PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMAHAMI CERPEN DENGAN ...

89 downloads 1785 Views 44KB Size Report
Hasil penelitian ini adalah bahan ajar cetak memahami cerpen dengan ... menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari- hari.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMAHAMI CERPEN DENGAN ADAPTASI STRATEGI SQ3R UNTUK SISWA KELAS X SMA

Lailatul Magfiroh1 Wahyudi Siswanto2 Yuni Pratiwi2 Email: [email protected] Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

ABSTRACT: The aims of the research are to produce an outcome such as learning materials to understand intrinsic elements of the short story by strategic adaptation SQ3R for grade X students of senior high schools. The method used is a method of research and development. The procedures used are the development research by procedural model. The data obtained is the numerical data and verbal data. The research outcomes are that the printed learning materials for understanding short story by strategic adaptation SQ3R for grade X students of senior high schools. Subsequently the products made being tried and revised. Key word: teaching materials, understand short story, SQ3R strategy, learning literature ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar memahami unsur intrinsik cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA. Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan. Prosedur yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan model prosedural. Data yang diperoleh merupakan data numerik dan data verbal. Hasil penelitian ini adalah bahan ajar cetak memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA. Produk yang dihasilkan selanjutnya diujicobakan dan direvisi. Kata kunci: bahan ajar, memahami cerpen, strategi SQ3R, pembelajaran sastra

Membaca merupakan salah satu aspek penting dalam keterampilan berbahasa. Melalui kegiatan membaca seseorang mendapatkan informasi, pengetahuan, dan juga hiburan. Tarigan (1986: 9) menyebutkan bahwa tujuan utama mambaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dicapai kompetensi dasarnya oleh siswa selain kemampuan menulis, mendengarkan, dan berbicara. Salah satu bentuk keterampilan membaca adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan salah satu bagian dari membaca telaah isi. Tarigan (1986: 56) menyatakan bahwa membaca pemahaman bertujuan untuk memahami standarstandar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola

1

Lailatul Magfiroh adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang 2012 2 Wahyudi Siswanto dan Yuni Pratiwi adalah dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

1

2

fiksi. Jadi membaca pemahaman adalah membaca yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dari suatu bacaan. Salah satu kompetensi dasar membaca di sekolah adalah kompetensi dasar memahami unsur intrinsik cerpen. Di kelas X SMA terdapat kompetensi dasar menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan seharihari. Dalam kompetensi ini siswa dituntut untuk dapat memahami unsur intrinsik cerpen sehingga nantinya dapat menghubungkan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Siswanto (2008: 141), cerpen atau cerita pendek merupakan bentuk prosa rekaan yang pendek. Pendek di sini masih mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit halaman. Karena pendek, permasalahan yang digarap tidak begitu kompleks. Sebagai salah satu bentuk prosa rekaan, cerpen memiliki unsur-unsur pembangun cerpen yang biasa disebut unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Unsur-unsur tersebut di antaranya, tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur intrinsik ini memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sebuah karya sastra itu mencerminkan realitas. Karya sastra dianggap sebagai imitasi atau tiruan dari realitas. Sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau fiksi (Priyatni: 2010: 12). Kemampuan memahami unsur intrinsik menjadi kemampuan utama dalam apresiasi cerpen. Pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen ini bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara pada tahap pra pengembangan yang dilakukan pada subjek kelas X SMA Negeri 1 Wonoayu diperoleh kenyataan bahwa pembelajaran memahami cerpen masih kurang didukung dengan kurangnya minat dan kesadaran siswa untuk membaca. Selain itu, buku teks yang menjadi buku pegangan siswa belum memberikan latihan dan kegiatan bervariasi serta bacaan cerpen yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam proses pencapaian kompetensi dasar. Dalam pembelajaran masih dijumpai teknik konvensional yang cenderung membosankan bagi siswa. Pembelajaran akan lebih optimal jika sumber belajar dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Seperti halnya kegiatan pembelajaran, pengembangan bahan ajar juga membutuhkan strategi tertentu. Salah satu strategi yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan pembelajaran yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dan untuk mengembangkan bahan ajar memahami cerpen adalah adaptasi strategi SQ3R. Strategi SQ3R sendiri adalah salah satu strategi membaca pemahaman. SQ3R merupakan strategi yang memiliki lima tahap pada pelaksanaannya, yaitu survey, question, read, recite, dan review. Strategi ini sudah dikembangkan sejak lama, bahkan banyak penelitian yang menunjukkan keberhasilan strategi SQ3R dalam kegiatan membaca. Menurut Tarigan (1986: 54), pembaca dapat memahami bacaan dalam waktu singkat dan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan teknik SQ3R. Tujuan dari penelitian pengembangan bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA yakni (1) dihasilkan isi materi bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa

3

kelas X SMA, (2) dihasilkan sistematika penyajian bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA, (3) dihasilkan paparan bahasa bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA, dan (4) dihasilkan tampilan layout bahan ajar memahami cerpen dengan adaptasi strategi SQ3R untuk siswa kelas X SMA. Dengan adanya hasil penelitian berupa bahan ajar memahami cerpen, diharapkan dapat membantu dan mendukung guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu Bahan ajar yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. METODE Penelitian ini menggunakan metode pengembangan dengan model prosedural dan mengadaptasi model pengembangan Borg dan Gall. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, 2008: 8). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wonoayu pada tahun ajaran 2011/2012. Prosedur pengembangan bahan ajar ini terdiri dari beberapa tahap yakni (1) tahap pra pengembangan, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pengembangan produk, (4) tahap uji coba, dan (5) tahap revisi produk. Hasil observasi yang dilakukan pada tahap pra pengembangan diketahui bahwa buku teks siswa belum memberikan cerpen dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Buku teks pegangan siswa belum memberikan pengetahuan perihal keterkaitan sastra dengan dunia realitas yang dibutuhkan siswa untuk mencapai KD menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, buku teks yang menjadi buku pegangan siswa belum banyak membantu siswa memahami cerpen. Pengembangan produk dilakukan dengan menyesuaikan produk bahan ajar dengan kebutuhan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2009: 164) yang menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya produk diuji coba untuk mengetahui kelayakan produk, pada tahap ini terdapat empat tahapan uji coba, yakni (1) uji coba dengan ahli apresiasi cerpen, (2) uji coba dengan ahli bahan ajar, (3) uji coba dengan praktisi (guru), dan (4) uji coba dengan kelompok kecil siswa. Uji coba ini menghasilkan data berupa data numerik dan data verbal deskriptif. Instrumen yang digunakan untuk mengimpun data adalah angket dan pedoman wawancara. Data numerik berupa skor penilaian, sedangkan data verbal berupa komentar dan saran perbaikan dari subjek uji coba. Teknis analisis data dilakukan dengan cara analisis data kualitatif dan kuantitatif sederhana. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan (1) mengumpulkan data verbal tertulis yang diperoleh dari angket penilaian; (2) mentranskip data verbal lisan; (3) menghimpun, menyeleksi, dan mengklarifikasi data verbal tulis dan verbal lisan berdasarkan kelompok uji; (4) menganalisis data dan merumuskan simpulan analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap produk yang dikembangkan, apakah produk perlu direvisi atau diimplementasi. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung

4

skor yang diperoleh dari angket uji coba dengan menggunakan rumus kuantitatif sederhana. a. Rumus untuk menghitung data per item P Keterangan : P x x1 100%

=

= = = =

x 100%

Persentase Jawaban responden dalam satu item Nilai ideal dalam satu item Konstanta

b. Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan item P

=

x 100%

Keterangan: P = Persentase = Jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item = Jumlah keseluruhan skor ideal dalam satu item 100 % = Konstanta Bahan ajar dikatakan layak dan dapat diimplementasi jika berhasil memperoleh persentase minimal 75%. Berikut adalah kriteria kelayakan bahan ajar. Tabel 1 Kriteria Kelayakan Bahan Ajar Kategori Presentase 4 85%-100% 3 75%-84% 2 50%-74% 1