Penarik Migrasi di Kota Surabaya Berdasarkan ... - Digilib ITS

76 downloads 367 Views 205KB Size Report
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271. 1. Abstrak— Tingginya arus migrasi masuk ke Kota. Surabaya tidak hanya berdampak positif  ...
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

1

Penarik Migrasi di Kota Surabaya Berdasarkan Preferensi Penduduk Migran Hani Laksono, Eko Budi Santoso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Abstrak— Tingginya arus migrasi masuk ke Kota Surabaya tidak hanya berdampak positif terhadap penyediaan tenaga kerja yang melimpah melainkan juga berdampak negatif pada daya dukung Kota Surabaya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi Kota Surabaya sebagai pusat wilayah pengembangan Gerbangkertasusila dan Pusat Kegiatan Nasional di Jawa Timur. Penelitian ini diawali dengan menyebar kuesioner kepada 296 sampel penduduk migran permanen untuk mengoleksi data karakteristik migran dan penarik migrasi permanen. Untuk mengidentifikasi karakteristik penduduk migran permanen digunakan analisis statistik deskriptif sedangkan untuk menganalisis penarik migrasi berdasarkan preferensi penduduk migran permanen digunakan analisis skala likert. Langkah terakhir adalah melakukan analisis korespondensi untuk melihat kecenderungan antara karakteristik migran permanen dengan penarik migrasi masuk berdasarkan preferensi migran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penarik migrasi berdasarkan preferensi migran permanen di Kota Surabaya yaitu hubungan kekeluargaan, upah tenaga kerja, dan kesempatan kerja. Ketiga variabel ini memiliki keterkaitan dengan karakteristik usia bahwa responden migran yang cenderung terpengaruh oleh upah tenaga kerja dan kesempatan kerja berusia antara 15-44 tahun serta responden migran yang cenderung terpengaruh oleh hubungan kekeluargaan berusia antara 30-39 tahun, 60-69 tahun dan 80-84 tahun. Kata Kunci— karakteristik migran permanen, korespondensi, Kota Surabaya, penarik migrasi permanen.

I. PENDAHULUAN

S

EBUAH wilayah akan terus mengalami perkembangan yang bersifat dinamis. Perkembangan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor penduduk dan faktor kegiatan penduduk. Perkembangan masing-masing daerah yang tidak seimbang mengakibatkan terjadinya migrasi atau perpindahan penduduk dari daerah yang belum berkembang ke daerah yang telah jauh berkembang. Migrasi ini dipengaruhi oleh faktor penarik yang terdapat di daerah tujuan dan faktor pendorong yang terdapat di daerah asal. Faktanya, berdasarkan penelitian yang terdahulu, faktor penarik cenderung lebih dominan sebagai faktor penyebab terjadinya migrasi. Peristiwa migrasi ini akan berdampak pada wilayah asal dan wilayah tujuan berupa dampak positif maupun negatif. Namun, berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, peristiwa migrasi lebih

berpotensi menimbulkan dampak negatif daripada dampak positif. Kota Surabaya merupakan wilayah pengembangan primer di Jawa Timur dengan skala pelayanan Pusat Kegiatan Nasional. Fungsi Kota Surabaya ini menjadikan Kota Surabaya sebagai pusat pertumbuhan dan berpotensi menjadi daya tarik migrasi bagi penduduk di kabupaten-kabupaten lain khususnya di Jawa Timur. Sebagai langkah awal untuk mengantisipasi dampak negatif dan mengurangi arus migrasi maka perlu diidentifikasi faktor-faktor penarik migrasi permanen di Kota Surabaya berdasarkan preferensi migran permanen serta kecenderungan hubungannya dengan karakteristik migran. II. METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data menggunakan data primer dengan menyebar kuesioner kepada 296 sampel responden migran permanen. Kuesioner bersifat tertutup dan berisi identitas migran permanen (jenis kelamin, usia, asal daerah dan pendidikan terakhir) serta 11 pernyataan yang berupa variabel penarik migrasi yaitu, kuantitas fasilitas kesehatan, kuantitas fasilitas pendidikan, kualitas fasilitas kesehatan, kualitas fasilitas pendidikan, hubungan keluarga, kualitas pelayanan administrasi pemerintahan, kualitas lingkungan, upah tenaga kerja, kesempatan kerja, biaya hidup dan keterjangkauan jarak Kota Surabaya. Kuesioner menggunakan skala likert (skala 1-5) untuk mengukur sikap responden terhadap pernyataan yang tercantum pada kuseioner mulai dari sangat tidak mempengaruhi hingga sangat mempengaruhi keputusannya melakukan migrasi. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriprif untuk mengidentifikasi karakteristik migran permanen di Kota Surabaya, analisis skala likert untuk mengidentifikasi penarik migrasi berdasarkan preferensi migran permanen, dan analisis korespondensi untuk mengidentifikasi kecenderungan hubungan antara penarik migrasi di Kota Surabaya karakteristik migran permanen. Data interval skala likert dianalisis dengan menghitung rerata skor jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden dengan rumus sebagai berikut.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271

Ni = (1xf1i) + (2xf2i) + (3xf3i) + (4xf4i) + (5xf5i) Jumlah responden Untuk menentukan rerata skor tersebut termasuk klasifikasi mempengaruhi atau tidak mempengaruhi terlebih dahulu disusun tabel klasifikasi sikap responden. Tabel 1 Klasifikasi sikap responden Re rata Skor Jawaban

Tingkat Pe ngaruh

1,00 - 1,80

Sangat T idak Mempengaruhi

1,81 - 2,60

T idak Mempengaruhi

2,61 - 3,40

Cukup Mempengaruhi

3,41 - 4,20

Mempengaruhi

4,21 - 5,00

Sangan Mempengaruhi

Dalam melakukan analisis korespondensi, asumsi yang harus dipenuhi adalah adanya keterkaitan antara baris dan kolom serta kategori yang harus dimiliki setiap baris dan kolom berjumlah lebih dari 2 kategori. Baris poin yang dekat bersama-sama menunjukkan baris dengan kondisi distribusi sama di kolom. Kolom poin yang dekat bersama-sama menunjukkan kolom dengan kondisi distribusi yang sama di baris.Baris poin yang berdekatan dengan kolom poin menunjukkan kombinasi yang mungkin diharapkan.

2

(wilayah Jawa Tengah dan wilayah Jawa Barat), sedangkan sisanya 16 responden migran berasal dari luar Pulau Jawa. Proporsi migran yang berasal dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat yaitu 25 responden (60,98%) dan 16 responden (39,02%). Hasil ini menunjukkan bahwa keputusan migrasi permanen dipengaruhi oleh jarak daerah asal dengan daerah tujuan. Untuk proporsi migran yang berasal dari luar Pulau Jawa, didominasi oleh migran yang berasal dari Pulau Kalimantan sebanyak 6 orang dan dari Pulau Sumatra sebanyak 5 orang. Berdasarkan Tabel 2. daerah pengirim migran terbanyak ke Kota Surabaya berturut-turut adalah Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jombang, Kabuapten Sidoarjo serta Kabupaten Gresik. Hasil ini sedikit berbeda dengan hukum migrasi Ravenstein yaitu migran hanya bermigrasi pada jarak yang dekat. Hal ini berarti jumlah migran dari berbagai daerah asal akan cenderung menurun seiring bertambahnya jarak ke daerah tujuan. Hubungan ini dapat direpresentasikan oleh persamaan eksponen yaitu: atau

dimana M= jumlah migrasi, D = jarak, a dan b adalah konstanta. Pangkat b negatif mengindikasikan bahwa migrasi merupakan fungsi invers dari jarak. Tabel 2. Jumlah penduduk migran berdasarkan daerah asal

III. HASIL DAN DISKUSI No

Bagian ini akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu, hasil identifikasi karakteristik migran permanen, hasil analisis penarik migrasi berdasarkan preferensi penduduk migran permanen, dan hasil analisis kecenderungan hubungan antara karakteristik migran permanen dengan penarik migrasi berdasarkan preferensi penduduk migran permanen. A. Karakteristik Migran Permanen Karakteristik migran permanen yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin migran, tingkat pendidikan akhir migran, asal migran, dan usia migran. Berdasarkan jenis kelamin, diketahui jumlah responden lakilaki dan perempuan adalah 147 (49,7%) jiwa dan 149 jiwa (50,3%). Tingkat pendidikan akhir responden migran terdiri dari lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA dan lulusan Perguruan Tinggi. Separuh lebih responden hanya lulusan SMA ketika melakukan migrasi ke Kota Surabaya, yaitu sebanyak 216 jiwa (72,97%). Sisanya sebanyak 39 jiwa (13,18%) merupakan lulusan S1, 37 jiwa (12,5%) merupakan lulusan SMP dan 4 jiwa (1,35%) merupakan lulusan SD. Berdasarkan daerah asal responden migran diketahui sebanyak responden (80,74%) migran berasal dari kabupatenkabupaten di Jawa Timur dan sisanya 57 responden (19,26%) berasal dari luar wilayah Jawa Timur. Dari 57 responden (19,26%) migran yang berasal dari luar wilayah Jawa Timur, 41 responden (71,93%) migran masih berasal dari Pulau Jawa

(1)

Daerah Asal

Jumlah

No

Daerah Asal

Jumlah

1 Sidoarjo

21

13 Ngawi

5

2 Gresik

17

14 M agetan

1

3 Lamongan

29

15 Pacitan

3

16 Blitar

2

4 Tuban

4

5 Bojonegoro

22

17 Tulungagung

2

6 Jombang

22

18 Trenggalek

4

7 M ojokerto

9

19 Ponorogo

3

8 Pasuruan

8

20 Situbondo

1

9 Nganjuk

11

21 Jember

7

10 M adiun

7

22 Lumajang

2

11 M alang

14

23 Banyuwangi

7

12 Kediri

13

Kabupaten Lamongan merupakan satu-satunya kabupaten di Gerbangkertasusila yang menyumbangkan migran musiman terbanyak untuk Kota Surabaya. Hal ini bukan berarti dalam kenyataannya kabupaten lainnya menyumbangkan migran dengan jumlah sedikit, namun kemungkinan migran yang berasal dari kabupaten lain dalam Gerbangkertasusila berstatus sebagai migran penglaju. Sebanyak 70 responden migran (23,65%) bermigrasi pada usia antara 25-29 tahun dan sebanyak 65 responden migran (21,96%) bermigrasi pada usia antara 30-34 tahun. Semakin tua usia migran, proporsi jumlah migran semakin kecil. Pada kisaran usia 25-29 tahun, responden migran didominasi oleh migran perempuan sebanyak 40 orang atau 57% dan migran laki-laki sebanyak 30 orang. Begitu juga untuk usia dibawah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 25 tahun, jumlah migran perempuan lebih banyak daripada jumlah migran laki-laki. Namun seiring bertambahnya usia, jumlah migran perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah migran laki-laki. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. berikut. Migran dengan usia produktif akan cenderung tertarik dengan upah dan kesempatan kerja yang ada di Kota Surabaya dibandingkan dengan migran dengan usia non-produktif. Tabel 3. Jumlah responden migran berdasarkan usia Kelas Interval

Jumlah Responden

L

P

Jatim

Non-Jatim

Jatim

Non-Jatim

Total LakiTotal laki Perempuan

15-19

11

2

1

7

1

3

8

20-24

36

16

1

13

6

17

19

25-29

70

22

8

33

7

30

40

30-34

65

26

7

29

3

33

32

35-39

43

19

5

15

4

24

19

40-44

24

15

2

6

1

17

7

45-49

14

8

0

3

3

8

6

50-54

15

3

1

8

3

4

11

55-59

8

3

0

4

1

3

5

60-64

4

3

0

0

1

3

1

65-69

1

0

0

0

1

0

1

70-74

3

2

0

1

0

2

1

75-79

1

1

0

0

0

1

0

80-84

1

1

0

0

0

1

0

B. Penarik Migrasi Berdasarkan Preferensi Penduduk Migran Permanen Diantara 11 variabel penarik migrasi yang diujikan kepada 296 responden migran permanen, 3 variabel penarik migrasi, kesempatan kerja, upah tenaga kerja dan hubungan keluarga menempati klasisfikasi sikap mempengaruhi. Untuk 8 variabel yang lain hanya menempati klasifikasi sikap cukup mempengaruhi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 4 Nilai rerata skor dan klasifikasi sikap setiap variabel penarik migrasi Variabel Nilai rerata skor Klasifikasi Sikap Kuantitas fasilitas kesehatan

2,885 Cukup mempengaruhi

Kuantitas fasilitas pendidikan

3,044 Cukup mempengaruhi

Kualitas fasilitas kesehatan

3,071 Cukup mempengaruhi

Kualitas fasilitas pendidikan

3,145 Cukup mempengaruhi

Hubungan keluarga

4 Mempengaruhi

Kualitas pelayanan administrasi pemerintahan

2,824 Cukup mempengaruhi

Kualitas lingkungan

3,128 Cukup mempengaruhi

Upah tenaga kerja

4,03 Mempengaruhi

Kesempatan kerja

4,068 Mempengaruhi

Biaya hidup Keterjangkauan jarak Kota Surabaya

2,99 Cukup mempengaruhi

3

2011, jumlah pengangguran memeperlihatkan tren penurunan mulai tahun 2005 sampai tahun 2010. Barf (1990) dalam Cadwallader (1992) berpendapat bahwa kesempatan kerja juga berhubungan dengan pola migrasi. Secara teori, semakin tinggi angka pengangguran yang terdapat di sebuah wilayah maka semakin besar angka migrasi keluar, dan sebaliknya angka migrasi masuk seharusnya berbanding negatif dengan tingkat penggangguran. Banyaknya jumlah industri (kecil, sedang dan besar) di Kota Surabaya yaitu sebanyak 1195 unit industri dan 28 pusat perbelanjaan/mall menjadikan Kota Surabaya memiliki peluang kerja yang besar di sektor tersebut khususnya untuk buruh dan pekerja informal. Mengingat karakteristik sebagian besar migran hanya berpendidikan akhir SMA, maka peluang terbesar migran untuk memperoleh pekerjaan adalah di sektor informal perkotaan. Hal ini ditegaskan oleh hasil penelitian Romdiati, et al (2004) bahwa kaum migran cenderung mendominasi pekerjaan-pekerjaan informal. Kota Surabaya bersama Kabupaten Gresik merupakan kota dengan nilai UMR tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Tenaga kerja akan cenderung bermigrasi dari daerah yang memberikan penghasilan rendah ke daerah yang memberikan penghasilan tinggi. Gober-Meyers (1978) dalam Cadwallader (1992) juga menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor ekonomi sekunder dan tersier memiliki hubungan positif dengan tingkat migrasi masuk daripada pertumbuhan sektor primer atau agraris. C. Kecenderungan Hubungan Karakteristik Migran Permanen dengan Penarik Migrasi Berdasarkan Preferensi Penduduk Migran Permanen Dengan pertimbangan bahwa asumsi data input analisis korespondensi harus memiliki lebih dari dua kategori, maka karakteristik jenis kelamin migran dan asal daerah migran tidak dijadikan input dalam analisis ini. Setelah melalui uji independensi dengan analisis crosstab didapatkan 3 jenis keterkaitan antara karakteristik migran dengan faktor penarik migrasi yaitu usia dengan hubungan keluarga, usia dengan upah tenaga kerja dan usia dengan kesempatan kerja. Tabel 5 Hasil uji independensi No Karakteristik Migran Variabel Penarik Migrasi Hubungan 1 Usia Hubungan kekeluargaan Terkait 2

Usia

Upah

Terkait

3

Usia

Kesempatan Kerja

Terkait

4

Pendidikan Terakhir

Hubungan keluarga

Tidak Terkait

5

Pendidikan Terakhir

Upah

Tidak Terkait

6

Pendidikan Terakhir

Kesempatan Kerja

Tidak Terkait

3,139 Cukup mempengaruhi

Dari hasil perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden migran permanen bermigrasi ke Kota Surabaya karena tertarik akan aspek ekonomi berupa kesempatan kerja dan upah tenaga kerja. Selain itu, migrasi ke Kota Surabaya juga dipengaruhi oleh hubungan keluarga (mengikuti suami/istri dan mengikuti saudara). Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya

Migran dengan usia produktif akan cenderung tertarik dengan upah dan kesempatan kerja yang ada di Kota Surabaya dibandingkan dengan migran dengan usia non-produktif. Seperti pendapat Rogers (1979) dalam Cadwallader (1992) bahwa migran dengan usia mulai 20-an memiliki tingkat migrasi paling tinggi dan tingkat migrasi menurun secara monoton setelah usia tersebut. Selain itu, migran yang berada

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 dalam usia produktif akan didominasi oleh lulusan sekolah menengah atas. Mereka cenderung mempunyai mobilitas lebih tinggi dibandingkan dengan migran berusia lanjut. Hubungan kekeluargaan tidak hanya dapat berkaitan dengan hubungan suami/istri atau pernikahan, tetapi dapat juga dikaitkan dengan hubungan lainnya yang masih mempunyai ikatan darah. Secara umum, menikah bukanlah tujuan utama migran. Berdasarkan hasil penelitian (Saefullah, 2008) di dua desa Jawa Barat, status migran pada saat awal bermigrasi adalah belum menikah. Mereka pindah untuk melanjutkan sekolah, mengikuti saudara atau bekerja di kota. Setelah mendapatkan pekerjaan yang layak, mereka menikah dan tinggal menetap. Migran perempuan biasanya bermigrasi karena mengikuti suaminya. Kaitan usia dengan hubungan kekeluargaan dapat ditinjau dari jenis hubungan kekeluargaannya. Migran yang menetap karena pernikahan dengan penduduk Kota Surabaya akan cenderung berusia produktif. Migran yang menetap karena mengikuti suami bekerja di Kota Surabaya cenderung berusia produktif juga. Untuk migran yang menetap karena mengikuti saudara dapat berusia produktif maupun non-produktif. Ketiga keterkaitan antara karakteristik mingran dan faktor penarik migrasi ini selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis korespondensi. Dengan melihat output analisis berupa profil baris dan kolom serta biplot dapat diketahui kecenderungan hubungan dari masing-masing jenis keterkaitan. Kecenderungan hubungan antara karakteristik usia dan faktor hubungan keluarga menunjukkan bahwa responden migran yang cenderung sangat terpengaruh oleh hubungan keluarga dalam bermigrasi berusia antara 35-39 tahun dan 6064 tahun. Responden migran yang cenderung terpengaruh oleh hubungan keluarga dalam bermigrasi berusia antara 30-34 tahun, 65-69 tahun, dan 80-84 tahun. Sedangkan responden migran yang cenderung tidak terpengaruh oleh hubungan keluarga dalam bermigrasi berusia 25-29 tahun, 40-44 tahun, 55-59 tahun, 70-74 tahun, 75-79 tahun. Responden migran yang cenderung sangat tidak terpengaruh oleh hubungan keluarga dalam bermigrasi berusia 15-24 tahun dan 45-49 tahun. Responden migran yang cenderung bermigrasi karena hubungan keluarga berusia antara 30-39 tahun, 60-69 tahun dan 80-84 tahun. Terdapat kemungkinan bahwa responden migran yang berusia 30-39 tahun yang sebelumnya berstatus migran non=permanen kemudian menetap di Kota Surabaya karena menikah dengan penduduk asli Kota Surabaya atau karena mengikuti suami bermigrasi permanen ke Kota Surabaya. Untuk responden migran yang berusia 60-69 tahun dan 80-84 tahun terdapat kemungkinan bermigrasi karena mengikuti saudara atau terlebih dahulu sudah ada keluarga yang menetap di Kota Surabaya. Keterkaitan antara usia dengan upah tenaga kerja dan keterkaitan usia dengan kesempatan kerja memiliki pola yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa responden migran yang bermigrasi ke Kota Surabaya karena alasan upah tenaga

4

kerja cenderung juga karena alasan kesempatan kerja. Responden migran yang cenderung sangat terpengaruh oleh upah tenaga kerja berusia antara 15-19 tahun dan 30-34 tahun. Untuk responden migran yang cenderung terpengaruh oleh upah tenaga kerja berusia antara 20-29 tahun dan 40-44 tahun. Sedangkan responden migran yang cenderung tidak terpengaruh oleh upah tenaga kerja dalam bermigrasi berusia antara 50-64 tahun dan responden yang sangat tidak terpengaruh oleh upah tenaga kerja dalam bermigrasi berusia antara 65-84 tahun. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik migran permanen yang bermigrasi ke Kota Surabaya didominasi oleh penduduk muda berusia 20-44 tahun yang berasal dari daerah kabupaten/kota di Jawa Timur dan hanya memiliki pendidikan terakhir SMA. Penarik migrasi masuk ke Kota Surabaya adalah upah tenaga kerja, kesempatan kerja dan hubungan keluarga. Ketiga penarik migrasi ini memiliki keterkaitan dengan karakteristik usia migran permanen. Migran berusia 15-44 tahun cenderung bermigrasi permanen karena tertarik upah dan kesempatan kerja di Kota Surabaya sedangkan mugran berusia 30-39 tahun, 60-69 tahun dan 80-84 tahun cenderung bermigrasi permanen karena terdapat keluarga yang sudah menetap di Kota Surabaya atau menikah dengan penduduk asli Kota Surabaya dan menetap. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis H.L mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg., selaku dosen pembimbing pada penelitian ini yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat serta motivasi selama penyusunan tugas akhir ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar program studi PWK-ITS serta seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1]

Agresti, Alan. 2002. Categorical Data Analysis Second Edition. New Jersey: Wilye-Interscience [2] Cadwallader, Martin. 1992. Migration and Residential Mobility: Macro and Micro Approaches. Wisconsin: The University of Wisconsin Press [3] JICA. 2009. The Study on Formulation of Spatial Planning for GERBANGKERTOSUSILA (GKS) Zone in East Java Province, the Republic of Indonesia. Value Planning International, Inc., Oriental Consultants Co., Ltd., Yachiyo Engineering Co., Ltd. [4] Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN [5] Romdiati, Haning, et.al. 2004. Migrasi dan Permukiman Kumuh di Kota Surabaya. Jakarta: PPK-LIPI [6] RTRW Provinsi Jawa Timur 2010-2029 [7] Weeks, John R. 1989. Population: An Introduction to Concepts and Issues. California: Wadsworth Publishing Company [8] Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar [9] Yunus, Hadi Sabari. 2005. Manajemen Kota Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar [10] Yunus, Hadi Sabari. 2006. Megapolitan: Konsep, Problematika dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar