PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK ...

13 downloads 4186 Views 144KB Size Report
SISWA SD YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN ... Pendekatan realistik adalah pembelajaran matematika yang menggunakan suatu ...
1

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK ANTARA SISWA SD YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK DENGAN PENDEKATAN LANGSUNG Verawati Arfah Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi Bandung Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi Email : [email protected] ABSTRAK Ada dua masalah besar dan penting yang sampai saat ini masih belum terpecahkan khususnya di tingkat dasar.Yaitu yang pertama, sampai saat ini pelajaran matematika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa karena pelajaran matematika terasa sukar dan sulit untuk dipahami. Kedua, Metode mengajar yang kurang variatif dan monoton masih dilakukan guru sehingga tidak membangkitkan motivasi siswa untuk belajar lebih bermakna. Salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan matematika guru harus bisa memilh metode mengajar yang bervariasi yang dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika.Salahsatu pendekatan pembelajaran matematika yang saat ini sedang dalam uji coba adalah pendekatan realistik. Pendekatan realistik adalah pembelajaran matematika yang menggunakan suatu situasi dunia nyata atau suatu konteks sebagai titik tolak dalam pembelajaran matematika. Pendekatan realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran yaitu dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan langsung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini diambil dua sampel yaitu kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B sebagai kelas control. Teknik pengambilan data menggunakan tes. Instrumen yang digunakan adalah soal pretes dan postes Teknik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji-t. sebagai variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik dan pendekatan langsung dan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman matematik siswa. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematik siswa yang menggunakan pendekatan realistic lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pendekatan langsung. Kata kunci: pendekatan realistik, kemampuan pemahaman matematik.

1.

PENDAHULUAN

Hingga saat ini pendidikan matematika khususnya pada tingkat dasar masih memiliki berbagai permasalahan. Ada dua masalah besar dan penting. Pertama, sampai sekarang pelajaran matematika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa, antara lain karena bagi banyak siswa pelajaran matematika terasa sukar dan sulit untuk dipahami. Kedua metode mengajar yang kurang variatif dan monoton masih dilakukan guru seningga tidak membangkitkan motivasi siswa untuk belajar secara bermakna sehingga siswa mengalami pembelajaran yang kurang menarik dan membosankan. Disamping itu sekalipun dalam banyak kesempatan sering dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan sehari hari.

Namun banyak orang yang belum merasakan manfaat matematika dalam kehidupan sehari hari mereka. Diluar beberapa cabang matematika tentu memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis seperti berhitung dan statistik. Karena adanya masalah tersebut, banyak siswa jadi kurang termotivasi dalam mempelajari matematika, selain itu juga dapat menyebabkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan, baik kemampuan berfikir, bagi pembentukkan sikap maupun pengembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Dengan situasi seperti ini pendidikan matematika di sekolah dan pendidikan formal pada umumnya, cenderung menghasilkan lulusan yang mempunyai banyak pengetahuan, tetapi kurang dalam kemampuan berfikir dan dalam hal kepribadian, termasuk berjiwa

2

kurang pemberani dalam mengambil keputusan dan kurang berani bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan. Pembelajaran matematika di sekolah bertujuan untuk mengacu pada fungsi matematika sebagaimana yang dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Disamping itu diungkapkan pula dalam Garisgaris Besar Program Pengajaran (GBPP), bahwa tujuan utama diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar (SD/SLTP) mempunyai peranan yang sangat penting, sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kebribadian anak. Namun kenyataan menunjukan banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi hasil belajar matematika terutama untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematik siswa pada setiap jenjang pendidikan. Kondisi yang diharapkan agar kemampuan pemahaman matematik siswa meningkat, guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat merangsang siswa, agar aktif dan senang mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM). Guru harus memiliki kemampuan untuk memilih metode mengajar atau pun pendekatan mengajar yang bervariasi yang tentunya dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang saat ini sedang dalam uji coba adalah Pendekatan Matematika Realistik. Pendekatan matematika realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran yaitu dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika. Salah satu materi yang diberikan di kelas IV SD adalah materi bangun ruang. Dalam penelitian ini akan di bahas khusus tentang materi bangun ruang yang akan menjadi bahasan dalam pelaksanaan penelitian melalui

penerapan pembelajaran yang berbeda yaitu melalui pendekatan realistik. Penulis melaksanakan penelitian ini dengan maksud untuk membandingkan kemampuan pemahaman matematik antara siswa SD yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik dan yang menggunakan pendekatan langsung khususnya dalam materi bangun ruang dan umumnya dalam pelajaran matematika. Berdasarkan kepada latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalahnya adalah: Apakah kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan langsung. Adapun penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan langsung. Untuk memperoleh pengertian yang sama tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang penting dan perlu diberi penegasan sebagai berikut: 1. Kemampuan Pemahaman Matematik Kemapuan pemahaman matematik dalam penelitian ini merujuk pada Richard Skemp yang membedakan kemampuan pemahaman ke dalam dua jenis pemahaman, yaitu: a. Pemahaman instrumental; pada tingkatan pemahaman instrumental, siswa baru berada pada tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal tetapi dia belum tahu mengapa rumus tersebut dapat digunakan lebih lanjut. b. Pemahaman relasional; pada tahapan ini siswa tidak hanya sekedar tahu/hafal tentang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa rumus itu dapat digunakan. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalahmasalah yang terkait pada situasi lain. 2. Pendekatan Realistik Pendekatan realistik adalah pembelajaran matematika yang menggunakan suatu situasi dunia nyata atau suatu konteks sebagai titik tolak dalam pembelajaran matematika. Pendekatan realistik akan memberi gambaran nyata sesuai dunia yang sebenarnya.

3

3. Pendekatan Langsung Pendekatan langsung adalah suatu pendekatan terstruktur dan berpusat pada guru dan digolongkan berdasarkan arahan dan kontrol dari guru. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesisnya adalah: “Kemampuan pemehaman matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan langsung”.

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena adanya perlakuan khusus pada kelas eksperimen, yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan langsung. Pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran terlebih dahulu dilaksanakan tes awal (pretes) begitupun sesudah pembelajaran dilaksanakan tes akhir (postes). Desain penelitian ini adalah sebagai berikut: A O X O A O O Keterangan : A = Pengambilan sampel secara acak kelas O = Pretes = Postes X = Perlakuan dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak kelas dengan metode random sederhana karena subjek populasi tidak digolongkan menjadi kelas unggulan dan tidak unggulan, sehingga seemua subjek memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini diambil dua sampel yaitu kelas IV A sebagai kelas eksperimen yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik sedangkan kelas IV B sebagai kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan langsung. Instrumen yang digunakan adalah tes. Tesnya berbentuk tipe uraian singkat. Soal-soal akan diberikan dalam kegiatan pretes dan postes, soal-soal untuk pretes dan postes hampir sama. Agar instrumen itu baik, akan diujicobakan terlebih dahulu di kelas yang telah memperoleh materi sesuai dengan materi yang dipakai dalam penelitian ini. Instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data berupa alat evaluasi atau soal-soal matematika yang dibuat secara khusus oleh peneliti untuk digunakan pada kegiatan pretes dan postes selanjutnya diolah menurut statistika inferensial untuk

mencari sejauh mana cara pembelajaran dapat mempengaruhi pembelajaran dan kemampuan pemahaman matematik siswa.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pretes, diperoleh rata-rata kelas eksperimen sebesar 43,33 dan kelas kontrol sebesar 48,5 dengan skor maksimal 100. Hasil yang diperoleh pada kedua kelas tersebut untuk aspek hasil belajar adalah kurang memuaskan. Kurang optimalnya skor yang diperoleh pada kedua kelas disebabkan bentuk soal yang disajikan belum terbiasa. Sedangkan hasil analisis data pada pretes menunjukkan bahwa kemampuan kedua kelas memiliki kemampuan yang sama atau homogen. Dari hasil postes, diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen adalah 88,5 dan kelas kontrol 68,33 kenaikan skor yang diperoleh kedua kelas, kelas eksperimen melalui pendekatan pembelajaran realistik dan kelas kontrol dengan pendekatan pembelajaran langsung. Berdasarkan analisis terhadap hasil pretes dan postes siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukkan kenaikan. Hasil ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 50,00, sedangkan kenaikan kelas kontrol sebesar 29,60. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model pembelajaran realistik berbeda dengan siswa yang pembelajarannya melalui pembelajaran langsung. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya melalui model pembelajaran realistik lebih baik dari pada siswa yang pembelajarannya melalui pembelajaran langsung. Sedangkan hasil pengujian hipotesis tentang perbedaan hasil belajar siswa pada postes menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang pembelajarannya melalui model pembelajaran realistik lebih baik daripada hasil belajar siswa kelas kontrol yang pembelajarannya melalui pembelajaran langsung. Hasil di atas menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran realistik memberikan hasil yang lebih baik dari pada siswa yang belajar secara langsung. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran telah berubah paradigma pembelajaran yang terpusat pada guru dan bersifat abstrak kepada pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dan pembelajaran secara kontekstual serta bersifat nyata sesuai dengan lingkungannya.

4

Hasil pembahasan di atas di uji melalui uji hipotesis statistik menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 0,05. Dari hasil uji hipotesis yaitu perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ditemukan perbedaan yang berarti antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran realistik dengan hasil belajar siswa yang belajar melalui pemebalajaran langsung. Disamping itu, model pembelajaran realistik dapat mengurangi ketidak senangan siswa terhadap pelajaran matematika, walaupun hasil yang diperoleh siswa belum optimal, tetapi masih lebih baik dari cara pembelajaran langsung. Hal lain yang ditemukan dalam pembelajaran melalui model pembelajaran realistik adalah kesempatan siswa dalam memahami materi lebih mudah karena nyata dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

4. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik lebih baik dari pada yang menggunakan pendekatan langsung.

DAFTAR PUSTAKA Adjie, N. (2007). Pemecahan Masalah Matematika, Bandung: UPI Kampus Purwakarta. Ahmadi, A. (1986). Teknik Belajar yang Tepat, Semarang: Mutiara Permata Widya. Basden dkk. (2001) Pengertian model pembelajaran langsung. [online] tersedia di http://repository.upi.edu/operator/upload /d_mtk_019879_chapter1.pdt. Gulo (2002) Strategi Belajar Mengajar. Semarang: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: CD Beta Press.

Grouws (1992). Learning and Teaching with Understanding, Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: Macmillan Publishing Company Hudoyo, H. (1991) Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Karso, Dkk (1999). Pendidikan Matematika 4, Universitas Terbuka, Jakarta: Depdikbud. Purwaningsih, (2005). Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, skripsi pendididkan bidang studi pendidikan matematika, UPI Bandung:Tidak diterbitkan. Slameto, (2003) Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa dan Beberapa Unsur. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Suherman, E & Sukjaya. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah. Sutawidjaja, A. (1997). Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Matematika, Ilmu Pengetahuan, dan Pengajarannya. Volume 26(2):175-187. Usman, U. (1990). Upaya optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

5

Winataputra, dkk. (1992). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Zahra. (2010). Mengajar Matematika dengan Pendekatan Realistik. tersedia di http://zahraabcde.blogspot.com/2010/04/mengajarmatematika-dengan pendekatan.html.