pengaruh manajemen laba sebelum initial public offerings terhadap ...

53 downloads 336 Views 1MB Size Report
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba sebelum IPO terhadap kinerja keuangan setelah IPO. Penelitian ini juga bertujuan untuk ...
TESIS

PENGARUH MANAJEMEN LABA SEBELUM INITIAL PUBLIC OFFERINGS TERHADAP KINERJA KEUANGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

RAHAYU KARTIKA DEWI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

TESIS

PENGARUH MANAJEMEN LABA SEBELUM INITIAL PUBLIC OFFERINGS TERHADAP KINERJA KEUANGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

RAHAYU KARTIKA DEWI NIM : 0990662033

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAGEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

PENGARUH MANAJEMEN LABA

SEBELUM INITIAL PUBLIC OFFERINGS TERHADAP KINERJA KEUANGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana

RAHAYU KARTIKA DEWI NIM : 0990662033

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 AGUSTUS 2013

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE.,MS NIP.19108271986011001

Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., MSi NIP.19590603 198601 1001

Mengetahui Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,MSi NIP. 19590801 198601 2 001

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP.19590215 198510 2 001

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal: 25 Juli 2013

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No :0159a/H14.4/HK/2013, Tanggal 28 Januari 2013

Ketua

: Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE.,MS

Anggota

:

1. 2. 3. 4.

Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., MSi Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE.,MSi Dr Luh Gede Sri Artini, SE., MSi Dr Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE,.MM

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama

: Rahayu Kartika Dewi

NIM

: 0990662033

Program Studi

: Manajemen

JudulTesi

: PENGARUH MANAJEMEN LABA SEBELUM INITIAL PUBLIC OFFERINGS TERHADAP KINERJA KEUANGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 2013

(Rahayu Kartika Dewi)

UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang HyangWidhi Wasa/Tuhan Yang MahaEsa, karena hanya atas asung waranugrahaNya/ kurnia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE.,MS sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE.,MSi. sebagai Pembimbing Pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE.,MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,MSi sebagai Ketua Program MM Unud. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Luh Putu Wiagustini, SE.,MSi, Dr. Luh Gede Sri Artini, SE.,MSi dan Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE.,MM yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapkan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Mama,yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasardasar berpikir logis dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Kepada Gde Rahmadi dan Rai Trisna yang memberikan dukungan sepenuhnya Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.

ABSTRAK PENGARUH MANAJEMEN LABA SEBELUM INITIAL PUBLIC OFFERINGS TERHADAP KINERJA KEUANGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA Perusahaan melakukan penawaran saham perdana sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan tambahan dana. Fenomena asimetri informasi dan penurunan kinerja terjadi dalam Initial Public Offerings (IPO). Asimetri informasi yang terjadi, menyebabkan manajer memiliki kesempatan untuk melakukan manipulasi atas laporan keuangan yang biasa disebut dengan manajemen laba (earnings management). Manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen, tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang sehingga menyebabkan perusahaan mengalami penurunan kinerja (underperfomance). Penurunan kinerja keuangan yang dialami perusahaan akan sejalan dengan penurunan return saham. Hal ini sebagai koreksi pasar atas penurunan kinerja yang terjadi pasca IPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba sebelum IPO terhadap kinerja keuangan setelah IPO. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan setelah IPO terhadap return saham setelah IPO. Penelitian ini dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia, dengan obyek penelitian perusahanperusahaan yang melakukan IPO periode 2006-2010. Manajemen laba dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan model Kang dan Siwaramakrishnan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan teknik analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menemukan bahwa: 1) manajemen laba yang dilakukan perusahaan sebelum IPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan setelah IPO dan 2) Kinerja keuangan setelah IPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham setelah IPO. Kata Kunci : IPO, manajemen laba, kinerja keuangan, return saham

ABSTRACT THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT PRE INITIAL PUBLIC OFFERINGS ON FINANCIAL PERFORMANCE AND THE IMPACT ON STOCK RETURN OF LISTED COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

As an alternative to obtain additional fund, a company perfoms Initial Public Offering (IPO), during which information asymetric and underperfomance phenomena take place. This information asymetric is exploited by manager to manipulate financial statements, commonly known as earnings management. Earnings management conducted by management can not be retained for long period, causing the company’s declining performance. Then, it will be followed by declining of stock return, during to market correction towards declining performance post IPO. This research aims at determining the impact of earning management pre IPO to financial performance post IPO. It also aiming at determining the impact of financial performance post IPO to stock return post IPO. This research uses the companies data conducting IPO that went at Indonesia Stock Exchange for the periods 2006-2010. The method used to examine earnings management are the method that develop by Kang and Siwaramakrishnan. The method of analysis of this research used single regression analysis. The result of this research is: (1) earning management pre IPO has negatively effect and statistically significant to financial performance post IPO and (2) financial performance post IPO has positively effect to stock return post IPO. Key Words: IPO, earnings management, financial performance, stock return

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL DALAM ......................................................................................... i PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8 2.1 Teori agensi (agency theory) dan asimetri informasi ............... 8 2.2 Teori pasar efisien ..................................................................... 10 2.3 Manajemen laba (earnings management) .................................. 13 2.4 Initial Public Offering (IPO) ...................................................... 18 2.5 Kinerja Keuangan ..................................................................... 20 2.6 Return Saham ............................................................................ 23 2.7 Hubungan IPO dan Manajemen Laba ....................................... 24 2.8 Hubungan Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan .................. 25 2.9 Hubungan Kinerja Keuangan setelah IPO dan Return Saham setelah IPO ................................................................................ 26 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .................................................... 28 3.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 28 3.2 Kerangka Konseptual ................................................................. 31 3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................... 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian ................................ 37 4.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 38 4.2.1 Identifikasi Variabel .......................................................... 38 4.2.2 Definisi Operasional Variabel ........................................... 39 4.3 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 43 4.3.1 Jenis Data .......................................................................... 43 4.3.2 Populasi dan Sampel ......................................................... 43 4.3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................. 46

4.4 Teknik Analisis Data .................................................................. 46 4.4.1 Pengujian Hipotesis ......................................................... 46 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Estimasi Discretionary Accruals .............................................. 48 5.2 Deskripsi Variabel Penelitian .................................................. 50 5.3 Pengujian Asumsi Klasik ......................................................... 52 5.4 Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 55 5.4.1 Hasil Pengujian Hipotesis 1 .............................................. 55 5.4.2 Hasil pengujian Hipotesis 2 ............................................... 57 5.5 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 59 5.5.1 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Manajemen Laba....... 59 5.5.2 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Return Saham ..... 60 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan .................................................................................... 63 6.2 Saran dan keterbatasan penelitian ........................................... 63 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 66 Lampiran........................................................................................................... 69

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Halaman

4.1 Sampel Penelitian ....................................................................................

45

5.1 Hasil Estimasi Non Discretionary Accruals ............................................

49

5.2 Statistik Deskriptif Discretionary Accruals, Perubahan Net Profit Margin, dan Return Saham .................................................................................... 50 5.3 Hasil Uji Asumsi Klasik Model Regresi .................................................

55

5.4 Hasil Uji Hipotesis 1 ................................................................................

55

5.5 Hasil Uji Hipotesis 2 ................................................................................

58

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ..............................................................................

32

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Halaman

1

Daftar Sampel Penelitian ........................................................................

69

2

Variabel Komponen Akrual Dua Periode Sebelum IPO (t-2) ................

70

3

Variabel Komponen Akrual Satu Periode Sebelum IPO (t-1) ................

71

4

Variabel Komponen Akrual Periode IPO (t) .........................................

72

5

Perhitungan Non Discretionary Accruals Satu Periode Sebelum SEO (t-1) ................................................................................................

73

6

Variabel Discretionary Accruals Satu Periode Sebelum IPO ...............

74

7

Variabel Discretionary Accruals, Net Profit Margin, dan Return Saham .........................................................................................

75

8

Hasil Regresi Komponen Akrual ...........................................................

76

9

Statistik Deskriptif .................................................................................

80

10

Hasil Uji Normalitas ...............................................................................

81

11

Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................

82

12

Hasil Uji Autokorelasi ...........................................................................

85

13

Hasil Uji Hipotesis 1 ..............................................................................

86

14

Hasil Uji Hipotesis 2 ..............................................................................

89

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Penawaran saham perdana yang dilakukan perusahaan kepada publik (Initial

Publik Offerings) merupakan langkah awal bagi perusahaan sebelum berubah status menjadi perusahaan go public. Guo dan Mech (2000) dalam Sulistyanto dan Wibisono (2003:1) menyatakan dalam Initial Publik Offerings terjadi fenomena asimetri informasi dan penurunan kinerja. Asimetri informasi yang terjadi antara investor dan emiten, memaksa investor untuk mengandalkan informasi yang tersedia dalam prospektus. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan adalah mengenai laba perusahaan.

informasi

Laba yang dilaporkan perusahaan, digunakan sebagai

sinyal kepada investor untuk melihat kinerja keuangan. Laba sebagai salah satu ukuran kinerja keuangan diukur dengan dasar akrual. Manajer dapat menyusun laporan keuangan dengan memilih metode akuntansi atau akrual akuntansi yang meningkatkan laba dan laba yang tinggi diharapkan akan dihargai oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi. Terpusatnya perhatian investor pada laba seringkali membuat investor tidak memperhatikan prosedur yang digunakan perusahaan dalam menghasilkan informasi laba. Hal ini mengakibatkan investor akan kesulitan memahami secara penuh praktik manajemen laba yang mungkin dilakukan oleh manajer, dalam kondisi yang demikian maka suatu dorongan dan kesempatan akan muncul dan tersedia bagi manajer untuk melakukan manipulasi atau manajemen atas laba yang dilaporkan.

Manajemen laba muncul sebagai konsekuensi pihak-pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Manajemen laba tidak bisa diartikan sebagai upaya negatif yang merugikan, karena tidak selamanya manajemen laba selalu memanipulasi tingkat keuntungan (Gumanti:2009). Penggunaan manajemen laba pada saat perusahaan menawarkan saham di pasar perdana, menjadi sebuah fenomena yang penting karena disebabkan oleh dua hal. Pertama Teoh et al (1998) membuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi laba hasil rekayasa pada saat penawaran perdana.Kedua, kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada saat penawaran perdana, mempertinggi profitabilitas bagi perusahaan untuk menaikkan laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2006) membuktikan semakin tinggi informasi asimetri, maka semakin tinggi kemungkinan penggunaan manajemen laba. Manajemen laba pada saat IPO sangat mungkin terjadi mengingat peran laba akuntansi akan menentukan besarnya dana yang dapat diakumulasi oleh perusahaan dari pasar modal. Berdasarkan teori keagenan dan windows of opportunity, sikap manajer dalam melakukan manipulasi atas laporan keuangan perusahaan tidak mungkin dapat dilanjutkan dalam jangka panjang sehingga pasca penawaran perusahaan akan mengalami penurunan kinerja. Berdasarkan teori keagenan, penurunan kinerja setelah penawaran didorong dan dimotivasi oleh sikap manajer yang memanipulasi informasi kinerja keuangan perusahaan agar saham yang ditawarkan perusahaan dinilai positif oleh pasar. Konsep windows of opportunity menyatakan bahwa penurunan kinerja keuangan perusahaan setelah penawaran disebabkan sikap oportunis manajer dengan mengeluarkan ekuitas tambahan pada saat mengetahui bahwa pasar telah menilai

perusahaan terlalu tinggi (overvalued), namun dalam jangka panjang pasar akan mengoreksi kesalahan yang dilakukannya, sehingga mengakibatkan penurunan dalam kinerja. Beberapa studi menemukan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba sebelum IPO. Maria dan Francisco (2006) menemukan bukti bahwa perusahaanperusahaan di Spanyol melakukan manajemen laba pada periode satu tahun sebelum IPO dan menemukan penurunan kinerja saham dalam jangka panjang. Amin (2007) menemukan bahwa terdapat penurunan kinerja operasional perusahaan setelah IPO. Penurunan tersebut menunjukkan indikasi telah terjadi manajemen laba menjelang IPO. Teoh et al. (1998a) dalam Perwani (2009) menemukan bahwa ada perusahaan yang berperilaku agresif (menaikkan laba) dan ada yang berperilaku konservatif ketika menyusun laporan keuangan satu periode sebelum IPO. Joni dan Jogiyanto (2009) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO, yaitu periode dua tahun sebelum IPO dan lima tahun setelah IPO. Perusahaan melakukan manajemen laba dengan menurunkan nilai laba periode dua tahun sebelum IPO, kemudian manajemen laba dilakukan dengan menaikkan nilai laba pada periode satu tahun sebelum IPO. Perusahaan juga melakukan manajemen laba dengan menaikkan nilai laba periode lima tahun setelah IPO. Penelitian Joni dan Jogiyanto juga menemukan bahwa manajemen laba periode 2 tahun sebelum IPO berhubungan dengan return saham. Koefisien hubungan manajemen laba dengan return saham bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang tinggi menyebabkan nilai harga saham rendah.

Saiful (2004), Raharjono (2005), Khoirudin (2007) dan Gumanti (2009) menemukan bahwa terjadi manajemen laba menjelang IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saiful (2004) dan Gumanti (2009) menyimpulkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba periode dua tahun menjelang IPO dan tidak terdapat indikasi manajemen laba periode satu tahun menjelang IPO. Raharjono (2005) menemukan bahwa manajemen laba terjadi pada periode satu tahun menjelang IPO. Asimetri informasi antara manajemen dan investor tidak lagi tinggi setelah IPO, namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba juga dilakukan setelah IPO. Saiful (2004) dan Khoirudin (2007) juga menemukan adanya manajemen laba periode dua tahun setelah IPO. Beberapa penelitian mengenai reaksi investor terhadap manajemen laba telah dilakukan selain penelitian atas reaksi penurunan kinerja. Teoh et al. (1998a) dalam Perwani (2009) menemukan bahwa setelah IPO, return saham jangka panjang mengalami penurunan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO. Penurunan ini berhubungan dengan akrual diskresioner (discretionary accruals) di sekitar IPO. Manajemen laba berhubungan negatif terhadap return saham, artinya investor memberikan reaksi negatif terhadap praktik manajemen laba. Penelitian-penelitian empiris tentang penerapan manajemen laba di sekitar IPO telah banyak dilakukan, namun hasil yang ditemukan tidak selalu konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Penelitian yang membuktikan adanya manajemen laba di sekitar IPO merupakan hal yang menarik diteliti karena berusaha menjawab fenomena manajemen laba di sekitar IPO dan mengaitkannya dengan teori yang ada.

Ardiati (2005) menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham dengan menggunakan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Saiful (2004) juga melakukan studi di BEI dan menemukan bahwa return saham satu tahun setelah IPO adalah rendah, namun penelitian ini tidak berhasil menemukan hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO dengan manajemen laba di sekitar IPO. Widiastuty (2004) juga menemukan bahwa manajemen laba berhubungan positif terhadap return saham dengan menggunakan leverage dan unexpected earnings sebagai variabel kontrol, sedangkan Raharjono (2006) menemukan bukti bahwa tidak terdapat hubungan antara manajemen laba periode satu tahun sebelum IPO dengan return saham setelah IPO. Laughran dan Ritter (1997) menyatakan bahwa sejalan dengan penurunan kinerja operasi, maka penurunan kinerja saham juga akan terjadi sebagai akibat dilakukannya manipulasi saat penawaran. Rodoni (2002) juga menemukan bahwa kinerja IPO untuk jangka panjang menunjukkan kinerja yang negatif. Kondisi tersebut terjadi karena harga saham berkolerasi dengan kinerja keuangan, sehingga penurunan kinerja keuangan akan membuat pasar melakukan koreksi harga saham yang overvalue tersebut. Penelitian ini bertujuan selain untuk melihat pengaruh manajemen laba yang dilakukan perusahaan menjelang IPO terhadap kinerja keuangan, juga untuk mengamati apakah penurunan return saham yang terjadi pasca IPO merupakan respon pasar atas menurunnya kinerja keuangan perusahaan.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diangkat pada

penelitian ini adalah: 1)

Apakah manajemen laba sebelum IPO berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahan setelah IPO?

2)

Apakah kinerja keuangan setelah IPO berpengaruh signifikan terhadap return saham setelah IPO?

1.3

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut: 1)

Untuk mengetahui signifikansi pengaruh manajemen laba sebelum IPO terhadap kinerja keuangan perusahaan setelah IPO.

2)

Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kinerja keuangan setelah IPO terhadap return saham setelah IPO.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bukti empiris khususnya mengenai fenomena manajemen laba yang terjadi di sekitar IPO dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan. 1.4.2 Manfaat Praktis Terdapat beberapa manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagi Investor Membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan serta sejauh mana hubungan antara manajemen laba sebelum IPO dengan kinerja keuangan dan

return

saham

sehingga

dapat

mengoptimalkan

keuntungan

dan

meminimalkan risiko investasi 2) Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam mengelola perusahaan terutama dalam meminimalkan praktik manajemen laba sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Teori keagenan dan asimetri informasi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih

(principal) yang mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen and Meckling, 1976:5). Ali Irfan (2002:85), menyatakan bahwa dalam teori keagenan perusahaan merupakan lokus (titik temu) hubungan keagenan antara pemilik perusahaan dengan manajemen, dengan masing-masing pihak yang terlibat dalam hubungan agensi berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sementara agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena prinsipal tidak memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham. Hubungan antara prinsipal dan agen, berkaitan dengan akuntansi keuangan karena kontrak antara prinsipal dan agen seringkali berdasar pada laporan keuangan. Laporan keuangan memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan sendiri. Pada kenyataannya, agen memiliki lebih banyak informasi penting mengenai

kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Situasi ini memicu adanya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi. Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholders sebagai pengguna informasi (Ali Irfan, 2002:88). Asimetri informasi dapat dibedakan menjadi tipe yaitu: 1)

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial, memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Dalam hal ini, para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor sebagai pihak luar.

2)

Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi potensial, dapat mengamati tindakan-tindakan mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman kecuali pada perusahaan yang sangat kecil, sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi sebagaimana disebutkan di atas, menyebabkan adanya suatu kondisi yang memungkinkan

agen mempengaruhi

angka-angka akuntansi

disajikannya, yang bisa mereka lakukan melalui manajemen laba.

2.2

Teori pasar efisien

yang

Fama (1970) dalam Jogiyanto (2009:353), membedakan tiga arah efisiensi pasar berdasarkan tiga macam bentuk informasi meliputi informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut: 1)

Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.

2)

Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut: (1)

Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut.

(2)

Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan.

(3)

Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham.

3)

Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat, jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. Menurut Jogiyanto (2009:358) pembagian pasar oleh Fama berdasarkan pada

ketersediaan informasi sehingga disebut efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market). Jogiyanto (2009:359) menyatakan bahwa efisiensi pasar perlu juga dilihat berdasarkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan. Efisiensi pasar jika semua informasi tersedia dan semua pelaku pasar dapat mengambil keputusan dengan canggih sebagai efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market). Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya adalah jika efisien pasar secara informasi hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan dua faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Banyak faktor yang dilibatkan dalam menentukan pasar yang efisien, suatu pasar yang efisien secara keputusan merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang lebih tinggi dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi. Dengan

demikian, efisiensi pasar secara keputusan dapat ditambahkan di pembagian pasar efisien menurut Fama (Jogiyanto, 2009:360). Sutrisno (2002:161) menyatakan bahwa dalam teori pasar efisien diungkapkan jika sebagian besar investor bereaksi ketika menerima informasi baru sebagai pedoman untuk keputusan investasinya, maka pasar disebut efisien. Pasar sekuritas efisien jika harga sekuritas yang diperdagangkan di pasar tersebut, dari waktu ke waktu merefleksikan secara tepat seluruh informasi sekuritas yang dipublikasi secara umum. Teori pasar modal efisien memberi sinyal alasan utama adanya informasi akuntansi, yaitu asimetri informasi (moral hazard dan adverse selection). Hipotesis pasar efisien seharusnya tidak mengaitkan reaksi pasar atas perubahan prosedur akuntansi, sehingga manajer tidak perlu melakukan tindakan manajemen laba. Teori pasar efisien memprediksi bahwa tidak ada reaksi pasar atas perubahan kebijakan akuntansi sepanjang tidak mempunyai pengaruh yang mendasari profitabilitas dan arus kas perusahaan. Teori pasar efisien mengakui adanya pengungkapan penuh (full disclosure), termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Ketika kebijakan akuntansi diungkapkan secara penuh, pasar akan mengintegrasikan nilai saham perusahaan dalam hubungannnya dengan kebijakan akuntansi yang digunakan. Kebijakan akuntansi mempunyai

pengaruh

yang potensial terhadap keputusan

manajemen. Dalam

kenyataannya, baik manajemen, pemerintah, maupun investor bereaksi terhadap pemilihan kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan.

2.3

Manajemen laba (earnings management) Manajemen Laba merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dihindari, karena

fenomena terjadinya manajemen laba adalah dampak dari penggunaan dasar akrual dalam

penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual yang digunakan dalam laporan keuangan perusahaan berasal dari angka laba, bukan akrual yang menjadikan laporan keuangan yang benar sahih, tetapi akrual yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi pemegang saham. Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan ataupenurunan profitabilitas dalam jangka panjang. Schipper (1989) dalam Sutrisno (2002:163) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat, sedangkan Healy dan Wahlen (1999:6), menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan, dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi yang mendasari perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Menurut Scott (2006:351) terdapat dua cara untuk memahami manajemen laba, yaitu: 1)

Memahami manjemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, hutang, dan political cost.

2)

Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri

mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaan melalui manajemen laba, misalnya membuat perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Scott (2006:352) menyatakan bahwa terdapat beberapa motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba, yaitu: 1)

Rencana Bonus (bonus scheme) Manajer yang bekerja di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.

2)

Kontrak Jangka Panjang (debt covenant) Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi positif yaitu, semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat “memindahkan” laba periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.

3)

Motivasi Politik (political motivation) Perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.

4)

Motivasi Perpajakan (taxation motivation)

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. 5)

Pergantian CEO Pergantian CEO merupakan salah satu motivasi dilakukannya manajemen laba. Ketika CEO akan

habis masa penugasannya atau pensiun, maka ia akan

melakukan strategi untuk memaksimalkan laba sehingga dapat meningkatkan bonus yang akan diterimanya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya. 6)

Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offerings) Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. maka Manajer berusaha menaikkan laba yang dilaporkan untuk mempengaruhi keputusan calon investor. Scott (2006:365) juga mengungkapkan bentuk-bentuk manajemen laba yang

dilakukan oleh manajer, antara lain: 1)

Kepalang Basah (taking a bath) Kepalang basah dilakukan oleh perusahaan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, kepalang basah dilakukan dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan.

2)

Penurunan Laba (income minimization)

Penurunan laba cenderung mirip dengan kepalang basah namun kurang ekstrim. Penurunan laba dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil perusahaan bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya. 3)

Peningkatan Laba (income maximization) Peningkatan laba dilakukan perusahaan agar memperoleh bonus yang lebih besar. Hal ini juga dilakukan oleh perusahaan yang mendekati pelanggaran kontrak hutang jangka panjang.

4)

Perataan Laba (income smoothing) Bentuk manajemen laba ini merupakan bentuk yang paling sering dilakukan dan paling populer. Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Ali Irfan (2002:89) mengungkapkan bahwa terdapat tiga teknik-teknik yang dapat

digunakan manajer dalam melakukan manajemen laba, yaitu: 1)

Perubahan Metode Akuntansi Dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba. Misalnya, dengan mengubah metode depresiasi, metode penilaian persediaan, mengubah taksiran umur asset, dan sebagainya.

2)

Memainkan Kebijakan Perkiraan Akuntansi

Dilakukan dengan cara memainkan kebijakan akuntansinya. Misalnya, mengubah kebijakan taksiran piutang tak tertagih, kebijakan perkiraan biaya garansi, maupun kebijakan perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum diputuskan. 3)

Menggeser Periode Biaya atau Pendapatan Kebijakan ini juga dikatakan sebagai manipulasi keputusan operasional. Misalnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi laba, dan lain sejenisnya.

2.4

Initial Public Offerings (IPO) Go public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan

(emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya (Sunariyah, 2003:200). Pengertian pertama kali menyatakan bahwa istilah go public hanya digunakan pada waktu pertama kali perusahaan menjual saham. Arti pertama kali ini disebut pasar perdana. Ekayanti (2007:37), mendefinisikan IPO sebagai penawaran saham dipasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go public. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Menurut Klinik Go Public dan Investasi (Publikasi BEJ) dalam Suyatmin dan Sujadi (2006:17), go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan

emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Bagi perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, pegawaipegawai kunci, dan hanya sebagian kecil yang dimiliki investor. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, semakin meningkat pula upaya perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam rangka memperoleh dana untuk ekspansi bisnis. Pada saat ini perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan cara utang atau menambah jumlah dari pemilikan dengan menerbitkan saham baru. Jogiyanto (2009:16) menyatakan bahwa apabila saham akan dijual untuk menambah modal, saham baru dapat dijual dengan berbagai cara berikut : 1)

Dijual kepada pemegang saham yang ada (right issue)

2)

Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan).

3)

Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan).

4)

Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi) secara privat (private repalacement).

5)

Ditawarkan kepada publik (IPO). Rotary dalam Diah (2011) menyatakan keputusan untuk go public atau tetap

menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang penting. Jika perusahaan memutuskan untuk go public dan melemparkan sahamnya ke publik (initial public offering), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar, berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya, dan kapan waktunya yang paling tepat. Persaingan harga yang wajar di pasar modal ini tergantung pada konsep efisiensi pasar modal. Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-

sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.

2.5

Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental dari suatu perusahaan.

Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Kinerja keuangan juga merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer. Menurut Sucipto dalam Widiatmaja (2010) pengertian kinerja adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasional perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, serta untuk menetapkan strategi yang tepat dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Tujuan penilaian kinerja keuangan menurut Sucipto (2003) menjelaskan bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik. Pengukuran kinerja membantu manajer untuk melacak implementasi strategi bisnis dengan membandingkan hasil aktual dengan tujuan strategis yang ditetapkan. Pengukuran kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Pengukuran kinerja jangka pendek berkenaan dengan jangka waktu kurang lebih satu tahun, sedangkan pengukuran jangka panjang mencakup kemampuan untuk inovasi dan

pengadaptasian perubahan selama periode di atas satu tahun. Kinerja keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja keuangan. Ukuran yang biasa digunakan dalam melakukan analisis atas laporan keuangan adalah rasio. Menurut Bambang Riyanto (2001:330), dilihat dari sumbernya darimana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu: 1)

Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya.

2)

Rasio-rasio laporan rugi & laba (income statement ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.

3)

Rasio-rasio antar laporan (inter statement ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan lain sebagainya. Adapula yang mengelompokkan rasio-rasio ke dalam rasio-rasio likuiditas, rasio-

rasio leverage, rasio-rasio aktivitas, dan rasio-rasio profitabilitas (Bambang Riyanto, 2001:331).

1)

Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio).

2)

Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebagainya).

3)

Rasio-rasio aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (inventory turnover, average collection period dan lain sebagainya).

4)

Rasio-rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return saham on total assets, return saham on net worth,dan lain sebagainya). Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan (Theresia, 2005). Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya sedangkan menurut Gideon (2005) hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen. 2.6

Return saham Return saham (kembalian) adalah tingkat keuntungan atau pendapatan yang

dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi surat berharga saham yang dilakukannya (Ang 1997 dalam Niken 2009). Pada umumnya investor atau pemodal dalam menanamkan modalnya pada perusahaan, pasti mengharapkan keuntungan berupa pengembalian yang hendak didapat dari hasil investasinya. Menurut Jogiyanto (2009) return saham merupakan hasil yang diperoleh dari harga saham sekarang dikurangi harga saham sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.

Adapun tujuan investor berinvestasi adalah memaksimalkan return saham tanpa melupakan faktor risiko investasi yang ditanggungnya. Jogiyanto (2009:107), menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1)

Return saham realisasi, yaitu return saham yang telah terjadi, yang dihitung berdasarkan data historis. Return saham realisasi ini penting untuk mengukur kinerja keuangan dan dapat juga digunakan sebagai penentu return saham ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang.

2)

Return saham ekspektasi, yaitu return saham yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Return saham ini memiliki sifat yang tidak pasti. Salah satu pengukuran return saham realisasi yang umum dan sering digunakan

adalah return saham total saham individual. Return saham total merupakan return saham dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu, atau sering disebut return saham saja. 2.7

Hubungan IPO dan Manajemen Laba Hubungan antara penawaran saham perdana (Initial Public Offerings) dengan

manajemen laba dilakukan oleh perusahaan yang akan go public dengan harapan agar saham yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar, sebab semakin tinggi harga yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar semakin tinggi pula penerimaan mereka. Tingginya tingkat keuntungan yang dicapai merupakan indikasi keberhasilan usaha suatu perusahaan dan menjadi faktor tingkat penting yang dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan menanamkan investasinya atau tidak. Manajemen laba pada seputar penawaran saham perdana (IPO) dengan menaikkan laba (income increasing) merupakan fenomena yang logis sebab manajer lebih superior

dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (asimetri informasi). Kesuperioran tersebut mendorong dan memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba dengan cara income increasing discretionary accruals dalam laporan keuangannya, baik pada periode sebelum dan sesudah IPO. Penggunaan accruals ini dapat dilakukan dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan masa sekarang dan biaya sekarang menjadi biaya masa depan, sehingga laba pada periode sekitar IPO dilaporkan lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibatnya, akan terjadi penurunan laba dan kinerja keuangan pada periode setelah IPO. Teoh et al (1998a) menemukan discretionary acrrual disekitar IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan IPO dibandingkan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO. Teoh et al (1998a) menyimpulkan bahwa perusahaan yang sedang IPO melakukan manajemen laba.

2.8

Hubungan Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Penelitian Loughran dan Ritter (1995) dalam Joni dan Jogiyanto (2009),

menyatakan bahwa kinerja saham yang rendah terjadi sampai lima tahun setelah SEO, sedangkan Rangan (1998) membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan setelah melakukan SEO rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Ia mencoba memprediksi return saham dengan komponen akrual diskresioner untuk mendapatkan koefisien negatif yang menunjukkan kinerja saham yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien regresi

berhubungan antara akrual diskresioner dan return saham adalah negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan komponen akrual. Jain dan Kini (1994) dalam Saiful (2004) menyatakan terdapat penurunan kinerja keuangan setelah IPO. Diah Fika (2011) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen laba dan penurunan laba bersih perusahaan setelah perusahan SEO. Penurunan kinerja tersebut merupakan indikasi telah terjadi manajemen laba menjelang IPO dengan menggeser pendapatan periode yang akan datang ke periode sekarang atau sebaliknya sehingga laba periode sekarang dilaporkan lebih tinggi. Akibatnya kinerja keuangan setelah IPO akan turun. Penurunan kinerja ini merupakan cermin dari ketidakmampuan manajemen melanjutkan manipulasi yang dilakukan setelah IPO

2.9

Hubungan Kinerja Keuangan setelah IPO dan Return saham setelah IPO Manajemen laba dalam teori keagenan disebutkan sebagai tindakan oportunis

yang dilakukan oleh manajer terhadap laporan keuangan yang dibuat dalam tiap periode tertentu guna dilaporkan sebagai bentuk pertanggungjawabannya terhadap investor dengan tujuan agar seolah-olah kondisi perusahaan terlihat baik, terlebih perusahaan yang dikelolanya telah melakukan IPO yang mana perusahaan tersebut juga disorot oleh publik dan pemerintah. Pada umumnya manajer juga mengharapkan tambahan bonus atau penghargaan dari hasil pengelolaannya, sehingga hal tersebut mendorong manajer melakukan manajemen laba, sebaliknya investor atau dalam menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, pasti mengharapkan keuntungan berupa pengembalian yang hendak didapat dari hasil investasinya yaitu berupa return saham.

Pada dasarnya setelah melakukan IPO return saham perusahaan dalam jangka panjang akan turun. Hal tersebut disebabkan karena investor terlalu optimis, sehingga harga saham akan tinggi pada awal penawarannya dan berangsur-angsur turun dalam jangka panjang (Bray dan Gompers, 1997) dalam Saiful (2004). Pada penelitian Saiful (2004) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO pada periode dua tahun sebelum IPO, ketika IPO dan setelah IPO. Kemudian ditemukan juga return saham satu tahun set elah IPO namun tidak ditemukan hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO dengan manajemen disekitar IPO. Penelitian Loughran dan Ritter (1995) dalam Joni dan Jogiyanto (2009), menyatakan bahwa kinerja saham yang rendah terjadi sampai lima tahun setelah SEO. Sedangkan Rangan (1998) dalam Saiful (2004) membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan setelah melakukan SEO rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Ia mencoba memprediksi return saham dengan komponen akrual diskresioner untuk mendapatkan koefisien negatif yang menunjukkan kinerja saham yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien regresi berhubungan antara akrual diskresioner dan return saham adalah negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan komponen akrual.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1

Kerangka Berpikir Asimetri informasi antara pihak manajemen dan investor potensial sangat tinggi

ketika perusahaan belum melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena informasi perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh investor. Ketika perusahaan melakukan

IPO,

investor

potensial

hanya

mengandalkan

informasi

dari

prospektus.Menurut Teoh et al. (1998a) dalam Perwani (2009) tidak terdapat media lain yang menyediakan informasi perusahaan yang sedang melakukan IPO, kecuali prospektus yang disyaratkan Pengawas Pasar Modal. Kelangkaan informasi perusahaan sebelum IPO,memaksa investor potensial hanya mengandalkan prospektus sebagai sumber informasi mengenai perusahaan.

Prospektus hanya menyediakan laporan

keuangan selama tiga tahun sebelum IPO dan informasi non keuangan. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba supaya meningkatkan kemakmurannya, yaitu mengharapkan harga saham akan tinggi pada saat IPO. Beberapa studi menemukan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba sebelum IPO. Maria dan Francisco (2006) menemukan bukti bahwa perusahaanperusahaan di Spanyol melakukan manajemen laba pada periode satu tahun sebelum IPO dan menemukan penurunan kinerja saham dalam jangka panjang. Amin (2007) menemukan bahwa terdapat penurunan kinerja operasional perusahaan setelah IPO. Penurunan tersebut menunjukkan indikasi telah terjadi manajemen laba menjelang IPO.

Teoh et al. (1998a) dalam Perwani (2009) menemukan bahwa ada perusahaan yang berperilaku agresif (menaikkan laba) dan ada yang berperilaku konservatif ketika menyusun laporan keuangan satu periode sebelum IPO. Penelitian yang dilakukan Saiful (2004), Raharjono (2006), Khoirudin (2007) dan Gumanti (2009) menemukan bahwa terjadi manajemen laba menjelang IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saiful (2004) dan Gumanti (2009) menyimpulkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba periode dua tahun menjelang IPO dan tidak terdapat indikasi manajemen laba periode satu tahun menjelang IPO. Sedangkan Raharjono (2006) menemukan bahwa manajemen laba terjadi pada periode satu tahun menjelang IPO. Meskipun asimetri informasi antara manajemen dan investor tidak lagi tinggi setelah IPO, namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba juga dilakukan setelah IPO dan SEO. Shivakumar (2000) memberikan bukti bahwa manajemen melakukan manajemen laba di sekitar SEO, meskipun tidak ditunjukkan untuk menyesatkan investor dalam membuat keputusan investasi. Saiful (2004) juga menemukan bukti yang sama untuk BEJ, manajemen laba dilakukan periode dua tahun setelah IPO. Saiful (2004), Raharjono (2005), Khoirudin (2007) dan Gumanti (2009) menemukan bahwa terjadi manajemen laba menjelang IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saiful (2004) dan Gumanti (2009) menyimpulkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba periode dua tahun menjelang IPO dan tidak terdapat indikasi manajemen laba periode satu tahun menjelang IPO, sedangkan Raharjono (2005) menemukan bahwa manajemen laba terjadi pada periode satu tahun menjelang IPO. Return saham perusahaan setelah IPO dalam jangka panjang akan turun. Hal ini disebabkan investor terlalu optimis, sehingga harga saham akan lebih tinggi pada awal

penawarannya dan berangsur-angsur turun dalam jangka panjang. Kemudian Brav et al. (2000) melakukan pengujian terhadap abnormal return saham yang mengikuti penawaran sekuritas (IPO dan SEO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja saham rendah untuk perusahaan yang memiliki book to market ratio rendah. Rahmawati (2006) meneliti kinerja keuangan jangka panjang setelah IPO, hasilnya menggambarkan return saham jangka panjang rendah setelah IPO dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO. Hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa kinerja yang rendah tersebut berhubungan dengan akrual diskresioner di sekitar IPO. Ali et al. (2000) menguji apakah komponen akrual mampu menjelaskan return saham perusahaan setahun setelah penerbitan laporan keuangan. Komponen akrual penelitian tersebut dihitung dengan pendekatan Dechow et al. (1995). Hasilnya menunjukkan komponen akrual berhubungan negatif dengan return saham. Ardiati (2005) meneliti hubungan manajemen laba terhadap return saham dengan menggunakan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Sampel penelitian terdiri atas 78 perusahaan pada periode 1995-2000. Hasilnya menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan yang diaudit KAP Big 5 dan berpengaruh negatif pada perusahaan yang diaudit KAP Non-Big 5. Penelitian Saiful (2004) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO, yaitu pada periode dua tahun sebelum IPO, ketika IPO dan dua tahun setelah IPO.Selain itu terdapat kinerja operasi setelah IPO rendah yang dipengaruhi oleh manajemen laba. Kemudian, ditemukan juga return saham satu tahun setelah IPO rendah, namun dalam penelitian itu tidak berhasil menemukan hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO dengan manajemen laba disekitar IPO. Widiastuty (2004) juga meneliti hubungan manajemen

laba terhadap return saham dengan menggunakan leverage dan unexpected earnings sebagai variabel kontrol. Sampel penelitian terdiri atas 72 perusahaan pada periode 19992001. Hasilnya menunjukkan bahwa manajemen laba berhubungan positif terhadap return saham. Raharjono (2005) juga meneliti mengenai hubungan antara manajemen laba dengan return saham perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang melakukan IPO pada 1995-2001. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan antara manajemen laba periode satu tahun sebelum IPO dan return saham satu tahun setelah IPO.

3.2

KERANGKA KONSEPTUAL Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian

disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep tersebut dapat disajikan dalam Gambar 3.1 dibawah ini:

H1 Manajemen laba sebelum IPO

Kinerja Keuangan setelah IPO

H2 Kinerja Keuangan setelah IPO

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Return saham setelah IPO

Berdasarkan Gambar 3.1 di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba sebelum IPO terhadap kinerja keunagan perusahaan setelah IPO. Penelitian ini juga menguji pengaruh kinerja keunagan perusahaan setelah IPO terhadap return saham perusahaan setelah IPO. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan tingkat discretionary accruals dengan menggunakan model Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Model ini dianggap mampu mengatasi kelemahan model Jones modifikasian, yang telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk mengukur manajemen laba.Kinerja keuangan dalam penelitian ini, diproksikan dengan perubahan net profit margin (∆NPM).Net profit margin merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan net income. Return saham merupakan indikasi kinerja keuangan yang diukur dengan mengggunakan nilai pasar saham perusahaan yang beredar di pasar modal.Sesuai dengan penelitian Sulistyanto dan Wibisono (2003) return saham dalam penelitian ini diukur dengan tingkat pengembalian (return saham). Sampel penelitian diambil dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan IPO mulai tahun 2006 sampai tahun 2010. Data yang dibutuhkan adalah laporan keuangan prospektus dan laporan keuangan dua tahun sebelum IPO sampai periode setelah IPO. Data saham yang digunakan adalah data harga saham harian dan indeks harga saham gabungan untuk menghitung return saham perusahaan secara individu serta return saham pasar selama 7 hari setelah perusahaan masuk pasar sekunder. Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), website yahoo finance, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Pengujian untuk melihat pengaruh manajemen laba sebelum IPO terhadap kinerja keuangan setelah IPO dilakukan dengan teknik regresi sederhana. Jika probabilitas pengujian ≥ 0,05 berarti manajemen laba sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan setelah IPO. Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah melihat pengaruh kinerja keuangan setelah IPO terhadap return saham setelah IPO. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi sederhana. Jika probabilitas pengujian ≥ 0,05 berarti kinerja keuangan setelah IPO tidak berpengaruh terhadap return saham setelah IPO. 3.3

Hipotesis Penelitian Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental

perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004). Bryshaw dan Eldin (1989) menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1) skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja keuangan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan pengambilalihan secara langsung. Asimetri informasi yang terjadi pada saat IPO, memotivasi manajer untuk bersikap oportunistik dengan memanipulasi kinerjanya sebelum dan pada saat penawaran (Sulistyanto dan Midiastuti, 2002). Manipulasi ini mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja (underperfomance) pasca penawaran. Penelitian dari Nisa Fidyati dan Mas’ud

Machfoedz (2004) dan Niken (2009) membuktikan bahwa manajemen laba yang dilakukan menjelang IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dan return saham setelah IPO. Sikap manajer yang melakukan manipulasi atas kinerjanya tidak dapat bertahan dalam jangka panjang.

Alderson dan Betker (1997), menyebutkan

bahwa tindakan manajer yang memanipulasi kinerjanya menyebabkan perusahaan dinilai overvalue. Dalam jangka panjang penilaian tersebut tidak dapat dipertahankan, sehingga pasar akan melakukan koreksi atas ”kesalahannya”, yang mengakibatkan harga saham akan turun secara signifikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1

: Manajemen laba sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan setelah IPO. Return saham perusahaan setelah IPO dalam jangka panjang akan turun. Hal ini

disebabkan investor terlalu optimis, sehingga harga saham akan lebih tinggi pada awal penawarannya dan berangsur-angsur turun dalam jangka panjang.Rangan (1998) mencoba memprediksi return saham dengan komponen akrual diskresioneruntuk mendapatkan koefisien negatif yang menunjukkan kinerja saham yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara akrual diskresionerdan return saham adalah negatif, sehingga ia menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan komponen akrual. Sulistyanto dan Midiastuti (2002) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan akan mengalami penurunan kinerja (underperfomance) pasca penawaran sebagai akibat sikap manajer yang oportunis. Penurunan kinerja ini ditandai dengan menurunnya kinerja keuangan dan kinerja saham perusahaan pasca penawaran. Rodoni (2002) juga

menemukan bahwa kinerja IPO untuk jangka panjang menunjukkan kinerja yang negatif. Penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Laughran dan Ritter (1997) yang menyatakan bahwa penurunan kinerja operasi yang terjadi pasca penawaran akan sejalan dengan penurunan kinerja saham sebagai akibat dilakukannya manipulasi saat penawaran. Kondisi tersebut terjadi karena harga saham berkolerasi dengan kinerja keuangan, sehingga penurunan kinerja keuangan akan membuat pasar melakukan koreksi harga saham yang overvalue tersebut. Berdasarkan pembahasan di atas, penelitian ini mencoba untuk mengamati bagaimanan pasar merespon penurunan kinerja keuangan yang terjadi akibat tindakan manajer yang melakukan manipulasi atas kinerjanya yang tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Hipotesis alternatif kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2

: Kinerja keuangan setelah IPO berpengaruh positif terhadap return saham setelah IPO.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1

Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses

dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif (Jogiyanto:2009). Rancangan penelitian memberikan alur penelitian darimempersiapkan data penelitian, menguji hipotesis yang pada akhirnyamemberikan kesimpulan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, masalah, dan hipotesis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori (explanatory research). Sugiyono (2004) menjelaskan peneltian eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta menjelaskan hubunganantara satu variabel dengan yang lain melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba satu periode sebelum IPO tehadap kinerja keungan perusahaan satu periode setelah IPO dan selanjutnya menguji pengaruh kinerja keunagan satu periode setelah IPO terhadap return saham dua periode setelah IPO. Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu manajemen laba, kinerja keuangan, dan return saham. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2006-2010. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Setelah sampel ditetapkan, dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui observasi non partisipan yaitu dengan cara membaca, mengamati, mencatat serta mempelajari uraian buku-buku, jurnal-jurnal manajemen keuangan, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) serta mengakses situs-situs internet yang relevan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

saham harian setelah perusahaan memasuki pasar perdana. Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan regresi linear sederhana. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dilanjutkan dengan menyimpulkan dan memberikan saran.

4.2

Variabel Penelitian

4.2.1 Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)

Variabel terikat menurut Sugiyono (2003), merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam hipotesis 1 adalah kinerja keuangan dan variabel terikat dalam hipotesis 2 adalah return saham.

2)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2003). Variabel bebas dalam pengujian hipotesis 1 adalah manajemen laba dan variabel bebas dalam hipotesis 2 adalah kinerja keuangan.

4.2.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada variabel, dengan tujuan memberikan arti atau memspesifikasikannya. Dalam penelitian ini definisi operasional variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1)

Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu upaya manajer untuk memanipulasi tingkat

laba yang dilaporkan, sehingga memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dengan tujuan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan tingkat discretionary accruals dengan

menggunakan model Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Model ini dipilih karena merupakan suatu model baru dan belum banyak digunakan dalam mengukur manajemen laba. Model ini dianggap mampu mengatasi kelemahan model Jones modifikasian, yang telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk mengukur manajemen laba. Dalam penghitungan manajemen laba, pertama-tama total accruals sebuah perusahaan dipisahkan menjadi nondiscretionary accruals (tingkat akrual yang wajar) dan discretionary accruals (tingkat akrual yang abnormal). Tingkat discretionary accruals inilah yang merupakan tingkat akrual yang direkayasa oleh manajer. Manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accruals dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Model ini digunakan karena dianggap mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh model Jones (Kang, 1995). Adapun langkah-langkah untuk menghitung manajemen laba adalah sebagai berikut: 1)

Menghitung Saldo Akrual (AB) Untuk menentukan besarnya saldo akrual, digunakan rumus sebagai berikut:

ABit

= CAit – CASHit – CLit - DEPit ....................................................................................................1)

Keterangan : ABit

= saldo akrual perusahaan i pada tahun t

CAit

= aktiva lancar perusahaan i pada tahun t

CASH

2)

it

= kas perusahaan i pada tahun t

CLit

= utang lancar perusahaan i pada tahun t

DEPit

= biaya depresiasi dan amortisasi perusahaan i pada tahun t

Menentukan nilai Non Discretionary Accruals (NDA)

Manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan model Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Adapun model tersebut adalah sebagai berikut: AB i , t A i,t

0

1

1

1

REVi , t A i,t

EXPi , t 2

2

1

A i,t

GPPEi , t 3

3

1

A i,t

1

Vi , t

..............2)

dengan :

ARTi ,t 1

REVi, t

1

;

OCAL i,t 2

EXPi,t

1

1

;

DEPi,t 3

1

1

GPPEi ,t

1

Keterangan : ABi,t Ai,t-1 CAi,t CASH CLit DEPit

saldo akrual =CAi,t – CASHi,t –Cli,t – DEPi,t; aktiva total perusahaan i pada periode t-1; aktiva lancar perusahaan i pada tahun t; kas perusahaan i pada tahun t; utang lancar perusahaan i pada tahun t; biaya depresiasi dan amortisasi perusahaan i pada tahun t pendapatan perusahaan i pada tahun t penjualan bersih - laba operasi - biaya depresiasi perusahaan i pada tahun t aktiva tetap bruto perusahaan i pada tahun t piutang dagang perusahaan i pada tahun t aktiva lancar – piutang dagang – kas – utang lancar perusahan i pada tahun t

= = = = = =

it

REVit EXPit

= =

GPPEit ARTit OCALit

= = =

Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai Vit merupakan tingkat akrual diskresioner. Sebelum memperoleh nilai akrual diskresioner, terlebih dahulu akan dilakukan perhitungan terhadap nilai akrual non diskresioner. Adapun perhitungan nilai akrual non diskretioner adalah sebagai berikut:

NDA

0

1

1

REVi ,t Ai ,t

EXPi ,t 2

1

2

Ai ,t

GPPEi ,t 3

1

3

Ai ,t

1

......................3)

Nilai non discretionary accruals dapat diperoleh dengan cara melakukan regresi terhadap persamaan (4), untuk memperoleh nilai koefisien

dan

Regresi

dilakukan dengan menggunakan data panel selama empat tahun. Data panel merupakan gabungan antara data time series dengan data crossectional. Penelitian ini menggunakan data panel selama empat tahun, yaitu tiga tahun sebelum IPO sampai tahun pada saat IPO. Data panel digunakan, karena menurut Imam Ghozali (2006) data panel dapat memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, rendah tingkat kolinearitas antar variabel, dan lebih efisien. 3)

Perhitungan Discretionary Accruals

DAit

=

ABit/Ait-1 – NDAit ................................................................4)

Setelah memperoleh nilai non discretionary accruals, selanjutnya akan dihitung nilai discretionary accruals yang merupakan proksi dari manajemen laba dalam penelitian ini. Nilai discretionary accruals diperoleh melalui persamaan (5) di atas. Nilai discretionary accruals yang diperoleh jika lebih besar dari 0 (DA>0), maka telah terjadi manajemen laba yang menaikkan laba (income increasing). Sebaliknya, jika nilai discretionary accruals kurang dari 0 (DA0), maka

telah terjadi manajemen laba yang menaikkan laba (income increasing).Nilai DA terendah dimiliki oleh PT Media Nusantara Citra, Tbk yaitu sebesar -0,8696. Nilai discretionary accrualsini kurang dari 0 (DA0, mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja keuangan

pada perusahaan sedangkan jika NPM