Perbandingan Berbagai Macam Jenis Pupuk Pada Pertumbuhan Tanaman
Tomat. Dyah Desiana (2307100032) dan Alifia Nur Rahmah (2307100057).
Perbandingan Berbagai Macam Jenis Pupuk Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat Dyah Desiana (2307100032) dan Alifia Nur Rahmah (2307100057) Pembimbing :Prof.Dr.Ir.Gede Wibawa, M.Eng. dan Prof.Dr.Ir.Arief Widjaja, M.Eng. Laboratorium Thermodinamika dan Biokimia Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS Kata kunci : pupuk organik, mikroorganisme penambat N, mikroorganisme pelarut P, tomat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri yang optimal sebagai campuran pupuk organik pada tanaman tomat dan melihat perbedaan pertumbuhan tanaman bila menggunakan pupuk NPK, pupuk organik dan tanpa pupuk. Secara garis besar penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan hasil pupuk organik dari berbagai macam mikroorganisme, khususnya mikroorganisme penambat N dan mikroorganisme pelarut P yang dibutuhkan oleh tanaman dengan pupuk NPK dan tanpa pupuk. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode counting chamber untuk mengetahui perkembangan jumlah sel mikroorganisme dalam masing-masing variabel tanah dan analisa kadar N, P dan K, masing-masing dengan menggunakan metode kjeldahl untuk analisa kadar N, spektrofotometri untuk analisa kadar P, dan flamefotometri untuk analisa kadar K. Pupuk yang paling optimal (lebih cepat menghasilkan buah) bila digunakan pada tanaman tomat adalah pupuk organik dengan penambahan pelarut P dibandingkan dengan tanpa pupuk atau dengan pupuk NPK. Namun, untuk pupuk NPK, hasil pada pertumbuhan tanaman batang dan daunnya menjadi lebih besar tetapi kandungan air dalam tanah menjadi sedikit dan daun tanaman terlihat layu. 1. Pendahuluan Peningkatan produktivitas tanaman dengan menggunakan pupuk anorganik bukan merupakan langkah yang bijaksana mengingat akhir-akhir ini terjadi peningkatan konsumen yang menghendaki produk pertanian yang bebas residu pestisida dan pupuk buatan agar produk tersebut aman dikonsumsi dan terciptanya lingkungan hidup yang sehat. Dalam sistem pertanian organik pemanfaatan biofertilizer (pupuk organik) untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman sangat penting. Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui jenis bakteri yang optimal sebagai campuran pupuk organik pada tanaman tomat serta membandingkan pertumbuhan tanaman tomat bila menggunakan pupuk NPK, pupuk organik dan tanpa pupuk. 2. Metodologi Melakukan pembiakan mikroorganisme pelarut P (Aspergillus niger dan Pseudomonas aeruginosa) dan mikroorganisme penambat N (Azotobacter), kemudian membuat suspensi mikroorganisme penambat N (Azotobacter), mikroorganisme pelarut P (Pseudomonas aeruginosa dan Aspergillus niger), dan larutan EM (Effective Microorganism) 4, serta larutan pupuk NPK. Selama melakukan pembiakan mikroorganisme, melakukan pula pembuatan kompos karena pembuatannya butuh waktu lama. Kemudian mencampur tanah sebanyak 1562,5 gram dengan kompos sebanyak 224,8 gram dan mencampurnya dengan variabel, sehingga didapatkan 7 variabel, yakni variabel tanah, variabel tanah + kompos, variabel tanah + kompos + mikroorganisme pelarut P (Aspergillus niger dan Pseudomonas aeruginosa), variabel tanah + kompos + mikroorganisme penambat N (Azotobacter), variabel tanah + kompos + mikroorganisme pelarut P (Aspergillus niger dan Pseudomonas aeruginosa) + mikroorganisme penambat N (Azotobacter), ), variabel
tanah + kompos + EM (Effective Microorganisme) 4, dan variabel tanah + kompos + pupuk NPK. Melakukan pengujian kandungan zat hara (unsur N, P dan K) pada media tanah masing-masing variabel sebelum penanaman bibit tomat, kemudian menanam bibit tomat dengan penambahan suspensi mikroorganisme pada media tanam yang diberikan setiap 7 hari dan melakukan penyiraman setiap hari sebanyak 340 ml di tiap polibag untuk masing-masing variabel media tanah. Setelah 2 bulan penanaman, menguji kandungan zat hara (unsur N, P dan K) pada media tanah masing-masing variabel dengan menggunakan metode Kjeldahl untuk analisa kadar Nitrogen (N), Spektrofotometri untuk kadar Phosfat (P) dan Flamefotometri untuk analisa kadar Kalium (K). 3. Hasil dan Pembahasan Dilakukan pula analisa kadar Nitrogen (N) dengan metode Kjeldahl, Phosfat (P) dengan Spektrofotometri dan Kalium (K) dengan Flamefotometri. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa kadar N untuk variabel tanah + kompos + mikroorganisme penambat N mengalami penurunan dari 0,247% di minggu I menjadi 0,121% di minggu VIII, hal ini dikarenakan kandungan unsur hara nitrogen dalam tanah variabel tersebut banyak terserap oleh tanaman tomat. Nitrogen (N) diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+). Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Nitrogen juga dibutuhkan untuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Tanpa suplai nitrogen cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi.
Tabel 1 : Hasil Analisa Unsur Hara (N, P, dan K) dalam Tanah pada Masing-masing Variabel Media Tanah %N %P %K VariaMinggu keMinggu ke Minggu kebel 1 8 1 8 1 8 Tanah Tanah + kompos Tanah + kompos + m.o. pengikat N Tanah + kompos + pupuk NPK Tanah + kompos + m.o. pelarut P Tanah + kompos + EM 4 Tanah + kompos + m.o. pengikat N + m.o. pelarut P
0,02
0,02
0,00
0,13
0,33
0,11
0,23
0,86
0,01
0,20
0,40
0,21
0,25
0,12
0,02
0,14
0,36
0,21
0,31
0,65
0,04
0,16
0,36
0,14
0,25
0,23
0,00
0,14
0,46
0,15
0,24
0,58
0,02
0,13
0,44
0,13
0,25
0,65
0,00
0,15
0,33
0,15
Untuk kadar P untuk variabel tanah + kompos + mikroorganisme pelarut P mengalami kenaikan dari 0,002% di minggu I menjadi 0,140% di minggu VIII, hal ini dikarenakan kandungan unsur hara phosfor dalam tanah variabel tersebut belum banyak terserap oleh tanaman tomat karena kadar P lebih dibutuhkan oleh tanaman ketika telah tumbuh buah, sehingga kadar P masih sedikit yang dapat terserap dan digunakan oleh tanaman. Kadar P dalam pupuk dinyatakan dalam P2O5. Unsur P diserap tanaman dalam bentuk H2PO4atau HPO42-. Penyerapan pupuk ini oleh tanaman memerlukan waktu cukup lama seperti pupuk alam yang lain. Phosfor berperan penting dalam transfer energi di dalam sel tanaman, misalnya ADP, ATP, berperan dalam pembentukan membran sel terutama terhadap stabilitas struktur dan informasi makromolekul. Untuk kadar K pada semua variabel media tanah mengalami penurunan di minggu I ke minggu VIII, sehingga dapat dikatakan kandungan unsur hara kalium dalam tanah untuk semua variabel tersebut banyak terserap oleh tanaman tomat, hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya penyakit pada semua variabel tanaman tomat dan besarnya pertumbuhan akar di polibag hingga muncul di permukaan. Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk K+. Tanah mengandung 400 – 500 kg kalium untuk setiap 93 m2. Kalium berperan dalam efisiensi penggunaan air, meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit,
memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif, menambah rasa manis pada buah, memperluas pertumbuhan akar. Unsur hara K di dalam tubuh tanaman bersifat bergerak (mobil), sehingga gejala kekurangannya lebih cepat terlihat pada daundaun tua, karena K pada daun tua diserap ke daun-daun muda. (Hasibuan, 2006). Selain data-data kuantitatif, didapatkan pula data kualitatif, yakni bunga yang pertama kali muncul adalah pada variabel media tanah + kompos + mikroorganisme pelarut P yakni pada hari ke - 56, dan untuk jumlah bunga terbanyak setelah hari ke-59 terdapat pada variabel tanah + kompos. Kemudian buah tomat yang pertama kali muncul terdapat pada variabel media tanah + kompos + mikroorganisme pelarut P yakni pada hari ke-56 dengan diameter buah tomat 0,5 cm dan tinggi buah tomat 1 cm dan juga menghasilkan jumlah buah terbanyak setelah hari ke 71. Untuk variabel yang paling banyak menghasilkan daun adalah variabel untuk media tanah + kompos + pupuk NPK sebanyak 205 lembar daun kemudian diikuti variabel untuk media tanah + kompos + EM 4 sebanyak 189 lembar daun. Untuk ukuran batang setelah hari ke-61, variabel tanah + kompos + pupuk NPK memiliki ukuran batang terbesar jika dibandingkan dengan variabel yang lain. Setelah diadakan analisa kadar air, didapatkan data kadar air pada m edia tanam pada saat hari ke-7 dan ke56. Kadar air pada hari ke-7 tampak bahwa media tanam dengan variabel tanah + kompos + pupuk NPK mempunyai kadar air yang terendah jika dibandingkan dengan lainnya. 4. Kesimpulan Pupuk yang paling optimal (lebih cepat menghasilkan buah) bila digunakan pada tanaman tomat adalah pupuk organik dengan penambahan pelarut P. Namun, untuk pupuk NPK, hasil pada pertumbuhan batang dan daun menjadi lebih besar tetapi kandungan air dalam tanah menjadi sedikit dan daun tanaman terlihat layu. Daftar Pustaka Budi, M. A. S. (2009). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan EM 4 pada Pertumbuhan Fase Vegetatif Tanaman Jagung (Zea mays) var. Sweet Corn. Jurnal Formas Vol. 2, No. 3. Diah Setyorini. (2005). Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Bogor : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27, No. 6 Kompas. (Jakarta). (2008). 27 Juni Kompas. (Jakarta). (2009). 4 September Kompas. (Jakarta). (2010). 1 Februari Hasibuan, B. E. (2006). Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Pres, Medan Sugianto, Eko dan Indra Gunawan. (2010). Cara Praktis Membuat Kompos. Yogyakarta: Redaksi Agro Media. Wu, S.C., Cao,Z.H., Li, Z.G., Cheung, K.C., Wong, M.H. (2005). Effects of Biofertilizer Containing N-Fixer, P and K Solubilizers and AM Fungi on Maize Growth: A Greenhouse Trial, Geoderma 25, 155-166