Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan
..... Propinsi Jawa Timur, (c) LKS 3 “Perbandingan Senilai” yang disisipi dengan.
PENGGUNAAN MEDIA PETA UNTUK MEMAHAMKAN MATERI PERBANDINGAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGASI PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 JETIS KABUPATEN MOJOKERTO Umrotul Kharimah*), Gatot Muhsetyo**) Universitas Negeri Malang Email:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK: Hasil kegiatan observasi awal untuk mengetahui pemahaman siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Jetis Kabupaten Mojokerto pada materi perbandingan adalah 17 siswa atau mendapatkan nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM) sekolah yaitu 73, 19 siswa atau melakukan kesalahan konseptual, 15 siswa atau melakukan kesalahan prosedural, dan 8 siswa atau melakukan kesalahan kalkulasi. Siswa dikatakan paham apabila dari jumlah siswa di kelas VII-A memiliki nilai SKM sekolah yaitu 73 dan dari jumlah siswa di kelas tidak melakukan kesalahan konseptual, kesalahan prosedural dan kesalahan kalkulasi. Salah satu cara penyajian materi pelajaran yang diharapkan dapat membantu untuk memahamkan siswa pada materi perbandingan adalah dengan menggunakan media peta melalui pembelajaran kooperatif tipe grup investgasi yang terdiri dari tujuh tahapan, yaitu (1) tahap pembentukan kelompok, (2) tahap perencanaan investigasi, (3) tahap pelaksanaan investigasi, (4) tahap penyiapan laporan, (5) tahap penyajian laporan, (6) tahap evaluasi, (7) tahap penghargaan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Jetis tahun ajaran 2012/2013 dengan materi perbandingan dan media yang digunakan adalah media peta khususnya Peta Indonesia dan Peta Propinsi Jawa Timur yang disisipkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan hasil penelitian pada siklus I adalah 20 siswa atau dapat mencapai SKM sekolah, 18 siswa atau melakukan kesalahan konseptual, 12 siswa atau melakukan kesalahan prosedural, dan 9 siswa atau melakukan kesalahan kalkulasi. Pada siklus II, 27 siswa atau dapat mencapai SKM sekolah, 7 siswa atau melakukan kesalahan konseptual, 5 siswa atau melakukan kesalahan prosedural, dan 5 siswa atau melakukan kesalahan kalkulasi. Kata Kunci: Media peta, Pemahaman materi, Pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi
Matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Peranan penting matematika dalam kehidupan sehari-hari terlihat ketika seseorang ingin menentukan waktu tempuh tercepat untuk mencapai suatu lokasi. Belajar matematika itu penting. Pentingnya belajar matematika disebabkan matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa sumber belajar dalam belajar matematika. Cara belajar matematika dari sumber guru merupakan hal yang banyak dilakukan pada pendidikan formal (Darsono, 2010). Media pembelajaran juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar matematika *) Mahasiswa Universitas Negeri Malang, Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika **) Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc, Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang
1
(Prabowo, 2013: 3). Media pembelajaran dalam pengajaran matematika merupakan alat yang digunakan untuk membantu siswa menerima dan memahami mata pelajaran matematika sehingga sebagian hasil belajar mereka baik (Nurhayati, 2011). Salah satu cara penyajian materi pelajaran matematika yang diharapkan dapat membantu untuk memahamkan siswa adalah dengan menggunakan media peta. Berdasarkan informasi yang didapat dari guru matematika kelas VII di SMP Negeri 2 Jetis Kabupaten Mojokerto pada bulan Februari 2013, Bapak Farid, salah satu materi yang seringkali dirasa sulit untuk dipahami oleh siswa kelas VII SMP adalah materi perbandingan. Bapak Farid menyampaikan bahwa: (1) siswa hanya menghafal rumus dan prosedur pengerjaan tanpa memahami konsep, (2) metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas VII adalah metode ceramah kemudian memberikan soal melalui metode drill, (3) jarang diterapkan diskusi kelas, dan (4) jarang menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil kegiatan observasi awal pada kelas VII-A bulan Maret 2013 diperoleh 15 siswa atau mendapatkan nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM) Sekolah. SMP Negeri 2 Jetis memiliki Standar Ketuntasan Minimum (SKM) 73 pada mata pelajaran matematika. Sebanyak 19 siswa atau melakukan kesalahan konseptual, 15 siswa atau melakukan kesalahan prosedural, dan 8 siswa atau melakukan kesalahan kalkulasi. Siswa dikatakan paham apabila sekurang-kurangnya 80% dari banyak siswa di kelas VII-A memiliki nilai SKM sekolah yaitu 73 dan sekurang-kurangnya 75% dari banyak siswa di kelas tidak melakukan kesalahan konseptual, kesalahan prosedural dan kesalahan kalkulasi. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran aktif pada anak-anak, aspek penting dalam matematika yang sangat dihargai oleh pendidik dan peneliti (Elsevier, 2009). Salah satu pembelajaran kooperatif matematika yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi (Hanisah, 2009). Hasil penelitian Setiawan (2006) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi menuntut siswa lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga memberikan hasil belajar yang lebih bermakna tentang penggunaan matematika di berbagai bidang. Hasil penelitian Huda (2010: 6) menyatakan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, siswa tidak hanya duduk, diam, dan mendengarkan, tetapi juga aktif dalam mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Investigasi secara bahasa adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tentang peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dan sebagainya) (KBBI online, 2013). Investigasi matematika adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong suatu aktivitas percobaan
2
(experiment), mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat dan menguji kesimpulan/dugaan (Bastow dalam Lidinillah, 2009:5). Pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dilihat dari segi gender dan kemampuan akademik (siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah) untuk melakukan investigasi suatu topik (Eggen & Kauchak dalam Maharani, 2010:4). Pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan bermakna, artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari sendiri cara penyelesaiannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2006), pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi membuat siswa lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, setiap anggota kelompok harus mengambil bagian dalam merencanakan langkah penyelesaian atau menyampaikan idenya untuk memecahkan masalah yang diberikan kepada mereka (Huda 2010:13). Isjoni (dalam Huda, 2010:14) menyampaikan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, masing-masing kelompok mengamati, menganalisis, berdiskusi, dan mengambil simpulan untuk disampaikan di depan kelas. Selama kegiatan diskusi berlangsung, setiap siswa harus aktif menyampaikan idenya guna memecahkan masalah yang dihadapi. Terdapat tujuh tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi yaitu (1) tahap pembentukan kelompok, (2) tahap perencanaan investigasi, (3) tahap pelaksanaan investigasi, (4) tahap penyiapan laporan, (5) tahap penyajian laporan, (6) tahap evaluasi, dan (7) tahap penghargaan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang sesuai dengan pendapat Burch (2004) dimana PTK dilakukan sebagai upaya guru untuk memperbaiki pembelajaran di dalam kelas berdasarkan masalah atau kasus memprihatikan yang telah ditemukan dan diidentifikasi yaitu kurangnya pemahaman siswa pada materi perbandingan yang ditunjukkan oleh 15 siswa atau mendapatkan nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yaitu 73, 19 siswa atau melakukan kesalahan konseptual, 15 siswa atau melakukan kesalahan prosedural, dan 8 siswa atau melakukan kesalahan kalkulasi berdasarkan hasil kegiatan observasi awal. Peneliti di kelas memainkan peran ganda yaitu sebagai guru dan peserta utama yang memperkenalkan strategi pembelajaran berbasis penyelidikan melalui proses yang sistematis antara lain: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi (Khan, 2012). Kehadiran peneliti baik fisik sebagai pemberi tindakan (guru) maupun non fisik sebagai instrument kunci sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan di SMP
3
Negeri 2 Jetis Kabupaten Mojokerto dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Jetis tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 32 siswa, 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Data penelitian ini diperoleh dari: (1) dokumen sekolah berupa daftar nama dan presensi siswa, (2) guru berupa pemilihan materi pelajaran yang sulit, kondisi siswa dan kelas, (3) siswa berupa uraian pekerjaan pada LKS, tes awal, tes akhir, hasil wawancara, skor tes awal dan tes akhir, (4) observer berupa hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi aktivitas guru, siswa, dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes yang terbagi menjadi dua: (a) tes awal digunakan untuk mengetahui dimana letak kesulitan siswa memahami materi perbandingan sebelum diberi tindakan dan sebagai patokan dalam pembentukan kelompok investigasi, (b) tes akhir digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi perbandingan setelah diberi tindakan, (2) RPP merupakan pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, (3) LKS merupakan lembar kerja siswa yang disusun untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat, (4) lembar observasi merupakan lembar untuk mengamati aktivitasaktivitas yang terjadi selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, (5) pedoman wawancara merupakan acuan berisi beberapa pertanyaan yang disampaikan pada saat wawancara, dan (6) catatan lapangan merupakan catatan pokok atau catatan terurai tentang proses apa yang terjadi di lapangan, sesuai dengan fokus penelitian, dan dicatat secara deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini meliputi: (1) dokumenter merupakan dokumen-dokumen yang disimpan di sekolah, (2) tes awal yang diberikan sebelum penelitian dilakukan dan tes akhir yang diberikan setiap akhir siklus, (3) wawancara digunakan untuk menelusuri hasil-hasil pekerjaan siswa selama proses pembelajaran setelah diberi tindakan dan dilakukan setelah tes akhir siklus, (4) lembar observasi yang diskor berdasarkan indikator yang terdapat pada masing-masing lembar observasi, (5) catatan lapangan yang dicatat secara deskriptif untuk melengkapi data yang tidak terdapat dalam lembar observasi. Tahap-tahap dalam penelitian ini mengacu pada Kemmis & Taggart dalam Muhyadi (2010) yang menyampaikan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting) di setiap siklusnya, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Suatu siklus dikatakan berhasil apabila tujuan dari penelitian telah tercapai. Jika siklus telah berhasil maka siklus dapat dihentikan. Apabila siklus belum berhasil, maka dilanjutkan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, suatu siklus dikatakan berhasil dan berhenti apabila siswa dapat memahami materi perbandingan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui: (1) reduksi data merupakan proses penyederhanaan yang dilakukan dengan cara memilih, menggolongkan, maupun menyeleksi data yang tepat, (2) penyajian data
4
merupakan kegiatan menyajikan data dengan melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu yang diperoleh dari penelitian berdasarkan hasil reduksi data, dan (3) penarikan kesimpulan dari tindakan yang diberikan untuk menentukan keberhasilan tindakan yang didasarkan pada hasil reduksi dan penyajian data. HASIL Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Pada siklus I, tahap perencanaan tindakan I (Planning) terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: (1) meminta daftar nama siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Jetis, (2) menganalisis hasil pekerjaan siswa pada tes awal, (3) menyusun pembagian kelompok investigasi secara heterogen, (4) menyusun RPP sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan menggunakan media peta, (5) menyusun LKS, (6) menyiapkan media pembelajaran yaitu media Peta Indonesia dan Peta Propinsi Jawa Timur, (7) menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru, catatan lapangan, dan pedoman wawancara, (8) menyusun soal tes I, pedoman jawaban, dan rubrik penilaian tes, (9) membuat topi kelompok untuk masing-masing ketua kelompok dan id card siswa, (10) menyiapkan reward pertama berupa sertifikat kelompok. Tabel berikut merupakan waktu pelaksanaan dan pokok bahasan yang diajarkan pada siklus I. Tabel 1. Waktu Pelaksanaan dan Pokok Bahasan Siklus I Pertemuan ke1
Hari, tanggal Senin, 20 Mei 2013
Alokasi Waktu menit
2
Selasa, 21 Mei 2013
menit
3
Kamis, 23 Mei 2013
menit
Pokok Bahasan Definisi perbandingan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan Definisi skala Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala Tes I dengan pokok bahasan: Definisi perbandingan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan Definisi skala Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan skala
Pada tahap pengamatan I (Observing) yang dilakukan oleh dua observer diperoleh bahwa: (1) aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung mencapai skor rata-rata atau dan memenuhi kriteria taraf keberhasilan yang “Baik”, (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung mencapai skor rata-rata atau dan memenuhi kriteria taraf keberhasilan yang “Baik”. Pemahaman siswa terhadap materi perbandingan berdasarkan hasil belajar siswa pada Tes I diperoleh: (1) rata-rata nilai Tes I adalah 77, (2) 18 siswa atau 56% melakukan kesalahan konseptual, (3) 12 siswa atau 38% melakukan kesalahan prosedural, (4) 9 siswa atau 28% melakukan kesalahan kalkulasi, (5) 20 siswa atau 62% dapat mencapai SKM. Hasil wawancara pada empat siswa yang memenuhi kriteria menunjukkan bahwa: (1) siswa senang dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi 5
menggunakan media peta, (2) siswa memperoleh suasana kegiatan berbeda dari semula hanya mendengarkan kemudian mengerjakan soal secara terus-menerus menjadi dapat melakukan investigasi pada media peta yang disisipkan pada LKS, berdiskusi dengan anggota kelompok, saling bertukar pikiran dan dapat menemukan sendiri konsep perbandingan berdasarkan kegiatan yang telah mereka lakukan, (3) siswa merasa nyaman, tidak terlalu tegang selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (4) siswa masih kurang teliti dalam pengerjaan soal. Berdasarkan paparan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan, hasil observasi, dan wawancara pada siklus I didapatkan bahwa penerapan melalui pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan menggunakan media peta masih belum mampu membantu siswa kelas VII-A untuk memahami materi perbandingan sehingga perlu adanya tindakan pada siklus II sebagai perbaikan dari kelemahan dan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran pada siklus I dan akan dijelaskan sebagai berikut. Tabel 2. Kelemahan Siklus I dan Tindakan pada Siklus I Kelemahan Tindakan Jumlah media peta yang disisipkan pada LKS Guru perlu menambah jumlah media peta terbatas. Setiap kelompok mendapatkan satu buah yang disisipkan pada LKS. Penambahan media peta sehingga ketika siswa ingin melakukan media peta akan membuat masingsebuah penyelidikan pada peta harus menunggu dan masing anggota kelompok dapat bergantian. Hal ini berakibat pada waktu merasakan penyelidikan pada peta secara pengerjaan yang lebih lama bergantian tanpa harus menunggu lama Uraian LKS yang diberikan terlalu padat sehingga Uraian LKS dibuat lebih singkat dari memakan waktu cukup banyak dan berakibat pada siklus I namun tetap memuat isi yang ketidaksesuaian alokasi waktu yang telah berkompeten sesuai dengan indikator direncanakan yang ditentukan Siswa sering tidak teliti dalam perhitungan maupun Guru mengingatkan kepada siswa agar penulisan dalam penyelesaian masalah lebih berhati-hati dan teliti dalam perhitungan maupun penulisan. Guru juga menekankan bahwa kesalahan perhitungan dan penulisan akan membuat penyelesaian yang dikerjakan menjadi salah Ada beberapa siswa yang tidak aktif ketika Guru memanggil nama-nama siswa yang melakukan diskusi kelas. Siswa cenderung diam tidak aktif untuk menanggapi atau dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Hal memberikan pendapat ketika melakukan ini terjadi pada siswa yang pandai dan memahami diskusi kelas. materi maupun yang tidak
Pada siklus II, tahap perencanaan tindakan II terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: (1) menyusun RPP sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan menggunakan media peta, (2) menyusun LKS, (3) menyiapkan media pembelajaran yaitu media Peta Indonesia dan Peta Propinsi Jawa Timur, (4) menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru, catatan lapangan, dan pedoman wawancara, (5) menyusun soal tes II, pedoman jawaban, dan rubrik penilaian tes, (6) menyiapkan reward pertama berupa sertifikat kelompok. Tabel berikut merupakan waktu pelaksanaan dan pokok bahasan yang diajarkan pada siklus II.
6
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan dan Pokok Bahasan Siklus II Pertemuan ke- Hari, tanggal Alokasi Waktu Pokok Bahasan 1 Senin, 27 Mei Perbandingan senilai menit 2013 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai 2 Selasa, 28 Mei Perbandingan berbalik nilai menit 2013 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai 3 Kamis, 30 Mei Tes II dengan pokok bahasan: menit 2013 Perbandingan senilai Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai Perbandingan berbalik nilai Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai
Pada tahap pengamatan II yang dilakukan oleh dua observer diperoleh bahwa: (1) aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung mencapai skor rata-rata atau dan memenuhi kriteria taraf keberhasilan yang “Baik”, (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung mencapai skor rata-rata atau dan memenuhi kriteria taraf keberhasilan yang “Baik”. Pemahaman siswa materi perbandingan berdasarkan hasil belajar siswa pada Tes II diperoleh: (1) rata-rata nilai Tes II adalah 84, (2) 8 siswa atau 25% melakukan kesalahan konseptual, (3) 7 siswa atau 22% melakukan kesalahan prosedural, (4) 5 siswa atau 16% melakukan kesalahan kalkulasi, (5) 27 siswa atau 84% dapat mencapai SKM. Hasil wawancara terhadap empat siswa yang sama dengan wawancara pada siklus I dengan perubahan-perubahan yang mereka alami pada siklus II menunjukkan bahwa: (1) siswa senang dan tidak bosan dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi menggunakan media peta, (2) siswa dapat berdiskusi dengan anggota kelompok, saling bertukar pikiran, serta dapat menemukan sendiri ciri-ciri perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai berdasarkan kegiatan yang telah mereka lakukan, (3) siswa merasa lebih nyaman, tidak terlalu tegang selama kegiatan pembelajaran berlangsung, (4) masih terdapat siswa yang kurang teliti dalam pengerjaan soal. Berdasarkan paparan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan, hasil observasi, dan wawancara pada siklus II didapatkan bahwa penerapan melalui pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan menggunakan media peta dapat membantu siswa kelas VII-A untuk memahami materi perbandingan. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa pada tes II, yaitu dari banyak siswa kelas VII-A dapat mencapai ketuntasan dalam tes II dengan SKM yang ditentukan dalam mata pelajaran matematika, yaitu 73 dan dari banyak siswa kelas VII-A tidak melakukan kesalahan konseptual, prosedural, dan kalkulasi pada tes II. Karena pemberian tindakan melalui pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan menggunakan media peta pada siklus II berhasil membantu
7
siswa kelas VII-A untuk memahami materi perbandingan, maka siklus dalam PTK dihentikan. PEMBAHASAN Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam yang dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan media peta melalui pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, pemberian apersepsi berupa kegiatan mengingatkan materi prasyarat perbandingan atau mengingatkan siswa kembali pada pokok bahasan yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Materi prasyarat perbandingan adalah pecahan, aljabar, dan persamaan linier satu variabel. Dalam kegiatan apersepsi, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan melalui tanya jawab. Kemudian guru memberikan motivasi belajar berupa contoh permasalahan yang terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan dalam kehidupan sehari-sehari yang biasa ditemui siswa melalui tanya jawab. Pemberian motivasi bertujuan agar siswa tertarik dan dapat mengetahui pentingnya mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan. Pada siklus I, masih terdapat siswa yang tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengatasinya dengan cara menunjuk siswa secara langsung yang berrtujuan untuk dapat mengetahui siapa saja siswa yang memperhatikan guru dan siswa yang siap menerima materi selama kegiatan pembelajaran. Siswa yang tidak aktif maupun tidak siap menerima pelajaran terlihat gugup, kaget, dan diam ketika ditunjuk secara acak oleh guru. Guru mengingatkan agar siswa selalu fokus dalam kegiatan pembelajaran dan bertanya kepada guru atau teman anggota kelompok jika ada hal yang masih belum dimengerti. Pada siklus II, siswa terlihat lebih aktif dalam kegiatan tanya jawab. Siswa tampak berebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kegiatan apersepsi dan pemberian motivasi. Pada kegiatan inti diterapkan tujuh tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi dengan menggunakan media peta. (1) Tahap pembentukan kelompok, guru membagi kelas menjadi 8 kelompok investigasi. Tiap kelompok investigasi beranggotakan 4 siswa secara heterogen dilihat dari segi gender dan kemampuan akademik (siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah) berdasarkan nilai tes awal pada kegiatan observasi awal dan pertimbangan guru kelas. Masing-masing kelompok terdiri dari 1 ketua kelompok investigasi dan 3 anggota kelompok investigasi. 6 kelompok terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. 2 kelompok terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. 1 kelompok memiliki komposisi kelompok 1T (berkemampuan tinggi), 2S (berkemampuan sedang), 1R (berkemampuan rendah) dan 7 kelompok memiliki komposisi kelompok 1T, 1S, dan 2R. (2) Tahap perencanaan investigasi, guru memberikan beberapa permasalahan pada masing-masing
8
kelompok melalui LKS yang disisipi dengan media Peta. LKS pada penelitian ini disusun menjadi empat LKS, yaitu (a) LKS 1 “Perbandingan” yang disisipi dengan media Peta Indonesia, (b) LKS 2 “Skala” yang disisipi dengan media Peta Propinsi Jawa Timur, (c) LKS 3 “Perbandingan Senilai” yang disisipi dengan media Peta Indonesia, dan (d) LKS 4 “Perbandingan Berbalik Nilai” yang disisipi dengan media Peta Propinsi Jawa Timur. Tiap-tiap kelompok investigasi merumuskan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah yang didapat. Masing-masing LKS terdiri dari beberapa kegiatan yang pengerjaannya dibagi ke masing-masing anggota kelompok. Setelah selesai mengerjakan, hasil pekerjaan tiap anggotanya didiskusikan secara berkelompok. (3) Tahap pelaksanaan investigasi, kelompok investigasi melaksanakan dan menyelesaikan proyek investigasi berupa beberapa permasalahan yang terdapat pada masing-masing LKS. Kegiatan pelaksanaan investigasi yang dilakukan siswa adalah kegiatan yang sesuai dengan perencanaan kegiatan investigasi. Pada tahap ini, baik siklus I maupun siklus II, siswa mengalami kesulitan ketika menyelesaikan proyek investigasi. Guru menekankan agar siswa bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran. Di siklus I, siswa merasa kebingungan dengan media peta beserta alat-alat yang disediakan oleh guru. Kesulitan yang dialami adalah (a) siswa kesulitan membedakan persegi satuan yang utuh dan persegi satuan yang lebih dari setengah, (b) siswa masih bingung dengan apa yang dimaksud sisi-sisi yang bersesuaian, (c) siswa kesulitan bagaimana mengukur jarak antar kota dengan benang yang disediakan. Sama halnya dengan siklus I, pada siklus II ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama kegiatan pelaksanaan investigasi. Kesulitan yang dialami siswa pada siklus II adalah (a) siswa masih belum mengerti apa yang dimaksud dengan pecahan senilai, (b) siswa kesulitan mencari luas Pulau Sumatera, Pulau Irian Jaya, Pulau Sulawesi, dan Pulau Kalimantan, (c) siswa kesulitan mengidentifikasi ciri-ciri perbandingan berbalik nilai melalui pengamatan tabel pada kegiatan I LKS 4. Pada siklus I, jumlah media yang diberikan terbatas. Masing-masing kelompok hanya menerima satu buah media peta. Pemberian jumlah media peta yang terbatas mengakibatkan tidak semua siswa dapat melakukan investigasi pada media peta. Siswa harus menunggu dan bergantian dengan siswa lainnya jika ingin melakukan investigasi pada media peta. Guru mengatasinya dengan cara menambah jumlah media peta yang disisipkan pada LKS. Masing-masing siswa memperoleh media peta pada siklus II. Siswa dapat melakukan investigasi pada media peta secara individu tanpa harus menunggu dan bergantian dengan siswa lainnya. (4) Tahap penyiapan laporan, semua kelompok telah berhenti mengerjakan LKS. Masing-masing kelompok menyiapkan laporan hasil investigasi berupa jawaban hasil diskusi kelompok dari LKS yang akan dipresentasikan di depan kelas. (5) Tahap penyajian laporan, Pada tahap ini, guru memilih beberapa kelompok secara acak untuk mempresentasikan laporan hasil investigasi dari LKS dengan cara menuliskan jawaban yang ditulis oleh
9
kelompok penyaji pada papan tulis. Kelompok yang tidak terlibat sebagai penyaji menanggapi hasil laporan kelompok penyaji dengan cara mengemukakan pendapat jawaban. Guru bersama siswa membahas jawaban yang ditulis oleh kelompok penyaji pada papan tulis. Pada siklus I, siswa masih belum terbiasa melakukan diskusi kelas. Ada beberapa siswa yang masih terlihat gugup dan tegang ketika mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok. Siswa juga belum terbiasa untuk menanggapi presentasi yang dilakukan oleh kelompok penyaji. Guru mengatasinya dengan menunjuk beberapa kelompok secara acak untuk menanggapi jawaban hasil diskusi yang dipresentasikan kelompok penyaji. Pada siklus II, siswa mulai terbiasa melakukan diskusi kelas. Siswa terlihat lebih santai dan tidak tegang ketika mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok. Siswa tampak lebih aktif dari siklus I untuk menanggapi presentasi yang dilakukan oleh kelompok penyaji. (6) Tahap evaluasi, Pada tahap ini, guru meminta siswa untuk menyampaikan dugaan tentang pokok bahasan yang diajarkan. Dugaan yang dibuat adalah (1) definisi perbandingan, (2) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membandingkan dua besaran, (3) definisi skala, (4) halhal yang diperhatikan dalam menentukan skala, (5) ciri-ciri perbandingan senilai, dan (6) ciri-ciri perbandingan berbalik nilai. (7) Tahap penghargaan, Pada tahap penghargaan, guru memberikan reward kepada kelompok terbaik pada kelas VIIA. Pemberian reward dilaksanakan dua kali. Penilaian kelompok terbaik pertama didasarkan pada nilai individu yang didapat pada tes awal dan tes I. Dari kedua tes tersebut dilihat poin peningkatannya. Poin peningkatan yang didapat oleh masingmasing individu akan dirata-rata bersama dengan anggota kelompoknya sehingga akan didapat rata-rata kelompok yang terbaik pertama. Penilaian kelompok terbaik kedua didasarkan pada nilai individu yang didapat pada tes I dan tes II. Dari kedua tes tersebut dilihat poin peningkatannya. Poin peningkatan yang didapat oleh masing-masing individu akan dirata-rata bersama dengan anggota kelompoknya sehingga akan didapat rata-rata kelompok yang terbaik kedua. Reward pertama didapatkan oleh VII dan reward kedua didapatkan oleh VIII. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh peningkatan hasil belajar siswa pada materi perbandingan yang dibuktikan dengan ≥ 80% dari banyak siswa kelas VII-A mencapai ketuntasan dengan SKM yang ditentukan dan ≥ 75% dari banyak siswa kelas VII-A tidak melakukan kesalahan konseptual, prosedural, dan kalkulasi pada tes akhir. Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan berlangsung telah mencapai telah mencapai dan memenuhi kriteria taraf keberhasilan yang baik. Tujuh tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi yang dapat membantu memahamkan materi perbandingan dengan menggunakan media peta yaitu: (1) tahap pembentukan kelompok, kelas dibagi menjadi 8 kelompok investigasi beranggotakan 4 siswa secara heterogen dilihat dari segi gender dan
10
kemampuan akademik berdasarkan nilai tes awal dan pertimbangan guru kelas dengan 1 kelompok memiliki komposisi IT, 2S, 1R dan 7 kelompok memliki komposisi kelompok 1T, 1S, 2R, (2) tahap perencanaan investigasi, masingmasing kelompok diberikan beberapa permasalahan melalui LKS yang disisipi dengan media peta kemudian merumuskan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah yang didapat dan pengerjaannya dibagi ke masing-masing anggota kelompok kemudian didiskusikan secara berkelompok, (3) Tahap pelaksanaan investigasi, kelompok investigasi melaksanakan dan menyelesaikan proyek investigasi berupa beberapa permasalahan yang terdapat pada masing-masing LKS kemudian guru berkeliiling mengamati siswa dan memberikan bantuan jika ada siswa yang merasa kesulitan, (4) tahap penyiapan laporan, semua kelompok berhenti mengerjakan LKS dan segera menyiapkan laporan hasil investigasi berupa jawaban hasil diskusi kelompok dari LKS yang akan dipresentasikan di depan kelas, (5) tahap penyajian laporan, beberapa kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan laporan hasil investigasi dari LKS dengan cara menuliskan jawaban pada papan tulis, kelompok yang tidak terlibat sebagai penyaji akan menanggapi hasil laporan kelompok penyaji kemudian guru bersama siswa membahas jawaban yang ditulis kelompok penyaji, (6) tahap evaluasi, siswa membuat kesimpulan tentang pokok bahasan yang diajarkan, (7) tahap penghargaan, guru memberikan reward kepada kelompok terbaik. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi siswa serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu masih diperlukan banyak perbaikan. Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut. 1. Masing-masing siswa sebaiknya mendapatkan LKS sehingga siswa dapat mengerjakan masalah yang diberikan secara individu. Pengerjaan siswa secara individu memungkinkan adanya perbedaan pendapat sehingga siswa dapat melakukan diskusi kelompok yang lebih baik. 2. Media peta yang disisipkan pada LKS sebaiknya dibuat dalam banyak pilihan dengan skala yang berbeda-beda pula, misalnya kelompok I menginvestigasi Peta Propinsi Jawa Timur, kelompok II menginvestigasi Peta Propinsi Jawa Barat, kelompok III menginvestigasi Peta Propinsi Jawa Tengah, dst. 3. Soal tes akhir dibuat dalam beberapa tipe untuk mengantisipasi siswa yang saling mencontek, misalnya soal tes dibuat dalam dua tipe: (1) tipe soal A untuk siswa yang berada di deretan bangku sebelah kanan, (2) tipe soal B untuk siswa yang berada di deretan bangku sebelah kiri. 4. Guru lebih teliti mengamati siswa yang tidak aktif selama proses kegiatan pembelajaran. Untuk mengantipasi siswa yang tidak aktif, guru memanggil nama siswa secara langsung kemudian meminta siswa untuk menanggapi atau memberikan pendapat dan aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
11
DAFTAR RUJUKAN
Burch, Chris. 2004. Classroom Action Research, (Online), (http://oldweb.madison.k12.wi.us/sod/car/carhomepage.html), diakses pada 20 Maret 2013. Darsono. 2010. PMRI (Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia) Suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia, (Online), (http://nazwandi.wordpress.com/2010/06/22/pmri-pembelajaranmatematika-realistik-indonesia-suatu-inovasi-dalam-pendidikanmatematika-di-indonesia/ ), diakses 17 Januari 2013. Ebta, Setiawan. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)-Kamus versi online/daring (dalam jaringan), (Online), (http://kbbi.web.id/), diakses 20 Januari 2013. Elsevier. 2009. Experimental Evaluation of The Effects of Cooperative Learning on Kindergarten Children’s Mathematics Ability. International Journal of Education Research, (Online), 48(2): 371, (http:// eportfolio.lib.ksu.edu.tw/cooperative%20learning. pdf), diakses 29 Juli 2013. Hanisha, Siti. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Pecahan pada Siswa Kelas V SD. Pdf. (Online), (http://fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/1168.pdf), diakses 19 Januari 2013. Huda, Mohammad Khoridatul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 4 Malang Materi Persamaan Garis Lurus. Skripsi tidak diterbitkan. Khan, Abdul Wali. 2012. Inquiry-Based Teaching in Mathematics Classroom in a Lower Secondary School of Karachi, Pakistan. International Journal of Academic Research in Progressive Education and Development, (Online), 1(2): 2-3, (http://hrmars.com/admin/pics/667.pdf), diakses 29 Juli 2013. Lidinillah, Dindin Abdul Muiz. 2009. Investigasi Matematika dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia: Kampus Tasikmalaya. Maharani, Fatchuriya. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Malang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi pada Materi Teorema Pythagoras. Skripsi tidak diterbitkan. Muhyadi. 2010. Model-model Penelitian Tindakan Kelas, (Online), (http:// staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/model%20ptk ), diakses 25 Maret 2013.
12
Nurhayati, Eti. Peningkatan Keterampilan Siswa Tentang Penjumlahan pada Bilangan Cacah dengan Media Kartu Bilangan pada Siswa Kelas I SDN 3 Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Pdf. (Online), (http://repository.upi.edu/kampus-daerah/s_pgsd_0811231_chapter1.pdf), diakses 19 Januari 2013. Prabowo, Fajar. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer pada Materi Fungsi Komposisi untuk Siswa SMA Kelas XI Program IPS. Skripsi tidak diterbitkan. Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. (Online). (http://www.scribd.com), diakses 28 Januari 2013.
13