lembaga pendidikan karena mahasiswa merasa terpenuhi keinginannya
sehingga ... mempunyai pengaruh kuat terhadap keputusan konsumen atau
perilaku.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, peranan pendidikan dalam kehidupan sangatlah penting. Pendidikan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia, sehingga manusia berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya sebagai bekal untuk bersaing di dunia kerja. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (www.inherent-dikti.net), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan pentingnya peranan pendidikan, maka dalam Undang-Undang Dasar 1945 diamanatkan setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan,
pengajaran
dan
pemerintah
berusaha
untuk
menyelenggarakan suatau sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius untuk menangani pendidikan yang baik. Dengan perhatian dari
1
2
pemerintah diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perguruan Tinggi sebagai salah satu instrumen pendidikan nasional diharapkan dapat menjadi pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian sebagai suatu masyarakat ilmiah yang dapat meningkatkan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
(www.inherent-dikti.net),
penyelenggara pendidikan nasional dilakukan oleh pemerintah melalui Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), Perguruan Tinggi Agama (PTA), dan swasta melalui Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Demikian juga halnya dengan lembaga pelatihan di Indonesia dengan tujuan meliputi pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu bentuk pelayanan yang diselenggarakannya juga meliputi ketiga aspek tersebut
diatas.
Pelayanan
pengajaran
meliputi
setiap
kegiatan
yang
diselenggarakan di luar maupun di dalam kelas, pelayanan penelitian meliputi semua kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh instruktur maupun mahasiswa, yang diselenggarakan mandiri maupun diwadahi oleh suatu lembaga, sedangkan pelayanan pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan lembaga kepada masyarakat pada umumnya berkaitan dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui bentuk kerjasama maupun tidak. Menghimpun umpan balik berkaitan dengan berbagai
3
aspek pendidikan dari para mahasiswa merupakan bagian yang penting dari penilaian hasil pendidikan. Lembaga pelatihan tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya industri jasa, dan setiap saat berubah seiring dengan proses globalisasi, oleh karenanya perlu dipasarkan dan berorientasi kepada mahasiswa sebagai salah satu pelanggan lembaga, dan itu konsisten dengan kepentingan pemasaran dunia industri sektor pendidikan. Pemasaran merupakan salah satu media bagi lembaga pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka setiap lembaga pelatihan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang diinginkan konsumen dengan memberikan pelayanan yang menyenangkan, fasilitas-fasilitas dan harga yang menunjang dan prosedur yang ditetapkan, yang mana hal tersebut akan membentuk rasa kepuasan konsumen. Menurut Kartajaya (2006, 234), promosi yang paling efektif justru melalui word of mouth atau gethok tular. Pelanggan yang terpuaskan akan menjadi juru bicara suatu produk secara lebih efektif dan menyakinkan ketimbang iklan jenis apapun. Kepuasan semacam ini mustahil terjadi tanpa servis yang prima. Subroto dan Nasution (2001), menyatakan dari hasil penelitian tentang pengukuran tingkat kepuasan pelanggan bahwa tingkat kepuasan pelanggan dipengaruhi secara positif oleh dimensi layanan (dimensi empati, kecepatantanggapan dan jaminan). Lee et al. (2000), menyatakan bahwa determinandeterminan service quality yang diterima konsumen ternyata mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini dilakukan melalui tiga
4
tahap yaitu : pertama, membandingkan antara model kesenjangan dengan performance model. Kedua, menginvestasi sebab akibat antara service quality dan customer satisfaction. Ketiga, menjelaskan pengaruh beberapa dimensi service quality terhadap customer satisfaction pada jenis industri yang berbeda. Hasilnya menyatakan bahwa variance di dalam service quality berbeda dengan expectation dan performance. Hasil penelitian ini juga mendukung hipotesis tentang performance yang diukur berdasarkan service quality akan bervariasi dengan pengukuran yang berbeda. Kotler (2008 : 177), menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dan persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja barada dibawah harapan, pelanggan tidak puas (dissatisfied). Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas (satisfaction). Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas/senang, sehingga kepuasan pelanggan memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need and want) dengan apa yang diberikan (given). Terciptanya kualitas pelayanan pelanggan akan memberi manfaat kepada lembaga pendidikan karena mahasiswa merasa terpenuhi keinginannya sehingga terciptanya loyalitas terhadap jasa pelayanan yang diterima. Selain itu mereka akan lebih loyal terhadap harga, serta akan menyebarkan berita baik dan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) kepada teman disekitarnya untuk menggunakan jasa tersebut dan menguntungkan bagi lembaga pendidikan.
5
Kepuasan konsumen, dengan „level of satisfaction‟ yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pada perilaku WOM (word of mouth). Opinion Research Corporation International of Princeton, New Jersey, menemukan bahwa pelanggan yang puas akan memberitahu pengalamanpengalaman mereka kepada orang lain sebanyak 6 orang (1996), 11 orang (1999), dan 12 orang (2000), (Hasan, 2010: 27). Proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk, sering kali melibatkan unsur kepercayaan dan kejujuran yang biasanya datang dari orang-orang dekat seperti teman atau saudara. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak (Kotler, 2008). Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yakni : sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan), sumber komersial (iklan dan wiraniaga), sumber publik (media masa) dan sumber pengalaman (pemakaian produk). WOM adalah pengaruh personal, yang berkaitan erat dengan produk yang mahal dan penuh risiko. Harapan kemungkinan risiko yang akan diterima berkurang dengan bertanya atau meminta rekomendasi dari teman (Hesket et al., 1997). Lovelock (2001), juga menekankan bahwa WOM sebagai pendapat dan rekomendasi yang dibuat oleh konsumen tentang pengalaman servis, yang mempunyai pengaruh kuat terhadap keputusan konsumen atau perilaku pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa orang lain percaya terhadap informasi dari teman dibandingkan iklan ataupun tenaga penjual. Menurut Arasli et al. (2005) terkait dengan kualitas layanan menunjukkan adanya temuan positif dimensi pembentuk kualitas layanan (yang terdiri dari
6
Reliability, Assurance, Tangible, Emphaty, dan Responisiveness) terhadap tingkat kepuasan konsumen yang dapat mempengaruhi berkembangnya word-of-mouth positif tentang perusahaan. Word-of-mouth positif yang berkembang dimasyarakat seringkali
dihubungkan
dengan
tingkat
kepuasan
konsumen
setelah
mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Setyawati (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien, kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap words of mouth, dan kepuasan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap words of mouth. Praswati (2009), menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Komitmen berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Kekuatan hubungan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. Komunikasi WOM berpengaruh positif terhadap minat guna jasa ulang. Rosiana (2011), menyatakan e-servqual berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pelanggan, e-servqual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap WOM, dan nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap WOM anggota situs jejaring sosial Fecebook. Menurut
Harrison-Walker
(2001),
menyatakan
kualitas
layanan
berhubungan negatif terhadap aktifitas WOM dan kualitas layanan berhubungan positif terhadap WOM positif. Hasil penelitian dari Djati dan Darmawan (2004),
7
menyatakan bahwa kualitas layanan terbukti secara signifikan dan berpengaruh kuat terhadap minat mereferensikan atau WOM dengan melalui kepuasan terlebih dahulu. Lima dimensi kualitas layanan terbukti secara signifikan terpengaruh terhadap komunikasi WOM, hanya dimensi bukti fisik yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap komunikasi WOM (Alexandris et al., 2002). Kepuasan konsumen sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa. Konsumen akan merasa puas apabila keinginan dan harapan yang diterima terpenuhi. Meskipun perusahaan telah berusaha untuk memberikan kepuasan secara optimal kepada konsumennya. Akan tetapi tingkat kepuasan masing-masing konsumen berbeda, sehingga untuk mengetahui seberapa jauh produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat diterima oleh konsumen itu sulit untuk mengetahuinya. Memahami kebutuhan dan keinginan seseorang dalam hal ini konsumen berpengaruh penting pada kepuasan. Konsumen puas merupakan tujuan dari perusahaan, apabila konsumen puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya dan image baik yang dapat menunjang citra baik perusahaan. Kurtz dan Clow (1998) dalam Widjaja (2009 : 58) mengemukakan bahwa pelanggan yang puas bisa menjadi loyal dengan cara melakukan pembelian ulang (repeat purchase), setia pada perusahaan (firm switching) dan atau melakukan rekomendasi negatif (negative word of mouth). Lymperopoulus dan Chaniotakis (2008) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat mendorong pelanggan melakukan WOM positif. Pendapat berikutnya dikemukakan oleh Davidow (2003) serta Ekiz dan Arasli
8
(2007) bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan maka semakin tinggi keinginan pelanggan melakukan pembelian ulang dan WOM. Hal tersebut disadari pula oleh Lembaga Pelatihan Pariwisata Bali (LP2B), sebuah lembaga pelatihan dibidang pariwisata dan kapal pesiar yang terletak di Kabupaten Gianyar. Perhatian pada mutu pelayanan jasa pendidikan yang menekankan pada kepuasan siswa muncul dalam rangka menarik para calon siswa, melayani dan mempertahankan mereka. Peningkatan mutu pendidikan tinggi termasuk di dalamnya mutu pelayanan akademik dan mutu pengajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan lembaga pendidikan dapat diberikan secara optimal. LP2B berdiri sejak tahun 1999 di bawah yayasan Arimbawa Wiyanthi. Saat ini LP2B baru memiliki program Diploma 1 dengan jurusan Tata Hidangan, Tata Boga, Tata Graha, Kantor Depan, dan Spa Therapist. Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan LP2B melibatkan 17 orang tenaga pengajar dan 7 orang staf pegawai. Untuk tetap mempertahankan serta meningkatkan kualitas SDM yang dihasilkan, LP2B secara terus menerus meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas pelayanan serta menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan untuk bekerja di Hotel, Restaurant dan Kapal Pesiar. LP2B selama ini bekerja sama dengan PT Catina (The Official Hiring Partner for Royal Carribean International in Indonesia), PT Indomarino Maju, PT Demarin, PT Arimbawa Wiyanthi dan PT Ficotama Bina Trampil (selaku PPTKIS) yang berfungsi menyalurkan kandidat ke luar negeri dan kapal pesiar sehingga LP2B bertanggung jawab penuh untuk penempatan job training dan
9
memprioritaskan lulusan terbaiknya untuk bekerja di kapal pesiar dan menyalurkan langsung ke luar negeri seperti MSC Cruise, Royal Caribbean, Carnival Cruises Lines, Azamara Cruises, Princess Cruises dan Costa Cruises. Semakin banyaknya minat masyarakat Gianyar dan sekitarnya untuk bekerja dibidang pariwisata dan kapal pesiar sehingga semakin banyak juga berdiri sekolah pariwisata di Kabupaten Gianyar seperti Elisabeth Internasional dan FKIC sekolah kapal pesiar dan perhotelan. Seiring mulai berdirinya lembaga pendidikan baru yang lokasinya hampir berdekatan, sebaiknya dalam master plan pengembangan LP2B ke depan dilakukan tindakan-tindakan secara komprehensif dari berbagai aspek secara terstruktur dan terencana seperti meningkatkan kualitas dosen, menjaga kebersihan kelas, meperhatikan kelengkapan peralatan belajar mengajar dan paktek, dan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan mahasiswa. Perkembangan mahasiswa LP2B dari tahun akademik 2006/20072010/2011 tersaji sebagaimana tabel berikut :
10
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Mahasiswa LP2B Tahun Akademik 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 Tahun Akademik
Program Studi
2006/2007
Tata Hidangan
2007/2008
2008/2009
2009/2010
2010/2011
Jumlah Mahasiswa LakiPerempu laki an 22 3
Jumlah
Persentase
25
64.10
Tata Boga
1
-
1
2.56
Tata Graha
11
-
11
28.21
Kantor Depan
1
1
2
5.13
Jumlah
35
4
39
Tata Hidangan
33
9
42
50.60
Tata Boga
6
2
8
9.64
Tata Graha
30
-
30
36.14
Kantor Depan
2
1
3
Jumlah
71
12
83
Tata Hidangan
45
9
54
52.43
Tata Boga
13
3
16
15.53
Tata Graha
30
1
31
30.10
Kantor Depan
-
-
-
0.00
Spa Therapist
-
2
2
1.94
Jumlah
88
15
103
100
Tata Hidangan
33
14
47
39.17
Tata Boga
31
1
32
26.67
Tata Graha
38
1
39
32.50
Kantor Depan
-
1
1
0.83
Spa Therapist
-
1
1
Jumlah
102
18
120
Tata Hidangan
27
15
42
43.75
Tata Boga
23
3
26
27.08
Tata Graha
23
-
23
23.96
Kantor Depan
-
1
1
1.04
Spa Therapist
-
4
4
Jumlah
73
23
96
100
3.61 100
0.83 100
4.17 100
Sumber: LP2B, 2011 Tabel 1.1 menunjukan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun akademik 2006/2007 sampai dengan 2009/2010 dan terjadi penurunan jumlah
11
mahasiswa pada tahun akademik 2009/2010 sampai dengan 2010/2011 dari 120 orang menjadi 96 orang. Pada program studi kantor depan dan spa therapist mempunyai minat mahasiswa yang masih rendah dibandingkan dengan program studi tata hidangan, tata boga dan tata graha. Penurunan jumlah mahasiswa LP2B dipengaruhi oleh banyak faktor seperti persaingan, promosi yang kurang dan kepuasan mahasiswa yang kurang. Perspektif kepuasan mahasiswa dapat dilihat dari kualitas layanan pendidikan seperti bukti fisik (tangibles), empati (empathy), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), dan jaminan (assurance). Dimana kelima hal tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang dirasa dapat memicu kepuasan sehingga menimbulkan word of mouth positif mahasiswa untuk menyarankan dan merekomendasikan ke orang lain maupun keluarganya agar kuliah di LP2B. Selama ini masih ada beberapa keluhan mahasiswa terhadap LP2B yang perlu dibenahi agar dapat memberikan pelayanan untuk memenuhi kepuasan mahasiswa. Perkembangan jumlah keluhan tersebut tersaji pada Gambar 1.1 berikut ini: 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
tidak ada kantin pergantian instruktur yang mendadak pembagian seragam yang terlambat tidak ada wi-fi
2008/2009 2009/2010 2010/2011
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Keluhan Mahasiswa LP2B Tahun Akademik 2008/2009 Sampai Dengan 2010/2011 Sumber LP2B, 2011
12
Gambar
1.1
menunjukkan
terdapat
peningkatan
jumlah
keluhan
mahasiswa dari tahun 2008/2009 sampai dengan 2010/2011. LP2B sebaiknya mencari solusi yang tepat untuk mengatasi keluhan mahasiswa tersebut agar tidak terjadi penurunan jumlah mahasiswa pada tahun-tahun berikutnya karena salah satu cara untuk menarik minat mahasiswa untuk masuk sebuah lembaga pendidikan adalah memberikan pelayanan yang dapat memuaskan mahasiswa. Pelayanan yang bertujuan memperoleh kepuasan mahasiswa bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, sehingga terdapat masalah-masalah dalam pengelolaan pelayanan dan ketidakberhasilan memuaskan sebagian besar mahasiswa. Kepuasan mahasiswa (student satisfaction) sangat penting dalam sektor pendidikan tinggi berkaitan dengan peranannya sebagai industri jasa. Oleh karena itu mengevaluasi persepsi mahasiswa terhadap kepuasan mereka yang mereka alami dan harapkan harus terus dilakukan oleh universitas, sekolah tinggi, institut sebagai lembaga pendidikan tinggi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penelitian ini akan memfokuskan pada mahasiswa dengan mengambil judul: PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN WORD OF MOUTH MAHASISWA LEMBAGA PELATIHAN PARIWISATA BALI. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
13
1. Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa LP2B? 2. Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap word of mouth mahasiswa LP2B? 3. Apakah kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap word of mouth mahasiswa LP2B? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa LP2B. 2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap word of mouth mahasiswa LP2B. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap word of mouth mahasiswa LP2B. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi materi dalam mengembangkan ilmu dalam rangka menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan word of mouth mahasiswa.
14
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen LP2B dalam mengambil kebijakan di bidang kualitas layanan dalam rangka meningkatkan kepuasan dan word of mouth mahasiswa.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Layanan (Service Quality) 2.1.1 Pengertian Kualitas Layanan Jasa Jasa bersifat intangible dan lebih merupakan proses yang dialami pelanggan secara subjektif, dimana aktivitas produksi dan konsumsi berlangsung pada saat bersamaan. Kualitas jasa jauh lebih sulit didefinisikan, dijabarkan, dan diukur bila dibandingkan dengan kualitas produk/barang. Perbedaan antara pengertian kualitas barang dan kualitas jasa dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Antara Kualitas Produk dan Jasa No 1 2
3
4 5
6
Kualitas Produk
Kualitas Jasa
Dapat secara objektif diukur dan ditentukan oleh pemanufaktur. Kriteria pengukuran lebih mudah disusun dan dikendalikan.
Diukur secara subjektif dan acapkali ditentukan oleh konsumen. Kriteria pengukuran lebih sulit disusun dan seringkali sukar dikendalikan. Kualitas sulit distandarisasikan dan membutuhkan investasi besar pada pelatihan sumber daya manusia. Lebih sulit mengkomunikasikan kulitas. Pemulihan atas jasa yang jelek sulit dilakukan karena tidak bisa mengganti “jasa-jasa yang cacat”. Bergantung pada komponen peripherals untuk merealisasikan kualitas. Kualitas dialami (experienced).
Standarisasi kualitas dapat diwujudkan melalui investasi pada otomatisasi dan teknologi. Lebih mudah mengkomunikasikan koalitas. Dimungkinkan untuk melakukan perbaikan pada produk cacat guna menjamin kuaitas. Produk itu sendiri memproyeksikan kualitas.
7
Kualitas dimiliki dan dinikmati (enjoyed). Sumber: Tjiptono (2006: 259)
15
16
Blery dkk (2009), mendefinisikan kualitas jasa sebagai penilaian menyeluruh yaitu keseluruhan evaluasi pelanggan terhadap suatu jasa. Kotler dan Keller (2008 : 136), menyatakan bahwa konsumen menciptakan harapan-harapan jasa dari pengalaman masa lalu, komunikasi word of mouth, dan iklan. Konsumen membandingkan jasa yang dipersepsikan dan yang diharapkan. Setiap penelitian akademis yang dilakukan sebelumnya telah mengidentifikasikannya sebagai faktor kualitas jasa dalam menjaga keunggulan persaingan dan pengaruhnya dalam mempertahankan hubungan dengan konsumen. Menurut Gronroos dalam Tjiptono (2006: 260), pada dasarnya kualitas suatu jasa yang dipersepsikan pelanggan terdiri atas dua dimensi utama. Dimensi pertama, technical quality (outcome dimension) berkaitan dengan kualitas output jasa yang dipersepsikan pelanggan, yang dapat dijabarkan lagi menjadi tiga jenis, yakni search quality (dapat dievaluasi sebelum dibeli, misalnya harga), experice quality (hanya bisa diefaluasi setelah dikonsumsi, contohnya ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapian hasil), serta credence quality (sukar dievaluasi pelanggan sekalipun telah mengkonsumsi jasa, misalnya kualitas operasi bedah jantung). Dimensi kedua, functional quality (proses-releted dimension) berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa atau menyangkut proses transfer kualitas teknis, output atau akhir hasil data dan penyedia jasa kepada pelanggan (contohnya aksesibilitas mesin ATM, restoran atau konsultan bisnis, penampilan dan perilaku pramusaji, teller bank, sopir bis, atau pramugari). Selain itu functional quality juga dipengaruhi kehadiran pelanggan lain yang secara simultan mengkonsumsi jasa yang sama. Mereka bisa menyebabkan antrean panjang atau
17
mengganggu pelanggan tertentu. Akan tetapi, dilain pihak mereka bisa pula mempengaruhi
terciptanya
suasana
interaksi
pembeli-penjual
yang
menyenangkan. 2.1.2 Dimensi Kualitas Layanan Definisi umum tentang kualitas layanan/service quality atau yang seringkali disingkat Servqual dinyatakan oleh Zeithamal (1990) yaitu ”a customer’s judgment of the overall exellence or superiority of a service”. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh. Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi dari mulut ke mulut, kebutuhan peribadi, pengalaman di masa lampau, dan komunikasi secara eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya). Parasuraman et al. (1988), menemukan kualitas layanan terdiri atas: 1. Bukti fisik (Tangibles), penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. 2. Keandalan (Reliability), adalah kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara menyakinkan dan akurat. 3. Daya tanggap (Responsiveness),
yaitu ketersediaan membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 4. Jaminan (Assurance), pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.
18
5. Empati (Empathy), kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan. Pada Tabel 2.2 terdapat daftar atribut-atribut dalam menilai kualitas keseluruhan jasa dikemukakan oleh Zeithaml et all. (Kotler and Keller 2008: 58). Tabel 2.2 Atribut dan Dimensi Model Servqual No 1 2 3 4
Atribut Peralatan yang modern Fasilitas yang secara visual menarik Karyawan yang memiliki penampilan yang rapi Bahan-bahan materi yang enak dipandang yang diasosiasikan dengan layanan 5 Memberikan layanan sesuai janji 6 Ketergantungan dalam menangani masalah layanan pelanggan 7 Melakukan layanan pada saat pertama 8 Menyediakan layanan pada waktu yang dijanjikan 9 Mempertahan rekor yang bebas cacat 10 Mengusahakan pelanggan tetap terinformasi, misalnya kapan layanan itu akan dilakukan 11 Layanan yang tepat pada pelanggan 12 Keinginan untuk membantu pelanggan 13 Kesiapan untuk menanggapi pelanggan 14 Karyawan yang membangkitkan kepercayaan kepada pelanggan 15 Membuat pelanggan aman dalam transaksi mereka 16 Karyawan yang sangat santun 17 Karyawan yang memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan pelanggan 18 Memberikan pelanggan perhatian individual 19 Karyawan yang menghadapi pelanggan peduli mode 20 Sangat memperhatikan pelanggan terbaik 21 Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan mereka 22 Jam bisnis yang nyaman Sumber: Zeithaml et al. (Kotler and Keller 2008: 58)
Dimensi Bukti Fisik Bukti Fisik Bukti Fisik Bukti Fisik Keandalan Keandalan Keandalan Keandalan Keandalan Daya tanggap Daya tanggap Daya tanggap Daya tanggap Jaminan Jaminan Jaminan Jaminan Empati Empati Empati Empati Empati
19
2.2 Kepuasan Pelanggan ( Cutomer Satisfaction) 2.2.1 Definisi kepuasan pelanggan Kata ‟kepuasan atau satisfaction‟ berasal dari Bahasa Latin ”satis” yang berarti cukup baik, memadai dan ”facio” yang berarti melakukan atau membuat. Secara sederhana kepuasan diartikan sebagai ”upaya pemenuhan sesuatu” atau ”membuat sesuatu memadai” (Tjiptono, 2006: 349). Definisi umum tersebut mengacu pada paradigma expectancy-disconfirmation. Berdasarkan paradigma ini, pelanggan membentuk harapan, harapan ini akan menjadi standar untuk menilai kinerja aktual suatu produk atau jasa. Jika apa yang diharapkan pelanggan terpenuhi, maka akan terjadi confirmation. Dengan kata lain, pelanggan puas. Sebaliknya, jika apa yang diharapkan pelanggan tidak terpenuhi, maka akan terjadi disconfirmation. Disconfirmation dibagi menjadi dua, yaitu : disconfirmation positif, dan disconfirmation negatif. Disconfirmation positif terjadi jika suatu produk atau jasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan. Disconfirmation negatif terjadi jika suatu produk atau jasa tidak dapat memenuhi harapan pelanggan. Confirmation dan disconfirmation positif dapat membuat pelanggan puas, sedangkan disconfirmation negatif dapat menyebabkan pelanggan tidak puas (Darsono dan Wellyan, 2007).
Sedangkan menurut Parasuraman et al. (1985) kepuasan pelanggan “is a customer’s perception of a single service experince” yang berarti bahwa kepuasan adalah suatu persepsi pelanggan terhadap pengalaman pelayanan yang dialaminya. Lovelock dan Wirtz (2007:102) mendefinisikan kepuasan sebagai keadaan emosional, reaksi pasca pembelian dapat
berupa kemarahan, ketidakpuasan,
20
kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan. Berdasarkan beberapa definisi mengenai kepuasan dapat dijelaskan bahwa kepuasan pelanggan merupakan suatu perasaan atau penilaian emosional dari pelanggan ketika harapan dan kebutuhan terpenuhi atas penggunaan produk atau jasa suatu perusahaan. Dengan kata lain, jika konsumen merasa apa yang diperoleh lebih rendah dari yang diharapkan maka konsumen tersebut akan tidak puas. Jika yang diperoleh konsumen melebihi apa yang diharapkan maka konsumen akan puas, sedangkan pada keadaan ketika apa yang diterima sama dengan apa yang diharapkan, maka konsumen tersebut akan merasakan puas dan tidak puas (netral). Oliver (1980) dalam Aryani dan Rosinta (2010) merumuskan kepuasan merupakan response menyeluruh yang mempengaruhi perbedaan antara harapan sebelumnya dengan apa yang dirasakan setelah produk layanan tersebut dikomsumsi atau evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja jasa yang dipilih memenuhi harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan hanya dapat terbentuk apabila pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diterima mereka. Kepuasan pelanggan inilah yang menjadi dasar menuju terwujudnya pelanggan yang loyal atau setia. Kepuasan konsumen/pelanggan pada dasarnya mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yangh dirasakan oleh konsumen/pelanggan. Kepuasan pelanggan ini sangat penting diperhatikan oleh perusahaan sebab berkaitan langsung dengan keberhasilan dan penjualan produk perusahaan. 2.2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan Kotler (2008: 177) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan
21
merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan tidak puas (dissatisfild). Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan puas (satisfaction). Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas senang, sehingga kepuasan pelanggan memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need and want) dengan apa yang diberikan (given). Sullivan dan Adcock (2002 : 233) menyatakan kepuasan pelanggan tercipta dari adanya perbandingan (oleh konsumen) nilai atau manfaat yang diterima (persepsi dari apa yang telah diterima) dengan pengorbanan (termasuk biaya) yang talah dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut. Nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan merupakan dua konsep yang berbeda namun saling memiliki keterkaitan (Sweeney dan Soutar, 2001) Terciptanya kualitas pelanggan akan memberi manfaat kepada perusahaan karena pembeli merasa terpenuhi keinginannya dan kebutuhan akan membeli ulang (repeat buying) dan terciptanya loyalitas terhadap jasa pelayanan yang diterima, selain itu mereka akan lebih loyal terhadap harga, serta akan menyebarkan berita baik dan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) kepada teman sekitarnya untuk menggunakan jasa tersebut dan menguntungkan perusahaan. Kepuasan tinggi atau rasa amat senang menimbulkan ikatan emosional dengan merek atau perusahaan penyedia jasa tersebut. Secara konseptual kepuasan pelanggan dapat dilihat pada Gambar 2.1
22
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Produk Harapan Pelanggan Terhadap Produk Nilai Produk Bagi pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono (2006: 147) 2.2.3. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan Telah banyak dilakukan riset untuk menentukan kepuasan pelanggan, walaupun ini bukanlah suatu pekerjaan mudah, namun perusahaan harus melaksanakannya agar pelanggan sesalu merasa puas atas pelayanan yang diberikan. Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan. Kotler (2008: 179), menemukan 4 (empat) metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, terdiri atas: 1. Sistem keluhan dan saran. Perusahaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer oriented) seharusnya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pelanggannya untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar mereka melalui media yang bisa digunakan meliputi saluran telepon khusus bebas pulsa (custamer hotline), situs, web, email, SMS, dan lain-lain. Hal tersebut memungkinkan pelanggan
23
memberikan respon mereka dengan cepat tanggap setiap ada masalah. Metode ini bersifat pasif sehinga sulit mendapat gambaran lengkap mengenai kepuasan pelanggan, tidak semua pelanggan bersedia memberikan responnya. Yang lebih penting dari konsumen adalah bagaimana perusahaan menyikapi keluhan dan saran tersebut sehingga perusahaan dapat memuaskan keluhan pelanggan tersebut. 2. Survei kepuasan pelanggan. Penelitian menunjukkan sekalipun pelanggan tidak puas dalam satu dan setiap empat pembelian, hanya sekitar lima persen yang akan mengeluh. Sebanyak 95 persen lainnya merasa keluhan tidak berguna untuk disampaikan atau pelanggan tidak tahu bagaimana atau kepada siap harus mengeluh. Sekitar 34 persen pelanggan yang mendaftarkan keluhan besar akan membeli lagi dan perusahaan tersebut jika keluhan mereka diselasaikan dan angka ini naik menjadi 52 persen untuk keluhan kecil. Jika keluhan tersebut dapat diselasaikan dengan cepat, sekitar 52 persen (keluhan besar) dan 95 (keluhan kecil) akan membeli lagi dari perusahaan tersebut. Sebagaian
besar
pelanggan
hanya
akan
mengurangi
pembelian/transaksi atau pindah ke perusahaan lain yang sejenis. Bila karena itu, perusahaan-perusahaan tidak dapat menggunakan banyak keluhan sebagai ukuran kepuasan pelanggan. 3. Belanja Misterius. Metode ini dilaksanakan dengan cara membayar beberapa orang untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan guna melaporkan temuan tentang kekuatan dan
24
kelemahan, serta perlakuan yang mereka alami ketika melakukan transaksi. Pembelanja misterius tersebut bahkan dapat menyampaikan masalah tertentu untuk menguji keterampilan karyawan dalam melayani dan menyelesaikan masalah tersebut. Dari hasil pembelanja misterius tersebut perusahaan dapat mengevaluasi kualitas pelayanan yang selama ini dijalankan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada bagian-bagian yang kurang, baik pada produk, proses maupun pada karyawan, sehingga kedepan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan
dapat
ditingkatkan
terus
sesuai
dengan
perkembangan pasar. 4. Analisis Hilangnya Pelanggan. Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya telah berhenti membeli/bertransaksi atau yang telah beralih ke perusahaan lain untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi. Yang penting bukan hanya melakukan wawancara saat pelanggan mulai berhenti, melainkan juga memantau tingkat hilangnya pelanggan. Jika tingkat hilangnya pelanggan meningkat, menunjukkan bahwa perusahaan telah gagal memuaskan pelanggannya. Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijaksanaan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan.
25
2.3. Word of Mouth 2.3.1 Pengertian Word of Mouth Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk ataupun jasa, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut dapat berguna, makan konsumen tidak akan pernah membeli produk tersebut. Salah satu alat promosi yang paling ampuh adalah sistem Word of mouth (WOM). Harrison-Walker dalam Brown et al. (2005), menyatakan bahwa word of mouth (WOM) merupakan sebuah komunikasi informal diantara seorang pembicara yang tidak komersil dengan orang yang menerima informasi mengenai sebuah merek, produk, perusahaan atau jasa. Word of Mouth dapat diartikan sebagai aktifitas komunikasi dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin customer akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamannya dalam proses pembelian atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pengalaman customer tersebut dapat berupa pengalaman positif atraupun pengalaman negatif. Seperti yang dinyatakan Davidow (2003): “ that word of mouth is actually a U shaped relationship, where satisfied complainers spread positive word of mouth valance, and dissatisfied complainers spread negative word of mouth valance” Bahwa sebenarnya hubungan dari mulut ke mulut berbentuk U, dimana apabila seseorang puas maka ia akan menyebarkan berita positif dari mulut ke mulut, tapi apabila mengeluh tidak puas maka ia akan menyebarkan berita negatif dari mulut ke mulut. Pengalaman yang kurang memuasakan pada customer dapat memunculkan beberapa respons terhadap perusahaan. Perusahaan dapat
26
menanggapi respon tersebut dengan berbagai cara yang dinamis. Peluang meningkatnya aktivitas word of mouth dapat memberikan pengaruh yang hebat. Hawkins dkk. (2007 : 241) mengemukakan bahwa WOM merupakan kegiatan penyebaran informasi dari seseorang kepada orang lainnya dalam bentuk komunikasi verbal termasuk bertatap muka langsung, melaui telepon, dan internet. Suprapti (2010 : 274) mengemukakan bahwa komunikasi getok tular atau word of mouth merupakan komunikasi pribadi antara dua individu atau lebih, misalnya antara pelanggan atau antar anggota dari suatu kelompok. Word of mouth yang diperoleh pelanggan melalui orang yang dipercayai seperti para ahli, teman, keluarga cenderung lebih cepat diterima. Selain word of mouth juga dapat dijadikan referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit untuk mengevaluasi jasa yang belum dibeli atau belum dirasakan sendiri. Suatu pengertian yang telah diterima secara luas dalam customer behavior adalah bahwa WOM memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku pelanggan. Hal ini dikemukakan oleh Reingen dan Walker (2001). Dari hasil penelitiannya menghasilkan penelitian yang menunjukan WOM 7 kali lebih efektif dibandingkan iklan dimajalah dan koran, 4 kali lebih efektif dari personal selling serta 2 kali lebih efektif dari pada iklan radio pada usaha yang dilakukan oleh
perusahaan
dalam
mempengaruhi
pelanggan
untuk
beralih
guna
menggunakan produk perusahaan tersebut. Komunikasi WOM yang positif telah diakui sebagai wahana yang berharga untuk mempromosikan produk dan jasa dari sebuah perusahaan. Sebenarnya dengan sifat yang non komersial, komunikasi WOM dipandang tidak
27
terlalu skeptis dari upaya-upaya promosi yang dilakukan perusahaan, walaupun komunikasi WOM bisa menjadi faktor yang sangat mempengaruhi setiap keputusan pembelian. Riset sebelumnya menunjukakan bahwa komunikasi WOM ini sangat penting untuk bidang jasa. 2.3.2 Dimensi Word Of Mouth Word of mouth pada dasarnya adalah komunikasi informal tentang produk atau jasa, berbeda dengan komunikasi formal, karena dalam komunikasi informal pembicara cenderung bertindak sebagi seorang teman yang lebih persuasif. Pengaruh seseorang dalam word of mouth sangat kuat karena informasi dari sumber word of mouth relatif dipercaya dan terpercaya, selain itu bisa mengurangi resiko dalam keputusan pembelian. Dimensi word of mouth menurut Rosiana (2011) : 1. Cerita positif, adalah keinginan konsumen untuk memberitakan atau menceritakan hal-hal positif mengenai produk yang dikonsumsinya kepada orang lain. 2. Rekomendasi, adalah
keinginan konsumen untuk memberikan
rekomendasi kepada orang lain yang membutuhkan informasi mengenai produk yang berkualitas. 3. Ajakan, adalah kesediaan konsumen untuk mengajak orang lain agar menggunakan produk yang telah dikonsumsinya. 2.3.3 Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan dan Word of Mouth Dalam penelitian yang dilakukan oleh Naeem dan Akram (2009) mengenai “Service Quality And Its Impact On Customer Satisfaction: An Empirical
28
Evidence From The Pakistani Banking Sector” menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas jasa dengan kepuasan konsumen. Apabila kualitas jasa yang ditawarkan tersebut dikelola secara efektif, maka hal tersebut akan memberikan konstribusi atau dampak yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Kualitas memilki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan
pelanggan
dimana
perusahaan
memaksimumkan
pengalaman pelanggan yeng menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Harrison-Walker (2001) menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi word of mouth. Penelitian ini menyatakan bahwa kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan word of mouth. Persepsi kualitas jasa perusahaan yang lebih tinggi daripadsa harapan konsumen, akan menciptakan suatu word of mouth yang positif. Namun, jika kualitas jasa yang ditawarkan lebih rendah dari pada harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut akan memberikan rekomendasi atau word of mouth negatif. Informasi negatif tersebut akan disebarkan kepada lebih banyak orang dengan tingkat intensitas yang tinggi dan secara detail, hal ini dikarenakan pada dasarnya seseorang tidak ingin orang lain mendapatkan atau mengalami hal buruk seperti pangalaman yang telah terjadi pada pelanggan tersebut.
29
Tjiptono (2002: 24) menyatakan bahwa tujuan dasar dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat menciptakan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Brown et al. (2005), menyatakan ketika seorang pemasar mampu menawarkan tingkat kepuasan yang masimal kepada konsumen, makan konsumen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan positif word of mouth. Brown et al. (2005), juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepuasan pelanggan dan word of mouth.
30
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Pendekatan kualitas jasa pertama kali diperkenalkan oleh Gronroos dalam Tjiptono, (2006 : 259). Lewat konsep perceived service quality dan model kualitas jasa total. Pendekatan ini didasarkan pada riset mengenai perilaku konsumen dan pengaruh ekspektasi menyangkut kinerja jasa terhadap evaluasi purna konsumsi. Konsep penelitian secara konseptual mengacu pada kajian teori lima penentu kualitas jasa menurut Parasuraman et al. (1988), yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Mengetahui kepuasan dan word of mouth konsumen sangat penting bagi manajemen perusahaan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat. Hubungan
antara
kualitas
layanan
dan
kepuasan
secara
luas
didokumentasikan dalam literatur terutama pemasaran, hubungan tersebut secara teoritis maupun empiris adalah positif seperti yang telah diteliti oleh Wijayanti (2008). Secara teoritis ketika pelayanan yang diberikan mampu memenuhi atau melampaui pengharapan atau ekpetasi pelanggan maka pelanggan tersebut merasa puas (Parasuraman et al., 1988). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda-beda telah membuktikan bahwa kualitas layanan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan seperti yang diungkapkan oleh Suwastika (2010), Rahayu et al. (2002), Prasetianingrum (2009), Sutanto (2008), Subroto dan Nasution (2001), Kusmanto (2008), Artati (2006), dan Wahyuddi (2004).
30
31
Setelah terpenuhinya kepuasan pelanggan, maka pihak perusahaan tentu saja berharap hal tersebut akan mempengaruhi pelangganya untuk melakukan komunikasi getok tular atau word of mouth (WOM). Suprapti (2010 : 247) menyatakan bahwa komunikasi getok tular atau word of mouth (WOM) merupakan komunikasi pribadi antara dua individu atau lebih, misalnya antara pelanggan atau antar anggota dari suatu kelompok. Pengaruh kepuasan terhadap WOM diteliti oleh Lymperopoulus dan Chaniotakis (2009), Lymperopoulus dan Chaniotakis (2008), Brown et al. (2005), Swan and Oliver (1989), Thurau et al. (2002), Rosiana (2011), Babin dkk. (2005), Ranaweera dan Prabhu (2003), dan Molinari dkk. (2008). Selain dipengaruhi oleh kepuasan, WOM juga dapat dipengaruhi oleh kualitas layanan. Semakin baik kualitas layanan yang diterima oleh pelanggan maka makin sering positive WOM yang dilakukan oleh pelanggan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Horrison-Walker (2001), Gwinner et al. (1998), Boulding et al. (1993), Zaithamal et al. (1996). Dengan melakukan kajian empiris dan teoritis, maka diperoleh suatu gambaran konsep dalam penelitian ini terdiri atas kualitas layanan, kepuasan, dan WOM yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut : Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Kualitas layanan (X) Word of Mouth (Y2) Kepuasaan konsumen (Y1)
32
3.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan konsep penelitian seperti Gambar 3.1 maka selanjutnya dapat diajukan hipotesis penelitian. Pada dasarnya hipotesis ini dibuat untuk menetapkan sementara terhadap hasil penelitian. Hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut : 3.2.1 Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen Kualitas layanan dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Cara untuk memuaskan konsumen adalah dengan menawarkan kualitas layanan yang semakin baik
secara
berkesinambungan.
Menurut
Parasuraman
et
al.
(1988)
mengidentifikasi ada lima dimensi dari model SERVQUAL, yaitu : tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Kelima dimensi ini seharusnya selalu ditingkatkan kualitasnya agar perusahaan mampu memberikan kepuasaan kepada konsumennya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suwastika (2010), disebutkan bahwa kelima dimensi kualitas jasa yang terdiri dari bukti fisik (tangible), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (anssurance) dan empati (empathy) secara simultan dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Faktor bebas yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa adalah faktor jaminan. Penelitian Rahayu et al. (2002), menyatahan bahwa lima dimensi kualitas jasa berpengaruh positif dan secara langsung terhadap kepuasan mahasiswa. Penelitian Prasetianingrum (2009), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel kualitas layanan terhadap variabel kepuasan mahasiswa. Sutanto (2008), menyatakan kelima
33
variabel dimensi kualitas jasa yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy berpengaruh secara simultan dan berpengaruh secara parsial kecuali variabel assurance terhadap kepuasan konsumen. Sementara reliability merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen. Penelitian Subroto dan Nasution (2001), Kusmanto (2008), Artati (2006), Wahyuddi (2004), menyatakan bahwa kelima faktor penentu dimensi kualitas jasa (tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. H1
: Kualitas layanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasaan.
3.1.2 Pengaruh kualitas layanan terhadap word of mouth Kualitas layanan jasa merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi word of mouth (WOM) kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan WOM. Semakin baik kualitas layanan yang diberikan oleh suat perusahaan akan dapat membentuk perilaku konsumen untuk menciptakan WOM yang menguntungkan perusahaan. Tapi apabila kualitas layanan yang diberikan tidak memenuhi harapan konsumen maka WOM tidak akan tercipta atau konsumen akan melakukan WOM negatif. Minat merekomendasikan (WOM) dewasa ini menjadi salah satu alternatif yang banyak diharapkan memberikan solusi dan langkah strategis bagi perusahaan dan banyak peneliti untuk dapat membantu meningkatkan derajat manejemen hubungan pelanggan. Minat merekomendasikan (WOM) merupakan kebijakan strategis bagi perusahaan. Kerena perusahaan memandang WOM merupakan
34
bagian
dari
strategi
perusahaan
dalam
menghadapi
persaingan
dan
menghubungkan perusahaan dengan pasar (konsumen). Minat merekomendasikan sangat dibutuhkan sebagai elemen dalam strategi pemasaran yang kompetitif. Dalam kondisi pasar yang makin kompetitif, perusahaan seringkali menyandarkan masa depan mereka pada pelanggan. Oleh karena itu, bagi sebagian perusahaan seringkali diidentifkasikan “word of mouth” sebagai jaminan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang bagi para perusahaan (Vandaliza, 2007). Suatu pengertian yang diterima secara luas dalam costumer behavior adalah bahwa WOM memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku pelanggan. Hal ini dikemukakan oleh Reingen dan Walker (2001). Dari hasil penelitiannya menghasilkan penelitian yang menunjukkan WOM 7 kali lebih efektif dibandingkan iklan di majalah dan koran, 4 kali lebih efektif dari personal selling serta 2 kali lebih efektif dari pada iklan radio pada usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam mepengaruhi pelanggan untuk beralih menggunakan produk perusahaan tersebut. Harrison-Walker (2001), menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan suatu variabel yang mempengaruhi WOM. Penelitian ini menyatakan bahwa kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan WOM. Persepsi kualitias jasa perusahaan yang lebih tinggi dari pada harapan konsumen, akan tercipta suatu WOM yang positif. Namun, jika kualitas jasa yang ditawarkan lebih rendah dari pada harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut akan memberikan rekomendasi atau WOM negatif. Infarmasi negatif tersebut akan disebarkan kepada lebih banyak orang dengan tingkat intensitas
35
yang tinggi dan secara detail, hal ini dikarenakan karena pada dasarnya sesorang tidak ingin orang lain mendapatkan atau mengalami hal buruk seperti pengalaman yang telah terjadi pada pelanggan tersebut. Suatu perusahaan dalam mempertimbangkan penerapan kualitas pelayanan berhubungan dengan bagaimana perusahaan tersebut memposisikan dirinya dalam memahami nilai dasar pelanggan yang tercermin pada konsep kepuasan pelanggan yang kuat (Gwinner et al., 1998). Boulding et al. (1993), sangat percaya bahwa kualitas layanan berpengaruh secara positif terhadap loyalitas dan WOM positif. Menurut Zeithamal et al. (1996), menyatakan kualitas layanan berhubungan dengan loyalitas konsumen dan komunikasi WOM yang positif. Menurut Harrison-Walker (2001), menyatakan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap komunikasi WOM. H2
: Kualitas layanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap word of mouth.
3.1.3 Pengaruh kepuasan konsumen terhadap Word of Mouth Kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting bagi penyedia jasa, karena pelanggan akan menyebarluaskan rasa puasnya ke calon pelanggan, sehingga akan menaikkan reputasi perusahaan tersebut. Jadi apabila pelanggan merasa puas, maka ia akan menciptakan WOM kepada rekan maupun keluarganya. Brown et al. (2005), menyatakan bahwa ketika seorang pemasar mampu menawarkan tingkat kepuasan yang maksimal kepada konsumen, maka konsumen akan memiliki kecenderungan untuk melakukan positive word of mouth. Selain itu
36
dia juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepuasan pelanggan dan word of mouth. Rosiana (2011) menyatakan jika semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan, maka pelanggan tersebut akan melakukan WOM kepada pihak-pihak lain dengan cara menceritakan hal-hal yang positif, merekomendasikan kepada orang lain dan mengajak orang lain. Ketika konsumen puas, maka WOM positif akan tercipta dan mereka lebih suka untuk meberikan rekomendasi pembelian kepada orang lain (Swan and Oliver, 1989). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lymperopoulus dan Chaniotakis (2008) juga mendukung hasil tersebut yaitu kepuasan pelanggan dapat mendorong pelanggan untuk melakukan WOM positif. Ketika konsumen puas maka mereka akan memberikan WOM positif dan merekomendasikan orang lain untuk melakukan pembelian. Sedangkan konsumen yang tidak puas, mereka akan melarang orang lain untuk melakukan pembelian. Kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi hasil kinerja, termasuk loyalitas dan komunikasi WOM atau minat mereferensikan. Oleh sebab itu, kepuasan pelanggan mendorong terciptanya komunikasi WOM (Thurau et al., 2002). Babin, Lee, Kim, dan Griffin (2005) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap minat WOM. Kepuasan pelanggan berhubungan kuat secara positif terhadap WOM (Ranaweera dan Prabhu, 2003, Brown et al., 2005). H3
: Kepuasaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap word of mouth.
37
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Rancangan Penelitian Rancangan riset adalah bingkai kerja untuk melaksanakan proyek riset pemasaran. Rancangan riset merinci prosedur penting untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun dan/atau memecahkan masalah riset pemasaran (Malhotra, 2005). Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif studi cross-sectional tunggal yaitu rancangan deskriptif yang paling banyak digunakan dalam riset pemasaran. Dalam rancangan cross-sactional tunggal, hanya satu sampel responden yang diambil dari populasi sasaran, dan informasi hanya didapatkan satu kali dari responden. Rancangan ini disebut juga rancangan riset survay sampel (Malhotra, 2005:95). Penelitian ini membahas mengenai word of mouth dan tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap pelayanan jasa Lembaga Pelatihan Pariwisata Bali (LP2B) dilihat dari 5 dimensi kualitas layanan (Parasuraman et al., 1988) yaitu : variabel bukti langsung (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (empathy). Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan SEM (Structural Equation Model), berdasarkan data yang dianalisis melalui penyebaran kuesioner. Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Model) yang didasarkan
37
38
pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan antar variabel yang disesuaikan dengan landasan teori dan konsep penelitian sebelumnya. 4.1.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dengan respondennya adalah alumni LP2B berdasarkan pertimbangan bahwa LP2B belum pernah melakukan penelitian mengenai kualitas pelayanan terhadap kepuasaan dan word of mouth mahasiswa sebelumnya. Persaingan yang semakin ketat dan kompetitor yang semakin kompetitif mengharuskan LP2B untuk senantiasa berbenah diri dengan memberikan pelayanan terbaik dan unggul dibandingkan dengan pesaingnya untuk menciptakan kepuasaan mahasiswa guna membentuk word of mouth mahasiswa untuk merekomendasikan dan menyarankan orang lain ataupun keluarganya agar kuliah di LP2B. Disamping itu, penelitian ini dilakukan juga untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah mahasiswa pada tahun akademi 2009/2010 sampai dengan 2010/2011 yang mungkin disebabkan oleh kualitas pelayanan. Obyek penelitian ini adalah pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan word of mouth mahasiswa LP2B yang dilihat dari 5 variabel dimensi kualitas layanan yaitu: bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (empathy).
39
4.2 Variabel Penelitian 4.2.1 Identifikasi Konstruk/Variabel Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diajukan, variabelvariabel dalam analisis ini dapat diidentifikasikan secara garis besar menjadi dua yaitu variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen yang sering dikenal sebagai variabel independen dalam penelitian ini diwakili oleh variabel kualitas layanan (X), sedangkan variabel endogen yang dikenal dengan variabel dependen diwakili oleh dua konstruk yaitu variabel kepuasan mahasiswa (Y1) dan word of mouth mahasiswa (Y2). Untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas layanan, kepuasan dan word of mouth mahasiswa secara keseluruhan, selanjutnya akan dipaparkan secara lebih rinci mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang terdapat dalam Tabel 4.1:
40
Tabel 4.1. Variabel Kualitas Layanan-Kepuasan Konsumen-Word of Mouth Klasifikasi
Konstruk
Dimensi
Bukti Fisik (Tangibles) X1
Keandalan (Reability) X2
Indikator X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5
Eksogen
Kualitas Layanan (Service Quality) (X) Parasuraman et al. (1988)
X3.1 Daya Tanggap
X3.2
(Responsiveness)
X3
Jaminan (Assurance) X4
X3.3 X3.4 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X5.1
Empati (Empathy) X5
X5.2 X5.3 X5.4
Endogen
Kepuasan Konsumen (Satisfaction) (Y1) Yap, K.,B., and Sweeney, J, C. (2007) Word Of Mouth (Y2) Rosiana (2011)
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y2.1 Y2.2 Y2.3
Lokasi kampus Tempat parkir Penampilan pegawai Penampilan instruktur Ruang kuliah yang nyaman Ruang kuliah yang bersih Toilet mahasiswa yang bersih Kemampuan pegawai Keakuratan informasi Kemampuan instruktur dalam memotifasi mahasiswa Ketepatan waktu kehadiran instruktur Kemampuan instruktur dalam penyampaian materi Ketanggapan pegawai Kesediaan pegawai mendengarkan keluhan mahasiswa Kecepatan pegawai menindaklanjuti keluhan mahasiswa Ketanggapan instruktur Kualitas instruktur Pengalaman mengajar instruktur Citra positif Kemudahan informasi Kesediaan pegawai memberikan pelayanan Kesediaan pegawai memberikan perhatian Kesediaan instruktur memberikan pelayanan Kesediaan instruktur memberikan perhatian Pelayanan sesuai dengan harapan LP2B merupakan lembaga pelatian pariwisata terbaik di Gianyar Kuliah di LP2B merupakan pilihan bijak Puas dengan keputusan kuliah di LP2B Cerita positif Rekomendasi Ajakan
41
4.2.2 Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari kesalahan dalam mengertikan variabel-variabel yang akan diteliti maupun menimbulkan pengertian ganda/biasa bagi responden saat pengumpulan data seperti yang telah di identifikasikan dengan berbagai indikator yang menyertai haruslah didefinisikan dengan jelas. Definisi operasional masingmasing variabel tersebut sebagai berikut : 1. Kualitas Layanan (X1) Variabel Kualitas Layanan, terdiri dari lima dimensi, yaitu : 1) Tangibles : X1, adalah unsur bewujud pada kualitas jasa pelayanan kampus yang terkait dengan kelayakan fisilitas fisik yang menunjang operasional LP2B dalam memberi pelayanan kepada mahasiswa. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: X1.1.
= Lokasi kampus adalah lokasi kampus berada dalam kota yang mudah dijangkau oleh mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai lokasi kampus LP2B yang mudah dijangkau.
X1.2.
= Ketersediaan tempat parkir adalah luas dan memadainya tempat parkir yang disediakan oleh pihak kampus memudahkan mahasiswa mendapat parkir dengan cepat dan aman. Diukur dari persepsi responden mengenai tempat parkir LP2B yang luas.
X1.3.
= Penampilan pegawai adalah penampilan para pegawai yang mencerminkan profesionalisme yaitu selalu terlihat rapi,
42
bersih dan menarik. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B berpenampilan rapi. X1.4.
= Penampilan instruktur adalah penampilan para instruktur yang mencerminkan profesionalisme yaitu selalu tarlihat rapi, bersih dan menarik. Diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B berpenampilan rapi.
X1.5.
= Ruang kuliah yang nyaman adalah suasana ruang kuliah yang sesuai dengan kapasitas, terdapat pendingin ruangan (AC). Diukur dari persepsi responden mengenai LP2B menyediakan ruang kuliah yang nyaman.
X1.6.
= Ruang kuliah yang bersih adalah keadaan ruang kuliah yang bersih setiap hari. Diukur dari persepsi responden mengenai pemeliharaan kebersihan ruang kuliah terjaga.
X1.7.
= Toilet mahasiswa yang bersih adalah keadaan toilet mahasiswa yang bersih setiap hari. Diukur dari persepsi responden mengenai pemeliharaan kebersihan toilet untuk mahasiswa terjaga.
2) Reliability: X2, adalah kemampuan LP2B dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: X2.1.
= Kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan adalah para pegawai LP2B dengan tepat di dalam memberikan pelayanan terhadap mahasiswa. Diukur dari persepsi
43
responden mengenai LP2B memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan. X2.2.
= Keakuratan informasi yang diberikan oleh petugas adalah kebenaran informasi yang diberi kepada mahasiswa. Diukur dari
persepsi
responden
mengenai
pegawai
LP2B
memberikan informasi yang diperlukan mahasiswa dengan tepat. X2.3.
= Kemampuan instruktur memotivasi mahasiswa adalah kemampuan instruktur memotivasi mahasiswa dalam proses belajar mengajar diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B mampu memotivasi mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
X2.4.
= Ketepatan waktu kehadiran instruktur adalah kehadiran instruktur sesuai dengan jadwal pengajaran. Diukur dari persepsi responden mengenai ketepatan waktu pelayanan jasa terhadap mahasiswa.
X2.5.
= Kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi adalah kompetensi instruktur dalam menyampaikan materi-materi perkuliahan. Diukur dari persepsi responden mengenai kemampuan dosen LP2B didalam menyampaikan materi perkuliahan sesuai dengan kurikulum.
3) Responsiveness : X3, adalah meliputi ketangapan karyawan dalam memberikan jasa pelayanan kepada mahasiswa dalam hal memberikan
44
bantuan dengan penanganan yang cepat dan tepat. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut : X3.1.
= Ketanggapan
pegawai
melayani
mahasiswa
adalah
kesigapan para pegawai memberikan pelayan pada saat mahasiswa membutuhkan. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B tanggap melayani mahasiswa pada saat dibutuhakan. X3.2.
= Kesediaan pegawai mendengarkan keluhan mahasiswa adalah kesigapan para pegawai memberikan pelayanan pada saat mahasiswa menyimak keluhan. Diukur dari persepsi responden mengenai kesediaan pegawai LP2B dalam mendengarkan keluhan mahasiswa.
X3.3.
= Kecepatan pegawai menindaklanjuti keluhan mahasiswa adalah
kesigapan
para
pegawai
memberikan
solusi
permasalahan yang dikeluhkan mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai kecepatan pegawai LP2B dalam menindaklanjuti keluhan mahasiswa. X3.4.
= Ketanggapan instruktur membantu mahasiswa adalah ketanggapan instruktur memberikan pelayan pada saat membantu mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai
ketanggapan
instruktur
LP2B
pelayanan pada saat membantu mahasiswa.
memberikan
45
4) Assurance : X4, adalah menciptakan kepercayaan dan kenyakinan bagi mahasiswa bahwa LP2B menjamin layanan yang diberikan terpercaya dan handal. Diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut : X4.1.
= Kualitas instruktur dipercaya adalah sertifikasi instruktur (kompetensi instruktur seperti mempunyai gelar S1, S2 dan S3). Diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B membangkitkan kepercayaan mahasiswa.
X4.2.
= Pengalaman
mengajar
instruktur
adalah
pengabdian
instruktur mengajar dibidangnya baik mengajar di LP2B ataupun di lembaga pelatihan lain. Diukur dari persepsi responden mengenai instruktur LP2B membangkitkan kepercayaan mahasiswa. X4.3.
= Citra positif LP2B dimasyarakat adalah kepercayaan nama baik LP2B di masyarakat. Diukur dari persepsi responden mengenai LP2B memiliki nama baik di masyarakat.
X4.4.
= Kemudahan untuk mendapat informasi adalah kondisi penyampaian
pesan
informasi
yang
mudah
kepada
mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai pegawai LP2B memberikan informasi yang benar kepada mahasiswa. 5) Empathy : X5, adalah kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing karyawan didalam memahami dan mengatisipasi kebutuhan mahasiswa
46
khususnya kebutuhan yang bersipat individual. Diukur dengan indikator sebagai berikut : X5.1.
= Kesediaan
pegawai
memberikan
pelayanan
tanpa
membedakan mahasiswa adalah kemampuan setiap pegawai LP2B di dalam memberikan pelayanan jasa kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi respoden mengenai kesediaan pegawai LP2B memberikan pelayanan tanpa membedakan mahasiswa. X5.2.
= Kesediaan pegawai memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa adalah kemampuan para pegawai LP2B memberikan perhatian kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi respoden mengenai kesediaan pegawai LP2B memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa.
X5.3.
= Kesediaan
instruktur
memberikan
pelayanan
tanpa
membedakan mahasiswa adalah kemampuan para instruktur LP2B memberikan pelayanan kepada mahasiswa. Diukur dari persepsi responden mengenai kesediaan instruktur LP2B melayani tanpa membedakan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. X5.4.
= Kesedian instruktur memberikan perhatian secara individu kepada mahasiswa adalah kemampuan para instruktur LP2B memberikan perhatian kepada mahasiswa. Diukur dari
47
persepsi responden mengenai kesediaan instruktur LP2B memberikan perhatian secara individu kepada mahasiswa. 2. Kepuasan Mahasiswa (Y1) Tanggapan
mahasiswa
mengenai
tingkat
kepuasan
keseluruhan
berdasarkan pengalamannya. Variabel ini dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu : Y1.1
= Kinerja pelayanan LP2B sesuai dengan harapan saya adalah mahasiswa merasa puas dengan kinerja pelayanan yang diberikan oleh LP2B.
Y1.2
= Saya memiliki persepsi bahwa LP2B merupakan lembaga pelatihan pariwisata yang terbaik di Gianyar adalah persepsi mahasiswa setelah kuliah mengenai LP2B.
Y1.3
= Pilihan saya kuliah di LP2B merupakan pilihan bijak adalah perasaan mahasiswa setelah kuliah di LP2B.
Y1.4
= Saya merasa puas dengan keputusan saya kuliah di LP2B adalah
layanan
yang
diberikan
oleh
LP2B
secara
keseluruhan memberikan kepuasan bagi mahasiswa. 3. Word of Mouth Mahasiswa (Y2) Merupakan komunikasi dalam pemasaran yang mengindikasikan seberapa mungkin mahasiswa akan bercerita kepada orang lain tentang pengalamanya dalam proses belajar mengajar. Variabel ini dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu :
48
Y2.1
= Cerita positif adalah keinginan mahasiswa LP2B untuk memberitahukan hal-hal positif selama kuliah di LP2B.
Y2.2
= Rekomendasi adalah keinginan mahasiswa LP2B untuk memberikan
rekomendasi
kepada
orang
lain
yang
membutuhkan informasi mengenai lembaga pelatihan pariwisata yang berkualitas. Y2.3
= Ajakan adalah kesediaan mahasiswa LP2B untuk mengajak orang lain agar kuliah di LP2B.
4.3 Prosedur Pengumpulan Data 4.3.1 Jenis Data 4.3.1.1 Jenis Data Menurut Sifatnya Berdasarkan sifat, data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Masing-masing data akan diuraikan sebagai berikut: 1) Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data jumlah mahasiwa LP2B dari tahun akademi 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 dan jumlah keluhan mahasiswa LP2B dari tahun akademi 2008/2009 sampai dengan 2010/2011. 2) Data Kualitatif adalah data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka, seperti lokasi penelitian, serta evaluasi pengalaman mahasiswa yang didapat dari jawaban kuisioner.
49
4.3.1.2 Jenis Data Menurut Sumber Berdasarkan sumber, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penjelasan mengenai masing-masing sumber data adalah sebagai berikut : 1)
Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dimana dicatat untuk pertama kalinya dan masih perlu diolah lebih lanjut agar bisa memberi hasil bagi penelitian. Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu tentang penilaian atau persepsi mahasiswa terhadap kualitas layanan, kepuasan dan word of mouth selama kuliah di LP2B.
2)
Data Sekunder. Yaitu data yang diperoleh dan dihimpun oleh pihak lain dan perlu diolah kembali. Data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : jumlah mahasiswa LP2B tahun akademi 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 beserta keluhan-keluhan yang dominan disampaikan oleh mahasiswa, sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan job description.
4.3.2. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
50
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 : 61). Dalam penelitian ini, populasi adalah para mahasiswa LP2B dari tahun akademik 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 yang berjumlah 441 orang karena mahasiswa pada angkatan tersebut dianggap sudah merasakan kualitas layanan LP2B dari awal hingga akhir. 4.3.3 Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Hair et al dalam Ferdinand (2002:110) menyatakan bahwa, ukuran sampel yang sebaiknya dipenuhi dalam teknik analisis SEM adalah minimum berjumlah 100 dan maksimum 200. Sugiyono (2011 : 74) menyarankan bahwa ukuran sampel terbaik untuk ukuran multivariete adalah 5-10 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi. Dalam penelitian ini terdapat 31 indikator, sehingga sehingga jumlah sampel yang ditetapkan adalah 5 observasi setiap indikator, sehingga totalnya adalah 31 x 5 = 155 responden. Alasan pemilihan 5 observasi setiap parameter adalah 1) Kendala sumber daya (waktu, dana, dan sumber daya lain), 2) Ketepatan, di mana melalui pemilihan desain sampel yang baik akan diperoleh data yang akurat, 3) Pengukuran destruktif, artinya obyek yang dikorbankan untuk maksud pengujian jangan sampai sangat besar dan merugikan. Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah judgment sampling dua tahap. Tahap pertama menentukan kriteria sampel, kriteria sampel dalam penelitian ini adalah alumni LP2B yang tamat dari tahun akademik 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 dan bertempat tinggal di Kabupaten Gianyar. Setelah kriteria sampel ditentukan maka dilakukan tahapan yang kedua
51
menggunakan metode accidental sampling yaitu siapa saja yang ditemukan dan bersedia untuk diwawancara. 4.3.4 Prosedur Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan 2 metode, yaitu : 1. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab langsung dengan pihak terkait dalam hal ini staf manajemen LP2B yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Angket Yaitu metode pengumpulan data dengan cara menyusun serangkaian pertanyaan yang diberikan langsung kepada responden untuk diisi.
4.4 Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dengan pertanyaan tertutup. Penelitian terhadap variabel pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan WOM mahasiswa dilakukan dengan pernyataan berskala. Menurut Sugiyono (2008) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
52
Penelitian ini menggunakan sekala Likert 1-5, sebagai berikut : Jawaban Kinerja dan Kepuasan
Skor
Sangat setuju
5
Setuju
4
Netral
3
Tidak setuju
2
Sangat tidak setuju
1
Alasan pemilihan skala Likert dengan lima tingkatan adalah kesesuaian dengan berbagai penelitian sebelumnya, memperbesar variasi jawaban bila dibandingkan empat skala, dan agar terlihat kecenderungan pemilihan responden terhadap variabel. Skala Likert tujuh tingkatan akan memberi variasi jawaban yang terlalu beragam bagi responden.
4.5 Metode Analisis Data 4.5.1 Frekuensi Distribusi Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk kedalam tiap kelas. Tabel distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang akan disajikan cukup banyak, sehingga kalau disajikan dalam tabel biasa tidak efisien dan kurang komunikatif. Selain itu, tabel ini dibuat untuk persiapan pengujian terhadap normalitas data yang menggunakan kertas peluang normal.
53
4.5.1.1 Distribusi Frekuensi Relatif Frekuensi relatif dari suatu kelas adalah proporsi item atau dalam kelas terhadap jumlah keseluruhan item dalam data tersebut. Rumus frekuensi relatif adalah :
Frekuensi Relatif = Frekuensi kelas n
Distribusi frekuensi relatif adalah ringkasan dalam bentuk tabel dari sekelompok data yang menunjukkan frekuensi relatif bagi setiap kelas. 4.5.1.2 Distribusi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase dari suatu kelas adalah frekuensi relatif kelas tersebut dikalikan dengan 100. Rumus frekuensi persentase adalah : Frekuensi Persentase = Frekuensi kelas n
x 100
Distribusi frekuensi persentase adalah ringkasan dalam bentuk tabel dari sekelompok data yang menunjukkan frekuensi persentase bagi setiap orang. 4.5.2 Struktural Equation Modeling (SEM) 4.5.2.1 Pengertian SEM (Structural Equation Modeling) Penelitian ini dianalisis dengan SEM (Structural Equation Modeling) yang didasarkan pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan antar variabel. Bab III, pada Gambar 3.1 memaparkan model konseptual hubungan antara kualitas layanan terhadap kepuasan dan WOM sesuai landasan teori dan konsep
penelitian
sebelumnya.
Karena
dalam
praktiknya,
SEM
dapat
mengkonfirmasi model hipotesis melalui data empirik, maka sering disebut confirmatory technique sebagai lawan dari exploratory factor analysis. Tahapan
54
saat melakukan analisis juga dilakukan uji langsung atas validitas dan reliabilitas tiap konstruk atau indikator. Menurut Santoso (2011:5), SEM adalah teknik analisis multivariate yang merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antar konstruk. Secara umum, sebuah model SEM dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu : 1) measurement model dan 2) structural model. Kedua model tersebut secara berturut-turut dimaksudkan untuk mengkonfirmasi dimensi yang dikembangkan pada sebuah faktor dan untuk mengetahui struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Prosedur SEM dapat dilakukan dengan dua cara : a) melalui hubungan kausalitas yang dipresentasikan oleh serangkaian persamaan struktural (misalnya, regresi), dan b) hubungan struktural yang dibuat dalam bentuk model gambar agar diperoleh konseptualisasi yang lebih jelas atas persoalan yang diteliti. Penekanan khusus dalam penelitian ini ditujukan pada atribut atau indikator dari variabel kualitas layanan yang mempengaruhi tingkat WOM secara langsung ataupun melalui kepuasan pelanggan secara tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh konstruk eksogen terhadap konstruk endogen. Konstruk tersebut merupakan variabel laten (latent variable) yang dibentuk oleh beberapa indikator (observed variable). Oleh karena itu, untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program AMOS. 4.5.2.2 Tahapan pemodelan dengan analisis persamaan struktural (SEM)
55
Structural Equation Modeling atau pemodelan persamaan struktural merupakan suatu alat statistik yang mampu menganalisis variabel laten, indikator, dan kesalahan pengukuran secara bersamaan. SEM termasuk dalam statistik multivariat depedensi yang memungkinkan dilakukannya analisis satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Model) yang didaasarkan pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan. Ferdinand (2002:34) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktrual menjadi tujuh langkah yaitu sebagai berikut. 1.
Pengembangan model berdasar teori Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teori yang kuat.
2.
Menyusun diagram jalur (path diagram) Langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan pada diagram jalur. Diagram jalur tersebut akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas. Berdasarkan dari kajian teori dan kerangka teoritis yang ada, kemudian dibuat gambar diagram jalur hubungan kausalitas antar variabel (konstruk) beserta indikatornya yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
56
Gambar 4.1 Model Jalur Hubungan Variabel Kualitas Pelayanan, Kepuasan, dan WOM
2.
Menyusun persamaan struktural Selanjutnya adalah mengubah diagram jalur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran. Pada langkah ketiga ini, model yang dinyatakan dalam diagram jalur dinyatakan dalam dua kategori dasar yaitu sebagai berikut.
57
a. Persamaan-persamaan struktural (structural equation) Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Persamaan struktural dari model diagram jalur penelitian ini dinyatakan sebagai berikut. Y1 = γ X + ε1 ................................................................................(1) Y2 = γ X + ε1 β1 Y1 + ε2 ...............................................................(2) Keteraangan : γ (gamma) = hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen β (beta) = hubungan langsung variabel endogen terhadap variabel endogen ε (epsilon) = measurement error X1 = kualitas layanan Y1 = kepuasan Y2 = WOM b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model) Persamaan spesifikasi ini untuk menentukan variabel mana yang mengukur konstruk serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel. 3.
Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariat lainnya. SEM hanya menggunakan data input berupa matriks varian/kovarian atau matriks korelasi. Sedangkan teknik estimasi model yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan program AMOS. Menurut Ferdinand (2002:165) estimasi dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut. a. Teknik confirmatory factor analysis, yaitu teknik yang ditujukan untuk mengestimasi measurement model dan menguji unidimensionalitas baik
58
konstruk eksogen maupun konstruk endogen. Pada tahap ini, model akan mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. Terdapat dua uji dasar confirmatory factor analysis yaitu uji kesesuaian model (Goodness Of Fit) dan uji signifikansi bobot faktor. Pada tahap confirmatory factor analysis juga dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut. i.
Pengujian validitas suatu indikator konstruk dapat dilakukan dengan pengujian convergent validity. Covergent validity dapat dinilai dari measurement model yang dikembangkan dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Covergent validity akan menjelaskan
hubungan
antar
konstruk
serta
indikator
yang
membentuknya. Sebuah indikator menunjukkan convergent validity yang signifikan apabila koefisien variabel indikator itu lebih besar dari dua kali standar error-nya (Anderson & Gebing, 1980 dalam Ferdinand, 2002:187). Jika sebuah indikator memang menjelaskan sebuah konstruk, maka indikator tersebut akan mempunyai factor loading yang tinggi dengan konstruk tersebut serta total indikator akan mempunyai
variance extracted
yang cukup tinggi (Santoso,
2011:109). Variance extracted dapat digunkan untuk menguji validitas masing-masing konstruk. Menurut Santoso (2011:111) variance extracted diatas 0,5 dapat dijadikan tanda adanya konvergensi yang
59
memadai. Variance extracted dapat dicari dengan rumus sebagai berikut. variance extracted =
Σ standardized loading2 Σ standardized loading2 + Σεj ..............................(1)
Keterangan : 1) Standardized loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator 2) εj adalah measurement error = 1 – (standardized loading)2 ii.
Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator tersebut mengindikasikan sebuah konstruk atau faktor laten yang umum. Cara yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah dengan menghitung composite (construct) reliability. Construct reliability didapat dengan rumus berikut. construct reliability =
(Σ standardized loading)2 (Σ standardized loading)2 + Σεj ...........................(2)
Keterangan : 1) Standardized loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator 2) εj adalah measurement error = 1 – (standardized loading)2
Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70. Dalam penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0,5 sampai 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian (Nunally dan Bernstein, 1994 dalam Ferdinand, 2002:193).
60
b. Teknik Full Structural Equation Model, yaitu teknik yang digunakan untuk menguji kausalitas yang telah dinyatakan sebelumnya. Melalui analisis full model akan memperlihatkan ada tidaknya kesesuaian model dan hubungan kausalitas dalam model yang diuji. Pengujian structural equation model dilakukan dengan dua cara yaitu uji kesesuaian model serta uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi. 4.
Menilai identifikasi model struktural Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimated. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi sebagai berikut. a. Standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangatlah besar. b. Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya disajikan. c. Nilai estimasi yang tidak mungkin misalnya error variance yang negatif. d. Adanya nilai korelatif yang tinggi(> 0,90) antar koefisien estimasi.
5.
Evaluasi kriteria goodness of fit Langkah yang harus dilakukan sebelum menilai kelayakan dari model struktural adalah menilai apakah data yang akan diolah memenuhi asumsi model persamaan struktural. Menurut Ferdinand (2002:51) ada beberapa asumsi SEM yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yaitu sebagai berikut.
61
a. Ukuran sampel Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan ini adalah minimum berjumlah 100 selanjutnya menggunakan perbandingan lima observasi untuk setiap estimasi parameter. b. Normalitas dan Linearitas Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. Uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dam dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas. Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio skewness atau curtosis value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikasi 0,01, data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness atau curtosis berada diantara -2,58 dan +2,58. c. Outliers Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik yang unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dengan observasi-observasi lainnya. Outliers dapat diketahui dengan membandingkan nilai pada output observation futhest from the centroid. Data akan dianggap outliers jika nilai mahalanobis d-squared (χ2) hitung lebih besar dari χ2 pada tabel. Setelah asumsi SEM terpenuhi, langkah berikutnya adalah menguji kesesuaian dan uji statistik. Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model (Hair, dkk. dalam ferdinand, 2002:54). Beberapa jenis fit index yang mengukur derajat
62
kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan, antara lain sebagai berikut. 1) χ2 – Chi-squared Statistik Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi-square statistik. Chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Dasar pengambilan keputusan dalam uji Chi-square ini adalah sebagai berikut (Santoso, 2011:98). a.
Membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, maka matriks kovarian sampel tidak berbeda dengan matriks kovarian estimasi. Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka matriks kovarian sampel berbeda dengan matriks kovarian estimasi.
b.
Melihat angka probabilitas (ρ) pada output AMOS Jika ρ ≥ 0,05, maka matriks kovarian sampel tidak berbeda dengan matriks kovarian estimasi. Jika ρ < 0,05, maka matriks kovarian sampel berbeda dengan matriks kovarian estimasi.
2) GFI (Goodness Of Fit Index) Secara teoritis, angka GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit) dengan pedoman bahwa semakin hasil GFI mendekati angka 1, akan semakin baik model tersebut menjelaskan data yang ada. Menurut Ferdinand (2002:57) nilai GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90. 3) AGFI (Adjusted Goodness Of Fit) Adjusted Goodness Of Fit merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model
63
dengan
degree
of
freedom
untuk
null
model.
Nilai
yang
direkomendasikan adalah sama atau ≥ 0,90. 4) CMIN/DF Adalah nilai Chi-square dibagi dengan Degree Of Freedom. Menurut Wheaton et al. dalam Ferdinand (2002:24) nilai rasio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lain seperti Byrne dalam Ferdinand (2002:24) mengusulkan nilai rasio ini ≤ 2,0 merupakan ukuran fit. 5) TLI (Tucker lewis Index) Tucker lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI), pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony ke dalam index komparasi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,95. 6) CFI (Comparative Fit Index) Indeks ini pada dasarnya membandingkan angka NCP (Non Centrality Parameter) pada berbagai model. CFI mempunyai range value antara 0 sampai 1. Pada umumnya, nilai diatas 0,95 menunjukkan model sudah fit dengan data yang ada. 7) RMSEA (Root Mean Square Error Of Approximation) RMSEA
adalah
sebuah
indeks
yang
dapat
digunakan
untuk
mengompensasikan Chi-square statistik dalam sampel besar. Nilai RMSEA ≤ 0,08 merupakn indeks untuk dapat diterimanya model yang
64
menunjukkan sebuah close fit dari model berdasarkan degrees of freedom (Browne & Cudeck, 1993 dalam Ferdinand, 2002:56). 6.
Interpretasi dan Modifikasi Model Ketika model telah dinyatakan diterima, maka dapat dipertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness of fit. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima. Tabel 4.2 Indeks Kesesuaian (Goodness Of-Fit Indedex) Goodnees of fix index Cut-off Value 2 X -Chi Square Diharapkan kecil Significance Probability ≥ 0,05 RMSEA ≥ 0,08 GFI ≤ 0,90 AGFI ≥ 0,90 CMIN/DF ≤ 2,00 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,95 Sumber : Ferdinand. A.,2002
65
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Profil LP2B LP2B berdiri tanggal 11 Januari 1999 di bawah Yayasan Arimbawa Wiyanthi. Lembaga pendidikan ini didirikan karena melihat semakin banyaknya minat masyarakat Gianyar dan sekitarnya untuk bekerja di bidang pariwisata. Pada saat itu belum terdapat sekolah pariwisata di Kabupaten Gianyar sehingga membuat Ibu Pande Made Sukerti sebagai pendiri Yayasan Arimbawa Wiyanti tergerak hatinya untuk mendirikan lembaga pelatihan pariwisata agar masyarakat Gianyar dan sekitarnya tidak jauh-jauh sekolah ke Denpasar. LP2B dipimpin oleh Dedek Arimbawa, SH dengan Ijin Lembaga yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gianyar No.560/008/Nakertrans Sebagai lembaga pelatihan pariwisata dan kapal pesiar pertama di Gianyar, LP2B didirikan untuk menyediakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dan siap kerja di bidang pariwisata. Disamping itu juga, menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata yang terdepan, baik secara ilmiah maupun praktis khususnya di daerah Gianyar. LP2B saat ini sudah memiliki sarana dan prasarana sangat memadai untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seperti gedung kuliah baru yang berdiri sejak tahun akademik 2010/2011 di jalan By-Pass Darma Giri No. 23 Gianyar, disamping kampus A di jalan Kebo Iwa No. 21 Gianyar.
65
66
Fasilitas ruang perkuliahan dilengkapi dengan AC, audio visual, white board, overhead projector dan LCD monitor dan laboratorium praktik seperti ruang cook, house keeping, FO serta restaurant. Para instruktur/dosen berpengalaman di bidangnya masing-masing telah disiapkan sehingga dapat membantu kelancaran pelaksanaan administrasi kemahasiswaan. Selain itu, LP2B dalam proses belajar mengajar menggunakan system administrasi berbasiskan Teknologi Informasi (TI) dan dalam satu kelas maksimal diikuti oleh 20 mahasiswa untuk mencetak lulusan yang berkualitas. Sebagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, LP2B tetap konsekuen melaksanakan konsep Competency Based Traning dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ditunjang hotel sebagai tempat praktik kerja lapangan sebelum mahasiswa melaksanakan kegiatan magang di Bali, luar Bali atau di luar negeri. Sehingga LP2B sudah melakukan three in one program yaitu mendidik/melatih, uji kompetensi dan penempatan. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional serta misi dan tujuan Yayasan Arimbawa Wiyanti, maka LP2B memiliki tujuan sebagai berikut : Membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyiapkan peserta diklat sebagai insan akademis yang berkepribadian penerus generasi bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 1) Menjadi lembaga diklat bidang Perhotelan yang professional bertaraf internasional. 2) Membantu Pemerintah dalam menanggulangi masalah ketenagakerjaan terutama mengurangi masalah pengangguran.
67
3) Mendorong tumbuh berkembangnya masyarakat umumnya dan lulusan diklat untuk berinovasi, berkreasi membuka lapangan kerja berjiwa wirausaha. 4) Ikut serta menjaga kelestarian nilai-nilai budaya bangsa skala nasional, regional sebagai aset pariwisata. 5) Menjalin komunikasi aktif dengan pihak pemerintah, swasta dan lembaga diklat dalam rangka penciptaan stabilitas masyarakat. 1. Visi dan Misi LP2B LP2B mempunyai visi dan misi sebagai berikut : 1) Visi Menjadikan
Lembaga
pendidikan
tinggi
Pelatihan
terdepan
di
Pariwisata Indonesia
Bali
(LP2B)
untuk
sebagai
menghasilkan
lulusan/Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, terampil, mandiri, beriman, demokrasi, berkeadilan serta memiliki kompetensi internasional dibidang Perhotelan dan Kapal Pesiar 2) Misi Adapun Misi dari LP2B adalah sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan Pelatihan Profesional yang berbasis kompetensi di bidang Kepariwisataan sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku. 2. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar yang bermutu dan konsisten. 3. Memberdayakan mahasiswa untuk target kelulusan tepat waktu dengan memberikan pelayanan yang baik dari seluruh civitas academica .
68
4. Melaksanakan pengabdian masyarakat dengan memberikan kontribusi yang bersifat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya dalam waktu singkat. 5. Meningkatkan mutu SDM melalui kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian. 6. Mengembangkan dan menjaga serta memperluas kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi nasional, internasional, industri, dan pemerintah secara selaras terpadu, berkelanjutan dan berjiwa nasional. 7. Ikut serta berpartisipasi untuk menjaga keharmonisan serta menjaga kelestarian alam lingkungan atas dasar konsep “Tri Hita Karana” 2. Struktur Organisasi LP2B Struktur
organisasi
mempunyai
peranan
penting dalam
menjaga
kelancaran serta kelangsungan lembaga dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi LP2B sebagai berikut :
69
STRUKTUR ORGANISASI LP2B YAYASAN PENDIDIKAN WIYANTHY
DIREKTUR DEDEK ARIMBAWA, SH
DIREKTUR AKADEMIK HJ.SYLVIA WIYANTHI, ST
PROGRAM FO (KANTOR DEPAN) JURUSAN FO (KANTOR DEPAN)
DIREKTUR KEPEGAWAIAN & KEUANGAN DRS. H. HASANUDIN SAID
TATA USAHA
DIREKTUR MAGANG & PENEMPATAN DESI ARIANTI, SE
INSTRUKTUR
PROGRAM F&B SERVICE (TATA HIDANGAN) JURUSAN F&B SERVICE (TATA HIDANGAN)
INSTRUKTUR PROGRAM F & B PRODUCTION (TATA BOGA) JURUSAN F& B PRODUCTION (TATA BOGA)
PROGRAM HOUSE KEEPING (TATA GRAHA) JURUSAN HOUSE KEEPING (TATA GRAHA)
PROGRAM SPA THERAPIST JURUSAN SPA THERAPIST
PROGRAM KOMPUTER JURUSAN KOMPUTER
PROGRAM BAHASA ASING JURUSAN BAHASA ASING
Gambar 5.1 Struktur Organisasi LP2B Sumber : LP2B, 2011
BAHASA INGGRIS BAHASA MANDARIN BAHASA ITALIA
70
5.1.2. Profil Responden Dalam penelitian ini, responden yang diminta untuk mengisi kuesioner adalah mahasiswa/mahasiswi D1 tahun ajaran 2006/2007 sampai dengan 2010/2011 yang sudah tamat kuliah di LP2B. Adapun penelitian terhadap responden dilakukan pada bulan September sampai November 2011 dan karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden No Karakteristik Responden
1
Jenis Kelamin
2
Umur
3
Tahun Angkatan
4
Jurusan
Keterangan
Frekuensi
Persentase
Laki-laki Perempuan Total 18-20 21-23 24-26 27-30 Total 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 Total Tata Hidangan Tata Graha Tata Boga Kantor Depan Spa Therapist Total
105 50 155 92 42 17 4 155 6 26 47 76 155 63 42 44 2 4 155
67,74 32,26 100 59,35 27,1 10,97 2,58 100 3,87 16,77 30,32 49,04 100 40,65 27,1 28,38 1,29 2,58 100
Sumber : Lampiran 2 Pada Tabel 5.1 dapat dipaparkan bahwa jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki dengan jumlah 105 orang (67,74%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang (32,36%).
71
Berdasarkan dengan golongan umur responden yang terbanyak adalah antara 18-20 tahun dengan jumlah 92 orang (59,35%) dibandingkan golongan umur 21-23 tahun dengan jumlah 42 orang (27,1%), 24-26 tahun sebanyak 17 orang (10,97%), dan 27-30 tahun sebanyak 4 orang (2,58%). Berdasarkan tahun angkatan, responden tahun angkatan 2010/2011 menjadi responden yang paling banyak yaitu sejumlah 76 orang (49,04%) dibandingkan 2007/2008 sebanyak 6 orang (3,87%), 2008/2009 sebanyak 26 orang (16,77%), dan 2009/2010 sebanyak 47 orang (30,32%). Sedangkan berdasarkan jurusan, responden jurusan tata hidangan menjadi responden yang paling banyak yaitu sejumlah 63 orang (40,65%) dibandingkan dengan tata graha sebanyak 42 orang (27,1%), tata boga 44 orang (28,38%), kantor depan sebanyak 2 orang (1,29%), dan spa therapis sebanyak 4 orang (2,58%). 5.1.3 Distribusi Frekuensi Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap masing-masing indikator dari variable laten, dengan mendeskripsikan data melalui tabel distribusi frekuensi jawaban responden terhadap pernyataan yang diajukan. Mengetahui penilaian responden baik atau tidak digunakan ratarata skor yang dibagi menjadi empat klasifikasi dari skala 1 (yang terendah) sampai skala 5 (yang tertinggi) (Umar, 2005: 137), yang dihitung dengan rumus :
72
Keterangan : m = Jumlah responden n = Jumlah skala
Dengan demikian, klasifikasi penilaian terhadap variabel penelitian secara menyeluruh akan dilihat dari rata-rata skor dengan kriteria sebagai berikut : 1,00 – 1,80 = sangat tidak baik/sangat rendah 1,81 – 2,60 = tidak baik/rendah 2,61 – 3,40 = cukup baik 3,41 – 4,20 = baik/tinggi 4,21 – 5,00 = sangat baik/sangat tinggi Statistik deskriptif dari persepsi alternatif jawaban responden digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap alternatif jawaban masingmasing variabel dan dimensi. Untuk mengetahui penilaian responden baik atau tidak baik digunakan rata-rata skor dari skala 5 (Sangat setuju), 4 (Setuju), 3 (Netral), 2 (Tidak setuju), sampai dengan 1 (Sangat tidak setuju). Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden masing-masing konstruk dapat dilihat sebagai berikut ini.
73
1. Konstruk Kualitas Layanan Tabel 5.2 Distribusi Persentase Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Variabel Kualitas Layanan LP2B Dimensi
Bukti Fisik (Tangibles)
Keandalan (Reliability)
Indikator Lokasi kampus Tempat parkir Penampilan pegawai Penampilan instruktur Ruang kuliah yg nyaman Ruang kuliah yg bersih Toilet mahasiswa yg bersih Rata-rata Kemampuan pegawai Keakuratan informasi Kemampuan instruktur dalam memotifasi mahasiswa Ketepatan waktu kehadiran instruktur Kemampuan instruktur dalam penyampaian materi Rata-rata
Skor Jawaban (%)
Juml ah
Jumlah
(%)
Orang
1
2
3
4
5
18.06
14.19
14.19
35.48
18.06
100
155
7.74
19.35
22.58
31.61
18.71
100
155
10.97
20.00
16.13
32.90
20.00
100
155
9.03
21.29
16.77
35.48
17.42
100
155
Skor RataRata
Ket
3,2
Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
3,3 3,3 3,3 3,4 10.32
3.87
14.84
13.55
20.65
25.16
36.77
34.19
17.42
23.23
100
100
155 Cukup baik
3,4
Cukup baik
155
8.39
20.00
20.00
23.23
28.39
9,77
17,61
19.35
32.81
20.46
14.84
27.10
14.19
32.26
11.61
100
155
6.45
25.81
20.65
31.61
15.48
100
155
100
3,6
155 3,4 3,0 3,2 2,9
16.77
13.55
23.87
17.42
18.06
23.87
30.97
25.81
10.32
19.35
16.77
21.29
18.06
21.94
21.94
13.68
23.1
18.96
28.52
15.74
100
100
100
Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
155 3,2
Cukup baik
3,1
Cukup baik
155
155 3,1
Cukup baik
74
Skor Jawaban (%) Dimensi
1
Daya Tanggap (Responsiv eness)
Jaminan (Assurance)
Skor RataRata
Indikator
Ketanggapan pegawai Kesediaan pegawai mendengarkan keluhan mahasiswa Kecepatan pegawai menindaklan juti keluhan mahasiswa Ketanggapan instruktur
2
3
4
5
24.52
15.48
29.03
19.35
3,2 11.61
100
155 2,9
17.42
27.74
17.42
21.94
15.48
100
26.45
12.90
33.55
15.48
100
155
14.84
21.94
15.48
25.81
21.94
100
155
Rata-rata Kualitas instruktur Pengalaman mengajar instruktur
13.87
25.16
15.33
27.58
18.06
21.94
14.84
10.97
31.61
20.65
7.10
18.06
16.77
36.77
21.29
100
155
Citra positif Kemudahan informasi
15.48
15.48
10.97
32.26
25.81
100
155
21.29
13.55
10.32
31.61
23.23
100
155
Rata-rata Kesediaan pegawai memberikan pelayanan Kesediaan pegawai memberikan perhatian Kesediaan instruktur memberikan pelayanan Kesediaan instruktur memberikan perhatian
16.45
15.48
12.27
33.06
22.74
16.13
25.81
16.13
29.68
12.26
7.10
24.52
16.77
40.00
11.61
Rata-rata
12.74
26.29
18.71
32.26
10.00
3.1
Cukup baik
3.2
Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
3,1 3,1 155 3,5
3,4
Empati (Empathy)
Sumber : Lampiran 3
3,2
14.19
13.55
23.23
31.61
18.06
23.87
34.84
24.52
9.68
6.45
3,3 3,0
100
100
100
100
Cukup baik Cukup baik
155
11.61
100
Ket
Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
155 3,0
Cukup baik
2,8
Cukup baik
3,2
Cukup baik
155
155
155 3,0
Cukup baik
75
Berdasarkan Tabel 5.2, dari hasil penelitian bahwa rata-rata tanggapan responden sebagai berikut : 1) Pada indikator bukti fisik (Tangible), skor rata-rata persepsi responden terhadap bukti fisik adalah sebesar 3,4 yang menunjukkan kriteria cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap bukti fisik, responden memiliki berbagai macam penilaian. Rata-rata menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai bukti fisik : Sangat Tidak Setuju (9,77%), Tidak Setuju (17,61%), Netral (19,35%), Setuju (32,81%), Sangat Setuju (20,46%). Mengacu pada jawaban responden tersebut, lebih dominan responden setuju memberikan penilaian yang baik terhadap faktor bukti fisik (Tangible) dari LP2B. Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan bukti fisik (Tangible) yang paling rendah adalah pada indikator lokasi kampus. Sedangkan skor rata-rata pernyataan persepsi responden yang paling tinggi adalah pada indikator LP2B memiliki ruang kuliah yang bersih. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa bukti fisik yang diberikan oleh LP2B terhadap mahasiswanya dinilai cukup baik. 2) Pada indikator kehandalan (Reliability), skor rata-rata persepsi responden terhadap kehandalan adalah sebesar 3,1 yang menunjukkan kriteria yang cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap kehandalan, responden memiliki berbagai macam penilaian. Rata-rata menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai kehandalan : Sangat Tidak Setuju (13,68%), Tidak Setuju (23,1%), Netral (18,96%), Setuju (28,52%), Sangat setuju (15,74%). Mengacu pada jawaban responden
76
tersebut, lebih dominan responden setuju memberikan penilaian yang baik terhadap kehandalan pelayanan LP2B. Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan kehandalan (Reliability) yang paling rendah adalah pada indikator kemampuan instruktur dalam memotifasi mahasiswa. Sedangkan skor ratarata pernyataan persepsi responden yang paling tinggi adalah pada indikator keakuratan informasi dan keakuratan waktu kehadiran instruktur. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa kehandalan yang diberikan oleh LP2B terhadap mahasiswanya dinilai cukup baik. 3) Pada indikator Daya Tanggap (Responsiveness), skor rata-rata persepsi responden terhadap daya tanggap adalah sebesar 3,1 yang menunjukkan kriteria yang cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap daya tanggap, responden memiliki berbagai macam penilaian. Ratarata menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai daya tanggap : Sangat Tidak Setuju (18,06%), Tidak Setuju (27,58%), Netral (15,33%), Setuju (25,16%), Sangat Setuju (13,87%). Mengacu pada jawaban responden tersebut, lebih dominan responden setuju memberikan penilaian yang baik terhadap daya tanggap pelayanan LP2B. Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan Daya Tanggap (Responsiveness) yang paling rendah adalah pada indikator kesediaan pegawai dalam mendengar keluhan mahasiswa. Sedangkan skor rata-rata pernyataan persepsi responden yang paling tinggi adalah pada indikator ketanggapan pegawai dan ketanggapan instruktur. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Daya
77
Tanggap yang diberikan oleh LP2B terhadap mahasiswanya dinilai cukup baik. 4) Pada indikator Jaminan (Assurance), skor rata-rata persepsi responden terhadap jaminan kepastian adalah sebesar 3,3 yang menunjukkan kriteria yang cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap jaminan,
responden
memiliki
berbagai
macam
penilaian.
Rata-rata
menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai jaminan : Sangat Tidak Setuju (16,45%), Tidak Setuju (15,48%), Netral (12,27%), Setuju (33,06%), Sangat Setuju (22,34%). Mengacu pada jawaban responden tersebut, lebih dominan responden setuju memberikan penilaian yang baik terhadap jaminan yang diberikan LP2B. Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan Jaminan (Assurance) yang paling rendah adalah pada indikator kualitas instruktur. Sedangkan skor rata-rata pernyataan persepsi responden yang paling tinggi adalah pada indikator pengalaman mengajar instruktur. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Jaminan (Assurance) yang diberikan oleh LP2B terhadap mahasiswanya dinilai cukup baik. 5) Pada indikator Empati (Empathy), skor rata-rata persepsi responden terhadap empati adalah sebesar 3,0 yang menunjukkan kriteria cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap empati, responden memiliki berbagai macam penilaian. Rata-rata menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai empati : Sangat Tidak Setuju (12,74%), Tidak Setuju (26,29%), Netral (18,71%), Setuju (32,26%), Sangat Setuju (10,00%). Mengacu pada
78
jawaban responden tersebut, lebih dominan responden setuju memberikan penilaian yang baik terhadap empati yang diberikan LP2B. Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan Empati (Empathy) yang paling rendah adalah
pada
indikator
kesediaan
instruktur
memberikan
pelayanan.
Sedangkan skor rata-rata pernyataan persepsi responden yang paling tinggi adalah pada indikator kesediaan instruktur memberikan perhatiaan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa Empati yang diberikan oleh LP2B terhadap mahasiswanya dinilai cukup baik. 2.
Konstruk Kepuasan Tabel 5.3 Distribusi Persentase Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Variabel Kepuasan Mahasiswa LP2B
Indikator 1 Pelayanan sesuai harapan LP2B merupakan lembaga pendidikan pariwisata terbaik di Gianyar Kuliah di LP2B merupakan pilihan bijak Puas dengan keputusan kuliah di LP2B
22.58
Rata-rata
Skor Jawaban 2 3 4 15.48
13.55
27.74
5 20.65
Jumlah (%)
Jumlah Orang
100
155
Ratarata 3,1 3,1
15.48
16.13
21.29
32.90
14.19
100
155
14.19
15.48
20.65
32.90
16.77
100
155
13.55
23.23
16.13
26.45
20.65
100
155
16.45
17.58
17.90
30.00
18.06
3,2 3,2
3,15
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 5.3, skor rata-rata persepsi responden terhadap kepuasan adalah sebesar 3,15 yang menunjukkan kriteria yang cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap kepuasan, responden memiliki berbagai macam penilaian. Rata-rata menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai kepuasan : Sangat Tidak Setuju (16,45%), Tidak Setuju (17,58%),
Ket Cukup baik Cukup baik
Cukup baik Cukup baik Cukup baik
79
Netral (17,90%), Setuju (30,00%), Sangat Setuju (18,06%). Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan kepuasan mahasiswa yang paling rendah adalah pada indikator pelayanan sesuai harapan dan LP2B merupakan lembaga pendidikan pariwisata terbaik di Gianyar. Sedangkan skor rata-rata pernyataan persepsi setuju yang paling tinggi adalah pada indikator kuliah di LP2B merupakan pilihan bijak dan puas dengan keputusan kuliah di LP2B. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh LP2B terhadap mahasiswanya cukup baik. 3.
Konstruk WOM Tabel 5.4 Distribusi Persentase Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Variabel WOM Mahasiswa LP2B
Indikator
Skor Jawaban
Jumlah
Jumlah
Rata-
(%)
Orang
Rata
1
2
3
4
5
Cerita positif
12.26
17.42
17.42
32.26
20.65
100
155
Rekomendasi
18.06
16.77
16.13
31.61
17.42
100
155
Ajakan
15.48
16.13
16.13
32.26
20.00
100
155
15.27
16.77
16.56
32.04
19.35
3,3 3,1 3,3
Rata-rata Sumber : Lampiran 3
3,23
Berdasarkan Tabel 5.4, skor rata-rata persepsi responden adalah sebesar 3,23 yang menunjukkan kriteria yang cukup baik. Namun, dari keseluruhan skor rata-rata persepsi terhadap WOM mahasiswa, responden memiliki berbagai macam penilaian. Rata-rata menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai WOM mahasiswa : Sangat Tidak Setuju (15,27%), Tidak Setuju
Ket Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
80
(16,77%), Netral (16,56%), Setuju (32,04%), Sangat Setuju (19,35). Skor rata-rata persepsi responden pada pernyataan WOM mahasiswa yang paling rendah adalah pada indikator rekomendasi. Sedangkan skor rata-rata pernyataan persepsi responden yang paling tinggi adalah pada indikator cerita positif dan ajakan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden akan meceritakan hal-hal positif tentang LP2B. 5.1.4 Hasil Analisis Hubungan Antara Konstruk Penelitian 1. Uji asumsi penggunaan SEM Asumsi-asumsi yang menjadi persyaratan dalam pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisa dengan teknik model persamaan struktural antara lain : ukuran sempel, normalitas data, sebaran data serta multikolinearitas dan singularitas. a. Ukuran Sampel Model estimasi menggunakan Maximum Likelihood (ML) memerlukan ukuran sampel antara 100 sampai 200. ukuran sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 155 responden di mana telah memenuhi sampel permodelan untuk SEM. b. Hasil Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas univariat dan multivariate data dalam penelitian ini untuk kedua syarat diatas tidak terpenuhi tetapi salah satu dari kriteria tersebut terpenuhi yaitu dengan menggunakan kriteria Critical Ratio Skweness (CR) ±2,58 maka dapat dikatakan bahwa tidak ada data dalam
81
penelitian ini yang mempunyai sebaran tidak normal, karena tidak ada angka CR Skweness diluar ±2,58 yang dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Data Variable Min X1.7 1.000 X1.6 1.000 X1.5 1.000 X3.4 1.000 X3.3 1.000 X4.4 1.000 X5.4 1.000 X5.1 1.000 X5.2 1.000 X5.3 1.000 X4.3 1.000 X4.1 1.000 X4.2 1.000 X3.2 1.000 X2.5 1.000 X3.1 1.000 X2.1 1.000 X2.2 1.000 X2.3 1.000 X2.4 1.000 X1.1 1.000 X1.2 1.000 X1.3 1.000 X1.4 1.000 Multivariate Sumber : Lampiran 8
Max 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Skew -.300 -.457 -.482 -.165 -.169 -.345 -.311 -.034 -.191 .140 -.460 -.271 -.479 .129 -.083 -.168 -.067 -.141 -.078 -.217 -.386 -.302 -.338 -.337
c.r. -1.524 -2.321 -2.448 -.839 -.860 -1.752 -1.582 -.173 -.973 .712 -2.340 -1.377 -2.437 .654 -.423 -.855 -.341 -.715 -.394 -1.103 -1.962 -1.536 -1.719 -1.714
Kurtosis -1.125 -.555 -.746 -1.283 -1.215 -1.340 -.962 -1.222 -1.119 -.932 -1.148 -1.374 -.805 -1.223 -1.301 -1.211 -1.234 -1.033 -1.186 -1.056 -1.160 -.894 -1.061 -.992 15.762
c.r. -2.860 -1.409 -1.896 -3.261 -3.087 -3.406 -2.444 -3.106 -2.843 -2.368 -2.918 -3.491 -2.046 -3.108 -3.306 -3.078 -3.136 -2.626 -3.014 -2.684 -2.948 -2.272 -2.697 -2.520 2.777
c. Hasil Uji Outliers Deteksi terhadap multivariate outliers dilakukan dengan memperhatikan hasil uji Observations Farthes From The Centroid (Mahalanobis Distance). Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi-square
82
pada derajat kebebasan (degree of freedom) 31 yaitu jumlah variabel indikator pada tingkat signifikansi p