiap hari yang diberi nama WAKTU. Setiap hari Dia memberi kita pinajaman sebanyak 86.400 detik dan akan menghapus sisa waku yang tidak digunakan setiap malam. Kemudian diberikan kembali esok hari dengan jumlah yang sama. Gunakan waktu sebaik-baiknya dan waktu tidak akan menunggu siapa-siapa.

~ZULFAHMI~

91

KATA PENGANTAR

   

Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan puji syukur bagi Allah SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah memberikan segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Pelatihan Keterampilan Bagi Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak yang menggeluti pemberian pelatihan program keterampilan pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya. Setelah melalui proses yang amat panjang dan godaaan serta hambatan yang sangat banyak yang penulis alami dalam melakukan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama kepada:

92

1.

Yang terhormat dan tercinta kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda H. Zailani dan Ibunda Hj. Djunaidah semoga Allah SWT selalu mencurahkan karunia nikmat dan kemuliaan sebagai balasan atas cinta kasih dan pengorbanan yang telah diberikan secara tulus dan ikhlas kepada penulis.

2.

Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta para pembantu Dekan, yang telah membimbing penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

3.

Bapak Drs.Helmi Rustandi, MAg dan Bapak Ismet Firdaus, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, dan juga seluruh Staf Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan skripsi ini.

4.

Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5.

Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmunya selama penulis kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

6.

Kepala Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) ”Taruna Jaya” Tebet beserta staf, khususnya Ibu Wiwik selaku Kepala Seksi Bimbingan dan Pelatihan, Bapak Saebun selaku Kepala Tata Usaha serta Bapak Wahyudi, Bapak Uke, Bapak Taufik, Bapak Kodir, Bapak Cecep,

93

Bapak Jananto, kak Dede, Bapak Toyo dan Ibu Nurima selaku instruktur pelatihan keterampilan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, juga tidak ketinggalan angkatan 79 tahun 2009, semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan yang telah diberikan. 7.

Kakak-kakak tercinta; Kak Zulkarnain, BA dan Mbak Desy Herawati, Kak Eny Nurrita dan Mas Haryo Wicaksono, SE, Kak Leni Herawati, S.Sos I, serta keponakanku Maulana Rizky Al Fatih dan Michelia Putri, yang menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8.

Sahabat-sahabat Kessos tempat berbagai macam inspirasi dan warnawarni kehidupan. Dony, Neo, Akmal, Kejo, Iman, Riza, Sahri, Izmoel dan Rsyad. Semoga persahabatan tetap abadi. Tidak ketinggalan juga “genk cewek” thanks for all. Juga teman-teman Kessos angkatan 2005 tanpa terkecuali, semoga persaudaraan tetap terjalin selama nafas masih berhembus. Serta Kessos angkatan 2006, 2007 dan 2008 semoga sukses.

9.

Sahabat susah senang bersama “the coconut boys”. David “Ucok” Abdul Jabar. A.Md, Chandra “Boegil” Prayoga. S.Sos (calon), Ari “Teple” S.IP. Tidak ketinggalan Dr. Kocak’s. SH.

10. Spesial untuk “cahaya penyemangat hidupku” yang selalu hadir memberi semangat di saat penulis mulai hilang dari fokus mencapai tujuan. 11. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

94

namanya namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umunya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yaitu jalan yang Engkau ridhoi dan bukan jalan yang Engkau murkai. Amin yaa Robbal’alamin.

Jakarta, 10 November 2009

ZULFAHMI

95

ABSTRAK ZULFAHMI

Pelatihan Keterampilan Bagi Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Tingginya angka pengangguran dan angka putus sekolah di Jakarta disebabkan oleh berbagai hal yang melatar bekanginya. Hal tersebut mulai dari kehidupan ekonomi masyarakat yang kurang mampu dan juga kehidupan pribadi masyarakat itu sendiri yang terkadang malas untuk bekerja serta menganggap pendidikan tidak begitu penting untuk dilaksanakan. Hal-hal di atas seperti itu mengakibatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia khususnya di Jakarta sangat rendah. Karena menurut survey yang dilakukan United Nations Development Program (UNDP) untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bahwa peringkat Indonesia pada tahun 2007/2008 berada pada posisi 107 dari 177 negara. Hal ini berbanding terbalik dengan kuantitas manusianya yang sangat tinggi. Pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah, yang diakibatkan oleh keterbatasan ekonomi namun mereka masih memiliki kemauan untuk maju, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar menjadi lebih baik. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Pemerintah DKI Jakarta, merupakan lembaga yang memberikan pelatihan keterampilan selama enam bulan kepada remaja putus sekolah. Di dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan bagaimana proses penelitian yang dilakukan oleh PSBR dan apa yang menjadi dasar PSBR dalam memberikan penilaian kepada para peserta pelatihan. Dalam penelian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti sendiri menjadi instrument penelitiannya dengan merasakan bagaimana tinggal di asrama bersama dengan para peserta pelatihan yaitu angkatan 79 tahun 2009. Kemudian peneliti juga melakukan observasi serta wawancara kepada peserta angkatan 79 yang sekarang telah menjadi alumni dalam pelatihan tersebut, juga wawancara kepada instruktur dan penyelenggara pelatihan. Peneliti membatasi penelitian ini pada angkatan 79 tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mendeskripsikan hasil penelitian ini menjadi suatu karya ilmiah. Di dalam pelatihan yang terdiri dari lima jurusan ini yaitu otomotif, las, ac, salon dan menjahit, tidak ketinggalan para pesertanya juga diberikan bimbingan sosial dan bimbingan mental dan spiritual. Hal ini sejalan dengan tujuan pelatihan yang diungkapkan oleh Dr. Oemar Hamalik bahwa ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dalam pelatihan selain dari keterampilannya itu sendiri antara lain semangat kerja, pembinaan budi pekerti, peningkatan keimanan dan ketaqwaan, dan peningkatan taraf hidup. Dari hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa pelatihan yang dilakukan di PSBR sangat baik karena melakukan pelatihan keterampilan dengan memberikan juga bimbingan spiritual dan mental, namun dengan waktu pelatihan yang singkat yaitu enam bulan sangat dirasakan kurang oleh para peserta.

96

DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ………………………………………………….

i

ABSTRAK …………………………..………………………………….. v DAFTAR ISI ……………………..……………………………………… vi DAFTAR TABEL ………………………………………………………. ix DAFTAR BAGAN ……………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah …………………………… 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 6 D. Metode Penelitian ……………………………………………… 7 E. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 13 BAB II TINJAUAN TEORITIS ………………………………………... 15 A. Pelatihan ……………………………………………………….. 15 1. Pengertian Pelatihan ……………………………………….. 15 2. Peran Pelatih atau Instruktur ……………………………….. 21 3. Manfaat Pelatihan ………………………………………….. 23 B. Pengertian Keterampilan ………………………………………. 24 C. Pengertian Remaja …………………………………………….. 25 1. Remaja Putus Sekolah ……………………………………… 27 2. Ciri-ciri Masa Remaja ……………………………………… 30 3. Tantangan dan Masalah Remaja …………………………… 31

97

D. Pengertian Kualitas ……………………………………………. 33 E. Pengertian Sumber Daya Manusia …………………………….. 33 1. Tujuan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ……… 36 F. Nilai …………………………………………………………….. 37 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………. 39 A. Identitas Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” …………… 39 B. Sejarah Singkat dan Perkembangan …………………………… 39 C. Letak Geografis ………………………………………………... 42 D. Visi …………………………………………………………….. 42 E. Misi …………………………………………………………….. 42 F. Struktur Organisasi …………………………………………….. 43 G. Landasan Hukum ……………………………………………… 44 H. Kondisi Fasilitas Lembaga ……………………………………. 44 I. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………. 46 J. Sasaran Garapan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di PSBR “Taruna Jaya” Tebet ………………………………….. 47 K. Jumlah Peserta Pelatihan ……………………………………… 48 L. Proses Pelayanan ……………………………………………… 49 M. Sumber Dana …………………………………………………. 52 BAB IV GAMBARAN PELATIHAN DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA “TARUNA JAYA” DALAM MENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ………………….. 53 A. Tahapan dan Analisis Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan untuk Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas .. 53

98

1. Tahapan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan …………...... 53 a. Masa Penerimaan dan Seleksi Calon Peserta …………... 54 b. Masa Pelatihan …………………………………………. 55 c. Masa Terminasi ………………………………………… 60 2. Analisis Terhadap Pemberian Pelatihan Keterampilam di PSBR untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia ……. 58 a. Peserta …………………………………………………. 61 b. Instruktur atau Pelatih ………………………………… 64 c. Lamanya Waktu Pelatihan ……………………………. 67 d. Meode Pelatihan ………………………………………

69

B. Proses Pemberian Penilaian dan Dasar Penilaian bagi PSBR serta Analisis Terhadap Penilaian yang Diberikan …………………

72

1. Proses Pemberian Penilaian ………………………………. 72 2. Dasar pemberian Penilaian kepada Peserta ……………….. 73 3. Analisis tentang Penilaian ………………………………… 77 BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 79 A. Kesimpulan …………………………………………………… 79 B. Saran ………………………………………………………….. 82

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 84 LAMPIRAN …………………………………………………………….. 87

99

DAFTAR TABEL hal Tabel 1

: Jumlah WBS di PSBR ………………………………..

48

Tabel 2

: Jumlah WBS di PSBR …………………………………

62

Tabel 3

: Jumlah Ketersaluran WBS ……………………………

63

DAFTAR BAGAN hal BAGAN 1

: Bagan Alur Penelitian …………………………….....

12

BAGAN 2

: Struktur Organisasi PSBR ……………………………

43

BAGAN 3

: Proses Pemberian Pelayanan bagi WBS di PSBR ……

90

100

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini tidak saja memberikan dampak positif tetapi juga dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positif yang kita rasakan adalah berkembangnya sains dan teknologi yang sangat pesat namun sekaligus mengakibatkan berkembang dan meningkatnya kebutuhan-kebutuhan manusia. Salah satu konsekuensi dari pengaruh globalisasi ini adalah meningkatnya kebutuhan pendidikan agar manusia dapat menguasai dan mengendalikan teknologi. Dan pendidikan merupakan salah satu modal dasar bagi manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan secara formal diberikan kepada manusia sejak masih anak-anak yaitu usia enam atau tujuh tahun dan tidak pernah dibatasi sampai kapan seseorang harus berhenti dalam menempuh pendidikan. Hasil survei mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007/2008 dari United Nations Development Programme (UNDP) melaporkan bahwa peringkat IPM Indonesia tahun 2007 berada di urutan 107 dari 177 negara. Selain semakin jauh tertinggal oleh Singapura (peringkat 25), Brunei Darussalam (30), Malaysia (63), Thailand (78), dan Filipina (90), peringkat Indonesia juga sudah terkejar oleh Vietnam (105) yang pada tahun 2006 berada di peringkat 109.1

1

United Nations Development Program, Human Development Report 2007/2008: Fighting Climate Change, Human Solidarity in a Divided World (New York: Palgrave Mcmillan, 2007).

101

Mengacu pada data UNDP tersebut, jika setiap anak di Indonesia tidak mendapat pendidikan yang baik maka bisa dipastikan tingkat kualitas sumber daya manusia Indonesia akan semakin jauh tertinggal oleh bangsa lain. Dampak dari krisis global yang melanda dunia tak terkecuali Indonesia akan dirasakan bertambah parah jika dalam era perdagangan bebas nanti kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih rendah. Jika pendidikan semakin intensif diberikan kepada manusia sejak usia remaja, dengan asumsi bahwa remaja adalah generasi penerus yang diberikan tanggung jawab untuk melanjutkan pembangunan bangsa dan negara, maka masa depan bangsa ini akan lebih terjamin. Tetapi menyiapkan remaja sebagai generasi yang tangguh dan handal dalam melanjutkan pembangunan tidaklah mudah. Berbagai hambatan baik yang berasal dari faktor internal misalnya kemiskinan atau kelemahan intelektual remaja itu sendiri, maupun eksternal yaitu terbatasnya akses pendidikan yang sesuai atau rendahnya kualitas pendidikan yang diselenggarakan menjadi tantangan dalam mewujudkan generasi muda yang sehat, tangguh dan cerdas. Hal ini juga berkaitan erat dengan keberfungsian keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut keluarga mempunyai keterbatasan sehingga memerlukan pelayanan dari lembaga formal yakni sekolah. Tetapi tidak semua keluarga di Indonesia dapat menyekolahkan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan formal, apakah itu sampai pendidikan tingkat atas atau pendidikan tingkat dasar sekalipun. Dengan alasan keterbatasan ekonomi banyak akhirnya anak yang menjadi korban sebagai anak putus sekolah.

102

Berdasarkan penelitian Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2005, 4,18 juta anak usia sekolah di Indonesia ternyata putus sekolah dan menjadi pekerja anak.2 Sedangkan menurut data Komnas Anak di tahun 2006 terdapat 9,7 juta anak putus sekolah, dan dalam waktu satu tahun (2007) jumlahnya meningkat 20 persen menjadi 11,7 juta jiwa.3 Kemudian menurut data Departemen Pendidikan Nasional, dari 25.982.000 siswa tingkat SD pada tahun ajaran 2005/2006, jumlah siswa yang putus sekolah mencapai 824.684 anak. Sedangkan untuk tingkat SMP, dari 8.073.086 siswa, jumlah anak yang putus sekolah sebanyak 148.890. Begitu banyaknya anak Indonesia yang putus sekolah dan setiap tahun semakin meningkat seharusnya menambah keprihatinan terhadap bangsa ini dan sistem pendidikannya. Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 %. Adapun di tingkat SD tercatat 23 %. Sedangkan prosentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 %. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak usia SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 %.4 Dapat dibayangkan bagaimana remaja yang masih labil dan mencari identitas diri terpaksa putus sekolah dan terpaksa meninggalkan teman-temannya yang masih terus bersekolah. Khusus untuk wilayah DKI Jakarta sendiri data Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta menyebutkan, hingga kini setidaknya terdapat 6.959 anak yang

2

Yudi Setiawan, “19 Persen Anak Usia Sekolah Putus Sekolah,” artikel diakses pada tangal 1 Agustus 2009 dari http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/06/13/brk, 20050613-62414,id.html 3 Republika Newsroom, “LAZ Portal Infaq Bantu Anak Putus Sekolah,” artikel diakses pada tangal 1 Agustus 2009 dari http://www.republika.co.id/berita/9552/LAZ_Portal_Infaq_Bantu _ Anak_Putus_Sekolah 4 “Sedikit Kepedulian Untuk Kesempatan Besar,” artikel diakses pada tangal 1 Agustus 2009 dari http://www.serunifoundation. org/journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5

103

mengalami putus sekolah. 5 Jumlah itu terdiri dari Murid SMA, SMK, SMP, maupun SD, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudhi Mulyatno mengatakan, jumlah anak putus sekolah tingkat SMA tahun 2008 mencapai 1.253 orang atau meningkat 0,04 % dibanding tahun 2007 yang hanya mencapai 1.229 orang. Tingkat SMK 3.188 orang atau 1,65 %, dari total jumlah SMA dan SMK 377.198 orang. Banyak lembaga pendidikan formal di Indonesia yang dinyatakan berkualitas atau memiliki kualifikasi akreditasi “A” (amat baik). Indikator kualifikasi lembaga pendidikan formal berkualitas ini ditandai dengan banyaknya kelulusan murid dan banyaknya murid yang melanjutkan jenjang pendidikan formal di lembaga pendidikan tinggi (PT) terkemuka atau siap dalam menghadapi dunia kerja. Di satu sisi indikator kualifikasi ini tidak bisa disanggah kebenarannya namun semakin sekolah tersebut mendapat kualifikasi yang bagus maka semakin mahal biaya pendidikan di sekolah tersebut dan hal ini merupakan beban bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas baik. Hal ini mempertegas bahwa komersialisasi pendidikan telah terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia. Banyak masyarakat yang memiliki paradigma bahwa “kalau miskin tidak usah sekolah”, lalu bagaimana mereka akan meningkatkan taraf hidupnya jika terus menjadi orang yang selalu “di bawah” dengan tidak memiliki pengetahuan dan keahlian.

5

Sekolah,”

Jurnal Nasional edisi 29 Januari 2009, “Ribuan Anak DKI Putus artikel diakses pada tanggal 03 November 2009 dari

http://www.forumsdm.org/index.php?option=com_ content&task=view&id=424&Itemid=182

104

Sedangkan dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-undang Nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

menyebutkan bahwa, “Setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.” Dan dalam Pasal 48 juga dalam Undang-undang yang sama mengatakan bahwa, “Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.” Kemudian dalam pasal 49 juga mengakatakan bahwa, “Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.” Begitu banyak ayat dan pasal di dalam undang-undang yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Namun dengan biaya pendidikan yang sangat mahal membuat banyak anak di Jakarta pada khususnya tidak bisa memperoleh pendidikan. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaungi panti bagi anak yang putus sekolah dengan memberikan keterampilan bagi mereka yang mempunyai keinginan dengan cuma-cuma. Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet, Jakarta Selatan ini menjaring anak putus sekolah dan memberikan pelatihan keahlian untuk bekal menghadapi persaingan dalam dunia kerja. Karena itulah penulis tertarik kepada pelaksanaan pemberian keterampilan di PSBR apakah dapat membuat para remaja putus sekolah lulusan PSBR bersaing di dunia kerja dengan lulusan pendidikan formal lain sebagai usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Kemudian hasil penelitian ini peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “PELATIHAN KETERAMPILAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA

105

(PSBR)

“TARUNA

JAYA”

SEBAGAI

UPAYA

MENINGKATKAN

KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Panti Sosial Bina Remaja Jakarta Selatan merupakan salah satu panti di bawah naungan Departemen Sosial melalui Dinas Provinsi DKI Jakarta yang memberikan pelatihan keterampilan bagi para remaja putus sekolah. Persoalan kualitas sumber daya manusia yang akan diciptakan oleh panti ini dapat dilihat dari beberapa segi, misalnya dari para alumni yang telah dihasilkan oleh panti ini dapatkah bersaing dengan alumni pendidikan formal. Berdasarkan hal di atas, peneliti membatasi penelitian ini pada persoalan bagaimana cara pemberian pelatihan keterampilan dilakukan sebagai upaya alternatif pendidikan formal di sekolah bagi anak putus sekolah.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan pertanyan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan? 2. Apa saja yang menjadi dasar penilaian pelatihan bagi Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia para peserta yang merupakan anak putus sekolah?

106

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh gambaran tentang pemberian keterampilan bagi remaja di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan. 2. Untuk memperoleh gambaran tentang penilaian apa saja yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan di dalam pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna untuk : 1. Manfaat teoritis: Dapat memperkaya khazanah bagaimana pemberian keterampilan bagi remaja dilakukan. 2. Manfaat praktis: Dapat menjadi acuan apakah pemberian keterampilan dapat menjadi alternatif pendidikan bagi anak putus sekolah dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

D. Metode Penelitian 1. Unit analisis Satuan kajian biasanya ditetapkan dalam rancangan penelitian.6 Pencatatan datanya menggunakan sampel yang bertujuan menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah keterwakilan unsur dari pelatihan, yaitu tiga orang alumni dari pelatihan tersebut sebagai wakil dari unsur peserta, satu orang instruktur, 6

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-20 edisi revisi, h. 225.

107

satu orang pendamping jurusan dan satu orang kepala bimbingan dan pelatihan sebagai unsur dari pelaksana pelatihan.

2. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitinya bermaksud meneliti secara mendalam. Dan Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam menjelaskan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.8 Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang cara pemberian pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah untuk meningkatkan sumber daya manusia di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet.

7

Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.30. Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209. 8

108

3. Sumber data a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipan atau sasaran penelitian. Data primer yang penulis gunakan adalah observasi berperan serta dengan penulis merasakan sendiri dan terlibat langsung tinggal bersama para perserta. Dan interview atau wawancara kepada setiap unsur pelatihan. b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah pada penelitian ini. Seperti brosur tentang profil PSBR dan buku panduan penyelenggaraan panti yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi atau pengamatan adalah pengamatan langsung pada suatu objek yang diteliti, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara

langsung

terhadap

bagaimana

pemberian

pelatihan

keterampilan bagi remaja putus sekolah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. b. Interview atau wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.9 Dan alat yang digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis dan tape recorder. Pada waktu pencatatan data keberadaan peneliti diketahui

9

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), h.49.

109

oleh pihak panti dan peneliti menamakan teknik tersebut dengan wawancara dan pengamatan berperan serta. Dalam hal ini penulis akan melakukan wawancara atau pendekatan dari berbagai narasumber, selain itu wawancara dalam penelitian ini lebih diarahkan

kepada

bagaimana

cara

pemberian

pelatihan

keterampilan. c. Dokumentasi, hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.

5. Analisis Data Pada saat menganalis data hasil observasi dan wawancara, peneliti menginterpretasikan data yang ada kemudian menyimpulkannya. Dimana peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpreasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan.10 Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam masalah penelitian.11 Analisis data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa ini diperoleh berdasarkan fenomena yang 10 11

UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h. 34. Mohammad Nasir. D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.

110

tampak pada pemberian pelatihan keteranpilan di Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan.

6. Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu : a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.12 Misalnya, membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. Kemudian juga membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini penulis melakukan perbandingan wawancara dari informan satu ke informan lain dan juga melakukan wawancara terhadap hasil dari obsevasi yang penulis lakukan. b. Ketekunan/keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,13 atau dengan kata lain peneliti hanya memusatkan jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. Dalam teknik keabsahan ketekunan ini penulis melakukan pengamatan hanya kepada masalah yang sedang diteliti yaitu proses pelatihan keterampilan dan dasar penilaain terhadap para peserta pelatihan yang dilakukan oleh PSBR.

12 13

Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330. Ibid., h. 329.

111

7. Pedoman Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku ”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang ditertbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007. 8. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka pada skripsi yang berjudul “Upaya Balai Latihan Kerja Daerah Jakarta Selatan Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Mannusia”, yang disusun oleh Dini Apriani mahasiswi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Penulis melakukan tinjauan pustaka kepada skripsi tersebut, karena penulis tertarik kepada upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang dilakukan oleh barbagai macam lembaga, agar bangsa Indonesia tidak tertinggal oleh bangsa lain.

9. Bagan Alur Penelitian

Pelatihan Keterampilan bagi Remaja Putus Sekolah

Untuk Meningkatkan Kualitas

Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Penilaian yang dilakukan PSBR: 1. Kelompok dasar: 1. Pendidikan Moral Pancasila 2. Pembinaan Keagamaan 3. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial 4. Etika Sosial 5. Manajemen Kewirausahaan 2. Kelompok inti. (sesuai jurusan) 3. Karya tulis. 4. Praktek belajar kerja. 5. Kelompok penunjang: 1. Tanggung jawab kerja

Unsur Pelatihan :  Peserta Pelatihan  Instruktur atau pelatih  Lamanya waktu pelatihan  Metode pelatihan

112

2. Disiplin 3. Kerajinan 4. Kejujuran 5. Kerjasama

Bagan 1. Bagan Alur Penelitian Dalam bagan alur penelitian di atas, penulis dapat menjelaskan dengan singkat bahwa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pemberian keterampilan dilakukan di PSBR untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemudian dalam proses ini diberikan penilaian kepada para peserta dengan berbagai indikator agar mengetahui bagaimana para peserta setelah mengikuti pelatihan tersebut.

F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I

Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II

Tinjauan teoritis, yang terdiri dari: Pertama, pelatihan, yang di dalamnya menguraikan tentang pengertian pelatihan, peran pelatih atau instruktur dan manfaat pelatihan. Kedua, keterampilan, yang menguraikan tentang pengertian keterampilan dan macam-macam keterampilan. Ketiga, merupakan pengertian tentang remaja, yang menguraikan tentang ciri-ciri masa remaja dan tantangan serta masalah remaja. Keempat, merupakan pengertian dari kualitas.

113

Kelima, merupakan pengertian sumber daya manusia dari beberapa segi serta menguraikan hakekat manusia sebagai individu. Dan menguraikan juga tujuan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Keenam, menjelaskan mengenai nilai. Ketujuh, menggambarkan tentang bagan alur penelitian dari penelitian pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. BAB III

Gambaran umum Panti Sosial Bina Remaja Jakarta Selatan, menguraikan

tentang

identitas,

sejarah

singkat

dan

perkembangannya, letak geografis, visi dan misi, strukrur organisasi, tugas pokok dan fungsi, sasaran garapan dan persyaratan menjadi warga binaan sosial di PSBR “Taruna Jaya” Tebet, proses pelayanan, dan sumber dana. BAB IV

Hasil penelitian, menguraikan tentang cara pemberian pelatihan keterampilan di Panti Sosial Remaja “Taruna Jaya” Jakarta Selatan. Dan analisis dari pelatihan dan keterampilan yang diadakan oleh PSBR “Taruna Jaya” sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB V

Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

114

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan Pelatihan memiliki kata dasar “latih” yang mendapatkan awalan peyang berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.14 Pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya untuk

meningkatkan

kemampuan

psikomotorik

meskipun

didasari

pengetahuan dan sikap.15 Dalam pelatihan peserta pelatihan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya setelah mengikuti suatu pelatihan. Ife, di dalam Isbandi Rukminto Adi16, menyatakan bahwa pelatihan merupakan peran edukasional yang paling spesifik, karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasara bagaimana untuk melakukan sesuatu. Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya efektif biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktivitasaktivitas yang terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang berhasil diindetifikasi secara ideal.17

14

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 502. Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003), h. 28. 16 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213. 17 Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), h. 197. 15

115

Sejatinya, pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan terdapat sejumlah filosofi diantaranya filosofi Islam yaitu konsep

       ! "  #  $%  ' &   ☺)  *+, -+ "

ayat:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy Syams : 8) Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang baik juga mempunyai fitrah yang buruk. Agar yang buruk tersebut tidak berkembang, maka dibutuhkan proses pendidikan juga agar fitrah yang baik dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia.18 Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan, antara lain sebagai berikut19 : 1. Peserta pelatihan Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan yang pada gilirannya menentukan efektivitas pelatihan. Karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan kriteria antara lain : a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian.

18

Ibnu Anshori, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007), h. 2. 19 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan SDM (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.

116

b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu atau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu. c. Pengalaman kerja, pengalaman yang diperoleh dalam pekerjaan. d. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. e. Pribadi yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan tertentu. f. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui melalui tes seleksi. 2. Pelatih atau instruktur Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pelatih atau instruktur, yaitu : a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu. b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih. c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang dari luar. 3. Lamanya pelatihan Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada: a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan.

117

b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Kelompok

peserta

yang

ternyata

kurang

mampu

belajar

memerlukan waktu lebih lama. c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut. Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal adanya trilogi latihan kerja, yaitu sebagai berikut20: a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja. b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses, kaitan dengan pendidikan, latihan dan pengembangan satu dengan yang lain. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan pada saat melakukan pelatihan. Metode tersebut adalah sebagai berikut: a. Metode ceramah, adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar. Metode ini pada dasarnya berhubungan dengan interaksi berbicara antara narasumber dan peserta.

20

Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke 7, h. 98-99.

118

b. Metode tanya jawab, dalam metode ini narasumber umumnya berusaha menanyakan apakah peserta mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan, dapat juga dilakukan dengan cara apersepsi, tanya jawab selingan dan tanya jawab di akhir sesi. Hal ini diharapkan terjadi interaksi di dalam kelas yang aktif sehingga peserta mempunyai peran di dalam kelas. c. Metode demonstrasi, adalah mempraktekkan hal-hal yang terkait dengan materi. Tujuan dari metode ini adalah membuat suasana kelas aktif dan dinamis karena proses pelatihan akan menjemukan apabila hanya dilakukan dengan cara ceramah. Demonstrasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta aktif sehingga partisipasi peserta akan berjalan secara maksimal. d. Metode sosiodrama, adalah bermain peran. Dalam hal ini peserta memainkan sebuah kasus bersama, kemudian peserta diharapkan dapat mendiskusikan apa saja yang harus dimunculkan, setelah selesai peserta diharapkan dapat merefleksikan permainan drama tersebut dalam materi yang akan disampaikan atau telah disampaikan. e. Metode diskusi, adalah memusyawarahkan masalah-masalah yang ada di lapangan untuk dicarikan solusinya. Format dari diskusi ini dapat dilakukan secara kelompok maupun individual.21 Dalam melakukan pelatihan terdapat prinsip-prinsip yang harus diketahui, yaitu sebagai berikut22 : a. Latihan hanya dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran tertentu, melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus. 21 22

Ibnu Anshori, Modul Pelatihan, h. 10-12. Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 31.

119

Latihan tidak dilakukan terhadap pengertian atau pemahaman, sikap dan penghargaan. b. Peserta menyadari bahwa latihan itu bermakna bagi kehidupannya. c. Latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta, misalnya fakta-fakta hafalan dan keterampilan yang baru dipelajari. d. Latihan berfungsi sebagai diagnosis melalui reproduksi usaha membaca berkali-kali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul, latihan juga merupakan self-guidance dan mengembangkan pemahaman dan kontrol. e. Latihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: latihan dilakukan untuk mendapatkan ketepatan, selanjutnya keduanya dicari keseimbangan antara pelatihan dan ketepatan. f. Latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu latihan yang singkat, misalnya: latihan untuk penguasaan dan latihan untuk mengulang hasil belajar. g. Kegiatan latihan harus hidup, menarik dan menyenangkan. h. Latihan juga dianggap sebagai upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya secara insidental. Maksudnya latihan dapat dilakukan dengan semaunya dan kapan saja dalam kapasitas lebih kecil untuk mengulang suatu materi. i. Latihan dapat mencapai kemajuan berkat ketekunan dan kedisiplinan yang tinggi. j. Latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, bila unsur emosi sedapat mungkin dikurangi.

120

Pemahaman mengenai pelatihan dan keterampilan dapat disimak dari penjelasan Henry Minamora yang mengatakan bahwa program pelatihan dan pengembangan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan kinerja individu dan seluruh organisasi. 23

2. Peran Pelatih atau Instruktur Dalam setiap pelatihan, unsur dari setiap pelatih sangat berperan dalam menciptakan baik buruknya hasil dari pelatihan tersebut. Pelatih bukan hanya sebagai pemberi materi bagi peserta tetapi juga harus dapat melakukan bimbingan dengan baik. Dr. Oemar Hamalik menjelaskan peran pelatih adalah sebagai berikut:24 1. Peranan sebagai pengajar, menyampaikan pengetahuan dengan cara menyajikan berbagai informasinya. Diperlukan berupa konsep-konsep, fakta-fakta

dan

informasi

lainnya

yang

memperkaya

wawasan

pengetahuan para peserta. 2. Peranan sebagai pemimpin kelas, maka setiap pelatih perlu menyusun perencanaan,

pelaksanaan,

pengawasan

dan

penilaian

selama

berlangsungnya proses pembelajaran. 3. Peranan sebagai pembimbing, pelatih perlu memberikan bantuan kepada peserta yang mengalami kesulitan atau masalah khususnya dalam kegiatan belajar, yang pada gilirannya diharapkan peserta lebih aktif membimbing dirinya sendiri. 23

Henry Sinamora, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994),

24

Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 145.

h. 49.

121

4. Peranan sebagai fasilitator, berperan menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan peserta belajar aktif. 5. Peranan sebagai peserta aktif, pelatih sering melaksanakan diskusi kelompok dan kerja kelompok dalam rangka memecahkan masalah, misalnya: merumuskan masalah, mencari data dan membuat kesimpulan. 6. Peranan sebagai ekpeditor, melakukan pencarian, penjelajahan dan penyedian mengenai sumber-sumber yang diperlukan oleh kelas atau kelompok peserta. 7. Peranan

sebagai

pembelajaran,

berperan

menyusun

perencanaan

pembelajaran, mulai dari rencana materi pelatihan disusun berdasarkan garis besar pedoman pendidikan pelatihan, perencanaan harian dan perencanaan satuan acara pertemuan. 8. Perananan sebagai pengawas, pelatih harus mengawasi kelas secara terus menerus supaya pembelajaran senantiasa terarah. 9. Peranan sebagai motivator, pelatih perlu terus menggerakkan motivasi beajar para peserta, baik selama berlangsungnya proses pembelajaran maupun di luar kelas pada setiap kesempatan yang ada. 10. Peranan sebagai evaluator, pelatih berkewajiban melakukan penilaian pada awal pelatihan dan selama berlangsungnya proses pelatihan. 11. Peranan sebagai konselor, jika diperlukan dan memungkinkan maka pelatih dapat juga memberikan penyuluhan tentang kesulitan pribadi dan sosial. 12. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai, sistem nilai yang dijadikan panutan hidup dan sikap para peserta pelatihan perlu diselidiki.

122

3. Manfaat Pelatihan Banyak hal yang bisa didapat dalam melakukan pelatihan. Baik untuk peserta pelatihan maupun penyelenggara pelatihan. Ada sedikitnya tujuh manfaat yang dipetik melalui penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan, yaitu 25: 1. Peningkatan produktifitas kerja organisasi. 2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan. 3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat. 4. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dan organisasi. 5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui paparan gaya manajerial yang partisipatif. 6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif. 7. Menyelesaikan konflik secara fungsional. Sedangkan

menurut Dr.

Oemar

Hamalik,

kegiatan pelatihan

mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta yang menimbulkan perubahan aspek-aspek kognitif, keterampilan-keterampilan dan sikap.26 Contoh kemampuan tersebut antara lain: 1. Kemampuan membentuk dan membina hubungan antar perorangan dan organisasi. 2. Kemampuan menyesuaikan diri dengan keseluruhan lingkungan kerja. 3. Pengetahuan dan kecakapan untuk melakukan suatu pekerjaan. 4. Kebiasaan, pikiran, dan tindakan serta sikap dalam pekerjaan.

25

Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997), h. 183-184. 26 Oemar Hamilik, Manajemen Pelatihan, h. 12.

123

Dalam hal ini, tujuan pelatihan secara umum adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia yang bersumber dari kualitas manusia seperti yang diharapkan antara lain dari aspek-aspek sebagai berikut:27 1. Meningkatan semangat kerja. 2. Pembinaan budi pekerti. 3. Meningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Meningkatan taraf hidup. 5. Meningkatkan kecerdasan. 6. Meningkatkan keterampilan. 7. Meningkatkan derajat kesejahteraan. 8. Meningkatkan lapangan pekerjaan. 9. Meningkatkan pembangunan dan pendapatan.

B. Pengertian Keterampilan Keterampilan memiliki kata dasar “terampil” yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan mempunyai arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.28 Menurut W. Gulo, keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan suatu ketautan yang utuh.29 Sudirman A. M. menjelaskan bahwa keterampilan ada 2 macam, yaitu sebagai berikut: 27

Ibid., h.14. Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 935. 29 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51. 28

124

a. Keterampilan jasmani. Yaitu

keterampilan

yang

dapat

dilihat,

diamati

sehingga

akan

menitikberatkan pada keterampilan gerak atau keterampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. b. Keterampilan rohani. Yaitu keterampilan yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan. Keterampilan berfikir serta kreatif untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah.

C. Pengertian Remaja Istilah remaja dalam Islam tidak ada. Di dalam Al Qur’an ada kata alfityatu, fityatun yang artinya orang muda. Ada pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak- kanak lagi atau juga bisa berarti penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Golinko yang dikutip oleh Rice, kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun dalam Rice yang mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Sedangkan Papalia dan Olds tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).30 Menurut Hurlock, 1992, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas

30

“Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http://rumahbelajarpsikologi .com/ index.php/remaja.html.

125

lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.31 Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut kamus besar bahasa Indonesia remaja memiliki arti mulai dewasa.32 Masa remaja ialah suatu periode dari masa anak-anak menjadi dewasa ketika

manusia

menguji

berbagai

peran

yang

mereka

mainkan

dan

mengintegrasikan peran-peran itu ke dalam suatu persepsi diri, suatu identitas.33 Secara psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, oleh karena yang bersangkutan sedang mencari identitasnya.34 Remaja lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja.35 Karena remaja masih bersifat labil dalam keadaan apapun dan memerlukan pendampingan dalam setiap kesempatan. Menurut Papalia dan Olds sebagaimana dikutip O’Donnell, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Erikson yang dikutip oleh Papalia, Olds & Feldman, mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah

31

Fitri, “Psikologi Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 dari http:// duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/27/pengertian-remaja/ 32 Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 739. 33 Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional), (Jakarta: Departemen Sosial Direktoral Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006), h.13. 34 Soerjono Sekanto, Sosiologi suatu pengantar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), Cet. Ke-32 h. 495. 35 Ibid., h.496

126

menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Menurut Adams & Gullota yang dikutip oleh Aaro, masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.36

1. Remaja Putus Sekolah Pengertian putus sekolah adalah seseorang yang telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu pada tingkat SD, SMP, maupun SMA untuk belajar dan menerina pelajaran tetapi tidak sampai tamat atau lulus kemudian mereka berhenti atau keluar dari sekolah.37 Kemudian seseoramg juga bisa dikatakan putus sekolah dan dapat pula diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang karena sesuatu hal, biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikutikutan dengan temannya atau karena alasan lain sehingga mereka putus sekolah di tengah jalan atau keluar dan tidak lagi masuk untuk selamalamanya.38 Sedangkan menurut penulis, yang dikatakan remaja putus sekolah adalah seorang yang berusia di bawah 18 tahun tidak mampu menyelesaikan 36

“Remaja,” artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009 http://rumahbelajarpsikologi. com/index.php/remaja.html 37 Abied, “Faktor Penyebab Putus Sekolah,” artikel diakses tanggal 01 November 2009 dari http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/faktor-penyebab-putus-sekolah/ 38 Ibid.,

127

suatu jenjang pendidikan, dengan kata lain meninggalkan sekolah sebelum menyelesaikan keseluruhan masa belajar yang telah ditetapkan. Karena dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dan masa remaja adalah sebuah fase dimana seorang anak akan menuju masa dewasa, artinya seorang remaja dipastikan belum berumur 18 tahun. Banyak remaja yang putus sekolah disebabkan oleh tidak mampu memenuhi tuntutan sistem sekolah karena keharusan bekerja. Anak-anak lainnya menjadi pekerja anak karena tidak tersedianya sekolah, karena mereka tidak mampu membayar biaya sekolah, karena pendidikan yang ditawarkan berkualitas rendah atau dipandang tidak relevan atau karena lingkungan sekolah tidak bersahabat.39 Sementara sebagian anak terampas hak atas pendidikannya karena mereka mulai masuk ke pasar kerja terlalu dini, sementara yang lain masuk ke lapangan kerja secara prematur karena hak mereka untuk memperoleh pendidikan tidak secara efektif dijamin. Sangatlah mungkin bagi seorang anak untuk bekerja dan tetap bersekolah, namun hanya sedikit yang dapat melakukan keduanya itu. Hanya tujuh persen anak yang berusia 5-9 tahun, 10% anak yang berusia 10-14 tahun dan 11 % anak yang berusia 15-17 tahun yang tetap bersekolah sambil bekerja.40

39

Mr. Dan O’Donnell, Perlindungn Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (UNICEF, 2006), h.128. 40 Ibid., h. 128.

128

Penyebab utama pekerjaan di bawah umur bersifat struktural, dan berkaitan dengan kelemahan dalam sistem pendidikan, sistem sosial dan sistem ekonomi. Program-program penyesuaian sosial, privatisasi dan transisi ke ekonomi pasar telah memberi dampak yang sangat signifikan pada tingkat bersekolah dan pekerjaaan anak di beberapa negara.41 Meskipun demikian, faktor budaya dan hukum juga ikut memainkan peran. Di banyak negara, minimum usia untuk bekerja lebih rendah dibanding usia wajib masuk bangku sekolah, yang menyebabkan keadaan paradoks dimana anak memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan sementara pada saat yang sama secara hukum diwajibkan sekolah.42 Konvensi ILO no. 138 menetapkan tiga batas usia anak dan pekerjaannya43 : 1. 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya, 2. 15 tahun untuk pekerjaan penuh-waktu di lingkungan pekerjaan yang tidak berbahaya, 3. 13 tahun untuk pekerjaan yang tidak menganggu pendidikan anak. Masing-masing negara harus menetapkan daftar jenis-jenis pekerjaan yang dianggap berbahaya. Negara-negara yang keadaan ekonomi dan sistem pendidikannya kurang baik akan membuat pembagian usia di atas tidak realistis dan mungkin akan menurunkan usia minimum untuk pekerjaan “ringan” ke 12 tahun dan untuk pekerjaan yang tidak berbahaya lainnya ke 14 tahun. 44 Konvensi ILO No. 182 tentang Penghapusan Pekerjaan-pekerjaan

41

Ibid., h. 128. Ibid., h. 128 43 Ibid., h. 130 44 Ibid., h. 130 42

129

yang Terburuk untuk Anak juga melarang mempekerjakan seseorang yang berusia di bawah 18 tahun di jenis pekerjaan yang berbahaya. Konvensi ini tidak membolehkan adanya pengecualian dalam bentuk apapun.45

2. Ciri-ciri Masa Remaja46 Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. 1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, 45 46

Ibid., h. 130 Ibid.,

130

pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya yang dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5. Kebanyakkan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

3. Tantangan dan Masalah Remaja47 Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup banyak, diantaranya adalah dengan timbulnya berbagai konflik dalam diri remaja. 47

Sri Wahyuni, “Remaja Tantangan dan Harapan,” artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2009 dari http://smp1wonosari.wordpress.com/2007/12/01/remaja-harapan-dantantangan/

131

1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di lain pihak dia membutuhkan rasa bebas, karena dia merasa telah besar, dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja. 2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap orangtua. Di lain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan orangtua untuk memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti selain orangtuanya biasanya teman, guru ataupun orang dewasa lainnya dari lingkungannya. 3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya kebutuhan seks yang mendesak tetapi ajaran agama dan nilai-nilai sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku yang menumbuhkan rangsangan seks seperti film, sandiwara dan gambar. 4. Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.

132

5. Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer di masyarakat.

D. Pengertian Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kualitas” berarti tingkat baik buruknya sesuatu, sedangkan berkualitas adalah mempunyai kualitas, bermutu baik.48 Davis dalam Yamit membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas.49

E. Pengertian Sumber Daya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang kompleks dan unik, dan dicipakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri.

48

Tim Penyusun, Kamus Besar, h. 502. Arianto, artikel diakses tanggal 30 Agusutus 2009 dari http://smileboys.blogspot.com/ 2008/ 07/pengertian-kualitas.html 49

133

Substansi pertama disebut tubuh (fisik atau jasmani) sebagai unsur materi, sedang substansi kedua adalah jiwa (rohani atau psikis) yang bersifat non materi. 50 Sumber daya manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah potensi manusia yang dapat dikembangakan untuk proses produksi. 51 Sedangkan Ahmad S. Ruky mengatakan bila kualitas yang dimaksud adalah sumber daya manusia, maka pada dasarnya pengertian sumber daya manusia adalah tingkat pengetahuan, kemampuan dan kemauan yang dapat ditunjukkan oleh sumber daya manusia.52 Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek yaitu dari segi kualitas dan kuantitas. Di Indonesia sendiri sumber daya manusia sangatlah besar dari segi kuantitas namun masih sangat kurang dari segi kualitas. Hakekat manusia sebagai individu secara garis besar telah coba dipahami oleh para ahli psikologi. Kelompok psikoanalisis menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif.53 Pandangan dari kelompok Behavioris yang melihat bahwa manusia sebagai makhluk yang reaktif dan berusaha menyesuaikan dengan lingkungan, sehingga banyak tingkah laku manusia dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.54 Sedangkan pandangan yang ketiga adalah dari kelompok Humanistik, yang melihat manusia sebagai makhluk yang rasional dan memiiki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif.55

50

Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis kompetitif (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), Cet. ke 6, h. 3. 51 Tim Penyusun, Kamus Besar. h. 95. 52 Ahmad S. Ruky, Sumber Daya Manusia Berkualitas: Menakar Visi Menjadi Realitas (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 56. 53 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003), h. 30. 54 Ibid., h. 32 55 Ibid., h. 33

134

Menurut Sasongko, dkk, dari ketiga pandangan di atas dapat dilihat bahwa hakekat manusia sangat kompleks dan luas. Tetapi ada beberapa unsur yang dapat dipahami untuk mendapatkan wawasan yang sedikit lebih terpadu mengenai manusia, antara lain56: a. Manusia pada dasarnya memiliki inner force yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhannya. b. Lingkungan merupakan unsur yang dapat menentukan tingkah laku manusia, dan tingkah laku banyak diperoleh berdasarkan hasil belajar. c. Di dalam diri manusia terdapat potensi, namun potensi itu terbatas. d. Manusia

merupakan

makhluk

yang

bersifat

rasional

(mencoba

menggunakan rasionya), dan mencoba bertanggung jawab atas tingkah laku sosialnya. e. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya, dan mampu menentukan nasibnya sendiri. f. Manusia pada hakekatnya adalah individu yang selalu berkembang terus, dan dalam proses pencarian kea rah “kesempurnaan”. g. Dalam usaha-usaha untuk mewujudkan dirinya, manusia berusaha membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih “baik” untuk ditempati.

56

Ibid., h. 34-35

135

1. Tujuan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Setiap pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan pada semua hal. Menurut Sedarmayanti peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk berbagai keperluan antara lain57: 1. Menyiapkan seseorang agar pada saatnya mampu diserahi tugas yang sesuai. 2. Memperbaiki kondisi seseorang yang sudah diberi tugas dan sedang menghadapi tugas tertentu, sedangkan yang merasa ada kekurangan pada dirinya diharapkan mampu mengemban tugas sebagai mana mestinya. 3. Mempersiapkan seseorang untuk diberi tugas tertentu yang sudah pasti syaratnya lebih berat dari tugas yang dikerjakan. 4. Melengkapi seseorang dengan hal-hal yang mungkin timbul di sekitar tugasnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berpengaruh terhadap pelaksanaan tugasnya. 5. Menyesuaikan seseorang kepada tugas yang mengalami perubahan karena berubahnya syarat untuk mengerjakan tugas untuk pekerjaan secara sebagian atau seluruhnya. 6. Menambah keyakinan dan percaya diri kepada seseorang bahwa dia adalah orang yang sesuai dengan tugas yang sedang diembannya. 7. Meningkatkan wibawa seseorang dari pandangan bawahan maupun orang lain baik teman sejawat maupun para relasinya.

57

Sedarmayanti, Sumber Daya dan Produktifitas Kerja (Bandung: CV Mandar Maju, 2001), h.18.

136

Kualitas sumber daya manusia menyangkut dua aspek, yaitu kualitas fisik dan non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan-keterampilan lain. Tujuan dari peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak luput dari proses pemberdayaan manusia itu sendiri. Menurut Payne yang dikutip oleh Isbandi dalam Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas mengungkapkan bahwa proses pemberdayaan pada intinya membantu klien untuk memperoleh daya dalam mengambil keputusan dan mementukan tindakan yang akan dia lakukan antara lain dengan transfer daya dari limgkungannya.58

F. Nilai Nilai

menurut

Schwartz

dalam

artikel

nilai

pada

situs

rumahbelajarpsikologi.com adalah suatu keyakinan, berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, melampaui situasi spesifik, mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadiankejadian, serta tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.59 Sedangkan nilai menurut Rokeach dalam artikel nilai pada situs rumahbelajarpsikologi.com dikatakan bahwa nilai sebagai keyakinan karena nilai memiliki aspek kognitif, afektif dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:60

58

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, h. 54. “Nilai,” artikel diakses pada tanggal 29 Oktober 2009 http://rumahbelajarpsikologi.com /index.php/nilai.html. 60 Ibid., 59

137

1.

Nilai meliputi kognitif tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini dan pemikiran individu tentang apa yang diinginkan.

2.

Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok terhadap apa yang diinginkan itu.

3.

Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.

Nilai menurut Kahle dalam Homer & Kahle di dalam artikel nilai pada situs rumahbelajarpsikologi.com mengatakan bahwa di dalam kehidupan manusia, nilai berperan sebagai standar yang mengarahkan tingkah laku. Nilai membimbing individu untuk memasuki suatu situasi dan bagaimana individu bertingkah laku dalam situasi tersebut. 61 Jadi, nilai merupakan suatu yang sangat penting bagi setiap individu. Di dalam pelatihan nilai mutlak diberikan kepada setiap peserta karena untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perserta tersebut setelah mengikuti pelatihan.

61

Ibid.,

138

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Identitas Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Nama lembaga tempat penelitian ini adalah Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Bertempat di Jalan Tebet Barat Raya nomer 100 Tebet - Jakarta Selatan, PSBR yang didirikan sejak tahun 1962 ini telah menghasilkan 80 angkatan sampai sekarang.

B. Sejarah Singkat dan Perkembangan62 Pada tahun 1960, berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI : HUK-7-5-57 tanggal 2 November 1959 Departemen Sosial bersama-sama dengan UNICEF mengadakan penelitian yang disebut dengan nama “Accesment Planning Community of Indonesian Children Needs Survey” yang disingkat “APS”, ke daerah lokasi, Tebet Jakarta Selatan, yang pada waktu itu merupakan daerah yang padat penduduknya dan tingkat perekonomiannya termasuk rendah. Dari masyarakat tersebut ditemukan banyak sekali remaja yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi (putus sekolah). Dari hasil penelitian tersebut pada tahun 1962 di daerah Tebet Jakarta Selatan, didirikanlah pusat kursus dengan nama “Pusat Keterampilan Serba Guna” yang memberikan berbagai macam keterampilan seperti montir, menjahit, mengetik, bahasa inggris, 62

Brosur Sasana Penyantunan Anak Tebet 1998/1999 dan Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.

139

dan sebagainya. Karena banyaknya peserta kursus maka dilaksanakan pagi dan sore hari dan bersifat umum tidak terbatas pada remaja putus sekolah saja. Pada tanggal 20 Mei 1970, Pusat Keterampilan Serba Guna yang disingkat PKS diganti namanya menjadi Karang Taruna dan merupakan Proyek Laboratorium Karang Taruna Departemen Sosial Republik Indonesia. Pada tahun 1974, nama Karang Taruna Tebet diubah menjadi Panti Karya Taruna, yang disingkat PKT, dan merupakan wadah Pelayanan Kesejahteraan Sosial serta memusatkan kegiatan untuk remaja putus sekolah. Pada tahun 1979, bersama dengan terbitnya Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 41/HUK/KEP/XI/1979, tentang Struktur Organisasi dan tata kerja Panti dan Sasana, maka nama Panti Karya Taruna mengalami perubahan menjadi Sasana Penyantunan Anak Tebet. Pada tahun 1980 panti-panti yang pengelolaannya semula berada di bawah Ditjen RPS Departemen Sosial dilimpahkan kepada Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta bersamasama dengan 10 panti dan sasana lainnya dan merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta. Pada tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 14 tahun 1994, tanggal 23 April 1994, tentang Perubahan Penamaan Unit Pelaksana Teknis Pusat/Sasana di lingkungan Departemen Sosial Republik Indonesia, nama Sasana Penyantunan Anak Tebet diubah menjadi Panti Sosial Bina Remaja Tebet. Pada tahun 1995, berdasarkan surat Keputusan Menteri Sosial Nomor: 22/HUK/95 tanggal 24 April 1995, tentang Organisasi dan Tata Kerja, Panti Sosial Bina Remaja Tebet mengalami perubahan dari yang ditetapkan berdasarkan

140

Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia sebelumnya yaitu adanaya perampingan Jabatan Struktural dan adanya kelompok Fungsional Jabatan Pekerja Sosial. Namun sejak tanggal 28 Maret 2000 Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Tebet, menjadi salah satu lembaga atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Sosial Propinsi DKI Jakarta. PSBR merupakan satu-satunya Lembaga Pemerintah di Propinsi DKI Jakarta yang memberikan pelayanan langsung kepada remaja bermasalah sosial (putus sekolah, terlantar dan anak jalanan) untuk dibina dan dilatih dengan model sistem panti selama 6 bulan, sehingga menjadi remaja yang berkualitas mandiri, bermoral dan dapat berfungsi sosial secara normatif. Di PSBR terdapat lima keterampilan yang bisa dipilih oleh WBS sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki oleh WBS. Kelima keterampilan itu adalah : a. Otomotif (bengkel mobil dan motor) b. Las (listrik dan karbit) c. Menjahit (pakaian pria dan wanita) d. Salon (tata rias dan kecantikan) e. AC (air conditioner) Kemudian sejak keluarnya Perda nomor 3 tahun 2001, tanggal 21 Agustus 2001, tentang Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Daerah Propinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 tahun 2002 tanggal 7 Maret 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta, maka

141

nama Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta. selanjutnya dengan keluarnya kep. Gubernur No. 163 Tahun 2002, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Bintal dan Kessos Propinsi DKI Jakarta. maka sejak tanggal 13 November 2002 PSBR “Taruna Jaya” Tebet menjadi UPT dari Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta.

C. Letak Geografis Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya beralamat di jalan Tebet Barat Raya No. 100 Tebet - Jakarta Selatan. Letak PSBR ini cukup strategis dan mudah dijangkau. Hal ini dikarenakan PSBR berada dalam kawasan rumah susun Tebet.

D. Visi PSBR “Taruna Jaya” Tebet memiliki visi yaitu “Menyelamatkan remaja dari ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar dan mampu hidup mandiri.”63

E. Misi Sedangkan misi PSBR “Taruna Jaya” Tebet yaitu64 : 1. Membentuk remaja berkepribadian, berdedikasi, percaya diri dan mempunyai keterampilan kerja yang mampu untuk mendukung hidup mandiri. 63 64

Wawancara dengan Kepala Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal 05 Oktober 2009. Ibid.,

142

2. Melakukan pembinaan fisik, mental dan sosial serta keerampilan kerja. 3. Melakukan resosialisasi bagi remaja bermasalah menuju perilaku hidup normatif.

F. Struktur Organisasi Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 163 Tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, maka sturuktur organisasi di PSBR sebagai berikut.

KEPALA PANTI Drs. H. Acep Bunyamin

SUBBAGIAN TATA USAHA Drs. Saebun

Seksi Bimbingan dan Latihan

Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut

Dra. Wiwik Widyati, M.Si

Achmad Cherid

Sub Kelompok Jabatan Fungsional

Bagan 2. : Struktur Organisasi PSBR

143

G. Landasan Hukum65 Landasan hukum dalam pembentukan PSBR adalah: 1.

Undang-Undang Dasar 1945.

2.

Konvensi Hak Anak.

3.

Undang-undang

No.

6/1974

tentang

Ketentuan-ketentuan

Pokok

Kesejahteraan Sosial. 4.

Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

5.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

6.

Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Jo Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi.

H. Kondisi Fasilitas Lembaga Kondisi fasilitas di PSBR untuk melakukan pelatihan keterampilan sudah menunjang namun masih kekurangan alat-alat dengan jumlah daya tampung yang mencapai 120 orang WBS. Fasilitas dan alat-alat kantor cukup memadai dan juga tersedianya ruang untuk konseling, ruang kantor, ruang bimbingan sosial, ruang asrama, ruang aula dan ruang mushola serta ruang dapur. Sedangkan untuk fasilitas olahraga bagi para WBS sangat kurang walaupun terdapat dua lapangan yang berada di samping dan belakang gedung PSBR.

65

Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002.h.2.

144

Di dalam buku pedoman penyelenggaran PSBR yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak Departeman Sosial Republik Indonesia tahun 2002, setiap PSBR seyogyanya memiliki:66 1. ruangan untuk kantor 2. ruangan untuk registrasi 3. ruangan untuk olah data 4. ruangan untuk fasilitas olahraga dan rekreasi 5. ruangan untuk identifikasi dan assesmen 6. ruangan untuk pembahasan kasus 7. ruangan untuk konseling/konsultasi 8. ruangan untuk sheltered work shop 9. ruangan untuk studio dan pendidik 10. ruangan untuk vocational 11. ruangan untuk bimbingan social 12. ruangan untuk penelitian dan pengkajian 13. ruangan untuk asrama 14. ruangan untuk poliklinik 15. ruangan untuk tempat ibadah 16. ruangan untuk pelayanan advokasi 17. ruangan untuk perpustakaan 18. ruangan untuk makan 19. ruangan untuk dapur/masak 20. ruangan untuk gudang

66

Ibid., h. 12

145

21. ruangan untuk pengelolaan sistem informasi 22. ruangan untuk aula

I. Tugas Pokok dan Fungsi67 Tugas pokok PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah: Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial remaja bermasalah sosial, putus sekolah, yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. Sedangkan fungsi PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah: a. Melaksanakan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi. b. Melaksanakan

penerimaan

meliputi

registrasi,

kelengkapan

administrasi dan penempatan dalam panti. c. Melaksanakan asesmen meliputi penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi. d. Melaksanakan pembinaan fisik, bimbingan mental, social, dan pelatihan keterampilan kerja usaha kemandirian. e. Melaksanakan resosialisasi meliputi praktek belajar kerja, reintegrasi dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, persiapan dan pelaksanaan penyaluran ke lapangan kerja. f. Melaksanakan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi. Sedangkan tujuan dari pelayanan yang dilakukan PSBR adalah:68

67

Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.

146

a. Terhindarnya remaja dari berbagai masalah sosial sebagai akibat putus sekolah dan terlantar. b. Terwujudnya kemandirian remaja atas dasar kekuatan dan kemampuannya sendiri dalam memilih, menetapkan dan memutuskan cara terbaik terhadap berbagai upaya pemecahan masalah yang dihadapinya. c. Terwujudnya kemampuan dan kekuatan remaja dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki, yang memungkinkan bersangkutan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai.

J. Sasaran Garapan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di PSBR “Taruna Jaya” Tebet69 Sasaran garapan dari PSBR “Taruna Jaya” Tebet adalah para remaja yang putus sekolah, terlantar dan atau anak jalanan, baik yang datang langsung maupun yang dikirim melalui Sudin Bintal dan Kesos lima wilayah Kotamadya, Kasie Bintal dan Kesos Kecamatan, Lurah, LSM, PSM dan unsur masyarakat serta hasil penertiban dari wilayah Propinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSBR bagi yang datang langsung memiliki beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut : a. Laki-laki ataupun perempuan berusia 15-21 tahun. b. Sehat jasmani dan rohani. c. Belum pernah menikah/fotocopy KTP. d. Pas foto 4x6 = 2 lembar dan 2x3 = 2 lembar. e. Putus sekolah (belum bekerja/menganggur). 68

Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002 h.15. 69 Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.

147

f. Bebas narkoba (keterangan dokter Puskemas). g. Surat pengantar dari Rt/Rw, Lurah setempat (keterangan tidak mampu dan tidak terlibat kriminal). h. Surat

rujukan

dari

institusi

pelayanan

kesejahteraan

sosial

(pemerintah/swasta). i. Bersedia mengikuti aturan dan tata tertib di PSBR “Taruna Jaya” Tebet.

K. Jumlah Peserta Pelatihan Dalam setiap angkatan di PSBR terdapat 120 orang yang menjadi Warga Binaan Sosial, dan setiap tahunnya terdapat dua angkatan. Berikut ini adalah jumlah Warga Binaan Sosial setiap jurusan dari masing-masing angkatan mulai angkatan 73 tahun 2006 sampai dengan angkatan 79 tahun 2009. Tabel 1. Jumlah WBS di PSBR

2007

2006

2008

2009

73

74

75

76

77

78

79

Otomotif

32

34

31

34

31

33

33

Las

22

31

34

30

30

25

28

Menjahit

16

24

25

16

11

21

12

Salon

27

18

16

13

20

20

15

AC

24

23

24

27

23

21

32

Sumber: Bagian data PSBR

148

L. Proses Pelayanan Prinsip dasar dari proses pelayanan sosial di PSBR adalah:70 1.

Penerimaan artinya bahwa setiap pelayanan yang diberikan selalu didasarkan pada kondisi objektif dalam memahami sasaran. Kondisi tersebut bersangkutan dengan berbagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh remaja.

2.

Individualisasi artinya setiap pelayanan yang diberikan adalah unik, spesifik yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh remaja, bukan berorientasi pada kepentingan pelaksanaan. Oleh sebab itu, penyediaan keanekaragaman pelayanan sosial adalah lebih memberikan peluang kepada penerapan individualisasi daripada pelayanan yang bersifat tunggal.

3.

Partisipasi artinya bahwa setiap pelayanan haruslah melibatkan remaja secara proaktif dalam setiap proses pelayanan yang dilakukan terhadapnya. Termasuk di dalamnya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepda remaja untuk menentukan berbagai pilihannya.

4.

Kerahasian artinya setiap pelayanan sosial yang diberikan haruslah didasarkan pada confidential sasaran.

5.

Mawas diri artinya bahwa setiappelayanan yang dilakukan seharusnya didasarkan pada kepentingan pribadi.

6.

Kontabilitas artinya setiap pelayanan yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan pada public.

70

Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002. h. 16.

149

Sedangkan proses pelayanan yang diberikan oleh PSBR bagi para Warga Binaan Sosial (WBS) merupakan sebuah proses yang mencakup:71 1.

Tahap pendekatan awal Pendekatan awal merupakan tahap awal untuk mengadakan kontak dengan pihak yang akan dilibatkan dalam setiap pelayanan yang diberikan PSBR : a. Orientasi, yaitu proses pemberian informasi pelayanan yang terseda di PSBR kepada sasaran potensial maupun masyarakat. b. Identifikasi terhadap remaja yang memenuhi criteria sebagai sasaran. Calon penerima pelayanan dapat diperoleh dari hasil penjangkauan petugas PSBR maupun datang sendiri ke PSBR. Calon penerima pelayanan yang tidak memenuhi kriteria PSBR dirujuk kepada lembaga lain. Tahap penerimaan, meliputi: 1. Pendaftaran

3. Registrasi administrasi

2. Seleksi

4. Penempatan di asrama

c. Motivasi kepada remaja yang akan dijadikan sebagai calon penerima pelayanan d. Melakukan kesepakatan kerja anatara PSBR dengan calon penerima pelayanan. 2.

Tahap Assesmen Penelaahan dan pengungkapan masalah (asessmen) entang kondisi objektif, termasuk di dalamnya kemampuan, perasaan, pengetahuan, nilai

71

Pedoman Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial Republik Indonesia. 2002 dan Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004.

150

dan psikologis yang diuji melalui tes bakat dan kemampuan serta telaahan kasus. 3.

Tahap pelaksanaan kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan di PSBR antara lain: a. Penyatuan visi dan misi peserta (out bond) b. Bimbingan mental dan agama c. Bimbingan sosial d. Bimbingan fisik/olahraga e. Bimbingan keterampilan kerja, sesuai dengan minat peserta antara lain: 1. Otomotif (bengkel mobil dan motor) 2. Las (listrik dan karbit) 3. Menjahit (pakaian pria dan wanita) 4. Salon (tata rias dan kecantikan) 5. AC (air conditioner) f. Program PKL (praktek kerja lapangan)/magang g. Bimbingan ekstrakurikuler 1. Vocal group 2. Olahraga 3. Wirausaha 4. Pertamanan, dll

4.

Tahap terminasi, penyaluran/pembinaan lanjut Terminasi

merupakan

kegiatan

pengakhiran

yang

dilakukan

berdasarkan hasil evaluasi terhadap kemajuan penanganan masalah. Terminasi

perlu

diikuti

oleh

bimbingan

151

lanjut

untuk

memantau

perkembangan penerima layanan setelah kembali ke keluarga dan masyarakat. Sedangkan penyaluran dalam bina lanjut terbagi menjadi dua yaitu: a. Penyaluran meliputi kegiatan: 1. Pemberian pengarahan dan motivasi kerja 2. Merujuk ke lembaga lain yang lebih spesifik 3. Menghubungkan dengan sumber/lapangan pekerjaan (program magang) b. Pembinaan lanjut meliputi kegiatan: 1. Mengadakan kunjungan rumah (home visit) kepada ex WBS untuk mengetahui perkembangannya secara langsung. 2. Menjalin hubungan dengan orangtua dan masyarakat atau lembaga pengiriman WBS. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelangsungan usaha ex. WBS, serta terminasi, jika ex. WBS sudah dapat hidup mandiri.

M. Sumber Dana Dana operasional Panti Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Tebet, berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya, karena PSBR merupakan panti di bawah naungan pemerintah provinsi DKI Jakarta dan anggaran tersebut tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).72

72

Wawancara dengan Kepala Tata Usaha PSBR pada tanggal 29 Oktober 2009

152

BAB IV GAMBARAN PELATIHAN DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA “TARUNA JAYA” DALAM MENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

A. Tahapan dan Analisis Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan untuk Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas 1. Tahapan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Indonesia merupakan bangsa dengan kuantitas penduduk yang sangat tinggi namun tidak diimbangi dengan kualitasnya. Kemudian akibat dari rendahnya kualitas tersebut maka banyak angkatan kerja yang tidak terserap oleh sektor formal, selain dari penyebab lain yaitu tingginya inflasi dan larinya penanam modal asing dari Indonesia. Pemerintah DKI Jakarta menyadari hal tersebut, maka didirikanlah panti sosial remaja putus sekolah untuk melakukan pelatihan keterampilan bagi remaja putus sekolah. Karena menurut kepala bimbingan dan pelatihan Dra. Wiwik Widyawati, M.Si, hal ini sesuai dengan visi dari PSBR “Taruna Jaya” sendiri yaitu menyelamatkan remaja dari ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar dan mampu hidup mandiri.73 Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan PSBR dalam usaha meningkatkan

kualitas

sumber

daya

manusia,

maka

penulis

akan

mengutarakan tentang temuan hasil penelitian yang telah dilakukan.

73

Wawancara dengan Dra. Wiwik Widyati, M.Si kepala Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal 05 Oktober 2009.

153

a. Masa Penerimaan dan Seleksi Calon Peserta Dalam mencari atau menerima peserta, PSBR melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga terkait namun untuk sosialisasi secara khusus tidak ada, seperti yang diungkapkan oleh Drs. Saebun kepala Tata Usaha PSBR kepada penulis: “Sosialisasi yang dilakukan PSBR itu sebetulnya diawali dengan penjangkauan. Penjangkauan itu artinya kita merekrut calon WBS ya. Itu dilakukan dengan cara kita menyebarkan surat kepada seluruh instasi yang terkait kayak sudin di lima wilayah kota, BP3S kemudian ada lagi karang taruna dan sebagainya tuh dikirimi surat dan termasuk dengan para PSM jadi kita namanya penjangkauan ya. Penjangkauan itu upaya mencari calon klien untuk dididik di sini. Jadi sosialisasi secara khusus masyarakat dipanggil atau PSM dipanggil dan sebagainya itu tidak ada tetapi kalau secara tidak langsung melalui penyebaran pamflet kemudian pada saat ada pameran itu kan penyebaran informasi ya tapi itu timing nya hanya tertentu aja. Juga khusus sosialisasi itu masyarakat DKI kan luas jadi dipanggil semua itu gak jadi kita melalaui surat pemberitahuan bahwa disini sudah saatnya ada penerimaan begitu. Itu juga salah satu cara untuk menjangkau melalui karyawan bisa juga melalui anak dari mulut ke mulut itu juga bisa kayak gitu. Jadi kalau sosialisasi khusus memanggil masyarakat tidak ada ya.”74 Setelah melakukan penerimaan peserta, PSBR melakukan seleksi dan wawancara pribadi kepada calon peserta. Seleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan calon peserta dan dari mana peserta tersebut berasal, juga untuk memenuhi kapasitas atau daya tampung PSBR sendiri. Menurut Drs. Saebun kepada penulis: “kalau saya lihat seleksi disini karena memang kita ada keterbatasan daya tampung ya keterbatasan daya tampung seratus dua puluh orang. Sesungguhnya kita lebih dari seratus dua puluh, karena di atas bisa digunakan tapi dalam prakteknya sesuai dengan anggaran yang tersedia kita terima setiap angkatan seratus dua puluh anak namun pada hasil penjangkauan tadi itu ya, itu melebihi dari yang daya tampung disini jadi diadakan seleksi. Seleksi yang dilakukan di sini yaitu seleksi fisik kita tes fisiknya melalui squat jump kemudian lari, push up itu formulirnya udah disiapin. Kemudian juga tes fisik dilakukan juga kemudian juga ada untuk 74

Wawancara dengan Drs, Saebun, kepala Tata Usaha PSBR pada tanggal 29 Oktober

2009.

154

tes fisik administrasi juga, kelengkapan administrasi juga dipertimbangkan kelengkapannya di surat penjangkauan tadi itu kan ada persyaratan-persyaratannya nah itu juga jadi seleksi.”75

Seleksi admistrasi tersebut merupakan seleksi dari kelengkapan suratsurat yang terdiri dari: j.

Fotocopy KTP.

k. Pas foto 4x6 = 2 lembar dan 2x3 = 2 lembar. l.

Surat bebas narkoba (surat keterangan dokter/Puskemas).

m. Surat pengantar dari Rt/Rw, Lurah setempat (keterangan tidak mampu dan tidak terlibat kriminal). n. Surat

rujukan

dari

institusi

pelayanan

kesejahteraan

sosial

(pemerintah/swasta). o. Ijazah terakhir. Setelah diseleksi surat-surat tersebut, kemudian dilakukan wawancara secara pribadi kepada calon peserta. Wawancara itu biasanya seputar tujuan masuk PSBR dan wawancara tentang kehidupan calon peserta seperti pernah sekolah sampai tingkat apa dan sudah pernah bekerja atau belum.76

b. Masa Pelatihan Adapun yang dilakukan oleh PSBR saat ini adalah memberikan pelatihan keterampilan yang di dalamnya juga diberikan bimbingan sosial dan bimbingan mental kepada para peserta pelatihan atau yang biasa disebut Warga Binaan Sosial (WBS). Pelatihan diadakan selama enam bulan setiap 75

Ibid., Wawancara dengan Bambang alumni PSBR Jurusan Otomotif angkatan 79 pada tanggal 30 Oktober 2009 76

155

angkatannya dengan sistem institutional mothering atau pola pengasuhan di dalam asrama. Dengan satu orang pembina asrama. Adapun macam-macam pelatihan keterampilan yang diberikan di PSBR tersebut adalah: f. Otomotif (bengkel mobil dan motor) g. Las (listrik dan karbit) h. Menjahit (pakaian pria dan wanita) i.

Salon (tata rias dan kecantikan)

j.

AC (air conditioner) Selain itu para WBS juga diberikan bimbingan sosial dan bimbingan

mental serta spiritual setiap harinya. Waktu pelatihan keterampilan di PSBR terbagi menjadi dua waktu yaitu pagi dan siang hari. Pada pagi hari jam pelatihan dimulai pada pukul 10.00 wib sampai pukul 12.00 wib setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Sedangkan untuk siang hari pelatihan dimulai pada pukul 14.00 sampai dengan pukul 16.00 wib setiap hari Senin sampai dengan hari Jum’at, karena pada hari Sabtu siang banyak para WBS yang meminta izin untuk pulang ke rumah dan biasanya mereka baru kembali ke PSBR pada Minggu sore.77 Sedangkan untuk bimbingan sosial para WBS mendapatkannya setiap hari Senin sampai dengan Kamis pada pukul 08.30 wib sampai dengan pukul 10.00 wib dengan materi yang berbeda setiap harinya dari hari Senin sampai dengan hari Kamis. Biasanya hari Senin itu diberikan materi sistem usaha kesejahteraan sosial, hari Selasa materi tentang etika sosial, hari Rabu materi

77

Observasi peneliti.

156

tentang pancasila dan kewarganegaraan, kemudian hari Kamisnya materi tentang kewirausahaan. Sedangkan untuk pelaksanaan bimbingan mental dan spiritual biasanya dilakukan setelah WBS melakukan shalat Maghrib berjamaah sampai dengan shalat Isya setiap harinya kecuali hari Sabtu dan Minggu karena banyak WBS yang pulang ke rumahnya masing-masing. 78 Untuk pelatihannya sendiri masing-masing jurusan berbeda instruktur dan jumlahnya. Untuk jurusan keahlian otomotif dan AC terdapat dua orang instrukur, namun untuk jurusan keahlian las, salon dan menjahit hanya terdapat satu orang instruktur. Tetapi untuk pendamping setiap jurusan keahlian hanya terdapat satu orang pendamping di luar instruktur. Di dalam memberikan materi kepada para peserta, para pelatih biasanya lebih banyak menggunakan metode ceramah dengan sesekali memberikan tanya jawab di akhir jam pelatihan.79 Hal ini seperti yang diugkapkan oleh Dede Supriadi kepada penulis bahwa, “…ya paling kita metodenya metode seperti biasa kita text book untuk materi setelah itu kita tanya jawab…”80 Namun ada juga jurusan yang menggunakan metode diskusi sebagai bagian dari penyampaian materi. Jurusan salon merupakan jurusan yang menggunakan metode tersebut, dan metode itu dilakukan setiap Senin pagi yang disebut dengan briefing.81 Peraanan sebagai pelatih di PSBR sangat beragam, karena bukan hanya sebagai penyusun dan pemberi materi, namun juga sebagai motivator dan evaluator serta pengawas bagi para peserta pelatihan. Karena ada pelatih

78

Ibid., Observasi peneliti 80 Wawancara dengan Dede Supriadi Instruktur AC pada tanggal 29 Oktober 2009. 81 Observasi peneliti. 79

157

yang tinggal di lingkungan PSBR namun ada juga yang tinggal di luar lingkungan PSBR. Menurut Dede Supriadi kepada penulis bahwa, “…tapi selain di kelas kita pun sering berinisiatif untuk mendidik anak-anak di luar sana jadi tanggung jawab kita, itu yang khususnya hanya empat jam tapi kalau kita dua puluh empat jam karena kita di dalam.”82 Untuk jumlah materi yang diberikan kepada peserta sesuai dengan jurusannya masing-masing. Menurut Drs. Saebun dan Bapak Taufik pendamping untuk jurusan salon kepada penulis mengatakan bahwa kurikulum pelatihan yang dipakai di PSBR dan pembagian waktu dalam pelatihan sesuai dengan instruktur masing-masing setiap jurusan jadi tidak ada kurikulum untuk pelatihan dari PSBR sendiri ataupun Dinas Sosial DKI Jakata. Sedangkan menurut kepala bimbingan dan pelatihan Ibu Dra. Wiwik Widyati M. Si, “Yang ada di PSBR hanya kurikulum untuk pembinaan Warga Binaan Sosial yang diterbitkan oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.”83 Sedangkan menurut Dede Supriadi instruktur dari jurusan AC kepada penulis menerangkan untuk jurusan AC bahwa: “Satu bulan kita kan di teori. Itu satu bulan lebih lah satu bulan setengahan kotornya ya. Kalau kotornya itu dua bulan anak-anak harus menguasai materi dari mulai pengenalan sampai di intinya kerusakan ataupun komponen nah setelah itu baru kita teruskan di praktek. Biasanya praktek materi dua bulan itu semuanya kita representasikan di praktek sampai anak-anak menjelang PKL.”84

82

Wawancara dengan Dede Supriadi Instruktur AC pada tanggal 29 Oktober 2009. Wawancara dengan Dra. Wiwik Widyati, M.Si kepala Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal 04 November 2009. 84 Wawancara dengan Dede Supriadi Instruktur AC pada tanggal 29 Oktober 2009. 83

158

Namun banyak dari alumni PSBR sendiri yang mengeluhkan bahwa apa yang didapat selama mengikuti pelatihan di PSBR hanya merupakan dasar dari jurusan tersebut, sehingga pada saat praktek di luar PSBR atau berada di dunia kerja mereka tertinggal jauh. Penulis juga melihat sendiri bahwa materi yang diberikan oleh PSBR cukup lengkap. Namun dengan waktu yang hanya enam bulan dan banyak terpotong oleh libur serta kegiatan-kegiatan lain di PSBR sehingga pemberian materi terkadang tidak selesai. 85 Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang alumni PSBR angkatan 79 kepada penulis dia mengatakan bahwa, “pembagian waktunya nggak jelas karena materimaterinya kadang belum selesai sudah dilongkapin (beralih ke materi barupen) terus juga kadang-kadang langsung praktek”86 Kemudian

untuk

kemampuan

pesertanya

sendiri,

PSBR

memberlakukan hal yang sama kepada semua pesera. Artinya PSBR menyamakan tingkat kemampuan semua peserta dalam mengikuti, padahal setiap peserta di PSBR berasal dari tingkat pendidikan yang bebeda-beda.87 Hal ini akan membuat peserta yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan tetinggal dalam memahami materi yang diberikan. Di PSBR sendiri terdapat ruangan yang cukup untuk melakukan pelatihan keterampilan yang masing-masing ruangan terpisah satu dengan yang lainnya, untuk jurusan otomotif ruangan teori dan praktek berbeda, sedangkan untuk jurusan yang lain teori dan praktek dilakukan di ruangan yang sama. Sedangkan bimbingan sosial dilakukan di ruangan tersendiri PSBR juga terdapat asrama tempat para WBS tinggal dengan asrama putra 85

Observasi peneliti. Wawancara dengan alumni PSBR angkatan 79. 87 Observasi peneliti. 86

159

dan putri yang dipisahkan oleh lorong kantor. Terdapat juga musholla yang biasa digunakan shalat berjamaah dan bimbingan mental dan spiritual. Serta terdapat juga lapangan dan aula.

c. Masa Terminasi Para WBS juga mendapat program Praktek Belajar Kerja (PBK) atau yang biasa dikenal dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di luar PSBR selama satu bulan di setiap bulan terakhir menjelang dari pelatihan tersebut berakhir. Dan untuk mencari tempat PKL tersebut, setiap WBS dibebaskan untuk mencarinya dengan sebelumnya melakukan survey ke lembaga tersebut dan kemudian setelah itu datang kembali dengan membawa surat dari PSBR untuk lembaga tersebut. Untuk mencari tempat PKL para WBS diberikan waktu selama dua minggu. Tetapi jika menjelang PKL ada WBS yang belum mendapatkan tempat PKL dan berdasarkan pemantauan instruktur bahwa WBS tersebut benar-benar mencari tempat PKL, tidak main-main, maka instruktur memberikan alamat PKL untuk WBS tersebut.88 Pada saat melakukan PKL para instruktur melakukan monitoring kepada para WBS. Monitoring ini biasanya dilakukan oleh instruktur masingmasing jurusan. Menurut Dede Supriadi monitoring dilakukan kepada para WBS ketika melakukan PKL dan melakukan perjanjian dengan pihak bengkel mengenai hal-hal yang mungkin diperlukan.

88

Observasi peneliti

160

2. Analisis Terhadap Pemberian Pelatihan Keterampilam di PSBR untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Pelatihan yang dilakukan di PSBR sudah memenuhi semua unsur untuk mengadakan suatu pelatihan seperti yang dikemukan oleh Oemar Hamalik, yaitu: a. Peserta pelatihan b. Instruktur atau pelatih c. Lamanya waktu pelatihan d. Metode pelatihan Dari keempat unsur di atas dapat kita lihat satu per satu apa yang kurang dalam pelatihan yang dilakukan di PSBR. Misalnya dari segi para pesertanya yang kurang peduli akan begitu pentingnya pelatihan tersebut untuk dirinya agar mampu bersaing di masa yang akan datang. Juga adanya keterbatasan sarana dan prasarana pelatihan seperti banyak yang diungkapkan kepada penulis bahwa sarana dan prasaran sebagai penunjang pelatihan sangat kurang. Karena menurut Bapak Saebun, PSBR sendiri sangat keterbatasan dana karena dana tersebut merupakan alokasi dari Pemerintah DKI Jakarta.

a. Peserta Peserta pelatihan di PSBR yang berjumlah 120 orang setiap angkatan, sebenarnya sudah cukup dan tidak terlalu banyak bila dibagi dengan jumlah jurusan yang ada. Numun setiap jurusan tidak merata jumlah pesertanya. Setiap peserta juga memiliki latar belakang pendidikan yang bebeda-beda, ada yang hanya lulusan SD, SMP dan ada juga yang telah lulus dari SMA. Dari

161

latar belakang pendidikan yang berbeda itu dapat mempengaruhi suasana pelatihan, maksudnya peserta yang satu dengan yang lain akan berbeda dalam menangkap materi yang diberikan. Hal ini harus diperhatikan benar oleh instruktur pelatihan, karena jika peserta tidak mengerti apa yang disampaikan instruktur maka akan membuat pelatihan itu gagal. Jurusan otomotif menjadi jurusan favorit dan banyak dipilih oleh calon peserta. Jurusan tersebut menurut data angkatan 73 sampai dengan angkatan 79 selalu memiliki peserta di atas 30 peserta. Berbeda dengan jurusan lain yang tidak stabil kadang banyak kadang sedikit. Tabel 2. Jumlah WBS di PSBR

2007

2006

2008

2009

Jurusan 73

74

75

76

77

78

79

Otomotif

32

34

31

34

31

33

33

Las

22

31

34

30

30

25

28

Menjahit

16

24

25

16

11

21

12

Salon

27

18

16

13

20

20

15

AC

24

23

24

27

23

21

32

Sumber: Bagian Data PSBR

Menurut data tersebut di atas untuk angkatan 79 peserta yang mempunyai minat di jurusan menjahit paling sedikit. Sedangkan yang mempunyai peserta terbanyak kedua di angkatan 79 adalah jurusan AC.

162

Tabel 3. Jumlah Ketersaluran WBS

2006

2007

2008

2009

Jurusan 73

74

75

76

77

78

79

Otomotif

10

15

12

17

15

20

-

Las

13

14

14

15

15

12

-

Menjahit

12

12

17

11

10

16

-

Salon

15

11

10

10

9

14

11

AC

10

10

15

17

12

17

16

Jumlah

60

62

68

70

61

74

27

Keterangan: Penyaluran ke lapangan kerja sektor informal/dunia kerja swasta. Bengkel mobil, motor, las, konveksi, garmen, taylor, salon kecantikan bengkel AC split dan wirasasta. Sumber: Bagian Data PSBR.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata sekitar 50 % lebih peserta pelatihan dapat tersalurkan. Alumni PSBR yang juga mantan Presiden WBS angkatan 79 kepada penulis mengatakan bahwa, “...anak-anak yang secara dengan kesadarannya akan masa depan akan mempergunakan pelatihan itu dengan sebaik-baiknya.”89 Jika benar dilakukan monitoring setelah para peserta keluar PSBR atau melakukan bimbingan lanjut atau bimjut, maka PSBR juga dapat mengetahui para peserta yang telah menjadi alumni ke mana mereka selanjutnya kalau tidak bekerja di sektor yang disebutkan di atas. Atau mungkin PSBR hanya melakukan monitoring hanya kepada sebagian WBS saja dan tidak secara 89

Wawancara dengan Sugiharto Alumni PSBR Jurusan Las dan juga Presiden WBS angkatan 79 pada tanggal 30 Otober 2009.

163

keseluruhan. Karena menurut seorang alumni PSBR angkatan 79 dari jurusan las kepada penulis bahwa: “…nggak ada monitoring sama sekali setelah lulus.”90 Ketika di dalam pelatihan ada saja para peserta yang seringkali berulah dengan tidak mengikuti aturan. Hal ini menjadi tantangan PSBR agar dapat mengubah perilaku para peserta tersebut.

b. Instruktur atau Pelatih Dalam melakukan pelatihan unsur pelatih merupakan unsur yang sangat penting. Karena merupakan ujung tombak suatu pelatihan, hal ini disebabkan pelatihlah yang berhubungan langsung dengan para peserta untuk mengubah pengetahuan dan pola pikir peserta tersebut bukan penyelenggara pelatihan. Pelatih atau juga bisa disebut guru mempunyai berbagai peranan dalam suatu pelatihan seperti yang diungkapkan Dr.Oemar Hamalik (dalam bab dua) adalah sebagai berikut91: 13. Peranan sebagai pengajar. Para pelatih di PSBR sudah menjalankan peranan ini dengan baik, karena sama di PSBR pelatih sama saja dengan guru yang mengajar di kelas seperti sekolah formal.92 14. Peranan sebagai pemimpin kelas. Para pelatih di PSBR juga bisa disebut sebagai pemimpin kelas karena telah melaksanakan perancanaan, pelaksanaan dan penilaian. Namun dari segi pengawasan sebagai sisi pemimpin kelas yang diungkapkan dalam teori ini kurang dilaksanakan,

90

Wawancara dengan Lucky Bayu Hidayat Alumni PSBR Jurusan Las angkatan 79 pada tanggal 30 Otober 2009. 91 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 145. 92 Observasi Peneliti.

164

hal ini terlihat masih banyaknya peserta yang bercanda dan tidak serius ketika pelatihan berlangsung sehingga menganggu suasana kelas.93 15. Peranan sebagai pembimbing. Peranan ini sudah dilakukan oleh pelatih di PSBR, namun tidak semua pelatih menjalankannya dengan baik. Ada pelatih yang hanya memberikan bimbingan kepada peserta yang benarbenar aktif dan mau bertanya kepadanya sedangkan peserta yang acuh tak acuh dibiarkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiarto bahwa, “…sebenarnya kalau disana kita lebih efektif kesadaran..”94 16. Peranan sebagai fasilitator. Peranan ini kurang dijalankan dengan baik karena banyak peserta yang terlihat pasif dan hanya menerima materi yang diberikan. Untuk peranan ini sama dengan perananan di atas.95 17. Peranan sebagai peserta aktif. Peranan ini hanya dilakukan oleh beberapa pelatih. 96 18. Peranan sebagai ekpeditor. Peranan ini sudah dilakukan oleh para pelatih. 97 19. Peranan sebagai pembelajaran. Peranan ini sudah dilakukan oleh setiap pelatih. Karena materi yang diberikan untuk peserta di PSBR disusun oleh pelatih sendiri. Namun, untuk waktu pemberian materi kadang tidak tepat.98 20. Perananan sebagai pengawas. Peranan ini sangat kurang dilaksanakan karena dapat dilihat dari banyaknya peserta yang tidur di asrama pada saat

93

Ibid., Wawancara dengan Sugiharto 95 Ibid., 96 Observasi Peneliti. 97 Ibid., 98 Wawancara dengan instruktur dan pendamping jurusan. 94

165

jam pelatihan berlangsung. Tetapi pelatih juga mengandalkan petugas piket dalam hal pengawasan ini.99 21. Peranan sebagai motivator. Untuk di dalam kelas pelatih sudah melakukan peranannya sebagai motivator, namun untuk di luar kelas hanya peserta yang dekat dengan pelatih yang kadang diberikan motivasi oleh pelatih.100 22. Peranan sebagai evaluator. Peranan ini sudah dilakukan oleh setiap pelatih karena

para

pelatih

sendiri

yang

melakukan

evaluasi

terhadap

pesertanya.101 23. Peranan sebagai konselor. Untuk peranan ini, ada pelatih yang melakukannya namun ada juga pelatih yang tidak melakukannya.102 24. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai. Untuk peranan ini pelatih hanya melakukan penyelidikan terhadap sikap para peserta tanpa melakukan penyelidikan terhadap sistem nilai yang dijadikan panutan hidup seorang peserta.103 Begitu banyaknya peranan tersebut yang dapat menciptakan kondisi pelatihan menjadi kondisi yang baik. Jika pelatihan itu baik pasti akan menghasilkan para alumni yang berkualitas. Secara keseluruuhan di PSBR, pelatih selain sebagai pemberi materi kepada para WBS, pelatih juga menyusun materi yang akan diberikan serta sebagai pembimbing dan motivator di dalam kelas. Tetapi jika dilihat dari beberapa jurusan seperti jurusan otomotif dan las untuk angkatan 79, seakan peran pelatih tersebut sangat kurang dalam segi 99

Observasi Peneliti. Wawancara dengan Sugiarto. 101 Observasi Peneliti. 102 Ibid., 103 Ibid., 100

166

bimbingan dan pengawasan karena pada jam pelatihan siang hari masih banyak para WBS dari jurusan tersebut yang tidur di asrama dan tidak mengikuti pelatihan.104 Hal demikian tersebut mengakibatkan WBS yang tidur tersebut tidak akan mengerti tentang materi yang disampaikan pada saat itu. Kemudian efek dari hal itu akan mengganggu kegiatan pelatihan tersebut, dengan misalnya mereka yang tidur tidak akan bisa mengerjakan tugas untuk praktek yang diberikan oleh instruktur. Namun, tanggung jawab seakan tidak berimbang antara pelatih yang tinggal di lingkungan PSBR dengan pelatih yang tinggal di PSBR karena pelatih yang tinggal di lingkungan PSBR harus menerima “resiko” tugas tambahan yaitu sebagai pengawas peserta pelatihan setelah jam pelatihan selesai.

c. Lamanya Waktu Pelatihan Pelatihan yang dilakukan di PSBR selama enam bulan setiap angkatan seharusnya bisa menghasilkan lulusan yang benar-benar siap menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya. Karena di dalam lembaga-lembaga pelatihan swasta atau kursus, biasanya hanya diberikan waktu sangat singkat yaitu antara satu sampai dengan tiga bulan setiap angkatannya. Jadi, dengan kata lain waktu yang diberikan PSBR kepada peserta pelatihan lebih panjang dari lembaga pelatihan swasta atau kursus singkat yang sedang marak akhirakhir ini.

104

Observasi Peneliti.

167

Untuk lamanya waktu pelatihan Dr. Oemar Hamalik (dalam bab dua) menjelaskan bahwa lama tidaknya waktu pelatihan didasarkan pada pertama jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari karena semakin banyak pengetahuan yang dipelajari semakin lama pula pelatihan tersebut. Untuk di PSBR materi yang diberikan untuk pelatihan keterampilan sudah cukup lengkap. Namun, karena waktu yang diberikan banyak terpotong dengan kegiatan lain maka seakan kurang cukup untuk mendapatkan materi tersebut secara menyeluruh. Kedua, kemampuan belajar peserta artinya setiap peserta pasti memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Namun di PSBR semua peserta disamaratakan kemampuannya, sehingga peserta yang memiliki tingkat pendidikan rendah seakan kesulitan untuk mengikuti materi yang diberikan. Hal ini bisa menjadi baik jika peserta tersebut menjadi lebih aktif untuk mengetahui tentang materi yang tidak diketahuinya itu. Kemudian hal tersebut bisa menjadi buruk apabila peseta tersebut menjadi tidak percaya diri karena dengan tingkat pendidikannya. Ketiga, media pengajaran yang menjadi alat bantu artinya sarana dan prasarana penunjang pelatihan. Untuk hal yang ketiga ini, di PSBR sangat kurang. Dari waktu enam bulan tersebut, waktu yang efektif untuk mendapatkan teori dan praktek di PSBR adalah sekitar empat bulan. Hal ini dikarenakan para peserta melakukan program PKL selama satu bulan di bulan terakhir dari pelatihan tersebut. Dalam kurun waktu empat bulan tersebut setiap pelatih akan membaginya ke dalam beberapa bagian. Dede Supriadi

168

instruktur AC mengatakan kepada penulis bahwa, “Satu sampai dua bulan untuk jurusan AC adalah pengenalan dan pengusaan teori dan setelah itu baru praktek.” Dengan waktu 6 bulan tersebut, beberapa alumni mengatakan bahwa mereka di PSBR hanya mendapatkan dasar dari jurusan mereka. Kemudian pengembangnya mereka lakukan di tempat PKL maupun tempat kerja mereka selanjutnya. Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur salon, beliau mengatakan bahwa, “Apa yang didapat di PSBR merupakan dasar sehingga untuk mendapatkan gaya atau style yang cocok bagi mereka, mereka akan dapatkan sendiri di lapangan kerja yang akan mereka geluti nanti.”

d. Metode Pelatihan Ada berbagai macam metode yang terdapat dalam melakukan pelatihan. Semua metode tersebut dapat dilakukan di PSBR agar para peserta tidak merasa bosan dengan hanya satu metode saja yang dilakuakn yaitu metode ceramah. Hampir semua jurusan melakukan metode tersebut. Namun ada juga jurusan yang melakukan metode lain agar suasana kelas tidak bosan. Seperti yang dilakukan oleh jurusan salon yaitu melakukan metode diskusi atau yang mereka sebut dengan briefing setiap Senin pagi sebelum pelatihan dimulai dengan melibatkan semua WBS jurusan salon.105 Selanjutnya menurut Bapak Uke Agustian bahwa, “…hal ini dilakukan agar para WBS terbiasa dengan briefing yang dilakukan di dunia kerja sebelum

105

Observasi peneliti.

169

mereka melakukan pekerjaan dan juga untuk mempererat rasa kepercayaan di dalam diri mereka.” Sedangkan metode lain menurut Ibnu Anshori dalam modul pelatihan106 (dalam bab dua) adalah sebagai berikut: f. Metode ceramah. Metode ini sudah dilakukan di PSBR oleh setiap pelatih maupun guru dalam bimbingan sosial serta bimbingan mental dan spiritual. g. Metode tanya jawab. Untuk metode ini sudah digunakan, namun tidak secara maksimal. Metode ini biasanya dilakukan di akhir sesi dengan pelatih atau guru menanyakan apakah ada pertanyaan dari peserta, jika tidak ada pertanyaan dari peserta maka pelatih tidak mamancingnya dan hanya mengakhiri pertemuan tersebut. h. Metode demonstrasi. Metode ini bisa juga disebut metode praktek. Di PSBR sendiri metode praktek sudah dilakukan tetapi tidak secara maksimal, karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana untuk melakukan praktek terhadap semua peserta. i. Metode sosiodrama. Metode belum dilakukan sama sekali oleh setiap jurusan. Apabila metode ini akan digunakan, bisa saja para peserta mempraktekkan keadaan di kelas seakan berada di lingkungan kerja. j. Metode diskusi. Metode ini sudah dilakukan oleh jurusan salon pada setiap Senin pagi. Diskusinya bukan hanya seputar materi yang diberikan, tetapi juga terhadap permasalahan pribadi yang sedang dihadapi setiap peserta. Kemudian hal tersebut diungkapkan di dalam forum yang nantinya untuk dipecahkan secara bersama-sama. Dalam diskusi tersebut juga dilakukan

106

Ibnu Anshori, Modul Pelatihan, h. 10-12

170

penilaian satu sama lain sesama peserta dan juga kepada instruktur. Hal ini sangat baik dilakukan untuk memperkuat rasa kebersamaan di kalangan peserta. Jika metode di atas digunakan secara bergantian, kemungkinan setiap peserta dapat mengetahui secara jelas apa yang diberikan instruktur di kelas. Karena terkadang ada peserta yang bosan dengan metode ceramah dan mengajak teman lain berbicara saat penyampaian materi berlangsung dan hal ini akan mengganggu proses pemberian materi tersebut. Menurut kepala bimbingan dan pelatihan, “PSBR melakukan sistem 75 % praktek dan 25 % teori.” Jadi, seharusnya dengan porsi yang lebih besar untuk praktek, para peserta seharusnya juga lebih cepat memahami dan mengerti dari materi tersebut. Artinya peserta pelatihan seharusnya lebih cakap dalam melakukan praktek. Namun beberapa alumni PSBR juga berkata kepada penulis bahwa yang mereka dapatkan di PSBR hanya merupakan dasar-dasar dari jurusanjurusan tersebut sedangkan untuk pengembangannya dilakukan di tempat kerja seperti PKL dan saat bekerja itu sendiri. Oleh karena itu saat keluar dari PSBR mereka sangat merasakan bahwa apa yang didapat di PSBR masih sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan yang terjadi di lapangan kerja sebenarnya. Sebenarnya hal ini sudah sering diperingatkan kepada para WBS oleh instruktur bahwa apa yang akan ditemukan di lapangan pekerjaan sangat berbeda yang terjadi di dalam pelatihan. Tetapi untuk materi bimbingan sosial serta bimbingan spiritual dan mental sangat baik karena dapat membentuk peserta menjadi lebih saling

171

menghargai antara peserta satu dengan yang lainnya. Materi tersebut bukan hanya memberikan motivasi untuk menjadi peserta lebih baik namun juga dapat mengubah pandangan dan pola pikir di kalangan para WBS. Hal ini diungkapkan oleh alumni PSBR angkatan 79 kepada penulis bahwa, “…jadi gue bisa ngerasain mereka mereka yang butuh. Yang apa lah orang kayak gitu pasti ada pelariannya. Jadi gue gak nganggep orang itu gini-gini nih. nah gitu, kalau itu dapet di sosialnya bang, bagus gue seneng sama ceramahnya bang…”107 Dengan kata lain, selain membangun sumber daya manusia yang berkualitas dari segi keterampilannya juga dibutuhkan membangun sumber daya manusia dari segi emosional dan spritualnya, begitulah yang PSBR lakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan tujuan pelatihan yang dijelaskan oleh Dr. Oemar Hamalik (dalam bab dua). Para alumni angkatan 79 sendiri yang setelah mengikuti pelatihan merasa bahwa rasa kebersamaan dalam kehidupan bersosial di PSBR sangat tinggi sehingga mereka terbawa sampai dengan mereka keluar dari PSBR.

B. Proses Pemberian Penilaian dan Dasar Penilaian bagi PSBR serta Analisis Terhadap Penilaian yang Diberikan 1. Proses Pemberian Penilaian Setelah selesai mengikuti pelatihan selama enam bulan, para peserta mendapatkan sertifikat dan daftar nilai dari PSBR. Di dalam daftar nilai ini

107

Wawancara pribadi dengan alumni PSBR angkatan 79.

172

peserta mengetahui berapa nilai yang mereka peroleh selama mengikuti pelatihan tersebut. Penilaian yang didapatkan oleh para peserta adalah penilaian setelah mereka melakukan semua kegiatan yang diberikan oleh PSBR. Mulai dari teori, praktek sampai dengan praktek kerja lapangan yang dilakukan di lembaga di luar PSBR. Setelah melakukan PKL biasanya para peserta menuliskan laporannya kepada pihak PSBR yang disebut karya tulis dan setelah itu baru kemudian para peserta melakukan ujian atau tes secara tertulis mengenai materi-materi yang bukan merupakan materi jurusan.

2. Dasar pemberian Penilaian kepada Peserta Yang menjadi kriteria PSBR dalam melakukan penilaian terbagi menjadi lima kelompok materi. yaitu sebagai berikut108: 6. Kelompok dasar yang terdiri dari: 1. Pendidikan Moral Pancasila 2. Pembinaan Keagamaan 3. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial 4. Etika Sosial 5. Manajemen Kewirausahaan 7. Kelompok inti. Dalam kelompok ini materi diberikan oleh jurusannya masing-masing. 8. Karya tulis. Karya tulis dibuat setelah para peserta melakukan PBK atau PKL dan bersifat individu.

108

Bagian data PSBR.

173

9. Praktek belajar kerja. Nilai dari materi ini diberikan oleh lembaga yang menerima para peserta untuk melakukan PBK ini. 10. Kelompok penunjang, yang terdiri dari: 1. Tanggung jawab kerja 2. Disiplin 3. Kerajinan 4. Kejujuran 5. Kerjasama Sedangkan untuk kelompok inti dari penilaian setiap jurusan berbedabeda. Untuk kelompok otomotif penilaian inti tersebut meliputi penilaian materi: I. Teori Otomotif

II. Praktek Otomotif

1. Roda Dua

1. Roda Dua

a. Engine

a. Engine

b. Rangka/chasis

b. Rangka/chasis

c. Kelistrikan

c. Kelistrikan

2. Mobil

2. Mobil

a. Engine

a. Engine

b. Rangka/chasis

b. Rangka/chasis

c. Kelistrikan

c. Kelistrikan

Untuk jurusan las penilaian inti tersebut meliputi penilaian materi: I. Teori

II. Praktek

1. Teori las listrik

1. Praktek dasar las listrik

2. Teori las otogen

2. Praktek dasar las otogen

174

3. Praktek membuat tralis, pagar, jemuran dll. Untuk jurusan AC penilaian inti t terbagi menjadi penilaian materi: I. Teori Pendingin/AC 1. Teori dasar pendingin/AC 2. Teori jenis dan fungsi bahan pendingin 3. Teori penggunaan peralatan 4. Teori pemvakuman sistem & pengisian bahan pendingin 5. Teori analisa gangguan 6. Teori pengenalan komponen dasar elektronika II. Praktek Pendingin/AC 1. Praktek pengenalan komponen dasar elektronika 2. Praktek kelistrikan 3. Praktek penggunaan peralatan 4. Praktek pemvakuman sistem & pengisian bahan pendingin 5. Praktek analisa gangguan. Kemudian untuk jurusan salon penilaian inti terdiri dari materi: I. Teori Tata Rias

II. Praktek Tata Rias

1. Teori keramas

1. Praktek keramas

2. Teori pengeritingan

2. Praktek pengeritingan

3. Teori creambath

3. Praktek creambath

4. Teori pewarnaan

4. Praktek pewarnaan

5. Teori penataan rambut

5. Praktek penataan rambut

6. Teori blowdry

6. Praktek blowdry

175

Sedangkan untuk jurusan menjahit yang menjadi penilaian inti adalah materi: I. Teori Menjahit

II. Praktek Menjahit

1. Teori dasar menjahit

1. Praktek memotong bahan

2. Teori membuat pola

2. Praktek menjahit pakaian

3. Teori menggunakan mesin

3. Praktek mengobras

4. Teori mengobras

4. Praktek mengesom dan membuat lubang kancing

Dari materi-materi penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi bahan penilain setiap jurusan adalah penilain teori dan praktek. Jadi, tidak hanya penilaian terhadap praktek saja namun teori juga diperlukan. Baik buruknya nilai yang diterima oleh peserta adalah akibat dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh PSBR kepada peserta tersebut. Jika peserta tersebut jarang mengikuti pelatihan tetap diberi nilai namun dengan nilai yang kecil.109 Setelah keluar dari PSBR untuk para alumni masih dilakukan monitoring menurut bapak Taufik kepada penulis, “Kita pantau bisa melalui by phone bisa juga melalui kita dapet informasi dari perusahaan. Yang paling telat ya tiga bulan ya. Setelah mereka selesai satu bulan paling cepet karena begitu selesai mereka kan ada yang bekerja ada juga yang tidak mendapat pekerjaan sedang berusaha dan menunggu panggilan nah kita bisa nelihat siapa saja yang sudah bekerja siapa saja yang belum siapa saja yang saat ini sedang menunggu panggilan kerja.”110

109

Observasi peneliti. Wawancara dengan Bpk. Taufik Hidayat pendamping jurusan Salon di PSBR pada tanggal 29 Oktober 2009. 110

176

3. Analisis tentang Penilaian Setiap pelatihan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga pelatihan, pasti akan memberikan sertifikat kepada para pesertanya di akhir masa pelatihan tersebut. Begitu juga dengan PSBR yang memberikan sertifikat dan daftar nilai kepada para pesertanya. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab empat ini, untuk materi yang menjadi dasar pemberian penilain di PSBR terbagi menjadi lima kelompok materi. Dalam memberikan nilai kepada peserta haruslah memiliki tiga aspek seperti yang dikemukan oleh Rokeach (dalam bab dua), yaitu: 1. Aspek kognitif. Yang menjadi aspek kognitif dalam pemberian nilai di PSBR adalah kelompok materi praktek belajar kerja dan karya tulis. Karena dalam dua kelompok ini, para peserta dapat dapat menjelaskan pengetahuannya melalui materi praktek belajar kerja dan kemudian dapat memberikan opini serta pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk karya tulis. 2. Aspek afektif. Yang menjadi aspek afektif dalam pemberian nilai di PSBR adalah kelompok materi inti atau kelompok materi dari jurusan masingmasing. Karena dalam kelompok materi ini dapat mewakilkan perasaan peserta pelatihan apa yang diinginkannya terhadap pelatihan tersebut. 3. Aspek tingkah laku Yang menjadi aspek tingkah laku dalam pemberian nilai di PSBR adalah kelompok materi dasar dan kelompok materi penunjang. Karena dalam dua materi ini dapat berpengaruh dan mengarahkan tingkah laku para peserta pelatihan.

177

Jadi, dalam penilain yang diberikan oleh PSBR kepada para pesertanya dapat dikatakan sudah memenuhi ketiga aspek nilai yang dikemukakan oleh Rokeach tersebut.

178

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Tentang Pelaksanaan Keterampilan Bagi Remaja Putus Sekolah oleh Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Jakarta Selatan Dari hasil temuan data melalui observasi dan wawancara dalam penelitian ini, maka penulis dapat meyimpulkan bahwa pelatihan keterampilan yang dilakukan di PSBR merupakan bentuk nyata dari upaya Pemerintah DKI Jakarta dalam rangka menyelamatkan remaja putus sekolah dari ketelantaran dan hidup yang tidak wajar. Selain itu pelatihan di PSBR dapat dikatakan baik karena bukan hanya pelatihan keterampilannya saja yang diberikan namun juga diberikan pembekalan mental dan spiritual serta bimbingan sosial kepada para WBS untuk memandang ke arah masa depan yang lebih baik. Karena hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Dr. Oemar Hamalik bahwa selain dari aspek keterampilan yang perlu dikembangkam dari proses pelatihan keterampilan, aspek semangat kerja, pembinaan budi pekerti, penigkata keimanan dan ketaqwaan, dan peningkatan taraf hidup juga perlu dikembangkan. Pelaksanaan keterampilan yang diadakan di PSBR, menitikberatkan pada praktek dengan porsi kurikulum 70 % untuk praktek dan 30 % untuk teori. Hal ini bertujuan agar para peserta bisa lebih memahami apa yang dijelaskan saat pelatihan berlangsung.

179

Namun sayangnya pelatihan tersebut tidak dilengkapi dengan pengawasan yang ketat bagi para peserta pelatihan pada saat jam pelatihan berlangsung. Karena banyak sekali para peserta yang masih berada di asraa pada saat jam pelatihan sudah berlangsung, terutama pada jam pelatihan siang hari. Kemudian di PSBR sendiri juga kurang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang pelatihan. Misalnya untuk jurusan otomotif hanya terdapat satu motor buatan China dan satu mesin mobil untuk praktek dan itu pun model lama, untuk jurusan las para peserta kadang kekurangan elektroda dan besi yang sebagai alat praktek. Dari dua jurusan ini yang bersebelahan terkadang para peserta saling pinjam meminjam alat perkakas seperti tang dan kunci pas. Untuk jurusan AC mendapatkan kendala untuk praktek, karena AC yang dimiliki PSBR merupakan AC model lama. Sedangkan untuk jurusan salon, mereka sering kehabisan shampoo untuk creambath. Kemudian untuk jurusan menjahit banyak sekali kekurangannya mulai dari mesin jahit yang rusak dan yang berfungsi hanya beberapa buah sampai dengan tidak adanya bahan untuk dibuat menjadi baju atau celana. Sedangkan untuk waktu pelatihan jika dilihat dari materi yang akan disampaikan, waktu enam bulan yang diberikan PSBR cukup. Apabila waktu tersebut tidak terpotong oleh berbagai macam kegiatan sehingga mengurangi waktu untuk memberikan materi dan praktek kepada para peserta. Tetapi jika banyak terpotong seperti sekarang sehingga efektif untuk pelatihan hanya sekitar empat bulan sangat kurang jika dilihat dari materi yang akan diberikan.

180

Dalam melakukan metode untuk penyampain materi di pelatihan keterampilan sendiri, di PSBR sangat kurang karena kebanyakan jurusan hanya melakukan metode yang sama yaitu metode ceramah yang bisa membuat peserta bosan dengan metode tersebut. Akhirnya membuat pelatihan tersebut menjadi hal yang kurang menarik karena waktu enam bulan bukan waktu yang pendek untuk mengikuti pelatihan. Namun demikian salah satu jurusan, yaitu jurusan salon memakai metode diskusi yang dilakukan satu minggu satu kali, hal ini sangat menarik, karena dengan metode diskusi tersebut para peserta akan lebih berani mengungkapkan pendapatnya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan hanya dari segi keterampilan saja tetapi juga harus diimbangi dengan kualitas mental dan spiritualnya karena jika seseorang memiliki keterampilan yang baik dalam suatu hal, tetapi tidak diimbangi dengan kualitas mental dan spritualnya yang baik juga maka orang tersebut jika mengalami suatu kesulitan akan langsung jatuh dan susah untuk bangkit kembali. Jadi, sangatlah baik apa yang telah dilakukan PSBR memberikan pelatihan keterampilan yang disertai dengan pembinaan mental dan spiritual para perserta pelatihannya.

2. Kesimpulan Tentang Pemberian Penilaian bagi Peserta Pelatihan Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Dari data yang penulis peroleh, bahwa pemberian penilaian yang dilakukan oleh PSBR kepada peserta pelatihan menitikbaratkan pada dua aspek. Aspek yang pertama yaitu aspek kepintaran para peserta dalam menerima setiap materi yang diberikan dan diujikan. Kedua yaitu aspek

181

tingkah laku peserta tersebut, bagaimana tingkah laku peserta tersebut dan apabila amak tersebut pintar, tetapi dalam bertingkah laku peserta tersebut kurang baik maka akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam memberikan penilain. Begitu juga sebaliknya. Dalam materi yang dinilai kepada para peserta untuk dicantumkan di dalam sertifikat, telah menjangkau tiga aspek dasar dalam teori nilai. Yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek tingkah laku.

B. Saran Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal untuk kemajuan dalam segi pelatihan keterampilan di PSBR agar dapat menghasikan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan seimbang antara segi keterampilannya dan juga dari mental dan spritual

1. Saran Untuk Proses Pelatihan Keterampilan Saran untuk proses pealtihan keterampilan adalah sebagai berikut: a.

Melakukan pengawasan yang benar-benar ketat kepada para peserta pelatihan agar semua peserta benar-benar mengikuti pelatihan dengan baik, dan PSBR akhirnya menghasilkan alumni yang baik.

b.

Melakukan cara yang berbeda dalam metode penyampaian materi agar suasana kelas tidak membosankan dan bisa lebih hidup.

c.

Membagi pembagian waktu yang jelas untuk setiap materi yang akan diberikan selama pelatihan, hal ini diperlukan agar tidak terjadi

182

tumpang tindih antara materi satu dengan materi yang lainnya dan juga agar tidak ada materi yang terlewat. d.

Menambah sarana dan prasarana penunjang pelatihan.

e.

Setiap pelatih maupun petugas di PSBR harus dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi setiap peserta.

f.

Menerima peserta yang hanya benar-benar ramaja putus sekolah dan kurang mampu bukan remaja yang telah lulus sekolah menengah atas.

2. Saran Untuk Dasar Penilaian Sedangkan saran untuk pemberian penilaian kepada peserta adalah sebagai berikut: a.

Tidak menyamaratakan kemampuan setiap peserta, karena banyak para peserta yang hanya sampai di sekolah tingkat dasar atau lanjutan pertama.

b.

Penilaian harus juga dilihat dari tingkah laku peserta di luar jam pelatihan.

c.

Dalam memberikan penilaian harus memiliki standar yang jelas untuk memudahkan para peserta mengetahui nilainya secara objektif.

183

DAFTAR PUSTAKA Adi,

Isbandi Rukminto, Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002.

____________________, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2003. Barthos, Basir, Drs., Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro, Jakarta: Bumi Aksara. 2004, Cet. Ke 7. Cordoso, Gomes Faustino, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset, 1995 . Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. 1989. Hamalik, Oemar, Dr., Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Moleong, Lexy J, M.A., Prof., DR., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. Ke 20. Mr. Dan O’Donnell, Perlindungn Anak, Sebuah Panduan Bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, UNICEF. 2006. Nasir. D, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993. Nawawi, Hadari, Prof., Dr., Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992.

184

_________________________, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis kompetitif, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2005, Cet.Ke 6 Notoadmojo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Ruky, Ahmad S, Sumber Daya Manusia Berkualitas: Menakar Visi Menjadi Realitas, Jakarta: Gramedia, 2003. Salam, Syamsir, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Sedarmayanti, Sumber Daya dan Produktifitas Kerja, Bandung: CV Mandar Maju, 2001. Sekanto, Soerjono, Prof., Dr., SH., MA., Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2001, Cet. Ke 32. Sinamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994. Siagian, Sondang P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. ____________, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial Profesional). Jakarta: Departemen Sosial Direktoral Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, 2006. W. Gulo. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002.

Internet dan Sumber Lainnya Anshori, Ibnu. Drs., H., SH., MA., Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM, Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007. Arianto, http://smileboys.blogspot.com/2008/07/pengertian-kualitas.html artikel diakses tanggal 30 Agustus 2009. Brosur PSBR “Taruna Jaya” Tebet 2004. Brosur Sasana Penyantunan Anak Tebet 1998/1999. Fitri,

Psikologi Remaja. http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/27/ pengertian-remaja/ artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html artikel diakses tanggal 29 Agustus 2009.

185

Jurnal Nasional edisi 29 Januari 2009, “Ribuan Anak DKI Putus Sekolah,” http://www.forumsdm.org/index.php?option=com_content&task=view&id =424&Itemid=182 artikel diakses pada tanggal 03 November 2009 Pedoman Penyelanggaraan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Departemen Sosial Republik Indonesia Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak. Tahun 2002. Republika Newsroom, LAZ Portal Infaq Bantu Anak Putus Sekolah http://www.republika.co.id/berita/9552/LAZ_Portal_Infaq_Bantu_Anak_P utus_Sekolah artikel diakses tanggal 1 Agustus 2009. Sedikit Kepedulian Untuk Kesempatan Besar http://www.serunifoundation.org/ journal_read.php?sxEntryID=5&comments=5 artikel diakses tanggal 1 Agsutus 2009. Sri Wahyuni, “Remaja Tantangan dan Harapan,” http://smp1wonosari. wordpress.com/2007/12/01/remaja-harapan-dan-tantangan/ artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2009. United Nations Development Program, Human Development Report 2007/2008: Fighting Climate Change, Human Solidarity in a Divided World, New York: Palgrave Mcmillan. 2007. Wawancara Pribadi dengan Alumni PSBR angkatan 79 tahun 2009 pada tanggal 30 Oktober 2009. Wawancara Pribadi dengan Instruktur Jurusan AC pada tanggal 29 Oktober 2009. Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Bimbingan dan Pelatihan pada tanggal 05 Oktober 2009. Wawancara Pribadi dengan Kepala Tata Usaha PSBR pada tanggal 29 Oktober 2009. Yudi Setiawan. 19 Persen Anak Usia Sekolah Putus Sekolah. http://www. tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/06/13/brk,2005061362414,id.html artikel diakses tanggal 1 Agustus 2009.

186

Lampiran I : Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi

187

Lampiran II : Surat Permohonan Izin Penelitian

188

Lampiran III : Surat Izin Melakukan Penelitan

189

Lampiran IV : Bagan Proses Pelayanan PROSES PEMBERIAN PELAYANAN BAGI WARGA BINAAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) TARUNA JAYA

Pengiriman : 1. datang sendiri 2. rujukan dari panti sosial & rumah singgah 3. rujukan dari PSM, Orsos, Karang Taruna

PENJANGKAUAN

Persyaratan : 1. usia 15-21 thn. 2. belum menikah. 3. belum bekerja. 4. pendidikan min. SD max. SMA 5. bebas narkoba

Pendekatan Sosial : 1. perorangan 2. keluarga 3. masyarakat .

Identifikasi kelengkapan administrasi 2. wawancara 3. tes fisik 1.

Penerimaan Registrasi Pengasramaan MOS

Rekrutmen / Penerimaan

1. 2.

3.

Assessment konsultasi pengungkapan pemahaman masalah dan potensi penentuan jurusan

Bimbingan Mental & Bimbingan Sosial 1. Bimbingan mental spiritual / keagamaan 2. Bimbingan Sosial 3. Wawasan Kebangasaan 4. Kewirausahaan 5. PKK 6. Karang Taruna 7. Olah Raga / kesenian

Bimbingan Pelatihan dan Keterampilan

Bimbingan Pelatihan 1. Otomotif 2. Las 3. Jahit 4. Salon 5. AC

Bagan 3. Proses Pemberian Pelayanan bagi WBS di PSBR

- 190 -

Penyaluran & Bina Lanjut

Terminasi Pemutusan hubungan karena telah tercapai / hidup mandiri

Penyaluran :

PKL

1. Bekerja 2. Wirausaha 3. Kembali pada keluarga 4. Menikah 5. Kembali ke daerah asal

Bina Lanjut Konsultasi Monitoting

WBS menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab dapat hidup secara layak, normativ dan mandiri serta bertaqwa kepada Tuhan YME

Lampiran V: Pedoman wawancara 1. Sebelum adanya penerimaan peserta, apakah dilakukan sosialisasi untuk mencari peserta pelatihan? 2. Apakah dilakukan seleksi dalam penerimaan peserta pada setiap angkatan? 3. Jika dilakukan seleksi, seleksi apakah yang dimaksud apakah hanya bersifat akademik saja seperti seleksi keahlian atau juga menyeleksi secara pribadi calon peserta? 4. Berapa lama pelatihan dilakukan setiap angkatan? Dan berapa lama pula pelatihan dilakukan setiap harinya? 5. Apakah ada waktu khusus yang diberikan bagi peserta pelatihan yang kurang mampu dalam mengikuti materi pelatihan? 6. Apakah waktu pelatihan dibagi menjadi sejumlah kurun waktu misalnya untuk penguasaan dan pengulangan materi? 7. Apakah pelatih berasal dari lingkungan PSBR sendiri yang telah disiapkan secara khusus atau dari luar lingkungan PSBR? 8. Apa sajakah yang menjadi peran pelatih di program pelatihan ini? 9. Bagaimana cara atau metode penyampaian materi yang dilakukan pelatih kepada peserta pelatihan? 10. Apakah ada kurikulum khusus yang diberikan kepada peserta pelatihan? 11. Setelah selesai melakukan pelatihan di PSBR, apakah pelatih atau pihak PSBR melakukan monitoring terhadap para alumni PSBR? 12. Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki PSBR dalam membantu kegitan pelatihan? Pedoman Wawancara tentang Kualitas SDM 1. Adakah penilaian khusus yang dilakukan pihak PSBR kepada setiap peserta pelatihan? 2. Jika peserta pelatihan itu dikatakan baik, apakah PSBR akan memberikan lembaga atau tempat PKL kepada peserta atau tetap mereka mencari sendiri? 3. Apa yang menjadi standard PSBR dalam melakukan penilaian keberhasilan pelatihan? 4. Adakah sanksi khusus bagi peserta yang tidak mentaati peraturan selama mengikuti pelatihan? 5. Apakah PSBR bekerja sama dengan pihak luar dalam melaksanakan pelatihan guna memberikan pengalaman bari bagi peserta pelatihan?

191

Lampiran VI: Hasil Trnaskrip Wawancara

Subyek Topik Hari/Tanggal Tempat Informasi yang relevan Observasi

Kondisi khusus

No 1

2

3

4

: Bpk. Taufik Hidayat (Pendamping Jurusan Salon) : Pelatihan : Kamis/29 Oktober 2009 : Lobby PSBR : Setiap materi disusun oleh Instruktur masing-masing. : wawancara dilakukan di Lobby PSBR dengan santai sambil duduk di kursi petugas piket yang pada waktu wawancara tidak ada petugas yang jaga. : Informan adalah seorang pendamping jurusan salon yang sudah di PSBR sejak tahun 2000.

Pertanyaan

Jawaban

Sebelum dilakukan Maksudnya sebelum masuk sini anak-anak.. iya, pelatihan pak ada sosialisasi ya kita kan sebelumnya anu apa namanya sosialisasi? memberikan informasi ke Sudin Sudin dengan menyebarkan pemberitahuan bahwa ini tahun ajaran ini penerimaan WBS. Kan satu tahun ada dua angkatan. Contohnya sekarang nih kan sebentar lagi anak anak mau PKL nih PBK. Bulan desember anak-anak PKL selama bulan desember itu kita menginformasikan eee suratsurat pemberitahuan kepada sudin-sudin apa di kecamatan bahwa kita penerimaan WBS baru untuk periode berikutnya yang insya Allah januari 2010 seperti itu. Setelah penerimaan Iya, ada ya ada setiap mereka me eee mendapatkan ada seleksi juga gak informasi itu dari PSM yang ada di kelurahan atau buat anak-anaknya? kecamatan dengan ee itu kan kita memberikan selembaran formulir nah di perbanyak oleh pihak PSM, mereka mengisi formulir dengan persyaratannya disitu juga mereka lengkapi mereka datang kesini. Nah setelah datang kesini kita seleksi kira-kira ee berkasnya lengkap atau tidak setelah itu kita melakukan suatu identifikasi atau wawancara dan hari itu juga kita tes fisik diseleksi apakah dia bisa diterima atau tidak. Gitu. Emm kalau seleksi Maksudnya? nya ada seleksi ada akademik gitu gak pak? Potensi dia misal dia Eee yang kita lakukan ini yang ini aja ee berdasarkan masuk ke ini kayak kemampuan, apakah dia mampu di didik atau mampu tes tulis dulu gitu pak dilatih. Ya sepanjang mereka mampu dididik dan mampu dilatih dan dia memang berlatar belakang ekonomi lemah atau tidak mampu. Itu yang kita terima. Gitu.

192

5

6

7

8

9

10

11

12

Jadi nggak kalau misalnya dia mau ke las kemampuannya nggak di las tapi tetep dia bisa masuk?

Tapi nanti kalau dia sudah masuk ke jurusannya masingmasing para instruktur mungkin punya kriteria lain ini lebih pantas kemana nih kadang kadang ditawarin mau pindah kemana yang lebih tepat buat dia. Oh kamu nggak cocok di jurusan ini pindah ke jurusan yang lain kan begitu. Berarti kalau misal Maksudnya kurang bagaimana nih? nya ada anak yang kurang gitu waktu mengikuti pelatihan itu ada dikasih waktu khusus nggak pak? Kurang dalam artian Tidak ada, yang jelas kita memberikan kepada mereka dia nilainya kurang kamu harus ada kesungguhan mau belajar, tapi kalau baiklah terus dia ku- tidak ada kesungguhan yang rugi bukan siapa-siapa dia rang mengikuti mate- sendiri. Iya kan karena disini kan boleh dikatakan belajar ri ada waktu khusus singkat hanya efektifnya kira-kira empat bulan ya nggak buat dia yang efektifnya ya, jadi kalau seandainya dia tidak itu ya yang diberikan? rugi diri sendiri lah. Kan gitu. Kan disini ada petugas eee atau pendamping yang memberikan motivasi kepada dia agar dia bisa mengikuti kegiatan. itu aja. Kan waktu pelatihan Kalau buat itu sudah diatur oleh instrukturnya masingitu enam bulan efek- masing. Kan dia punya ini apa yang disebut apa namanya tifnya kata bapak itu kurikulumnya jadi mungkin ada tahapan-tahapannya empat bulan, itu di- yang jelas ee ada teori ada praktek kan gitu aja. bagi bagi nggak misalnya buat menguasai materi berapa buat evaluasi berapa ada pembagian-pembagian kayak gitu gak? Kalau instruktur itu Yang jelas instrukir dari luar. Kalau kita yang di dalem dari kalangan sini hanya sebagai pendampingnya aja. apa dari luar pak? Terus kalau peran Nggak ada cuman tugasnya hanya ngajar aja di bidang pelatih itu sendiri itu jurusannya masing-masing kan gitu. Jadi untuk itu udah selain buat ngasih petugas yang lain. dia hanya tugasnya mengajar misalnya materi apa ada peran jurusan las ya di bidang itulah yang dia kuasai. Jadi ada lain buat anak-anak? teknisnya. Jadi di dalam itu dia Nggak itu tugas pekerja sosial kalau itu kan. hanya ngajar doang nggak dampingin? Nah kalau buat meto- Ya masing-masing instruktur punya metodenya de yang dilakukan sendirikan bagaimana dia ngajar gitu tapi emang lebih dalam penyampaian efektifnya anda boleh tanyakan langsung kepada oleh pelatih itu ada instrukturnya, metode-metode khu-

193

13

14

15

16

17

18

19

20

susnya nggak? Iya pak. Tapi kalau dari PSBR sendiri ngasih cara-cara kurikulum buat mengajar gitu nggak pak? Misalnya kayak gini kayak gini. Berarti nggak ada kurikulum khusus dari dinas gitu? Setelah pelatihan nih pak, PSBR melakukan monitoring gak sih? Kalau udah selesai pelatihan? Nah monitoring nya itu selama berapa bulan pak?

nggak dia bikin sendiri jadi instrukturnya itu masingmasing punya punya kurikulum sendiri nah nanti kan diketahui oleh kepala bimlat kalau ini berdasarkan eee diatur sajalah kan gitu.

Nggak ada nggak ada gitu. Nggak ada.

Kalau sudah selesai iya, iya, kita mereka setelah selesai diberikan emm bimbingan keterampilan kan mereka ada di luar kan. Tetep kita pantau bisa melalui by phone bisa juga melalui kita dapet informasi dari perusahaan gitu aja. Ya ya paling paling telat ya tiga bulan ya. Setelah mereka selesai satu bulan paling cepet karena begitu selesai mereka kan ada yang bekerja ada juga yang tidak mendapat pekerjaan sedang berusaha dan menunggu panggilan nah kita bisa nelihat siapa saja yang sudah bekerja siapa saja yang belum siapa saja yang saat ini sedang menunggu panggilan kerja kan begitu. Iya, menurut bapak Sarana dan prasarana saya rasa masih masih sangat saran dan prasarana belum menunjang karena memang terbentur oleh untuk pelatihan su- anggaran juga, UUD hahaha. dah menunjang belum sih pak? Terus setelah pelati- Tugas yang bagaimana tuh..? han nih pak anakanak kira-kira mereka mampu gak dikasih tugas yang lebih? Misalnya dia sebe- Yang jelas mereka kalau iu merupakan bagian dari tugas lum masuk sini kan yang harus dilaksanakan oleh WBS dan itu harus kerja begitu aja terus dilaksanakan kan begitu. Misalnya dari pihak setelah ikut pelatihan instrukturnya emm memerintahkan untuk melaksanakan itu dia misalnya di tugas ya memang harus dilaksanakan karena memang itu otomotif atau di las bagian dari nilai dia. Kalau mereka tidak melaksanakan setelah pelatihan dia tugas itu berarti mereka tidak dapet nilai. Karena mereka mampu gak diserahin disini kan belajar untuk men-dapatan keterampilan dan bener-bener kayak kalau udah selesai mereka akan mendapatkan apa yang bidang las bidang didapatkan hasil dari pada yang dia peroleh sertifikat otomotif gitu? misalnya. Kan sertifikat itu memiliki nilai kan gitu. Kalau menurut bapak Kalau menurut saya kepercayaan diri ya eee awal dia setelah dia mengikuti masuk ke sini mereka rata-rata banyak pendiam. Dia pelatihan disini rata- belum bisa menyesuaikan diri setelah mereka masuk ke rata keyakinan atau PSBR ini setahap demi setahap mengikuti bimbingan apa

194

21

22

23

24

percaya diri mereka itu yang namanya bimbingan etika ya kemudian lebih tumbuh apa bagaimana mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan nggak? dengan sendirinya kepercayaannya itu tumbuh iya kan. Karena kan dia di sini kan bersosialisasi disamping itu kan seringkali mereka mendapatkan bimbingan mental bimbingan sosial ya disitulah yang tadinya diam udah mau bicara malah yang sudah bicara malah sekarang over acting banyak omongnya hahaha.. Terus ada nggak pak Ya jelas kan kita ada programnya praktek belajar kerja. pengaduan dari pihak dan mereka nanti setelah mereka diterima dipekerjaan. lembaga mereka Ada laporan bahwa anak tersebut ternyata berhasil hasil selama ini, penga- monitoring kita kan. Berhasil dengan baik dan mereka duan yang baik mau- masih bekerja disana dan ternyata karena mereka sudah pun yang buruk gitu. berhasil dan mendapatkan kepercayaan kan. Kan dia udah lulus Mendapatkan kepercayaan dan mungkin masih ada lagi nih ada gak penga- nggak alumni PSBR yang bisa diterima di sana kan gitu. duan-pengaduan ke Ya ada juga laporan yang nggak bagus misalkan oh anak sini yang positif mau ini eee keluar dari pekerjaan gak ada laporannya ya pun negatif gitu? semacam itu lah kira-kira. Setiap angkatan itu Ya rata-rata setiap angkatan itu memiliki kriterianya rata-rata banyaknya masing-masing ya. Setiap angkatan ada aja yang bandel. yang baiknya atau Ada aja yang ya kan namanya dalam sesuatu ada aja yang buruknya? bahan baku yang tidak baik ya. Gagal produksi kan ada gitu hahaha.. paling-paling yang gagal produksi kan terbuang atau kalau mengikuti audisi itu tereliminasi. Ya semacam itu lah. Mungkin tidak seratus persen satu dua ada karena mungkin merasa di rumah lebih nyaman atau lingkungan di rumahnya lebih baik karena merasa di rumahnya lebih bebas iya kan. Disini ada aturan kalau di rumah anak papa anak mama iya kan. Kalau gitu ada sanksi Ya jelas ada setiap anak sudaj diikat oleh peraturan tata khususnya nggak pak tertib. Ada tata tertib asrama ada tata tertib untuk WBS buat yang.. ada janji WBS dan itu mereka harus mengikuti aturan main barang siapa yang tidak dapat sesuai dengan peraturan maka akan mendapatkan sanksi. Sanksi ada yang sedang ringan dan berat kan gitu. Iya, kalau yang pa- Ya kalau yang paling berat misalnya diskors. Kalau ling berat itu gima- memang diskors itu mereka belum berubah juga ya sudah na? kita kembalikan kepada orang tuanya itu yang paling berat. Kita mau ngapain disini kan gratis bayarannya apa dia belajar sungguh sungguh dan patuh sama peraturan sepanjang dia punya niat belajar sungguh sungguh dan patuh sama peraturan saya rasa dia bisa berhasil dengan baik dan sukses setelah dari sini. Gitu.

195

Subyek Topik Hari/Tanggal Tempat Informasi yang relevan Observasi

Kondisi khusus

: Bapak Drs Sebun (Kepala Tata Usaha) : Sosialisasi dan Monitoring : Kamis/29 Oktober 2009 : ruang kantor : Sosialisasi yang dilakukan tidak secara langsung dan monitoring dilakukan kepada para alumni. : wawancara dilakukan di ruang kantor informan menjelang makan siang dan informan saat sebelum dilakukan wawancara sedang membaca buku. Di ruang kantor tersebut ada dua meja kerja yang pertama milik responden dan yang lainnya milik Bapak Imam seorang pegawai tata usaha dan sekaligus pendamping jurusan otomotif : Informan merupakan kepala tata usaha yang baru dimutasikan sejak maret 2009 ke PSBR namun sebelum itu beliau juga pernah lama di PSBR menjabat sebagai kepala TU.

No

Pertanyaan

Jawaban

1

Sebelum melakukan penerimaan PSBR melakukan sosialisasi nggak, bentuk sosialisasinya apaan aja gitu pak?

Ya secara khusus sosialisasi yang dilakukan PSBR sih tidak ada, yang dilakukan PSBR itu sebetulnya diawali dengan penjangkauan. Penjangkauan itu artinya kita merekrut calon WBS ya. Itu dilakukan dengan cara kita menyebarkan surat kepada seluruh instasi yang terkait kayak sudin di lima wilayah kota, BP3S kemudian ada lagi karang taruna dan sebagainya tuh dikirimi surat dan termasuk dengan para PSM jadi kita namanya penjangkauan ya. Penjangkauan itu upaya mencari calon klien untuk dididik disini. Jadi sosialisasi secara khusus masyarakat dipanggil atau PSM dipanggil dan sebagainya itu tidak ada tetapi kalau secara tidak langsung melalui penyebaran famlet kemudian pada saat ada pameran itu kan penyebaran informasi ya tapi itu timing nya hanya tertentu aja. Juga khusus sosialisasi itu masyarakat DKI kan luas jadi dipanggil semua itu gak jadi kita melalaui surat pemberitahuan bahwa disini sudah saatnya ada penerimaan begitu. Itu juga salah satu cara untuk menjangkau melalui karyawan bisa juga melalui anak dari mulut ke mulut itu juga bisa kayak gitu. Jadi kalau sosialisasi khusus memanggil masyarakat tidak ada ya. Karena masyarakat kita DKI kan sangat luas disini ada kurang lebih 34 kecamatan kalau dulu belum pemekaran itu ada 256 kelurahan ya itu untuk memanggil memanggil mereka cukup ini juga. Jadi ini aja melalui surat penyebaran informasi kepada seluruh masyarakat melalui PSM, SSK terus organisasi yang kayak tadi saya sebutkan BP3S, sudin di lima wilayah

196

2

Terus kalau udah penerimaan ada seleksi gak pak?

3

Kalau seleksi secara akademik terus seleksi secara pribadi ada gak?

4

Waktu pelatihan nih pak ada peserta ini yang kurang mampu mengikuti materi terus ada waktu khusus gak yang diberikan untuk dia?

5

Kalau dalam waktu enam bulan ini kan

kota terus juga dinas kita beritahukan semua instansi yang terkait kayak karang taruna, FK PSM organisasi PSM itu semua kita beritahu. Ya gitu. Kita ya kalau saya lihat seleksi disini karena memang kita ada keterbatasan daya tampung ya keterbatasan daya tampung seratus dua puluh orang. Sesungguhnya kita lebih dari seratus dua puluh, karena di atas bisa digunakan tapi dalam prakteknya sesuai dengan anggaran yang tersedia kita terima setiap angkatan seratus dua puluh anak namun pada hasil penjangkauan tadi itu ya, itu melebihi dari yang daya tampung disini jadi diadakan seleksi. Seleksi yang dilakukan disini yaitu seleksi fisik kita tes fisiknya melalui squat jump kemudian lari, push up itu formulirnya udah disiapin. Kemudian juga tes fisik dilakukan juga kemudian juga ada untuk tes fisik administrasi juga, kelengkapan administrasi juga dipertim-bangkan kelengkapannya di surat penjangkauan tadi itu kan ada persyaratan-persyaratannya nah itu juga jadi seleksi. Seleksi akademis itu hanya untuk jurusan aja tes kemapuan dasar. Jadi itu tertulis ada formu-lirnya ada minta sama bu Wiwik semuanya ada. Formulir tes fisik ada formulir tes kemampuan ada itu semua ada untuk penerimaan itu semua administrasinya komplit. Itu ada semua kalau itu bisa tanya pak Imam yang menyimpan. Jadi tes administrasi itu hanya kelengkapan ada yang lengkap ada yang tidak kita pisahkan itu untuk seleksi kemudian yang fisik selain squat jump push up dan sebagainya juga kita melihat badan anak apa ada tattoo apa tidak sepanjang masih ada yang lain itulah yang kita terima gitu ya. Karena bertato melambangkan pergaulan dia sampai sejauh mana di masyarakat, banyak yang bersih itu yang kita pertimbangkan. Ee saya kira kalau saya lihat karena saya tata usaha itu semua eee diplot sama untuk mengikuti namun kendalanya karena latar belakang pendidikannya berbeda ada yang putus sekolah dari SMP kelas satu kelas dua kelas tiga SMA kelas satu dua tiga jadi kalau melihat itu beragam heterogen itu WBS kita bermacam-macam tingkat pendidikannya. Tingkat kelulusannya bermacam macam SMP kelas satu putus jadi sudah itu kita sama semua merata nggak ada yang khusus misalkan ini misalkan ini nggak ada. Karena kita kan enam bulan harus sudah selesai dan jadwal itu padet dari pagi sampai dengan malam. Jadi secara singkatnya memang setau saya belum ada. Efektifnya kalau saya lihat itu sekitar lima bulan.

197

6

efektinya paling sekitar empat bulan pak ya? Terus itu waktunya dibagi-bagi gak misal untuk pemberian materi berapa untuk evaluasi berapa ada gak pembagian kayak gitu pak?

7

Kalau pelatih sendiri berasal dari lingkungan PSBR atau dari luar?

8

Peran pelatih disini apa nih pak, apakah hanya memberikan materi terus mengevaluasi apa ada peran lain gak? Kalau metode penyampaian pak ada cara khusus gak kepada instruktur apa .?

9

10

11

12

14

Kalau di kita diketerampilan kita lihat per sektor nya ya. Per jenis keterampilannya. Kalau keterampilan itu variasi ada yang sepuluh pers dua puluh lima persen teori juluhpulh lima persen praktek ada yang tujuh puluh ada yang tiga puluh. Jadi semua itu tergantung intrukturnya. Jadi bisa tanya ke instruktur tentang komposisi nya teori dan praktek tapi kalau bimbingan sosial itu semuanya penyampaian materi klasikal semua saya lihat sih gitu. Kalau pelatih sih pelatih keterampilan semua itu dari luar cuma ada asisten-asisten yang dari dalem. Kayak tata rias rambut pak Uke itu dari luar kemudian pak Jananto dari luar tapi dia inggalnya di dalem panti kemudian eee nurima menjahit juga dari luar kemudian eee otomotif juga dari luar, dari luar semua. Setau saya instruktur disini perannya hanya sebagai pengajar aja. Dan dia keterlibatannya pada saat PKL sebagai petugas monitoring. Jadi selain itu instruktur mendidik anak membimbing anak tugas lainnya sebagai instruktur melakukan monitorin.

Kalau lihat itu tadi praktek dan teorinya berbeda beda setiap instruktur paling metode penyampaiannya yang ada ya praktek, peragaan yng ada di keterampilan ya kemudian peragaan tanya jawab diskusi yang ada di keterampilan. Jadi tergantung ins- Iya tergantung instruktur. truktur aja metodenya pak ya? Kalau kurikulum Jadi kita belum ada untuk kurikulum ya yang ada itu khusus ada pak? terbitan dari departemen sosial pedoman untuk PSBR. Tapi prakteknya di sini para instruktur membuatnya sendiri menenentukan sendiri. Gitu. Sedangkan monitor- Monitoring itu gini kalau secara idealnya itu dilakukan ring PSBR kepada eee setelah satu tahun anak di masyarakat berarti satu alumni itu berapa la- tahun angkatan lepas satu tahun ke depan kita monitoring ma pak? namanya pembinaan lanjut kita lihat sejauh mana keberadaannya di masyarakat keberhasilannya kekurangannya apa disitu ada bimbingan terhadap anak baik yang sudah bekerja maupun belum. Monitoring nya itu Ya yang kami lakukan itu apa dengan datang ya misalnya gimana caranya? petugas datang tapi tidak bisa men-jangkau keseluruhan karena tersebar dan keterbatasan tenaga jadi dari sekian anak itu ya mungkin ibu Wiwik lebih tau itu ya dari 120 anak ada berapa, mungkin tidak semua mereka kejangkau itu disiapin surat yang isiya itu formulir kemudian

198

20

Menurut bapak sarana dan prasarana di sini sudah menunjang belum pak?

21

Menurut bapak setelah pelatihan nih kira-kira anak-anak itu mampu gak diserahi tugas benerbener misalnya dia di otomotif dia diserahi tugas yang langsung otomotif. Mampu gak pak?

22

Menurut bapak setelah mereka mengikuti pelatihan mereka lebih tumbuh percaya diri sama keyakinannya gak pak sebelum mereka ikut pelatihan? Kalau misalnya untuk ini pengaduanpengaduan selama PKL ada gak pak mungkin pengaduan dari lembaga baik itu pengaduan yang baik maupun yang buruk?

23

mereka mengirim kesini dan yang tidak mengirim ini yang kita akan bimjut. Sarana dan prasarana masih banyak yang kurang peralatannya untuk nanti detailnya bisa tanya ke istrukturnya tapi secara global emang kurang baik peralatan yang inventaris maupun yang pake habis. Yang pake habis itu yang kecil-kecil kayak tang, geget yang begitu itu masih banyak kurang disamping barang yang besar yang menjadi inventaris itu juga masih kurang. Tapi buat detailnya bisa tanya ke instruktur. Jadi kalau ee saya berdasarkan data angka ya data angka itu anak kita prosentasinya itu mini-malnya 58 persen diterima. Dari 58 atau 60 persen lah itu. Saya lihat angkanya itu yang diterima bekerja. Berarti dengan diterima bekerja kita bisa menyimpulkan bahwa dia punya kemampuan untuk praktek dia punya kemampuan di masyarakat dipraktekkan apa yang dia peroleh di sini. Jadi saya ngeliyat dari situ 58 sampai 60 itu anak diterima di perusahaan-perusahan PKL nah 60 itu bisa digambarkan berapa anak tuh. Yaa karena ini kemampuan tidak cukup bisa aja anak tidak diterima bekerja di perusahaan karena perilaku lainnya misalnya disiplin, tanggung jawab kemudian kerja sama dan sebagainya itu bisa juga jadi kalau dibilang saya mampu tapi prilaku anaknya jelek mungkin itu tidak bisa diterima kerja. Jadi untuk mengukur kemampuan yaa kalau saya hanya dari yang diterima kerja aja seperti itu. Ya saya yakin kalau mereka ada perubahan ini dari mulai tidak mempunyai apa-apa selalu diberdayakan dalam pemberdayaan nanti dia juga di motivasi dan digembleng mentalnya dan sebagainya mereka setelah itu punya keinginan mulai menatap ke depan. Bahwa dia harus berubah. Jadi ada perubahannya keyakinannya ada.

Setau saya tidak ada mohon konfrmasi sama bu Wiwik karena saya kan baru pindah disini maret ya, maret baru PKL sekali kemaren dan saya belum dapet laporan sih yang buruk cuma datar-datar aja mereka PKL kemudian yang diterima sekian kemudian itu yang tau persis itu adalah intruturnya nanti coba tanya instrukturnya takut saya salah gitu ya.

199

Subyek Topik Hari/Tanggal Tempat Informasi yang relevan Observasi

Kondisi khusus

: Dede Supriadi (Instrutur AC) : Bentuk metode pemberian pelatihan : Kamis/29 Oktober 2009 : Mushola PSBR : Instruktur dapat menjadi teman sharing bagi WBS. : wawancara dilakukan di mushola PSBR setelah peneliti dan responden melakukan shalat dzuhur berjamaah. Di dalam mushola ada beberapa WBS yang sedang tidur dan ada juga yang sedang mengaji Al Qur’an : Informan adalah alumni PSBR tahun 2006 dan kemudian diminta untuk menjadi instruktur untuk jurusan AC mendampingi instruktur yang sudah ada.

No

Pertanyaan

Jawaban

1

Misalnya kalau di AC ada anak yang kurang menguasai materi, itu dikasih waktu khusus gak?

2

Itu kita paling kita arahkan kita berikan dua pilihan pertama dengan kita atau alternatif ke dua dengan temannya. Soalnya kalau kita kembali lagi ke awal atau pun menunggu dia kasihan yang lain. Soalnya disini terbatas sekali waktunya jadi solusinya ada dua pilihan misalnya di luar jam pelatihan dia inisitif sendiri nanya ke kita ke instrutur ataupun konsultasi dengan temannya yang sudah menguasai materi mungkin solusinya itu aja. Ada sekitar 30 persen anak yang kurang menguasai materi, rata-rata yang basic pendidikannya yang minim sekali itu biasanya yang kurang bisa mengikuti tapi ehm tidak menutup kemungkinan dia yang pernah mengikuti SMA pun banyak juga sampai di SMA motivasinya kurang banyak juga yang seperti itu. Jadi solusinya dua pertama dia inisiatif bertanya ke instruktur di luar jam pelajaran kita on time di jam-jam istirahat kalau kita gak terganggu misalnya gak ada kerjaan pas jam istirahat jadi bisa nanya atau sama temennya dua tiga orang yang sudah menguasai materi. Ada kita kan satu bulan kita kan di teori. Itu satu bulan lebih lah satu bulan setengahan kotornya ya. Kalau kotornya itu dua bulan anak-anak harus menguasai materi dari mulai pengenalan sampai di intinya kerusakan ataupun komponen nah setelah itu baru kita teruskan di praktek. Biasanya praktek materi dua bulan itu semuanya kita representasikan di praktek sampai anak-anak menjelang PKL. Seperti itu aja.

Selama kurun waktu pelatihan itu, kan efektif sekitar empat atau lima bulan kan. Nah waktu yang itu dibagi bagi gak misalnya untuk mengusai materi berapa untuk praktek berapa? Kak dede berasal Kalau saya dulu dari PSBR, tahun 2006 saya dari PSBR. dari lingkungan PSBR atau dari luar?

3

200

4

5

6

7

8

9

10

Peran pelatih di sini Saya kira selain di ruang pelatihan tanggung jawab kita itu jadi apa aja? hanya di ruang bimlat. Jadi kalau dihitung per hari, sehari itu kita 4 jam. Selama 4 jam itu tanggung jawab kita di kelas untuk mengurus tindak tanduk anak. tapi eee selain di kelas kita pun sering berinisiatif untuk mendidik anakanak di luar sana jadi tanggung jawab kita itu yang khususnya hanya empat jam tapi kalau untuk itu kita 24 jam karena kita di dalem. Kalau menurut kak Kalau untuk konsultasi ada kan ini kita sempet juga saya dede peranan pelatih tanya. Saya kan tiap hari sikap perubahan mereka terlihat sendiri hanya sebagai sekali disitu kita apa bisa mencirikan anak kalau mereka mengasih materi aja berubah nih dari hari A ke hari B dianya berubah kita atau ada mendam- tanya kenapa ada apa masalah apa. kita pun tidak pingi mereka? menutup hanya di materi saja karena untuk kedepannya biar mereka tidak ada kendala kalau dia ada masalah kita diamkan repot. Jadi dia tidak bisa mengikuti materi jadi mereka tidak fokus lagi. Jadi solusinya kita harus pro aktif. Kalau metode pe- Ehm ya paling kita metodenya metode seperti biasa kita nyampaian materi, text book untuk materi ya kita text book setelah itu kita metode apa sih yang tanya jawab. Mungkin solusi terakhir itu tadi di luar jam kak dede lakukan pelajaran kita berikan kurang lebih karena di kelas itu kepada mereka? seperti formal. Ada ikatan ada tata tertib ada aturan mungkin mereka kadang-kadang canggung dengan instruktur. Kalau di luar kita menganggap sudah tidak ada ya hanya sebatas Pembina dan pembimbing biasanya mereka lebih santai mungkin metodenya seperti itu. Text book kita tanya jawab di luar jam pelajaran kalau belum mengerti kita ada waktu dengan catatan kita tidak ada kesibukan bisa memberikan penjela-san-penjelasan materi yang belum dipahami. Kalau kurikulum itu Kalau bisa tanyakan ke pak Jananto untuk kurikulumnya disiapin PSBR atau dari mulai MOS sampai PKL atau magang itu aja sih instruktur sendiri kayaknya. yang menysusunnya? Jadi nggak ada dari Nggak ada kita panduan dari apa yang kita dapet ya dinas kayak gu gak mungkin disini lebih ini lagi maksudnya text book itu. ada ya? Setelah pelatihan nih Ya mungkin kita paling ke tiap-tiap bengkel pertama itu, kan ada monitoring nanti mungkin kita mengkonfirmasi ataupun memberian itu mungkin kak informasi kepada pihak-pihak bengkel anak datang ke dede monitoring nya sini pun berdasarkan jadwal yang sudah kita tentukan. kayak gimana? Yang kedua aplikasi untuk nanti terjun di dunia kerja terutama mereka enam bulan eh lima sampai enam bulan di ruangan lalu mungkin yang dia dapat dia aplikasikan di dunia kerja yang sebenarnya. Kalau itu kan di PKL Itu kita jarang paling kalau ada anak yang kita PKL kan kalau misalnya sete- kebetulan bertepatan dengan alumni yang ada disitu itu

201

11

12

13

14

lah jadi alumni, ins- baru kemudian kita ini kan karena biasanya alumni kalau truktur sendiri itu datang anak-anak datang biasanyatanya seputar PSBR suka monitoring gak? seputar PKL gitu. Biasanya disitu kita sering ketemu. Hampir 90 persen kita ketemu di alumni saat monitoring angkatan selanjutnya. Jadi selama waktu Mereka yang dateng menginformasikan kak kita kerja pelatihan berjalan disini ini alamatnya. nggak ada? Tentang sarana dan Sangat sangat belum cukup. Kalau kita mengikuti apa ya prasarana penunjang kalau kita kan inginnya maju yaa mungkin untuk dasar pelatihan itu udah cukup tapi untuk kita mengikuti perkembangan saya rasa cukup atau belum belum cukup karena masih banyak ee ini apa hal-hal sih? yang belum. Setelah mereka ke- 50 persen mampu ya mungkin sisanya tinggal mereka luar jadi alumni, me- kembangkan saja nah sebenarnya yang di AC itu emm nurut kak dede mere- yang sulit itu hanya kelistrikan, sirkulasi itu saya rasa 90 ka mampu gak dise- persen anak-anak terutama yang serius ya itu mampu. rahi misalnya yang Nah dengan kelistrikan itu kreativitas mereka. Banyak bener-bener jadi tek- alumni yang disini mohon maaf ya kurang menguasai nisi AC menurut kak kalau dirinya punya kemauan banyak yang udah jadi. dede mereka mampu gak? Menurut pandangan Kalau menurut saya tumbuh, motivasi mereka tumbuh kak dede nih, kan contohnya ya dari tingkah laku mereka yang biasanya mereka sebelum ikut mereka malas, sedikit demi sedikit kita arahkan mungkin pelatihan kayak gini karena satu karena keterpaksaan ya, ya pda dasarnya setelah ikut pelatihan kalau anak yang malas itu mudah-mudahan dari unsur kayak gini. Menurut paksaan itu ya sedikit banyak tumbuh dalam diri dia kak dede itu tumbuh timbulah kebiasaan dari diri dia ya contohnya dari ya gak keyakinan dan sering kalau konsultasi kalau di luar kan bicara sudah keercayaan dirinya? tidak ada ikatan lagi struktur WBS sudah tidak ada ikatan lagi lah kalau di luar. Sudah banyak yang konsultasi kak saya kalau di luar tidak pernah mengerjakan kewajiban semacam shalat ya karena disini mereka terpaksa jadi lambat laun jadi mau shalatnya. Kenapa kan disini kita petugas terutama yang untuk ibadah ya biasanya ya yang piket naik untuk mengajak nah dari situ kita sudah punya penilaian salah satunya dari segi ibadah ada dari tidak mau sekarang mau ya tinggal tergantung ya kemauannya datang-nya dari mana. Mungkin karena terpaksa juga pertamanya lambat laun mereka menyadari kalau sudah kewajiban ya maulah maksudnya itu sebuah perubahan. Saya pun sering piket, anak-anak kan di rumah bangun mandi makan. Kalau disini kan bangun, shalat, mandi, kita tekenin untuk piket dari segi waktu pun ya dengan dengan keterpaksaan atau apapun saya kira sudah cukup itu merupakan sebuah perubahan kalau mereka sedikit banyak berubah meungkin tidak maksimal 100 persen

202

14

15

16

lah. Kalau disini butuh Butuh. sertifikat kalau mau jad seorag pelatih atau tidak? Kalau kaka dede Kalau saya dari sini aja berusaha mencari yang lain sendiri ada sertifikat- kayak memperkuat apa. kalau pak jananto ada nya? sertifikatnya. Pertanyaan terakhir Untuk segi negatif itu rata-rata mereka mengeluhkan nih, ada nggak fasilitas pelatihan. satu itu mungkin mayoritas itu aja pengaduan-pengadu- mungkin setelah dia keluar melihat seperti ini nah an dari pihak peneri- mungkin kalau positifnya karena saya kurang ini silahkan ma alumni PSBR itu tanya ke alumni aja. kepada PSBR baik itu pengaduan yang baik maupun pengaduan yang buruk khusus untuk AC?

203

Subyek Topik Hari/Tanggal Tempat Informasi yang relevan Observasi Kondisi khusus

: Sugiarto (alumni PSBR/Presiden WBS angkatan 79) : Pertanyaan tentang pemberian pelatihan : Jumat/30 Oktober 2009 : Tempat Kerja : Pelatihan sangat membuka pandangannya terhadap masa depan : Wawancara dilakukan di tempat kerja Informan bengkel las PT. Restu Umbul Makmur : Informan adalah alumni PSBR tahun 2009 angkatan 79 jurusan las dan juga sebagai Presiden WBS angkatan tersebut. Informan menempuh pendidikan terakhir di SMP dan telah mendapatkan ijazah Paket C. Informan melakukan praktek kerja lapangan (PKL) yang menjadi program PSBR di PT. Restu Umbul Makmur Jakarta Timur, setelah selesai PKL informan diterima bekerja di bengkel las tersebut sampai sekarang.

No

Pertanyaan

1

Taunya PSBR dari mana gi? Kan ada seleksinya, seleksinya itu berupa apa aja?

2

3

Ada tes wawancara secara pribadi gak?

4

Pada waktu pelatihan kan kadang ada anak yang gak mengikuti materi itu diberi waktu khusus gak sama pelatih?

5

Dalam waktu pelatihan itu dibagi-bagi gak misalnya untuk pemberian materi berapa, praktek berapa ada gak kayak gitu? Kalau di jurusan lu sendiri peran pelatih itu sebagai apa sih apa cuman sebagai pemberi materi aja?

6

Jawaban Masuk PSBR dari temen. Ee seleksinya berupa ini lari 25 kali puteran kemudian tes fisik push up 25 kali sit up 25 kali terus squat jump 25 kali terus tes ininya ada juga tes tertulisnya semua jurusan ada juga disitu persoalannya. Itu ada. Itu ditanyain ini ee kenapa mau masuk sini asal mulanya kita darimana darimana itu ditanyain disana. Disana sebelum masuk juga kan kita dikasih pengarahan. Itu dikasih waktu, sebenarnya kalau disana kita lebih efektif kesadaran. Jadi kalau bagi anak yang malesmalesan itu mengikuti pelatihan itu dari pembina sana teguran yang pertama terus yang kedua tapi kalau udah sering kali dilakukan hal seperti itu baru anak yang bersangkutan dipanggil secara pribadi. Ngomongin empat mata langsung sama instruktur masing-masing. Yang jelas dibagi untuk teori yang jelas satu bulan dan sisanya empat bulan untuk praktek latihan praktek yang satu bulannya kita untuk PBK. Gitu kerja keluar istilahnya kayak PKL gitu.

Nggak kalau disana jelas sekali kita diberi suatu keahlian yang mana eee kalau menurut saya itu yang saya belum ketahui dari enol sampai sekarang ya saya ketahui kayak masang besi seperti apa seperti apa kan kita bener-bener dikasih keahlian. Tapi disitu kita gak dikasih keahlian aja kita juga dibimbing mental spiritual kita juga dikasih

204

7

Kalau khusus di dalam kelas sendiri nih peran pelatiih kayak gimana?

8

Kalau metode pennyampaian materinya sendiri kayak gimana gi?

9

Itu dari materi kalau dari pelatihnya sendiri apakah dia cuma ngasih materi doang atau ada metode lain? Menurut lu kurikulum di jurusan lu sendiri gimana? Materi-materi di jurusan lu sendiri gimana udah lengkap atau sama dengan yang ditempat PKL atau gak? Kalau monitoring dilakukan gak terhadap waktu PKL terus setelah lulus ada gak dari PSBR sendiri? Kalau masalah sarana dan prasarana sudah menunjang apa belum buat pelatihan baik secara keseluruhan maupun jurusan? Setelah selesai pelatihan terus kan kerja. kira-kira mampu gak diserahin tugas yang bener-bener keteram-

10

11

12

13

terus untuk memandang ke depannya ya untuk menilai masa depan kita dibimbing terus sama Pembina sana. Ya itu standar itu kita di dalam kelas itu pemberian materinya standar. Pertama kita diberikan dasar terus yang keduanya kita diberikan teknik-tekniknya kita dikasih tau teknik ngelas teknik pengukuran teknik finishing dikasih tau kita alat-alatnya juga dikasih tau apa-apa namanya. Pembina langsung mengarahkan ke depan maksudnya langsung ke dunia pekerjaan. Kalau disana yang saya rasain cukup baguslah karena kenapa sistemnya seperti ini pertama kita disuruh mencatat terus kedua kita ee secara individu kita memperagakan materi apa yang telah dijelaskan oleh instruktur tersebut. Dan secara otomatis kita hapal dan berani mengungkapkan kepada orang lain. itu dari segi materi. Oh nggak jadi itu semua dari mulai mencatat terus memberikan kelancaran kinerjanya seperti apa itu semuanya diberi tau oleh instruktur sana. Seumpamanya kita mau bikin teralis nah itu dikasih tau teralis seperti ini, pengukurannya seperti ini terus alat-alat yang digunakannya apa aja itu dikasih tau semua. Yang jelas ini kalau dilihat dari waktu belum jelas belum lengkap maksudnya secara keseluruhan kan di waktu PKL kita sebenarnya disitulah ilmu tersebut disitu. Kita sebenarnya disana cuma dikasih dasar-dasarnya aja pengenalan lah kayak gitu nah perluasannya nanti di luar itulah fungsinya PBK kita lebih tau lagi lebih jauh lagi. Selain kita mencari kerja kita juga mencari ilmu. Seperti itu yang kita rasain. Ada. Waktu kita PKL masing-masing instruktur itu mendatangani satu per satu tempat PKL. Sekaligus dia membuat laporan. Kalau waktu saya itu pas saya gak di bengkelnya saya waktu itu di luar di daerah depok baru instruktur dateng ke bengkel. Kalau untuk jurusan kurang lebihnya mencuku-pi lah kalau untuk dasar-dasarnya, tapi kalau untuk secara keseluruhan itu dari sarana olah raga kemudian untuk sarana agama ya kurang bukan berarti kurang banyak ya berarti kurang ee dilengkapi gitu lah.

Ya sebenarnya kalau untuk mikir istilahnya itu bukan bidang saya, saya itu jalani karena ingin mencoba sesuatu yang baru yang menarik gitu kalau menurut saya. Tapi walaupun berat ya itu merupakan suatu tantangan buat saya menurut saya gitu. Sebenarnya las ini buka bidang

205

pilan itu sendiri gitu? 14

Kalau secara umum pemberian pelatihan disana kayak gimana sih?

12

Setelah mengikuti pelatihan itu apakah rasa percaya diri lu lebih tumbuh dibanding dengan sebelumnya? Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelatihan itu sendiri apa sih?

13

saya tapi saya merasa nyaman lah bekerja dibidang tersebut. Kalau menurut saya bagus ya karena kenapa selain pelatihan disana itu dia lengkap dari segi istilahnya penggemblengan mental terus fisik terus apalagi pengarahan hidup masa depan ada semua disana. Jadi saya sendiri istilahnya yang dulunya bener-bener dalam catatan hudup gak ada ya Alhamdulillah sekarang punya pan-dangan hidup ke depan semangat untuk kerja ya Alhamdulillah dari situ ada gitu muncul. Iya bener, buktinya gini saya ngejalanin ya apa Alhamdulillah dengan istilahnya dengan niat saya yang bener mau sekolah lagi ya itu alhamdulillah satu per satu itu tercapai. Udah jelas banget keyakinan saya lebih tumbuh lebih percaya diri gitu. Ya kalau secara pribadi sih itu instrukturnya yang mau membantu masalah muridnya yang mau membangun rasa percaya diri muridnya yang mau membantu mengarahkan masa depan muridnya itu faktor ininya. Tapi kalau faktor penghambatnya biasanya dari pribadi itu biasanya dipengaruhi secara keseluuruhan ya istilahnya itu faktor terbesar yang mempengaruhi diri sendiri itu pasti lingkungan. Jadi temen-temen itu misalnya satu kena kasus karena kita solidaritas kita ikut-ikutan kena terus kita kena nilai minus kan. Itu yang saya rasain sedikit kok tapi kalau orang yang sadar dengan kemajuan diri pasti dia tidak akan mau dengan yang menghambat dirinya.

206

Subyek Topik Hari/Tanggal Tempat Informasi yang relevan Observasi

Kondisi khusus

: Lucky Bayu Hidayat (alumni PSBR) : Pertanyaan tentang pemberian pelatihan : Jumat/30 Oktober 2009 : Rumah responden : Pelatihan tidak diberikan dengan baik oleh instruktur : Wawancara dilakukan di rumah Informan setelah informan pulang kerja. Rumah informan terletak di rumah susun klender Jakarta Timur. : Informan adalah alumni PSBR tahun 2009 angkatan 79 jurusan las. Informan bukan merupakan anak putus sekolah melainkan telah menamatkan SMK jurusan otomotif. Informan melakukan praktek kerja lapangan (PKL) yang menjadi program PSBR di PT. Dok Kapal Jakarta Utara, setelah selesai PKL bekerja di bengkel las. Sekarang informan bekerja di gerai Esia Pulogadung Trade Center (PTC) sebagai tenaga tenaga penjualan.

No

Pertanyaan

Jawaban

1

Kamu dapat sosialisai PSBR dari mana bay? Kan ada seleksi, itu seleksinya apa aja?

Tau PSBR nya dari ini apa sih pak RT. Itu RT gue dapet dari kelurahan.

2

3

Terus ada seleksi ini gak bay misalnya potensi lu di las bisa apa gak ada gak?

4

Kalau wawancara secara pribadi itu ada gak pada waktu pas seleksi?

Pokoknya gitu ee pertama apa sih kayak kesehatan itu di tes. Lari kuat apa nggak terus apa kayak disuruh ngumpulin ijazah terakhir lah pokoknya terus ini surat keterangan bebas narkoba dari polsek terus eee pokoknya surat-surat yang penting gitu terus push up, lari terus squat jump itu aja. Sebenarnya sih bang gue kalau menurut yang gue tau dari prosedur itu nggak boleh soalnya itu kan buat orang yang putus sekolah kalau gue kan tamat jadi sebetulnya gue nggak boleh. Tapi nggak tau kenapa gue dibolehin apa nggak ada yang apa gimana gak tau. Sebenarnya sih kalau pake prosedur yang benerbener gue itu nggak boleh bang. Gak ada waktu itu sih cuma dikasih tau kalau las gini terus orang-orang yang udah sukses gini-gini itu kan gak jadi eee ngaruhin kita juga kan bang. Orang yang udah sukses ah enak nih akhirnya tuh jadi yang paling banyak soalnya kan ngomongnya kan bagus ya eee pas udah mulai pada keluar. Ada ada. Tapi itu cuman prosedur jadi masuk ditanyain pernah make barang apa gak kan pernah minum apa gak kan eh abis itu di langkah berikutnya kita diperiksa apa yang dibawa setelah di depan kita diperiksa lagi badannya, rambutnya kalau panjang nggak boleh masuk suruh potong rambut dulu. Tasnya ada handphone apa

207

5

Kalau metode waktu pelatihan pas penyampaina materi. Metode pelatihnya waktu penyampaian materi itu kayak gimna?

6

Terus kalau ada yang ketinggalan atau gak mampu kan itu dikasih waktu khusus gak sama instruktur?

7

Kalau peran pelatih sendiri disitu buat nyampein materi apa ada peranan lain?

8

Berarti menurut lu sarana dan prasarana di PSBR gimana bay?

10

Waktu PKL ada monitoring gak? Pas udah lulus ada gak?

11

12

Kurikulum yang di dapet selama pelatihan gimana tuh?

gak soalnya kan gak boleh bawa handphone katanya dulu pernah ada kehilangan udah itu aja Kalau menurut gue ya biasalah kayak guru nga-jarin muridnya biasa banget. Menurut gue masih kurang lah kurang banget. Kalau nerangin cuman nerangin dia gak tau masuk apa nggak nya gak diiniin lagi. Lebih ke muridnya sendiri sih bisa gak nya kayaknya gurunya itu kurang inilah kurang feedback lah. Terus ini juga catetan ya kalau lagi catetan menurut gue juga gak bagus ini ngasih catetan tuh gak jelas satu kesini ini kesini ini dilongkap gitu nyatetnya gak pake bab satu bab dua gak urut. Gak ada, banyak kan yang catetannya kurang kayak gini ya udah yang mau nyatet nyatet yang mau gak gak banyak kan gue juga waktu itu banyak yang kurang. Kan murid boleh ngasih saran ke guru kan. Saran pak kenapa gak di fotocopy aja nyatet banyak banget waktu gak ada waktunya kan ada cara ini ada cara ini tapi tetep aja disuruh fotocopy gak mau. Penyampaian materi iya, terus di test satu satu satu ada perannya juga tapi menuru gue masih kurang banget bang masih kurang banget. Penayampaiannya masih kurang. Gak komplitlah, jujur aja gue dapetnya malah pas lagi PKL malah PKL diajarin dulu kan. Diajarin ngelas tangan tangannya tadinya nggak malah bagusan malah yang ngajarin di PKL waktu itu. Udah ngerasa bisa baru diturunin gitu. Kalau gue ngerasain sih masih kurang praktek apa lagi. Lihat aja kalau lagi di las kan elektroda kurang ini apa namanya ini kurang itu kurang Nah itu tuh kurang banget emang kurang banget sih buktinya praktek kita masih dateng ke ruang otomotif minjem ini minjem ini itu kan mengganggu belajar masing-masing jurusan kan. Minjem tang ntar lagi dibutuhin mana-mana itu jadi kurang waktu lah kurang konsen lah. Kalau yang AC, salon udah bagus tuh yang kurang tuh las, jahit sama otomotif. Las tuh bener-bener masih kurang sama jahit. Nggak, karena gue dua orang duang kalau udah PKL ibaratnya kita dilepas aja udah kalau PKL. Nggak ada nggak ada monitoring sama sekali. Kalau bengkel bengkel yang lain mungkin iya kali deket kalau gue kan jauh apa namanya di pelabuhan. Monitoring tuh di tempat gue gak ada bang. Kalau menurut gue sih disitu bener-bener masih kurang bang. Apa yang gue dapet disitu sebenernya bukan pengalaman praktek tapi penga-laman ee apa sih benerbener ke sosialnya langsung. Jadi gue kayak diajarin sesuatu yang bener gitu lah soalnya dulu kan gue temen

208

13

Setelah pelatihan itu kan lu masih di Dok Kapal kan, itu lu mampu gak langsung diserahin tugas bener-bener sesuai dengan keahlian lu?

14

Oh iya tadi pas waktu pelatihan ada pembagian waktunya nggak, jadi buat waktu ngasih teori berapa bulan, praktek berapa bulan terus evaluasi berapa bulan? Sesudah masuk sama sebelum masuk di PSBR bedanya apa keyakinan lu lebih tumbuh apa keyakinan lu lebih tumbuh apa gak?

15

16

sama anak SMA sama anak kuliahan kalau disitu ya bukan gue ngerendahin ya ada orang yang gak lulus ada orang yang gak sekolah disitu bang mulai gue ngerasain, jadi gue bisa ngerasain mereka mereka yang butuh. Yang apa lah orang kayak gitu pasti ada pelariannya. Jadi gue gak nganggep orang itu gini-gini nih. nah gitu kalau itu dapet di sosialnya bang bagus gue seneng sama ceramahnya bang soalnya di Jakarta udah jarang ada ceramah ibaratnya rutin lah. Kalau belajarnya ya benerbener masih kurang lah bang. Kalau sosialnya gue akuin gue masih bisa dapet gitu lah, bisa ngargain orang. Kita disana kan ada penyesuain juga bang. Kan tadi gue bilang malah yang ngajarin gue tuh di Dok Kapal gitu dia ngajarin alur las gitu gitu kita masuk bengkel jadi bikinbikin rangka jadi ada potongan besi diambil tapi itu perkenalan dulu muter setelah itu kita dikasih tau ruangan ini ruangan ini ruangan ini baru ke kantor kenalan ibarat las dulu wah kurang bagus nih ya udah besok belajar tapi pake tangan. Pake pulpen gitu habis itu udah bagus nih bukan dilihat dari apanya tapi rajin apa nggak nya soalnya kan namanya alur las itu berapa senti itu ada yang kelar juga. Ada yang kelar tapi masih kurang alurnya. Terus besoknya ikut sama tukang lasnya cuman nggak langsung ngelas terus udah sebulan baru pak ini udah bisa kerja. udah sebulan baru kita boleh ngelas sendiri. Kalau itu nggak ada pembaginya ya paling ini bang namanya orang kan connect nya ada yang cepet ada yang lama kan pasti beda-beda kan. Ya itu waktunya gak ditentuin misalnya lang-sung aja besok ini besok ini jadi bener-bener pembagian waktunya gak jelas. Jadi benerbener kemampuan lu sampai lu inilah bisa gitu.

Eee intinya itu aja bang sosial, gue juga orang-nya sensitif kan kayak misalnya sosial gue makin gede kayak apa ya gue bersyukur juga bisa sekolah masih ada yang bener-bener apa gue bersyukur juga gue gak pernah minum gue gak pernah ngerokok maksudnya ya lu tau kan bang disana ada apa sih udah orang gak punya malah sering. Tapi gue disitu apa ya punya rasa pengen bantu tapi karena anak-anak sebaya lah ya gue bisa bantunya dengan doa. Kayak pas masuk disitu itu gue makin ini teratur hidup dalam aturan. Tapi kalau untuk rasa Kalau PD gue eee masih kurang bang tapi kalau PD percaya diri lu? dipaksa-paksain itu udah ada bang. Waktu itu masuk kantor ngobrol-ngobrol jadinya rasa PD bertambah kan berani ngomong ama orang atasan ya gak mungkin kan

209

kita. Tapi kalau disitu bener-bener nilai sosial siih kalau disitu. Rasa kebersamaannya tapi kalau belajarnya masih kurang tapi kalau motivasinya. Tapi yang gue gak sukanya tuh guru-guru disitu menganggap sama rata semua WBS bang. Kayak pas nganter minta ijin pulang temen gue bang si tiar dia malah diomelin alah nyusahin orang tua aja lu di rumah disini aja udah nyusahin apalagi di rumah lu. Setau gue tuh si tiar disitu tuh gak pernah nyusahin. Jadi mungkin setau gue tuh bang disitu tempat orang yang dipungutuin dari anak-anak jalan orang-orang gak sekolah jadi orang-orang disitu bosen lah mungkin. Itu tambahan aja bang. Tapi kan mereka berpang-kat emang sih kita kan ada orang yang gak punya ada yang SD ada yang gak bisa ini gak bisa itu. Jadi kalau mungkin kalau ngajarnya udah bagus oke kita terima kalau sarana bagus oke kita terima tapi ini kita udah coba baik cuma hasilnya apa an. Emang sih yang jelek dikit tapi yang baik banyak lah. Tergantung orangnya masing-masing sih bisa bergaul sama gurunya apa nggak. Maaf bang muter-muter nih. Gue kan gak nyangka aja bakal punya temen orang-orang kayak gitu kan orang kayak gitu bang pelampiasannya kita gak punya jangan sampe pelariannya tuh kayak berdoa jangan sampe nggak deh bang. Itu aja sih bang.

210

Subyek Topik Hari/Tanggal Tempat Informasi yang relevan Observasi

Kondisi khusus

: Bambang (alumni PSBR) : Pertanyaan tentang pemberian pelatihan : Sabtu/31 Oktober 2009 : Tempat Kerja : pelatihan sangat baik untuk dirinya : Wawancara dilakukan di tempat kerja informan di sebuah bengkel motor di daerah Cibubur, Jakarta Timur. : Informan merupakan alumni PSBR angkatan 79 dari jurusan otomotif. Informan merupakan lulusan SMP dan saat ini bekerja di bengkel motor milik temannya yang berada di daerah Cibubur. Informan melakukan Praktek kerja lapangan di Bintang Mas Motor sebuah bengkel motor yang berada di Cikoko, Jakarta Selatan

No

Pertanyaan

Jawaban

1

Dapet informasi tentang PSBR dari mana? Seleksinya itu kemarin apa aja?

Ohh dari itu dari Karang Taruna turus juga dari eee apa tetangga kan ada yang kerja di bidang sosial juga gitu cuman di Cipayung jadi taunya dari situ. Cuman itu aja sih persyaratan-persyaratan aja kayak itu surat-surat itu terus fisik aja sih kayak lari kayak squat jump kayak push up begitu. Ohh pas interviewe masuk. Waktu itu pertanya-annya apa namanya lulusan apa terus saya bilang SMP kan karena saya SMP. Terus pernah kerja dimana sebelumnya saya bilang sudah di toko sembako. Saya bilang gitu doang. Misalnya kan jam masuk balajar nih siang ada yang ketiduran yaa dikasih waktu aja maksudnya untuk ngikuin aja.

2

3

Kalau wawancara secara khusus?

4

Pada saat pelatihan ada peserta yang kurang atau ketinggalan gitu ya itu ada waktu khusus gak buat nanya? Menurut bambang peranan pelatih di PSR peranan pelatih di otomotif gimana sih? Selain di dalam kelas dia di luar kelas gimana? Kemarin ada monitoring gak dari PSBR waktu PKL? Terus pas habis PKL ada gak?

5

6

7

8

Ya gimana sih belajarnya enak maksudnya cara dia ngajarnya juga terus orangnya ramah gitu enak sih ilmunya juga bisa dimengerti gitu.

Misalkan kita sharing apa gitu bisa enak juga maksudnya itu bisa saling berbagi lah bisa tau gini-gini karena dikasih tau sama dia. Ohh ada kita didatengin tempat PKL nya kan gitu.

Masih setelah saya pada udah keluar kan kita ini kadang sama temen-temen janjian dulu main ke PSBR masih ada

211

9

10

11

tanggapan udah kerja dimana gitu. Kalau sarana kurang menunjang sih bang cuman kan maksudnya gini kita kan kalau dari kayak peralatan praktek masih terbatas gitu loh misalnya kayak alat-alat itu kurang lengkap.

Terus kalau menurut bambang sarana dan prasarana penunjang pelatihan udah cukup belum sih bang? Setelah ikut pelatihan Ya tetep ada sih gimana ya walaupun peralatan seadanya rasa percaya diri lu ya pengen tetep bisa begitu aja. Setelah ini masih ingin lebih ada apa nggak? ngembangin sih mangkanya saya masih belajar ini nih belajar di bidang otomotif. Kalau didalem kelas Yaa hampir ini sih hampir sama kayak guru-guru pengajr cara penyampaian di sekolah gitu. intruktur seperti apa sih?

212

Lampiran VII : Foto-foto

Papan nama PSBR “Taruna Jaya” Tebet

Gedung PSBR tampak depan

Ruang Makan

Proses penerimaan peserta

Masa Orientasi Siswa

Pemungutan Suara Untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden WBS

Presiden dan Wakil Presiden WBS Angkatan 79

213

Keluarga Besar PSBR “Taruna Jaya” Angkatan 79

Pengarahan di Asrama oleh Pembina

Bimbingan Sosial (Bimsos)

Penulis berbincang dengan WBS

Penulis bersama WBS di Acara Maulid Nabi Muhammad saw.

Tim Marawis PSBR angkatan 79

Senam Pagi

214

Jurusan Otomotif

Jurusan Otomotif

Jurusan Las

Jurusan Las

Jurusan AC

Jurusan AC

Jurusan Salon

Jurusan Salon

Jurusan Menjahit

Jurusan Menjahit

215

216