PENGEMBANGAN METODE QFD MULTI PENGGUNA UNTUK. MERANCANG
TRANSPORTASI MASSAL BERBASIS GENDER. Hertina Susandari, Srigunani ...
PENGEMBANGAN METODE QFD MULTI PENGGUNA UNTUK MERANCANG TRANSPORTASI MASSAL BERBASIS GENDER Hertina Susandari, Srigunani Partiwi, Sritomo Wignjosoebroto Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected];
[email protected]
Abstrak Trend desain saat ini adalah desain yang berorientasi pada keinginan konsumen. Diantara sekian banyak metode pengembangan produk, metode yang dapat menangkap dan menterjemahkan keinginan konsumen adalah rekayasa kansei dan QFD. Jika dua metode ini digabungkan dapat menghasilkan produk yang unik dan lebih user friendly (Schutte, 2002). Dengan menggunakan objek penelitian interior komuter Arek Surokerto, pengembangan terhadap matriks QFD dilakukan pada pembagian kolom Voice of Costumer (VOC) berdasar gender, yaitu: wanita, laki-laki dan lanjut usia. Untuk mendapatkan matriks QFD berbasis gender perlu dilakukan tahapan observasi langsung kepada pengguna komuter Arek Surokerto yang bertujuan untuk menangkap kebutuhan tersembunyi dari pengguna. Solusi dari temuan ini dijadikan sebagai alternatif elemen desain yang diujikan pada tahap rekayasa kansei. Tahap selanjutnya adalah menterjemahkan kata kansei lapang dan segar ke dalam elemen desain. Hasil dari matriks QFD menunjukkan bahwa preferensi desain antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, yang berbeda adalah pada sistem pemisahan gender dimana wanita menghendaki gerbong yang dipisah sementara laki-laki menghendaki pemisahan pada gerbong yang sama. Kata kunci: Etnografi, QFD, rekayasa Kansei, komuter dan gender
1.
Pendahuluan
Kesadaran konsumen terhadap desain sebuah produk semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya kriteria pemilihan produk yang tidak hanya memperhatikan kriteria fungsi dan harga saja tetapi juga dari segi desain produknya. Oleh sebab itu dalam memulai sebuah proses desain, penting untuk memahami dan mengerti keinginan konsumen, karena kunci keberhasilan sebuah produk adalah produk yang mampu menangkap keinginan dan kebutuhan konsumen (Mello, 2000). Diantara sekian banyak metode pengembangan produk, salah satu metode yang dapat menangkap keinginan konsumen adalah Rekayasa Kansei (Kansei Engineering). Keunggulan dari metode ini adalah kemampuannya dalam menangkap keinginan emosional dari konsumen dan menterjemahkannya menjadi sebuah desain (Lai et al, 2004). Metode yang berbasis konsumen lainnya adalah QFD (Quality Function Deployment). Bedanya, jika Rekayasa Kansei menitik beratkan pada kesan dan perasaan pengguna terhadap produk, maka QFD lebih menekankan pada aspek teknis produk dan suara engineer (Schutte, 2002; Bergquist dan Abeysekara, 1995). Telah banyak pemikiran yang mengemukakan tentang perlunya integrasi Rekayasa Kansei dan QFD dalam
pengembangan produk, karena penggabungan dua metode ini dapat menghasilkan produk yang unik dan lebih user friendly (Schutte, 2002). Tapi penelitian yang mengintegrasikan dua metode ini masih terbatas dan sifat penelitiannya masih berskala nasional. Alanchari dan Toloonei menggunakan integrasi Kansei dan QFD untuk mengembangkan desain monitor LCD, tetapi penelitian ini belum menggunakan matriks HOQ secara optimal karena tidak menyinggung aspek teknis. Brotchner dan Mazur (1999), memanfaatkan HOQ lebih optimal untuk mendesain kursi portabel. Hanya saja penelitian-penelitian tersebut tidak melakukan pengembangan model pada matriks HOQ. Penelitian ini digunakan untuk mengisi celah pengembangan model antara Rekayasa Kansei dan QFD. Oleh karena itu akan diperlukan sebuah objek untuk diteliti. Jika selama ini, penelitian tentang Rekayasa Kansei berupa produk yang bersifat personal maka penelitian ini akan meneliti produk yang dipergunakan secara massal, yaitu transportasi massal. Sejumlah penelitian yang mengangkat tema transportasi massal menyimpulkan pentingnya untuk segera dilakukan perbaikan pada moda transportasi massal terutama di negara-negara berkembang agar tidak kalah oleh kendaraan pibadi (Andaleeb et al, 2007; Joewono dan Kubota ,2006). Selain itu, telah banyak penelitian berskala nasional maupun internasional yang mengemukakan pentingnya transportasi massal berbasis gender dengan berbagai latar belakang, yaitu: (1) persentase pengguna transportasi massal adalah wanita. (2) adanya desakan untuk segera memisahkan penumpang laki-laki dan wanita karena maraknya pelecehan seksual terhadap perempuan, sebagai contoh nyata pemisahan gerbong antara laki – laki dan wanita telah dilakukan pada gerbong KRL AC Ekonomi Jakarta - Bogor (Agustina. 2007; Susetyo, 2010, Kompas.com). Peters (2004) dan Hamilton (2004), menyebutkan pentingnya pengadaan transportasi berbasis gender terutama untuk negara berkembang dengan menjadikan suara perempuan dan lansia sebagai bahan pertimbangan perancangan transportasi massal. Sebagai studi kasus, penelitian ini secara spesifik akan membas perancangan kereta komuter Surabaya - Mojokerto. 2.
Metoda
Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku pengguna kereta komuter selama perjalanan komuter Arek Surokerto. Pengamatan langsung disini bertujuan untuk menggali kebiasaan, budaya dan kebutuhan tersembunyi dari pengguna. Hasil dari pengamatan ini akan dijadikan sebagai acuan dalam pengumpulan kata kansei dan eksplorasi alternatif elemen desain. Kemudian dilakukan eksplorasi kata kansei yang didapatkan dari : artikel, jurnal dan pendapat pakar. Tujuan dari pencarian kata kansei adalah untuk dijadikan sebagai konsep kereta komuter yang sesuai dengan perasaan pengguna. Kata kansei yang telah terkumpul kemudian di pilih dua yang dianggap mewakili, sehingga selanjutnya dapat diolah menggunakan Kansei Engineering. Setelah itu, hasil dari atribut tersebut dijadikan Voice of Customer (VOC) yang dicari tingkat kepentingannya melalui kuisioner.Langkah selanjutnya adalah pembuatan matriks House of Quality (HOQ) dengan sebelumnya menyusun respon teknis dan benchmarking. Hasil dari tahap ini adalah referensi desain interior KA Komuter yang dikehendaki oleh pengguna perempuan, laki-laki dan lanjut usia.
Gambar 1. Alur metodologi penelitian
3.
Hasil dan diskusi
3.1. Pengamatan langsung pada pengguna komuter Arek Surokerto menghasilkan beberapa temuan, yaitu: a.
Kecenderungan membawa bawaan banyak dan meletakkannya di lantai sehingga dapat mengganggu sirkulasi. Sulusinya adalah dengan memberikan penyimpanan di bawah kursi sehingga desain struktur kursi yang cocok adalah bidang atau rangka
b.
Kebiasaan duduk di penyangga vertical handrail. Solusinya adalah menaikkan penyangga sehingga tidak dapat diduduki atau menggabungkan vertical handrail dengan tempat duduk
3.2.
Fase Kansei Engineering
Eksplorasi kata kansei menghasilkan 28 kata sifat bermakna positif dan 10 kata sifat yang bermakna negatif, yaitu :
-
Lapang Bersih Segar Sejuk Dingin Tidak aman Kuno Menenangkan
-
Aman Mudah Menarik Cepat Bersahabat Terlambat Tidak menarik Terawat
-
Relaxing Handal Viable Rapi Colorful Amburadul Membosankan
-
Menyenangkan Nyaman Sleek Luas Terjangkau Tua Tepat waktu
-
Ramah Modern Simple Sesak Panas Semrawut Sehat
Selanjutnya adalah mereduksi kata kansei menjadi dua. Dasar pemilihan kata kansei adalah pendapat pakar. Melalui pertimbangan kemiripan arti dan kekuatan yang mampu mewakili kata kunci lainnya, maka kata kansei yang cocok untuk penggayaan (styling) adalah kata lapang dan segar. Sedangkan kata kunci untuk fungsi komuter adalah terjangkau dan daya angkut maksimum. Berdasarkan hasil pemetaan visual, dapat diketahui bahwa elemen interior yang berpengaruh terhadap pendefinisian kata kunci lapang dan segar adalah: bentuk dan warna langit – langit; warna dinding; warna dan motif lantai; bentuk, warna dan struktur tempat duduk; kesan bentuk vertical handrail; letak dan detail pemasangan aksesoris penerangan dan penghawaan serta aksen warna pada ruangan. Untuk mendapatkan kriteria desain yang berpengaruh besar terhadap pembentukan kata kansei segar dan lapang pada fase Kansei Engineering, maka perlu disebarkan kuisioner kepada pengguna yang mengerti tentang desain kereta komuter, Responden yang terlibat sebanyak 84 orang dengan ketentuan pengisian kuisioner sebagai berikut : nilai 5 untuk kesan sangat segar/ lapang, 4 untuk kesan segar/ lapang, 3 untuk kesan cukup segar/ lapang, 2 untuk kesan panas/ sempit dan 1 untuk kesan sangat panas/ sempit. Pada uji validasi, elemen desain yang tidak memiliki korelasi cukup pada kata kansei lapang adalah: elemen desain langit-langit geometris dan warna langit-langit cerah. Sedangkan pada kata kansei segar, elemen desain yang tidak berkorelasi kuat adalah elemen desain warna lantai yang komplemen. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan elemen desain apa saja yang berpengaruh pada pembentukan kata kansei dilakukan pengolahan analisis faktor, dengan indeks penerimaannya sebagai berikut: Ho = sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisa lebih lanjut Hi = Sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisa lebih lanjut a = 0,05 Dengan daerah kritisnya, adalah: Tolak Ho, jika KMO > 0,5 Tolak Ho, jika Sig Bartlett of Spherify < 0,05 Tolak Ho, jika MSA > 0,5
Setelah melalui tahapan varimax rotation didapatkan pengelompokan sebagai berikut;
Tabel 1. Pengelompokkan elemen desain terhadap kata kansei lapang 1.
Alternatif 1 Bentuk Langit-langit organis
2.
Struktur rangka
3.
Warna kursi senada
1.
Alternatif 2 Warna langit-langit netral
2. Letak penerangan di samping
Alternatif 3 1. Letak penerangan di tengah 2. Warna kursi aksen
1.
Alternatif 4 Struktur bidang
2. Bentuk VH lebar atas
3. Bentuk VH lebar bawah
Tabel 2. Pengelompokkan elemen desain terhadap kata kansei segar
2.
Alternatif 1 Bentuk Langit-langit organis Struktur rangka
3.
Warna kursi senada
4.
Bentuk VH lebar bawah Bentuk VH lebar bawah
1.
5.
Alternatif 2 1. Warna langit-langit netral 2. Letak penerangan di samping 3. Warna lantai sama dengan dinding 4. Struktur bidang
Alternatif 3 Warna langit-langit pastel
1.
1.
Alternatif 4 Warna kursi aksen
Agar dapat membentuk kata kansei lapang dan segar, maka tiap-tiap elemen desain dari dua kata kansei perlu diintegrasikan. 3.3.
Fase QFD
Elemen desain yang berpengaruh terhadap kata kansei dikerucutkan lagi berdasarkan preferensi gender. Dengan menyebarkan kuisioner kepada pengguna langsung kereta komuter Arek Surokerto sebanyak 300 sampel (100 sampel perempuan, 100 sampel laki-laki dan 100 sampel lansia) dan diolah menggunakan statistik deskriptif frekuensi dengan toleransi kesalahan 0,05. Pada kuisioner yang kedua ini ditanyakan mengenai sistem pemisahan gender. Supaya penelitian ini berimbang, maka diperlukan kriteria teknis dari produsen dan pembobotannya seperti yang diperluhatkan pada tabel 3. Tabel 3. Pembobotan respon teknis Kriteria
Desain Dasar
Ergonomi
Bobot sub kriteria
Bobot total
Kekuatan Struktur
55%
22%
Kehandalan
24%
10%
Kemudahan Pemasangan
21%
8%
Penyebaran Cahaya
32%
5%
Bobot Kriteria
40%
16%
Sub kriteria
Mencegah Silau dan Bayang
12%
2%
Gerakan Kereta
56%
9%
Kesesuaian Bentuk
50%
5%
Estetika
10%
Penciptaan Imej Surokerto
50%
5%
Biaya Produksi
21%
Biaya Produksi
100%
21%
Sirkulasi
14%
Sirkulasi
100%
14%
Untuk mendapatkan target yang ingin dicapai, maka dilakukan benchmarking visual pada empat produk sejenis, yaitu interior KA Pakuan Ekspress, Valencia Metro, Bangalore Comuuter dan Bangladesh Commuter. Tabel 4. Urutan rekomendasi desain berdasarkan gender No 1 2 3 4 5 6
Wanita Sistem pemisahan gender gerbong dipisah Struktur tempat duduk bidang Komposisi warna aksen Letak lampu di samping Bentuk langit-langit organis Bentuk vertical handrail lebar di atas
Laki-laki Struktur tempat duduk bidang Komposisi warna aksen Letak lampu di samping Bentuk langit-langit organis SIstem pemisahan gender dalam satu gerbong Bentuk vertical handrail lebar di atas
Lanjut Usia SIstem pemisahan gender dalam satu gerbong Komposisi warna senada Bentuk vertical handrail lebar bawah Struktur tempat duduk rangka Letak lampu di tengah Bentuk langit-langit organis
Setelah didapatkan semua elemen untuk menyusun House of Quality, maka disusunlah rumah HOQ-nya seperti pada gambar 2. Rumah pada dimensi satu adalah matriks berdasarkan jenis kelamin sedangkan rumah pada dimensi ke dua adalah matriks lanjut usia. Nilai pada kotak matriks korelasi merupakan hasil kali antara bobot dengan nilai simbol. Contoh: struktur bidang pada kolom perempuan 4 x 0,22 x 7,6 = 6.7.
Gambar 2. Matriks QFD
Urutan rekomendasi desain berdasarkan pengguna disajikan pada tabel 4. Preferensi desain pada tabel 4 dapat diilustrasikan pada gambar 3.
Gambar 3. Ilustrasi desain interior komuter berdasarkan preferensi pengguna (ki-ka) perempuan, laki-laki dan lansia
4.
Kesimpulan
a.
Elemen desain yang berpengaruh kuat terhadap pembentukan kata kansei lapang adalah : bentuk langit-langit organis, struktur tempat duduk rangka, warna kursi senada, warna langit-langit netral, letak penerangan di samping, letak penerangan di tengah, warna kursi aksen, bentuk vertical handrail lebar bawah, struktur tempat duduk bidang dan bentuk vertical handrail lebar atas.
b.
Elemen desain yang berpengaruh kuat terhadap pembentukan kata kansei segar adalah bentuk langit-langit organis, struktur tempat duduk rangka, warna kursi senada, letak penerangan di samping, warna lantai sama dengan dinding, warna langit-langit pastel dan warna kursi aksen.
c.
Setelah melalui tahapan QFD multi pengguna, didapatkan hasil bahwa yang membedakan preferensi terhadap desain interior komuter adalah usia bukan jenis kelamin, Karena preferensi desain antara perempuan dan laki-laki sama sedangkan preferensi terhadap desain pada lansia sangat berbeda.
5.
Daftar Pustaka
Agustin, Ina Helena, 2007 Transportasi untuk kaum perempuan kelompok “captive”, Jurnal PS PWK Unisba. Andaleeb, Syed Saad., Haq, Mahmudul dan Ahmed, Rubina.I, 2007, Reforming innercity bus transportation in a developing country : A Passenger – Driven Model, Journal of Public Transportation, Vol.10 No.1. Bergquist, Karin dan Abeysekera, John, 1996, Quality Function Deployment (QFD) – A Means for Developing Usable Products, International Journal of Industrial Ergonomics 18, pp. 269 – 275. Brotchner, Jeremy dan Mazur, Glenn H, 1999, Brand Engineering using Kansei Engineering and QFD, QFD Institute Hamilton, Kerry, Gender and Transport in Developed Countries, Proceedings of Gender Perspectives for Earth Summit 2002.
Joewono, Tri Basuki dan Kubota, Hisashi, 2005, Safety and security improvement in public transportation based on public perception in developing countries, IATTS Research Vol.30 No.1. Lai, Hsin- His, Chang, Ya-Ming dan Chang, Hua-Cheng, 2005, A robust design approach for enhancing the feeling quality of a product: a car profile case study, International Journal of Industrial Ergonomics 35 (2005), pp. 445 – 460. Mello, Sheila, 2002, Customer centric product definition. The key to great product development, AMACOM, New York, USA. Peters, Deike 2002, Gender and Transport in Less Developed Countries, Proceedings of Gender Perspectives for Earth Summit 2002. Schutte, Simon, 2002, Designing feelings into products – Integrating Kansei Engineering Methodology in Product Development, Thesis, Linkopings University, Linkoping
www.megapolitan.kompas.net , KRL khusus wanita beroperasi hari ini, 19 Agustus 2010, diunduh hari Kamis, 6 Januari 2011.