TERHADAP MINAT BERAGAMA PADA REMAJA MUSLIM. Oleh: ... yang dilihat
pada lingkungan masyarakat sekitarnya serta berusaha untuk mengikat diri ...
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PEER GROUP SEBAGAI GROUP REFERENCE TERHADAP MINAT BERAGAMA PADA REMAJA MUSLIM
Oleh: SISCA RAHMADINI PRICILIA Drs. HARYANTO M,Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PEER GROUP SEBAGAI GROUP REFERENCE TERHADAP MINAT BERAGAMA PADA REMAJA MUSLIM
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
( Drs. Haryanto M.Si )
PENGARUH PEER GROUP SEBAGAI GROUP REFERENCE TERHADAP MINAT BERAGAMA PADA REMAJA MUSLIM Sisca Rahmadini Pricilia Drs. Haryanto M,Si INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik pengaruh peer group sebagai group reference terhadap minat agama pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh positif peer group sebagai group reference terhadap minat agama pada remaja. Semakin tinggi fungsi peer group maka semakin tinggi pula minat beragama pada remaja dan kebalikannya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala. Adapun skala pengukuran yang dipakai adalah skala fungsi teman sebaya berdasarkan teori yang dikemukakan Hyman, dkk (1942) dan skala minat agama berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1980). Aitem-aitem skala peer group dan minat agama dibuat bervariasi antara pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Subyek penelitian adalah siswa SMU UII kelas ii dan iii, memiliki jenis kelamin perempuan maupun laki-laki, yang berusia antara 16-19 tahun. Jumlah subyek penelitian sebanyak 74 orang. Cara pengambilan subyek penelitian adalah dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Analisis Regresi. Proses analisis ini menggunakan SPSS versi 13.0 for windows. Hasil analisis data menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel peer group dengan minat agama sebesar R = 0,618 dengan p = 0,000 atau p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh peer group sebagai group reference terhadap minat agama pada remaja. Dengan demikian hipotesis diterima. Kata Kunci : minat agama, peer group
PENGANTAR Dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan kompleksitas, di mana remaja mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang akan mempengaruhi perkembangan berikutnya yaitu dunia dewasa. Stanley Hall menjelaskan masa remaja sebagai masa badai dan tekanan (storm and stress) yaitu suatu periode yang berada dalam situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan terhadap otoritas orang tua (Yusuf, 2000). Erickson (Said, 1998) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa krisis identitas (identity crisis). Krisis identitas adalah suatu keadaan yang menunjukan bahwa individu mengalami kebingungan dalam mempertimbangkan apa saja yang dilihat pada lingkungan masyarakat sekitarnya serta berusaha untuk mengikat diri pada nilai-nilai tertentu yang dianggap cocok dengan dirinya dan dapat dijadikan sebagai identitasnya. Surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi jumat 17 juni 2005 melaporkan bahwa pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di Indonesia pada tahun 2004 mencapai jumlah empat juta penduduk, termasuk di antaranya anak-anak dan remaja usia sembilan hingga lima belas tahun. Forum Konsultasi Lentera Sahaja, sebuah lembaga konsultasi di bawah perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jogjakarta melaporkan bahwa tiap bulan terdapat 30 remaja di jogjakarta yang hamil di luar nikah dan umumnya adalah anak kost (Kompas, 3 Juli 2000). Pada tahun 1997, Lentera Sahaja mencatat rata-rata 20 remaja per bulan datang berkonsultasi. Jumlah ini meningkat di tahun 1999-2000 menjadi 30 remaja per bulan. Remaja yang datang berkonsultasi ke lembaga ini umumnya berusia antara 9-22 tahun. Perilaku
penyimpangan lainnya adalah tawuran antar remaja. Data Direktorat Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya dan sekitarnya menunjukan bahwa tawuran antar pelajar tahun 2000 ada 197 kasus, tahun 2001 ada 123 kasus, sedangkan pelajar yang tewas tahun 2000 tercatat 28 orang, tahun 2001 sebanyak 23 orang. Pelajar yang luka berat tahun 2000 ada 22 orang, tahun 2001 ada 32 orang (Kompas, 27 Maret 2003). Saat ini, tawuran pelajar bukan merupakan kenakalan remaja tetapi sudah menjadi tindak kriminal karena tawuran pelajar sudah menjurus
ke
anarkhis/kekerasan,
perusakan
dan
penganiayaan
(www.kedaulatanrakyat.com). Hal tersebut menunjukan bahwa remaja Indonesia belum menemukan jati dirinya sebagai seorang individu yang unik karena apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya, dan makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti kata dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila gagal dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion) (Yusuf,2000). Salah satu usaha untuk membentuk jati diri pribadi yang kuat adalah melalui pembelajaran agama. Agama dibutuhkan untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang matang dengan “unifying philosophy of life” atau bentuk kepribadian khas yang dapat menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. Assegaf (Republika, 30 April 1995) mengemukakan bahwa pencegahan terhadap dekadensi moral pada remaja dapat diupayakan melalui penanaman nilai-nilai agama serta pendidikan moral. Larson (Hawari, 1995) menemukan bahwa remaja yang komitmen agamanya lemah mempunyai resiko empat kali lebih besar untuk menyalahgunakan NAZA dibandingkan dengan remaja yang
komitmen agamanya kuat. Melalui pendidikan agama remaja dapat mengetahui mana hal yang baik bagi dirinya dan bagaimana menjawab permasalahan yang dihadapinya. Adams dan Gullota (Wirawan, 1988) mengemukakan bahwa agama menyajikan kerangka moral sehingga seseorang bisa membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia. Agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya. Agama mengatur hal-hal apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus dijauhi. Titik tolak dari proses pembelajaran agama adalah adanya minat remaja terhadap agama. Minat agama adalah sejauh mana perhatian remaja tertuju pada hal-hal religi atau agama sebagai pedoman dalam hidupnya, termasuk di antaranya membahas masalah agama, mengikuti pelajaran agama di sekolah, mengunjungi tempat peribadatan, dan mengikuti berbagai upacara agama (Hurlock,1980). Dengan adanya minat remaja terhadap agama diharapkan mampu mendorong remaja untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agamanya sehingga terbentuklah identitas diri remaja yang unik. Minat dapat timbul dari adanya pengaruh atau identifikasi terhadap orang lain, termasuk di antaranya pengaruh dari teman sebaya karena teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dan erat dimana remaja menghabiskan waktu bersama dan berinteraksi secara mendalam di samping berinteraksi dengan orang tua mereka. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya (Andi,1982). Havighurst (Santosa, 1983)
menyatakan bahwa ada dua dunia sosial atau lingkungan yang berpengaruh pada remaja yaitu dunia orang dewasa dan dunia peer groupnya. Pada masa kanak-kanak pengaruh yang lebih kuat adalah orang tua, dimana pada masa ini seseorang masih diatur dan diawasi orang tuanya. Namun pada masa remaja yang lebih berpengaruh adalah lingkungan tempat ia beraktifitas sehari-harinya, yaitu lingkungan sekolah dan teman sepermainan. Tingkah laku, minat bahkan sikap dan perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam kelompok mereka, di samping pengaruh dari orang tua mereka. Remaja akan menemukan bahwa suatu kondisi yang sangat membantu penerimaan sosial adalah minat yang sama dengan anggota kelompok sebaya. Yusuf (2000) mengemukakan bahwa pada masa remaja berkembang sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby), atau keinginan teman sebaya. Lebih lanjut Yusuf menerangkan dalam kehidupan bermasyarakat remaja akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulannya itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan berakhlak baik maka remaja tersebut cenderung akan berakhlak baik. Namun apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik, amoral atau melanggar norma-norma agama, maka remaja tersebut akan cenderung terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh perilaku tersebut. Kelompok teman sebaya merupakan group reference bagi remaja, di mana remaja memperoleh frame of reference yaitu remaja mengambil normanorma, nilai-nilai, pedoman dan sikap-sikap terhadap berbagai macam keadaan yang diyakini oleh kelompok teman sebaya (Gerungan,1988). Frame of reference
juga akan membentuk kepribadian dan perilaku seseorang (Basu, 1987). Hurlock mengemukakan bahwa standar atau aturan-aturan gang (kelompok bermain) memberikan pengaruh kepada pandangan moral dan tingkah laku para anggotanya (Yusuf, 2000). Hurlock (1980) mengatakan bahwa seorang anak yang mempunyai teman-teman yang berbincang-bincang mengenai agama dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama dibandingkan dengan anak yang temannya tidak atau hampir tidak menunjukan minat pada agama dan mempunyai sikap negatif terhadap semua aturan agama. Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang itu mengikuti agama temannya, Hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman“ (HR. Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari Abu Hurairah). Oleh karena itu agama islam menganjurkan untuk memilih teman yang baik dan shalih yang dapat membawa kepada kebenaran. Islam mengutamakan untuk berteman dengan seseorang yang punya hubungan baik dengan Allah, yang takut kepada-Nya dalam kesendirian maupun keramaian, yang memelihara rasa takutnya tersebut dalam hubungannya dengan sesama manusia, y ang rajin melakukan perintah-perintah Allah, dan yang rajin beramal dengan hasil yang sangat baik (Mahfuzh, 2001). Rasulullah SAW menganjurkan untuk bergaul atas dasar karena Allah, karena pergaulan yang didasari karena Allah akan abadi dan membuahkan hasil yang diberkahi Allah. Di akhirat kelak yang bersangkutan akan memperoleh naungan dari-Nya, Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat kelak Allah Ta’ala berfirman, ‘Di mana orang -orang yang saling mencintai karena keagungan -Ku ? Pada hari ini, di mana tidak ada naungan sama sekali selain naungan -Ku, Aku akan menaungi mereka dengan naungan-Ku itu “(HR. Muslim). Dalam hadist lain Allah berfirman,
“Orang-orang yang saling mencintai karena Ak u, orang-orang yang berteman akrab karenma Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku, mereka semua berhak mendapatkan cinta-Ku.”(HR.Malik). Lebih lanjut Beliau memberikan gambaran tentang keunt ungan atau kelebihan berkawan dengan teman yang baik, yaitu : “Sesungguhnya, perumpamaan teman akrab yang baik dan teman akrab yang buruk adalah seperti pedagang minyak kasturi dan peniup api tukang besi. Si pedagang minyak mungkin akan memberimu atau k amu akan membelinya, atau paling tidak kamu akan mendapati bau harum darinya. Sedangkan si peniup tukang api besi mungkin akan membuat pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapati padanya bau yang tidak sedap “(HR. Al-Bukhari). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat diketahui bahwa ada pengaruh peer group terhadap tingkah laku, minat, dan sikap seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik apakah ada pengaruh peer group terhadap minat beragama pada remaja muslim.
METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa SMU UII Jogjakarta. Siswa SMU yang digunakan sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 dan 3 dengan rentang usia 15 – 19 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. B. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala. Metode skala ini mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari metode skala ini adalah jawaban dari subjek yang dipengaruhi oleh keinginan pribadi dan kesukaran merumuskan keadaan sendiri ke dalam bahasa (Hadi, 2000). Adapun cara yang digunakan untuk mengatasi kekurangan dari metode skala ini adalah
diberikan pengantar pada saat skala disajikan, yaitu subjek diminta memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisinya, semua jawaban adalah benar dan jawaban subjek akan dijamin kerahasiaannya. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat agama pada remaja dan skala peranan peer group sebagai group reference. 1. Skala minat agama Angket yang digunakan untuk mengungkap minat agama pada remaja disusun berdasarkan empat indikator minat agama menurut Hurlock (1997), yaitu (1) Membahas masalah agama, (2) Mengikuti pelajaran di sekolah, (3) Mengunjungi tempat peribadatan, (4) Mengikuti berbagai upacara agama. Jumlah aitem dari skala minat pada agama sebanyak 45 aitem pernyataan. 2. Skala Peranan Peer Group sebagai Group Reference Skala ini digunakan untuk mengungkap peranan peer group sebagai group reference. Skala ini disusun berdasarkan teori kelompok rujukan yang dikemukakan oleh Hyman, 1942; diperluas oleh Kelley, 1952; Merton, 1957 dan Tamotsu Shibutani, 1967 (Rakhmat, 2005) yang mengemukakan tentang fungsi kelompok rujukan, yaitu: (1) Fungsi komparatif, (2) Fungsi normatif, (3) Fungsi perspektif. Jumlah aitem Peranan Peer Group sebagai Group Reference sebanyak 18 aitem pernyataan. C. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi (Anareg) untuk menguji korelasi antara peer group sebagai group reference dengan minat agama pada remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS 13.0 for windows.
HASIL PENELITIAN a. Uji Normalitas Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Variabel Skor KS-Z Minat Agama 0,074 Fungsi Perspektif 0,099 Fungsi Normatif 0,091 Fungsi Komparatif 0,100 b. Uji Linearitas Tabel 2 Hasil Uji Linearitas Variabel Fungsi Perspektif Fungsi Normatif Fungsi Komparatif
Sig (2 Tailed) 0,200 0,069 0,200 0,064
Kategori Normal Normal Normal Normal
p 0,000 0,001 0,049
Kategori Linier Linier Linier
F 28,924 11,426 4,027
Hasil uji linearitas dalam tabel di atas menunjukkan bahwa tiga fungsi peer group sebagai group reference yaitu fungsi perspektif, normatif dan komparatif mempunyai hubungan yang linear dengan variabel minat agama pada remaja. Hasil Uji Hipotesis Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Variabel Fungsi Perspektif, Normatif & Komparatif Fungsi Perspektif Fungsi Normatif Fungsi Komparatif
R
R2
p
SE%
0,618
0,382
P