PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAHASA INGGRIS ... - Lppm UNS

32 downloads 560 Views 592KB Size Report
3 Nov 2012 ... Observasi dalam kelas pembelajaran bahasa Inggris .... pada siswa SMP di Surakarta; (2) merancang silabus pembelajaran Bahasa Inggris yang sesuai yang ..... Mata Pelajaran. : Bahasa Inggris. Kelas/Semester. : VII/2.
PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAHASA INGGRIS UNTUK PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA SMP

Dra. Dewi Rochsantiningsih, MEd, PhD. Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Inggris, PPs UNS

Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan 3 November 2012 Hotel Best Western Solo

Diselenggarakan oleh:

Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Inggris, PPs UNS Program Studi S1 Bahasa Inggris PBS-FKIP UNS Active Learning Facilitator Association (ALFA)

Abstrak Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun demikian, tampaknya pendidikan karakter di sekolah belum dapat terlaksana dengan baik, terlihat dari perilaku kurang terpuji para siswa. Untuk itu, pemerintah menerapkan tiga pendekatan, yaitu: (1) mengintegrasikan secara terpadu pedidikan karakter dalam semua mata pelajaran; (2) memadukan pendidikan karakter dengan manajemen sekolah; dan (3) memadukan pendidikan karakter melalui kegiatan pembinaan kesiswaan. Makalah ini disarikan dari penelitian yang mengintegrasikan pendidikan karakter melalui pembelajaran Bahasa Inggris dengan pendekatan tersebut adalah Collaborative Learning atau pembelajaran Kolaboratif (PKol). Sebagai penelitian pengembangan, studi ini dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, dan hasil yang dipresentasikan ini adalah tahun pertama yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan (needs-analysis) karakter yang telah dikembangkan di SMP yang hasil needs analysis tersebut dikembangkan untuk disain silabusnya dan RPPnya. Kata Kunci: SMP, pendidikan karakter, Bahasa Inggris, Collaborative Learning

Pemberitaan melalui berbagai media maupun kejadian yang ditemui di sekitar menyuguhkan bukti-bukti kemunduran moral yang terjadi pada pemuda di Indonesia. Kemunduran moral tersebut meliputi tindak kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, penggunaan minuman keras, pergaulan bebas, vandalism/pengrusakan terhadap fasilitas umum, tawuran antar siswa sekolah/mahasiswa, penyalahgunaan perangkat ICT dengan mengunduh dan menonton video porno melalui internet, dan perilaku kurang baik lainnya. Dalam konteks sekolah, hasil wawancara dengan guru-guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Surakarta menunjukkan perilaku kurang baik para siswa tersebut terlihat mulai dari kekurangdisiplinan, kurang sopan-santun baik bahasa maupun perilaku, kurang peduli terhadap lingkungan, malas belajar, bullying terhadap teman atau adik kelas, merokok, sampai dengan yang lebih serius seperti yang disebutkan di atas. Observasi dalam kelas pembelajaran bahasa Inggris memperlihatkan kecenderungan siswa yang kurang bersemangat dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sebagai ilustrasi, ketika diminta secara sukarela maju ke depan kelas untuk mempraktekkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris, siswa cenderung menghindar. Namun, ketika ditunjuk ke depan kelas, ternyata tidak sedikit dari siswa tersebut yang sebetulnya mampu. Hasil wawancara dengan beberapa siswa mengindikasikan alasannya, seperti: malu, takut salah, tidak berani, takut ditertawakan, dan merasa kurang percaya diri. Perilaku kurang kondusif siswa dalam proses pembelajaran lainnya adalah sikap acuh tak acuh, menyontek, dan kurang memperhatikan pembelajaran. Karakter didefinisikan Suyanto (2009) sebagai, ‘cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara’. Berdasarkan definisi tersebut, sikap dan perilaku siswa yang diilustrasikan di atas menunjukkan adanya persoalan dengan karakter mereka. Sikap yang kurang terpuji itu juga tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Landasan hukum terhadap pembentukan karakter tersebut diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 17 Ayat (3) yang menyebutkan bahwa pendidikan dasar, termasuk SMP bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. UU dan PP di atas memperlihatkan usaha pemerintah dalam upaya

pembentukan karakter bangsa. Dalam keseharian, sesungguhnya pembentukan karakter bukan hanya diusahakan oleh pemerintah saja, tetapi juga melalui agama dengan nilai-nilai terpuji yang diajarkan; dan melalui internalisasi nilai-nilai luhur dan penanaman budi pekerti baik yang dilakukan secara turun temurun dalam masyarakat sebagai warisan budaya bangsa. Pada kenyataannya, oleh karena berbagai hal seperti arus globalisasi yang sulit dibendung, kurangnya keteladanan, bergesernya orientasi hidup, dan sebagainya kemorosotan moral di kalangan generasi muda semakin mengemuka. Oleh karena itu, pemerintah memandang perlu pendidikan karakter lebih ditekankan lagi dalam bentuk pembiasaan sehingga internalisasi nilai-nilai terpuji dan berbudi luhur dapat berlangsung dengan nyaman sesuai dengan pertumbuhan siswa dan secara bersamaan membentuk karakter yang baik. Pada awalnya ada dua pendekatan dalam penbentukan karakter tersebut, yaitu: (1) karakter diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) karakter diajarkan dengan memadukannya pada mata pelajaran tertentu yang dipandang sarat dengan nilai-nilai karakter, yaitu pelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pendekatan pertama telah dilakukan pada masa lalu melalui pelajaran Budi Pekerti, dan juga melalui penataran P4 dengan beberapa paketnya. Pendekatan ini dipandang cukup baik untuk membekali siswa dengan pengetahuan tentang nilai-nilai kebaikan sampai pada batas kognitif. Implementasi yang merambah pada ranah afektif dan psikomotorik seringkali dipertanyakan. Siswa dapat menghafalkan materi yang diberikan dalam pelajaran dan penataran dengan baik, tetapi belum tentu dapat mengimplementasikannya dalam perilaku keseharian mereka. Pendekatan kedua dianggap kurang pas, mengingat dalam lingkup sekolah pembentukan karakter bukan hanya tanggung guru Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi merupakan tanggung jawab semua pendidik di sekolah. Dalam buku Panduan Pendidikan Karakter di SMP (Ditjen Pembinaan SMP, 2010) dipaparkan bahwa pendidikan karakter di sekolah dikembangkan melalui tiga pendekatan, yaitu: (1) mengintergrasikan secara terpadu pedidikan karakter dalam semua mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilainilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan kontek kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat; (2) memadukan pendidikan karakter dengan manajemen sekolah. Manajemen sekolah dipandang sebagai salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah karena mempengaruhi bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai; dan (3) memadukan pendidikan karakter melalui kegiatan pembinaan kesiswaan. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik. Pada level SMP, terdapat 18 karakter yang harus dikembangkan (Ditjen Pembinaan SMP, 2010). Kedelapan-belas karakter tersebut, tidak selalu semuanya dapat dikembangkan melalui pengintegrasian dengan mata pelajaran. Sebagai contoh, pelajaran Agama diantisipasi dapat mengembangkan sekitar 14 butir karakter yang meliputi: religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli. Sementara itu, pelajaran IPA diharapkan dapat mengembangkan karakter berikut ini: ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu. Sedangkan pelajaran Bahasa Inggris, diperkirakan dapat mengembangkan karakter utama ini: menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial. Daftar butir karakter tersebut tentu saja dapat berkembang dalam pelaksanaannya di kelas, tergantung pada keterampilan guru dalam merancang pembelajaran yang memungkinkan tergalinya potensi yang dapat dimanfaatkan unuk memperkuat pembentukan karakter. Pemilihan materi, penetapan pendekatan/strategi, skenario, dan alat evaluasi pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran menjadi penting agar dapat direncanakan dan terbentuk pembelajaran yang dapat mengoptimalkan substansi mata pelajaran dan butir karakter yang perlu dikembangkan. Terkait dengan pendekatan pembelajaran, penting sekali bagi guru untuk memilih pendekatan yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa/orang lain dalam upaya untuk membentuk pengetahuan. Salah satu pendekatan tersebut adalah Collaborative Learning atau pembelajaran Kolaboratif (PKol). Tujuan

PKol adalah meningkatkan kemampuan siswa agar lebih mandiri, cakap, pandai berpikir: The goal of collaborative learing is to develop autonomous, articulate, thinking people (Barkley, EF, Cross, FP, Major, CF., 2005: 7). Disebutkan oleh Matthews, 1996: 101) bahwa PKol terjadi bila para siswa bekerjasama untuk membangun pengetahuan, dan pengetahuan tersebut semakin terbentuk dan semakin kaya melalui proses kebersamaan yang dilakukan oleh siswa. PKol merupakan stategi pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil, terdiri dari beberapa siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, dengan menggunakan bermaca-macam kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu objek/pengetahuan tertentu. Dalam implementasinya, tiap siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mempelajari objek dan membantu temannya untuk memahami. Selama pembelajaran, siswa mengerjakan berbagai tugas hingga seluruh anggota kelompok berhasil memahami objek dan menyelesaikan tugasnya. Melalui PKol yang menonjolkan kerjasama di antara para pembelajar, dapat diidentifikasi manfaat yang diperoleh siswa, di anataranya adalah: (1) saling menguntungkan antara siswa satu dan lainnya; (2) seluruh siswa menyadari bahwa mereka merasakan nasib/hal yang sama dalam belajar; (3) siswa menyadari bahwa setiap keberhasilkan bukan hanya merupakan usaha sendiri, tetapi juga bantuan dari teman satu kelompok; dan (5) merasa bangga dan ikut merayakan keberhasilan teman satu kelompok. PKol dipilih dalam penelitian ini karena dipadang bukan saja membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya terkait dengan Bahasa Inggris sebagai materi pelajaran, tetapi juga dipandang mampu mengembangkan kepribadian yang berkarakter baik. Pendidikan karakter di Indonesia telah dilakukan sejak lama dengan nama yang berbeda. Namun mengintegrasikan butir-butir karakter dalam pembelajaran, lebih-lebih dengan mengimplementasikan pendekatan PKol di dalam proses pembelajarannya dapat terbilang baru. Begitu pula penelitian yang menganalisis pendidikan karakter melalui pembelajaran Bahasa Inggris, belum banyak yang melakukan studi tentang hal tersebut. Namun secara umum telah banyak dilakukan penelitian tentang karakter seperti yang dilakukan oleh Mattar, N dan Rania Khalil (2010) yang meneliti hubungan pendidikan karakter dengan perubahan tingkah laku. Studi tersebut menganalisis bagaimana teori-teori pendidikan karakter dimasukkan ke dalam kurikulum dan dipraktekan di sebuah sekolah. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kinerja yang baik di lingkungan akademik dan membawa peran sentral dalam pembentukan kompetensi, yang meliputi: (1) konsep yang solid, (2) perolehan pengetahuan akademik, (3) keterampilan yang unggul, dan (4) pembentukan karakter dan perilaku. Penelitian lain yang menganalisis peningkatan kompetensi sosial dan pembentukan karakter melalui pembelajaran (Sultana, N: 2010), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran di kelas dengan perubahan sosial-psikologis masyarakat. Dalam penelitian ini ditunjukkan peran penting guru dalam membawa perubahan sosial yang positif dalam baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Dalam konteks ini pembelajaran menjadi sarana yang efektif bagi guru. Dengan demikian, jika guru memiliki pengetahuan yang kompeten dan terampil dalam menyampaikan pembelajaran, guru tersebut berperan sangat potensial untuk mengubah nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat. Studi tentang nilai-nilai moral yang terinternalisasi melalui drama yang berfokus pada kisah pribadi (Gervaris, Marie: 2006) menunjukkan bahwa drama sangat berperan dalam pembangunan moral siswa. Dalam studi ini drama digunakan sebagai media pembelajaran untuk memperkenalkan nilai-nilai moral melalui tema-tema yang terkait dengan kehidupan siswa, seperti: keluarga, persahabatan, dan hal-hal yang popular pada siswa. Setelah menyaksikan dan bermain drama yang secara kognitif membekali siswa dengan pengetahuan tentang moral; kegiatan diikuti dengan diskusi kelompok dan refleksi, sebagai sarana untuk menyentuh kesadaran siswa dan proses internalisasi nilai nilai moral yang didiskusikan. Penelitian ini juga menunjukkan peningkatan yang baik terhadape etos kerja kelompok dan hubungan interpersonal dalam bentuk kepedulian, saling menghormati, dan komitmen bersama. Studi yang hasilnya dipresentasikan ini adalah hasil penelitian tahun pertama dari rencana tiga tahun sesuai dengan tahap-tahap penelitian Research and Development (R&D), yaitu (1) tahap pertama adalah tahap eksplorasi atau tahap need assessment; (2) tahap kedua adalah tahap pengembangan model, dan (3) tahap pengujian model. Dengan demikian tujuan studi tahan pertama ini, sesuai dengan namanya, yaitu tahap eksplorasi adalah: (1) menggali dan mengkaji informasi secara mendalam dan komprehensif tentang pengembangan karakter melalui pelajaran Bahasa Inggris pada siswa SMP di Surakarta; (2) merancang silabus pembelajaran Bahasa Inggris yang sesuai yang dapat mengembangkan karakter siswa SMP di Surakarta; (3) menyusun draft pengembangan

pembelajaran kolaboratif Bahasa Inggris yang sesuai untuk mengembangkan karakter siswa SMP di Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D) yang didefinisikan Borg dan Gall (1983: 772) sebagai, ... a process used to develop and validate educational products. Istilah produk ini menurut mereka merujuk tidak hanya pada objek material, seperti buku teks, film pembelajaran, dan lain-lain, tetapi juga prosedur dan proses, seperti metode pembelajaran atau metode untuk mengorganisir pembelajaran. Borg dan Gall (1983: 775-776) menjelaskan adanya sepuluh langkah dalam siklus R & D yang meliputi dari mengumpulkan data awal hingga diseminasi produk. Langlah tersebut oleh Sukmadinata (2005:189) disederhanakan menjadi tiga, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, dan (3) pengujian model sebagaimana yang terangkum dalam Bagan 3.1. Bagan 1 Model Pengembangan 1. Studi Pendahuluan Studi Literatur

Studi lapangan tentang masalah pendidikan karakter di SMP yang sudah ada.

Deskripsi dan analisis masalah, temuan model pembel B Ing Kolaboratif yang ada.

2. Studi Pengembangan Model 3. Tahap Pengujian Model

Uji Terbatas

Penyusunan draft awal Pembel B Ing Kolaboratif

Evaluasi dan Perbaikan Model Uji Lebih Luas UNIVET dan

Model Final

1. Tes Awal 2. Implementasi Model 3. Tes Akhir

Evaluasi dan Penyempurnaan Model PBL

Model Hipotetik

Tahun I penelitian ini berupa need assessment terhadap pembelajaran Bahasa Inggris kolaboratif untuk keperluan perancangan silabi dan pengembangan draft pembelajaran kolaboratif Bahasa Inggris untuk mengembangkan karakter siswa SMP di Surakarta. Subjek penelitian ini adalah SMP Negeri maupun Swasta di Surakarta. Pada tahap pendahuluan untuk mendapatkan data tentang implementasi pendidikan karakter dan implementasi strategi PKol, disebarkan kuesener terhadap SMP di Surakarta; 10 diantaranya merespon dan mengembalikan kuesener. Pada tahap uji coba draft awal, 2 SMP terlibat dalam implementasi draf dimana dilakukan observasi kelas wawancara dengan guru dan beberapa siswanya. Pada tahap pertama atau Eksplorasi ini, ada tiga teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yang meliputi: (1) angket (questionnaire), yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang sikap umum atau persepsi siswa yang ada di masingmasing sekolah di Surakarta terhadap berbagai karakter yang dikembangkan pemerintah melalui system dan pempelajaran di sekolah; (2) wawancara mendalam (in-depth interviewing), yang digunakan untuk menggali lebih dalam dan komprehensif pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku mereka sebagai respon terhadap berbagai karakter yang dikembangkan di sekolah maupun sebagai perilaku dan panutan yang ada dalam kehidupan masyarakat di Surakarta; dan (3) pengamatan berperan serta secara pasif (passive participant observation), yang digunakan untuk mengamati sikap dan perilaku mereka terutama ketika mereka berinteraksi dalam kegiatan di sekolah masing-masing.

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat teknik sebagai berikut: (a) prolonged engagement, researchers’ alertness, member checking, dan triangulation (khususnya researcher triangulation). Sedangkan teknis analisis yang digunakan adalah constant comparative method (Strauss dan Corbin, 1990). Teknik analisis tersebut memiliki empat langkah, yaitu (a) menentukan satuan informasi, (b) membuat kategorisasi informasi berdasarkan kesamaan ciri informasi, (c) menentukan hubungan antarkategori, dan (d) mengembangkan teori berdasarkan jenis hubungan antarkategori informasi. HASIL PENELITIAN Telah disebutkan di atas 2 bahwa tujuan umum penelitian pada tahun pertama, sesuai dengan namanya, yaitu tahap eksplorasi adalah untuk: (1) menggali dan mengkaji informasi secara mendalam dan komprehensif tentang pengembangan karakter melalui pelajaran Bahasa Inggris pada siswa SMP di Surakarta; (2) berdasarkan data yang dari tahap awal di atas, peneliti merancang silabus pembelajaran Bahasa Inggris yang sesuai yang dapat mengembangkan karakter siswa SMP di Surakarta; dan (3) menyusun draft pengembangan pembelajaran kolaboratif Bahasa Inggris yang sesuai untuk mengembangkan karakter siswa SMP di Surakarta. Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian di atas, dilakukan studi pustaka, pendistribusian kuesener, wawancara dan observasi kelas. Proses tersebut digambarkan dalam Tabel 1. Tabel 1: Ringkasan Kegiatan Penelitian Tahap Eksplorasi Tahapan Penelitian 1. Studi pendahuluan

Kegiatan  Kuesener  Wawancara dengan guru dan siswa.  Mengumpulkan beberapa dokumen  Mengobservasi proses pembelajaran di kelas

2. Pengembangan draft awal

 Pengembangan Silabus dan RPP  Implementasi Pembelajaran  Evaluasi dan penyempurnaan

Luaran  Deskrepsi penerapan pend karakter  Deskrepsi pembel Bahasa Ing melalaui PKol Model Awal Bhs Inggris Kolaboratif yang membangun karakter

Secara ringkas dari proses pengumpulan data tersebut dapat dikemukanan hasilnya sebagai berikut. 1. Pengembangan karakter di SMP: delapan SMP negeri dan swasta yang merespon kuesener penelitian ini menunjukkan deskripsi di bawah ini a Dari tataran dokumen dari delapan SMP yang terlibat: • hampir semua SMP yang terlibat dalam penelitian telah mencantumkan butir karakter dalam silabus pembelajaran. Jumlah karakter yang disebutkan meliputi 8 butir seperti yang disebutkan dalam buku pedoman. • hampir semua SMP tersebut juga telah mencantumkan 3-5 butir karakter dalam RPP pembelajaran Bahasa Inggris. Penempatan butir karakter tersebut umumnya terletak sesudah slot ‘indikator’ atau ‘Tujuan Pembelajaran’. • Hanya satu SMP yang menuliskan butir karakter dalam slot ‘Langkah pembelajaran’. Dalam RPP tersebut, dibuat 1 kolom tambahan yang mencantumkan 8 karakter secara vertikal. • Butir karakter yang disebutkan dalam RPP belum diakomodasi dalam sllot ‘evaluasi’. • Belum ada istrumen (indikator dan rubrik penilaian) untuk mengevaluai butir karakter. • Dari RPP yang dicermati, pilihan strategi pembelajaran belum banyak yang menerapkan strategi pembelajaran kolaboratif. • Masih terdapat kerancuan antara strategi pembelajaran yang dipilih dengan langkahlangkah pembelajara yang tertuang.

• •

Pada umumnya plihan strategi pembelajaran adalah ‘three phase technique’. Hasil kuesener menunjukan bahwa diantara paling sedikit 30 strategi PKol, baru 2 - 5 jenis strategi PKol yang pernah digunakan guru dari delapan SMP yang menjawab kuesener. b Pelaksanaan pembelajaran dan implementasi pendidikan karakter yang dicermati dari dua SMP yang diobservasi kelasnya dan diteruskan dengan wawancara terhadap guru dan beberapa siswanya: • Guru belum sepenuhnya menyadari adanya muatan karakter yang dapat dikembangkan terhadap siswanya melalui berbagai kegiatan dan pengalaman pembelajaran yang diciptakan di kelasnya. • Karakter yang ditulis dalam RPP belum secara sengaja didesain atau diakomodasi melalui pemilihan strategi pembelajaran yang kemudian terlihat dari langkah-langkah kegiatan/pengalaman belajar yang dialami siswa. • Guru menganggap bahwa karakter yang dicantumkan dalam RPP dengan sendirinya akan terbangun. • Masih terdapat kurangnya pemahaman guru terhadap esensi kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang seharusnya potensial untuk mengembangkan karakter siswa, berlalu begitu saja tanda adanya penekanan yang dapat lebih membangun karakter tersebut. • Selain hal-hal yang sudah jelas, seperti: dilarang mencontek, tidak boleh atau adanya hukuman bila terlambat datang, siswa mengindikasikan bahwa mereka belum pernah diberitahu guru tentang butir-butir karakter yang dapat dibangun melalui kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. 2. Dari data yang dikumpulkan melalui tahap studi pendahuluan di atas yang menghasilkan deskripsi implementasi pendidikan karakter dan implementasi strategi PKol baik dari tataran dokumen (silabus dan RPP) dan pelaksanaanya di kelas mendorong peneliti untuk menyusun draf silabus yang lebih bisa mengembangkan butir-butir karakter siswa. Bersamaan dengan itu dilakukan juga telaah terhadap RPP yang digunakan guru. Dari proses tersebut kemudian dikembangkan draft yang silabus dan RPP dengan menerapkan strategi PKol yang dirancang agar lebih dapat mengembangkan pendidikan karakter di SMP. Draft tersebut disusun melalui langkah-langkah berikut ini: a. Mencermati silabus pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan di kelas VII SMP dengan fokus pada: (1) pilihan strategi pembelajaran; memilah dan memilih silabus yang menggunakan strategi PKol; dan (2) pencantunam butir karakter dalam silabus: jumlah dan penempatannya di dalam lembar dokumen silabus. b. Mencermati RPP pada slot ‘strategi pembelajaran’: apakah menggunakan strategi PKol atau tidak. c. Mencermati RPP pada slot ‘karakter’ (bila ada): jumlah dan penempatannya di dalam lembar dokumen RPP. d. Mencermati RPP pada slot ‘materi pembelajaran’: apakah materi yang digunakan sesuai dengan: (1) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Tujuan/Indikator yang dicanangkan terutama lebih memotivasi; (2) pilihan strategi pembelajaran yang digunakan, dan (3) usia dan kondisi psikologi umum pada siswa SMP. e. Mencermati RPP pada slot ‘langkah-langkah pembelajaran’: apakah langkah-langkah yang disusun sesuai dengan: (1) sintaks (prosedur) strategi pembelajaran yang dipilih dan indikator/tujuan pembelajaran yang dicanangkan; (2) apakah secara khusus menunjukkan adanya butir karakter yang dapat dikembangkan melalui (masing-masing) langkah-langkah pembelajaran yang disusun.

Mencermati RPP pada slot ‘evaluasi’: apakah evaluasi yang disusun sesuai dengan tujuan/indikator dan strategi pembelajaran Berdasarkan proses tersebut disusun draft silabus dan RPP pembelajaran Bahasa Inggris dengan deskripsi sebagai berikut (lihat lampiran). a. Memilih materi yang menarik, good-moral value, memotivasi, dan relevan dengan indikator/tujuan pembelajaran dan usis perkembangan siswa SMP. b. Menetapkan strategi pembelajaran PKol: 6 jenis strategi PKol diajukan untuk digunakan dalam RPP kelas VII yang meliputi: Magic Sentence, Jigsaw, Reciprocal Questioning, InsideOutside Circle, Buzz Group, dan Team Anthologies. c. Menempatkan 20 butir karakter (bukan 8 butir seperti yang ditetapkan dalam buku panduan), membuka kesempatan bagi guru keleluasaan untuk mengembangkan butir karakter. Butir karakter tersebut diberi nomor dan ditempatkan dalam slot ‘karakter siswa yang diharapkan: yang terletak sesudah slot ‘indikator’. d. Menyusun ulang RPP kelas VII SMP dengan menggunakan materi yang terseleksi dan memadukan dengan salah satu strategi PKol di atas. e. Menambahkan satu kolom dalam slot ‘langkah pembelajaran’ yaitu ‘kar’ yang merupakan singkatan dari ‘karakter’. Dalam kolom tersebut guru menuliskan nomor karakter yang diantisipasi dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Kolom ‘kar’ tidak dibiarkan menurun terbuka secara vertikal, tetapi membentuk kolom-kolom yang berkorelasi dengan masing-masing langkah pembelajaran. Dengan demikian dalam satu kegiatan pembelajaran dapat dimungkinkan dikembangkan lebih dari satu butir karakter. 3. Draft yang telah disusun dan dikonsultaskan kepada pakar pembelajaran tersebut, diuji-cobakan untuk mendapatkan masukan yang kemudian akan ditindaklanjuti dengan melakukan revisi terhadap draf tersebut. Berikut ini adalah catatan yang diperoleh melalui penguji-cobaan di kelas. a. Guru masih terlihat kurang lanyah dalam mengimplementasikan langkah-langkah startegi PKol. b. Tidak semua butir karakter yang direncanakan dalam langkah pembelajaran dapat terlaksana. c. Begitu pula dalam memimpin pembelajaran yang berbasis pengembangan butir karakter: (1) satu guru ‘terlalu sadar’ akan adanya muatan pengembangan karakter sehingga mengganggu flow dan pembelajaran menjadi kurang fokus; (2) guru lainnya masih berkutat dengan tahaptahap strategi PKol, maka yang terjadi ketika ingat pada muatan butir karakter, guru tersebut segera memasukan muatan tersebut. Pembelajaran menjadi tersendat. f.

SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pembalajaran bahasa Inggris kolaboratif yang mengembangkan karakter siswa di lapangan belum dilaksanakan dengan efektif; sungguhpun dari tataran dokumen sudah dicantumkan 8 butir karakter dalam silabus dan RPP pembelajaran Bahasa Inggris. Hal ini disebabkan guru kurang mendapat pembekalan tentang butirbutir karakter yang harus dikembangkan, bagaimana indikatornya, melalui kegiatan apa butir karakter tersebut dapat dikembangkan. Akan halnya strategi PKol, sungguhpun strategi tersebut sudah cukup populer, namun pemahanan guru masih belum memadai, baik dari jenis/jumlah strategi PKol yang perlu dikuasai, maupun esensi dan sintaks masing-masing strategi PKol tersebut. Jumlah butir karakter yang dapat dikembangkan oleh masing-masing mata pelajaran sebaiknya tidak perlu dibatasi, misalnya untuk pelajaran Bahasa Inggris, hanya 8 dari 20 butir karakter. Selain membatasi, guru menjadi ‘terpenjara’ pada jumlah tersebut dan menjadi kurang kreatif dalam mengembangkan karakter anak didik.

Penempatan butir karakter dalam dokumen secara baik dan jelas dapat menumbuhkan kesadaran guru akan adanya muatan pengembangan karakter dalam proses pembelajaran yang dipimpin guru. Bahwa dalam penelitian ini guru yang menguji-cobakan draf RPP masih terkesan gagap dan kurang fokus, tetapi lambat laun dengan semakin lanyahnya keterampilan strategi PKol, lebih-lebih dengan strategi yang menjadi pilihan guru sendiri, peneliti menaruh harapan bear bahwa butir-butir karakter akan dapat diakomodasi melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran berbasis karakter perlu mempertimbangkan keterlibatan siswa. Sebagaimana pada awal pembelajaran guru menginformasikan indikator atau tujuan pembelajaran yang diampu saat itu, guru juga perlu menginformasikan butir karakter apa yang dapat dibangun dalam sesi pembelajaran tersebut. Keterlibatan peserta didik dalam konteks ini dan guru yang waspada akan adanya muatan karakter tersebut, piawai menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengkomodir, pandai memotivasi dan meng-acknowledge prestasi siswa secara akademic maupun karakter akan menciptakan sinergi positif terhadap keberhasilan pengembangan karakter peserta didik. Sebagai draf, perangkat pembelajaran yang disusun ini masih perlu dikembangkan lagi, pada butir-butir karakter yang diusng, pada penempatanya dalam dokumen, dan pada penyusunan evaluasi butir-butir karakter dengan indikator dan rubrik penilaiannya. Di samping itu, usulan dari guru dan sekolah, draf ini perlu dikembangkan, tidak terbatas pada silabus dan RPP kelas VII SMP, tetapi juga kelas VII dan IX. Semoga dapat diakomodasi pada penelitian tahap kedua.

oo000oo

DAFTAR PUSTAKA

Balas, Glenda R. 2006. The Lesson of Anapra: International Service Learning And Character Education. Journal of Colledge and Character. Vol. VII, No. 7. September 2006. Barkley, EF, Cross, FP, Major, CF. 2005. Collaborative Learning Techniques: A Handbook for Colledge Faculty. San Francisco, CA:Jossy-Bass Beane, J.A. 1995. Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic Education. New York: Teachers College, Colombia University. Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2005). What Works in Character Education: A research-driven guide for educators. Washington, D.C.: Character Education Partnership. Diunduh di: http://www.character.org/key-topics/what-is-character-education/ Cohen, L, 1996 A Guide to Teaching Practice, (4th ED). London: Routledge Depdiknas. 2004. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Dick, Walter. Carey, Lou, and Carey, James. 2009 The Systematic Design Instructional. New Jersey: Pearson Education. Ditjen Pembinaan SMP. 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas. Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik di Zaman Global. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Furqon Hidayatullah. 2009. Guru Sejati: Membangun Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Gervaris, Marie. 2006. Exploring Moral Values Young Adolesence. International Journal of Education & the Art. Vol. 7. No. 2 April 2006. Kagan, Spencer. 1999. Building Character through Cooperative Learning. Port Chester, NY: National Professional Resources, Inc. Kagan, Spencer. 1994. Cooperative Learning. San Clemente, CA: Kagan Publishing. Sukmadinata. N. Syaodih. 2004. Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sultana, Naveed. 2010. Promoting Social Skills and Character Building trhough Classroom Interaction. International Journal of the Humanities. Vol. 6, No. 2, pp.151-162 Mattar, Nevien, dan Rania Khalil. 2010. Character Education Seeking the Best of Both Worlds. The International Journal of Interdisiplinary Social Sciences. Vol. 5, No. 11, pp: 23-52. Suyanto. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Diunduh di: http://mandikdasmen. kemdiknas.go.id/web/ pages/urgensi.html

LAMPIRAN Contoh RPP yang telah dikembangkan.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Keterampilan Bhs Genre Tema/Topik Alokasi Waktu

: SMP Negeri 2 Surakarta : Bahasa Inggris : VII/2 : Berbicara (Speaking) : Descriptive dan Procedure : Family dan Cooking : 4 x 40 menit (2 pertemuan)

I.

Standar Kompetensi Mengungkapkan makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sangat sederhana berbentuk descriptive dan procedure untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.

II.

Kompetensi Dasar Mengungkapkan makna yang terdapat dalam teks lisan monolog pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.

III.

Indikator Setelah menyelesaikan pelajaran menulis jenis teks descriptive dan procedure ini, peserta didik diharapkan mampu: 1. Menyampaikan gagasan utama tentang teks monolog berbentuk descriptive dan procedure. 2. Menggunakan kata-kata, frase atau ucapan untuk mengungkapkan pendukung gagasan utama teks monolog berbentuk descriptive dan procedure dengan akurat, dan lancar. 3. Menggunakan tata bahasa (grammar) yang benar untuk mengungkapkan pendukung gagasan teks monolog berbentuk descriptive dan procedure dengan benar. 4. Mengucapkan (pronunciation) ungkapan pendukung gagasan monolog berbentuk descriptive dan procedure dengan akurat, lancar dan berterima.

IV.

Karakter siswa yang diharapkan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Religius Jujur Bertanggung jawab Bergaya hidup sehat Disiplin Kerja keras Percaya diri Berjiwa wirausaha Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Mandiri

V.

Materi Ajar Lampiran 1

VI.

Metode Pembelajaran Jigsaw

VII. Prosedur Pembelajaran

11. Ingin tahu 12. Cinta ilmu 13. Sadar akan hak & kewajiban diri & orang lain 14. Patuh pada aturan-aturan sosial 15. Menghargai karya dan prestasi orang lain 16. Santun 17. Demokratis 18. Nilai kebangsaan 19. Nasionalis 20. Menghargai keberagaman

1.

2.

Pendahuluan 1. Memberi salam 2. Berdoa

Kar 2, 6 6

3.

Mengecek kehadiran siswa

4.

Mereview pelajaran sebelumnya

5. 6.

Mengetengahkan topik pelajaran Menjelaskan tujuan pelajaran

7.

Menjelaskan manfaat pelajaran

7

Kegiatan Inti Pertemuan 1

1. 2.

3.

4.

Kegiatan Guru Membagi siswa menjadi kelompok kecil beranggotakan 7-8 siswa. Meminta siswa pada kelompok masing-masing untuk memilih ketua kelompok. Mengelompokkan siswa pada kelompok ahli berdasarkan predikat masing-masing. Menunjukkan gambar pada kelompok ahli.

5. Mengamati siswa dikelompok ahli berdiskusi mencari/menyusun katakata atau phrase menjadi kalimat. Memberi bantuan jika diperlukan.

6. Mengamati Siswa ber diskusi tentang bagaimana cara menyusun kalimat dengan menggunakan cohesive yang tepat dan benar, membaca tiap-tiap kata dengan pronunciation yang benar, sesekali memberi bantuan dengan menggunakan kamus eletronik /suara. 7. Mengamati dan meminta masingmasing siswa dikelompok ahli mengingat kalimat tersebut untuk mendiscripsikan anggota keluarga. 8. Meminta siswa melaporkan hasil diskusi tentang pendiskripsian salah seorang anggota keluarga yang diinstruksikan guru dari kelompok ahli kekelompok induk masingmasing.

9. Meminta beberapa perwakilan kelompok berbicara untuk menyampaikan pendiskripsian anggpta keluarga di muka kelas. 10. Memberitugas membuat diskripsi

Kegiatan Siswa 1. Bersama-sama dengan guru membentuk kelompok kecil. 2. Siswa pada kelompok masing-masing untuk memilih ketua kelompok.

Kar

3. Siswa mengelompok pada kelompok ahli berdasarkan predikat masing-masing.

13

4. Siswa pada kelompok ahli melihat gambar sambil memikirkan siapa saja anggota keluarga yang ada pada gambar tersebut. 5. Siswa dikelompok ahli mendiskusikan untuk mencari pokok pikiran utama dan pilihan katakata atau frase kalimat untuk mendukung mendiscripsikan gambar tersebut dan mengembamgkannya menjadi diskrips teks tentang anggota keluarga sesuai gambar tersebut dengan menggunakan tata bahasa (grammar) yang benar. 6. Siswa mendiskusikan bagaimana merangkai kalimat-kalimat tersebut dengan menggunakan piranti bahasa (cohesive devices) yang tepat dan benar. Selanjutnya mendiskusikan bagaimana cara membaca tiap-tiap kata dalam kalimat dan kalimat dalam paragraph dengan akurat dan lancar dengan menggunakan kamus.

9

7. Masing-masing siswa dikelompok ahli mengingat kalimat tersebut untuk mendiskripsikan masingmasing anggota keluarga dan kembali ke kelompok asal/induk. 8. Siswa melaporkan hasil diskusi tentang pendiskripsian salah seorang anggota keluarga yang diinstruksikan guru dari kelompok ahli kekelompok induk masing-masing, termasuk memberitahu pokok pikiran utma, pilihan kata/frase yang digunakan, penggunaan tata bahasa yang akurat, penggunaan piranti bahasa yang tepat dan benar, dan menyampaikan diskripsi tersebut dengan bahasa tubuh yang tepat dan dengan intonasi atau car abaca yang akurat dan lancar. 9. Beberapa perwakilan kelompok berbicara untuk menyampaikan pendiskripsian anggota keluarga di muka kelas. 10. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

9

9

17, 20

7, 17, 20

3

anggota keluarga salah seorang siswa secara kelompok. Kegiatan Guru Membagi siswa menjadi kelompok kecil beranggotakan 7-8 siswa. 2. Meminta siswa pada kelompok masing-masing untuk memilih ketua kelompok. 3. Mengelompokkan siswa pada kelompok ahli berdasarkan predikat masing-masing. 4. Menunjukkan gambar pada kelompok ahli.

1.

5. Mengamati siswa dikelompok ahli berdiskusi mencari/menyusun katakata atau phrase menjadi kalimat. Memberi bantuan jika diperlukan.

6. Mengamati Siswa ber diskusi tentang bagaimana cara menyusun kalimat dengan menggunakan cohesive yang tepat dan benar, membaca tiap-tiap kata dengan pronunciation yang benar, sesekali memberi bantuan dengan menggunakan kamus eletronik /suara. 7. Mengamati dan meminta masingmasing siswa dikelompok ahli mengingat kalimat tersebut untuk menjelaskan proses memasak nasi goreng. 8. Meminta siswa melaporkan hasil diskusi tentang pendiskripsian suatu profesi yang diinstruksikan guru dari kelompok ahli kekelompok induk masing-masing.

diskripsi angoota keluarga salah seorang siswa secara kelompok. Pertemuan 2 Kegiatan Siswa 1. Bersama-sama dengan guru membentuk kelompok kecil. 2. Siswa pada kelompok masing-masing untuk memilih ketua kelompok. 3. Siswa mengelompok pada kelompok ahli berdasarkan predikat masing-masing.

13

4. Siswa pada kelompok ahli melihat gambar sambil memikirkan makanan apa yang ada pada gambar tersebut. 5. Siswa dikelompok ahli mendiskusikan untuk mencari pokok pikiran utama dan pilihan katakata atau frase kalimat untuk mendukung mendiscripsikan gambar tersebut dan mengembamgkannya menjadi diskrips teks tentang profesi sesuai gambar tersebut dengan menggunakan tata bahasa (grammar) yang benar. 6. Siswa mendiskusikan bagaimana merangkai kalimat-kalimat tersebut dengan menggunakan piranti bahasa (cohesive devices) yang tepat dan benar. Selanjutnya mendiskusikan bagaimana cara membaca tiap-tiap kata dalam kalimat dan kalimat dalam paragraph dengan akurat dan lancar dengan menggunakan kamus.

9

9

9

7. Masing-masing siswa dikelompok ahli mengingat kalimat tersebut untuk mendiskripsikan suatu profesi dan kembali ke kelompok asal/induk.

8. Siswa melaporkan hasil diskusi tentang pendiskripsian suatu profesi yang diinstruksikan guru dari kelompok ahli kekelompok induk masing-masing, termasuk memberitahu pokok pikiran utma, pilihan kata/frase yang digunakan, penggunaan tata bahasa yang akurat, penggunaan piranti bahasa yang tepat dan benar, dan menyampaikan diskripsi tersebut dengan bahasa tubuh yang tepat dan dengan intonasi atau car abaca yang akurat dan lancar. 9. Beberapa perwakilan kelompok berbicara untuk menyampaikan pendiskripsian suatu profesi di muka kelas.

9. Meminta beberapa perwakilan kelompok berbicara untuk menyampaikan pendiskripsian suatu profesi di muka kelas. 10. Memberitugas membuat diskripsi 10. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru satu macam profesi lain (a barber) diskripsi satu macam profesi pada siswa secara pada siswa secara kelompok. kelompok. 3. Penutup 1. Meringkas pelajaran 2. Melakukan refleksi 3. Menyiapkan pelajaran yang akan datang 4.

Kar

Memberi salam penutup

17, 20

7, 17, 20

3

16

VIII. Media Pembelajaran 1. LCD projector, screen, dan laptop. 2. Gambar sebuah keluarga dan seporsi nasi goreng. IX.

Sumber Belajar 1. Artono Wardiman, Masduki B. Jahur, M.Sukirman Djusma. 2008. English in Focus. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

X. 1. 2. 3. 4. 5. No 1

Penilaian Jenis Penilaian : sumatif Teknik Penilaian : lisan Alat penilaian : terlampir (lampiran 2) Kunci jawaban : terlampir (lampiran 3) Rubrik Penilaian : Aspect Content a. The content is superior in meeting the requirements of the task b. Uses words and concept which are appropriate for the knowledge and experience of general audience c. Uses words and concept which are inappropriate for the knowledge and experience of audience d. Focus primarily on irrelevant content, appears to ignore the listener and the situation e. Irrelevant content, doesn’t appears to ignore the listener and the situation

Score 5 4 3 2 1

2

3

4

5

Organizing a. Manage the ideas relate to the maximum text structure in the genre topic chosen b. Manage the ideas relate to the minimum text structure in the genre topic chosen. c. Manage the ideas relate to text structure unclearly in the genre topic chosen and give effect to the clear ideas. d. The ideas and the text structure are difficult to understand e. The ideas and the text structure are illogical

5 4 3 2 1

Fluency a. Speech is influent, without hesitation b. Some hesitation, but generally prompt responses and comfortable speed c. Some obvious searching for wards, but not causing overlong causes d. Slow speech, with a lot of causes. Listeners hasty be patient e. Very disconnected speech, broken by constant poses. Several times ‘dried up’ completely

5 4 3 2 1

Pronunciation a. Has standard of English accent b. Always intelligible, though one is conscious of a define accent c. Pronunciation problem necessitate learning and occasionally lead to understanding d. Very hard to understand because of pronunciation problems. Must be frequent repeating. e. Pronunciation problem so serve as to make speech virtually

5 4 3 2 1

Grammar a. Make view (if any) noticeable errors of grammar or word order b. Occasionally make grammatical and/or word order errors which do not, however, obscure meaning c. Make frequent errors grammar and word order which occasionally obscure meaning d. Grammar and word order errors make comprehension difficult .must often rephrase sentences and/or restrict himself to basic pattern e. Errors in grammar and word order as severe as to make speech virtually unintelligible.

Kepala Sekolah,

Surakarta, 12 Juni 2012 Guru Mata Pelajaran,

Drs. H.M. Joko Riyanto, SH., MM NIP. 19630405 199506 1 001

Eny Wityastuti, S.Pd NIP. 19691103 199802 2 004

5 4 3 2 1

Lampiran 1 Materi Ajar Meeting 1 Look at the picture carefully and answer the following questions!

1. 2. 3. 4. 5.

What picture is it? Who are there in the picture? How many children are there? How are the people in the picture? What do they wear?

Materi Ajar Meeting 2 Look at the picture carefully and answer the following questions!

1. 2. 3. 4. 5.

What picture is it? Can you make it yourself? What ingredients do you need? What utensils do you need? How are the steps?

Lampiran 2 Alat Evaluasi Meeting 1 Tell your friend a simple descriptive text about one of your family! Don’t forget to use correct adjectives and pronunciation!

Alat Evaluasi Meeting 2 Tell your friend a simple procedure text about making your favourite food! Don’t forget to use correct adjectives and pronunciation!