Abstrak: Keterampilan menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas ...
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. ... Indonesia SLTP Jawa Timur, 2002:25)
.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 13 JEMBER MELALUI STRATEGI DWA (DIRECT WRITING ACTIVITY) SONY YUDI HARDONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Keterampilan menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas merupakan satu kompetensi di bidang menulis yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tetapi setelah dilakukan observasi terungkap bahwa keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember masih perlu ditingkatkan, karena secara klasikal nilai mereka masih jauh dari harapan. Berkaitan dengan itu penelitian ini mengkaji peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember melalui strategi DWA (Direct Writing Activity). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember melalui strategi DWA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Proses penelitian dibagi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam menulis teks berita dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif dengan strategi DWA yang dibuktikan dari nilai proses dan nilai hasil kemajuan individu. Peningkatan proses dapat dibuktikan melalui perubahan perilaku guru dan siswa saat pembelajaran tiap-tiap siklus. Sedangkan nilai hasil dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum ada tindakan, siklus I , dan siklus II. Sebelum tindakan, hanya dua siswa atau 6.89% nilainya ≥ 75 dan 27 siswa atau 93,10% nilainya ≤ 75. Pada siklus I, 8 siswa atu 28% nilainya ≥ 75 dan 21 siswa atau 72% siswa mendapat nilai ≤ 75. Pada siklus II, 25 siswa atau 86% siswa mendapat nilai ≥ 75 dan 4 siswa atau 14% mendapat nilai ≤ 75 dan dengan demikian secara klasikal mencapai ketuntasan. Kata Kunci: peningkatan, keterampilan, menulis teks berita, DWA Pembelajaran keterampilan menulis, baik menulis formal, menulis reproduktif, menulis kreatif, maupun menulis artikel masih berorientasi pada produk tulisan. Padahal menulis itu adalah sebuah proses, mulai menggali dan menuangkan ide berdasarkan skemata awal atau pengetahuan dan pengalamannya dalam dunia nyata, menulis draf, merevisi, mengedit, hingga menjadi tulisan final serta mempublikasikannya. Akibatnya: (1) siswa tidak termotivasi menulis, (2) siswa merasa kesulitan dalam menulis, (3) siswa tidak mendapat kebebasan dalam menulis, dan (4) pada akhirnya
kemahirwacanaan tidak dapat diwujudkan (Materi Diklat Guru Bahasa Indonesia SLTP Jawa Timur, 2002:25) Dilain pihak guru sering memberi teori tentang tulisan kepada siswa atau tidak memunculkan kondisi kondusif agar siswa menulis dengan berfikir bahwa tulisannya akan dibaca oleh orang lain bukan untuk gurunya saja. Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian perlu dilakukan upaya, antara lain berupa pengembangan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dan metode yang sesuai
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 304
dengan karakteristik standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Sebenarnya keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh cara guru mengajar, namun lebih utama adalah bagaimana siswa belajar aktif (Syaiful Bahri, 2008:237). Keaktifan siswa diharapkan mampu menemukan dan mengelola hasil perolehan sehingga siswa dapat menerapkan dalam mengatasi persoalan tanpa bantuan orang lain. Dalam perkembangan pembelajaran menulis teks berita kurang menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dialami oleh siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember. Dari kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII semester genap, rata-rata hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember masih rendah. Hal ini berdasarkan data dari 29 siswa, 93,10% atau 27 siswa mendapat skor di bawah 75 dan hanya 6,90 % atau 2 siswa yang mencapai ketuntasan. Kesulitan tersebut dalam segi (1) kelengkapan isi berita belum lengkap (mengandung apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa), (2) tidak runtut dalam pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), (3) tidak jelas dalam penggunaan kalimat (singkat dan jelas), dan (4) kosakata yang digunakan bahasa sehari-hari sulit untuk dipahami oleh pembaca (dapat dipahami semua orang). Jika kondisi di atas terus berlanjut, dampaknya akan buruk bagi siswa, baik ketika yang bersangkutan sedang menempuh pendidikan maupun ketika ia sedang terjun di masyarakat. Oleh karena itu kondisi ini harus segera di atasi. Langkah-langkah praktis yaitu dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai pada gilirannya dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Salah satu dari sekian strategi pembelajaran yang menurut
peneliti cocok adalah Strategi DWA. Strategi ini berfokus pada proses pembimbingan aktivitas menulis siswa secara langsung. Strategi DWA ini dipakai dengan alasan (1) membantu menulis draf awal, (2) membantu siswa untuk termotivasi dalam menulis, (3) hasil tulisan siswa dikonfirmasikan atau dikonsultasikan dengan siswa (patner) dan guru, (4) siswa menulis kembali draf yang diperoleh dari balikan teman dan guru, (5) siswa mempublikasikan hasil tulisan untuk dibaca oleh teman/pembaca melalui majalah dinding, dan (6) waktu pembelajaran bersifat fleksibel dan kondisional (Materi Diklat Guru Bahasa Indonesia SLTP Jawa Timur, 2002:26). Strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan ketercapainya ketuntasan belajar siswa kelas VIIIA pada kompetensi dasar menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas dengan indikator (1) siswa mampu menuliskan pokok-pokok berita yang di baca, (2) mengembangkan menjadi teks berita, dan (3) menyunting hasil tulisan berdasarkan hasil penilaian teman, guru, dan pendapatnya sendiri (Depdiknas, 2010:9). Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran dengan menerapkann strategi DWA dalam menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember Tahun pelajaran 2012/2013. METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart berbentuk spiral dari siklus ke siklus berikutnya meliputi Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), dan Reflection (refleksi) (Aqib, 2006:31). Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan 2 guru lain yang berperan sebagai pengamat/observer.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 305
Tempat penelitian yang berupa tindakan kelas ditetapkan di SMP Negeri 13 Jember, yang beralamat Jl. Rembangan 9 Patrang Jember. Tempat tersebut peneliti pilih mengingat peneliti juga sebagai guru di sekolah ini. Tempat penelitian di SMP Negeri 13 Jember dengan pertimbangan: (1) Peneliti adalah salah satu guru di SMP Negeri 13 Jember, (2) aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih cenderung pasif, (3) hasil belajar sebagian siswa masih perlu ditingkatkan, khususnya kelas VIIIA semester genap (4) SMP Negeri 13 Jember bersedia untuk dijadikan sebagai tempat penelitian, dan (5) belum pernah dilakukan penelitian sejenis. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA semester genap tahun ajaran 2012-2013 SMP Negeri 13 Jember berjumlah 29 siswa dengan komposisi perempuan 12 siswa dan laki-laki 17 siswa. Instrumen tes yang digunakan dalam tes ini adalah tes dan nontes. Instrument tes berisi soal uraian/esei, yakni: (1) Tulislah data pokok berita yang kamu baca dari Koran! (2) Kembangkan data pokok berita tersebut menjadi sebuah teks berita! (3) Suntinglah tulisanmu berdasarkan penilaian temanmu, guru, dan pendapatmu! Bentuk instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi dan jurnal. Lembar observasi digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati, yaitu perilaku positif dan perilaku negatif siswa dalam proses pembelajaran. Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek yang diungkap antara lain mengenai perasaan siswa senang atau tidak selama mengikuti pembelajaran menulis teks berita dengan strategi DWA Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif.
Analisis dimulai dengan menelaah data sejak awal sampai dengan seluruh data terkumpul.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi guru, siswa saat pelaksanaan tindakan, dan hasil belajar siswa. Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisa secara kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi (hasil observasi guru dan siswa). Sedangkan data berupa peningkatan hasil belajar siswa dianalisa secara kuantitatif kemudian dideskripsikan dengan katakata atau kalimat (Wahyuni, 2012:166). Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan oleh observer dengan menggunakan nontes berupa lembar observasi yang berfungsi mencatat segala kegiatan yang berlangsung pada saat pembelajaran berlangsung baik bagi guru dan siswa. Sedangkan pengamatan yang menggunkan jurnal belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa terhadap materi, proses pembelajaran, dan teknik yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya (Direktorat Pembinaan dan Pelatihan, 2008: 115). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil belajar siswa pada siklus I menggambarkan bahwa siswa yang memperoleh ≥ 75 adalah 8 siswa, sedangkan yang memperoleh dibawah 75 adalah 21 siswa. Ini berarti siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya 27,6%. Dibandingkan dengan hasil sebelum diberi tindakan dengan strategi DWA yang hanya mencapai 31% (nilai awal terlampir). Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai. Dari pengamatan dan hasil belajar siswa pada siklus I di atas maka keberhasilan tindakan pada siklus I kategori cukup
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 306
baik belum mencapai kategori sangat baik. Dengan demikian perlu dilakukan upaya perbaikan pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan (nilai ≥ 75) sebanyak 25 siswa atau 86,20% dari total 29 siswa. Sisanya sebanyak 4 siswa atau 13,80% dari 29 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Jadi secara klasikal 83,20% dari total 29 siswa, siswa kelas VIIIA dalam menulis teks berita sudah mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian keberhasilan tindakan pada siklus II mencapai kategori sangat baik. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I oleh pengamat I (Lilis Styaningsih, S.Pd) ada 7 deskriptor yang tidak baik dan kurang baik dilakukan oleh guru/peneliti yaitu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, mengkaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran yang lain, menjelaskan tugas kelompok/patner, memotivasi siswa untuk mempublikasikan hasil kerja siswa, siswa antusias, dan waktu sesuai dengan alokasi yang direncanakan. Pada siklus II ada 4 deskritor menyatakan cukup baik dan 9 deskriptor menyatakan baik. Dengan demikian menurut pengamatan observer melaksanakan tindakan dalam kegiatan siklus II sesuai dengan yang direncanakan. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I oleh observer II (Nuryati, S.Pd, MM.Pd) ada 9 deskriptor yang tidak baik dan kurang baik dilakukan oleh guru/peneliti yaitu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, mengkaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran yang lain, menjelaskan tugas kelompok/patner, membimbing siswa melaksanakan strategi DWA, memotivasi siswa untuk mempublikasikan hasil kerja siswa, merefleksi, dan waktu sesuai alokasi. Pada Siklus II ada 3 deskritor menyatakan cukup baik dan 10 deskriptor menyatakan baik. Dengan demikian menurut pengamatan observer
melaksanakan tindakan dalam kegiatan siklus II sesuai dengan yang direncanakan. Hasil pengamatan aktivtas siswa oleh pengamat 1 pada siklus I ada 5 deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa yakni keterlibatan dalam motivasi/skemata siswa, siswa memperhatikan bimbingan guru, siswa aktif belajar dalam pasangannya, kesediaan siswa mempublikasikan hasil pekerjaannya. Pada siklus II ada 2 deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa yakni keterlibatan dalam motivasi/skemata siswa dan merespon hasil kerja siswa lain. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah deskriptor yang muncul lebih banyak dari pada deskriptor yang tidak muncul. Dalam tindakan ini deskriptor yang tidak muncul ditafsirkan karena siswa sudah memahami tugas dan kewajiban seorang siswa. Dapat disimpulkan bahwa deskriptor yang muncul sudah maksimal. Sedangkan Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I oleh pengamat II ada 5 deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa yakni keterlibatan dalam motivasi/skemata siswa, siswa memperhatikan bimbingan guru, siswa aktif belajar dalam pasangannya, kesediaan siswa mempublikasikan hasil pekerjaannya. Pada Siklus II ada dua deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa yakni keterlibatan dalam motivasi/skemata siswa dan kesediaan menjadi patner/pasangan belajar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah deskriptor yang muncul lebih banyak dari pada deskriptor yang tidak muncul. Dalam tindakan ini deskriptor yang tidak muncul ditafsirkan karena siswa sudah memahami maksud dari strategi DWA baik tugas dan kewajibannya. Dapat disimpulkan bahwa deskriptor yang muncul sudah maksimal. Ada satu siswa yang menyatakan bingung dan satu siswa yang lain menyatakan bingung tapi senang sedang siswa yang lain menyatakan
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 307
senang/menyenangkan pada kolom pengalaman belajar hari ini, pada kolom materi yang telah dipahami 18 siswa atau 62% siswa menulis menulis teks berita, dan 38% siswa menulis bervariasi. Pada kolom materi yang belum dipahami ada 38% atau 11 siswa menulis menentukan pokok-pokok berita yang belum dipahami siswa, sedangkan 62% atau 18 siswa menulis bervariasi ada yang menulis menyusun paragraph, membuat kalimat, menentukan kosakata, dll. Dan pada kolom usaha/cara untuk mengatasi sebagaian besar atau 100% siswa menulis belajar, bertanya pada teman dan guru. Dengan demikian bahwa pembelajaran pada siklus I perlu diperbaiki pada siklus II pada kolom materi yang dikuasai/dipahami dan pada kolom materi yang belum dipahami, untuk kolom yang lain sudah dianggap baik. Ada 27 siswa atau 93,10% menyatakan senang pada kolom pengalaman belajar hari ini, sedangkan dua siswa atau 6,90% tidak masuk sekolah pada saat dilaksanakan siklus II. 27 siswa atau 93,10% siswa menuliskan
menulis teks berita pada kolom materi pelajaran yang telah dipahami, hal ini karena ada dua siswa yang tidak masuk sekolah saat itu. Dua siswa tidak masuk sekolah atau 6,90% dan satu siswa atau 0,03% yang menyatakan mengembangkan teks berita serta menyuntingnya belum paham, dan satu siswa lagi atau 3% siswa yang menyatakan cara menilainya belum paham karena tidak kosentrasi terdapat pada kolom materi pelajaran yang belum dipahami dengan alasan dan kendalanya. Dan pada kolom usaha/cara untuk mengatasi bagi kedua siswa menuliskan belajar dan bertanya pada teman/guru. Sedangkan kolom materi yang belum dipahami dengan alasan dan kendalanya serta kolom usaha/cra untuk mengatasi mayoritas siswa sudah tidak mengalami kesulitan, hal ini dapat dilihat dari 25 siswa (dua siswa tidak hadir dan dua siswa masih belum paham) tidak menuliskan apa-apa di kedua kolom tersebut di atas, itu berarti ke 25 siswa tersebut sudah paham tentang materi menulis teks berita tersebut.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 308
Perbandingan Hasil Belajar siswa Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Belajar KODE SISWA ARS AF AR ADJ AB AM DYHP DLM DCP DGD FDP FS FAM IW JM LS MDNJ MDH MAS MFF MH NS NJT REF RAS ST WNS WADP YW Tuntas Tidak Tuntas
NILAI AWAL SKOR 60 53 53 60 60 67 60 47 26 80 46 50 66 73 73 50 60 73 60 67 60 60 33 53 53 53 60 80 73 7% 93%
SIKLUS I
SIKLUS II
KATEGORI SKOR KATEGORI SKOR Baik 0 Tidak Baik 79 Baik 75 Sangat baik 92 Baik 54 Baik 83 Baik 50 Baik 75 Baik 54 Baik 0 Baik 58 Baik 79 Baik 79 Sangat baik 92 Cukup baik 63 Baik 75 Cukup Baik 63 Baik 79 Sangat baik 83 Sangat baik 96 Cukup baik 58 Baik 46 Baik 58 Baik 79 Baik 54 Baik 79 Baik 79 Sangat baik 100 Baik 63 Baik 92 Baik 63 Baik 75 Baik 58 Baik 79 Baik 63 Baik 86 Baik 58 Baik 75 Baik 63 Baik 92 Baik 75 Sangat baik 75 Baik 75 Sangat baik 86 Cukup baik 79 Sangat baik 83 Baik 67 Baik 83 Baik 79 Sangat baik 0 Baik 71 Baik 96 Baik 67 Baik 71 Sangat baik 58 Baik 86 Baik 54 Baik 79 28% 86% 72% 14%
KATEGORI Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Tidak Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Cukup Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Tidak Baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 309
PEMBAHASAN Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Berita Dengan Strategi DWA Pada Tahap Pramenulis Tahap pramenulis adalah kegiatan yang penting dalam pembelajaran menulis teks berita. Dalam tahap pramenulis, peran guru sangat besar mengingat salah satu fungsi guru adalah sebagai fasilitator yang merencanakan dan mempersiapkan secara matang segala sesuatu yang akan diterapkan pada saat inti kegiatan belajar mengajar berlangsung (Mulyasa, 2009:53). Selain itu siswa sebagai subjek yang terlibat dalam pembelajaran juga mempunyai peran yang besar dalam menentukan keberhasilan pebelajaran. Setahap demi setahap kemajuan siswa dicatat dalam catatan guru untuk diamati dan direfleksikan guna menunjukkan seberapa jauh perubahan belajarnya. Salah satu strategi yang dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita yaitu dengan digunakannya strategi DWA. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa bila memulai pembelajaran guru hendaknya memperhatikan kondisi awal siswa. Tingkatan menulis siswa maupun tingkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pemahaman kondisi awal siswa diperlukan untuk memilih bahan/materi yang cocok untuk siswa. Materi yang dianggap siswa sulit akan mengakibatkan siswa malas, tidak bergairah, sedangkan materi yang telralu mudah menyebaban siswa kurang tertantang untuk mempelajarinya. Skemata siswa juga perlu dipertimbangkan. Dengan skemata yang dimilikii siswa akan terbangun pengetahuannya tentang berita. Untuk itu, cara menulis siswa diarahkan pada
pengetahuan dan pengalaman yang selama ini dimiliki siswa. Sebab hal ini akan membantu dan berperan penting dalam menemukan pengetahuan yang baru. Kompetensi dasar (KD) harus disampaikan, demikian juga indikatorindikator yang harus dicapai siswa (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMP, 2011). Dengan demikian siswa akan lebih aktif dan dapat mengetahui sebelumnya segala sesuatu yang akan dilakukan dan apa saja yang harus dicapai. Materi pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya dari koran. Latar belakang siswa beraneka ragam meliputi jenis kelamin, tempat tinggal, kemampuan siswa, tingkat sosial ekonomi dll, harus juga diperhitungkan dan diperhatikan oleh guru (Syaiful Bahri, 2008:113). Perbedaan-perbedaan itu dapat dijadikan modal dalam pembentukan kelompok berpasangan. Siswa yang memiliki kemampuan lebih bisa dijadikan tutor sebaya. Dengan demikian siswa yang menjadi patnernya mendapat bimbingannya selain bimbingan dari guru. Cara dan strategi mengajar yang digunakan guru juga sangat membantu proses pembelajaran. Guru tidak selalu menggunakan strategi/teknik yang konvensional saja, haruslah bervariasi, sehingga membuat siswa merasa tidak jenuh dan lebih bisa memahami tujuan pembelajaran (Maylanny, 2009:21). Guru juga tidak lupa menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan siswa. Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Berita Dengan Strategi DWA Saat Menulis
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 310
Tahap ini merupakan tahap yang sangat menentukan keberhasilan tahaptahap selanjutnya. Seluruh kemampuan siswa diharapkan bisa dikeluarkan dalam kegiatan saat menulis. Guru tidak hanya bertindak sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai pembimbing, mengarahkan, dan memancing siswa agar mudah menentukan jawabanjawaban yang tepat. Perilaku guru sangat penting sebagai mediator dan fasilitator. Ini terbukti ketika mengingatkan waktu yang diperlukan siswa dalam menulis teks berita. Arahan, balikan, masukan dan anjuran guru sebagai pembimbing siswa dalam menulis teks berita siswa. Disamping itu tutor teman sebaya juga berfungsi sebagai pembimbing selain guru. Sedangkan guru bisa berjalan dan mendatangi setiap kelompok pasangan yang memerlukan bimbingan. Hasil kerja siswa dibacakan kepada patner siswa merupakan salah satu cara bimbingan sebaya untuk mendapatkan masukan, balikan, dan anjuran. Sedangkan observer mengamati tindakan guru dan tingkah laku siswa saat menulis teks berita. Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Berita Dengan Strategi DWA Pascamenulis Langkah selanjutnya adalah publikasi. Publikasi di sini dapat dimaknai sebagai proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk publikasi ini sangat beragam. Apakah media yang digunakan dalam bentuk buku, surat kabar, atau lainnya. Semuanya itu tergantung pada penulis dan kesesuaian tulisan dengan media yang dituju (Sukino, 2011:29). Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempubikasikan
tulisan. Yang penting, ide dengan wadah media harus relevan. Sebagai penulis pemula, mestinya harus realistis, cobalah memulai mempublikasikan pada media lokal. Di sini bukan berarti kita pesimis untuk menembus media nasional, bahkan internasional sekalipun. Dalam tahap ini siswa diajak untuk bertanggungjawab atau berani menampilkan hasil kerja/hasil belajar siswa untuk dipamerkan di depan kelas (papan tulis) untuk mendapat respon dari teman lain. Memang tidak dipungkiri bahwa pada saat awal semua tidak mau untuk dipubliasikan hasil kerjanya. Setelah guru menyuruh salah satu siswa yang dianggap pandai dan mendapat hasil yang baik bersedia,maka yang lainpun ikut-ikut untuk dipamerkan. Itu semua setelah guru memberitahukan bahwa respon orang lain itu perlu untuk mengetahui pendapat-pendapat tentang tulisan yang dibaca. Relevansi Praktis Temuan Penelitian Relevnsi Antara Temuan Penelitian Dengan KTSP Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks berita melalui strategi DWA dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa yang terwujud dalam prestasi belajar. Dari dua siklus yang diterapkan, terbukti hasilnya sudah memenuhi harapan KTSP yaitu pelaksanaan pembelajaran menulis teks berita yang terdiri atas tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis merupakan implementasi kurikulum karena acuan pelaksanaannya adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran sebagaimana yang disarankan dalam KTSP.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 311
Pembelajaran dengan strategi DWA yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan penekanan konsep kurikulum berupa pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar kompetensi tertentu dan hasilnya disarankan peserta didik. Penelitian ini juga merupakan salah satu usaha pengembangan kurikulum karena terdapat penetapan kompetensi yang akan dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai kompetensi dan kemajuan startegi DWA, dan evaluasi pencapaian kompetensi berupa unjuk kerja. Dari relevansi di atas, bisa diuraikan pengembangan kurikulum (KTSP) hubungannya dengan hasil penelitian sebagai berikut. 1) Pengembagan KTSP berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, dan minat, serta pola pikir siswa sebagai refleksi apa yang telah dipelajari. Dalam hal ini adalah keterampilan menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas dan proses. 2) Pengembangan KTSP mendudukkan kompetensi siswa sebagai acuan menentukan materi pembelajaran, sehingga ini berfungsi sebagai wahana sekaligus substansi yang perlu dikuasai siswa. 3) Pengembangan KTSP memberi perhatian pada hasil yag diperoleh melalui proses. Proses pembelajaran menulis teks berita terdiri atas tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis. Pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang terjadi pada proses pembelajaran yang baik sangat menentukan hasil belajar siswa. 4) Pengembangan KTSP memberikan tempat terhadap penerapan pembelajaran dengan strategi DWA yang membawa siswa ke dalam suasana kegiatan belajar tatap muka,
kerja/diskusi kelompok pasangan, tutorial, unjuk kerja yang berlangsung di dalam kelas. Relevansi Antara Temuan Penelitian Dengan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Hasil penelitian peningkatan keterampilan menuls teks berita melalui strategi DWA menunjukkan adanya praktik kegiatan pembelajaran yang diupayakan memenuhi batasan belajar dan mengajar di atas. Pada kegiatan pembelajaran, baik tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis yang dimunculkan adalah terjadinya kerjasama antar siswa dalam satu patner siswa belajar. Dengan adanya patner belajar siswa akan mengenal, memahami, menjelaskan, menghargai, dan bekerja sama. Dengan kegiatan tersebut membuat mereka akrab dan menyenangkan (Balitbang Depdiknas, 2002:5). Proses belajar juga tampak pada saat menulis, yaitu saat siswa harus mencurahkan pikirannya untuk menemukan ide-ide sebagai bahan tulisan. Disamping itu siswa akan belajar menerapkan pemikiran teman sebangku, gurunya hasil dari tukar pendapat. Proses mengajar oleh guru berupa keterampilan mengajar teah jelas ditemukan dalam penelitan ini. Keterampilan bertanya guru kepada siswa untuk meningkatkan skemata siswa, keterampilan memberi penguatan, keterampilan membimbing siswa dalam melaksanakan strategi DWA, dll. Relevansi Antara Temuan Peneliti Dengan Guru Bahasa Indonesia Hasil penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 312
melalu strategi DWA ini jelas membuktikan bahwa dalam kenyataannya guru memegang kunci keberhasilan para siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang telah diterapkan. Mulai dari tahap pramenulis, saat menulis, dan tahap pascamenulis sudah dikondisikan oleh guru untuk membangun skemata siswa tentang menulis teks berita, dengan mengikuti angkah-langkah strategi DWA. Tanpa bantuan guru, siswa akan kesulitan memahami mengenai apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Peran guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis teks berita pada pascamenulis juga tidak kalah penting. Peran guru bahasa Indonesia sebagai fasilitator, tetap berlanjut pada saar memberikan evaluasi, yaitu mengoreksi jawaban teman sendiri. Setelah dinilai guru memberi perintah untuk mempublikasikan hasil belajar pekerjaan siswa di mading. Seiring dengan itu penguatn berupa pujian dan hadiah diberikan kepada siswa yang berprestasi mengakibatkan siswa puas dan senang. Dilanjutkan dengan menyimpulkan pembelajaran hari itu. Dari uraian di atas, bisa dipahami bahwa guru bahasa Indonesia harus menjadi mitra yang baik, menyenangkan, dan bisa memfasilitasi kegiatan belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan skenario yang direncanakan. Itu semua tidak lepas dari profesionalisme guru bahasa Indonesia untuk selalu ditingkatkan dan dikembangkan demi terwujudnya pembelajaran yang ideal dan berkualitas. Relevansi Antara Temuan Penelitian Dengan Siswa Hasil penelitian peningkatan keterampilan menuli teks berita melalui strategi DWA ini telah menunjukkan
bahwa siswa diajak secara aktif oleh guru. Keaktifan siswa ini terlihat dalam mengikuti dan melakukan pembelajaran dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Aktifitas yang dilakukan siswa diantaranya mengungkapkan skemata pengetahuan tentang berita di koran dan di televisi. Dalam kegiatan berpasangan, siswa saling memberi masukan, balikan, dan anjuran kepada patner siswa. Aktivitas siswa itu dirasa siswa sebagai tanggungjawab, kerja sama, saling menghargai, tampak dalam saat saling memberi pendapat dengan patnernya. Relevansi Antara Temuan Penelitian Dengan Sarana Prasarana Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis teks berita melalui strategi DWA ini menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran ini tidak lepas dari tersedianya sarana prasarana. Pada tahap pramenulis sarana yang digunakan ialah koran Radar Jember yang kebetulan sekolah berlangganan, sehingga mudah untuk mendapatkan. Bila diperhatikan,upaya menemukan jalan keluar dari hasil belajar siswa menulis bisa berawal dari kemampuan siswa yang kurang biasa membaca, ditambah lagi guru masih sering terpaku dengan LKS sebagai satu satunya sumber materi pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Secara umum, melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif dengan strategi DWA terdapat peningkatan kemampuan menulis teks berita secara singkat, jelas, dan padat siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember, baik peningkatan proses maupun hasil belajar. Peningkatan proses pada siklus I
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 313
meliputi aktivitas siswa yang tidak muncul seperti keterlibatan dalam motivasi/skemata siswa, siswa memperhatikan bimbingan guru, siswa aktif belajar dalam pasangannya, dan kesediaan siswa mempublikasikan hasil kerjanya muncul di siklus II. Sedangkan pada siklus II, aktivitas siswa tidak muncul seperti keterlibatan dalam motivasi/skemata siswa, merespon hasil kerja siswa lain, dan Kesediaan menjadi patner/pasangan belajar karena siswa sudah memahami tugas dan kewajibannya. Peningkatan proses juga dapat dilihat pada jurnal belajar siswa pada siklus I yakni sebagian besar siswa belum paham/mengerti baik tentang menentukan pokok-pokok berita, mengembangkan menjadi teks berita, dan mengedit mengalami perbaikan di siklus II. Demikian juga tentang usaha/cara untuk mengatasi kesulitannya, mereka tidak hanya belajar saja juga bertanya pada teman/gurunya. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 8 siswa atau 27,6% (28%) memperoleh ≥ 75, sedangkan 21 siswa atau 72,4% (72%) memperoleh ≤75 ini berarti kategori cukup baik. Dan ada peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil sebelum diberi tindakan dengan strategi DWA yang hanya 2 siswa atau 7% memperoleh ≥ 75 dengan kategori tidak baik. Peningkatan juga terjadi pada siklus II yakni sebanyak 25 siswa atau 86.20% memperoleh ≥ 75. Sisanya 2 siswa tidak masuk sekolah dan 2 siswa yang lain memperoleh nilai ≤ 75. Secara klasikal ketuntasan tercapai. Keberhasilan tindakan mengalami peningkatan juga yakni kategori sangat baik dibanding pada siklus II.
Dengan demikian berdasarkan hasil kegiatan dan hasil belajar siswa dapat dikatakan juga siswa lebih antusias dan senang dalam kegiatan menulisteks berita serta tidak lagi menganggap bahwa menulis adalah kegiatan yang sulit untuk dilakukan karena mereka telah mengetahui langkah-langkah menulis. Dengan kata lain bahwa keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember melalui strategi DWA meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti bermaksud memberikan saransaran kepada beberapa pihak berkaitan dengan pembelajaran menulis di skolah. Saran dalam laporan penelitian ditujukan kepada (1) guru bahasa Indonesia yang berhadapan dengan masalah pembelajaran menulis di kelas VIII SMP, (2) penyusun dan pengembang buku pelajaran bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII, dan (3) peneliti lanjutkan dibidang pembelajaran menulis. Secara khusus, saran-saran sebagai berikut. Pertama, untuk meningkatkan kemampuan menulis, guru bahasa Indonesi SMP Negeri 13 Jember disarankan merancang pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan atau strategi DWA. Untuk kepentingan itu, temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternative model pembelajaran. Selain itu, sebagai guru hasil penelitian sebanyak dua siklus telah memberi masukan yang berharga terutama pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hendaknya guru benar-benar merancang pembelajaran sesuai dengan alokasi yang dibutuhkan, langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan KD yang ditetapkan, dan evaluasi yang proporsional dengan bahan/materi yang
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 314
diajarkan. Kedua,pihak pengembang buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP dapat menjadikan hasil penelitian sebagai informasi tentang cara meningkatkan kemampuan menulis yang dimiliki siswa kelas VIII melalui pembelajaran yang menggunakan strategi DWA. Hasil penelitian merupakan masukan dalam menata materi pembelajaran dan langkahlangkah pembelajarannya, terutama membaca teks berita. Ketiga, Karena penelitian ini hanya terfokus di kelas VIIIA SMP Negeri 13 Jember, peneliti lain yang tertarik pada penelitian bidang pembelajaran menulis teks berita dapat mengembangkan penelitian serupa pada latar kelas dan sekolah yang berbeda. Peneliti dimasa mendatang disarankan mengembangkan atau menerapkan berbagai strategi, metode, atau teknik pembelajaran untuk memberikan jalan keluar sesuai dengan masalah-masalah dalam pembelajaran di kelas.
DAFTAR RUJUKAN Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Bandung: Yrama Widya. Arikunto, S. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Balitbang, Depdiknas, 2002, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran, Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia SMP dan MTs, Jakarta. Christine, Maylanny. 2009. Strategi Dan Teknik Mengajar Dan Senang. Bandung:PT Satria Pura Inves. DEPDIKNAS, 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta.
DEPDIKNAS, 2005. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar. Jakarta. DEPDIKNAS, 2002. Materi Diklat Guru Bahasa Indonesia SLTP Jawa Timur. Surabaya: Balai Penataran Guru (BPG). Direktorat Pembinaan dan Pelatihan, 2008. Panduan Belajar Mandiri Bagi Guru Bahasa Indonesia SMP, Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar.Jakarta:PT Renika Cipta. Mistar, J, 2010. Pedoman Penulisan Tesis, Program Pasca Sarjana Unisma: Malang. Mulayana. 2009. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung. Rosda. Sukino, 2011. Menulis Itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer. Soewandojo,dkk,1992. Pelajaran Struktur Bahasa Indonesia SMP, Surabaya. Kendang Sari. Sudjana,Nana.1992. Penialain Hasil Belajar Mengajar. Bandung, Remaja Rosdakarya. SMP 13. 2010. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar. Jember. Tarigan,HG, 2009. Strategi Pengajaran Dan Pembelajaran Bahasa, Bandung: Angkasa. Tarigan,HG. 1992. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,Bandung:Angkasa. Wahyuni, Sri. 2012. Assesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang:Pascasarja. Unisma.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ________________________________Halaman | 315