pengaruh latihan periode persiapan umum terhadap daya ledak otot ...

117 downloads 2497 Views 325KB Size Report
PENGARUH LATIHAN PERIODE PERSIAPAN UMUM TERHADAP DAYA. LEDAK OTOT ... Perbedaan daya ledak otot tungkai setelah pelatihan pada atlet.
PENGARUH LATIHAN PERIODE PERSIAPAN UMUM TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI ATLET KONTINGEN BAYANGAN PON XVIII KONI SULAWESI SELATAN IMPACT EXERCISE PERIOD OF PREPARATION TRANING EXPLOSIVE POWER LEG MUSCLE ATLET CONTINGEN SHADOW PON XVIII KONI SOUTH SULAWESI Muhammad Taufan Umasugi,1,Ilhamjaya Patellongi,2 Nukhrawi Nawir 3 1

STIKes Maluku Husada, Seram Bagian Barat Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin 3 Bagian Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Makassar 2

Alamat Korespondensi: Muhammad Taufan Umasugi STIKes Maluku Husada Seram Bagian Barat HP: 082188337442/29ddf7af Email: [email protected]

Abstrak Daya ledak otot tungkai merupakan gabungan dari hasil kekuatan dengan kecepatan, sehingga memerlukan kebugaran fisik yang baik, dengan mengembangkan energy pre dominan system anaerobik. Komponen biomotorik yang terpenting adalah daya ledak. Dalam penelitian ini dicoba mengembangkan komponen biomotorik daya ledak dengan latihan periode persiapan. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama mey sampai dengan juli 2012. Test vertical jump bertujuan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Sampel berjumlah 107 orang dipilih berdasarkan purposive sampling dari atlet persiapan PON yang memenuhi persyaran inklusi dan eksklusi. Data berupa daya ledak tungkai sebelum dan sesudah diukur dengan alat ukur test vertical jump. Data yang diperoleh diuji dengan program computer, Uji-t untuk mengetahui beda rerata peningkatan daya ledak antara pre dan post. Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Perbedaan daya ledak otot tungkai setelah pelatihan pada atlet menunjukkan peningkatan tetapi tidak bermakna yaitu p=0,992 (p>0,05). Rerata daya ledak otot tungkai sebelum test adalah 42.01 dan setelah test adalah 42.06 dengan selisih 0,5 yang menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna. Dengan demikian latihan periode persiapan yang menggunakan test vertical jump dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. Sehingga diharapkan kepada pelatih ataupun akademisi olahraga untuk dapat memperhatikan sasaran biomotorik khusus untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Kata kunci : Latihan, daya ledak, biomotorik

Abstract Explosive power is a combination of leg muscle strength results with speed, so it requires good physical fitness, to develop the anaerobic energy system pre dominant. Biomotorik the most important component is the explosive power. In this study attempted to develop explosive power biomotorik component with a period of preparation training. Implementation of the study lasted for mey up to July 2012. Test aims to increase vertical jump explosive power leg muscles. Sample of 107 people selected by purposive sampling of PON to meet the athletes preparation persyaran inclusion and exclusion. Account in the form of explosive power leg before and after the test was measured with a measuring vertical jump. The data obtained were tested with a computer program, t-test to determine the different rates of increase in explosive power between pre and post. Limit of significance used was 0.05. Differences in leg muscle explosive power in athletes after training showed an increase but not significantly, value p = 0.992 (p> 0.05). The mean explosive power leg muscles before and after the test is 42.01 with a difference test is 42.06 0.5 indicating a non-significant difference. Thus the exercise period of preparation that uses vertical jump test can increase explosive power leg muscles. It is expected to coach sports or academics to be able to pay attention specifically to enhance the target biomotorik explosive power leg muscles. Keywords: explosive power, Exercise, Biomotorik

PENDAHULUAN Komite olahraga nasional indonesia Sulawesi selatan adalah salah satu cabang yang membina atlet yang berada di Sulawesi selatan. Adapun program yang dijalankan terjadi dalam kurun waktu perubahan dari program Sulawesi selatan bangkit (SSB), sampai pada perubahan nama menjadi Sulawesi selatan maju, dimana pada persiapan PON XVII di Kalimantan Timur menunjukkan prestasi yang cukup untuk diacungkan jempol tetapi masih harus diadakan berbagai perubahan dalam pola pelatihan dan mengasah mental dari para atlet (Laporan KONI Sulsel, 2011). Beberapa program latihan Untuk mendapatkan hasil latihan yang maksimal, maka latihan haruslah terprogram dengan baik, program latihan ini merupakan acuan kegiatan yang harus dilaksanakan secara konsekwen. Program direncanakan mulai dari kegiatan yang besar, yang makro lalu disusun dengan kegiatan yang semakin kecil, yang semakin lama semakin mendetail dan terinci, atau sering disebut dengan rencana mikro, dalam hal ini (Harsono,1988) mengemukakan “mulailah dan akhirnya rencana mingguan dan harian. Periode persiapan dibagi dalam dua fase yakni fase persiapan umum dimana meningkatkan kemampuan dasar baik fitness maupun teknik pemain. Disamping itu menyiapkan pemain untuk latihan yang lebih maju pada fase periode ini. Jika pemain adalah atlet yang telah melalui siklus latihan dari tahun lalu, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Selanjutnya fase persiapan khusus, periode ini menekanan segi fitnes adalah fitness secara umum. Sebagai kita ketahui, cabang olahraga yang berbeda menuntut tingkat dan macam fitness yang berbeda pula. Maka pada fase kedua ini penekanan fitness diarahkan kepada fitness yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daya ledak otot tungkai atlet. Latihan harus dirancang untuk memenuhi tuntutan fitness yang spesifik ini. Dilanjutkan dengan periode kompetisi dan menuju fase berukutnya adalah fase transisi. Untuk itu maka diperlukan latihan yang dapat meningkatkan prestasi sehingga menuntut upaya pelatih yang bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan kemampuan kecepatan adalah dengan meningkatkan kemampuan daya tahannya melalui latihan daya tahan anaerob dan latihan kekuatan melalui latihan kekuatan yang cepat (speed strength/power). Akan tetapi untuk mencapai atau menuju pada kemampuan tersebut terlebih dahulu harus menempuh beberapa tahapan (period) yang dikenal dengan periodisasi biomotorik sehingga masing-masing memberikan dukungan dan saling menunjang pencapaian prestasi.

Daya ledak otot (muscular explosive power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (Sajoto,1995). Daya ledak otot merupakan gabungan unsur kondisi fisik, yaitu kekuatan dan kecepatan. Semakin kuat dan cepat otot bekerja maka semakain bagus daya ledak otot sesorang/atlet, dengan bagusnya daya ledak otot, maka apapun gerakan/kegiatan yang berhubungan dengan daya ladak otot dapat dilakukan dengan maksimal, tentunya hasilnya menjadi lebih baik. Takaran pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan beban bervariasi, kontraksi cepat, dalam repetisi kalau kecepatan berkurang pengulangan dihentikan. Repetisi merupakan bentuk pengulangan. Dalam teori takaran beban dalam pelatihan daya ledak 40%-80% dari kemampuan maksimal (Satriya, dkk., 2007). Oleh karena itu para pelatih dan praktisi dituntut perlu dilakukan gerakan yang terkordinasi dengan prinsip, jenis dan test latihan yang dapat meningkatkan sasaran biomotorik khusus dan tepat sasaran demi menghasilkan atlet yang berkualitas dalam performa, sehingga mampu bersaing dalam kancah olahraga prestasi.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di KONI Sulawesi Selatan yang terletak di Jl Sultan Hasanuddin Kotamadya Makassar, dan Laboratorium atlet Universitas Negeri Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan prospektif study dengan menggunakan pretest-posttest design. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet cabang olahraga. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 107 orang. Sampel dikumpulkan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria inklusi; 1) Bersedia sebagai subjek penelitian dari awal sampai selesai, dengan menandatangani surat persetujuan bersedia sebagai sampel. 2) Berbadan sehat dan tidak cacat, berdasarkan pemeriksaan dokter. 3) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan. 4) Atlet kontingen pon 5) Sehat kondisi fisik. Kriteria eksklusi adalah subjek yang bukan atlet kontingen pon dan lainnya serta diluar koni Sulawesi selatan.2) Kreteria tidak dilanjutkan sebagai subjek. 3) Jika dalam pengambilan data orang tersebut tidak masuk atau tidak datang ke lokasi pengambilan data 4) Jika selama penelitian orang tersebut tiba–tiba jatuh sakit atau cedera karena kecelakaan 5)

Jika selama penelitian orang tersebut mengundurkan diri sebagai subjek penelititan. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti, dimulai dengan kuesioner untuk mengetahui umur dan cabang olahraga serta pengambilan sampel darah atlet sebelum latihan periode persiapan umum di Klinik Kesehatan KONI Sulawesi Selatan. Setelah itu atlet mengikuti latihan periode persiapan umum selama 6 bulan meliputi latihan kondisi fisik dan latihan teknik. Latihan kondisi fisik dilaksanakan di condition training KONI Sulsel dan ditempat latihan sesuai dengan cabang olahraga masing-masing. Latihan teknik dilaksanakan dimana cabang olahraga tersebut melaksanakan program latihan sehari-hari. Setelah latihan periode persiapan dilaksanakan selama 6 bulan, maka Atlet diujikan untuk mengetahui daya ledak otot tungkai dengan dilakukan test vertical jump di laboratoium atlet UNM olahraga jl. Wijaya Kusuma Banta-bantaeng.

HASIL Karakteristik Sampel Analisa Univariat Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah sampel pria 70.1 % dan wanita 29.9%, dan dari total sampel 107 dengan umur antara 16 sampai 39 tahun pada beberapa Cabang olah raga dengan mean umur 22.68 dan median 22.00 seperti di lihat pada table di atas dengan keterwakilan data pada masing-masing umur antara 16 -39 tahun Dengan jumlah sampel pria 70.1% dan wanita 29.9% pada masing-masing cabang olah raga dengan persentase 10,3% cabang olah raga anggar, 20,6% cabang sepak takrow, 11,2 % polo air, cabang futsal 8.4%, cabang karte, pencaksilat dan basket 6.5% selebihnya tersebar pada cabang oleh raga atletik, balap sepeda, bulutangkis, gulat, kempo, panjat tebing taekwondo, dan voli pantai. Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata kemampuan daya ledak otot tungkai dari hasil test vertical jump pada atlet kontingen bayangan KONI Sulawesi Selatan sebelum dilakukannya test adalah sebesar 42.01 dengan standar deviasi sebesar 9.906. Setelah melakukan setelah melakukan test vertical jump, terjadi peningkatan daya ledak otot tungkai atlet tersebut sebanyak 0,5 dari sebelumnya menjadi 42.06 dengan standar deviasi yang lebih besar yakni sebesar 10.711. Analisa bivariat

Tabel 3 menunjukkan bahwa latihan periode persiapan umum mengalami peningkatan yang tidak bermakna terhadap daya ledak otot tungkai pada atlet kontingen bayangan PON XVIII dengan nilai ρ 0,992 (> 0,05) pada tingkat kepercayaan 95%. Demikian, bahwa kemampuan pretest selisih rata-rata posttest ke sesudah latihan periode persiapanumum pon KONI Sulawesi selatan adalah hanya sebesar 0,5. Pembahasan Secara anatomi gerakan dan otot-otot utama yang terlibat secara langsung yaitu dari otot tungkai atas sampai otot tungkai bawah, dengan kekuatan otot yang dimiliki akan menambah kecepatan dan kekuatan pada waktu menolak, demikian pula waktu pendaratan sedangkan ketinggian lompatan harus tinggi dan vertical karena atlet dipacu untuk melompat tinggi dengan arah tegak lurus semaksimal mungkin kemudian mendarat. Hakekat dan tujuan latihan olahraga ialah meningkatkan ketrampilan dan kinerja otot atlet agar para olahragawan mampu berprestasi semaksimal mungkin. Karena itu tugas seorang pelatih adalah membantu atlet-atletnya untuk meningkatkan prestasi olahraga semaksimal mungkin. Menurut Malisoux et al (2006), ada empat aspek yang perlu dilakukan pelatih kepada para atlitnya untuk memaksimalkan prestasi, yaitu: a) aspek fisik, b) aspek teknik, c) aspek taktik dan d) aspek mental. Keempat aspek tersebut harus diterapkan secara sistematis berencana, sinergis dan serempak. Seorang atlet yang terampil dan sukses dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan kesuksesan yaitu: a) faktor genetic, b) faktor kedisiplinan, c) faktor latihan, dan d) faktor keberuntungan. Beberapa anjuran bagi pelatih dalam mendidik pemain agar kesuksesan dapat tercapai antara lain: a) canangkan pentingnya disiplin, b) anjurkan makan makanan yang bergizi, hidup sehat dan istirahat cukup, c) jadilah contoh yang baik, d) luaskan wawasan (Never stop learning), dan e) buat program yang terarah terhadap Jenjang latihan olah raga. Hasil penelitian diatas, dapat dinyatakan bahwa tipe pelatihan periode persiapan yang diterapkan memiliki pengaruh dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai. Dengan demikian berarti hipotesis terbukti, yaitu pelatihan persiapan PON, dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. Pelatihan yang diberikan untuk pemula dalam jangka waktu yang sesuai dengan standart, akan memperoleh hasil yang konstan, dimana tubuh dapat teradaptasi dengan pelatihan dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti (Nala, 2002). Selanjutnya menurut Satriya, dkk (2007),

dengan melakukan pelatihan secara intensif 6-8 minggu akan meningkatkan kekuatan, kelentukan, dan daya tahan. Test vertical jump ini menggunakan sistem energi anaerobik karena rentang waktu pelaksanaan pelatihan antara 0-2 menit. Metabolisme energi dominan anaerobik akan menghasilkan produk berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot sehingga menimbulkan gerakan yang bertenaga tetapi tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang maka harus diselingi dengan interval istirahat (Irawan, 2007). Penggunaan energi ini dalam jumlah besar dan waktu singkat dengan gerakan-gerakan yang eksplosif (Giriwijoyo, 2007). Fokus dalam pelatihan ini adalah daya ledak. Daya ledak dominan menggunakan gerakangerakan yang eksplosif. Menurut Harsono dalam Satriya, dkk (2007), dalam daya ledak terdapat dua komponen biomotorik yaitu kekuatan dan juga kecepatan, sehingga untuk meningkatkan daya ledak otot maka diberikan beban tahanan sebesar 40%-80% dari kemampuan maksimal. Latihan beban juga dikenal dengan istilah weight training, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan latihan fisik untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Dengan pelatihan beban menurut (Nossek, 1982), beban dalam latihan dibagi menjadi dua yaitu beban luar dan beban dalam. Beban luar adalah komponen-komponen beban dan latihan yang disusun menjadi urutan metodis yang wajar, sedangkan beban dalam adalah perangsangan dan efeknya pada sel dengan meningkatkan kualitas sel, yang berarti meningkatnya kesehatan dan kemampuan fungsional sel berarti meningkatnya kekuatan sel-sel yang mengalami pelatihan (Giriwijoyo, 2007). Rangsangan pelatihan yang optimum untuk membangun daya ledak adalah pelatihan dengan intensitas tinggi dan repetisi yang cepat (Lawrensen, 2008). Proses terjadinya kontraksi pada otot dikarenakan adanya ransangan yang menyebabkan aktif nya filamen aktin dan filamen myosin. Semakin cepat rangsangan yang diterima dan semakin cepat reaksi yang diberikan oleh kedua filamen tersebut maka kontrasi otot menjadi lebih cepat, sehingga daya ledak yang dihasilkan kerena penggabungan kecepatan dan kekuatan tersebut menjadi lebih besar Dampak yang terjadi akibat pelatihan tersebut adalah terjadi peningkatan persentase massa otot, sehingga mengalami hipertropi, bertambah sebanyak 30-60 persen (Guyton dan Hall, 2008). Terjadinya hipertropi karena perubahan otot rangka atau peningkatan diameter pada serabut (fiber) otot cepat (fast twitch), maka dengan sendirinya juga terjadi hipertropi. Semua

hipertrofi otot akibat dari suatu peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serabut otot, menyebabkan pembesaran masing-masing serabut otot (Guyton dan Hall, 2008). Untuk latihan kecepatan yang menjadi hipertropi, adalah otot cepat ( Fox, 1984). Dengan adanya peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel-sel otot maka akan dapat menyebabkan fungsi dari mitokondria lebih efektif. Dengan adanya peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot sehingga secara fisiologis merangsang perbaikan pengambilan oksigen (Nala, 2002) disamping itu akibat dari pelatihan yang teratur dan maksimal mitokondria melakukan replikasi sehingga dapat mengerahkan sistem energi dominan untuk selalu siap menyediakan energi yang diperlukan (Guyton dan Hall, 2008). Gerakan dari Test vertical jump ini dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah gerakan tungkai sehingga tenaga berada pada otot tungkai sebagai penggerak utama. Dalam mengayun tungkai, otot melakukan usaha/kerja karena massa berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan suatu percepatan tertentu dan memaksimalkan usaha/kerja untuk otot tungkai. Dengan memaksimalkan kerja otot tersebut maka dapat meningkatkan otot tungkai. Dalam pelatihan ini hipertrofi yang sangat luas terjadi karena otot diberikan beban selama proses kontraksi (Guyton dan Hall, 2008). Kontraksi yang terjadi pada saat awalan menggunakan kontraksi isometrik karena terjadi pemendekkan otot, sedangkan pada proses lanjutan menggunakan kontraksi eksentrik karena otot memanjang, dan kontraksi alodinamik karena otot yang digunakan sejak awal sampai akhir berbeda bebannya dan arahnya vertikal serta melawan gravitasi bumi.

KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti berkesimpulan bahwa latihan periode persiapan Umum mengalami peningkatan yang tidak bermakna terhadap daya ledak otot tungkai atlet kontingen bayangan PON XVIII KONI Sulawesi Selatan. Peneliti menyarankan agar atlet-atlet kontingen bayangan PON XVIII agar mempertahankan daya ledak ototnya yang sudah optimal dengan terus mengikuti program latihan periode persiapan khusus dan kompetisi utama serta memerhatikan keseimbangan zat gizi yang akan dikonsumsi oleh seorang atlet. Bagi peneliti lain disarankan melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh periode persiapan Khusus dengan sasaran biomotorik khusus untuk meningkatkan daya ledak otot pada atlet

DAFTAR PUSTAKA Fox, E.L. (1984). Sport physiology. 2th Edition, Philadelphia: Saunders College Publishers. Guyton AC,Hall JE. Textbook of medical physiology. Edisi 10. Philadelphia: W.B. Saunders Company; (2007). h 67-79 dan 80-6. Giriwijoyo, Y.S. Santosa, (2004), Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga, Bandung: FPOK, UPI Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Depdiknas Dikti LPTK. Irawan. A.(2007). Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. [Diakses 21 juni 2012]. Vol.01.N0.07. Sports Science Brief. Available from.www.pssplab.com Laporan Koni Sulawesi Selatan (2011) Pada Persentase Cabang Olahraga : Makassar Lawrensen, D. (2008). The Super Toning Trainning Routine. [Diakses 15 Juni 2012]. Available from http://www.muscleanstrength.com. Malisoux L, Francaux M, Nielens H, et al. Stretch-shortening cycle exercises: an effective training paradigm to enhance power output of human single muscle fibers. J Appl Physiol (2006);100:7719. Nossek, J. (1982). General Teori Of Training, (Terjemahan M. Furqon H). Surakarta: Sebelas Maret University Perss. Nala, N. (2002). Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali Satriya., Sidik, S., Imanudin, I. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI. Nala, N. (2002). Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali

Tabel 1. Distribusi karakteristik atlet kontingen bayangan PON XVIII KONI Sulsel Karakteristik atlit Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Total Kelompok Umur (tahun) a. 16-26 b. 26-39 Total Cabang olahraga a. Anggar b. Atletik c. Bulu tangkis d. Futsal e. Kempo f. Panjat tebing g. Polo air h. Balap sepeda i. Sepak takraw j. Judo k. Gulat l. Karate m. Panjat Tebing n. Pencak silat o. Taik wondo p. Voly pantai Total

N

%

75 27 107

66.7 33.3 100

41 7 48

87 20 107

11 4 5 9 3 6 12 2 22 3 2 7 6 7 5 2 107

10.3 3.7 4.7 8.4 2.8 5.6 11.2 1.9 20.6 2.8 1.9 6.5 5.6 6.5 4.7 1.9 100

Sumber: Data primer 2012

Tabel 2 Distribusi berdasarkan mean dan standar deviasi atlet kontingen bayangan Test Pre Post

Mean 42.01 42.06

N 107 107

SD 9.906 10.711

Sumber Data primer 2012

Table 3 Pengaruh latihan periode persiapan umum terhadap daya ledak otot tungkai. Daya ledak otot

Rerata (SD)

Sebelum latihan Setelah latihan Sumber: Data primer 2012

42.01 ± 0.5 42.06 ± 0.5

ρ* 0,992