PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU ...

77 downloads 439 Views 154KB Size Report
PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ... perhatian. Pada saat ini pandangan pengembangan pertanian organik sebagai salah.
0

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK

(MAKALAH)

Oleh :

Fuji Astuti NPM 10712017

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat bahwa paket pertanian modern yang memberikan hasil panen yang tinggi ternyata menimbulkan dampak terhadap lingkungan (McGuinnes dalam Sutanto, 1993). Sejalan dengan makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh paket pertanian modern, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk kimia terhadap lingkungan, maka dampak negatif paket pertanian modern mulai mendapatkan perhatian. Pada saat ini pandangan pengembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah, air dan udara, sehingga menyebabkan degradasi dan kehilangan sumber daya alam serta produktivitas tanah (Sutanto, 2002). Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi pandangan baru masyarakat. Ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia tidak alami seperti pupuk kimia, pestisida sintesis serta hormon pertumbuhan dalam produksi pertanian, ternyata dapat menimbulkan

efek

negatif

terhadap

kualitas dan keamanan bahan yang

dihasilkan, kesehatan serta kehidupan lainnya. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap berbagai macam produk sayuran organik, maka perkembangan produksi dan pemasaran produk

2 pertanian organik di Indonesia juga mengalami peningkatan. Terung organik merupakan salah satu komoditas hortikultura yang telah banyak dikenal oleh semua golongan masyarakat. Didukung dengan tingginya permintaan barang dan daya beli masyarakat serta harga jual yang cukup tinggi, terung oraganik dapat dijadikan komoditi yang menjanjikan. Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad, 2000). Buah terung dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk berbagai sayur atau lalapan. juga mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Di Indonesia hasil terung rata-rata yaitu 32,64 – 34,11 kwintal/hektar padahal untuk luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terung (Rukmana,1995). Melihat fakta tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terung merupakan sayuran yang cukup menjanjikan untuk diusahakan tetapi saat ini produktivitas terung masih sangat rendah. Masih rendahnya produktifitas tanaman terung organik ini antara lain disebabkan karena teknik budidaya yang belum optimal. Salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas tanaman terung yang dibudidayakan secara organik yaitu dengan pengaturan jarak tanam. Populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam yang mempengaruhi produksi karena peningkatan kerapatan tanam persatuan luas sampai batas tertentu akan meningkatkan hasil, akan tetapi peningkatan jumlah tanaman juga dapat menurunkan hasil karena terjadi kompetisi air, unsur hara, cahaya matahari, ruang tumbuh sehingga akan mengurangi suplai makanan ke tanaman (Irfan,1999). Oleh karena itu perlu

3 diketahui pengaruh jarak tanam pada budidaya tanaman terung ungu (Solanum melongena L.) dengan sistem pertanian organik.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pengaturan jarak tanam dalam budidaya terung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil, sehingga akhirnya diharapkan dapat memberikan salah satu satu solusi masalah yang dihadapi petani dalam meningkatkan hasil budidaya terung.

1.3 Manfaat

Kegiatan ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terutama yang berhubungan dengan agribisnis pertanian seperti Departemen Pertanian, sebagai bahan evaluasi bagi produsen untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan menggunakan jarak tanam yang tepat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan akademik sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Dan bagi penulis, penelitian ini juga memberikan kesempatan belajar dan menambah pengalaman serta sebagai salah satu sarana penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

4

II. PEMBAHASAN

Terung merupakan tanaman dari famili solanaceae yang memiliki ukuran tinggi 40-80 cm, daun besar, dengan lobus yang besar. Panjang daun 10-20 cm, lebar daun 5-10 cm. bunga berwarna antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sari berwarna kuning, buah berwarna ungu muda hingga ungu tua dengan panjang 5-10 cm. diameter buah 5-8 cm, bentuknya bulat panjang. Umumnya tanaman terung dibudidayakan secara konvensional, namun tidak ada salahnya jika tanaman terung dibudidayakan secara organik. Selain produk yang dihasilkan menyehatkan, hal ini juga berkaitan erat dengan harga yang ditawarkan. Terung organik akan memberikan harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan harga terung yang dibudidayakan secara konvensional. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu upaya dalam peningkatan hasil pertanian. Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi yang mengabaikan atau tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, bahan-bahan yang mempercepat pertumbuhan dan bahan adiktif lainnya untuk memaksimumkan produksi. Sistem Pertanian Organik mempercayakan pada rotasi pemanenan, hasil residu, pupuk kandang, pupuk hijau, sampah dan pertanian organik dengan memperhatikan aspek-aspek biologi, pengontrolan hama untuk mempertahankan produktivitas tanah dan limbah serta mendukung nutrisi tumbuhan dalam mengontrol serangga tumbuhan liar dan hama lainnya (USDA dalam bahan Diklat PPPTAL, 2009).

5 Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan.

Pengelolaan sistem budidaya suatu tanaman

merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengelolaan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi penggunaan zat hara dan perolehan cahaya oleh tanaman. Apabila jarak tanam terlalu rapat, akar tanaman yang satu akan masuk kedalam perakaran tanaman yang lainnya sehingga saling berebut dalam penyerapan zat hara. dan disamping itu cahaya yang diperoleh tanaman menjadi lebih sedikit karena saling menutupi sehingga hasil fotosintesis tidak maksimal. Pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lainnya atau suatu daun menaungi daun lainnya sehingga berpengaruh pada proses fotosistesis. Penanaman dengan jarak tanam yang lebih lebar maka pertumbuhannya akan baik karena kebutuhan tanaman tercukupi, namun demikian apabila penanaman terlalu lebar maka tidak efisien dalam memanfaatkan ruang tempat tumbuh/lahan. Disisi lain, penanaman dengan jarak tanam yang terlalu lebar kurang menguntungkan karena populasi tanaman menjadi lebih sedikit (Hidayat, 2011)

6 Persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air ataupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman (Kartasapoetra, 1988). Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan proses fotosintesis optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena cadangan makanan dalam jaringan lebih banyak maka akan memungkinkan terbentuknya daun yang lebih banyak (Harjadi, 1980). Dengan demikian, untuk memperoleh hasil terung yang maksimal maka jarak tanam yang tepat untuk budidaya terung ungu yaitu 60-80 cm antar barisan dan 50-70 cm antar lubang tanam (Rukmana,1995). Hasil penelitian pada budidaya cabai bahwa jarak tanam mempengaruhi tinggi tanaman, percabangan, jumlah buah muda, dan produksi buah per plot. Jarak tanam J3 (70 cm x 60 cm) cenderung menghasilkan percabangan (12,5 cabang) dan jumlah buah muda (56,3 buah/tanaman) yang paling banyak dibandingkan jarak tanam J1 (40 x 60 cm) dan J2 (50 X 60 cm). J3 menghasilkan tanaman paling pendek (36,19 cm) pada minggu ke-4. Jarak tanam J1 menghasilkan tinggi tanaman (37,81 cm) tertinggi pada minggu ke-4. Jarak tanam J1 menghasilkan produksi buah (5.452 g/plot) tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam J2 (4.826 g/plot) dan J3 (4.386 g/plot). Hal ini berkaitan dengan kerapatan tanaman yang lebih tinggi pada jarak tanam J1 dibandingkan J2 dan J3 (Suryadi, 1997).

7

III. PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari berbagai literatur, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. perlakuan jarak tanam mempengaruhi jumlah populasi tanaman dan pertumbuhan tanaman terung. 2. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman terung, terutama karena koefisien penggunaan cahaya.

3.2

Saran Pada penulisan ini digunakan pengaruh jarak tanam terhadap budidaya

tanaman

terung

ungu,

pada

penulisan

selanjutnya

diharapkan

dapat

mengembangkan denganmenggunakan pengaruh teknik budidaya lainnya pada budidaya tanaman terung ungu.

8

DAFTAR PUSTAKA

Diklat Pertanian Organik PPPTAL. 2009. www.organic-p3tal.com Gaulle,

D. Charles. 2012. Prisip-prinsip Pertanian Organik. http://www.ifoam.org/about_ifoam/pdfs/POA_folder_indonesian.pdf

Harjadi, S. S., 1980. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia. Jakarta

Hidayat, H. 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung Irfan, M.1999. Respon Tanaman Jagung (Zea Mays L) Terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapatan Tanam Pada Lahan Ultisol dan Andisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara Kartasaputra, A. G., 1988. Teknologi Benih. PT. Bina Akasara. Jakarta

Rukmana, R.1995. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta Soetasad, A. Adi. 2000. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta Suryadi, E.T.M. 1997. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan Terhadap Produksi Cabai Merah (Capsicum anuum L.) Varietas Hot Beauty. Skripsi Institut Pertanian Bogor Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta