peran keluarga dalam pemberian asi eksklusif di ... - Pasca Unhas

417 downloads 7263 Views 255KB Size Report
keluarga akan sangat mempengaruhi ibu dalam hal pemberian ASI Eksklusif ini. Tujuan penelitian ..... International Breastfeeding Journal 2008, 3:26. Centre for ...
PERAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN JENEPONTO

FAMILIY’S PART OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN JENEPONTO REGENCY

Rasyika Nurul Fadjriah1, Suriah1, Asiah Hamzah 2 1

2

Bagian Promosi Kesehatan , Universitas Hasanuddin, Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, FKM Unhas, Makassar

Alamat Korespondensi : Rasyika Nurul Fadjriah Abubakarlambogo No.90 HP. 085299636703 E-mail : [email protected]

1

Abstrak Pemerintah telah menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) cakupan ASI Eksklusif senilai 80 %. Namun di Kabupaten Jeneponto pada tahun 2012 hanya mencapai 29,3 %. ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa penambahan apapun termasuk air putih kecuali vitamin atau obat-obatan. Keluarga merupakan pihak terdekat dari seorang ibu. Sehingga tentunya peran keluarga akan sangat mempengaruhi ibu dalam hal pemberian ASI Eksklusif ini. Tujuan penelitian untuk menilai peran keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif. Data penelitian berupa pemahaman keluarga mengenai ASI Eksklusif dan manfaatnya serta dukungan sosial keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif. Desain penelitian adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan kurangnya pemahaman keluarga mengenai ASI dan manfaatnya. Dengan pemahaman yang kurang tersebut mengakibatkan keluarga tidak mampu memberikan dukungan sosial yang baik terhadap pelaksanaan ASI Eksklusif di daerah ini. Olehnya itu, diharapkan adanya perhatian yang besar dari petugas kesehatan setempat untuk semakin meningkatkan penyuluhan, konseling dan pendampingan ASI Eksklusif kepada ibu serta keluarga, khususnya suami yang merupakan orang terdekat dari seorang ibu. Kata Kunci: ASI, Peran Keluarga, Kualitatif Abstract The government has regulation about Exclusive Breastfeeding is about 80% (Minimum Attendance Standard). Nevertheless, ini Jeneponto Regency on 2012, the Exclusive Breastfeeding is only about 29,3%. Exclusive Breastfeeding is the gift of breastfeeding only without the other drink or food, although the water drink except vitamin or the other mineral drugs. Familiy is a part beside mother. So that, family’s part will give a contribution to mother’s behavior about exclusive breatfeeding. The aim of this research is to assess the part of family about exclusive breastfeeding. Data of the research is about knowledge and the advantages of family about exclusive breastfeeding and the the social support about exclusive breastfeeding. Design of this research is qualitative. Data collection method was done with indepth interview. The result of this research showed the family’s knowledge is so low about exclusive breastfeeding and it advantages. So that, with a less knowledge, the family can not give a social support about exclusive breastfeeding in this regency. So that from this research, we can say that it is need more care from Health Departement and health facilitator, to increase more espionage, conseling and promotion about exclusive breastfeeding and expecially for husband as a person beside mother. Key Word: Breastfeeding, Family’s Part, Qualitative

2

PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia telah menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk ASI Eksklusif 80%. Akan tetapi, berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Indonesia mulai tahun 2008 sampai 2011 menunjukkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif hingga pada tahun 2010 angka tersebut hanya mencapai 15,30%. Diantara salah satu daerah yang juga memiliki cakupan ASI Eksklusif yang rendah adalah di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, dimana cakupan ASI Eksklusif mulai tahun 2008-2012 juga sangat jauh dari SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 menunjukkan cakupan ASI Eksklusif hanya mencapai angka 28,30%. Keadaan ini tentunya sangat menyedihkan negeri ini, mengingat betapa besarnya manfaat pemberian ASI Eksklusif ini terhadap kesehatan bayi. Keluarga merupakana orang terdekat dengan Ibu. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Keluarga dalam hal ini suami atau orang tua dianggap sebagai pihak yang paling mampu memberikan pengaruh kepada ibu untuk memaksimalkan pemberian ASI Eksklusif. Akan tetapi beberapa hasil penelitian menunjukkan kurangnya peran keluarga dalam memberikan dukungan kepada ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif ini. Diantara hasil penelitian tersebut adalah hasil penelitian oleh Monica., (2010) di Brazil memperlihatkan bahwa peran keluarga sangat menentukan perilaku Ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Nemeh dan akwan-kawan tahun 2010 yang mneyebutkan bahwa adanya program dukungan yang diberikan oleh suami dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif oleh ibu kepada bayinya. Olehnya itu, penelitian ini ingin dilakukan dengan tujuan untuk menilai peran keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jeneponto.

3

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sample penelitian Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jeneponto dengan pertimbangan rendahnya cakupan ASI Eksklusif di daerah ini. Informan penelitian adalah keluarga ibu yang memiliki bayi. Dalam hal ini suami dan orang tua dari ibu bayi. Desain penelitian adalah kualitatif. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan agar diperoleh informasi yang maksimal dari para keluarga mengenai peran mereka dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data

dimana

pada

tahap

ini

dilakukan

pemilihan

data,

pemusatan,

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ditemukan di lapangan. Tahap selanjutnya adalah penyajian data yaitu menyajikan data yang telah dianalisis pada alur pertama, disajikan dalam bentuk naratif. Tahap akhir adalah melakukan penarikan kesimpulan dengan mencari makna benda-benda dan peristiwa pola-pola dan alur sebagai akibat untuk membangun preposisi.

HASIL Karakteristik Informan Informan keluarga terdiri dari ayah dan nenek bayi. Para nenek berkerja sebagai IRT dan ayah bekerja sebagai Wiraswasta. Latar belakang pendidikan keluarga beragam, ada yang hanya tamat SD, ada yang tamat SMA, ada pula yang menyelesaikan pendidikan hingga di bangku kuliah. Para ibu bayi yang bekerja, pada umumnya menyerahkan pengasuhan anak mereka kepada neneknya. Desain penelitian adalah kualitatif.

4

Pemahaman Keluarga tentang ASI Eksklusif Dari hasil wawancara yang dilaksanakan, diperoleh informasi bahwa keluarha masih sangat kurang memahami mengenai ASI Eksklusif. Sebagaimana beberapa kutipan wawancara berikut ini: “Dikasih air tetek anak-anaka dari na lahir..supaya cepat besar. Kalo nda lancar air tetek na waktu melahirkangi, dikasihmi susu botol anak-anaka” (JM, 40 thn, IRT) “Iye..ASI yang diberikan ke anak ta sampainya 6 bulan..Cuma nda mauki ini anak menyusui..jadi dikasih saja susu botol begitu…” (A, 20 thn Wirasuasta)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa keluarga yang berlatar belakang pendidikan rendah belum memahami dengan baik mengenai ASI Eksklusif. Adapun keluarga yang bekerja dimana mereka tentunya berpendidikan tinggi sehingga mereka memahami mengenai ASI Eksklusif, akan tetapi mereka belum sampai pada tingkat aplikasi pemberian ASI Eksklusif dengan alasan kesibukan kerja. Pemahaman Keluarga mengenai manfaat ASI Eksklusif untuk bayi Seperti halnya dengan pemahaman keluarga tentang ASI Eksklusif, pemahaman tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif pun masih belum diketahui dengan baik oleh keluarga. Berikut kutipan wawancaranya: “Supaya lebih baeki anak dibanding susu botol bede’…” (DG 38 thn, Sopir Pete-pete) Iye..lebih baeki bedeng air tetek tapi kalo begini mi nangis terus..mana mama na juga pergi mengajar..jadi dikasihmi saja susu botol ka…” (A,49 thn, IRT) “Iye..bagus untuk kecerdasannya anak..pokoknya banyak manfaatnya” (A, 20 thn Wirasuasta)

Hasil wawancara di atas menunjukkan keluarga mengetahui bahwa ASI itu lebih baik daripada susu formula, akan tetapi mereka tidak mengetahui manfaat tersebut secara rinci. Pemahaman Keluarga tentang manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu Ketika keluarga mengetahui bahwa ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayinya tetapi juga untuk dirinya sendiri maka tentu dia akan berusaha memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada 5

bayinya. Berikut kutipan wawancara keluarga ketika dimintai tanggapannya mengenai manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu: “Nda taumi juga..sama mi itu..” (DG 38 thn, Sopir Pete-pete) “Ya pokoknya bagus juga untuk mamanya..” (A, 20 thn Wirasuasta)

Hasil penelitian menunjukkan para keluarga belum memahami dengan baik mengenai manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu. Dukungan Sosial Keluarga (Suami/ Orang Tua) Dari hasil wawancara, didapatkan informasi bahwa ternyata keluarga tidak memberikan dukungan sosial yang baik kepada ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi. Ketika ASI tidak lancar, maka Ayah menyarankan pemberian susu formula. Begitupun dengan nenek bayi yang menyarankan pemberian makanan tambahan saat bayi masih berusia 4-5 bulan dengan alasan bahwa dahulu juga si nenek melakukan hal yang sama pada anaknya dan mereka tetap tumbuh besar. Berikut kutipan wawancaranya: “Kalo saya memang bagus kalo air tetek na mama na..tapi ka nda lancarki mana ini anak waktu na lahir sakit-sakitki na slalu menangis..mana saya juga pergi cari penumpang..jadi bilang kasihmi saja susu botol…”

(DG 38 thn, Sopir Pete-pete) “Iye..saya juga mendukung skali itu..slalu saya kasih semangat mamanya tapi begitumi..ka kerjai juga to..”

(A, 20 thn Wirasuasta) “Iye memang lebih baekji air teteka bedeng..tapi ka kalo tidak maumi keluar..jadi kukasihmi saja susu botol to..na mama na ini juga mengajarki…edede bagemanami”

(A,49 thn, IRT) Kutipan wawancara nenek bayi: “Baguski itu kalo air tetek dikasih..apalagi lancarji jadi kubilang air tetek nu mo saja kasih kangi, umur 4-5 bulan baru na nu kasih makanan tambahan”

(JM 40 thn, IRT) “..ee anu juga dulu saya kukasihki tantena susui waktu nda lancar susu na mama’na..biasa juga begitu..”

(DN, 50 thn, IRT) Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya para keluarga mengetahui tentang ASI Eksklusif namun mereka tidak memberikan dukungan sepenuhnya, khususnya mengenai cara mengatasi ASI ketika tidak

6

lancar sehingga para ibu lebih menyukai memberikan susu formula kepada bayinya.

PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa belum memadainya peran keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jeneponto. Keluarga dalam melaksanakan perannya, tentunya harus mengetahui terlebih dahulu mengenai ASI Eksklusif, manfaatnya untuk bayi maupun Ibu serta cara mengatasi ASI jika tidak lancar. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman keluarga tentang ASI Eksklusif memang belumlah memadai. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian oleh Nayak Sunil., (2011) di kota Surat dengan judul ”Breast Feeding Practises In Urban Community Of Surat City” menunjukkan bahwa persepsi seseorang itu dapat mempengaruhi perilakunya dalam pemberian ASI Eksklusif kepada anaknya. Oleh sebab itu, hal terpenting yang harus dimiliki keluarga adalah pemahaman yang baik mengenai manfaat ASI Eksklusif yang tidak didapatkan dari susu formula termahal sekalipun. Selain pengetahuan yang memadai yang harus dimiliki oleh keluarga mengenai ASI Eksklusif ini maka keluarga juga harus senantiasa memperhatikan kondisi ketenangan psikologis seorang ibu. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa ketenangan batin/ psikologis seorang ibu akan mewarnai diri ibu yang kemudian mampu memproduksi ASI dengan lancar untuk bayinya. Seorang suami acapkali tidak memperhatikan kondisi psikologis istrinya. Kadangkala jika suami telah memenuhi nafkah lahir keluarganya maka itu dianggap cukup. Padahal seharusnya seorang suami sebagai kepala keluarga haruslah memperhatikan seluruh aspek kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Sebagaimana hasil penelitian oleh yang dilakukan oleh Amal Saleh di Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2011, menyimpulkan bahwa diantara penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif di daerah tersebut adalah dukungan suami yang rendah sehingga ibu terdorong untuk memberikan susu formula dan makanan tambahan pada bayinya yang berusia 0-6 bulan. Selain itu, juga hasil penelitian oleh jenny., (2009) yang menyebutkan

7

bahwa dukungan emosional dari ayah dalam hal pemberian ASI ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang mencakup afeksi positif, penegasan, dan bantuan. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Dukungan sosial adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu. Sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan Sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman, saudara, rekan kerja atupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai. Dalam hasil penelitian oleh Sherriff., (2011) menyebutkan bahwa suami memiliki potensi yang besar untuk memberikan dukungan kepada isterinya dalam hal pemberian ASI Eksklusif ini. Selain itu, para suami yang memiliki kesibukan kerja yang banyak, ketika menyaksikan ASI isterinya tidak lancar maka susu formula pun dianggap sebagai solusi utamanya. Padahal seharusnya para suami menganjurkan ibu untuk mengonsumsi berbagai makanan atau vitamin pelancar ASI. Kemudian yang terpenting adalah bagaimana si suami berusaha memberikan ketenangan batin kepada isterinya yang boleh ajdi hal tersebut yang menghambat ASI si isteri. Hal yang lebih menyedihkan lagi diperoleh dari informan keluarga yang menyebutkan bahwa mereka menganjurkan pemberian makanan tambahan kepada bayi sejak masih berusia 4-5 bulan. Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Monica., (2010) di Brazil memperlihatkan bahwa peran keluarga sangat menentukan perilaku Ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Fjeld., (2008) yang menyebutkan bahwa nenek dan ayah bayi yang

8

tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya. Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi

interpersonal

skill

(keterampilan

interpersonal),

memiliki

kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk beradaptasi dengan stress. Adanya peran Ayah dalam hal pemberian ASI Eksklusif ini juga didukung pada hasil penelitian oleh Juherman., (2008) yang menyebutkan bahwa peranan ayah dalam pemberian ASI berhubungan sangat nyata dengan tingkat pengetahuan ayah tentang ASI (p = 0.006 dan r = 0.348). Dari berbagai penelitian yang dikemukakan oleh Atkinson menunjukkan bahwa orang yang memiliki banyak ikatan sosial cenderung untuk memiliki usia yang lebih panjang Selain itu, juga relatif lebih tahan terhadap stress yang berhubungan dengan penyakit daripada orang yang memiliki sedikit ikatan sosial. Akan tetapi, selain berpengaruh positif bagi individu, dukungan sosial dapat juga memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi psikologis. Faktor keintiman yang berlebihan dengan teman dan penerimaan dukungan sosial yang lebih tinggi akan menyebabkan individu mudah menerima informasi yang disampaikan oleh orang lain tanpa menyeleksi informasi-informasi yang bermanfaat dan informasi yang merugikan. Akibatnya ketika individu mendapatkan informasi yang kabur (gosip) akan mengalami kecemasan dan stress hal ini sesusai dengan pendapat Hofboll (Referensi Kesehatan, 2008). Informasi lainnya yang diperoleh adalah adanya kebiasaan nenek mencarikan donor ASI jika ASI tidak lancar. Nenek cenderung memberikan penyusuan kepada tante bayi (saudara ibu) atau keluarga terdekat lainnya. Hal ini pada dasarnya bukanlah sesuatu yang menghambat pemberian ASI Eksklusif. sebagaimana yang juga telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 Tentang ASI Eksklusif, dimana di dalamnya disebutkan mengenai Pendonor

9

ASI. Pada intinya pendonoran ASI ini diperbolehkan dengan syarat yang telah ditentukan PP tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan betapa kurangnya peran keluarga mengenai ASI Eksklusif ini. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan kelaurga tentang ASI itu sendiri sehingga keluarga pun tidak mampu memberikan dukungan sosial yang berarti kepada ibu menyusui. Olehnya itu sangat diharapkan kepada Dinas Kesehatan setempat untuk semakin tegas dan konsisten dalam mengedukasi para keluarga mengenai pemberian ASI Eksklusif sebagaimana yang telah dijelaskan dalam PP No. 33 Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Saran lainnya kami tujukan kepada peneliti berikutnya untuk meneliti bagaimana peran tenaga kesehatan dalam hal pemberian informasi kepada keluarga mengenai ASI Eksklusif agar kelak dapat terlihat jelas akar penyebab kurangnya pengetahuan keluarga tentang ASI Eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA Amal, S., L., (2011). Faktor-faktor Yang Menghambat Praktik ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan (Studi Kualitatif di Desa Tridana Mulya, Kec. Landono, Kab. Konawe Selatan. Sulawesi Tenggara). Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto, (2008-2012). Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto. Jeneponto, Sulawesi Selatan. Egger, dkk, (1994). Health Promotion Strategies & Methods. McGraw-Hill Book Company Australia Pty Limited. Australia. Fjeld. (2008). 'No sister, the breast alone is not enough for my baby' a qualitative assessment of potentials and barriers in the promotion of exclusive breastfeeding in southern Zambia International Breastfeeding Journal 2008, 3:26. Centre for International Health, University of Bergen, Norway. (http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/3/1/26 diakses, 19 November 2012) Jenny, dkk. (2009). Dads make a difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in Perth, Western Australia. School of Public Health, Curtin Health Innovation Research Institute, Curtin University of Technology, Perth, Western Australia, Australia. (http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/4/1/15 diakses, 19 November 2012) 10

Juherman, Novika, Y., (2008). Pengetahuan, Sikap, dan Peranan Ayah Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/3026 diakses, 19 November 2012) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2008-2011). Profil Kesehatan Indonesia, 2008-2011. Jakarta. Kementrian Sekertariat Negara, (2012). Peraturan Pemerintah Nomor. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta Monica, O., dkk. (2010). Socio-Cultural Factors Influencing Breastfeeding Practices among Low-Income Women in Fortaleza-Ceará-Brazil: a Leininger’s Sunrise Model Perspective. Enfermeria Global No.19 Nemeh. (2010). Factors affecting intention to breastfeed among Syrian and Jordanian mothers: a comparative cross-sectional study. Department of Maternal-Child Health Nursing, School of Nursing, Jordan University of Science and Technology (JUST), Irbid 22110, Jordan. International Breastfeeding Journal 2010, 5:6. (http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/5/1/6 diakses, 19 November 2012) Notoatmodjo, S., (2005). Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Referensi Kesehatan, 2008. Psikologi dan Jiwa-Dukungan Sosial. Sherriff. (2011). Engaging and supporting fathers to promote breastfeeding: a new role for Health Visitors?. International Health Development Research Centre, University of Brighton, Falmer, Brighton. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21223346 diakses 19 November 2012) Sunil, N., dkk. (2011). Breast Feeding Practises In Urban Community Of Surat City. Inayati et al. International Breastfeeding Journal 2012, 7:3. (http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/7/1/3 diakses, 19 November 2012).

11