penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk ...

33 downloads 105 Views 226KB Size Report
adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Rendahnya hasil belajar ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH: NAMA : APLONIA TAE UNA NPM : 09.8.03.51.30.2.5.0853

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Aplonia Tae Una FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Rendahnya hasil belajar karena pembelajaran yang menjadikan guru sebagai sumber belajar, sedangkan sswa hanya berperan sebagai penerima ilmu. Hasil observasi di SMPN 5 Denpasar, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA (Biologi) belum optimal dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah.Untuk mengatasi hal tersebut perlu diterapkannya inovasi pembelajaran baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yakni dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu model pembelajaran yang menekankan pada sistem permainan sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi), materi ekosistem kelas VII A SMPN 5 Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa disetiap siklus. Analisis data hasil belajar siswa pada siklus I, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa (M), daya serap (DS), dan ketuntasan belajar (KB) berturut-turut sebesar: ”70,29”, ”70,29%”, dan ”50,01%”. Kemudian pada skilus II berturut-turut sebesar: ”83,23”, ”83,23%”, dan ”94,11%”. Persentase peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 18,40 % dan 88,18% Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Biologi, materi ekosistem siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Kata kunci: statistik deskriptif ,Aspek kognitif, siklus, pos tes.

1. PENDAHULUAN Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Hasil belajar ini tentunya merupakan hasil proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Selain itu, karena tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya (Trianto, 2007). Berdasarkan hasil observasi di SMPN 5 Denpasar, khususnya pada siswa kelas VII, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA (Biologi) yang aktif belum berjalan secara optimal. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru di kelas, antara lain: (1) partisipasi siswa masih rendah, hal ini terlihat di saat kegiatan pembelajaran berlangsung tidak seluruh siswa sungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pelajaran; (2) proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru sebagi sumber utama pengetahuan, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran; (3) keaktifan siswa belum optimal baik dalam mengajukan pertanyaan, menjawab, menanggapi pertanyaan, maupun mengutarakan ide atau gagasan. Siswa yang aktif hanya tertentu saja yaitu siswa yang duduk dimeja depan, sedangkan siswa yang duduk di belakang kebanyakan mengantuk dan melamun; dan (4) sebagian siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA (Biologi) adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, karena materinya banyak untuk dihafalkan. Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak menjadikan siswa hanya sebagai obyek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subyek, sehingga siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang menonton tetapi, guru harus bisa mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan agar siswa senang dalam mengikuti pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Kelemahankelemahan tersebut menjadikan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini terbukti nilai ulangan siswa banyak yang tidak tuntas, KKM (Kriteria Kelulusan Minimal)