www.jusufsutanto.com. Sumber: Bulletin PSYCHONEWS Edisi No.1 Juli 2009.
Peran Psikologi. Sebagai Agen Pencerahan. Dalam Dunia Yang Terus Berubah
...
Peran Psikologi Sebagai Agen Pencerahan Dalam Dunia Yang Terus Berubah Jusuf Sutanto, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Pancasila www.jusufsutanto.com Sumber: Bulletin PSYCHONEWS Edisi No.1 Juli 2009
Peran Psikologi Sebagai Agen Pencerahan Dalam Dunia Yang Terus Berubah Perhatikan Posisi Semua Mahluk Hidup di Alam Semesta Alkisah di masa dinasti Sung (960 – 1277) ada seorang murid bertanya kepada gurunya, “Alang-alang liar tumbuh tinggi di depan jendela kamar guru, apakah boleh saya musnahkan?” Sang guru berkata, “Jangan sembarangan! Seperti dirimu, dia berada di situ bukan atas kemauannya sendiri, tapi sebagai akibat dari aktivitas Langit/Tian dan Bumi/Tie. Karena itu mempunyai hak hidup yang sama dengan kamu!” Sang murid berteriak, “Ahaaaa!”, bergegas lari mengambil kuas dan ember berisi cat, lalu menggoreskan kalimat “Perhatikan disposisi semua mahluk hidup di antara langit dan bumi!” Kaligrafi itu begitu kuat dan gagah karena bukan sekadar result of thinking tapi merupakan buah dari pengalaman pencerahan sehingga semua orang yang melihatnya merasa tergetar akan betapa dalam pemahaman penulisnya. Tanpa memahami lebih dulu dengan benar posisi manusia di muka bumi ini (bahasa Jawa ‘sangkan paraning dumadi‘), maka manusia akan tertatih-tatih menjalaninya.
Alam Semesta yang Menari Dalam buku “Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban”, Prof. Sjamsoe’oed Sadjad menulis tentang Tarian Benih: Mahluk hidup yang bisa bergerak ke mana-mana memerlukan makanan yang bisa mengimbangi penyebarannya melalui benih sebagai sumber kehidupan. Benih yang belum bisa disebut sesuatu yang hidup, ternyata bisa menjalankan misinya karena oleh Sang Pencipta diberi berbagai sarana supaya bisa menari dengan alam: Kulit, yang melindungi diri supaya tidak rusak dan pada saat berkecambah, berubah menjadi makanan bagi benih. ‘Layar’ supaya bisa ditiup angin dan disebarkan kemana-mana; Rumbai-rumbai supaya bisa tersangkut dan dibawa binatang atau manusia yang menyentuhnya; Bau yang memikat sehingga dimakan oleh binatang tapi tetap utuh selama di perutnya dan melalui tinja disebarkan; Sabut supaya kalau jatuh tidak pecah, bisa mengambang dibawa air. Sesudah sampai di tempat lalu menari bersama semua pihak yang ada di sekitarnya dan kemudian menjadi makanan bagi mahluk hidup, berlanjut dengan tarian bio-kimia di dalam tubuhnya. Alam semesta bukan koleksi obyek tapi komunitas subyek yang bergerak kait mengait dari masa lalu tanpa awal menuju masa depan tanpa akhir. Hukum-hukum abadi yang menggerakkan semua ini diselidiki oleh agamawan, ilmuwan, filosof, teolog, psikolog dan sebagainya. Lalu apa peran psikologi dalam membimbing manusia supaya bisa hidup lebih bahagia?
Perkembangan Science dan Pembinaan Kesadaran F. Bacon (1561 – 1628) menyatakan, “Setelah membuat teori untuk menjelaskan suatu fenomena, kita harus sekuat tenaga menyanggahkan: meletakkan di meja uji dan mengujinya dengan percobaan. Ketika terlihat celah di dalam teori tersebut, maka ilmu pengetahuan bisa maju pesat”. Kemudian dilanjutkan R. Descartes (1596 – 1650) Cogito Ergo Sum, “Saya berpikir karena itu saya ada”. Jiwa/pikiran dipi-
www.jusufsutanto.com
sahkan dan bertugas mengontrol materi/badan. Jiwa dikekang badan, self dikekang society, manusia dibatasi sehingga mau menundukkan alam. Dengan cara pandang ini maka hanya dalam 200 tahun semenjak James Watt dan Faraday menemukan mesin uap dan listrik, perut bumi dikuras habis untuk dibakar, permukaannya dicemari bahan kimia, flora dan faunanya susut, permukaan laut naik, gelombangnya tinggi, terumbu karang dan biodiversitasnya susut, iklimnya berubah, semakin banyak badai, hujan, kering berkepanjangan dengan pola yang sulit diramalkan, menyimpan senjata pemusnah massal yang setiap saat bisa diledakkan. Ini semua terjadi karena eksplorasi oleh science tidak diimbangi dengan self transformation untuk memahami kearifan! Setelah ditemukan berbagai alat untuk mengukur, muncul klaim bahwa untuk bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan harus bisa diukur. Kalau A. Maslow berangkat dari rasa tidak puas dari pendahulunya dan mempertanyakan bagaimana mungkin membuat teori mengenai manusia yang sehat dari orang yang bergaul dengan orang yang mempunyai kelainan jiwa. Kemudian ia mulai mewawancarai dan meneliti perjalanan ‘the growing tips’, orang–orang yang sukses dalam hidupnya sehingga melahirkan Teori Hirarkhi Kebutuhan. Bagaimana bisa hanya dengan mempelajari agresivitas hewan lalu membuat teori tentang manusia yang dipercaya sebagai mahluk yang tertinggi? Perkembangan Psikologi juga merupakan bagian dari science sehingga sedikit banyak pasti ikut terpengaruh.
Akar Krisis yang Melanda Dunia Apakah berasal dari nature atau sedang dicoba oleh Sang Penciptanya atau akibat ulah manusia, karena hanya bisa dilakukan oleh orang berpendidikan tinggi lulusan perguruan tinggi paling terkemuka di dunia. Karena itu inti persoalannya terletak pada belum memahami sepenuhnya hakikat tumbuh menjadi besar. Sistem sosialis muncul sebagai reaksi pada yang besar bertindak sewenang-wenang, sehingga usaha swasta dilarang dan yang boleh besar hanya negara, tapi akhirnya kolaps. Di negara liberal, yang bisa menjadi besar mega-korporasi, lalu menjadi penyebab krisis dan kolaps juga. Manusia memang harus disadarkan sebagai bagian dari alam semesta yang terus bergerak kait mengkait menari bersamanya. Lantas bagaimana caranya?
Manusia sebagai Mahluk Sosial
Road Map Menjadi Besar Menurut Alam
Alkisah ada seorang narapidana yang dihukum mati dan berkat usaha kerasnya meminta perkaranya ditinjau, berhasil menjadi hukuman seumur hidup. Tapi oleh penjaga penjara, ia dibiarkan hidup tanpa diberi pekerjaan apapun, sehingga mengalami frustrasi. Lalu minta dengan sangat supaya diberi pekerjaan apa saja! Oleh penjaga ditugaskan menggali sebuah bukit dan memindahkan tanahnya untuk menguruk suatu tempat yang rendah. Dia lakukan perintah itu dengan penuh semangat sampai tuntas. Ketika dia melaporkan hal itu dan minta diberi tugas selanjutnya, dia diminta mengembalikan tanah itu ke tempat semula. Keesokan harinya dijumpai dia mati bunuh diri. Manusia bukan mahluk yang hidup untuk dirinya sendiri, tapi bersama-sama dengan manusia yang lain dalam alam semesta. Dia ingin hidupnya berguna bagi sekelilingnya. “Saya ada karena kamu ada“, karena itu orang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, tapi harus bersama-sama dengan yang lain.
“LANGIT, di atas kita yang tampak seperti massa yang terang benderang. Tapi kalau dipandang dalam kemampuannya yang tak terbatas, maka matahari, bulan–bintang–dan semua yang terkait, tidak ada yang tidak diliputnya. SEGENGGAM TANAH dari bumi yang kita pijak, dalam keluasan dan kedalamannya mampu menyanggah gunung Hua dan Yueh tanpa merasa berat, mengandung sungai dan lautan tanpa pernah bocor sehingga membuat semuanya berkelanjutan. GUNUNG di depan kita, tempat tumbuhnya segenggam jerami, tetapi di dalam keluasannya dapat tumbuh di atasnya rumput, pohon sehingga burung dan lebah bisa tinggal di dalamnya serta menyimpan banyak mineral untuk ditemukan. SATU SENDOK AIR di hadapan kita, dengan kedalaman yang tak terukur, bisa menghasilkan raksasa, naga, ikan dan kura-kura sehingga kemakmuran bisa terjadi.” (Kitab Tengah Sempurna Chung Yung)
Manusia Selalu Gelisah Mencari Makna dalam Hidup yang Fana Beberapa tahun lalu media TV pernah menayangkan film kartun tentang kisah seorang bhiksu cilik bernama Ikkyu. Pada suatu hari dia nampak tergesa-gesa dengan wajah serius dan membawa tas yang cukup berat. Ketika ditanya oleh temannya, “Dari mana nih?”, dia hanya menunjukkan tangannya ke belakang sambil menggelengkan kepala sambil berkata, “Tidak tahu”. Kemudian ditanya lagi: “Lalu mau kemana?” Ikkyu menujukkan tangan ke depan dan juga menggelengkan kepala sambil berkata, “Tidak tahu“. Saking kesalnya, temannya mendamprat, “Kok selalu jawabannya tidak tahu!” Ikkyu menjawab, “Siapa bilang tidak tahu, saya tahu kok!”, “Coba ceriterakan apa yang kamu tahu?“ “Maaf sebenarnya saya sungguh tidak tahu! “. Keesokan harinya, ketika kembali bertemu dengan kawannya, Ikkyu menjelaskan duduk persoalannya, “Ketika kamu bertanya dari mana, saya kira kamu ingin tahu darimana saya sebelum dilahirkan ke dunia, tentu saja tidak tahu. Ketika kautanya mau kemana, saya kira kamu ingin tahu kemana saya pergi setelah mati nanti, mana kutahu. Memang saya tahu suatu saat setiap orang akan mati, tapi mengenai waktunya tidak ada yang tahu!” Karena tidak menyadari bahwa hidup ini terus berubah dan yang tetap hanya semua itu berubah, maka manusia lalu kebingungan dan akhirnya hidup dalam penderitaan. Padahal dari bunga-bunga bisa belajar. Meski tidak lama, bunga akan layu dan gugur tapi tidak pernah berhenti untuk mekar sepenuh-penuhnya.
Psikologi sebagai Agen untuk Pencerahan Alkisah seorang ibu yang melihat anaknya sedang asyik bermain dengan seekor katak sambil tertawa-tawa. Ketika didekati, ternyata kedua kaki (organ paling vital untuk melompat) katak itu dipotong se-hingga menggelepar-gelepar kesakitan. Sang ibu menegur, “Mengapa kaulakukan hal itu dan bagaimana kalau ada orang yang memotong kaki ibu untuk dijadikan mainan seperti kamu?” Anak itu tertegun dan air matanya menetes. Ibunya mengusap mata anak itu dengan bajunya sambil berkata, “Sekarang kamu bisa merasakan betapa sakitnya katak itu”. Air mata anak itu turun semakin deras! Vimalakirti 500 SM mengungkapkan transformasi kesadaran sebagai berikut: “Di gunung Semeru, tersimpan biji lada. Dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta. Karena alam semesta sakit, saya ikut merasa sakit; Karena manusia menderita, maka saya ikut menderita“.
Menjadi besar adalah hal yang wajar di dalam semua kehidupan di alam semesta ini. Dimulai dengan bertanggungjawab pada dirinya sendiri, lalu maju bersama teman dan akhirnya menghidupi keseluruhan! Nature mengajar bahwa menjadi besar berarti memberikan kehidupan bagi keanekaragaman. Mengapa Culture buatan manusia, justeru menimbulkan masalah karena mau menguasai segalanya?
Pengembangan Diri Secara Penuh (TU Weiming) “Learning to be human, Learning for the sake of the Self”. Self is not as isolated atom, not as a a single and separate individuality. Self as a being of relationship in this sense is the sum of its relationship. Self as a center of relationship. Self develops continuously, not as closed system. Always open to other dimensions of human experience and human – relatedness. Ever expanding process in an ever growing network of human relatedness. Go beyond selfishness and self-centeredness. Enter into continuous dialogue with others within the human relationship. A truly Self Realization!
Penutup Manusia yang mengalami stres dan depresi semakin banyak jumlahnya di seluruh dunia. Ironisnya ini terjadi dalam kelimpahan material dan di saat ilmu pengetahuan sedang mendemostrasikan kehebatannya dengan penemuan-penemuan yang spektakuler. Itu berarti hanya mampu menghilangkan penderitaan fisik saja dan masih belum berhasil mengatasi penderitaan mental. Mengapa kita tidak berani mulai dengan mengembangkan pendekatan psikologi alternatif yang berasal dari Kearifan Timur yang memang berangkat dari prinsip nondualisme antara badan dan jiwa sehingga terjadi sinergi antara pendekatan Barat dan Timur. Bukankah Pancasila sudah mengajarkan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, Sang Penciptanya, merupakan bagian dari Kemanusiaan yang universal dan bagian dari bangsa dan negaranya? Fuad Hassan menyatakan bahwa neurosis sesungguhnya adalah sociosis, ketidakmampuan seseorang untuk hidup bersama dalam masyarakat yang terbuka. “Aku hanya bisa tumbuh sampai Kami dan tidak bisa berkembang menuju Kita.” Amerika Serikat adalah contoh sistem demokrasi dan sudah diperkuat dengan dukungan science dan pendidikan, tapi juga tidak berhasil menjadi Melting Pot bagi warganegaranya, dan akhirnya hanya sebagai Salad Bowl yang intinya adalah Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu Indonesia yang terdiri dari 300 grup etnis, bisa diibaratkan seperti pengemis yang pergi jauh untuk mengemis dengan menggunakan mangkok dari emas. Kalau sadar, maka orang lain yang akan datang untuk belajar dari kita karena kalau benar masalah stres dan depresi yang dialami orang di negara maju disebabkan karena teralienasi dengan dirinya sendiri, sesama dan alam semesta, maka barangkali inilah jawabnya!