PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP ...

42 downloads 966 Views 769KB Size Report
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran. TANDUR ..... Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Quasi Eksperimen di SMP Nusantara Plus)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh : IIN HENDRIYANI 105016300591

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

ABSTRAK

Iin Hendriyani, “Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa (Quasi Eksperimen di SMP Nusantara Plus)". Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, sampel yang diambil sebanyak 80 orang dan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes, dan lembar observasi. Sebelum instrumen tes digunakan, instrumen ini telah diuji validitas konstruk dan empirik. Melalui validitas konstruk dan empirik jumlah dari 36 soal, diambil 20 soal yang valid, dan hasilnya diuji melalui statistik uji "t". Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 9,51 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 2,00. Ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikansi α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa. Kata Kunci : Model pembelajaran TANDUR, hasil belajar fisika siswa

ABSTRACT

Iin Hendriyani. “The Influence of TANDUR Learning Model Against Students Physics Achievment (quasi experiments at the Junior High School Nusantara Plus Ciputat)". Thesis, Physical Education Studies Program, Department of Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. The aims of this research was to determine the influence of TANDUR learning model against students physics achievement in the concept of vibration and waves. This research was conducted at the Junior High School Nusantara Plus Ciputat Tangerang. The method of research uses quasi experiments. samples taken as many as 80 people and divided into two classes, namely experiment class and control class. Research instrument which is used are test and observation sheet. Before the test instrument are used, the instrument has contruct and empirical validity. Through the contruct and empirical account from 36 questions, taken 20 questions which considered have validity, the results tested by test statistic "t". Based on calculations derived by calculating tvalues were 9,51 greater than ttable for 2,00. This means that Ho is rejected at the level of significance α = 0,05. It can be concluded that Ha stating that there is influence between TANDUR learning model against students physics achievement is accepted. This shows a significant influence on students physics achievement. Keywords : TANDUR instructional model, students physics achievement

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan sahabat-sahabatnya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran TANDUR Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi ini menggambarkan bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran TANDUR sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika. Selain itu skripsi ini memberikan gambaran kepada guru fisika yang akan menggunakan model ini sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran fisika di sekolah. Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada : 1.

Bapak dan Ibunda tercinta yang telah mendidik, mengurus dan membesarkan penulis dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang juga selalu menyertakan do’a untuk kebahagian dan kesuksesan penulis

2.

Kakak-kakakku tercinta : Eceu - K’Haji, A Aris – Mbak Ida, A Deni – Teh Winda dan keponakan-keponakanku yang lucu : Abib, Firza, Daffa, Aruna. Terima kasih atas segala doa, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang diberikan, terimakasih atas segalanya.

3.

Kasim, terima kasih banyak atas kesabaran, doa, motivasi dan bantuannya yang telah diberikan kepada penulis.

4.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.

Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

6.

Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

7.

Ibu Erina Hertanti, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

8.

Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika.

9.

Bapak Kepala Sekolah, Guru, serta Staf SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang, khususnya Bapak Cecep Setiawan, M.A., dan Ibu Ika Surpiati Ningrum sebagai Guru Fisika yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

10. Siswa-siswi SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang, khususnya kelas VIII-2 dan VIII-3 angkatan 2009-2010 yang telah membantu penulis saat proses pengumpulan data. Kegembiraan, keriangan dan kelucuan dari kalian sangat penulis rindukan. 11. Teman-teman satu perjuangan di program studi pendidikan fisika jurusan pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 penulis ucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuannya selama ini. Khususnya Devi Solehat dan Arum Yuviana Rani, thanks for being my friends in the health and sick, in the happiness and sadness, in the love and cherish, thank you for all. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaan fisika di sekolah.

Jakarta,

Maret 2010 Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ..................................................................................................

i

ABSTRACT ................................................................................................ ii KATA PENGANTAR................................................................................. iii DAFTAR ISI .............................................................................................. v DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A.

Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B.

Identifikasi Masalah ................................................................. 4

C.

Pembatasan Masalah................................................................. 5

D.

Perumusan Masalah.................................................................. 5

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................................................ 6 A.

Deskripsi Teoretis ................................................................... 6 1.

Teori Belajar dalam Kontruktivisme .................................. 6

2.

Model Pembelajaran TANDUR ......................................... 8

3.

Hasil Belajar ..................................................................... 16

4.

Pengertian Fisika ............................................................... 21

5.

Pengertian Pembelajaran Fisika ......................................... 21

6.

Tujuan Pembelajaran Sains ................................................ 22

B.

Hasil Penelitian Relevan .......................................................... 23

C.

Kerangka Berpikir .................................................................... 26

D.

Pengajuan Hipotesis ................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30 A.

Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 30

B.

Metode Penelitian dan Desain Penelitian .................................. 30

C.

Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 31

D.

Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 31

E.

Prosedur Penelitian .................................................................. 32

F.

Instrumen Penelitian ................................................................ 33

G.

Variabel Penelitian .................................................................. 36

H.

Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37

I.

Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ..................... 37

J.

Teknis Analisis Data ................................................................ 42

K.

Hipotesis Statistik .................................................................... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 50 A.

Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR ...................... 50

B.

Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................................................................... 52 1.

Skor Pretest Kelompok Eksperimen .................................

2.

Skor Pretest Kelompok Kontrol .......................................

3.

Skor Posttest Kelompok Eksperimen ................................

4.

Skor Posttest Kelompok Kontrol ......................................

52

52

53

54 C.

Pengujian Persyaratan Analisis Data ........................................ 56 1.

Uji Normalitas Pretest-Posttest ......................................... 56

2.

Uji Homogenitas Pretest-Posttest ...................................... 56

3.

Pengujian Hipotesis ........................................................... 57 a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest ............................ 57 b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest .......................... 58

c. Uji Normal Gain ........................................................... 59 D.

Interpretasi Data ...................................................................... 60

E.

Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 68 A.

Kesimpulan .............................................................................. 68

B.

Saran ........................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 73

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran TANDUR ...................................... 15 Tabel 3.1 Nonrandomized Pretest and Posttest Control Group Design ........... 30 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 35 Tabel 3.3 Tehnik Pengumpulan Data ............................................................ 37 Tabel 3.4 Interpretasi Validitas ..................................................................... 38 Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas .................................................................. 39 Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ................................................. 40 Tabel 3.7 Klsaifikasi Daya Pembeda ............................................................ 41 Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Model ..................................................... 42 Tabel 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR oleh Peneliti .................................................................................. 50 Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang .......... 55 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ................................................................................... 56 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest – Posttest ...................................... 57 Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ..................................... 58 Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest..................................... 59 Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain...................................... 60

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 28 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ..................................................................... 33 Gambar 4.1 Histogram Skor Pretest Kelompok Eksperimen .......................... 52 Gambar 4.2 Histogram Skor Pretest Kelompok Kontrol ................................. 53 Gambar 4.3 Histogram Skor Posttest Kelompok Eksperimen.......................... 54 Gambar 4.4 Histogram Skor Posttest Kelompok Kontrol ............................... 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian .... 73 Lampiran A.1 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru ................................ 74 Lampiran A.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ...................................... 76 Lampiran A.3 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .............. 86 Lampiran A.4 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ........................................................................... Lampiran A.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ..................................................................................... Lampiran A.6. Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ..................................................................................... Lampiran A.7 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ....... Lampiran A.8 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .......................................................................... Lampiran A.9 Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Yang Menjawab Benar Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .......... Lampiran A.10 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ................................................................................... Lampiran A.11 Klasifikasi Kelompok Siswa....................................................

92 93 94 95 96 97 98 99

Lampiran A.12 Urutan Skor Tertinggi Ke Terendah Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .................................................................... 100 Lampiran A.13 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar..................................................... 101 Lampiran A.14 Contoh Pernitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar .......................................................................... 102 Lampiran A.15 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Yang Dipakai Dalam Penelitian ................................................................... 104 Lampiran B Perangkat Pembelajaran......................................................... 108 Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 109 Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol.......... 119 Lampiran B.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ...................................................... 127 Lampiran B.4 Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah diisi oleh salah satu kelompok.................................................................................. 137

Lampiran B.5 Modul Pembelajaran ................................................................. 143

Lampiran C Uji Analisis Data ..................................................................... 149 Lampiran C.1 Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR ................................................. 150 Lampiran C.2 Uji Normalitas Instrumen Tes Hasil Belajar .............................. 154 Lampiran C.3 Uji Homogenitas Instrumen Tes Hasil Belajar .......................... 166 Lampiran C.4 Uji Hipotesis Instrumen Tes Hasil Belajar ................................ 168

Lampiran D Daftar Tabel ............................................................................ 175 Lampiran D.1 Tabel Skor Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................................................................... 176 Lampiran D. 2. Tabel Harga Kritik dari r Product – Moment .......................... 179 Lampiran D. 3. Tabel Luas Di Bawah Lengkungan Kurva Normal dari 0 s/d Z ............................................................................. 178 Lampiran D. 4 Tabel Nilai-Nilai Chi Kuadrat ................................................. 180

Lampiran E Surat Keterangan .................................................................... 181 Lampiran E.1 Surat Bimbingan Skripsi ........................................................... 182 Lampiran E.2 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 183 Lampiran E.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ..................... 184 Lampiran E.4 Surat Pernyataan Karya Sendiri ................................................ 185

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. Ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan: pertama pembaharuan kurikulum.1 Kurikulum harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kedua peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.2 Artinya metode pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah metode pembelajaran yang mendorong siswa mengkonsktruksi (memproses) pengetahuan di benak mereka sendiri dengan cara mengalami sendiri proses pembelajarannya. Ketiga

efektifitas metode

pembelajaran.3 Pembelajaran efektif merupakan tolok ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Pembelajaran yang efektif mempunyai karakteristik bagi siswa untuk melihat, mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerja sama, menemukan sendiri, dan membangun konsep sendiri. 1

Mcklar, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat. Tersedia : http://one.indoskripsi.com/click/3390/0, [ 21 Januari 2009, 12:07 P.M], hal. 3 2 Ibid., 3

Ibid.,

Berdasarkan pengalaman Praktik Profesi Keguruan Terpadu peneliti di sebuah sekolah swasta di Tangerang selatan diperoleh fakta bahwa pembelajaran fisika pada konsep getaran dan gelombang yang disajikan oleh guru di kelas pada umumnya dilakukan secara teacher centered, sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit. Siswa kurang diberi kesempatan untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami konsep-konsep IPA melalui pengalaman nyata. Sementara itu dari kajian awal terhadap guru dan siswa serta iklim situasi sosial kelas (pembelajaran fisika) di kelas VIII ditemukan sejumlah fakta : 1. Menurunnya minat siswa pada pokok bahasan ini sehingga penguasaan konsep yang dimiliki siswa juga berkurang. 2. Tindakan guru yang kurang responsif terhadap apa yang telah diketahui siswa, sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru. 3. Penguasaan konsep fisika siswa rendah, siswa hanya menghafal saja, akibatnya hasil belajar siswa rendah, hal ini terlihat dari hasil belajar pada konsep getaran dan gelombang yaitu 5,5 padahal KKM mata pelajaran IPA adalah 6,5. 4. Pada kegiatan penutup tidak ada penguatan konsep sehingga tidak ada umpan balik untuk siswa maupun guru Interaksi hanya terjadi antara guru dan siswa saja sedangkan interaksi antar siswa jarang terjadi, baik dalam bentuk diskusi maupun diskusi kelompok. Berdasarkan fakta diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran fisika banyak dilakukan dengan memberi konsep fisika tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada di sekitarnya. Dengan kata lain siswa belajar menghafal konsep dan bukan menguasai konsep sehingga belajar fisika kurang bermakna dengan tidak terbentuk konstruksi konsep fisika yang benar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan adalah siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran.4

4

Ratna Wilis. D, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 114.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang berbagai fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan sains, teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam.5 Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik dan mendapatkan perhatian yang lebih agar dapat menjadi landasan yang kuat bagi peranan tersebut. Mengingat pentingnya ilmu fisika dalam berbagai kehidupan manusia, maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran fisika yang diajarkan di tiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang fisika, maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar yang baik yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih aktif, bermakna, dan menyenangkan bagi siswa. Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan fisika yang baik dan mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR yang merupakan inti atau kerangka utama dari Quantum Teaching. Model pembelajaran TANDUR merupakan suatu gagasan dari Porter yang dituangkan dalam buku Quantum Teaching. TANDUR merupakan akronim dari nama setiap langkah pembelajaran yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan.6 Kunci dari pembelajaran ini adalah membangun ikatan emosional terlebih dahulu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan yang baik, menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu, menyajikan konsep di dalamnya dan diakhiri dengan penguatan dan motivasi yang membuat konsep yang sudah dipelajari tersebut lekat dalam pikiran. Model pembelajaran TANDUR sekilas lebih menekankan kondisi psikologis daripada penyajian dan penanaman konsep, tetapi jika dipahami lebih jauh justru sesungguhnya penciptaan kondisi psikologis yang mendukung proses 5

Muhamad Gina Nugraha. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Pada pokok Bahasan Fluida Statis, Skripsi Pendidikan Fisika. (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2007 ), h. 1. 6

Basuki, Mengonstruksi Pendidikan Kritis-Humanis dan Populis Tinjauan tentang Politik Pendidikan Indonesia Era Globalisasi Informasi, Jurnal Penelitian Pendidikan Pendidikan Agama dan Keagamaan ISSN 1693-6418, Volume 4, Nomor 2, April – Juni 2006, h.52.

pembelajaran itu lebih berperan penting daripada penyajian konsep itu sendiri, karena apalah artinya seorang guru bersusah payah menyajikan materi tapi tidak dapat dimengerti oleh para siswanya. Menurut DePorter, apapun pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar, konsep TANDUR ini diyakini dapat membuat siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses.7 Selain itu menurut Fidoh zuhriah, model pembelajaran TANDUR dirasa tepat menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran fisika, karena di dalam model pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntun untuk membangun pengetahuan sendiri, tetapi guru juga diharapkan dapat memberikan suasana emosional yang positif kepada siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat tercapai yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.8 Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian penerapan model pembelajaran TANDUR dalam pembelajaran fisika di sekolah. Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TANDUR TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA

SISWA”.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis mengidentifikasikan masalahmasalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Pembelajaran fisika yang disajikan oleh guru di kelas pada umunya dilakukan secara teacher centered. 2. Siswa cenderung hanya menghapal tanpa memahami benar isi pelajaran fisika. 3. Hasil belajar fisika siswa rendah. C. Pembatasan Masalah 7

Bobbi DePorter, Quantum Teaching, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007), h.88 Fidoh Zuhriah, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Penelitian Terhadap Siswa SMP Miftahul Iman Kota Bandung Tahun Ajaran 2005/2006, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2006), h.3. 8

Agar masalah dalam penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalah hanya dibatasi pada pengaruh model pembelajaran TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hasil belajar fisika yang diteliti yaitu hasil belajar fisika siswa dinilai pada ranah kognitif, dengan tingkatan C1 – C4 pada konsep getaran dan gelombang.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa?” Rumusan masalah di atas dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.

Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR?

2.

Bagaimanakah hasil belajar fisika siswa SMP sebelum menggunakan model pembelajaran TANDUR?

3.

Bagaimanakah hasil belajar fisika siswa SMP setelah menggunakan model pembelajaran TANDUR?

4.

Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa SMP setelah menggunakan model pembelajaran TANDUR?

5.

Bagaimanakah perbedaan hasil belajar fisika siswa antara yang menggunakan model pembelajaran TANDUR dengan yang menggunakan metode ceramah?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1.

Bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

2.

Bagi guru sebagai bahan masukan dalam merencanakan pembelajaran fisika.

3.

Bagi peneliti sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis 1. Teori Belajar dalam Konstruktivisme Sejarah perkembangan pendidikan manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya paradigma pembelajaran telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan, terutama dalam kaitan dengan cara pandang anak didik sebagai komponen utama kegiatan pembelajaran. Selama ini anak didik ditempatkan sebagai objek pembelajaran yang hanya menerima apa saja yang diajarkan kepadanya, ibarat kertas putih yang dapat ditulisi apa saja yang diinginkan penulisnya. Atau tong kosong yang dapat diisi apapun yang diinginkan pengisinya. Salah satu pendekatan yang sejalan dengan prinsip siswa bertindak secara aktif adalah konstruktivisme. Pembelajaran ini memandang siswa sebagai aktor yang aktif dan terlibat penuh dalam belajar. Dalam proses belajar siswa tidak akan menerima begitu saja apa yang diajarkan tetapi akan memproses secara aktif informasi-informasi yang diterima untuk menghasilkan makna atau pengertian tentang benda atau peristiwa yang dilihat atau dialaminya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh objek pengamatan dan kemampuan subjek menginterpretasi objek. Pengetahuan itu bersifat dinamis, tergantung dari individu yang melihat dan mengontruksinya.9 Model konstruktivisme merupakan pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget.10 Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak. Guru dapat memberikan 9 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2005), h. 118 10 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 237

kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.11 Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Prosedur pembelajaran konstruktivitik dalam kelas mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 12 a. Cari dan gunakan pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran b. Biarkan siswa mengemukakan gagasannya c. Kembangkan kepemimpinan, kerjasama, pencarian informasi, dan aktivitas siswa sebagai hasil proses belajar d. Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses e. Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi buku paket atau bahan para pakar f. Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya peristiwa dan dorong untuk memprediksi akibatnya g. Carilah gagasan siswa sebelum mempelajari buku teks atau sumber lain h. Buatlah siswa tertantang dengan konsep dan gagasan mereka sendiri i.

Sediakan waktu

yang cukup untuk berefleksi,

menganalisa

dan

menggunakan semua gagasannya j.

Doronglah siswa untuk melakukan analisis, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan dan pengetahuan baru yang dipelajarinya.

11

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007). h. 13 12 Setya Dewi. “Pemahaman Konsep Volume Bola dengan Model Pembelajaran Kontruktivisme dan Kontektual pada Siswa Kelas III SMP”, Jurnal Pendidikan Inovatif : Yayasan Sekolah Nasional Kontraktor Production Sharing (YSN-KPS) Balikpapan. Vol. 1, No. 2, 1 Oct 2007.

Pada dasarnya konstruktivisme mengandung lima prinsip dasar tentang belajar dan mengajar, yaitu :13 a

Pembelajar telah mengetahui pengetahuan awal

b

Belajar merupakan proses pengkonstruksian pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimilki

c

Belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar

d

Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam konteks tertentu

e

Pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.

2. Model Pembelajaran TANDUR “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.”14 Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau pembelajaran dalam tutorial, dan untuk menetukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,dan lain-lain.15 Setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau langkah-langkah yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Sintaks dari model pembelajaran TANDUR ini mengikuti langkah-langkah :16 a. Penumbuhan minat dan motivasi b. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran c. Penyajian konsep d. Penguatan terhadap konsep

13

Ari Widodo, “Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan “, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, h.91 14 Udin S Winataputra. Model-model Pembelajaran Inovatif. (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001). h.3 15 Trianto, op.cit, h.5 16 Marwan. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas II SMU dalam Memahami Konsep Alat-alat Optik. Tesis. (Bandung : FMIPA UPI, 2004). h. 15-16

Model pembelajaran TANDUR merupakan kerangka rancangan belajar Quantum Teaching. Asas utama Quantum Teaching yaitu bawalah dunia mereka ke dunia kita, pada tahap ini guru harus berusaha menggali pengetahuan awal siswa, mengaitkan materi yang akan diberikan dengan pengalaman dan dunia nyata mereka, memberikan motivasi dan menumbuhkan minat siswa. Kemudian antarkan dunia kita ke dunia mereka, Setelah mengenal dunia siswa maka saatnya guru mengantarkan siswa kepada dunia baru dimana diberikan berbagai informasi (dapat berupa teori, rumus, hukum dan lain-lain), pengalaman, dan keterampilan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang cocok dengan kodisi siswa. Dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan yang sudah mendalam diharapkan siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dunia mereka dan menerapkannya pada situasi dan masalah baru. Selain itu, Quantum Teaching mempunyai beberapa prinsip, diantaranya :17

1. Everything Speaks, including classroom environment, body language, design of lessons and handouts, etc.

2. Everything is On Purpose, as teachers carefully orchestrate their lessons. 3. Experience Before Label, as learning happens best when students experience the information at the outset of learning. 4. Acknowledge Every Effort, as students take risks and build their competence and confidence. 5. If It's Worth Learning, It's Worth Celebrating, with appropriate feedback that increases positive emotional association with the learning. Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) berpangkal pada psikologi kognitif, Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivistis dan merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif.18 Konstruktive yang berakar pada psikologi kognitif, menjelaskan bahwa siswa belajar sebagai hasil dari pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah membantu siswa

17 Bobby DePorter et al,. Recommended Reading Quantum Teaching: Orchestrating Student Success, ISBN: 09-205028664-X, [online], tersedia : http://www.newhorizons.org/strategies/accelerated/accelerated_review_deporter.htm., diakses : 15 Maret 2010, 05:00 PM. 18 Djoko Saryono, Pembelajaran Kuantum sebagai Model pembelajaran Yang Menyenangkan, [Online], tersedia: http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/11/pembelajarankuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/, diakses : 13 Januari 2009,03:21 PM.

membentuk hubungan antara apa yang dipelajari dan apa yang sudah diketahui siswa.19 Kata TANDUR sendiri merupakan akronim dari kata Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Langkah-langkah pembelajaran tersebut disusun berdasarkan teori-teori belajar seperti Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro Linguistic Programming, Experimental Learning, Socratic Inquiry, Cooperative Learning, dan Elements of Effective Instruction. Model pembelajaran TANDUR adalah suatu rancangan model yang diharapkan dapat sepenuhnya membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran, memberikan pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka. Di bawah ini peneliti mencoba menguraikan apa sesungguhnya TANDUR dan masing-masing langkah pelaksanaannya: a. Tumbuhkan Tumbuhkan dalam model pembelajaran ini adalah bagaimana cara guru untuk dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Cara ini akan memunculkan perasaan positif sehingga diharapkan mampu menempatkan siswa dalam situasi yang optimal untuk belajar. Penumbuhan minat ini berada diawal langkah dari model ini karena penumbuhan minat ini merupakan pondasi bagi langkah kegiatan berikutnya. Apabila langkah ini berhasil maka diharapkan langkah berikutnya juga berhasil dengan baik pula. Menumbuhkan minat dan perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara: 1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.20 Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan

19

Doantara yasa. Teori Kontruktivis dalam Pembelajaran, [Online], Tersedia : http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/teori-kontruktivis dalam pembelajaran, diakses : 18 , Januari 2009, 01:57 PM. 20 Ahmad Sudrajat. Peran Guru Sebagai Motivator. [Online], tersedia : http://www.psbpsma.org/content/blog/peran-guru-sebagai-motivator. 2008, diakses : 01 Juli 2009, 10:45 AM.

minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersamasama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya 2) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa. 3). Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar. 4) Mengadakan kompetisi yang sehat antar siswa. Cara ini dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok memperoleh tugas tertentu dan diberikan kesempatan untuk menampilkan hasil kerja mereka. Kelompok yang lain dapat memberikan tanggapannya terhadap hasil kerja kelompok yang tampil. Cara lain yang lebih umum adalah dengan memberikan tes tertulis sebelum atau sesudah pembelajaran. Cara ini dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk lebih baik lagi. 5). Menggunakan berbagai alat peraga yang relevan. Hal ini bertujuan menjadikan siswa dapat mengenal langsung sesuatu yang diceritakan sehingga konkrit dan tidak hanya membayangkan dan mengkhayalkan sesuatu. Peragaan ini dapat berupa peragaan langsung atau tak langsung. Peragaan langsung adalah memperlihatkan bendanya sendiri sedangkan jika

tidak memungkinkan dapat dengan pergaan tak langsung seperti gambar, foto, film dan sebagainya.21 6). Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang kondusif untuk belajar. Menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dapat dilakukan misalnya dengan mengatur susunan bangku yang berbeda. Bangku siswa dapat disusun untuk mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun yang diberikan. Guru dapat meminta siswa mengatur ulang bangku mereka untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan. Untuk presentasi siswa, ajaran guru dan lain-lain, atur bangku sehingga siswa menghadap ke depan untuk membantu mereka tetap fokus ke depan. Untuk kerja kelompok, bangku dapat diputar saling berhadapan. Guru harus mampu menyesuaikan kondisi fisik kelas sesuai kebutuhan sehingga tercipta kondisi yang kondusif dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Hubungan yang baik antara guru dan siswa harus tercipta sehingga tercipta suasana emosional yang nyaman untuk belajar.22

b. Alami Untuk menjadikan konsep-konsep yang disajikan menjadi nyata bagi siswa, maka tugas selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa mengalami langsung hal-hal yang dipelajari. Kegiatan ini akan membuat hal yang abstrak menjadi konkret, di samping itu pengalaman langsung juga menumbuhkan kemampuan berpikir siswa, yaitu ketika mereka mendapatkan hal-hal yang mungkin aneh atau bahkan bertentangan dengan logika sehari-hari, sehingga diharapkan muncul pertanyaan mengapa, bagaimana, dan apa, terhadap fakta yang mereka alami.23 Dalam pelajaran fisika kegiatan memberikan pengalaman pada siswa itu akan lebih bermakna jika setiap materi yang diterima siswa dapat dipraktekkan 21

Marwan, op.cit., h. 18-19 Ramdafitri Zulvia, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran TANDUR, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung : Tidak diterbitkan, 2008), h.15. 23 Gani Hamdani, Pengaruh Penerapan Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika Terhadap Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2008), h.11. 22

di laboratorium, dan jika sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadai maka dituntut kreatifitasan guru untuk menuntun siswa melakukan percobaan dengan peralatan sederhana yang dapat memperkuat konsep yang akan disajikan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelompok, tanya jawab, latihan soal, menganalisis kasus, dan sebagainya.24 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kesempatan mengalami pada siswa yaitu adanya perbedaan individual pada setiap siswa misalnya perbedaan intelegensi, minat, bakat, kemampuan jasmani dan hal-hal yang lain yang menyebabkan seseorang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa memperoleh pengalaman yang seimbang dan proporsional sesuai dengan kondisi mereka.

c. Namai Setelah minat dan perhatian telah tumbuh, maka berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran mereka setelah mengalami, maka pada saat itulah guru memberikan informasi atau konsep yang diinginkan yang disini disebut dengan langkah penamaan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran dan sebagainya. Guru diharapkan mampu merangsang memori siswa sehingga apa yang disajikan akan melekat dipikiran mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai gambar, grafik, peragaan, dan analogi sehingga kelihatan menarik bagi siswa.

Menurut Deporter “langkah penamaan ini

memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan.”25 Penamaan ini merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat, dan sebagainya.

24

Sisri mayeni. Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Untuk meningkatan Hasil Belajar Siswa . Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 2008), h.20-21. 25 Bobby DePorter et al,. Quantum Teaching. (Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka. 2007), h. 91.

d. Demonstrasikan Langkah berikutnya yang dilakukan setelah mereka mengalami dan namanya

sudah

diketahui

adalah

siswa

diberi

kesempatan

untuk

mendemonstrasikan kemampuan, sehingga akan muncul pengalaman baru yang berkesan. Pengalaman awal akan mendasari pengalaman berikutnya sehingga muncul pengalaman baru yang akan menyempurnakan pengalaman berikutnya. Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menerjemahkan dan aplikasikan pengetahuan baru mereka terhadap situasi lain. Berikan kegiatan demonstrasi tambahan pada siswa lalu bangun kepercayaan diri mereka.26 Guru memberikan keleluasaan dan waktu yang memadai kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru saja mereka terima. Kegiatan ini dapat berupa siswa berlatih mengerjakan soal secara mandiri ataupun kelompok, menampilkan proses kerja dari sebuah praktikum sampai pada penemuan konsep, memberikan pendapat dan saran, tampil ke depan memimpin diskusi dan berbagai kegiatan yang intinya memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk mengaplikasikan dan menampilkan kemampuan serta pengetahuan yang sudah dimiliki.

e. Ulangi Pengetahuan dan pengalaman yang diulang-ulang jauh lebih baik daripada pengetahuan yang dialami dan diingat satu kali saja. Pengetahuan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap dan dapat digunakan kapan saja. Pengulangan yang dilakukan akan menjadikan pengetahuan tersebut semakin mantap menempel difikiran mereka. Pengulangan dapat meningkatkan daya ingat siswa apalagi bila hal ini dilakukan misalnya mengulangi kembali konsep-konsep utama atau rumus dan persamaan penting dari bahasan yang baru saja dipelajari secara kontinyu disetiap akhir pertemuan.

f. Rayakan 26

Fidoh Zuhriah, Penerapan Model Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Penelitian Terhadap Siswa Smp Miftahul Iman Kota Bandung Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi. (Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2006), h.19.

Langkah terakhir yang dilakukan pada model ini adalah penguatan secara psikologis. Apabila sesuatu sudah dapat dilaksanakan dengan baik, maka hal tersebut layak untuk dirayakan. Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang akhirnya diharapkan siswa merasa bahwa apa yang telah mereka lakukan berarti dan tidak sia-sia. Penghargaan ini dapat menimbulkan semangat dan keinginan siswa untuk mengikuti materi yang baru dalam kesempatan yang berikutnya. Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Siswa akan menantikan kegiatan belajar sehingga pendidikan mereka bisa lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu. Perayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan memberikan dukungan dan pengakuan untuk setiap usaha siswa, memberikan pujian untuk setiap kesuksesan siswa, memberikan hadiah kejutan untuk setiap prestasi dan mengakhiri sebuah keberhasilan dengan kecerian bersama. Misalnya dengan tepuk tangan, pemberian hadiah sebagai kejutan kecil, pujian kepada teman sebangku, danm pernyataan afirmasi. Langkah-langkah pembelajaran TANDUR dapat dilihat pada tabel berikut:27 Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran TANDUR Langkah Model Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Menyampaikan tujuan 1. Memperhatikan pembelajaran yang sesuai penjelasan guru 2. Memberitahukan manfaat 2. Menanggapi dan materi bagi pembelajaran menjawab pertanyaan 3. Mengaitkan dengan pelajaran 3. Mengingat keterangan lain yang sesuai dan peragaan 4. Mengadakan kompetisi yang 4. Mencatat hal-hal penting Tumbuhkan sehat 5. Saling berkompetisi 5. Menggunakan alat peraga secara sehat 6. Mengajukan berbagai pertanyaan dan masalah 7. Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial positif. 27

Bobbi DoPorter, op.cit., 89 - 93

Langkah Model

Alami

Kegiatan Guru 1. Mengajak pembelajar/siswa terlibat secara penuh 2. Menciptakan keterlibatan fikiran, fisik, dan mental pembelajar/siswa secara aktif.

Kegiatan Siswa 1. Praktikum di laboratorium 2. Pengamatan pada fenomena dunia nyata 3. Diskusi kelompok 4. Berlatih soal secara individu dan/atau kelompok 5. Menjawab pertanyaan 6. Membuat kesimpulan 7. Analisa studi kasus 8. Membuat atau menganalisis gambar dan grafik Memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mencatat materi pembelajaran.

Penyajian konsep dengan berbagai teknik dan metode didukung oleh grafik, gambar, Namai warna, analogi, alat peraga, dan lain-lain. 1. Mendemonstrasikan proses 1. Berlatih menyelesaikan kerja dengan baik dan benar soal secara sendiri 2. Mendemonstrasikan dan/atau kelompok penyelesaian masalah atau 2. Menampilkan proses soal dengan baik kerja alat sampai memperoleh data dan kesimpulan Demonstrasikan 3. Menampilkan hasil kerja kelompok ke dalam diskusi 4. Mengungkapkan berbagai saran dan pendapat Mengulang kembali konsep dan 1. Mengungkapkan persamaan utama dari pendapat berdasarkan pembelajaran dengan penguatan pengamatan dan Ulangi dan umpan balik pengalaman 2. Mencoba menyimpulkan dengan kata-kata sendiri 1. Memberikan dukungan dan 1. Saling mendukung atas keberhasilan yang telah pengakuan untuk setiap diperoleh (memberikan usaha siswa pujian). 2. Memberikan pujian untuk Rayakan 2. Tepuk tangan. setiap kesuksesan siswa 3. Memberikan hadiah kejutan 3. Senang dan gembira. untuk setiap prestasi

4. Mengakhiri sebuah keberhasilan dengan keceriaan bersama 5. Menutup pelajaran dengan seremonial tertentu Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa model pembelajaran TANDUR adalah model pembelajaran yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur sistematik dengan tujuan akhir pembelajaran untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu: hasil dan belajar. Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari usaha atau pikiran. Belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi dalam jiwa anak, karena adanya pengaruh yang diberikan oleh pendidik, sehingga dengan adanya pengaruh ini maka tingkah laku anak mengalami perubahan.28 Perubahan yang diperoleh dari hasil belajar diharapkan dapat membawa pada perubahan yang lebih baik. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.29 Belajar adalah perubahan. Perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat tetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).30 Belajar adalah kegiatan full contact yang 28 Nurleliana Siregar, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Konsep Gaya Melalui Metode Inquiri Pada Siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 43 Medan, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.42. 29 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi 2, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h.13. 30 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi Brother’s, 2006), h. 76.

berarti dalam prakteknya harus melibatkan semua aspek kepribadian siswa yang berupa pikiran, perasaan dan keterampilan atau bahasa tubuh.31 Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.32 Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan, ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut : 1) Belajar adalah proses perubahan tinglah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. 2) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada. 3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif). 4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar. 5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol/minuman keras. 6) Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu.33 Hakikat belajar adalah perubahan, perubahan yang terjadi akibat belajar yaitu perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.34 Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,

`

31

Bobby DePorter, et. al, op.cit., h.6. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor belajar yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), h.2. 33 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.55-56. 34 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h.14-15. 32

keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.35 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dengan belajar akan terjadi perubahan tingkah laku dibandingkan sebelum belajar. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dimiliki seseorang akibat proses belajar yang telah dilakukannya, yang meliputi proses belajar disekolah, masyarakat atau dalam keluarga.36 Hasil belajar atau pencapaian tujuan belajar oleh siswa merupakan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap yang diperoleh seseorang setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.37 Menurut Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.38 Hasil belajar fisika adalah kemampuan yang diperoleh individu melalui kegiatan belajar fisika. Kemampuan itu ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku pada diri individu dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam bidang fisika.39 Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas hasil belajar atau yang sering disebut prestasi belajar diartikan suatu hasil usaha secara maksimal bagi seseorang dalam menguasai bahan-bahan yang dipelajari atau kegiatan yang dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu : 1) Internal / Dalam, yakni: a) Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera. b) Psikologis, yang terdiri dari Bakat, Minat, Kecerdasan, Motivasi dan Kemampuan Kognisi. 2) Eksternal / Luar, yakni : a) Lingkungan, yang terdiri dari Alam dan Sosial.

35

Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h.16. Dian Arianto, Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Pada Siswa Kelas X-4 SMA Negeri 4 Kisaran Melalui Metode Demonstrasi, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.56. 37 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya.2005), h.22. 38 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), h.30. 39 Adimirpan Punantara Sitopu, Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX-3 SMP Negeri 1 Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, Volume. 1, Nomor. 1, Juni 2009, h.50. 36

b) Instrumental, yang terdiri dari Kurikulum, Guru, Sarana Prasarana, Administrasi dan Manjemen. 40 Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom).41 Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja. Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognitif ke dalam 6 tingkatan sebagai berikut: 1) Knowledge (Pengetahuan / C1) Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-itu itu bisa meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall). Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mengidentifikasikan, dan menggambarkan.

2) Comprehension (Pemahaman/C2) Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam kemampuan ini termasuk kemampuan untuk mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain, misalnya dari bentuk verbal menjadi bentuk rumus, dapat menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu, serta mengungkapkan 40

Zikri Neni Iska, op.cit., h. 85 Twi Minto Saestu, Penerapan Model Konstruktivisme Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2008), h. 22. 41

suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasional untuk pemahaman diantaranya : membedakan, mengubah, memberikan contoh dan lain-lain.42

3) Application (Penerapan/C3) Untuk penerapan atau aplikasi, siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan menerapkannya secara benar.43 Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjukkan, dan lain-lain.

4) Analysis (Analisis/C4) Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubungan bagian-bagian tersebut satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, mengklasifikasi.

5) Synthesis (Sintesis/C5) Merupakan keammpuan untuk menyatukan bagian-bagian materi menjadi satu gabungan yang berpola dan berkaitan satu sama lain. Contoh kemampuan sintesis adalah kemampuan merencanakan eksperimen. Kata kerja yang digunakan misalnya: mensintesis, menghubungkan, dan menyimpulkan.44

6) Evaluation (Evaluasi/C6)

42

Syambasri Munaf, Evaluasi Pendidikan Fisika, (Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI. 2001), h.69 43 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h.119 44 Ramdafitri Zulvia. Op.cit., h. 24.

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan kriteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan, memutuskan. 4. Pengertian Fisika Fisika (Bahasa Yunani: physikos yang artinya "alamiah", dan physis, yang artinya "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fisika merupakan salah satu cabang besar dari ilmu pengetahuan alam atau

yang sekarang lebih dikenal dengan ilmu sains. Jadi fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains.

45

Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi

dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.

Fisika dapat dikatakan merupakan induk dari segala ilmu yang menyongsong

peradaban

manusia.

Fisika

juga

merupakan

ilmu

yang

memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya, sehingga fisika sangat membantu manusia mengenal alam, mengenal begitu dahsyatnya ciptaan Allah swt.

46

Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan

dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya.

5. Pengertian Pembelajaran Fisika Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses, menjadikan orang belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar pikiran. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran fisika 45

Wasis Pambudi, Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 Sma Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 Untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa, Skripsi, (Semarang : FMIPA UNNES, 2006), h.18. 46 Ibid.,

merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar pikiran. Kegiatan pembelajaran, khususnya fisika, dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar tersebut dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa.47 Materi pokok fisika di SMP merupakan pendukung materi pokok di SMA/MA dengan perluasan pada konsep yang abstrak yang dibahas secara kuantitif analitis. Materi pokok tersebut umumnya diperoleh dari berbagai kegiatan menggunakan keterampilan proses dalam lingkup melakukan kerja ilmiah.48 Salah satu standar kompetensi mata pelajaran fisika SMP adalah memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. Tuntunan indikatornya yaitu : a. Mendeskripsikan getaran, periode getaran dan frekuensi getaran. b. Menemukan hubungan antara periode dan frekuensi getaran. c. Menganalisis

gelombang,

gelombang

transversal,

dan

gelombang

longitudinal, karakteristik serta parameter-parameternya. d. Menentukan hubungan antara panjang gelombang, periode gelombang dan frekuensi gelombang.

6. Tujuan Pembelajaran Sains Sains adalah suatu sistem pengetahuan tentang alam semesta yang diperoleh melalui sekumpulan data hasil observasi. Dalam sains ini terdapat tiga komponen utama yaitu proses, produk dan sikap. Produk sains digambarkan

47 48

Dian Arianto, op.cit., h. 54. Adimirpan Punantara Sitopu, op.cit., h.48

sebagai langkah-langkah penyelidikan yang meliputi masalah, observasi, hipotesis, menguji hipotesis, kesimpulan.49 Pengertian ini menyebutkan bahwa sains (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep, yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain, penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan fisika yang merupakan salah satu cabang sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mengembangkan ilmu dan teknologi dan memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran sains dengan pendidikan nilai disekolah memiliki landasan yuridis, filosofis, agama, dan landasan teori pendidikan yang holistik. Holistik maksudnya memiliki visi dan misi tidak hanya mengajarkan aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan semata, melainkan juga nilai afektif yang menanamkan nilai-nilai sikap dan moral kepada siswa. Dengan kata lain tugas pendidikan sains adalah membudayakan manusia agar menjadi beradab.

B. Hasil Penelitian Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan juga telah dilakukan oleh Marwan dalam tesisnya yang menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri telah mengatasi sebagian kesulitan siswa terhadap pelajaran fisika sehingga hasil

49

Kashardi, Studi Pengembangan Model CLIS (Children’s Learning In Science) Pada Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme di Sekolah Dasar Kotamadya Bengkulu, Laporan Penelitian, (Bengkulu : FKIP UMB, 2000), h.5.

belajar mereka jauh lebih baik daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa.50 Ginanjar dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Tandur Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP Pada Pembelajaran Fisika” mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 51 4. Penerapan model pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk aspek kognitif yang berupa aspek pemahaman konsep yang terdiri dari aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Peningkatan aspek kognitif tersebut bisa dilihat dari perbandingan gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data gain kelompok eksperimen sebesar 19,95 sedangkan kelompok kontrol sebesar 13,58. Selain itu dari uji Wilcoxon terdapat penolakan Ho yang artinya ada peningkatan pemahamn konsep setelah diterapkan model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri. 5. Efektivitas pembelajaran fisika dengan model pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri menunjukkan tingkat efektivitas penbelajaran sebesar 0,73 dengan kategori sangat tinggi yang artinya model pembelajaran ini sangat efektif. 6. Tanggapan siswa secara keseluruhan terhadap model pembelajaran fisika dengan model TANDUR berbasis Inkuiri sangat baik yaitu 90% respon siswa merasa sangat terbantu dan senang dengan model pembelajaran ini. Penelitian lain dilakukan oleh Zuhriyah, skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Tandur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Terhadap Siswa SMP Miftahul Iman Kota Bandung Tahun Ajaran 2005/2006)”, menyatakan bahwa : 52 1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor selama menggunakan model pembelajaran TANDUR.

50

Marwan, op.cit., 75. Dadang Ginanjar, Penerapan Model Tandur Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Smp Pada Pembelajaran Fisika, Skripsi. (Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2008), h.72. 52 Fidoh Zuhriah, op.cit., h. 75 51

Pada aspek kognitif peningkatan terlihat dari skor rata-rata gain ternormalisasi pada tiap seri pembelajaran. Skor rata-rata gain ternormalisasi pada seri-1 adalah 0.59, seri-2 adalah 0.61, dan seri-3 adalah 0.63. Untuk aspek afektif, peningkatan dapat terlihat dari persentase rata-rata tiap jenjang, yaitu pada seri-1 sebesar 56.29 %, seri-2 sebesar 81.71 %, dan seri-3 sebesar 84.57 %. Dan untuk aspek psikomotor, peningkatan juga dapat terlihat dari persentase rata-rata tiap jenjang, yaitu pada seri-1 sebesar 78.60 %, seri-2 sebesar 84.00 %, dan seri-3 sebesar 90.50%. 2. Berdasarkan data skor rata-rata gain ternormalisasi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan hasil belajar siswa selama melaksanakan pembelajaran fisika dengan

menggunakan

model

pembelajaran

TANDUR

cenderung

menunjukkan peningkatan karena nilai skor gain rata-rata ternormalisasi tiap seri berubah lebih besar. Begitupun juga dengan hasil belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotor cenderung meningkat. Hal tersebut disimpulkan berdasarkan persentase rata-rata tiap jenjang. 3. Efektivitas pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR menunjukkan tingkat pembelajaran yang efektif. Kemudian Hamdani dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika Terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa”, menyimpulkan tiga hal, yaitu :53 1.

Penerapan model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika berpengaruh terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar menjadi berorientasi pada siswa aktif dan prestasi belajar siswa meningkat signifikan sebesar 6,42.

2.

Aktivitas belajar pada model TANDUR sangat beragam. Jenis aktivitas belajar yang tergolong tinggi adalah visual, motor, oral dan emotional activities sedangkan mental activities masih tergolong rendah. Rendahnya mental activities disebabkan keterbatasan waktu pembelajaran sehingga siswa yang diberi kesempatan untuk menunjukan aktivitas tersebut jumlahnya dibatasi. 53

Gani Hamdani, op.cit., h. 45

3.

Efektivitas pembelajaran model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika tergolong sedang. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan skor gain ternormalisasi sebesar 0,40. Penelitian selanjutnya oleh Mayeni dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan psikomotor meningkat setelah diterapkan model pembelajaran TANDUR sehingga model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran TANDUR yang diterapkan adalah positif.54 Penelitian lain dilakukan oleh Zulvia dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran TANDUR” yang menyimpulkan bahwa model TANDUR dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.55

C. Kerangka Berpikir Banyak perhatian khusus diarahkan pemerintah guna meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran fisika, namun sudah jadi kenyataan yang tak dapat dibantah bahwa sampai saat ini nilai mata pelajaran fisika di sekolah masih rendah dibanding dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan fakta dilapangan, diperoleh gambaran,

bahwa

dalam

pembelajaran

fisika

yang telah dilaksanakan

menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat mengarah pada penyebab rendahnya hasil belajar fisika siswa masih dominannya model pembelajaran konvensional (ceramah), hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton dan kurang bermakna karena siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran. Proses pelajaran fisika saat ini belum mampu mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Pada umunya fisika dianggap sulit karena fisika menggunakan matematika sebagai alat bantu, dan 54 55

Sisri Mayeni, op.cit., h.77. Ramdafitri Zulvia, op.cit., h.64

matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang ampuh agar siswa dapat menyukai fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran TANDUR. Model pembelajaran ini menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan informasi secara mandiri. Keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran TANDUR bergantung pada kemampuan guru dalam mentransformasikan pesan kepada siswa. Untuk mengetahui apakah pada penelitian ini model pembelajaran TANDUR efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dapat dilihat dari hasil intepretasi lembar observasi aktivitas guru yang memuat cek keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR. Diduga bahwa hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah).

Bagan Kerangka Pikir Hasil belajar fisika yang masih rendah

Dominannya model pembelajaran konvensional (ceramah) (ceramah)

Fisika dianggap sulit

Rancangan pelaksanaan model pembelajaran TANDUR Penelitian model pembelajaran TANDURdapat dilakukan Pretest

Penerapan model pembelajaran TANDUR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Tes Hasil Belajar

Posttest

Peningkatan hasil belajar fisika siswa

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR

D.

Pengajuan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir, maka hipotesis

penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (ceramah). Hipotesis yang dibuat dalam perbandingan adalah : Ho

: tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep getaran dan gelombang.

Ha

: terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep getaran dan gelombang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Nusantara Plus, kelas VIII pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010, yaitu pada bulan Januari 2010. B. Metode Penelitian dan Desain penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Metode quasi experiment berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek pada kelompok yang dibandingan dalam metode quasi experiment tidak dilakukan secara acak. Pada metode quasi experiment, individu subjek sudah berada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum adanya penelitian yang tidak dimaksudkan untuk tujuan eksperimen, misalnya siswa yang berada dalam kelas.56 Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design, dalam rancangan ini dilibatkan dua kelas yang dibandingkan, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dan pengaruh dari perlakuan diukur berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir kedua kelas. Desain penelitian nonrandomized control group pretest-posttest design tampak dalam tabel berikut :57 Tabel 3.1 Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design Kelas Eksperimen Kontrol 56

Pretest O1 O1

Perlakuan X1 X2

Posttest O2 O2

Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h. 117. 57 Liche Seniati et.al, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 126.

Keterangan : O1 = Tes awal yang diberikan sebelum proses belajar X1 = Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR. X2 = perlakuan terhadap kelas kontrol berupa model pembelajaran konvensional (ceramah) O2 = Tes akhir yang diberikan setelah proses belajar mengajar C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.58 Dalam penelitian ini, peneliti menentukan populasi dan sampel sebagai berikut : 1. Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang yang terdaftar dalam semester genap tahun pelajaran 2009-2010. 2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu siswa SMP Nusantara Plus kelas VIII semester genap tahun ajaran 2009-2010, yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas VIII.1 –VIII.4. 3. Sampel Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu VIII.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol. D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “cluster sampling” atau disebut juga dengan sampel kelompok. Pada cluster sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas. Pengambilan sampel

58

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), h. 130 - 131.

dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian.59

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan, meliputi : a. Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian. c. Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing., Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diujikan. Kemudian mempersiapkan alat percobaan, LKS, desain alat evaluasi serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran di kelas eksperimen. d. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan memperbaiki instumen. 2. Tahap Pelaksanaan, meliputi : a. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. b. Memberikan tes awal (pre-tes) pada kelas eksperimen dan kelas control untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan. c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR. d. Melaksanakan

kegiatan

pembelajaran

di

kelas

kontrol

dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). e. Memberikan tes akhir (post-tes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

59

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta : Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarfi Hidayatullah, 2008), h. 23.

f. Membandingkan antara hasil pretest dengan posttest untuk menentukan apakah ada perbedaan yang muncul. Jika sekiranya perbedaan itu ada, maka hal itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. 3. Tahap Akhir, meliputi : a

Analisis data

b

Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat

lebih jelas pada gambar di bawah: Mengurus surat izin penelitian

Tahap Persiapan

Survei tempat uji coba instrumen dan penelitian instrumen dan penelitian Membuat instrumen penelitian, RPP, LKS, dll Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen, dan perbaikan instrumen

Pre test

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran

Post test Analisis data Tahap Akhir

Hasil penelitian kesimpulan Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Kelas eksperimen : Menggunakan model pembelajaran TANDUR Kelas kontrol : Menggunakan model pembelajaran konvensional

F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan tes hasil belajar. 1. Observasi Aktivitas Guru Lembar observasi aktivitas guru ini memuat daftar cek keterlaksanaan model pembelajaran yang dilaksanakan (model pembelajaran TANDUR). Dalam lembar ini juga terdapat kolom keterangan untuk memuat saran-saran observer terhadap kekurangan-kekurangan aktivitas guru selama pembelajaran. Lembar observasi ini dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap isi dari lembar observasi tersebut.

2. Tes hasil belajar Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.60 Tes juga merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung petunjuk yang diberikan misalnya : melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.61 Tes yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang meliputi ingatan/pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Tes hasil belajar yang digunakan yaitu tes tertulis berupa tes objektif (short answer test) pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Tes disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran

60

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 150 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h.53. 61

(posttest). Skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan bernilai nol (0) untuk jawaban yang salah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian tes hasil belajar adalah sebagai berikut: a Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan GBPP SMP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b Membuat kisi-kisi instrumen penelitian. c Membuat soal berdasarkan kisi-kisi. d Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing. e Melaksanakan uji coba instrumen.

3. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Desain kisi-kisi instrumen penelitian model pembelajaran TANDUR dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Dasar Mendeskripsi kan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya

Konsep Getaran

Uraian Materi

Indikator

Getaran, periode getaran dan frekuensi getaran Hubungan periode dan frekuensi getaran

Mendeskripsikan getaran, periode getaran dan frekuensi getaran Mendeskripsikan hubungan antara periode dan frekuensi getaran

Gelombang, gelombang transversal, gelombang longitudinal

Mendeskripsikan gelombang, gelombang transversal, dan gelombang longitudinal, karakteristik serta parameter-parameternya. Mendeskripsikan hubungan antara panjang gelombang, periode gelombang dan frekuensi gelombang.

Tingkat Pengetahuan dan Nomor Soal C1 C2 C3 C4 1, 3, 6* 7* 2*, 4* , 8 , 9 5* 10*, 12* 14 16 *, 11 , 13 * 17, , 15 18

∑ Soal

%

9

Soal 25%

9

25%

*

Gelombang

dan

Hubungan antara panjang gelombang, periode Frekuensi, dan cepat rambat gelombang ∑ Soal Persentase soal

Keterangan : * Soal yang digunakan dalam penelitian

19*, 20

21* , 24, 25*

26 * , 27

22 * , 23

9

25%

28*, 29

30* , 31

32, 33 * ,

35 * , 36

9

25%

9 25 %

36 100 %

100 %

34 *

9 25 %

9 25 %

9 25 %

G. Variabel Penelitian Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut: 1. Variabel bebas / independent (X) yaitu model pembelajaran TANDUR pada konsep getaran dan gelombang. a. Definisi Konseptual Model pembelajaran TANDUR merupakan suatu rancangan model pembelajaran yang diharapkan membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran yang memberikan pengalaman yang langsung pada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka. b. Definisi Operasional Model pembelajaran TANDUR adalah model pembelajaran yang dirancang dengan tahap Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan.

2. Variabel terikatnya / dependent (Y) yaitu hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang. a. Definisi konseptual Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada penelitian ini hanya dilihat pada kemampuan kognitif saja. b. Definisi Operasional Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan instrumen tes pada konsep getaran dan gelombang berupa kemampuan kognitif, dilihat dalam empat aspek yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memproleh data empiris yang dipergunakan untuk penelitian. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu ditentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Guru

Teknik

Jenis Data

Pengumpulan Data

Instrumen

Lembar observasi aktivitas

Observer mengisi Lembar

Butir

guru yang diisi oleh observer

observasi aktivitas guru

pernyataan

Kelas

Hasil belajar siswa sebelum

Melaksanakan tes awal

Butir

eksperimen dan

diterapkan model pembelajaran (pretes)

pilihan

kelas kontrol

TANDUR dan konvensional

ganda

Kelas

Hasil belajar siswa setelah

eksperimen dan

diterapkan model pembelajaran (postes)

pilihan

kelas kontrol

TANDUR dan konvensional

ganda

Melaksanakan tes akhir

I. Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar 1. Pengujian Validitas instrumen Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal dengan korelasi point biserial sebagai berikut:62

γ pbi =

62

Ibid., h.79

M p − Mt St

p q

Butir

Dimana: γpbi = Koefisien korelasi biserial Mp

= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt

= rerata skor total

St

= standar deviasi dari skor total

p

= proporsi siswa yang menjawab benar

q

= proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1- p) Untuk menginterpretasikan nilai korelasi yang diperoleh adalah dengan

melihat tabel nilai r product moment. Jika harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid. Dengan kategori validitas sebagai berikut :63 Tabel 3.4 Interpretasi Validitas Koefisien korelasi

Kriteria Validitas

0,80 < r xy ≤ 1,00

Sangat tinggi

0,60 < r xy ≤ 0,80

Tinggi

0,40 < r xy ≤ 0,60

Cukup

0,20 < r xy ≤ 0,40

Rendah

0,00 < r xy ≤ 0,20

Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 36 soal yang diujicobakan terdapat 20 soal yang valid yakni nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, 12, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 25, 26, 28, 30, 33, 34, 35. Dilihat dari intepretasi validitasnya, 16,67 % soal termasuk kategori tinggi, 25 % soal termasuk kategori cukup, 19,44 % soal termasuk kategori rendah, dan 38,89 % soal termasuk kategori sangat rendah. Untuk lebih jelasnya, hasil uji validitas butir soal instrumen tes hasil belajar 63

Ibid., h.75

dapat dilihat pada lampiran A.5 dan lampiran A.6, serta contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran A.14.64

2. Pengujian Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil produktif. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus K-R. 20 (KuderRichardson 20) karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Rumusnya sebagai berikut :65

Keterangan : r11

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n

= banyaknya item

S

= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh

digunakan tabel 3.4.66 Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi 0,91 - 1,00 0,71 - 0,90 0,41 - 0,70 0,21 - 0,40 0,00 - 0,20 64

Lampiran hal 93, 94, dan 102. Ibid, h.100. 66 Yanti Herlanti, Op.cit., h. 38 65

Kriteria Reliabilitas Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kecil

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen tes hasil belajar, didapat nilai koefisien internal seluruh item sebesar 0,762. Jika dilihat pada Tabel 3.6, maka kriteria reliabilitasnya termasuk tinggi. Untuk lebih jelasnya, hasil uji reliabilitas tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran A.5 dan lampiran A.14.67 3. Pengujian Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus :68 P=

Keterangan:

B N

P

= proporsi (indeks kesukaran)

B

= jumlah siswa yang menjawab benar

N

= jumlah peserta tes Intepretasi mengenai indeks kesukaran yang diperoleh digunakan tabel

klasifikasi di bawah ini: Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Nilai P 0,00 – 0,25 0,26 – 0,75 0,76 – 1,00

Kriteria Sukar Sedang Mudah

Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 36 soal tes hasil belajar yang diujikan, 22,22 % soal termasuk dalam kriteria sukar, 72,22 % soal termasuk dalam kriteria sedang, dan 5,56 % soal termasuk dalam kriteria mudah. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan pengujian tingkat kesukaran tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran A.7 dan lampiran A.8, serta contoh perhitungannnya dapat dilihat pada lampiran A.14.69

67

Lampiran hal 93 dan 102. Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 103. 69 Lampiran hal 95, 96, dan 102 68

4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membuktikan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

Daya

pembeda

butir

soal dihitung dengan

menggunakan perumusan:70 D=

B BB − = PA − PB J A JB

Dimana: J

= jumlah peserta tes

JA

= banyaknya peserta kelompok atas

JB

= banyaknya peserta kelompok bawah

BA

= banyaknya peserta kelompok yang menjawab soal itu dengan benar

PA

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

P

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut :71 Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Negatif 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00

Kriteria Daya Pembeda Sangat buruk, harus dibuang Jelek (poor) Cukup (satisfactory) Baik (good) Baik sekali (excellent)

Berdasarkan hasil uji daya pembeda, dari 36 soal tes hasil belajar yang diujikan, 11,11 % soal termasuk dalam kriteria sangat buruk (harus dibuang), 38,89 % soal termasuk dalam kriteria jelek, 22,22 % soal termasuk dalam kriteria cukup, 19,44 % soal termasuk dalam kriteria baik, dan 8,33 % soal termasuk dalam kriteria baik sekali. Untuk lebih jelasnya, hasil uji daya

70 71

Suharsimi Arikunto, op. cit., h.213. Ibid., h.218

pembeda dapat dilihat pada lampiran A.10 dan contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran A.14.72 Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar terdapat 20 soal yang sesuai kriteria dari 36 soal. Soal yang sesuai kriteria dapat dilihat pada lampiran A.15.73

J. Teknis Analisis Data Setelah melakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan penelitian. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisisan data tersebut digunakan statistik.

1. Teknik Analisis Data Lembar observasi Keterlaksanaan Model yang Diimplementasikan Dari hasil format observasi terhadap keterlaksanaan model diolah secara kualitatif dengan memberikan skor satu jika indikator pada fase pembelajaran muncul dan nol jika tidak muncul. Kemudian untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pada masing-masing tahap model pembelajaran adalah sebagai berikut:74 Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Model No 1. 2. 3. 4. 5.

72

% Kategori Keterlaksanaan Model 0,0-24,9 25,0-37,5 37,6 – 62,5 62,6 – 87,5 87,6 – 100

Interpretasi Sangat Kurang Kurang Sedang Baik Sangat Baik

Lampiran hal 98 dan 102. Lampiran hal 104. 74 Usep Nuh, Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung: tidak diterbitkan, 2007), h. 52. 73

2. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah uji normalitas menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad Sandy adalah sebagai berikut:75 1) Mencari skor terbesar dan terkecil 2) Mencari nilai Rentangan (R)

R = skor terbesar − skor terkecil 3) Mencari Banyaknya Kelas ( BK )

BK = 1 + 3,3 Log N (Rumus Sturgess) 4) Mencari nilai panjang kelas ( i ) i =

R BK

5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong No.

Kelas Interval Jumlah

f

Nilai Tengah ( xi )

xi

Σf=

-

-

2

2

f .x i

f .xi

Σ f .x i =

Σ f . xi = 2

6) Mencari rata-rata (mean)

x =

∑f x

i

n

7) Mencari simpangan baku (standard deviasi) n.∑ f xi − (∑ f xi ) 2

s =

2

n(n − 1)

8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

75

Ahmad Sandy, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran, (Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: t. d., 2008), h. 51-52.

a). Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5. b). Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:

Z =

Batas Kelas − x s

c). Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. d). Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya. e). Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden. 9) Mencari chi-kuadrat hitung (χ2hitung) k

χ2 =∑ i =1

( fo − fe )2 fe

10) Membandingkan χ2 hitung dengan χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria: Jika χ2hitung ≥ χ2tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan Jika χ2hitung ≤ χ2tabel, artinya Data Berdistribusi Normal. b. Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji kehomogenitasannya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen.76 Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett. Adapun langkah-

76

Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: 2006, Pustaka Setia), h. 294.

langkah uji homogenitas dengan Bartlet menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad Sandy, yaitu:77 1) Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong Kelompok

dk (n-1)

Si

Log S i

dk.Log S i

Σ=

Σ (n-1) =

-

-

Σ dk.Log S i =

Si = varians (kuadrat standar deviasi ) 2) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada S gabungan =

∑ (n − 1)S ∑ (n − 1) i

i

i

3) Menghitung Log S 4) Menghitung nilai B, yaitu: B = log S × ∑ (ni − 1)

5) Menghitung nilai χ2hitung

χ 2 hitung = ln 10 {B − ∑ (ni − 1)log Si } Dengan:

∑ (n

i

− 1) log S i = ∑ dk.LogS i

Sehingga:

χ hitung2 = ln 10 (B − ∑ dk.Log Si ) 6) Membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut: Jika χ2hiung ≥ χ2tabel, berarti Tidak Homogen, dan Jika χ2hiung ≤ χ2tabel, berarti Homogen. c. Uji Hipotesis

Metode statistika untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan 77

Ahmad Sandy, op.cit., h. 52-53.

kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan: 1) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Homogen

Untuk data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji-t sesuai persamaan berikut:78

t=

Dengan:

Sg =

x1 − x 2 1 1 Sg + n1 n 2

(n1 − 1)S12 + (n2 − 1)S2 2 n1 + n2 − 2

Dimana: x1 = rata-rata skor kelompok eksperimen x 2 = rata-rata skor kelompok kontrol S g = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol) 2

S1 = varians kelompok eksperimen 2

S 2 = varians kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a) Mengajukan hipotesis, yaitu: 1) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X ≠Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. 78

Subana et.al., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 171.

2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X = Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. b) Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t c) Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus: dk = (n1 – 1) + (n2 – 1) d) Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05 e) Menguji hipotesis Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.

2) Untuk Data Berdistribusi Normal dan Tidak Homogen

Untuk data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik t’ sebagai berikut:79

t' =

X1 − X 2 s12 s 22 + n1 n2

Dengan:

X1

: rata-rata skor kelompok eksperimen

X 2 : rata-rata skor kelompok kontrol

s12

: standar deviasi kelompok eksperimen

79

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), h.241

s 22

: standar deviasi kelompok kontrol

n1

: jumlah anggota sampel kelompok eksperimen

n2

: jumlah anggota sampel kelompok control

Kriteria pengujian adalah, terima hipotesis H 0 jika: –NKt’< t’< NKt’ atau −

w1t1 + w2 t 2 w t + w2 t 2 < t'< 1 1 w1 + w2 w1 + w2

w1 = s12 / n1 ; w2 = s 22 / n2

( (

) )

t1 = t 1 − 1 α (n1 −1) 2 Dengan: t 2 = t 1 − 1 α (n2 − 1) 2 Untuk harga t’ lainnya, H 0 ditolak.

2. Uji Normal Gain

“Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru”.80 Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, digunakan uji normal gain. Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:81

N − gain =

skor posttest − skor pretest skor ideal − skor pretest

Menurut Juangsih dalam skripsi Sandy, dengan kategorisasi perolehan,:82 g-tinggi : nilai () ≥ 0,70 g-sedang : nilai 0,70 e”()e” 0,30 g-rendah : nilai () ≤ 0,30 “Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua kelompok dilakukan statistik parametrik, yaitu uji-t.

80

Yanti Herlanti, op.cit., h.70. Ibid., h. 53. 82 Ahmad Sandy, op.cit., h. 56. 81

K. Hipotesis Statistik

Ho : µA = µB Ha : µA › µB Keterangan : Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep getaran dan gelombang. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Nusantara Plus pada konsep getaran dan gelombang. µA : rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran TANDUR. µB : rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran TANDUR.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR

Pelaksanaan model pembelajaran TANDUR dapat diketahui dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar observasi aktivitas guru yang memuat daftar cek keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR. Persentase keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR yang telah diobservasi oleh observer terlihat pada Tabel 4. 1. Hasil yang didapat pada pertemuan pertama dan kedua adalah sebagai berikut: Tabel 4. 1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran TANDUR oleh Peneliti

No 1 2 3 4 5 6

SINTAKS MODEL

Skor Ideal

Tumbuhkan Alami Namai Demonstrasikan Ulangi Rayakan Total Rata-Rata Kriteria

5 3 3 5 2 1 19

Pertemuan ke 1 Nilai % Observer 5 100 2 66,7 3 100 4 80 1 50 1 100 16 496,7 82,8 % Baik

Pertemuan ke 2 Nilai % Observer 5 100 3 100 3 100 5 100 2 100 1 100 19 600 100% Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada setiap seri pembelajaran mengalami peningkatan.83 Nilai observer adalah nilai keterlaksanaan model pembelajaran yang diberikan observer. Kriteria keterlaksanaan model pembelajaran, dapat dilihat pada bab 3 halaman 42. Pada pertemuan pertama rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dari mulai fase tumbuhkan sampai fase rayakan mencapai 82,8%. Jika dilihat dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama yang dilakukan oleh peneliti masih belum maksimal. Hal ini terjadi karena peneliti masih dalam proses penyesuaian dan baru pertama kali 83

Perhitungan lengkap pada lampiran C.1 hal 144.

menerapkan model pembelajaran TANDUR. Faktor lain yang menyebabkan tidak terlaksananya tahapan-tahapan pembelajaran adalah disebabkan karena penguasaan kelas yang dilakukan oleh peneliti masih belum maksimal, sehingga perlu dijadikan catatan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Pada pertemuan kedua rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dari mulai fase tumbuhkan sampai fase rayakan mencapai 100 %. Terlihat bahwa pada pertemuan kedua ini adanya peningkatan keterlaksanaan tahapan-tahapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Peningkatan ini terjadi dikarenakan peneliti sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan dan berusaha agar kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pertemuan sebelumnya tidak terulang kembali. Dari data pada Tabel 4. 1 di atas, pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria keterlaksanaan untuk pertemuan pertama terkategori baik, sedangkan untuk pertemuan kedua terkategori sangat baik. Rata-rata keterlaksanaan model meningkat dari tiap pertemuan, sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran TANDUR telah dilaksanakan dengan baik oleh peneliti dalam pembelajaran di kelas, walaupun demikian ada beberapa hal yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan model pembelajaran tersebut, yaitu: alokasi waktu jam pelajaran yang sangat singkat yaitu sekitar 40 menit per jam pelajaran menyebabkan kekurangoptimalan dalam melakukan penelitian dan belum terbiasanya siswa dengan model pembelajaran yang diimplementasikan, karena walaupun metode yang digunakan sebagian besar adalah eksperimen namun tetap saja peran guru sebagai pemberi informasi masih dominan. Pada model pembelajaran TANDUR yang diimplementasikan peran guru hanya sebagai fasilitator, instruksi sejelas-jelasnya diberikan di LKS. Menurut hasil pengamatan selama proses pembelajaran, siswa kurang begitu tertarik untuk membaca LKS dan mengeksplor diri sendiri, mereka lebih senang menanyakan langsung pada guru padahal di LKS yang diberikan, instruksi yang harus dilaksanakan sudah jelas.

B. Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 1. Skor Pretest Kelompok Eksperimen

Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 20 dan skor tertinggi 65, skor rata-rata sebesar 43,10, varians 117,98, dan simpangan baku 10,86. 10% siswa mendapat skor terendah yaitu berada pada interval 20 sampai 27. Skor tertinggi sebanyak 2,5% yaitu berada pada interval 60 sampai 67. Skor terbanyak berada pada interval 36 sampai 43 dan interval 52 sampai 59 dengan masing-masing persentase 25%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 50%, dan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 50%. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil pretest kelompok eksperimen dapat dilihat Gambar 4.1.84

Frekuensi Absolut

12 10 8 6 4 2 0 19,5 - 27,5

27,5 - 35,5

35,5 - 43,5

43,5 - 51,5

51,5 - 59,5

59,5 - 67,5

Skor Hasil Belajar Gambar 4. 1 Histogram Skor Pretest Kelompok Eksperimen 2. Skor Pretest Kelompok Kontrol

Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang dijadikan sampel, diperoleh skor terendah 25 dan skor tertinggi 65, skor ratarata sebesar 45,63, varians 162,96, dan simpangan baku 12,77. 7,5% siswa mendapat skor terendah yaitu berada pada interval 25 sampai 31, sedangkan

84

Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.a hal 154.

skor tertinggi sebanyak 10% yaitu berada pada interval 60 sampai 66. Skor terbanyak berada pada interval 46 sampai 52 dengan persentase 30%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 55%, dan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 45%. Untuk lebih jelasnya, deskripsi

Frekuensi Absolut

data hasil pretest kelompok kontrol dapat dilihat Gambar 4. 2.85

14 12 10 8 6 4 2 0

24,5 - 31,5

31,5 - 38,5

38,5 - 45,5

45,5 - 52,5

52,5 - 59,5

59,6 - 66,5

Skor Hasil Belajar Gambar 4. 2 Histogram Skor Pretest Kelompok Kontrol 3. Skor Posttest Kelompok Eksperimen

Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 50 dan skor tertinggi 90, skor rata-rata sebesar 72,25, varians 130,04, dan simpangan baku 11,40. 12,5% siswa mendapat skor terendah yaitu berada pada interval 50 sampai 56. Skor tertinggi sebanyak 17,5% yaitu berada pada interval 85 sampai 91. Skor terbanyak berada pada interval 64 sampai 70 dengan persentase 22,5%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 55%, sedangkan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 45%. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil posttest kelompok eksperimen dapat dilihat Gambar 4. 3. 86

85 86

Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.c hal 160. Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.b hal 157.

Frekuensi Absolut

10 8 6 4 2 0

49,5 - 56,5

56,5 - 63,5

63,5 - 70,5

70,5 - 77,5

78,5 - 84,5

84,5 - 91,5

Skor Hasil Belajar Gambar 4.3 Histogram Skor Posttest Kelompok Eksperimen 4. Skor Posttest Kelompok Kontrol

Hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar, dari 40 siswa yang dijadikan sampel diperoleh skor terendah 45 dan skor tertinggi 80, skor rata-rata sebesar 62,50, varians 86,56, dan simpangan baku 9,30. 15% siswa mendapat nilai terendah yaitu berada pada interval 45 sampai 50, dan skor tertinggi sebanyak 10% berada pada interval 75 sampai 80. Skor terbanyak berada pada interval 57 sampai 62 dengan persentase 25%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 47,5%, sedangkan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 52,5%. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil posttest kelompok kontrol dapat dilihat Gambar 4. 4.87

87

Perhitungan lengkap pada lampiran C.2.d. hal 163.

Frekuensi Absolut

12 10 8 6 4 2 0

44,5 - 50,5

50,5 - 56,5

56,5 - 62,5

62,5 - 68,5

68,5 - 74,5

74,5 - 80,5

Skor Hasil Belajar

Gambar 4. 4 Histogram Skor Posttest Kelompok Kontrol

Tabel 4. 2 menunjukkan bahwa hasil belajar pretest kelompok eksperimen memiliki skor maksimum 65, skor minimum 20, dan skor rata-rata sebesar 43,10. Hasil belajar posttest kelompok eksperimen memiliki skor maksimum 90, skor minimum 50, skor rata-rata sebesar 72,25. Hasil belajar pretest kelompok kontrol memiliki skor maksimum 65, skor minimum 25, dan skor rata-rata sebesar 45,63. Hasil belajar posttest kelompok kontrol memiliki skor maksimum 80, skor minimum 40, skor rata-rata sebesar 62,50. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mengalami peningkatan hasil belajar. Tetapi kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tabel 4. 2 Rekapitulasi Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang Data

Skor Max Skor Min Rata-rata S

Eksperimen Pretest Posttest 65 90 20 50 43,10 72,25 10,86 11,40

Kontrol Pretest Posttest 65 80 25 40 45,63 62,50 12,77 9,30

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Pretest-Posttest

Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji ChiKuadrat. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4. 7.88 Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik

N S 2

χ hitung χ 2 tabel Kesimpulan

Eksperimen Pretest Posttest 40 40 43,10 72,25 10,86 11,40 4,34 8,41

Kontrol Pretest Posttest 40 40 45,63 62,50 12,77 9,30 2,60 4,53

11,07 Normal

11,07 Normal

11,07 Normal

11,07 Normal

Pengujian dilakukan pada taraf signifikasi 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari Tabel 4. 7 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal karena memenuhi χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel .

2. Uji Homogenitas Pretest-Posttest

Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini homogenitas didapat dengan menggunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji 88

Perhitungan lengkap pada lampiran C.2 hal 154 - 165.

homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4. 8.89

Nilai s² s² gabungan X² hitung X² tabel Kesimpulan

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest Pretest Posttest Kelas Kelas Kelas Kelas Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen 117,9 162,96 130,04 86,56 140,47 108,30 1,01 1,60 3,841 Homogen Homogen

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 1. Dari Tabel 4. 8 dapat disimpulkan bahwa hasil

pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen dan kontrol berasal dari populasi yang homogen karena memenuhi kriteria χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel .

3. Pengujian Hipotesis a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X = Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai berikut: Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. 89

Perhitungan lengkap pada lampiran C.3 hal 166 - 167.

Jika thitung < -ttabel atau ttabel < thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Statistik N

S² thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 40 40 43,10 45,63 117,99 162,96 -0,96 2,00 Tidak Berbeda

Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -0,96 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu: -ttabel < thitung < ttabel atau -2,00 < -0,96 < 2,00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol.90 b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X = Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai berikut: 90

Perhitungan lengkap pada lampiran C.4 hal 168.

Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Statistik N

S² thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 40 40 72,35 62,50 130,04 86,56 9,51 2,00 Berbeda

Dari perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 9,51 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada di daerah penolakan H0, yaitu ttabel ≤ thitung atau 2,00 ≤ 9,51. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.91

c.

Uji Normal Gain

Pengumpulan data penelitian tes hasil belajar dilakukan menggunakan alat pengumpul data berupa tes objektif pilihan ganda. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group

Design, maka data yang disajikan untuk kedua kelompok sampel tersebut digolongkan menjadi data hasil pretest dan posttest. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, maka perlu diadakan perbandingan hasil pretest dengan posttest dari kedua kelompok, serta membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Dari hasil perhitungan untuk normal gain diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain 91

Perhitungan lengkap pada lampiran C4 hal 169.

Keterangan Jumlah Sampel

S² thitung ttabel Kesimpulan

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 40 40 0,49 0,28 0,05 0,03 5,18 2,00 Berbeda

Peningkatan Skor siswa diperoleh dari nilai normal gain. Adapun nilai rata-rata normal gain dari Skor siswa kelompok eksperimen sebesar 0,49 dan kelompok kontrol sebesar 0,28. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa ratarata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, berdasarkan hasi uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05), diperoleh normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (thitung = 5,18 dan ttabel =2,00). 92 Kategori peningkatan Skor siswa diperoleh dari perhitungan normal gain. Peningkatan Skor siswa pada kelompok eksperimen secara umum termasuk kategori sedang (0,49), sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan Skor siswa termasuk kategori rendah (0,28).

D. Interpretasi Data

Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 43,10 dan kelompok kontrol sebesar 45,63. Hasil posttest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 72,25 dan kelompok kontrol sebesar 62,50. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR memiliki kenaikan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah). Kelompok eksperimen dan kontrol berada pada distribusi normal, baik pada uji pretest maupun posttest . Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan bahwa

χ 2 hitung < χ 2 tabel dengan nilai χ 2 tabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 11,07. 92

Perhitungan lengkap pada lampiran C.4 hal 165.

Selain itu, hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa kedua kelompok homogen, yang menyatakan bahwa χ 2 hitung > χ 2 tabel dengan nilai χ 2 tabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 3,84. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata pretest dan uji-t untuk uji kesamaan rata-rata posttest, pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan rata-rata pretest, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar -0,96 dan nilai ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau –2,00 < -0,96 < 2,00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol. Hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelas eksperimen yang diimplementasikan model pembelajaran TANDUR lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor

posttest kelompok kontrol yang diimplementasikan model pembelajaran konvensional (ceramah). Diperoleh thitung sebesar 9,51 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ada di daerah penerimaan Ha, yaitu ttabel < thitung atau 2,00 < 9,51. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,49 dan kelas kontrol sebesar 0,28. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, berdasarkan uji-t 95% diperoleh nilai thitung sebesar 5,18 dan nilai ttabel sebesar 2,00. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan model pembelajaran TANDUR yang dilakukan oleh peneliti telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran pada tiap pertemuan. Dengan kriteria keterlaksanaan untuk pertemuan pertama terkategori baik, sedangkan untuk pertemuan kedua terkategori sangat baik. Pelaksanaan pada tahap tumbuhkan adalah guru berusaha memotivasi dan menarik minat siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan adalah menunjukan suatu peristiwa yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan manfaatnya, dan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, menunjukan peristiwa/benda yang telah dikenal siswa dan memberikan beberapa pertanyaan maka respon siswa secara serempak memberikan pendapat tentang hal tersebut, berupa pertanyaanpertanyaan yang dapat menggali konsepsi awal siswa sehingga siswa menjadi tertarik pada pembelajaran. Usaha tersebut direspon oleh siswa dengan cara memperhatikan penjelasan guru/siswa, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan. Respon siswa yang paling besar adalah memperhatikan penjelasan guru/siswa dan mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukan bahwa siswa tertarik dengan hal yang dikemukakan guru/siswa. Dari pendapat-pendapat yang disampaikan kemudian dibuktikan dengan cara melakukan percobaan. Pelaksanaan percobaan dilakukan pada tahap alami. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan beberapa percobaan. Pembagian kelompok ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan percobaan dan untuk mengeksplorasi alat. Dari hasil percobaan tersebut selanjutnya adalah membimbing siswa untuk menemukan bagaimana konsep dari getaran dan gelombang. Hal ini dilakukan pada tahap namai. Pada tahap namai siswa diarahkan untuk mengetahui bahwa setiap getaran dan gelombang memiliki cirinya masing-masing. Tahap selanjutnya

adalah demonstrasi. Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menunjukan kemampuannya dalam melakukan percobaan dan menjawab pertanyaanpertanyaan dalam LKS. Banyaknya siswa yang presentasi dibatasi pada beberapa orang yang merupakan wakil dari kelompok. Hal ini disebabkan terbatasnya waktu yang tersedia. Tahap selanjutnya adalah mengulangi materi yang telah dipelajari. Pengulangan materi dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah rayakan. Tahap ini merupakan penghargaan bagi siswa terhadap keberanian-keberanian, dan kemauan untuk mengikuti pembelajaran. Selain memberikan pujian positif dapat juga memberikan pujian yang sifatnya menegur yang diberikan kepada siswa yang tidak serius mengikuti pembelajaran. Pada tahap rayakan aktivitas siswa yang diamati adalah rasa senang dan gembira. Indikator siswa merasa senang dan gembira adalah bertepuk tangan, senyum, mengungkapkan kata “yes”, “hore” dan sebagainya. Untuk pertemuan pertama kemampuan siswa belum optimal karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru belum mengoptimalkan metode-metode pembelajaran di tiap fase. Misalnya, dalam fase demonstrasikan, diskusi kelompok belum optimal sehingga siswa masih lebih banyak belajar secara individu. Selain itu, keaktifan siswa masih kurang, misalnya dalam menjawab pertanyaan guru, menuliskan jawaban di papan tulis, mempresentasikan kemampuan mereka di hadapan teman-temannya. Siswa hanya memberikan reaksi jika guru yang menyuruh. Artinya, siswa belum antusias dengan pembelajaran yang disajikan oleh guru. Dalam pertemuan pertama ini, guru melakukan beberapa pengaturan dalam kelas, di antaranya : Tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga siswa sudah dikelompokkan sejak awal. Tempat duduk siswa disiapkan melingkar sehingga siswa dapat melakukan kegiatan secara berkelompok dengan nyaman. Guru telah mengadakan kontrak belajar dengan siswa sebelum melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran TANDUR. Dalam kontrak belajar tersebut, guru melakukan kesepakatan dengan siswa bahwa jika ada siswa yang tidak melakukan pembelajaran dengan serius

maka mereka akan diminta untuk keluar dari kelas oleh guru, dan hal ini disepakati oleh semua siswa. Hal-hal yang dilakukan oleh guru tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menyingkirkan hambatan-hambatan yang mungkin ada dalam pembelajaran. Upaya-upaya yang dilakukan guru pada pembelajaran seri pertama juga berlaku pada pembelajaran selanjutnya. Selain itu, guru menciptakan suasana kompetitif di kelas sehingga siswa lebih serius dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Guru mengoptimalkan fase pengulangan sehingga konsep-konsep yang didapat dari fase sebelumnya tidak hilang. Pada pertemuan kedua, guru lebih mengoptimalkan diskusi-diskusi dalam kelompok sehingga siswa semakin terbiasa belajar secara berkelompok. Selain itu, suasana kompetitif yang dirancang oleh guru menyebabkan siswa lebih serius dalam belajar dan mereka juga lebih termotivasi karena akan diberikan penghargaan untuk setiap usaha yang mereka lakukan. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga mereka mengganggu temannya. Selain itu, karena guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk presentasikan, sehingga siswa yang tidak mendapat kesempatan tersebut tidak termotivasi untuk dapat mempresentasikan kemampuannya di hadapan temantemannya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar siswa, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari Skor setelah diterapkan model pembelajaran TANDUR kepada siswa kelas eskperimen. Sesuai dengan temuan Gani Hamdani dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Tandur Dalam Pembelajaran Ipa Fisika Terhadap Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa” yang menyatakan bahwa Penerapan model TANDUR dalam pembelajaran IPA Fisika berpengaruh terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar menjadi berorientasi pada siswa aktif dan

prestasi belajar siswa meningkat signifikan sebesar 6,42.93 Menurut Erman Suherman, dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya.94 Berdasarkan hasil pretest, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa Skor siswa kedua kelompok penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki Skor awal pada getaran dan gelombang yang sama. Berdasarkan hasil posttest, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata posttest diketahui bahwa Skor siswa kedua kelompok penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki hasil belajar yang berbeda secara signifikan setelah diberikan perlakuan. Dengan rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR pada kelompok

eksperimen

lebih baik dari penerapan model pembelajaran konvensional (ceramah). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marwan dalam tesisnya yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri telah mengatasi sebagian kesulitan siswa terhadap pelajaran fisika sehingga hasil belajar mereka jauh lebih baik daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa.95 Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam proses pembelajaran. Dimana pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran TANDUR yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi 93

Ibid., h. 45 Erman Suherman, Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa, tersedia : http://educare.e-fkipunla.net, [Online], diakses : 21 Januari 2009, 10:46 AM. 95 Marwan, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas II SMU dalam Memahami Konsep Alat-alat Optik, Tesis, (Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2004), h. 67. 94

siswanya terutama pada tahap alami, namai dan demonstrasikan dimana siswa melakukan percobaan, mendiskusikan hasilnya dengan teman sekelompok kemudian mempresentasikannya di depan kelas dengan diawali penumbuhan minat oleh guru karena penumbuhan minat merupakan pondasi bagi langkah kegiatan berikutnya. Sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan yang sama akan tetapi diberikan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa hanya bersifat pasif. Nilai

rata-rata

normal

gain

kelompok

eksperimen

lebih

tinggi

dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain, yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol. Keadaan ini menggambarkan bahwa meningkatkan Skor siswa pada konsep getaran dan gelombang lebih baik dengan menerapkan model pembelajaran TANDUR karena telah menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menerapkan model pembelajaran TANDUR (ceramah). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran TANDUR terhadap Skor siswa. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran TANDUR menjadi suatu pertimbangan sebagai alternatif variasi model pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisri Mayeni dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan psikomotor meningkat setelah diterapkan model pembelajaran TANDUR sehingga model pembelajaran TANDUR berbasis inkuiri efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap model pembelajaran TANDUR yang diterapkan adalah positif.96

96

Sisri Mayeni, Penerapan Model Pembelajaran TANDUR Berbasis Inkuiri Untuk meningkatan Hasil Belajar Siswa . Skripsi. (Perpustakaan UPI bandung : Tidak diterbitkan. 2008), h.77.

Selain itu, berdasarkan penelitian lain yang relevan yang telah dipaparkan dikajian teori, serta berdasarkan perhitungan statistika yang dilakukan telah terbukti yaitu dengan adanya peningkatan Skor yang lebih baik pada kelas eksperimen dan perbedaan nilai Skor pada kelas dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR berpengaruh terhadap Skor siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). Hal ini diperkuat dengan perolehan hasil perhitungan uji hipotesis posttest dengan melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05 didapat hasil t hitung > ttabel yaitu 9,51 > 2,00, dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima. Hasil perhitungan ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR terhadap hasil belajar fisika siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran yang diajukan peneliti adalah : 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TANDUR dapat memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa, untuk itu guru bidang studi khusunya fisika dapat menerapkan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran TANDUR. 2. Penelitian mengenai model pembelajaran TANDUR ini dapat dikembangkan lebih luas untuk diteliti mengenai motivasi siswa dalam belajar fisika, kreativitas siswa, keaktifan siswa, daya retensi siswa, dan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. 3. Penelitian selanjutnya disarankan mengambil konsep lain, supaya dapat terlihat apakah model pembelajaran TANDUR berhasil juga untuk konsep lain selain getaran dan gelombang.

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Iin Hendriyani, lahir di Tangerang pada tanggal 25 Juli 1987. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Wahid, AMA.Pd dan Ibu Yoyoh. Penulis beragama Islam dan tinggal di Jl. Ki Mas Laeng Kp. Mampelem no. 31 RT/RW : 001/004 Ds. Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang Banten 15720. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis diantaranya SDN Tigaraksa III lulus tahun 1999, SLTPN 1 Tigaraksa lulus tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan ke SMAN 1 Balaraja lulus tahun 2005. Penulis tercatat sebagai mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika pada tahun 2005 melalui jalur UML (Ujian Masuk Lokal).

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN DAN UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran A.1 : Format Lembar Observasi Aktivitas Guru Lampiran A.2........................................................................................ .................................................................................................................. : Kisikisi Instrumen Tes Hasil Belajar Lampiran A.3........................................................................................ .................................................................................................................. : Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.4........................................................................................ .................................................................................................................. : Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.5........................................................................................ .................................................................................................................. : Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.6........................................................................................ .................................................................................................................. : Validitas Butir Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.7........................................................................................ .................................................................................................................. : Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.8........................................................................................ .................................................................................................................. : Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.9........................................................................................ .................................................................................................................. : Proporsi Peserta Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Yang Menjawab Benar Instrumen Penelitian Tes Hasil

Belajar Lampiran A.10...................................................................................... : Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.11`..................................................................................... : Klasifikasi Kelompok Siswa Lampiran A.12...................................................................................... : Urutan Skor Tertinggi Ke Terendah Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.13 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.14 : Contoh Pernitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Lampiran A.15 : Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Yang Dipakai Dalam Penelitian

Lampiran A.1

Format Lembar Observasi Aktivitas Guru (Keterlaksanaan Model Pembelajaran Tandur)

Pertemuan Ke

: …………………….

Pokok Bahasan

: Getaran dan Gelombang

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kolom Ya jika aktivitas guru teramati atau pada kolom Tidak jika aktivitas tidak teramati

No

Sintaks Model

1

Tahap I : Tumbuhkan • Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar • Melakukan apersepsi yang relevan dengan permasalahan • Menyampaikan indikator pembelajaran yang akan diraih • Menjelaskan tujuan pembelajaran • Mengungkap konsepsi awal siswa Tahap II : Alami • Memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan percobaan • Menyediakan alat-alat percobaan dan membagikan LKS • Membimbing siswa dalam melakukan percobaan sampai siswa dapat melihat fenomena dan mendapatkan data hasil pengamatan Tahap III : Namai • Mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi • Membimbing siswa dalam melakukan percobaan bila ada kelompok yang mengalami kesulitan • Membimbing siswa untuk berdiskusi dan melakukan tanya jawab tentang hasil percobaan yang telah diperoleh dengan teman kelompoknya. Tahap IV : Demonstrasikan • Menfasilitasi siswa untuk melakukan presentasi hasil percobaan • Membahas hasil percobaan yang telah dipresentasikan oleh siswa. • Menjelaskan contoh soal kepada siswa.

2

3

4

Terlaksana Ya Tidak

Keterangan

5

6

• Memberikan soal kepada siswa • Membimbing dan memfasilitasi siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan Tahap V : Ulangi • Memberikan koreksi atau penguatan tentang konsep yang dipelajari • Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang pembelajaran yang dilaksanakan Tahap VI : Rayakan • Memberikan penghargaan berupa tepuk tangan atau hadiah kepada siswa yang menjawab pertanyaan, bertanya dan hasil presentasi yang paling baik

Jakarta,

Januari 2010 Observer,

(______________________)

Lampiran A.4

Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar

1. D

26. D

2. B

27. A

3. B

28. B

4. A

29. C

5. B

30. A

6. A

31. B

7. C

32. D

8. B

33. A

9. B

34. D

10. D

35. A

11. C

36. C

12. B 13. D 14. C 15. B 16. A 17. B 18. D 19. B 20. A 21. C 22. D 23. A 24. D 25. B

Lampiran A.15 Nama : No. Absen : Kelas :

Hari/tanggal : Waktu :

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar!

1. Amplitudo sebuah getaran adalah …. a simpangan total gerak benda b simpangan maksimum benda terhadap titik seimbangnya c simpangan minimum benda terhadap titik seimbangnya d jumlah getaran dalam satu sekon 2. Perhatikan gambar seorang anak yang sedang bermain ayunan di bawah ini! Satu getaran yang benar adalah gerakan dari …. a. O-A-O-B-O c. A-O-A-B-A

B

O

A

b. B-O-A-B-O

d. O-B-A-B-O

3. Periode getaran adalah …. a. banyaknya getaran yang terjadi tiap waktu b. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh c. simpangan pada getaran d. jarak terjauh dari titik seimbang 4. Seekor kupu-kupu mengibaskan sayapnya sebanyak 15 kali dalam waktu 30 detik. Periode gerakan sayap kupu-kupu tersebut adalah … a. 0,5 detik c. 2 detik b. 1 detik

d. 3 detik

5. Pegas A dan pegas B digetarkan bersama-sama. Setelah beberapa saat, ternyata A bergetar sebanyak 3600 kali dan B sebanyak 4500 kali. Perbandingan periode A dan B adalah ….. a. 2 : 3 c. 4 : 5 b. 3 : 2 d. 5 : 4 6. Faktor-faktor berikut ini yang dapat mempengaruhi periode getar ayunan sederhana adalah …. a. amplitudo dan panjang tali c. massa beban dan tempat percobaan b. panjang tali dan sudut simpangan d. panjang tali dan massa beban

7. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : 1) Frekuensi mempengaruhi periode 2) Periode sangat mempengaruhi frekuensi 3) Amplitudo tidak mempengaruhi periode 4) Amplitudo tidak mempengaruhi frekuensi Pernyataan yang benar adalah …. a. 1 dan 3 c. 2 dan 4 d. 3 dan 4 b. 1 dan 2 8. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yang benar adalah …. c. f = 1 / T a. f = T - 1 b. f = 1 - T d. f + 1 = T 9. Dua buah benda melakukan getaran dengan periode masing-masing benda A = 0,40 sekon dan benda B = 0,50 sekon. Perbandingan frekuensi benda yang benar sesuai dengan pernyataan tersebut adalah …. c. A : B adalah 2 : 4 a. A : B adalah 2 : 2,5 b. B : A adalah 2,5 : 2 d. B : A adalah 4 : 2 10. Perhatikan tabel berikut ini! Percobaan ke- Amplitudo (m) Banyak Getaran Waktu (s) 1 5 20 10 2 10 40 20 3 15 40 20 4 20 60 30 5 25 80 40 Pernyataan berikut yang sesuai dengan data tabel di atas adalah …. a. semakin besar amplitudo, periode semakin besar b. semakin besar amplitudo, frekuensi semakin besar c. periode tidak tergantung dari frekuensi d. periode tidak tergantung dari amplitudo 11. Di bawah ini yang merupakan pernyataan yang benar mengenai gelombang adalah … a. gelombang adalah getaran yang bergerak b. gelombang adalah getaran yang merambat c. gelombang adalah getaran bolak-balik suatu partikel d. gelombang adalah getaran yang berpengaruh pada keadaan suatu benda 12. Sebuah gabus terapung dalam wadah yang berisi air. Air di dalam wadah diberi usikan secara berulang. Usikan tersebut membuat gabus bergerak naik turun tetapi kedudukannya tetap seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Peristiwa itu menunjukkan bahwa …. a. medium dan gelombang hanya bergerak naik turun

b. hanya mediumnya yang bergerak naik turun sedangkan gelombangnya diam c. gelombang merambat tanpa memindahkan medium d. gelombang merambat dengan memindahkan medium 13.

Kertas pada tali hanya bergerak naik turun. Dapat disimpulkan bahwa …. a. gelombang yang terjadi adalah gelombang transversal b. kertas sebagai medium gelombang menunjukkan gerak naik turun c. gelombang terjadi karena naik turun d. dalam rambatannya zat antara yang dilalui gelombang tidak merambat 14. Perhatikan gambar di bawah ini!

Amplitudo dan panjang gelombangnya berturut-turut adalah … c. 10 cm dan 50 cm a. 10 cm dan 100 cm b. 5 cm dan 50 cm d. 5 cm dan 100 cm 15.

1

Periode gelombang tersebut adalah …. a. 0,25 detik b. 0,5 detik

c. 0,75 detik d. 1 detik

16. Cepat rambat gelombang adalah …. a. banyak gelombang yang terjadi setiap satu sekon b. jarak yang ditempuh suatu gelombang setiap waktu c. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh d. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu macam gelombang 17. Data : 3. Frekuensi gelombang 1. Amplitudo gelombang 2. Panjang gelombang 4. Periode gelombang Dari data di atas, besaran yang tidak berhubungan satu sama lain adalah … a. 1 c. 3 b. 2 d. 4

18. Perhatikan gambar gelombang transversal di bawah ini!

Cepat rambat gelombang tersebut jika diketahui frekuensinya 8 Hz adalah …. a. 320 m/s c. 32 m/s d. 800 m/s b. 80 m/s 19. Sebuah slinki digetarkan sehingga menghasilkan gelombang longitudinal seperti pada gambar di bawah ini. 30 cm

A

B

renggangan

C

D

E

F

G

renggangan renggangan rapatan rapatan rapatan

Jika frekuensi slinki adalah 3 Hz, maka cepat rambat gelombangnya adalah …. c. 0,6 m/s a. 9 m/s b. 6 m/s d. 0,9 m/s 20. Perhatikan gambar gelombang di bawah ini!

Jika jarak AB = 12 cm ditempuh selama 0,01 detik maka pernyataan berikut benar, kecuali…. a. gelombang di atas adalah gelombang transversal b. kecepatannya 1.200 cm/detik c. frekuensi 200 hz c. panjang gelombangnnya 12 cm

Lampiran A.14

Contoh Perhitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar

A. Pengujian Validitas dengan Korelasi Point Biserial

Misal menguji validitas soal nomor 35, langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. 2. q = 1 – p = 0,889 3. 4. 5. 6. 7. 8. Db = 36 – 2 = 34 ; α = 0,05 Pada daftar r baru product moment diperoleh : r tabel = r (α)(34) = 0,339 Karena r pbi > r tabel , butir soal nomor 35 disimpulkan valid. Berdasarkan tabel interpretasi validitas (Tabel 3.5), maka validitas 0,471 menunjukkan kategori validitas cukup.

B. Penguian Reliabilitas Tes dengan rumus KR-20

Berdasarkan tabel interpretasi reliabilitas (Tabel 3.6), maka reliabilitas 0,762 menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi. n = jumlah soal yang valid.

C. Pengujian Taraf Kesukaran

Misal menguji taraf kesukaran soal nomor 35, langkah-langkahnya sebagai berikut:

Berdasarkan tabel interpretasi indeks kesukaran soal (Tabel 3.7), maka indeks 0,111 menunjukkan bahwa soal nomor 35 termasuk sukar.

D. Daya Pembeda Soal

Misal menghitung daya pembeda soal nomor 35, langkah-langkahnya sebagai berikut:

Berdasarkan tabel klasifikasi daya pembeda soal (Tabel 3.8), maka nilai 0,222 menunjukkan bahwa kriteria daya pembeda soal nomor 35 termasuk cukup.

Lampiran A.3 Nama : No. Absen : Kelas :

Hari/tanggal : Waktu :

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar!

1. Getaran diartikan sebagai …. a. gerak lurus di sekitar titik keseimbangan b. gerak melingkar di sekitar titik keseimbangan c. gerak lurus beraturan di sekitar titik keseimbangan d. gerak bolak-balik di sekitar titik keseimbangan 2. Amplitudo sebuah getaran adalah …. a simpangan total gerak benda b simpangan maksimum benda terhadap titik seimbangnya c simpangan minimum benda terhadap titik seimbangnya d jumlah getaran dalam satu sekon 3. Data : 1. Frekuensi 3. Periode 2. Cepat rambat 4. Amplitudo Dari data di atas, besaran yang tidak dimiliki getaran ditunjukkan data nomor … c. 3 a. 1 b. 2 d. 4 4. Perhatikan gambar seorang anak yang sedang bermain ayunan di bawah ini! Satu getaran yang benar adalah gerakan dari …. a. O-A-O-B-O c. A-O-A-B-A B

O

A

b. B-O-A-B-O

d. O-B-A-B-O

5. Periode getaran adalah …. a. banyaknya getaran yang terjadi tiap waktu b. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh c. simpangan pada getaran d. jarak terjauh dari titik seimbang 6. Seekor kupu-kupu mengibaskan sayapnya sebanyak 15 kali dalam waktu 30 detik. Periode gerakan sayap kupu-kupu tersebut adalah … a. 0,5 detik c. 2 detik b. 1 detik d. 3 detik 7. Pegas A dan pegas B digetarkan bersama-sama. Setelah beberapa saat, ternyata A bergetar sebanyak 3600 kali dan B sebanyak 4500 kali. Perbandingan periode A dan B adalah ….. a. 2 : 3 c. 4 : 5

d. 5 : 4 c. 3 : 2 b. Hubungan antara frekuensi, lama waktu bergetar, dan jumlah getaran dapat dirumuskan dengan … a. c. 2f = n x t b.

d. n = f x 2t

c. Perhatikan tabel di bawah ini! No. pegas Jumlah Getaran Waktu I 12 6 II 16 12 III 14 7 IV 20 5 Pegas yang mempunyai frekuensi yang sama ditunjukkan pegas nomor ….. a. I dan II c. II dan IV b. I dan III d. III dan IV d. Faktor-faktor berikut ini yang dapat mempengaruhi periode getar ayunan sederhana adalah …. a. amplitudo dan panjang tali c. massa beban dan tempat percobaan b. panjang tali dan sudut simpangan d. panjang tali dan massa beban e. Satuan frekuensi adalah …. a. getaran/menit c. hertz b. sekon d. hertz/sekon f. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : 1) Frekuensi mempengaruhi periode 2) Periode sangat mempengaruhi frekuensi 3) Amplitudo tidak mempengaruhi periode 4) Amplitudo tidak mempengaruhi frekuensi Pernyataan yang benar adalah …. c. 2 dan 4 a. 1 dan 3 b. 1 dan 2 d. 3 dan 4 g. Jika periode getaran A lebih kecil daripada periode getaran B, maka …. a. frekuensi getaran A lebih kecil dari pada frekeunsi getaran B b. amplitudo getaran A lebih kecil daripada amplitudo getaran B c. gerakan getaran A lebih lambat daripada gerakan getaran B d. dalam waktu satu detik, jumlah getaran A lebih banyak daripada jumlah getaran B h. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yang benar adalah …. a. f = T - 1 c. f = 1 / T b. f = 1 - T d. f + 1 = T i. Sebuah getaran menghasilkan frekuensi 50 Hz. Periode getarannya adalah …. a. 0,5 sekon c. 0,02 sekon d. 0,05 sekon b. 0,2 sekon j. Dua buah benda melakukan getaran dengan periode masing-masing benda A = 0,40 sekon dan benda B = 0,50 sekon. Perbandingan frekuensi benda yang benar sesuai dengan pernyataan tersebut adalah ….

k.

l.

m.

n.

o.

c. A : B adalah 2 : 4 a. A : B adalah 2 : 2,5 b. B : A adalah 2,5 : 2 d. B : A adalah 4 : 2 Frekuensi getaran A adalah 4 kali frekuensi getaran B, tetapi 1/3 kali frekuensi getaran C. perbandingan periode A, B, dan C adalah ….. a. 1 : 4 : 3 c. 4 : 3 : 12 b. 3 : 12 : 1 d. 9 : 8 : 24 Perhatikan tabel berikut ini! Banyak Getaran Waktu (s) Percobaan ke- Amplitudo (m) 1 5 20 10 2 10 40 20 3 15 40 20 4 20 60 30 5 25 80 40 Pernyataan berikut yang sesuai dengan data tabel di atas adalah …. a. semakin besar amplitudo, periode semakin besar b. semakin besar amplitudo, frekuensi semakin besar c. periode tidak tergantung dari frekuensi d. periode tidak tergantung dari amplitudo Di bawah ini yang merupakan pernyataan yang benar mengenai gelombang adalah … a. gelombang adalah getaran yang bergerak b. gelombang adalah getaran yang merambat c. gelombang adalah getaran bolak-balik suatu partikel d. gelombang adalah getaran yang berpengaruh pada keadaan suatu benda Ombak laut mampu menerjang benda-benda yang menghalanginya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa gelombang merambatkan …. c. partikel a. energi b. zat perantara d. materi Sebuah gabus terapung dalam wadah yang berisi air. Air di dalam wadah diberi usikan secara berulang. Usikan tersebut membuat gabus bergerak naik turun tetapi kedudukannya tetap seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Peristiwa itu menunjukkan bahwa …. a. medium dan gelombang hanya bergerak naik turun b. hanya mediumnya yang bergerak naik turun sedangkan gelombangnya diam c. gelombang merambat tanpa memindahkan medium d. gelombang merambat dengan memindahkan medium p.

Kertas pada tali hanya bergerak naik turun. Dapat disimpulkan bahwa …. a. gelombang yang terjadi adalah gelombang transversal b. kertas sebagai medium gelombang menunjukkan gerak naik turun

c. gelombang terjadi karena naik turun d. dalam rambatannya zat antara yang dilalui gelombang tidak merambat q. Perhatikan gambar riak air di bawah ini! Dua buah gabus A dan B mengapung pada permukaan air, yang akan terjadi pada kedua gabus tersebut ketika gelombang melaluinya adalah …. B

Keterangan : --------------- adalah puncak gelombang __________ adalah lembah gelombang

A

a. gabus A ke lembah gelombang dan gabus B ke puncak gelombang b. gabus A ke puncak gelombang dan gabus B ke puncak gelombang c. gabus A ke lembah gelombang dan gabus B ke lembah gelombang d. gabus A puncak ke gelombang dan gabus B ke lembah gelombang r. Gambar di bawah ini yang menggambarkan panjang satu gelombang tranversal dan gelombang longitudinal adalah … a.

c.

b.

d.

s. Perhatikan gambar di bawah ini!

Amplitudo dan panjang gelombangnya berturut-turut adalah … c. 10 cm dan 100 cm c. 10 cm dan 50 cm d. 5 cm dan 50 cm d. 5 cm dan 100 cm

Untuk menjawab soal no 26 dan 27, gunakan gambar di bawah ini!

1

t. Periode gelombang tersebut adalah …. a. 0,25 detik b. 0,5 detik

c. 0,75 detik d. 1 detik

u. Frekuensi gelombang tersebut adalah …. a. 1 Hz c. 3 Hz d. 4 Hz b. 2 Hz v. Cepat rambat gelombang adalah …. a. banyak gelombang yang terjadi setiap satu sekon b. jarak yang ditempuh suatu gelombang setiap waktu c. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh d. waktu yang diperlukan untuk membentuk satu macam gelombang w. Manakah dari pernyataan berikut ini yang benar mengenai satu panjang gelombang penuh? a. Jarak dari suatu puncak gelombang ke dasar gelombang b. Jarak dari pusat rapatan ke pusat renggangan c. Jarak dari suatu puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya d. Jarak dari dasar gelombang ke puncak gelombang x. Data : 1. Amplitudo gelombang 3. Frekuensi gelombang 2. Panjang gelombang 4. Periode gelombang Dari data di atas, besaran yang tidak berhubungan satu sama lain adalah … c. 3 a. 1 b. 2 d. 4 y. Perbedaan mendasar antara gelombang transversal dan gelombang longitudinal adalah …. a. frekuensinya c. amplitudonya b. arah getarnya d. panjang gelombangnya z. Cepat rambat suatu gelombang adalah 60 m/s. jika frekuensinya 24 Hz, maka panjang gelombangnya adalah …. a. 460 cm c. 300 cm b. 350 cm d. 250 cm aa. Perhatikan gambar gelombang transversal di bawah ini!

Cepat rambat gelombang tersebut jika diketahui frekuensinya 8 Hz adalah …. a. 320 m/s c. 32 m/s b. 80 m/s d. 800 m/s bb. Sebuah slinki digetarkan sehingga menghasilkan gelombang longitudinal seperti pada gambar di bawah ini. 30 cm

A

B

renggangan rapatan

C

D

E

F

G

renggangan renggangan rapatan rapatan

Jika frekuensi slinki adalah 3 Hz, maka cepat rambat gelombangnya adalah ….

a. 9 m/s b. 6 m/s cc. Perhatikan gambar gelombang di bawah ini!

c. 0,6 m/s d. 0,9 m/s

Jika jarak AB = 12 cm ditempuh selama 0,01 detik maka pernyataan berikut benar, kecuali…. a. gelombang di atas adalah gelombang transversal b. kecepatannya 1.200 cm/detik c. frekuensi 200 hz d. panjang gelombangnnya 12 cm dd. Perhatikan gambar berikut ini!

Jika jarak AC= 10 cm ditempuh selama 0,02 detik maka pernyataan berikut benar, kecuali ….. a. gelombang di atas adalah gelombang longitudinal b. kecepatan gelombangnya 500 m/s c. frekuensinya 1000 Hz d. panjang gelombangnya 10 cm