Hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 09 dan 10 Mei. 2012 di Kelas
... sebagai tindakan kelas pada mata pelajaran IPS Geografi dengan pembuatan
..... Pair Share dalam kelas dengan menggunakan media power point dalam.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang Agustin Eka Ariestari Universitas Negeri Malang
Abstrak Hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 09 dan 10 Mei 2012 di Kelas VII-A menunjukkan bahwa pembelajaran belum berpusat pada siswa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil belajar siswa yang masih dibawah Standar Ketuntasan Minimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan pembelajaran terdiri dari dua siklus. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan tes formatif. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pola Kegiatan Ekonomi Penduduk, Penggunaan Lahan, dan Pola Permukiman Penduduk Berdasarkan Kondisi Fisik Muka Bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra tindakan nilai rata-rata kelas sebesar 63,59 dengan 6 siswa tuntas, Siklus I 75,16 dengan 18 siswa tuntas, dan Siklus II 82,19 dengan jumlah siswa tuntas 28 siswa. Nilai ratarata kelas ini mengalami peningkatan tiap siklus yaitu sebesar 18,19 % pada Siklus I dan sebesar 9,35% pada Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan sekolah menggalakkan penggunaan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share. Upaya merealisasikannya melalui sosialisasi penggunaan pembelajaran kooperatif ataupun mengikutsertakan guru-guru mata pelajaran dalam pelatihan, guru hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share sebagai tindakan kelas pada mata pelajaran IPS Geografi dengan pembuatan Rancangan Pembelajaran dengan memasukkan tata cara pembelajaran kooperatif Think Pair Share dalam kegiatan inti yang juga disesuaikan dengan evaluasi pembelajaran. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian maupun penulisan karya ilmiah mereka dalam penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share untuk mengukur aspek yang lain. Kata Kunci : pembelajaran kooperatif, Think Pair Share, hasil belajar
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan juga,
menyesuaikan kondisi dan kebutuhan seseorang. Pada kenyataannya proses pembelajaran yang ada di kelas masih didominasi oleh guru. Dalam pembelajaran yang demikian siswa tidak langsung ikut dalam proses pembelajaran. Siswa beranggapan materi pelajaran merupakan perangkat yang dihafalkan dan bukan untuk dipahami, dikembangkan serta diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Pengalaman siswa dalam pembelajaran tidak cukup dengan hanya mendengarkan guru ceramah, tetapi siswa harus aktif mencari sendiri dan kreatif dalam berdiskusi dengan siswa yang lain tentang materi pelajaran tersebut. Zayadi (2004) juga berpendapat bahwa proses pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep-konsep bukan belajar mengalami (dalam Nursyamsu, 2011 : 6). Maka bagaimana mungkin ia dapat belajar secara mandiri sementara mereka sendiri terpola pada kondisi belajar yang kurang melibatkan mereka. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kondisi yang demikian adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Strategi pembelajaran ini berangkat dari pemikiran getting better together, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang lebih kondusif kepada para siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat (Solihatin, 2007 : 2). Adapun strategi pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS).Model pembelajaran ThinkPair-Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPS Geografi di sekolah. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57). Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-PairShare juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie : 2004).
Demikian pula yang terjadi di SMP Brawijaya Smart School Malang, berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 09 dan 10 Mei 2012 dikelas VII-A belum menunjukkan adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran IPS Geografi yang berlangsung selama ini menggunakan metode ceramah, pemberian tugas dan kerja kelompok. Berdasarkan nilai hasil belajar, rata-rata masih rendah dengan rata-rata kelas yang dicapai hanya 63,59 dari Standar Ketuntasan Minimal 75. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut membuat siswa tidak terbiasa berfikir analisis sehingga menyebabkan kemampuan analisis siswa menjadi lemah. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti ingin menerapkan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School untuk meningkatkan hasil belajar karena hasil belajar siswa masih rendah. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus di SMP Brawijaya Smart School Malang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang, semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 orang. Data dalam penelitian ini adalah data daftar nilai mata pelajaran Geografi, untuk mengetahui hasil belajar siswa apakah sudah memenuhi SKM (75) dan KKM (85%) yang ditentukan, data hasil observasi yang terdiri dari lembar observasi dan catatan lapangan yang diperoleh dari observer, data hasil tes dari tiap siklus. Sumber data pada penelitian ini adalah tindakan siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang dalam proses pembelajaran serta nilai tes di akhir siklus. Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang berupa nilai hasil belajar. Nilai hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi berupa tes tertulis yang diberikan setiap akhir putaran siklus setelah menerapkan pembelajaran kooperatif model Think pair Share. Peningkatan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dianalisis dengan membandingkan rata-rata hasil tes yang telah diperoleh pada masing-masing siklus. Data hasil tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar ada dua kategori yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Ketuntasan belajar perseorangan dengan ketentuan, siswa secara individu telah mencapai nilai minimal 75 atau 75% dalam menyelesaikan soal tes. Sedangkan distribusi frekuensi hasil belajar dihitung dengan menggunakan rumus Struges seperti tabel. Tabel Penentuan Taraf Keberhasilan Hasil Belajar Nilai 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 – 39
Klasifikasi A B C D E
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Penilaian rata-rata kelas ini untuk mengetahui secara keseluruhan dari proses pembelajaran siswa.Peningkatan rata-rata ini dapat terjadi dengan
meningkatnya ketuntasan klasikal siswa. Pencarian rata-rata mengunakan rumus sebagai berikut. ∑ =
Keterangan: P = rata-rata nilai ∑ X = jumlah nilai keseluruhan n = banyaknya siswa Peningkatan hasil belajar dapat diketahui pada penelitian ini dengan membandingkan ketuntasan dan rata-rata skor hasil belajar sebelum tindakan siklus I, siklus II sampai ke siklus berikutnya. Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan dalam penelitian. Lembar observasi berisi jabaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Data ini digunakan sebagai dasar untuk refleksi sehingga ada perbaikan pada siklus selanjutnya. Paparan Data dan Temuan Pada siklus I diperoleh data tentang hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh melalui tes belajar di akhir siklus I. Adapun distribusi frekuensi hasil belajar siklus I tercantum pada tabel berikut ini. Tabel Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas VII-A SMP BSS Malang Rentang Nilai 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 – 39 Jumlah
f 13 8 8 3 0 32
fk 13 21 29 32 32
% 40,625 25 25 9,375 0 100
Kualifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Dari tabel data hasil belajar siswa kelas VII-A di atas, menurut standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh SMP BSS Malang yaitu ≥75 terdapat 11 siswa yang masih tergolong dalam kualifikasi nilai cukup dan kurang karena memperoleh nilai dibawah 75. Sedangkan dapat diketahui ada 21 siswa yang memperoleh nilai lebih dari 75 terdistribusi pada kualifikasi baik sampai dengan sangat baik. Pada tabel juga menunjukkan bahwa terdapat 65,625% siswa yang dapat dianggap tuntas. Siswa yang dianggap tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai ≥70. Sedangkan 34,375% siswa belum tuntas dengan distribusi 25% siswa dengan kualifikasi nilai cukup dan 9,375% siswa dengan kualifikasi nilai kurang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar di Kelas VII-A SMP BSS Malang masih membutuhkan perbaikan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar tercapai kualifikasi nilai yang diinginkan. Pada siklus II diperoleh data tentang hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh melalui tes belajar di akhir siklus II. Adapun distribusi frekuensi hasil belajar siklus II tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas VII-A SMP BSS Malang Rentang Nilai 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 – 39 Jumlah
f 11 17 4 0 0 32
fk 9 26 30 30 30
% 34,375 53,125 12,5 0 0 100
Kualifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Dari tabel data hasil belajar siswa kelas VII-A di atas, menurut standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh SMP BSS Malang yaitu ≥75 terdapat 4 siswa tidak tuntas yang terdistribusi pada kualifikasi cukup. Sedangkan diketahui ada 28 siswa dinyatakan tuntas yang terdistribusi pada kualifikasi nilai baik sampai dengan sangat baik. Pada juga menunjukkan bahwa terdapat 87,5% siswa yang dapat dianggap tuntas. Siswa yang dianggap tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai ≥70. Sedangkan 12,5% siswa belum tuntas dengan kualifikasi nilai cukup. Prosentase siswa yang dianggap tuntas menunjukkan bahwa hasil belajar di Kelas VII-A SMP BSS Malang sudah mencapai pada kualifikasi nilai Baik. Hasil belajar dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share diperoleh melalui tes. Nilai tes ini digunakan untuk membandingkan besarnya peningkatan hasil belajar pada kegiatan pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disusun perolehan hasil belajar dalam tabel berikut ini. Tabel Nilai Hasil Belajar Kelas VII-A Pra Tindakan, Siklus I dan II Rentang Nilai
Kualifikasi
85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 – 39
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Pra Tindakan f % 0 0 31,25 10 53,125 17 15,625 5 0 0
f 13 8 8 3 0
Siklus I % 40,625 25 25 9,375 0
f 11 17 4 0 0
Siklus II % 34,375 53,125 12,5 0 0
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas standar ketuntasan minimum dengan kualifikasi cukup sampai dengan sangat baik. Dengan distribusi pada pra tindakan terdapat hanya 10 siswa yang memperoleh kualifikasi baik kemudian meningkat menjadi 21 siswa yang memperoleh kualifikasi baik sampai dengan sangat baik pada Siklus I. Kemudian pada Siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 70 juga meningkat menjadi 28 siswa dengan kualifikasi nilai baik sampai dengan sangat baik. Peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas standar ketuntasan minimum menyebabkan adanya peningkatan rata-rata pada hasil belajar siswa Kelas VII-A SMP BSS Malang. Perhitungan nilai rata-rata kelas dilakukan dengan penjumlahan nilai yang diperoleh seluruh siswa, kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas. Peningkatan nilai rata-rata kelas dapat diketahui dengan
membandingkan nilai rata-rata kelas pra tindakan dengan nilai rata-rata kelas siklus I dan nilai rata-rata kelas siklus I dengan nilai rata-rata siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh nilai rata-rata siswa kelas VII-A disajikan dalam tabel berikut. Tabel Peningkatan Hasil Belajar Kelas Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II Tindakan Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Rata-rata Nilai 63,59 75,16 82,19
Peningkatan
Persentase Peningkatan
0 11,57 7,03
0 18,19% 9,35%
Pada tabel menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilai rata-rata kelas siswa sebelum dan setelah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas sebesar 63,59, siklus I sebesar 75,16, dan siklus II sebesar 82,19. Rata-rata kelas ini mengalami peningkatan tiap siklus yaitu sebesar 18,19% pada siklus I dan sebesar 9,35% pada siklus II. Meskipun selisih nilai rata-rata tidak mengalami peningkatan yang besar namun kualifikasi nilai ikut mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar pada setiap tindakan dapat dilihat pada gambar berikut. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang Rata-rata Nilai
100 80 60
63,59
75.16
82.19
Siklus I
Siklus II
40 20 0 Pra Tindakan
Gambar Peningkatan Hasil Belajar Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Adapun temuan penelitian yang diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share adalah sebagai berikut. Hasil belajar IPS Geografi siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School meningkat dengan penerapan pembelajaran Think Pair Share. Pembahasan Penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang. Hal ini dikarenakan penerapan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII-A yang masih bersifat berpusat pada guru (teacher centered), menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik dan komunikatif. Hal ini dapat menghambat usaha siswa, khususnya siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang dalam
mengoptimalkan hasil belajar IPS Geografi, padahal perlu diketahui IPS Geografi memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para siswa. Jika penerapan model pembelajaran untuk IPS Geografi hanya menggunakan model ceramah sebagai model utama, maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi atau suasana pembelajaran dalam kelas akan sangat mempengaruhi hasil belajar, minat belajar dan daya tarik siswa dalam mengikuti pelajaran. Kenyataan pembelajaran IPS Geografi yang seperti ini menunjukkan bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting sehingga akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling komunikatif, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan tercapainya tujuan belajar siswa kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang khususnya pada pelajaran IPS Geografi. Upaya peningkatan hasil belajar siswa dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran secara kooperatif atau cooperative learning dengan model Think Pair Share. Belajar dalam kelompok dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun konatif. Pada Siklus I peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dalam kelas dengan menggunakan media power point dalam menyampaikan materi penggunaan lahan. Peningkatan hasil belajar pada Siklus I masih tergolong kurang terlihat signifikan sehingga peneliti melakukan perbaikan pada Siklus I sebagai acuan dilaksanakannya Siklus II. Masih banyak siswa yang belum mencapai nilai diatas SKM atau dalam kriteria cukup sampai dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut. a. Setiap individu mempunyai daya serap yang berbeda dalam menerima materi saat proses pembelajaran berlangsung. b. Ketidaknyamanan dalam pembentukan kelompok. c. Hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi yang tepat dengan minat siswa. d. Siswa kurang berinteraksi dalam proses pembelajaran, khususnya saat diskusi kelompok.. e. Media juga mempengaruhi perbedaan hasil belajar. Hasil belajar siswa Kelas VII-A pada Siklus I dijadikan acuan untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya. Sehingga pada Siklus II hasil belajar siswa Kelas VII-A semakin meningkat dibandingkan dengan Siklus I. Hal ini juga dapat dilihat tidak hanya dari segi hasil belajar saja tapi juga hasil jawaban diskusi yang juga mengalami peningkatan analisis pemahaman materi dan nilai skor dari Siklus I. Suatu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengupayakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif Think Pair Share telah menunjukkan suatu peningkatan dari hasil belajar siswa Pra Tindakan sampai dengan Siklus II. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam hal ini
peneliti dalam menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada tindakan Siklus I sudah baik hanya kurang dalam manajemen waktu saat pembelajaran. Demikian pula hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dalam menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada tindakan Siklus II ini sudah sangat baik dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan hal ini menunjukkan bahwa kegiatan peneliti dalam mengelola pembelajaran pada IPS Geografi dengan pembelajaran kooperatif Think Pair Share sudah sangat baik. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang. Peningkatan hasil belajar tersebut terlihat pada peningkatan nilai hasil belajar siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata 75,16 dan pada siklus II menjadi 82,19. Saran Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan peneliti adalah. 1. Sekolah menggalakkan penggunaan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share melalui sosialisasi penggunaan pembelajaran kooperatif. 2. Guru hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share sebagai tindakan kelas pada mata pelajaran IPS Geografi. 3. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian maupun penulisan karya ilmiah mereka dalam penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share untuk mengukur aspek yang lain. Daftar Rujukan Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Nursyamsu. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Rumus Dan Fungsi Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII.B Semester II di MTs Al-Musyawarah Lembang Bandung).Skripsi tidak diterbitkan. (Online: http://repository.upi.edu/skripsiview), diakses 13 Maret 2012. Solihatin, Entin. 2007. Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta: Bumi Aksara.