PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN DI KAWASAN ... - Digilib ITS

120 downloads 155 Views 936KB Size Report
bola voli dan sepak bola menggunakan lahan kosong. Ketersediaan ruang terbuka. Ketersediaan petugas kebersihan dan TPS, serta kesadaran masyarakat.
PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN DI KAWASAN PASAR SENTRAL RAHA (Studi Kasus : Permukiman Nelayan Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna)

Oleh : SYAMSUL BAHRI 3208201834

Surabaya, 03 Februari 2010

Bab 1 Latar Belakang • Kota merupakan sumber penghasilan, akumulasi dan konsentrasi kesempatan kerja (sumber kekuatan ekonomi), fasilitas, pelayanan (Sadyohutomo, 2008) • Urbanisasi telah menjadi bagian penting dari pembangunan di sebagian besar negara sebagai usaha yang dilakukan sekelompok manusia dalam mencapai perbaikan standar hidup yang berkualitas (UN Habitat, 1996) • Rencana tata ruang belum berfungsi secara efektif sebagai dasar pengembangan prasarana kota, pertambahan prasarana kota dan wilayah yang dibangun terlalu sedikit sehingga tidak memadai dengan pertumbuhan kebutuhan penduduk, pembangunan prasarana umum terlambat, sementara wilayah perencanaan berkembang menjadi bangunan permanen yang tidak sesuai rencana, prasarana umum belum dimanfaatkan optimal (Sadyohutomo, 2008)

Bab 1 Latar Belakang Perumusan Masalah : • Bagaimana Arahan Penataan Permukiman yang sesuai dengan kehidupan dan kegiatan sehari-hari para nelayan di daerah Laino Pantai? • Potensi Apa yang dapat dikembangkan di Permukiman Nelayan Laino Pantai? • Bagaimana Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan Laino Pantai tsb?

Tujuan Penelitian : • Menemukan arahan penataan sekitar kawasan Pasar Sentral Raha, khususnya di Permukiman Nelayan Laino Pantai, sesuai dgn Misi KSNPP dgn pendekatan perlindungan dan perbaikan kualitas dan keseimbangan linkungan permukiman di kota Raha. • Mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan di Permukiman Nelayan L.P. • Menemukan Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan L.P.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan, Permukiman, dan Lingkungan • Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat (Santosa, 2000) • perumahan bukanlah kata benda, melainkan kata kerja yang berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi penghuni (Turner, 1972) • Disebutkan dalam kutipan Turner (1972) bahwa peran penghuni sangat dibutuhkan untuk terlibat dalam peran pembangunan permukiman

2.2 Pedoman Penataan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman • Studi mengenai penataan permukiman masyarakat ini memiliki acuan kepada isu-isu utama baik yang bersifat universal sesuai yang dicanangkan Habitat Agenda II maupun yang bersifat lokal dan sesuai dengan lokasi studi, yaitu dari Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman • Wacana yang didapat dapat mengarahkan dan memberikan fokus jelas terhadap kriteria penataan yang ingin dicapai

2.2.1 Isu Utama dalam Habitat Agenda II • Perumahan Layak untuk Semua/Adequate Shelter for All • Permukiman yang Berkelanjutan/Sustainable Human Settlement 2.2.2 Pedoman Perumahan dan Permukiman di Indonesia Berlandaskan UU No.4/1992 mengenai Perumahan dan Permukiman, telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) pada tahun 1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman, dan kegiatan yang terkait dengan Perumahan dan Permukiman. Penelitian ini berpedoman pada visi KSNPP yaitu berusaha mewujudkan perumahan yang layak untuk semua dalam lingkungan yang berkelanjutan melalui studi penataan permukiman. Pengembangan potensi sumberdaya juga dipelajari berdasarkan misi KSNPP

2.3 Penataan dan Pengembangan Permukiman dan Lingkungan 2.3.1 Teori Penataan dan Pengembangan Kawasan dengan Interaksi Dua Arah (Man – Environment Studies) Man-Environment Studies, yaitu sebuah studi mengenai hubungan saling menguntungkan (mutual interaction) antara manusia dengan lingkungan terbangun di sekitarnya (3 variabel) : 1.Karakteristik manusia sebagai pembentuk karakter lingkungan 2.Lingkungan Fisik dan Manusia 3.Mekanisme yang menghubungkan antara manusia dengan lingkungan dalam interaksi dua arah

• Ada beberapa aspek fundamental yang melengkapi organisasi keruangan (Rapoport,1977), yaitu: 1. Tatanan Ruang - Organization of space yaitu merupakan tatanan lingkungan dan menciptakan hubungan antara manusia dengan lingkungannya 2. Tatanan berdasarkan Makna - Organization of meaning 3. Tatanan berdasarkan Waktu - Organization of time 4. Tatanan berdasarkan Komunikasi - Organization of communication Dari berbagai organisasi dalam lingkungan tersebut, penataan kawasan permukiman dalam studi ini dibatasi dalam lingkup organisasi ruang (space organization) saja. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian adalah mencari rumusan pola tatanan (space organization) sekaligus menjaga agar fokus studi tidak meluas

2.3.2 Definisi dan Prinsip Teori Empiris Praktis Penataan merupakan sebuah kegiatan membentuk benda, energi, dan proses menuju sebuah kebutuhan dan keinginan yang dimiliki seorang atau sekelompok manusia (Van Der Ryn, 1996) Prinsip sustainable memiliki poin-poin sebagai acuan dalam melakukan analisa potensi, penataan, dan pengembangan di masyarakat (Vales,1991) :  Efisiensi Energi (Conserving Energy)  Penyesuaian terhadap Iklim (Working with Climate)  Membudayakan Daur Ulang (Minimizing New Resources)  Menghargai Pengguna (Respect for Users)  Menghargai Lingkungan (Respect for Site)  Menyeluruh (Holism) Respect for users dipilih sebagai fokus karena pendekatan terhadap studi penataan ini adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan permukiman

2.3.3 Definisi dan Prinsip Teori Fenomenologi Pada dasarnya berbagai pola penciptaan tempat menghasilkan karakter permukiman menjadi beberapa tipe dasar dari organisasi ruang berikut (Norberg-Schulz, 1971): 1. Tipe dasar Cluster 2. Tipe dasar Row 3. Tipe dasar Enclosure karakter permukiman dapat dilihat dari organisasi ruang permukiman (Rapoport ,1977): 1.Orientasi permukiman mengelilingi central space

Gambar 2.2 Dwelling surrounding the central space; Terdapat bermacam bentuk pola permukiman dengan organisasi yang mirip

2. Orientasi permukiman menyusuri jalan/along the streets Terdapat dua macam organisasi dalam orientasi ini, yaitu rumah berada di sepanjang jalan dan berseberangan dengan rumah lain atau rumah berada di sepanjang jalan dan berseberangan dengan unsur air (waterfront).

Gambar 2.3 Street related housing (kiri) dan waterfront housing (kanan)

3. Orientasi kearah dalam (inside-out city)

Gambar 2.4 The inside-out city; Orientasi ke dalam memiliki domain privat-publik

2.4.1 Klasifikasi Nelayan Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, nelayan dibagi menjadi tiga kategori (Brata ,2005), yaitu: • Nelayan Tani • Nelayan Pekerja • Nelayan Juragan 2.4.2 Permukiman Pantai sebagai Tempat Tinggal Nelayan Beberapa permukiman pantai dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Refshauge, 2003): • Kota Pantai/Coastal Cities - penduduk lebih dari 20,000 orang • Kampung Kota Pantai/Coastal Towns - 3,000-20,000 orang • Desa Pantai/Coastal Villages - jumlah populasi hingga 3,000 orang • Daerah Berpusat di Pantai/Inland Coastal Centres • Permukiman Pantai Baru/New Coastal Settlements

2.4.3 Program Pemerintah terhadap Permukiman Pesisir Program pemerintah dalam usaha memperbaiki kehidupan permukiman pesisir tercantum pada kebijakan Depkimpraswil, 2004 mengenai penataan ruang : 1. Perbaikan Kawasan Kumuh Nelayan 2. Penyediaan Prasarana dan Sarana Desa-Desa Pesisir/Nelayan Program pemerintah Kabupaten Muna mengenai penataan permukiman pesisir tersebut diwujudkan dalam Masterplan Kabupaten Muna (RTRW Kabupaten Muna 2003-2013) untuk pengembangan daerah pesisir yang dimiliki Kabupaten Muna. Sepanjang pantai Timur Kota Raha Kabupaten Muna akan ditetapkan sebagai kawasan lindung, suaka alam, budaya, fasilitas olah raga air, pengembangan kawasan budidaya & kawasan perdagangan

BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel dari Ringkasan Teori Klasifikasi variabel dari hasil kajian pustaka adalah sebagai berikut: • Variabel Tergantung/Terikat (Dependent Variable) 1. Potensi Lokasi Permukiman Nelayan 2. Profil Penduduk dan Kegiatan 3. Alternatif Kriteria Penataan berbasis Prinsip Probabilisme • Variabel Bebas 1. Letak Geografis 2. Topografi dan Iklim 3. Kondisi Daerah Pantai

3.2 Strategi Penelitian Metodologi atau format dari sebuah penelitian didefinisikan oleh Creswell (1994) sebagai proses keseluruhan dalam penelitian, dimulai dari identifikasi masalah hingga analisa data dengan penggunaan metode-metode tertentu Studi penataan ini bersifat empiris praktis, sehingga akan digunakan strategi kualitatif dalam metode penelitiannya

3.3 Taktik Penelitian • Pengumpulan Data 1. Kuisioner/Questionnaire 2. Pengamatan/Observation 3. Wawancara Mendalam/In Depth Interview 4. Pengumpulan Data Sekunder 5. Rekam Visual/Photograph • Metoda Analisis 1. memeriksa hasil data 2. Mentabulasikan hasil jawaban 3. Menyelidiki kemungkinan terjadinya inkonsistensi dalam data Analisis dilakukan dengan memakai standar yang telah dikeluarkan oleh Departeman Pekerjaan Umum

• Penentuan Sampel 1. Kriteria Responden • Nelayan laut dan memiliki jukung sendiri • Nelayan laut dan tidak memiliki jukung sendiri (pandega) • Petambak • Pengolah dan penjual hasil tangkapan • Pemilik industri rumah tangga hasil tangkapan 2. Jumlah Responden jumlah total nelayan yang tergabung adalah 124 orang Responden yang terlibat, baik dalam pengisian kuisioner, diskusi kelompok, dan wawancara mendalam berjumlah 40 orang (32.25%)

Gbr. Cara Pengambilan Data Responden

Responden diambil secara acak yg dapat mewakli dari tiap2 bagian lokasi t4 tinggal

3.4 Tahapan Penelitian • Tahap Pra Lapangan o Melakukan pendalaman terhadap masalah yang sudah dirumuskan dengan cara studi literature o Merumuskan hipotesa dan menyusun rancangan penelitian o Menyiapkan instrumen penelitian berupa kegiatan pengumpulan data (telah dijelaskan sebelumnya) untuk tahap pekerjaan lapangan • Tahap Pekerjaan Lapangan o Melaksanakan pengumpulan data sekunder o Melaksanakan kegiatan pengumpulan data • Tahap Pengolahan Data o Melakukan analisis data dari yang telah dikumpulkan o Menarik kesimpulan awal dari hasil penelitian o Melakukan pengujian kesimpulan awal dengan mengajukan hasilnya kepada responden dan pihak terkait o Menarik kesimpulan akhir o Penyusunan laporan

BAB 4 KONDISI LOKASI PENELITIAN

Gbr. Peta P. Sulawesi

Gbr. Peta Prop. Sultra

Lokasi Penelitian

• Dalam menilai komponen lingkungan yang baik digunakan klasifikasi berdasarkan aspek fisik dan non fisik (Johan Silas, 1985). Aspek fisik meliputi letak geografis, lingkungan alam dan binaan, sarana dan prasarana lingkungan. Sedangkan aspek non fisik meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Desa Wakorambu Desa Wawesa

Peta Kelurahan Laiworu

Selat Buton Lokasi Penelitian

Yg Menjadi Nilai Lebih

PPI

Lokasi br Pasar Sentral

Pasar Sentral

Jln Lingkar

Keberadaan berbagai prasarana dikel. Laiworu

Jln lingkungan

Jln lingkungan

Jln penghubung

Keberadaan berbagai sarana dikel. Laiworu

Ktr Kelurahan

Sekolah Perikanan

Pasar Sentral

Masjid

BAB 5 ANALISA DAN PEMBAHASAN Man-Environment Studies (Rapoport, 1977) - Sketsa di Laino Pantai Man to Environtmen Penilaian Kondisi Fisik Permukiman (Eksisting)

Kondisi Fisik Permukiman Ideal sesuai Masyarakat Lokal (Future)

Arahan Penataan Kawasan Permukiman (Output 1)

Environtmen to Man Penilaian Kondisi Non-Fisik Permukiman (Eksisting)

Kondisi Non-Fisik yang berpotensi untuk dipertahankan dan dikembangkan berdasarkan Arahan Penataan Lingkungan Fisik

Arahan Pengembangan Potensi Permukiman (Output 2)

5.1 Pencapaian Arahan Penataan Permukiman Nelayan Laino Pantai - Kebijakan Kimpraswil, 2002 - Pembangunan kondisi fisik merupakan salah satu dari aspek penataan permukiman yang layak tinggal (Johan Silas, 1985) Kondisi fisik tersebut meliputi lokasi geografis, lingkungan alam dan binaan, serta sarana dan prasarana Tahab-tahab : 1. Mengevaluasi Kondisi Eksisting; Standar Ditjen Cipta Karya (Dept. PU, 1975) 2. Mengevaluasi Permukiman Nelayan terhadap kriteria dan standar Departrmen PU yang berlaku secara Umum; 3. Mengevaluasi Keterlibatan Masyarakat; hasil wawancara dengan tokoh dan masyarakat setempat

5.1.1 Penilaian Kondisi Fisik Eksisting Permukiman Nelayan Laino Pantai Tabel 5.2 Evaluasi Kondisi Eksisting Berdasarkan Kriteria Penilaian Kondisi Eksisting Nilai Perumahan nelayan cukup baik dengan luasan rata-rata 7 m²/orang

3

Air bersih tidak tersedia di setiap rumah

2

Terdapat jalan setapak dari tanah yg tdk beraturan

2

Pematusan Ada, 25% panjang jalan

2

PERMUKIMAN Tempat Sampah , Sampah tdk tertampung

2

MCK Dipakai oleh ≤ 2 keluarga

4

Balai desa Menampung semua`

5

Pasar, Jarak < 1km

5 Rata-rata

3,13

Karena angka 3.3 lebih mendekati angka tiga, maka disimpulkan bahwa kondisi eksisting permukiman nelayan msh cukup baik.

Tabel 5.4 Evaluasi Kondisi Lingkungan Alam Berdasarkan Kriteria Penilaian Kondisi Eksisting

KONDISI LINGKUNGAN ALAM

Nilai

Bakau, > 40% Garis pantai

3

Pantai, Kecuraman < 20%

3

Lahan Desa, Terbangun ≥ 60%

3

Produktivitas Tanah < 40%

2

Rata-rata

2,75

Karena angka 2.75 lebih mendekati angka tiga, maka disimpulkan bahwa kondisi lingkungan alam di permukiman nelayan eksisting masih masih cukup baik.

5.1.2 Pembahasan Kriteria Lingkungan Fisik Permukiman Nelayan berdasarkan Rencana Pemerintah, Standar, dan Masyarakat

1. Lokasi Geografis Hal yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat mengenai lokasi permukiman mereka adalah kemudahan akses terhadap pantai dan penambatan perahu 2. Lingkungan Alam Kesulitan yang dialami sebagian besar nelayan berkaitan dengan keberadaan proyek Jalan Lingkar Kota adalah penempatan perahu yang belum dirasakan aman 3. Lingkungan Binaan

Tabel 5.5 Preferensi Masyarakat mengenai Orientasi Ruang Permukiman Variabel Lingkungan Binaan Orientasi Ruang Permukiman

Preferensi Responden Berdasarkan

Teoritik

Preferensi

Perempuan

Hadap Tetangga

Cluster: orientasi inside out

Laki-Laki

Hadap Pantai>tetangga

Waterfront: orientasi jalan & Pantai

Nelayan Tangguh Hadap pantai>tetangga

Waterfront: orientasi jalan & Pantai

Petambak

Hadap pantai=tetangga

Orientasi inside out

Pengolah Ikan

Hadap pantai40% garis pantai. Kondisi tercampur dengan sampah.

Kriteria Keberadaan konservasi hutan bakau Penetapan Garis Sempadan Pantai Perwilayahan fungsi kawasan Tanggapan terhadap isu global warming

ARAHAN Hutan bakau diremajakan dengan pengadaan wetland setidaknya 60% garis pantai GSP ditetapkan minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi Lebar daratan pantai 400-2 km Beberapa aktivitas darat harus terlindung dari kemungkinan banjir karena semakin naiknya permukaan laut akibat pemanasan global

LINGKUNGAN BINAAN Eksisting Hasil Penilaian : 3 (cukup) Permukiman tumbuh secara tidak merata Tidak semua rumah memiliki akses terhadap jalan

Kriteria Struktur ruang permukiman yang mempertahankan ruang sosial

ARAHAN Organisasi ruang berbentuk cluster dengan mempertahankan ruang sosial didalamnya Orientasi ganda pada setiap rumah yang penghuninya bekerja sebagai nelayan dan pengolah ikan (waterfront dan inside out clustering)

PRASARANA AIR BERSIH Eksisting

Kriteria

Hasil Penilaian : 2 (Kurang) Tidak semua warga mendapatkan air bersih melalui PDAM. Sebagian besar masih membeli dari penjual air keliling.

Akses terhadap air bersih Penyediaan air bersih menjadi fokus utama pada prasaran perencanaan permukima

ARAHAN Kemudahan mendapat air bersih adalah hak setiap orang. Pihak penyedia sebaiknya memudahkan penyediaan min. 50 liter/hari/orang

PRASARANA TRANSPORTASI Eksisting Hasil Penilaian : 2(kurang) Jalan lingkungan terbuat dari aspal tetapi banyak yang rusak dan jalan setapak tidak beraturan

Kriteria

ARAHAN

Kondisi/material pembuat jalan Jalan tidak hanya sebagai sarana transportasi, namun juga sebagai pencegah perambatan kebakaran dan jalan ambulan

Pengadaan jalan yang lebar (minimal 5 m pada jalan lingkungan, dan 3 m pada jalan penghubung) Pencapaian jalan ke setiap rumah

PRASARANA PEMATUSAN/DRAINASE Eksisting Hasil Penilaian : 2(kurang) Panjang sistem drainase 25% dari panjang jalan

Kriteria

ARAHAN

Sistem drainase yang sesuai dengan kondisi daratan pantai

Perbaikan/pembangunan drainase, Dapat digunakan sistem drainase bentuk garpu sekaligus sebagai pola permukiman nelayan.

PRASARANA PENGOLAHAN LIMBAH Eksisting Belum ada

Kriteria Sistem pengolahan yang sesuai dengan daratan pantai

ARAHAN Pengadaan Sistem IPAL dan dapat menggunakan teknologi UASB dan Johkasau yang cocok untuk daratan dengan muka air tanah tinggi

PRASARANA PERTAMANAN, PEMAKAMAN, KEBERSIHAN Eksisting Hasil Penilaian : 2(kurang) Terdapat TPS yang tidak layak, pengangkutan dilakukan setiap hari tapi tidak optimal, tidak tersedianya bak sampah disetiap rumah. Lapangan bola voli dan sepak bola menggunakan lahan kosong.

Kriteria Ketersediaan ruang terbuka Ketersediaan petugas kebersihan dan TPS, serta kesadaran masyarakat

ARAHAN Ruang terbuka sebagai sarana olahraga Pengadaan TPS, pengangkutan dilakukan setiap hari, bak sampah di setiap rumah

PRASARANA PEMATUSAN/DRAINASE Eksisting Hasil Penilaian : 5 (baik sekali) Terdapat pasar, pelelangan ikan, maupun distribusi hasil tangkapan atau pengolahan komoditi

Kriteria

ARAHAN

Ketersediaan pasar, tempat Penguatan sistem distribusi pelelangan ikan, atau lokasi melalui koperasi nelayan distribusi komoditi.

5.2.1 Penilaian Kondisi Non Fisik Eksisting Permukiman Nelayan Laino Pantai sebagai Identifikasi Potensi Tabel 5.8 Evaluasi Potensi Ekonomi (Sumberdaya Alam) Berdasarkan Kriteria Penilaian Kondisi Eksisting

POTENSI EKONOMI (SUMBERDAYA ALAM)

Nilai

Kelapa

1

Sawah

1

Ikan

5

Udang

1

Kerang

5

Ikan Hias

1 Rata-rata

2.33

Karena angka 2.33 lebih mendekati angka 2, maka disimpulkan bahwa potensi sumberdaya alam di permukiman nelayan eksisting tergolong kurang

Tabel 5.10 Evaluasi Potensi Ekonomi (Sumberdaya Alam) Berdasarkan Kriteria Penilaian Sumberdaya Manusia

Pendidikan

Kondisi Eksisting

Nilai

Lulus SD 19 org, diatas SD 7 org

1

Tidak Lulus SD 21 org

1

Rata-rata

1

angka satu (1) menyatakan kondisi buruk. Dapat disimpulkan bahwa kualitas sumberdaya manusia menurut tingkat pendidikan adalah buruk. Namun potensi sumberdaya manusia tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan, tetapi juga dari pengalaman sebagai nelayan dan karakteristik masyarakat

5.2.3 Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan di Kawasan Pasar Sentral Raha Tabel 5.11 Arahan Penataan Lingkungan Non Fisik Permukiman Nelayan Laino Pantai POTENSI KELEMBAGAAN NELAYAN (POLITIK) Eksisting

Kriteria

Belum terdapat lembaga (rukun) nelayan karena pemahaman minim

Keberadaan lembaga masyarakat lokal Manfaat kelembagaan terhadap kehidupan masyarakat

ARAHAN Kelembagaan rukun nelayan perlu dibentuk agar nelayan selalu terpacu dalam persaingan sehat

POTENSI KEMANDIRIAN NELAYAN (EKONOMI) Eksisting Pekerjaan kenelayanan di darat meliputi pengasapan ikan dan penjual ikan Pendapatan nelayan ratarata 700rb-1 juta. Koperasi membantu kehidupan ekonomi nelayan

Kriteria Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup Kemandirian masyarakat dalam kehidupan ekonomi

ARAHAN Konsep smoked fish-to-go, yaitu proses-package-dan penjualan dilakukan di permukiman nelayan Pengadaan koperasi nelayan

POTENSI KEMASYARAKATAN (SOSIAL) Eksisting

Kriteria

Kualitas Sumberdaya Hasil Penilaian : 1 (Buruk) Manusia Tingkat pendidikan nelayan sangat minim Melaut dan kegiatan nelayan lainnya dimulai sejak SD Pribadi nelayan yang tekun dan bekerja keras Peran istri sangat besar dalam proses kenelayanan di darat

ARAHAN Generasi muda nelayan sebaiknya dibekali pendidikan formal mengenai kelautan. Jika mungkin sejak SD karena tidak bisa dijamin bahwa mereka dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi dari itu kecuali pendidikan bebas biaya

POTENSI KEUNIKAN DAN PARIWISATA (BUDAYA) Eksisting Pekerjaan turun temurun Mampu bekerjasama dalam tim Kegiatan kemasyarakatan rutin dilakukan Aktif dalam berbagai lomba perahu

Kriteria Kegiatan unik untuk dilestarikan

ARAHAN Kegiatan lomba perahu dapat dijadikan point of interest. Ruang pengolahan diadakan dengan pola per ruang untuk 2-3 orang (pola bekerja di darat)

KESIMPULAN Arahan penataan sekitar kawasan Pasar Sentral Raha, khususnya di permukiman nelayan Laino Pantai adalah sebagai berikut : 1. Lokasi Geografis • Aksebilitas memadai keluar dan kedalam permukiman • Aksebilitas nelayan terhadap shoreline melalui jalur khusus • Ketersidiaan dermaga yang dekat dengan permukiman 2. Lingkungan Alam • Penetapan Garis Sempadan Pantai min. 100 meter dari titik pasang tertinggi • Penetapan Daratan Pantai dengan fungsi permukiman dan pengolahan selebar 400m – 2 km dari GSP • Pemikiran terhadap isu pemanasan global dan antisipatif terhadap kenaikan muka air laut.

3. Lingkungan Binaan (Ruang Permukiman) • Orientasi dua arah bagi permukiman nelayan tangguh dan pengolah ikan, yaitu waterfront dan inside-out tersusun dalam komposisi ruang yang berulang (continuity of space) • Penggunaan central space dalam cluster sebagai ruang pengolah dangan barrier tertentu • Mempertahankan struktur ruang sosial yang telah terbentuk sebelumnya dalam permukiman eksisting. 4. Sarana dan Prasarana • Penyediaan air bersih di ruang permukiman dan ruang pengolahan • Pengadaan jalan sebagai sarana transportasi sekaligus pencegah perambatan kebakaran dan evakuasi melalui jarak yang telah ditetapkan • Perbaikan/pengadaan drainase sesuai panjang jalan • Penyediaan sistem IPAL atau Sisitem UASP pada kawasan pesisir • Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah organik • Pengadaan Koperasi sebagai sarana ekonomi penduduk ekonomi nelayan

Potensi yang dapat dikembangkan di permukiman Laino Pantai dan arahan pengembangan potensi kampung nelayan Laino Pantai adalah sebagai berikut: 1. Potensi Kelembagaan Nelayan (Politik) Mempertahankan kelembagaan lokal yang sudah ada, membentuk kelompok nelayan yang terorganisir dan memacu persaingan sehat serta pembinaan kenelayaan sejak dini 2. Potensi Kemandirian Nelayan (Ekonomi) Mengembangkan sentral Industri pengasapan melalui konsep smoke fish-to-go, yaitu proses, kemas dan jual dalam suatu area 3. Potensi Kemasyarakatan (Sosial) Mengasah kemampuan formal dan Informal kenelayanan sejak dini (eksrakulikuler tingkat SD) 4. Potensi Pariwisata (Budaya) Lomba Perahu yang semakin menarik karena dilalui jalan lingkar kota Raha sepanjang pantai.

Arahan penataan yang didapatkan dengan proses environtmental probalism mengahsilkan preferensi masyarakat sebagai berikut : Dari preferensi responden didapatkan bahwa pada ruang permukiman yang paling sesuai dengan pola kehidupan nelayan Laino Pantai adalah pola permukiman tepi pantai (waterfront) dan cluster. Perumahan waterfront mirip dengan perumahan tepi jalan, berorientasi kepada unsur air sebagai arah hadap. Pola perumahan tipe ini sangat sesuai dengan karakteristik nelayan yang setip hari melaut (nelayan tangguh). Sedangkan tipe cluster yaitu rumah dengan orientasi pada meeting space di tengah, sesuai untuk mereka yang bekerja sebagai pengolah ikan.

Saran - Saran • Pemerintah Daerah Kabupaten Muna dengan secepatnya memperhatikan/menata Permukiman Nelayan Laino Pantai, dimana kawasan sekitarnya mempunyai potensi yang besar sebagai kawasan perdagangan dan wisata karena akan menjadi wajah sentral Kota Raha di waktu yang akan datang. • Semoga segala kekurangan pada saat ini, menjadi bahan masukan bagi program yang sama untuk angkatan selanjutnya.

Sekian Terimakasih, Semoga TYME memberkati kita, Wabilahi taufiq Walhidayah