pelajaran 2011/2012, penelitian ini mencakup kegiatan menulis pantun dengan
.... perkenalan, pantun ... diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan.
PEMBELAJARAN MENULIS PANTUN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM WRITING DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Restu Meilia Andinianty 08.21.0175
[email protected] STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Pembelajaran Menulis Pantun dengan Pendekatan Quantum Writing di kelas VII/a SMP Muhammadiyah 2 Bandung tahun pelajaran 2011/2012, penelitian ini mencakup kegiatan menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Quantum Writing. Menulis pantun merupakan bagian dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan disain tes awal dan tes akhir. Metode ini digunakan untuk mengukur keefektifan metode yang dalam pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Quantum Writing. Dalam deskriptif biasanya dibuat menjadi masing-masing siswa, dan ada kemungkinan dibuat kelompok dan individu. Maka penelitian ini menggambil sampel sebanyak satu kelas yaitu kelas VII/a dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang. Instrumen yang digunakan adalah rencana pembelajaran yang dijadikan acuan dalam proses belajar mengajar kedua, tes menulis yaitu pada saat tes awal dan tes akhir, juga sebagai bahan penelitian yang digunakan peneliti dalam menulis pantun dengan menggunakan pendekatan Quantum Writing. Data hasil penilaian tes awal diperoleh rata-rata nilai siswa adalah 68,82, sedangkan pada nilai tes akhir diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 84,11. Jadi dapat dibuat kesimpulan bahwa analisis tes awal yaitu 84,11> 68,82. Berdasarkan analisis pengolahan data dapat disimpulkan bahwa pendekatan Quantum Writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis pantun. Kata Kunci: Pantun, Quantum Writing
PENDAHULUAN Secara singkat dan sederhana dapat dikatakan bahwa sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan menggunakan bahasa (M.E Suhendar, Pien Supinah, 1993: 2). Wilayah sastra meliputi kondisi insani atau manusia, yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasannya. Genre atau jenis sastra secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan, golongan atau jenis sastra imajinatif dan golongan atau jenis sastra nonimajinatif. Sastra nonimajinatif garis besar cirinya adalah tidak bersifat khayali tetapi berdasarkan fakta, bahasa yang digunakan bahasa denotatif. Sastra imajinatif garis besar cirinya adalah bersifat khayali, bahasa yang digunakannya konotatif, namun ciri- ciri itu tidak bersifat pasti, mungkin saja bersifat ekstern, sebab pada kenyataannya tidak ada tidak ada karya sastra imajinatif yang sepenuhnya khayali dan bahasanya konotatif. Begitu pula karya sastra imajinatif (M.E Suhendar, Pien Supinah, 1993: 13). Sastra dapat melestarikan budaya daerah, yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional di wilayah Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan, namun berdasarkan perkembangan
jaman sastra diabadikan melalui tulisan, hal ini terbukti dengan terintegrasinya pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra (pantun) sangat strategis digunakan untuk mengembangkan kompetensi atau kecerdasan spiritual, emosional (bahasa), atau untuk mengembangkan intelektual dan kinestika. Namun sekarang siswa lebih lebih banyak dituntut untuk menghafalkan definisi pantun, ciri- ciri pantun dan klasifikasi pantun. Demikian juga halnya dalam proses kegiatan belajar mengajar guru lebih mendominasi proses pembelajaran dan tidak memberikan keleluasaan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi kreatifitas bersastra yang dimiliki siswa. Guru tidak memiliki konsep belajar untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa atau penalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa tidak termotivasi untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari- hari. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai keefektifan dan kemampuan siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Bandung dalam menulis pantun dengan pendekatan Quantum Writing Berdasarkan keterangan di atas maka penulis akan mengadakan penelitian dengan Judul “Pembelajaran Menulis Pantun dengan Pendekatan
Quantum Writing di Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Bandung”. Dalam penelitian ini kajian penulis adalah mengenai keefektifan pembelajaran mengenai menulis pantun dengan pendekatan Quantum Writing serta menganalisis hasil siswa terhadap peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, berupa tes awal dan tes akhir. Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian yang dilakukan dalam hal ini adalah pembelajaran menulis pantun. KAJIAN TEORI DAN METODE Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Syaiful Sagala,2003:61). Menulis dapat didefinisikan sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu: 1. Penulis sebagai penyampaian pesan 2. Pesan atau isi tulisan 3. Saluran atau media tulisan 4. Pembaca sebagai penerima pesan ( Suparno, 2002:13) Pengertian Pantun Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat larik yang bersajak bersilih dua- dua (pola abab), dan biasanya, tiap larik terdiri atas empat perkataan. Dua larik pertama disebut sampiran, sedangkan dua larik berikutnya disebut isi pantun (Suetarno, 2007: 19). Keterkaitan tradisi dalam membuat pantun, tampak mempertimbangkan tritunggal dalam membuat pantun, yaitu : a. Irama (gerak/ aturan yang teratur) yakni proses pengulangan dengan rima yang teratur pada akhir baris b. Pemilihan kata umtuk sampiran c. Gaya bahasa yang dipakai pada bagian isi Ciri- ciri pantun Pantun memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
1. Tiap- tiap bait pantun terdiri atas 4 larik. 2. Tiap- tiap larik terjadi dari 8- 12 suku kata. 3. Sajak akhirnya merupakan sajak silang yang dapat dirumuskan ab ab. 4. Larik ke-1 dan ke-2 disebut sampiran, dan tak mempunyai hubungan logis dengan larik ke-3 dan ke-4 yang menjadi isi pantun dan disebut maksud. Menurut Alisyahbana fungsi sampiran adalah menyiapkan rima (sajak) dari ikatan untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini disebabkan pantun merupakan sastra lisan. Bentuk pantun Pantun dibedakan menjadi : a. Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 larik (mulai dari 6 larik hingga 20 larik). b. Pantun Kilat (karmina) adalah pantun yang terdiri atas dua larik. Larik pertama merupakan sampiran dan larik kedua adalah isi. c. Pantun berkait adalah ikatan pantun yang terdiri atas beberapa bait. Larik kedua dan keempat pada tiap- tiap pantun menjadi larik kesatu dan ketiga pantun berikutnya. Ragam pantun Pantun merupakan jenis sastra lisan yang paling populer. Penggunaannya hampir merata disetiap kalangan; tua- muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, pejabat- rakyat biasa, dan sebagainya. Dalam praktiknya pantun diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yaitu: 1. Pantun anak- anak Pantun anak- anak mengandung dua pengertian yaitu pantun yang dikarang oleh anak- anak sendiri untuk mengekspresikan perasaan hati mereka, baik riang maupun gembira dan pantun yang dikarang oleh orang dewasa untuk menggambarkan dunia anak- anak. Pantun ini dibagi menjadi dua yaitu pantun bersukacita dan pantun berdukacita. 2. Pantun orang muda Pantun orang muda merupakan jenis pantun yang diklasifikasi berdasarkan penutur atau pemakainya. Pantun ini dibagi menjadi 3 yaitu pantun dagang, pantun berhubungan yang dibagi lagi menjadi empat, yaitu pantun perkenalan, pantun berkasihkasihan/percintaan, pantun perceraian/perpisahan, pantun beriba hati, dan pantun jenaka. 3. Pantun orang tua Pantun orang tua merupakan pantun yang dituturkan oleh orang- orang tua biasanya berisi nasihat, kias, ibarat, adat resam, dan ajaran agama. Pantun orang tua dibagi menjadi tiga, yaitu pantun nasihat, pantun agama, pantun adat.
Konsep dasar Quantum Writing Menurut De Porter (1999:16) Quantum dapat dipahami sebagai “interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya yang dahsyat”. Dalam konteks belajar, Quantum dapat dimaknai sebagai “interaksi yang terjadi dalam proses belajar niscaya mampu mengubah pelbagai potensi yang ada di dalam diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan gairah (dalam memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan (ditunjukkan) kepada orang lain”. Membaca dan menulis adalah salah satu interaksi dalam proses belajar. Pendekatan Quantum Writing merupakan cara cepat dan bermanfaat untuk merangsang munculnya potensi siswa dalam menulis. Quantum Writing merupakan cara untuk memunculkan potensi siswa dalam mengeluarkan apa saja yang ada pada diri mereka saat menulis yang dilakukan dengan langkahlangkah yang mudah dan menyenangkan bagi siswa. Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2002: 234) dalam hal ini adalah pembelajaran menulis pantun. Dalam penelitian ini kajian penulis adalah mengenai keefektifan pembelajaran mengenai menulis pantun dengan pendekatan Quantum Writing serta menganalisis hasil siswa terhadap peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, berupa tes awal dan tes akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan hasil yang telah diperoleh pada penelitian tersebut diatas, sebelum penulis melaksanakan pembelajaran tentang menulis pantun, kegiatan yang pertama adalah melaksanakan tes awal. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran, dapat kita lihat bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80, sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 35. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 68,82. Setelah penulis melaksanakan pembelajaran tentang menulis pantun, kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan tes akhir. Tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Apakah tujuan pembelajaran yang telah diterapkan sudah tercapai atau belum. Dari hasil nilai tes akhir dapat dilihat nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 55. Nilai rata- rata yang diperoleh adalah 84,11.
Berdasarkan perbandingan nilai tes awal dan tes akhir yaitu rata-rata tes awal adalah 68,82, sedangkan nilai tes akhir adalah 84,11. Dengan demikian adanya peningkatan yang signifikan yang terjadi. Bahwa kesimpulannya pada tes akhir, ternyata lebih tinggi dari skor rata-rata tes akhir. Dengan demikian terbukti bahwa pembelajaran menulis pantun dengan pendekatan Quantum Writing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis pantun, sehingga mendorong siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. SIMPULAN Penulis akan mengemukakan beberapa simpulan setelah melakukan serangkaian pembelajaran, pengolahan, dan penganalisisan serta menjawab hipotesis dari penelitian yang telah dilakukan. Beberapa simpulan berdasarkan hasil penelitian ini adalah : 1. Menulis pantun dengan pendekatan Quantum Writing sudah efektif digunakan dalam pembelajaran menulis pantun di kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Bandung 2. Berdasarkan hasil pehitungan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Quantum Writing siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Bandung mampu menulis pantun hal ini dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretes yaitu 68,82. Setelah pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan Quantum Writing perolehan nilai rata-rata siswa menjadi 84,11. Berdasarkan hasil analisis data penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya perbedaan rata-rata hasil tes tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran keterampilan menulis pantun dengan pendekatan Quantum Writing ternyata dapat meningkatkan kemampuan menulis pantunsiswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. p234 De porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. p16 Hernowo. 2003. Quantum Writing. Bandung: MLC. Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. p61 Suetarno, 2007. Peristiwa Sastra Melayu Lama. Surakarta : Widya Duta Grafika. p19 Suhendar & Pien Supinah. 1993. Pendekatan Teori Sejarah dan Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung:: Pionir Jaya. p2,13
Suparno, Mohamad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : PPUT Diknas. p13