Hal tersebut dikarenakan tinggi nya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi
perkebunan kelapa sawit, sehingga memberikan dampak terhadap penurunan ...
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3
1
PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI WILAYAH KABUPATEN SIAK- RIAU Ikhlas Saili dan Heru Purwadio Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email :
[email protected] Abstrak— Perubahan lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Wilayah Kabupaten Siak menimbulkan implikasi negatif pada penurunan produksi padi dan kebutuhan akan pangan. Hal tersebut dikarenakan tinggi nya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi perkebunan kelapa sawit, sehingga memberikan dampak terhadap penurunan produksi lahan pertanian dan penurunan luas lahan pertanian sawah akibat tingginya alih fungsi lahan. Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep pengendalian perubahan penggunaan lahan pertanian sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak. Tahapan analisis yang dilakukan yang pertama yaitu pengidentifikasian faktorfaktor penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan analisis deskriptif dan delphi, tahapan kedua kedua yaitu perumusan tipologi alih fungsi lahan dengan menggunakan analisis cluster dan tahapan ketiga yaitu perumusan konsep pengendaliannya dengan menggunakan analisis Expert Judgement. Berdasarkan hasil penelitian, faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit adalah rendahnya nilai ekonomi lahan pertanian sawah, ketersediaan sumber daya air untuk mendukung kegiatan pertanian dan kebijakan. Sedangkan konsep pengendalian alih fungsinya yaitu dengan memberikan insentif bagi pemilik. lahan yang mempertahankan lahan pertaniannya dan disentif bagi petani yang melakukan alih fungsi lahan pertaniannya. Kata Kunci— Pengendalian; Alih fungsi; Lahan Pertanian
I. PENDAHULUAN
Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup banyak terjadi pada saat ini dalam pemanfaatan lahan. Hal ini disebabkan seiring dengan pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan sehingga mengakibatkan semakin tinggi dan bertambahnya akan permintaan dan kebutuhan terhadap lahan yang dipergunakan untuk menyelenggarakan kegiatan, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor non pertanian. Hal ini sesuai dengan perinsip ekonomi, bahwa pengguna selalu akan memaksimalkan penggunaan lahannya. Kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak menguntungkan selalu akan
dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang lebih produktif dan menguntungkan . Persaingan terjadi untuk pemanfaatan yang paling menguntungkan sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan pemanfaatan lahan (Kustiwan, 2007 ) [1]. Perubahan lahan pertanian di Kabupaten Siak tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya luas lahan pertanian sawah. Luas lahan pertanian sawah pada tahun 2005 seluas 13.010 ha dan pada tahun 2010 berjumlah 12.568 Ha, hal ini menunjukkan dalam kurun waktu 5 tahun, telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah mencapai 411 ha ini menunjukkan rata-rata perubahan lahan pertanian setiap tahunnya berjumlah 82,2 Ha (Dinas Pertanian Kabupaten Siak, 2011 )[2]. Sebagian besar perubahan lahan pertanian dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, hal ini dikarenakan petani menganggap kegiatan perkebunan kelapa sawit lebih menjanjikan jika dibandingkan dengan sawah, apalagi pada saat ini prospek komoditi minyak sawit sangat cerah dalam perdagangan minyak nabati dunia. Hal ini tentunya menjadi salah satu akibat terjadinya perubahan pemanfaatan lahan dari kawasan pertanian lahan sawah menjadi perkebunan sawit, sehingga Lambat-laun bila ini tidak diantisipasi dikhawatirkan bisa menyebabkan hilangnya areal sawah potensial di kawasan Provinsi Riau dan berganti dengan perkebunan kelapa sawit. Tingginya angka alih fungsi lahan pertanian ini berdampak pada penurunan produksi padi, penurunan itu terjadi akibat berkurangnya lahan pertanian sawah. Hal ini berpengaruh terhadap ketidakseimbangan penyediaan pangan di Kabupaten Siak, ini dikarenakan setiap tahunnya produktivitas lahan pertanian cendrung mengalami penurunan. Pada tahun 2005 dengan lahan yang ada bisa memproduksi beras sebanyak 54.040 ton/tahun, namun pada tahun 2010 produktivitas lahan pertanian menurun menjadi 50.272 ton/tahun, sedangkan kebutuhan beras pada tahun 2010 sebanyak 46.765 ton/tahun. Jika alih fungsi lahan ini tidak segera dikendalikan maka Kabupaten Siak akan mengalami defisit beras. Dari permasalahan tersebut dapat dilihat dampak dari pengaruh perubahan pemanfaatan lahan pertanian di Kabupaten Siak. Dampak tersebut selain berpengaruh pada 2T
2T
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 keseimbangan swasembada pangan juga berdampak pada pada struktur ruang yang ada, karena kecamatan-kecamatan yang telah ditetapkan sebagai kawasan sentra pangan dan juga sebagai pusat pengembangan pertanian lahan basah oleh Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Siak tahun 2010 telah mengalami alih fungsi lahan pertanian. Melihat kondisi dan permasalahan alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak, maka perlu merumuskan konsep pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak II. URAIAN PENELITIAN 0B
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah positivistik dengan menggunakan metode eksplorasi. Penelitian positivistik adalah penelitian yang bersumber pada cara berpikir secara spesifik, berpikir tentang empirik yang teramati yang terukur, dan dapat dieliminasikan serta dapat dimanipulasikan, dilepaskan dari satuan besarnya (Muhadjir, 1989) [3]. Tata fikir yang dominan pada metodologi penelitian positivistik adalah konsep kausalitas, dimana tiada akibat tanpa sebab dan tiada sebab tanpa akibat. Langkah awal dalam penelitian ini adalah merumuskan konseptualisasi teoritik yang didasarkan pada hasil pengamatan lapangan terkait dengan alih fungsi lahan lahan pertanian. Langkah selanjutnya, alur penelitian harus tetap dijaga agar obyek penelitian tetap pada konteks yang telah dibuat yang tercakup pada konstruksi teoritik. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya topik tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling terkait dengan faktor-faktor didalamnya, selain itu agar obyek yang diteliti menjadi lebih spesifik namun tetap sesuai dengan konteks. Dan tahap akhir yaitu tahap generalisasi hasil dimana suatu kesimpulan ditarik berdasarkan hasil analisis yang didukung oleh landasan teori dan data empiris yang ada. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivistik dengan menggunakan metode eksplorasi (Nazir,1985)[4]. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif-eksplorasi. Wilayah penelitian adalah 5 Kecamatan di Kabupaten Siak. Pengumpulan data primer dan sekunder diperlukan untuk menunjang penguatan analisis seperti data jumlah lahan pertanian sawah, jumlah alih fungsi lahan pertanian sawah, jumlah penduduk, dan data lain.
Kabupaten Siak dengan menggunakan teknik Delphi. Teknik Delphi digunakan untuk menganalisis data dari pendapat para pakar terhadap suatu masalah atau kejadian (Veronika dkk, 2005)[5]. Jadi kegiatan ini berupaya untuk menghimpun pendapat tentang identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian di Kabupaten Siak. Berdasarkan hasil analisis Delphi yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian, maka didapatkan ada 3 faktor yang terdiri atas 6 variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian di Kabupaten Siak, yaitu: 1. Ekonomi Pendapatan Petani Biaya Produksi Produktifitas Lahan 2. Kondisi Lingkungan Ketersediaan Sumber Daya Air Rawan hama 3. Aturan Kebijakan Kebijakan B. Analisis Perumusan Tipologi Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhinya Analisis untuk merumuskan tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit didasarkan pada faktor-faktor penyebabnya. Salah satu teknik analisis yang bisa membantu adalah analisis cluster melalui SPSS v.17, dimana variabel dahulu dibawa ke lapangan untuk dengan bentuk kuesioner yang mewakili tiap variabel. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat alih fungsi lahan pertanian sawah serta faktor yang mempengaruhi alih yang terjadi di Wilayah Kabupaten Siak. Berdasarkan hasil analisa diperoleh faktor ekonomi merupakan faktor utama ynag menyebabkan petani melakukan alih fungsi lahan pertanian sawahnya dan tingkat alih fungsi lahan pertanian sawah yang tertinggi terjadi di Kecamatan Bungaraya.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik Alih Fungsi, faktorfaktor penyebab alih fungsi kawasan pertanian lahan sawah diKabupaten Siak serta, dampak alih Fungsi kawasan, dan pengendalian alih fungsi lahan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1B
A. Analisa Penentuan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten 2T
Tahap awal ini adalah identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian di
2
Gambar 1. Peta Tipologi Alih Fungsi Lahan Pertanian
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 C. Analisa Perumusan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Siak
Analisis perumusan konsep pengendalian pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan expert judgment. Setelah diketahui faktor – faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian maka dapat dirumuskan konsep pengendalian yang sesuai dengan karakteristik yang ada. Bentuk – bentuk pengendalian alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Siak di sesuaikan dengan faktor penyebab alih fungsinya. Berdasarkan hasil analisa expert judgement, konsep pengendalian di setiap Faktor dijelaskan berikut ini: • Faktor ekonomi Rendahnya pendapatan petani (< Rp.1.000.000.) dan tingginya biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk kegiatan pertaniannya menjadi penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian di kabupaten siak ini. Sehingga konsep pengendaliannya adalah dengan pemberlakuan insentif berupa subsidi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas guna meningkatkan pendapatan pertanian bagi petani yang mempertahankan lahan pertaniannya, keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB) diharapkan bisa mengurangi beban mereka sehingga dapat meningkatkan kesejahterannya. Pemberian sarana produksi tanaman (saprotan), seperti benih, pupuk dan sebagai penunjang kegiatan pertanian dan juga menerapkan konsep pertanian terpadu pada lahan sawah beririgasi teknis yaitu dengan mengintegrasikan tanaman padi, perikanan dan peternakan (integrasi padi,ikan,itik), integrasi ini disamping mendatangkan pendapatan petani juga memberikan dampak positif bagi pertanian berkelanjutan. • Faktor Lingkungan - Konsep pengendaliannya adalah dengan melakukan perbaikan pada saluran irigasi yang telah rusak dan prasarana untuk kegiatan pertanian. - Adanya batas atau buffer zone antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit, hal ini guna mencegah terganggunya ketersediaan air lahan pertanian sawah karena tanaman kelapa sawit ini memiliki kemampuan menyerap kadar air disekitarnya yang pada akhirnya mengancam ketersediaan air di hamparan sawah pertani dan juga mencegah hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung mengganggu lahan pertanian sawah. • Faktor Kebijakan
3
Memberlakukan pembatasan alihfungsi lahan pertanian dan melakukan perwilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada serta kemungkinan terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian. Adanya kebijakan baik harga lahan maupun harga hasil produksi pertanian untuk menghindari spekulasi harga yang terjadi di lapangan. Pemberlakuan sanksi administratif berupa peringatan tertulils bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian sawah, pencabutan izin, pencabutan insentif dan pemulihan fungsi awal lahan. Pemberlakuan sanksi pidana berupa hukuman penjara atau denda bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian sawah. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan beberapa point kesimpulan sebagai berikut: 1. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak disebabkan oleh faktor rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian, terbatasnya ketersediaan sumber daya air untuk kegiatan pertanian, serta kurang efektifnya peraturan yang ada menjadi penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian ini. 2. Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya, tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak terbagi menjadi 2 yaitu tipologi 1 dengan kecederungan alih fungsi tinggi dan tipologi 2 dengan kecenderungan alih fungsi rendah. 3. Untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak dibutuhkan konsep pengendalian yang bersifat makro dan mikro. konsep yang bersifat makro antara lain (1) Perumusan Perda mengenai perijinan, dan insentif/disinsentif (2) Perumusan Perda mengenai penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang di lahan pertanian yang konservasi. Sedangkan konsep yang bersifat mikro antara lain : (1) Memberikan insentif berupa subsidi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas guna meningkatkan pendapatan pertanian dengan cara memberikan bantuan pupuk; (2) Normalisasi pada sarana dan prasarana irigasi; (3) Adanya batas atau buffer zone antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit, hal ini guna mencegah terganggunya ketersediaan air lahan pertanian sawah dan hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung mengganggu lahan pertanian sawah. (4) Memberlakukan pembatasan alihfungsi lahan pertanian dan melakukan perwilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada serta kemungkinan terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3
Berdasarkan hasil-hasil temuan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi. Rekomendasi tersebut antara lain : a. Harus ada sosialisasi terkait dengan adanya peraturan sehingga masyarakat juga akan ikut terlibat. b. Perlu dilakukan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit yang sifatnya menyeluruh dengan partisipasi dari keseluruhan stakeholders mengingat alih fungsi lahan yang tidak terkendali. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu proses penelitian ini. Untuk keluarga, Bapak Ir. Heru Purwadio, Msp selaku dosen pembimbing, dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota atas semua bantuan dan dukungan yang diberikan, teman teman d’brandalz’07 dan pihak-pihak lain terkait.. DAFTAR PUSTAKA [1] Kustiwan, Iwan. 2007. Kajian Permasalahan dan Kebijaksanaan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. [2] Dinas Pertanian Kabupaten Siak . 2011. Tingkat Perubahan Lahan Pertanian. Dinas Pertanian Kabupaten Siak. [3] Muhadjir, neong. 2003. Metodologi Penelitian Kualitiatif. Yogyakarta ; Rake Sarasin. [4] Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
4