kinerja bawahan berkaitan dengan ketepatan anggaran dan asimetri informasi.
Gudono. (2003) mengartikan asimetri informasi yaitu informasi pasti yang hanya
...
PENGARUH KOMPENSASI DAN ASIMETRI INFORMASI PADA KESENJANGAN ANGGARAN Tri Siwi N.
ABSTRACT Based on agency theory, this study experimentally investigates whether budgetary slacks are different among subordinate under different levels of information asymmetry. Subjects consist of 70 undergraduate accounting students at University of Muhammadiyah, Magelang. This study uses a 3 x 2 factorial design to test the levels of budgetary slack. This experiment manipulates information asymmetry into three conditions: low, middle, and high as used by Steven (2002) and Nugrahani and Sugiri (2004). This study uses compensation a slack inducing and truth inducing to test the effect budgetary slack. This study predicts that subordinates with high information asymmetry tend to create higher budgetary slack than with low, and middle information asymmetry. This student evidence supports the prediction that truth inducing can make lower budgetary slack than slack inducing. Keywords: budgetary slack, slack inducing, truth inducing, and information asymmetry.
A. Latar Belakang Masalah Menurut Gibson (2000), manajemen partisipatif merupakan kekuatan etis yang penting. Manajer dapat mengimplementasikan "Manajemen Partisipatif Etis" dengan cara mengendalikan dan bertanggung jawab dalam menetapkan tujuan bersama bawahan, dan meminta ide bawahan untuk membuat perubahan, penugasan dan membentuk kelompok kerja guna mencapai tujuan organisasi. Partisipatif, salah satunya dapat dilakukan dengan partisipasi anggaran yang berguna untuk meningkatkan kinerja. Jika partisipasi anggaran diterapkan dengan benar dan efektif maka dapat meningkatkan prestasi, produktivitas dan kepuasan kerja. Kepuasan dan prestasi setiap orang tidak selalu sama tergantung pada karakteristiknya. Maslow (1954) dalam Gibson (2000) berpendapat bahwa karakteristik -1-
yang dipunyai seseorang mempengaruhi karakteristik yang ditemukan orang lain. Menurut teori organisasi, seseorang sering membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Norman (1953) dalam Gibson (2000) dengan mengetahui karakteristik orang tertentu membuat lebih mudah untuk melihat karakteristik orang lain. Bawahan dapat bersikap pasif atau agresif, tergantung pada karakteristik atau kepribadiannya yang relatif stabil. Kepribadian seseorang atau bawahan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi. Demikian pula penghargaan atau imbalan yang ditawarkan oleh pimpinan, akan mempengaruhi kinerja bawahan. Menurut teori ekspektansi, bawahan akan termotivasi untuk berprestasi jika berkaitan dengan besarnya imbalan yang ditawarkan dari atasan sesuai dengan harapannya. Kenyataannya, besarnya imbalan yang diterima tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Apabila metoda imbalan atau kompensasi yang ditawarkan pada bawahan tidak diinformasikan, akan mengakibatkan terjadinya penurunan prestasi, begitu pula jika bawahan tidak mengemukakan potensi aktual anggaran dapat mengakibatkan timbulnya kesenjangan anggaran. Seperti yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Young 1985; Chow 1988; dan Steven 2000; 2002), kinerja bawahan berkaitan dengan ketepatan anggaran dan asimetri informasi. Gudono (2003) mengartikan asimetri informasi yaitu informasi pasti yang hanya diketahui oleh agen (bawahan). Masing-masing pihak, baik bawahan maupun atasan akan melakukan trade off antara rencana atau anggaran yang diusulkan dengan potensi aktual yang semestinya, hal ini dapat dikatakan terjadinya suatu kesenjangan anggaran (KS). Chow (1988); Waller (1988); dan Steven (2000; 2002) meneliti kesenjangan anggaran dengan menggunakan insentif atau kompensasi. Mereka memberi bukti empiris yaitu terdapat perbedaan kesenjangan anggaran antara penggunaan sistem kompensasi truth inducing dan slack inducing. Kompensasi metoda truth inducing mampu mengurangi besarnya kesenjangan anggaran yang dilakukan oleh bawahan. Fisher dkk (2002) dan Komalasari dkk (2003) memberi bukti empiris bahwa kesenjangan anggaran lebih rendah apabila penyusunan anggaran dilakukan dengan negosiasi dibanding anggaran yang ditetapkan secara unilateral. Penelitian ini bertujuan menguji kembali kesenjangan anggaran yang berkaitan dengan kompensasi. Seperti studi sebelumnya (Fisher dkk 2000; Fisher dkk 2002; Steven
-2-
2000, 2002; Komalasari dkk 2003; Nugrahani dan Sugiri 2004). Penelitian ini menggunakan instrumen yang disusun oleh Nugrahani dan Sugiri (2004). Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan kesenjangan anggaran antara kompensasi metoda truth inducing dan slack inducing. Bawahan cenderung melakukan kesenjangan anggaran lebih rendah jika atasan memberi kompensasi dengan metoda truth inducing dari pada metoda slack inducing, terutama dalam kondisi asimetri informasi tinggi. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan uji ANOVA dengan desain faktorial 3 X 2. Pengambilan sampel dilakukan dengan metoda eksperimen dimana mahasiswa berperan sebagai bawahan dan peneliti sebagai atasan. Subyek penelitian adalah 70 mahasiswa UMM (Universitas Muhammadiyah Magelang) program studi akuntansi. Penelitian ini selanjutnya diorganisasi sebagai berikut. Bagian pertama, menguraikan latar belakang masalah. Bagian kedua membahas kerangka teori dan pengembangan hipotesis. Bagian ketiga membahas metoda penelitian. Bagian keempat menguraikan analisis data dan pengujian hipotesis. Bagian kelima, berisi kesimpulan dan keterbatasan.
B. Kajian Teori dan Pengembangan Hipotesis 1. Asimetri Informasi dan Kesenjangan Anggaran Menurut teori agensi, agen (bawahan) dan prinsipal (atasan) cenderung memaksimalkan utility-nya dengan cara menyimpan informasi privatnya. Bawahan maupun atasan akan melakukan trade off antara anggaran yang diusulkan dengan potensi aktual yang semestinya, dikenal dengan kesenjangan anggaran. Gudono (2003) mengartikan asimetri informasi yaitu informasi pasti yang hanya diketahui oleh agen. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan asimetri informasi dan kesenjangan anggaran telah banyak dilakukan antara lain Magee (1980); Christensen (1982); Baiman dan Evans (1983); dan Penno (1984). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa apabila bawahan secara jujur mengungkapkan informasi privatnya dalam pengajuan anggaran, maka akan dapat meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan. Menurut Anthony dan Govindaradjan (2001), kesenjangan anggaran adalah selisih antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dan jumlah estimasi terbaiknya -3-
yang diciptakan supaya bawahan lebih mudah mencapai target anggaran. Waller (1988) menyatakan apabila bawahan mempunyai informasi yang lebih besar dibanding atasan maka mereka cenderung melakukan kesenjangan anggaran. Apabila kinerja bawahan diukur berdasar pencapaian anggaran, maka mereka cenderung melakukan kesenjangan anggaran (Kren dan Liao, 1988). Kesenjangan anggaran timbul karena bawahan mempunyai keinginan yang tidak sama dengan atasan (Luthan, 1995). Young (1985) menguji pengaruh risiko dan informasi asimetri pada kesenjangan anggaran. Hasil studi Young (1985) menunjukkan jika bawahan dalam kondisi ketidakpastian, maka bawahan yang risk averse cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih besar dibanding bawahan non risk averse. Merchant (1985) dan Young (1985) menguji secara empiris kesenjangan anggaran yang berkaitan dengan informasi bias yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan. Steven (2000,2002); Komalasari (2003); dan Nugrahani dan Sugiri (2004), menguji kesenjangan anggaran dengan membedakan 3 kondisi asimetri informasi, yaitu asimetri informasi rendah, sedang, dan tinggi. Beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa bawahan dalam kondisi asimetri informasi tinggi cenderung lebih tinggi dalam melakukan kesenjangan anggaran. Penelitian ini juga membedakan tiga kondisi bawahan yaitu asimetri informasi rendah, sedang, dan tinggi. Karena bawahan menginginkan hasil yang lebih besar, maka mereka termotivasi untuk menyembunyikan informasi privatnya mengenai potensi aktual sesungguhnya (Young, 1985), sehingga bawahan yang berada dalam kondisi asimetri informasi tinggi cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang berada dalam kondisi asimetri informasi rendah dan sedang. Berdasar kajian teori dan beberapa hasil penelitian diatas yang berkaitan dengan asimetri informasi dan kesenjangan anggaran, maka pengajuan hipotesa pertama yaitu: H1: Kesenjangan anggaran lebih tinggi jika bawahan dalam kondisi asimetri informasi tinggi. 2. Kompensasi Menurut Chow dkk (1988), anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk proses perencanaan dan pemotivasi prestasi bawahan. Cara atasan memotivasi bawahan, dapat dilakukan dengan memberi penghargaan, pujian, hadiah, atau kompensasi yang disertai
-4-
bonus. Jika kompensasi digunakan untuk memotivasi bawahan, diharapkan prestasi bawahan dapat dicapai pada tingkat yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Atasan dapat memotivasi bawahan secara positif atau negatif dengan tujuan supaya bawahan lebih giat dalam bekerja. Motivasi positif salah satunya dengan memberikan kompensasi yang sesuai yang dapat mempengaruhi dalam pencapaian kinerja bawahan. Karena setiap bawahan mempunyai kebutuhan dan persepsi nilai kompensasi yang berbeda, maka atasan seharusnya juga mempertimbangkan metoda kompensasi mana yang akan digunakan. Kalau kompensasi digunakan untuk memotivasi, maka diharapkan prestasi dapat dicapai pada tingkat yang tinggi atau target anggaran tercapai. Menurut Scott (1997), ada tiga komponen pembayaran atau kompensasi dalam memotivasi bawahan, yaitu: gaji, rencana insentif tahunan dengan memberikan bonus tahunan, dan rencana insentif jangka panjang dengan menyediakan modal perusahaan pada perusahaan. Kompensasi yang dibayarkan baik pada atasan ataupun bawahan dapat memotivasi terjadinya moral hazard apabila perhitungan atau metoda kompensasi dirasa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan baik oleh atasan ataupun bawahan. Bagi atasan maupun bawahan semakin banyak resiko yang ditanggung semakin tinggi kompensasi yang diharapkan. Apabila bawahan merasa reward-nya tergantung pada pencapaian sasaran anggaran, maka mereka akan membuat kesenjangan anggaran melalui proses partisipasi (Schiff dan Lewin, 1980; Chow dkk., 1988). Dalam penelitian ini besarnya menggunakan metode
kompensasi yang akan diterima bawahan,
slack inducing dan metode truth inducing. Penelitian yang
berkaitan dengan skema pembayaran truth inducing pertama kali diteliti oleh Weitzman, (1976) dalam Kaplan dan Atkinson (1998) dengan menggunakan sistem ”The New Soviet Incentive Model,” yaitu skema pembayaran sebagai standar dalam mengungkapkan potensial yang dapat dicapai bawahan. Menurut Weitzman (1976) dalam Kaplan dan Atkinson (1998) bawahan cenderung melakukan kesenjangan anggaran lebih rendah jika atasan memberi kompensasi dengan metoda truth inducing. Waller (1988) memberi bukti empiris bahwa kesenjangan anggaran lebih kecil ketika perusahaan menggunakan metode truth inducing. Demikian pula Chow dkk (1988) -5-
dan Chow dkk (1991), kompensasi metoda truth inducing dapat secara efektif mengurangi kesenjangan anggaran dengan berdasar pada anggaran kinerja masa lalu. Steven (2002) dan Fisher dkk (2002) melakukan penelitian serupa dengan hasil yang sama yaitu metoda kompensasi truth inducing mampu mengurangi besarnya kesenjangan anggaran yang dilakukan oleh bawahan dibandingkan metoda slack inducing. Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia telah dilakukan oleh Nugrahani dan Sugiri (2004). Mereka menguji kesenjangan anggaran dengan menggunakan kompensasi metoda slack inducing tetapi tidak membandingkan dengan metoda truth inducing. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bawahan dalam kondisi asimetri informasi tinggi, cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih tinggi.
Berdasar berbagai keterangan diatas, maka pengajuan hipotesa kedua adalah: H2: Dalam kondisi Asimetri Informasi Tinggi, bawahan cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih rendah jika kompensasi dengan metoda truth inducing dibandingkan dengan metoda slack inducing. Penelitian ini menggunakan dua metoda kompensasi yaitu metoda slack inducing dan truth inducing. Kompensasi metoda slack inducing atau fixed pay plus bonus adalah metoda kompensasi dimana bawahan dibayar dengan gaji tetap ditambah bonus jika hasil produksinya melebihi yang ditargetkan dan tanpa denda (penalty). Apabila hasil produksinya sama dengan atau kurang dari yang ditargetkan maka mereka akan menerima kompensasi berupa gaji tetap. Rumus perhitungan kompensasi Slack Inducing atau Fixed Pay Plus Bonus berdasar penelitian Fisher dkk (2002) dan Steven (2002) seperti yang telah dilakukan oleh Nugrahani dan Sugiri (2004) dengan memodifikasi satuan moneter yang sesuai dengan keadaan di Yogyakarta, sebagai berikut. P = Rp10.000 + {Rp500 x (A- B)} jika A > B P = Rp10.000 jika A < B Keterangan: P B A Rp10.000 Rp500
= Total kompensasi yang diterima masing-masing bawahan; = Anggaran atau target produksi yang diajukan oleh bawahan; = Jumlah produksi sesungguhnya yang dihasilkan oleh bawahan; = Gaji tetap yang diterima oleh bawahan; = Bonus tiap unit.
-6-
Selain metoda slack inducing, penelitian ini juga menggunakan metoda truth inducing dalam menguji kesenjangan anggaran. Truth Inducing Pay scheme adalah suatu skema pembayaran yang sudah tertera didalam tabel dalam menghitung kompensasi bawahan. Tabel 1 menunjukkan kompensasi dengan metoda Truth Inducing, sebagai berikut: Tabel 1. Kompensasi Metoda Truth Inducing ANGGARAN PRODUKSI (B) 3 4 5 6 7 8
3 11500 9500 9000 8500 8000 7500
AKTUAL 4 9500 12000 9500 9000 8500 8000
PRODUKSI (A) 5 6 9000 8500 9500 9000 12500 9500 9500 13000 9000 9500 8500 9000
7 8000 8500 9000 9500 13500 9500
8 7500 8000 8500 9000 9500 14000
Kompensasi bawahan dihitung dari banyaknya gaji dan banyaknya bonus yang diterima sesuai dengan target anggaran yang diusulkan. Bawahan akan menerima kompensasi maksimal apabila hasil produksi sesungguhnya sama dengan rencana produksi yang dianggarkan atau diusulkan. Apabila hasil sesungguhnya tidak sama yang berarti lebih besar atau lebih kecil dari usulan, maka bawahan akan dikenai denda atau penalty. P = Rp10.000 + (Rp500 x A), jika A = B P = Rp10.000 - {Rp500 x (A-B)}, jika A > B P = Rp10.000 - {Rp500 x (B - A)}, jika A < B Keterangan: P B A Rp10.000 Rp500
= Total kompensasi yang diterima masing-masing bawahan; = Anggaran atau target produksi yang diajukan oleh bawahan; = Jumlah produksi sesungguhnya yang dihasilkan oleh bawahan; = Gaji tetap yang diterima oleh bawahan; = Bonus tiap unit.
-7-
C. Metoda Penelitian 1. Subyek Penelitian Kriteria partisipan adalah telah menempuh mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen dan Penganggaran, dengan alasan dua mata kuliah tersebut berkaitan dengan proses pengambilan keputusan anggaran Sejumlah 70 mahasiswa bersedia untuk menjadi subyek penelitian ini yang terdiri atas 20 (50) mahasiswa laki-laki (perempuan). Umur partisipan berkisar antara 20 tahun hingga 25 tahun. Partisipan terbagi menjadi 3 kondisi asimetri informasi, yaitu Asimetri Informasi (AI) Rendah, Sedang, dan Tinggi. Masingmasing terdiri atas 23, 23, dan 24 mahasiswa. Partisipan juga dibedakan berdasar 2 metoda kompensasi, yaitu Kompensasi Slack Inducing (KSI), dan Kompensasi Truth Inducing (KTI ). Adapun tabel profil subyek sebagai berikut: Tabel 2. Profil Subyek
UMUR
Jenis kelamin Kompensasi
20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun Total Laki-laki Perempuan Total Slack Inducing Truth Inducing Total
AI Rendah AI Sedang AI Tinggi Total 4 4 2 10 12 12 9 33 4 2 7 13 2 2 3 7 1 3 3 7 23 23 24 70 6 5 9 20 17 18 15 50 23 23 24 70 11
11
12
34
12
12
12
36
23
23
24
70
2. Prosedur Eksperimen Partisipan berperan sebagai bawahan, dan peneliti sebagai atasan. Untuk mengetahui perilaku bawahan, eksperimen ini dibagi menjadi tujuh tahap. Tahapan eksperimen dan tugas produksi mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nugrahani dan Sugiri (2004).
-8-
Tahap pertama, peneliti memberi pengarahan tugas kepada partisipan selama 5 menit. Pada pengarahan ini, partisipan diberi informasi bahwa dalam eksperimen ini partisipan berperan sebagai bawahan, sedangkan peneliti berperan sebagai atasan. Partisipan diinformasikan mengenai jalannya eksperimen ini untuk melakukan tugas produksi. Tugas produksi berupa membuat mainan pesawat terbang dari kertas lipat. Selain itu partisipan juga diinformasikan atas besarnya kompensasi yang akan diterima sesuai dengan metoda kompensasi yang ditentukan. Pada tahap kedua, partisipan dibagi menjadi 3 kondisi asimetri informasi dan 2 metoda kompensasi. Adapun kondisi asimetri informasi tersebut yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Sedangkan metoda kompensasi yaitu slack inducing, dan truth inducing. Pada tahap ketiga, partisipan diminta untuk melakukan latihan tugas produksi atas bimbingan peneliti selama 2 menit. Latihan ini berguna untuk melakukan tugas produksi secara benar sehingga bentuk mainan pesawat terbang adalah seragam. Tahap keempat, partisipan diminta untuk melakukan tugas produksi 1 selama 2 menit. Hasil rata-rata dari tugas produksi 1 digunakan untuk menetapkan standar jumlah produksi yang diinginkan oleh atasan (peneliti). Pada tahap kelima, partisipan diminta untuk melakukan tugas produksi 2 selama 2 menit. Tujuan tugas pada tahap ini dan hasil tahap keempat digunakan untuk mengukur expected performance atau potensi produksi bawahan. Sesuai dengan studi Steven (2002), karena expected performance merupakan kemampuan yang sesungguhnya dari bawahan tetapi tidak dapat diobservasi, maka expected performance diproksi dengan ratarata produksi 1 dan 2. Pada tahap keenam, partisipan diminta untuk melakukan tugas produksi 3 selama 2 menit. Hasil tugas produksi 3 ini digunakan untuk mengukur hasil produksi sesungguhnya sehingga atasan dapat mengukur kesenjangan anggaran dengan menggunakan rumus yang digunakan oleh Steven (2002); Nugrahani dan Sugiri (2004) yaitu dengan menghitung hasil produksi sesungguhnya dikurangi dengan anggaran atau usulan produksi, kemudian dibagi dengan expected performance sehingga diperoleh nilai kesenjangan anggaran.
-9-
Tahap ketujuh, partisipan diminta mengisi kuisoner berisi manipulation cheks untuk mengetahui apakah partisipan benar-benar paham dalam melakukan tugas eksperimen. 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Asimetri Informasi (AI) yaitu informasi privat dari bawahan atas anggaran produksi yang diusulkan. Bawahan dibagi menjadi 3 kondisi asimetri informasi, yaitu: a) AI Rendah, berarti bawahan menginformasikan anggaran produksi dan hasil produksi sesungguhnya mulai tugas produksi 1-3, b) AI Sedang,
berarti bawahan hanya
menginformasikan rencana produksi dan hasil produksi 1, tetapi tidak menginformasikan hasil produki 2, dan 3, dan c) AI Tinggi, berarti bawahan tidak menginformasikan semua rencana produksi dan hasil produksinya, mulai tugas produksi 1-3. Pengukuran variabel pada asimetri informasi yatu kondisi asimetri informasi rendah = 1, sedang = 2, dan tinggi = 3. Kompensasi berarti pemberian reward dari atasan pada bawahan atas hasil produksi. Besarnya kompensasi yang diterima bawahan disesuaikan dengan metoda kompensasi yang ditentukan oleh atasan. Kompensasi yang diberikan pada bawahan dibedakan menjadi 2 metoda yaitu Truth Inducing (TI) dan Slack Inducing (SI). Pengukuran variabel Kompensasi Slack Inducing (KSI) = 1, dan Kompensasi Truth Inducing (KTI) = 2. Kesenjangan Anggaran (KA) adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi terbaiknya (Anthony dan Govindaradjan, 2001). Sesuai dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Steven (2002) dan Nugrahani dan Sugiri (2004), maka penelitian ini mengukur variabel kesenjangan anggaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kesenjangan Anggaran
=
Hasil Produksi 3 - Target Produksi Expected Performance
Sedangkan yang dimaksud dengan expected performance adalah rata-rata hasil produksi 1 dan 2. Adapun rumus perhitungan expected performance sebagai berikut: Expected Performance =
Hasil Produksi 1 + Hasil Produksi 2 2
- 10 -
D. Analisa Data 1. Pengujian Hipotesis 1 Pembagian kelompok partisipan berdasar Asimetri Informasi (AI) yaitu AI rendah, sedang, dan Tinggi. Tabel 3 menunjukkan Statistik Deskriptif berdasar Kesenjangan Anggaran berdasar Asimetri Informasi. Jumlah subyek dalam kelompok AI rendah, sedang, dan tinggi yaitu 23, 23, dan 24 mahasiswa. Nilai rata-rata (deviasi standar) kelompok AI rendah, sedang, dan tinggi adalah -0,0754 (0,1696); 0,0906 (0,1317); dan 0,0967 (0,2395). Adapun tabel statistik deskriptif kesenjangan anggaran berdasar asimetri informasi sebagai berikut: Tabel 3. Statitistik Deskriptif Kesenjangan Anggaran berdasar Asimetri Informasi Kelompok AI Rendah AI Sedang AI Tinggi Total
Jumlah Rata-rata KA Deviasi Standar 23 -0,0754 0,1696 23 0,0906 0,1317 24 0,0967 0,2395 70
Berdasar Tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa dalam kondisi asimetri informasi tinggi, bawahan melakukan kesenjangan anggaran yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi asimetri informasi rendah, dan sedang. Berdasar pengujian levene statistic (Tabel 4) menunjukkan 3,617 dengan p value 0,032. Karena p value < 0,01 berarti terdapat homogenitas varians antar kelompok. Dengan demikian uji asumsi homogenitas dapat diterima, sehingga uji ANOVA dapat digunakan dengan taraf signifikansi 0,01. Adapun tabel pengujian levene statistic sebagai berikut:
Tabel 4.Uji Levene Statistic Levene Statistic 3,617
df1 2
df2 67
Sig. 0,0321
Berdasar pengujian ANOVA (lihat Tabel 5) menunjukkan nilai F sebesar 6,350 dan signifikansi 0,003. Karena nilai p value 0,003 < 0,01 maka secara statistik mendukung hipotesis penelitian bahwa dalam kondisi AI Tinggi, bawahan cenderung melakukan kesenjangan anggaran (KS) lebih besar dibandingkan dengan kondisi AI
- 11 -
rendah dan sedang. Hasil studi ini secara statistik mendukung hipotesis penelitian dan konsisten dengan studi sebelumnya (Steven, 2002); Nugrahani dan Sugiri (2004) yang menyatakan jika bawahan dalam kondisi AI tinggi, cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih tinggi dari kondisi asimetri informasi rendah dan sedang. Adapun tabel pengujian ANOVA sebagai berikut: Tabel 5. Uji ANOVA Kesenjangan Anggaran berdasar Asimetri Informasi Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 0,442 2,334 2,776
Df 2 67 69
Mean Squares 0,221 0,0348
F 6,350
Sig. 0,003
2. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis 2 yaitu bawahan cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih rendah ketika dimotivasi dengan kompensasi metoda truth inducing dibandingkan dengan kompensasi metoda slack inducing dalam kondisi asimetri informasi tinggi. Tabel 6 menunjukkan statitistik deskriptif kesenjangan anggaran berdasar Asimetri Informasi (AI) dan Kompensasi (K). Adapun kompensasi terdiri Kompensai Slack Inducing (KSI) dan Kompensasi Truth Inducing (KTI). Pembagian kelompok yaitu: 1) AI Rendah dengan KSI; 2) AI Rendah dengan KTI; 3) AI Sedang dengan KSI; 4) AI Sedang dengan KTI; 5) AI Tinggi dengan KSI; dan 6) kelompok AI Tinggi dengan KTI. Nilai rata-rata (deviasi standar) masing-masing kelompok yaitu: -0,0338 (0,1667); -0,1134 (0,1701); 0,0822 (0,1460); 0,0985 (0,1231); 0,2745 (0,1899); dan -0,0810 (0,1223). Adapun tabel statisik deskriptif kesenjangan anggaran berdasar asimetri informasi dan kompensasi sebagai berikut: Tabel 6. Kesenjangan Anggaran berdasar Asimetri Informasi dan Kompensasi Kelompok AI Rendah- KSI AI Rendah- KTI AI Sedang- KSI AI Sedang- KTI AI Tinggi- KSI AI Tinggi- KTI
Jumlah Rata-rata KA Deviasi Standar 11 -0,0338 0,1667 12 -0,1134 0,1701 11 0,0822 0,1460 12 0,0985 0,1231 12 0,2745 0,1899 12 -0,0810 0,1223
- 12 -
Dari tabel 6 diatas menunjukkan nilai tertinggi rata-rata (deviasi standar) kesenjangan anggaran yaitu 0,2745 (0,1899) terdapat dalam kelompok AI tinggi dengan kompensasi slack inducing. Kelompok AI tinggi dengan kompensasi truth inducing menunjukkan nilai rata-rata (deviasi standar) kesenjangan anggaran sebesar -0,0810 (0,1223). Hal ini berarti jika bawahan dalam kondisi AI tinggi dan atasan memotivasi dengan kompensasi truth inducing, maka bawahan cenderung mengurangi kesenjangan anggaran. Berdasar pengujian levene statistic (Tabel 7) menunjukkan 0,532 dengan p value 0,751. Hal ini berarti terdapat homogenitas varians antar kelompok. Dengan demikian uji asumsi homogenitas dapat diterima, sehingga uji ANOVA dapat digunakan.
Tabel 7. Uji Levene Statistic Levene Statistic
df1
df2
Sig.
0,532
5
64
0,751
Tabel 8 menunjukkan nilai F
ANOVA sebesar 10,3210 dengan signifikansi
0,000. Karena p value < 0,001 berarti secara statistik mendukung hipotesis penelitian bahwa terdapat perbedaan nilai kesenjangan anggaran pada tiap kelompok. Hasil studi ini juga konsisten dengan studi sebelumnya (Steven, 2002); Nugrahani, dan Sugiri (2004) jika bawahan dalam kondisi AI tinggi, cenderung melakukan kesenjangan anggaran yang lebih tinggi dari kondisi asimetri informasi rendah dan sedang.
Tabel 8. Uji ANOVA Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 1,238 1,538 2,776
Df 5 64 69
Mean Squares 0,248 -0,0240
F 10,310
Sig. 0,000
Untuk menguji perbedaan kesenjangan anggaran antar kelompok dilakukan pengujian post hoc berdasar Tukey. Adapun tabel pengujian post hoc sebagai berikut:
- 13 -
Tabel 9. Pengujian Tukey Multiple Comparisons Dependent Variable: KES_ANGG Tukey HSD
(I) ASIMETRI asim_rendah slack induc
asim_rendah truth induc
asim_sedang slack induc
asim sedang truth induc
asim_tinggi slack induc
asim_tonggi truth induc
(J) ASIMETRI asim_rendah truth induc asim_sedang slack induc asim sedang truth induc asim_tinggi slack induc asim_tonggi truth induc asim_rendah slack induc asim_sedang slack induc asim sedang truth induc asim_tinggi slack induc asim_tonggi truth induc asim_rendah slack induc asim_rendah truth induc asim sedang truth induc asim_tinggi slack induc asim_tonggi truth induc asim_rendah slack induc asim_rendah truth induc asim_sedang slack induc asim_tinggi slack induc asim_tonggi truth induc asim_rendah slack induc asim_rendah truth induc asim_sedang slack induc asim sedang truth induc asim_tonggi truth induc asim_rendah slack induc asim_rendah truth induc asim_sedang slack induc asim sedang truth induc asim_tinggi slack induc
Mean Difference (I-J) 7.959E-02 -.1160 -.1323 -.3084* 4.711E-02 -7.9588E-02 -.1956* -.2119* -.3880* -3.2474E-02 .1160 .1956* -1.6299E-02 -.1924* .1631 .1323 .2119* 1.630E-02 -.1761 .1794 .3084* .3880* .1924* .1761 .3555* -4.7114E-02 3.247E-02 -.1631 -.1794 -.3555*
Std. Error 6.470E-02 6.609E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.328E-02 6.328E-02 6.609E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.328E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.328E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.470E-02 6.328E-02 6.328E-02
Sig. .821 .501 .329 .000 .978 .821 .040 .016 .000 .995 .501 .040 1.000 .046 .133 .329 .016 1.000 .073 .065 .000 .000 .046 .073 .000 .978 .995 .133 .065 .000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.1105 .2697 -.3102 7.814E-02 -.3224 5.776E-02 -.4985 -.1183 -.1430 .2372 -.2697 .1105 -.3857 -5.5312E-03 -.3978 -2.6009E-02 -.5739 -.2021 -.2184 .1534 -7.8145E-02 .3102 5.531E-03 .3857 -.2064 .1738 -.3824 -2.2714E-03 -2.6942E-02 .3532 -5.7757E-02 .3224 2.601E-02 .3978 -.1738 .2064 -.3620 9.850E-03 -6.4649E-03 .3653 .1183 .4985 .2021 .5739 2.271E-03 .3824 -9.8499E-03 .3620 .1696 .5414 -.2372 .1430 -.1534 .2184 -.3532 2.694E-02 -.3653 6.465E-03 -.5414 -.1696
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Berdasar tabel 9 diatas menunjukkan nilai rata - rata kesenjangan anggaran berbeda antar kelompok. Kesenjangan Anggaran pada kelompok AI rendah dengan KSI berbeda dengan kesenjangan anggaran pada kelompok AI tinggi dengan SI. Adapun nilai rata-rata menunjukkan -0,3804 dengan p value 0,000. Kesenjangan Anggaran pada kelompok AI sedang dengan KSI berbeda dengan kesenjangan anggaran pada kelompok AI rendah dengan KSI. Adapun nilai rata-rata menunjukkan 0,1956 dengan p value 0,040. Kesenjangan Anggaran pada kelompok AI tinggi dengan KSI berbeda dengan kesenjangan anggaran pada kelompok AI rendah KSI, AI rendah dengan KTI, dan AI sedang KSI. Adapun nilai rata-rata (p value) menunjukkan 0,3084 (0,000) ; 0,3880 (0,000); dan 0,1924 (0,046).
- 14 -
Kesenjangan Anggaran pada kelompok AI rendah dengan KTI berbeda dengan kesenjangan anggaran pada kelompok AI sedang KSI, AI sedang KTI, dan AI tinggi dengan KSI. Adapun nilai mean differemce (p value) menunjukkan -0,1956 (0,040); 2119 (0,016); dan -0,3880 (0,000). Kesenjangan Anggaran pada kelompok AI sedang KTI
berbeda dengan
kesenjangan anggaran pada kelompok AI rendah KTI. Nilai mean differemce (p value) menunjukkan 2119 (0,016). Kesenjangan Anggaran pada kelompok AI tinggi KTI
berbeda dengan
kesenjangan anggaran pada kelompok AI tinggi KSI. Nilai mean differemce (p value) menunjukkan -0,3555 (0,000). Dari hasil mean plot menunjukkan bawahan yang dimotivasi dengan kompensasi metoda TI cenderung lebih rendah dalam melakukan kesenjangan anggaran, baik dalam kondisi AI rendah, sedang, maupun tinggi hal ini sesuai dengan pengajuan Hipotesis 2 yaitu kompensasi dengan metoda truth inducing mampu mengurangi besarnya kesenjangan anggaran dibandingkan dengan kompensasi metoda slack inducing. Adapun grafik perbedaan kesenjangan anggaran dalam kondisi asimetri informasi sbb: .3
.2
Mean of KES_ANGG
.1
0.0
-.1
-.2
asim_rendah slack in
asim_sedang slack in
asim_rendah truth in
asim_tinggi slack in
asim sedang truth in
asim_tonggi truth in
ASIMETRI
5. Simpulan dan Keterbatasan.
Asimetri Informasi berpengaruh pada kesenjangan anggaran. Semakin tinggi asimetri informasi semakian besar kemungkinan besarnya kesenjangan anggaran. Selain
- 15 -
itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh metoda kompensasi dan asimetri informasi pada kesenjangan anggaran. Perbedaan pemberian metoda kompensasi akan mempengaruhi besarnya kesenjangan anggaran. Kompensasi dengan metoda TI mampu mengurangi besarnya SI. Dalam kondisi AI tinggi, kesenjangan anggaran lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan kondisi AI rendah. Karena penelitian ini menggunakan sampel berupa mahasiswa
dan bukan
bawahan sesungguhnya sehingga dimungkinan subyek kurang memahami dalam membuat anggaran produksi. Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini tidak dapat digeneralisasi. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan sampel berupa bawahan yang benar-benar reperesentatif.
DAFTAR PUSTAKA Anthony, R. J., dan Govindaradjan, 2001. Management Control Systems. Tenth edition, NY: Irwin New York. Baiman, S., dan J. H. Evans. Pre-decision Information and participative Management Control Systems, Journal of Accounting Research, Vol. 21, 1983, pp. 371-395. Chow, C.W., J.C. Cooper, dan W.S. Waller, 1988. Participative budgeting: effects of a truth-inducing pay scheme and information asymmetry on slack and performance. The Accounting Review 63: 111-122. _________, _______, ________, dan K. Haddad, 1991. The Effect of Pay Scheme And The Rachet On Budgetary Slack and Performance: A Multiperiod Experiment, Accounting, Organization and Society, Vol. 16, pp. 47-60. Fisher, J.G., J.R. Frederickson, dan S.A. Peffer, 2000. Budgeting: an experimental investigation of the effects of negotiation, The Accounting Review 75 (1): 93. Fisher, J.G., L. A. Maines, S.A. Peffer, dan G.B. Sprinkle, 2002. Using budgets for performance evaluation: effects of resource allocation and horizontal information asymmetry on budget proposals, budget slack, and performance. The Accounting Review 77 (4): 847-865. Gibson, J.L., dan Donelly, 2000. Organizations Behavior Structure Processes. Tenth edition. Irwin, McGraw-Hill. Gudono, M., dan H. Sami, 2003. Managers’ adverse selection in resource allocation: a laboratory experiment. Advances in Management Accounting 11: 225-249. - 16 -
Kaplan, R.S., dan A.A., Atkinson, 1998. Advanced Management Accounting. Third edition. Prentice Hall International Inc, pp. 673-681. Komalasari, P.T., J.R. Joesoef dan M. Nashih, 2003. Pengaruh negosiasi dan asimetri informasi terhadap budget outcomes: sebuah eksperimen. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober, pp. 994-1007. Kren, R.L., dan Liao, W.M., 1988. The role of accounting information in the control of organizations: a review of the evidence. Journal of Accounting Literature, pp. 280309. Luthans, F., 1995. Organizational Behavior. Seventh edition. Mc.Graw-Hill International Editions. Penno, M., 1984. Asymmetry of predecision information and managerial accounting. Journal of Accounting Research, Spring: 177-191. Nugrahani, T.S., dan Sugiri, S., 2004. Pengaruh Reputasi, Etika, dan Self Esteem Subordinat terhadap Budgetary Slack di Bawah Asimetri Informasi. Journal of Indonesian Economy & Business. Vol, 19, No.4, Oktober: 375- 388. Schiff, M., dan A.Y. Lewin, 1970. The impact of people on budgets. The Accounting Review, April: 259-268. Scott, William R, 2000. Financial Accounting Theory. Prentice-Hall Inc. A Simon and Schuster, Upper sade River. New Jersey, USA. Steven, D.E., 2002. The effects of reputation and ethics on budgetary slack. Journal of Management Accounting Research 14: 153-171. ______, 2000. Determinants of budgetary slack in the laboratory: an investigation of controls for self-interested behavior. Woorking Paper. Syracuse University. Waller, W.S., 1988. Slack in participative budgeting: the joint effect of a truth inducing pay scheme and risk preferences. Accounting, Organizations and Society 13: 87-98. Young, M.S., 1985. Participative budgeting: the effects of risk aversion and asymmetric information on budgetary slack. Journal of Accounting Research 23 (2): 829-842.
- 17 -