Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah Di Wilayah Perkotaan Dan ...

12 downloads 147 Views 54KB Size Report
anak putus sekolah yang cenderung dekat dengan lingkungan dan pergaulan anak merokok maka penelitian ini akan melihat faktor-faktor penyebab perilaku.
Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

PERILAKU MEROKOK ANAK PUTUS SEKOLAH DI WILAYAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN (Studi Komparasi di Kecamatan Kayuagung dan Lempuing Kabupaten OKI)

Yunindyawati*

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku merokok anak putus sekolah di wilayah perkotaan dan perdesaan, di Kayu agung dan Lempuing kabupaten OKI. Metode yang digunakan adalah gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Sebanyak 100 responden anak putus sekolah diobservasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku merokok anak banyak dipengaruhi oleh berbagai Faktor, baik Faktor internal maupun eksternal. Lingkungan internal berkaitan dengan kondisi pribadi anak dan faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan. Kondisi pribadi anak seperti usia anak, alasan anak/individu merokok, pengetahuan tentang rokok, serta keinginan berhenti merokok merupakan berbagai faktor internal yang mempengaruhi perilaku merokok anak. Faktor keluarga yang bisa mempengaruhi perilaku merokok antara lain; siapa anggota keluarga yang merokok, jumlah anggota keluarga yang merokok, tahu tidaknya orang tua, ada tidaknya sangsi dari orang tua, pendidikan orang tua. Faktor lingkungan pergaulan meliputi; informasi tentang rokok, bagaimana aktifitas merokok, dilakukan dengan siapa, serta pengaruh teman yang mempengaruhi perilaku merokok anak. Kata kunci: perilaku, merokok, anak, putus sekolah, perkotaan, perdesaan Abstract The aim of this research was to understanding of Smoking Behaviour of Children Drop Out of School in City and Rural Area (Comparation Study in Kayu Agung and Lempuing District Of OKI). Mix method between quantitative and qualitative was used. There were 100 respondent of Children Drop out of School that observed. The result showed that some factors influencing of Smoking Behaviour of Children Drop out of School in City and Rural Area were internal and external factors. Internal factor connected with personality of children. External factors correlated with family environment and peer group. Condition Psychology of children depend on age, reason to smoking, knowledge about smoke, and motivation to stop smoking. Family factors influencing behaviour of smoking were number of people in home that smoking, knowing parent about behaviour smoking of children, punishment and school degree of parent. Environment factors among; information about smoke, how activity of smoking, with who, and friend influence to smoking. Key words: behaviour, smoking, childen, drop out, city, rural.

PENDAHULUAN

berguna bagi masyarakat dan negara.

Anak putus sekolah merupakan sebuah

sosial

anak

mengalami

putus

sekolah tentu akan menurunkan kualitas

adalah

bangsa di kemudian hari. Fenomena anak

generasi penerus estafet bangsa, yang

putus sekolah seringkali berkaitan dengan

perlu mendapatkan pendidikan memadai

kebiasaan merokok. Waktu luang dan

perhatian.

yang

banyak

perlu

mendapat

masalah

Jika

Anak

sehingga tumbuh menjadi generasi yang Masuk artikel tanggal 2 Maret 2010 *Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM.32 Inderalaya Telp. (0711) 581218

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

lingkungan pergaulan membuat mereka

sekolah

dekat dengan kebiasaan merokok.

bagaimana

persepsi

merokok,

pendekatan

Efek memberi

dari

rokok/tembakau

stimulasi

depresi

ringan,

gangguan daya tangkap, alam perasaan,

Kajian

lain

pergaulan

anak,

anak

dan

tentang kuantitatif

digunakan untuk menjelaskan hubungan antar faktor penyebab.

alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.

serta

Populasi penelitian adalah anak

menunjukkan

putus sekolah yang berada di wilayah

setiap perokok menghisap dua bungkus

kecamatan Kayu Agung (perkotaan) dan

rokok, dia telah mengurangi umurnya

kecamatan

selama 8 tahun. Begitu juga dengan

perdesaan). Responden dipilih secara

orang yang kena asap dari dua bungkus

acak (random sampling), sebanyak 100

rokok, akan mengurangi umurnya selama

anak putus sekolah di dua lokasi yakni

empat tahun

kecamatan Kayu Agung (perkotaan) dan

Melihat bahaya merokok yang

Lempuing

(wilayah

kecamatan Lempuing (perdesaan). Studi

lebih besar pada anak-anak, terutama

mendalam

dilakukan terhadap kasus-

anak putus sekolah yang cenderung

kasus spesifik yang ditemukan di masing-

dekat dengan lingkungan dan pergaulan

masing daerah.

anak merokok maka penelitian ini akan melihat faktor-faktor penyebab perilaku

HASIL DAN PEMBAHASAN

merokok anak putus sekolah di wilayah

Perilaku merokok anak banyak

perkotaan dan perdesaan. Tujuan umum

dipengaruhi oleh berbagai Faktor, baik

penelitian ini adalah untuk mengetahui

Faktor

faktor-faktor penynebab perilaku merokok

Lingkungan internal berkaitan dengan

pada anak putus sekolah meliputi faktor

kondisi pribadi anak dan faktor eksternal

internal

berhubungan

dengan

keluarga

lingkungan

dan

eksternal

di

wilayah

perkotaan dan perdesaan.

internal

dan

maupun

eksternal.

lingkungan pergaulan

maupun sekolah. Kondisi pribadi anak METODOLOGI

seperti usia anak, alasan anak/individu

Kajian dilaksanakan di kabupaten Ogan

Komering

yang

serta

studi

merupakan berbagai faktor internal yang

mendalam. Pendekatan penelitian adalah

mempengaruhi perilaku merokok anak.

gabungan antara pendekatan kualitatif

Faktor keluarga yang bisa mempengaruhi

dan

perilaku

digunakan

Ilir.

adalah

kuantitatif.

Metode

merokok, pengetahuan tentang rokok,

survey

dan

Pendekatan

kualitatif

keinginan

merokok

berhenti

antara

merokok

lain;

siapa

digunakan untuk mendiskripsikan perilaku

anggota keluarga yang merokok, jumlah

anak merokok, lingkungan keluarga dan

anggota keluarga yang merokok, tahu

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

tidaknya orang tua, ada tidaknya sagsi

mereka tidak berperilaku merokok seperti

dari orang tua, pendidikan orang tua.

yang

Faktor

meiputi;

mereka yang merokok. Peran teman

bagaimana

sebaya sebagai acuan (reference group)

lingkungan

informasi aktifitas siapa,

pergaulan

tentang

rokok,

merokok, serta

dilakukan

pengaruh

dengan

teman

yang

mempengaruhi perilaku merokok anak.

dilakukan

teman-teman

sebaya

yang secara langsung maupun tidak dijadikan

perantara

(agen)

proses

sosialisasi merokok anak. Di kalangan anak putus sekolah

Faktor individu

ternyata pengaruh teman yang paling

Di kota Kayu Agung fenomena perilaku

anak

perilaku

merokok mereka. Hal ini bisa difahami

sekolah cukup banyak dijumpai. Sebagai

karena mereka memiliki banyak waktu

ibu kota kabupaten, kota Kayuagung

dan kesempatan untuk bertemu karena

cukup memberikan peluang bagi anak

sudah tidak terikat waktu sekolah.

sekolah

pada

mempengaruhi

putus

putus

merokok

menonjol

menyambung

Selain Faktor pengaruh teman,

hidupnya bekerja pada sector informal.

Faktor iseng dan ingin mencoba menjadi

Banyak sector pekerjaan bisa dimasuki

alasan mereka merokok. Anak putus

oleh

seperti

sekolah memiliki tipe kepribadian yang

pedagang asongan, penjual

Koran,

rentan dipengaruhi lingkungan pergaulan

pengamen,

mobil,

mereka. Keterbukaan mereka memberi

ojek,

peluang untuk terlibat interaksi lebih luas,

kondektur/kenek, juru parkir serta pencari

sehingga mereka lebih cepat meniru

ikan dan pembuat salai ikan.

(imitasi) perilaku teman mereka.

anak

untuk

putus

bekerja

buruh/tukang,

sekolah

di

steam

tukang

Anak-anak putus sekolah memiliki

Dalam sehari anak putus sekolah

alasan pribadi untuk merokok. Biasanya

bisa menghabiskan 6-15 batang rokok.

merokok

di

Jumlah ini cukup banyak untuk ukuran

menunjuk

pada

kalangan sifat

anak-anak keren,

merokok di usia anak-anak. Sebenarnya

jantan, tidak banci dan biar dianggap

di kalangan anak putus sekolah sudah

dewasa. Kondisi ini membentuk sistem

mengetahui tentang bahaya merokok dari

nilai pada diri anak yang akhirnya akan

berbagai sumber. Namun mereka tetap

menentukan

merokok

keputusan

macho,

anak

untuk

dengan

memilih merokok. Namun sering kali

diantaranya

keputusan

kebiasaan merokok.

anak

ini

tidak

didasari

pertimbangan yang kuat dan matang.

lingkungan

pergaulan

terlanjur

alasan

menikmati

Berbeda dari alasan anak putus

Ada semacam ketakutan anak kehilangan

berbagai

jika

sekolah

pertama

kali

merokok

di

Kecamatan Kayu Agung yang mayoritas

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

karena

pengaruh

Kecamatan

teman,

Lempuing

maka

di

menunjukkan

karena ayah dan saudaranya merokok (64%).

Kecenderungan

semakin

mayoritas alasan mereka merokok karena

menguatkan

keinginan untuk mencoba rokok. Usia

berlangsung dari dalam keluarga sendiri.

anak putus sekolah di Lempuing yang

Anak cenderung berani merokok karena

masih anak-anak ini menimbulkan hasrat

orang tua sendiri juga merokok. Pada

keinginan

Waktu

awalnya anak mencoba rokok ketika

menimbulkan

disuruh orang tua membuang puntung

luang

mencoba

yang

keinginan

merokok.

dimiliki

untuk

sekedar

iseng

dan

kemudian berubah menjadi kebiasaan.

proses

imitasi

rokok. Merasa tertarik untuk mencoba anak mulai menghisap puntung rokok tersebut.

Faktor keluarga

bahwa

ini

Seperti

diungkapkan

oleh

seorang responden (Hb) berikut:

Keluarga merupakan unit sosial

“ awalnyo… aku disuruh bak

terkecil, seperangkat peran dan fungsi

mbuangke puntung rokok…laju

melekat dalam keluarga. Fungsi keluarga

pingin nian aku nyubo ngrasoke

tersebut

cak mano rokok tu..laju kuisep

antara

lain;

reproduksi, ekonomi,

biologis

atau

proteksi/perlindungan, edukasi,

sosialisasi,

afeksi,

religi, rekreasi dan pengendalian Sosial.

puntung rokok tu…io nian lamolamo lemak..makonyo bak aku cak galak nian dio ngrokok…”

Orang tua memiliki peran besar dalam melaksanakan fungsi keluarga.

“awalnya… saya disuruh bapak

Orang tua dijadikan figure yang banyak

membuangkan puntung

dicontoh

Artinya

rokok…lalu saya pingin sekali

imitasi

untuk mencoba merasakan seperti

oleh

anak-anak

anak-anaknya.

melakukan

proses

terhadap orang tua mereka. Selain itu

apa rokok itu…kemudian saya

keluarga merupakan agen sosialisasi dan

hisap rokok itu… ia ternyata lama

internalisasi yang pertama dan utama

kelamaan enak…makanya bapak

bagi anak-anaknya.

saya kelihatan suka sekali

Oleh karena itu perilaku merokok

merokok…”

anak bisa terjadi karena mencontoh perilaku

tabel

Tampak jelas bahwa kemampuan

mengenai keterkaitan jumlah rokok yang

anak merokok berawal dari proses meniru

dikonsumsi anak dan anggota keluarga

lingkungan

yang merokok.

terutama ayah yang merokok. Perilaku

Di

orang

tuanya.

Kecamatan

Berikut

Kayu

terdekat

yakni

keluarga

Agung,

ayah merokok dijadikan panutan dalam

mayoritas anak putus sekolah merokok

aktivitas peniruan perilaku anak. Anak

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

merupakan kelompok umur yang masih

melanggengkan

dan sedang mencari jati diri. Unsur coba-

dalam keluarga. Hal ini terlihat dari

coba

kebiasaan

dan

keingintahuan

yang

tinggi

kebiasaan

mereka

merokok

mengajari

anak

membuat anak lebih cepat meniru apa

merokok pada saat anak laki-laki mereka

yang ada didekat mereka. Celakanya jika

sunat. Alasan tradisi merokok pada saat

anak mempunyai persepsi bahwa orang

sunat ini untuk membuat luka sunat lebih

tua dan saudaranya merokok jadi dia juga

cepat mengering. Sunat dan merokok

boleh merokok dan merokok menjadi

juga dianggap sebagai fase kedewasaan

kebiasaan ”gaya hidup” keluarga mereka.

anak laki-laki. Berikut pengakuan seorang

Sementara Lempuing

itu,

sebagai

di

Kecamatan

kecamatan

yang

responden (MZ): ...waktu aku sunat... disuruh Bapak

mewakili wilayah pedesaan, ternyata ada

mencoba rokok... iki ..le.. rokoken

juga hubungan antara siapa anggota

ben cepat mari lorone bekas

keluarga yang merokok dan perilaku

sunatmu...

merokok anak putus sekolah. Ayah dan saudara pada

merokok

perilaku

memberi

merokok

pengaruh

anak

putus

...waktu saya disunat...saya disuruh Bapak saya mencoba rokok...ini..nak.. cobalah rokok

sekolah (56%). Ternyata baik di Kecamatan Kayu Agung (perkotaan) maupun Kecamatan

ini..biar luka sunat kamu cepat sembuh...

Lempuing (perdesaan) perilaku merokok anak putus sekolah berkaitan dengan

Anak

putus

sekolah

memiliki

siapa anggota keluarga yang merokok. Di

waktu luang karena sudah tidak terikat

kedua Kecamatan tersebut ayah dan

waktu

saudara

memberikan

memungkinkan mereka merokok lebih

pengaruh pada anak putus sekolah untuk

tinggi dari pada anak sekolah. Di tambah

merokok.

lagi mereka biasanya bekerja pada sektor

yang

merokok

Selain itu, ada yang berbeda tentang pengaruh ayah dan saudara merokok di Kayu Agung dan Lempuing.

belajar

secara

formal

informal sehingga tidak banyak peraturan dan memiliki kebebasan individual. Kebiasaan merokok anak putus

Jika di Kayu Agung mulanya anak diminta

sekolah

membuang

berdasarkan tempat yang paling sering

puntung

rokok, kemudian

di

Kecamatan

digunakan

puntung

di

merokok di tempat nongkrong (44%).

semacam nilai

Nongkrong sudah menjadi rutinitas dan

tradisi/budaya yang masih mereka anut,

mereka berinteraksi dengan teman-teman

Lempuing

justru

tersebut, ada

maka

merokok

Agung

mencoba-coba rokok dengan menghisap rokok

untuk

Kayu

adalah

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

sesama anak putus sekolah di tempat

responden mengetahui kalau anaknya

nongkrong.

dan

merokok (86%). Kecenderungan ini akan

terminal merupakan tempat yang juga

menjadikan anak putus sekolah lebih

dijadikan lokasi merokok anak putus

berani merokok ditambah lagi lingkungan

sekolah. Hanya sedikit responden yang

pergaulan yang sangat dekat dengan

menggunakan rumah sebagai tempat

kebiasaan merokok. Hal ini menunjukkan

untuk merokok. Hal ini bisa difahami

peran control keluarga belum berjalan

karena sebagian besar waktu anak putus

dengan baik. Aturan main yang longgar

sekolah di kayu agung dihabiskan di luar

dalam keluarga anak putus sekolah ini

rumah.

mendorong anak mengkonsumsi rokok

Selain

itu

warung

Sama halnya dengan anak putus

lebih banyak.

sekolah di Kecamatan Kayu Agung, di Lempuing

tempat

nokrong

Di Kecamatan Lempuing ternyata

menjadi

jumlah orang tua yang mengetahui anak

tempat favorit untuk merokok (44%),

mereka merokok lebih besar dari pada di

diikuti warung tempat membeli rokok

Kecamatan Kayu Agung. Sebanyak 94

untuk melakukan aktivitas merokok.

persen

orang

tua

mengetahui

anak

Tahu tidaknya orang tua jika

mereka yang putus sekolah merokok

anaknya merokok bisa mempengaruhi

sementara di Kayu Agung hanya 86

perilaku merokok anak. Jika orang tua

persen.

mengetahui biasanya akan ada sikap dan

Mayoritas orang tua anak putus

tindakan tertentu yang dilakukan orang

sekolah

tua

mau

merokok bisa dipahami karena memang

Dengan

pada saat anak laki-laki di wilayah ini

adanya sikap dan tindakan orang tua

melakukan sunat, justru orang tua yang

tentunya

memiliki

jika

mereka

memang

memperhatikan anak mereka.

akan

membuat

anak

mengetahui

bahwa

kepercayaan

anaknya

merokok

bisa

mempertimbangkan untuk tetap merokok,

membantu penyembuhan luka, menyuruh

mengurangi jumlah rokok dan bahkan

anak mereka merokok.

mungkin berhenti merokok.

Orang tua yang mengetahui anak

Akan tetapi semua itu terkait dengan

mereka merokok memiliki sikap melarang

banyak faktor. Oleh karena itu tahu

dan membiarkan. Berdasarkan data yang

tidaknya orang tua merokok akan

ditemukan; orang tua anak putus sekolah

berkaitan dengan apakah akan

di Kayu Agung melarang anak mereka

memberikan larangan merokok atau tidak,

merokok

memberikan sanngsi atau tidak jika anak

jumlahnya hampir sama.

mereka merokok. Ternyata

dan

yang

Melihat kaitan mayoritas

orang

tua

tidak

melarang

antara larangan

orang tua dan jumlah rokok yang dihisap

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

tampaknya

sangat

menarik

karena

ternyata

tidak

bisa

efektif

untuk

ternyata anak putus sekolah yang tidak

menghentikan atau mengurangi jumlah

dilarang merokok berani merokok sampi

rokok

16-20 batang perhari. Sementara anak

sekolah. Salah satu faktor penyebab anak

yang di larang maksimal 11-15 batang

putus sekolah tetap mengkonsumsi rokok

perhari. Akan tetapi secara keseluruhan

karena

anak merokok baik yang dilarang maupun

pertemanan mereka memberikan peluang

tidak ternyata mengkonsumsi rokok pada

untuk merokok. Mereka bisa merokok

kisaran 6-15 batang perhari.

dengan meminta pada teman waktu

Di

Kecamatan

Lempuing,

yang

dikonsumsi

lingkungan

anak

putus

pergaulan

dan

nongkrong. Sudah menjadi kebiasaan

menunjukkan kondisi yang berbeda dari

umum

Kecamatan

di

merokok/memiliki rokok mereka terbiasa

Kecamatan Kayu Agung jumlah orang tua

menawari teman yang lain. Bisa juga

yang melarang (52 persen) dan tidak

anak yang tidak memiliki rokok meminta

melarang (48 persen) anak merokok

rokok pada yang memiliki rokok.

Kayu

Agung.

Jika

hampir sama, ternyata orang tua anak

jika

Di

ada

seorang

Kecamatan

teman

Lempuing

putus sekolah di Kecamatan Lempuing

mayoritas (90%) orang tua juga tidak

mayoritas tidak melarang anak mereka

memberikan sangsi jika mengetahui anak

merokok.

mereka merokok. Jika dikaitkan dengan

76

persen

orang

tua

membiarkan anak mereka merokok.

pemberian sangsi dan jumlah batang

Pada keluarga anak putus sekolah

rokok yang dihisap, ternyata anak putus

di Kecamatan Kayu Agung, mayoritas

sekolah yang tidak dilarang merokok bisa

(70%) orang tua tidak memberikan sangsi

merokok sampai 16-20 batang sehari.

jika anak mereka merokok, meskipun ada

Faktor lain yang perlu diperhatikan

juga yang memberikan sangsi. Dikaitkan

berkaitan dengan perilaku merokok anak

dengan

adalah

jumlah

dikonsumsi

batang

ternyata

rokok

pendidikan

orang

tua.

terdapat

Berdasarkan tingkat pendidikan, ternyata

hubungan yang signifikan dimana anak

orang tua yang memiliki pendidikan tidak

yang mendapatkan sangsi dari orang tua

tamat SD sampai tamat SMP memiliki

ternyata menghisap rokok dengan jumlah

anak

yang

tidak

batang perhari. Begitu juga orang tua

mendapatkan sangsi. Artinya larangan

yang berpendidikan tamat SMA. Yang

orang tua disertai sangsi tidak membuat

agak berbeda adalah orang tua yang

anak berhenti atau mengurangi jumlah

tidak tamat SMA ternyata justru anak

rokok yang dihisap.

mereka merokok 11-15 batang perhari.

sama

tidak

yang

dengan

yang

Sangsi yang diberikan orang tua

yang

merokok

sebanyak

6-10

Ternyata pada anak putus sekolah, tidak

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

ada perbedaan signifikan berdasarkan

Ternyata

mayoritas

orang

tua

tingkat pendidikan ayah dengan berapa

anak putus sekolah mengetahui bahwa

jumlah batang rokok yang dihabiskan.

anak

mereka

merokok.

Baik

yang

Artinya pola asuh yang diterapkan

berpendidikan tidak tamat SD sampai

orang tua dengan perbedaan tingkat

tamat SMA ternyata memang mengetahui

pendidikan

kalau anak mereka yang sudah putus

tidak

memberikan

perubahan/perbedaan

bagi

sekolah mengkonsumsi rokok. Para orang

Ini

tua sebetulnya mengetahui anak mereka

dimungkinkan karena perilaku/kebiasaan

merokok dan ternyata berdasarkan data

merokok

lebih

mereka yang melarang anak mereka

ditentukan oleh kondisi lingkungan di luar

merokok dan yang tidak melarang hampir

rumah.

sama.

kebiasaan

berarti

merokok

anak

anak.

putus

sekolah

Di Kecamatan Lempuing anak

Mayoritas orang tua di Kecamatan

putus sekolah mayoritas menghisap rokok

Lempuing mengetahui anak mereka yang

antara 6-15 batang perhari. Namun ada

telah putus sekolah merokok. Dari yang

juga yang merokok 16-20 batang perhari.

berpendidikan tidak tamat SD sampai

Anak putus sekolah yang berani dan

tamat SMA ternyata mengetahui anak

terbiasa merokok 16-20 batang mayoritas

mereka merokok.

tidak mengetahui pendidikan orang tua

Dari 50 responden anak putus

mereka. Hal ini menunjukkan keterbukaan

sekolah di Kayu Agung, ternyata 26 orang

dalam keluarga belum berjalan optimal.

mengaku

Kondisi ini tentunya akan berpengaruh

mengkonsumsi rokok dan 24 responden

juga dalam sosialisasi nialai dan pola

mengaku ayahnya tidak melarang mereka

asuh

merokok.

keluarga

keterbukaan merokok

tersebut.

anak

mereka,

Termasuk

tentang dan

perilaku kurangnya

perhatian orang tua terhadap anak. Tingkat pendidikan ayah juga bisa

ayahnya

Ayah

yang

melarang

mereka

melarang anaknya

merokok mayoritas adalah yang memiliki pendidikan tamat SMA. Sementara ayah yang mayoritas tidak melarang anak

dikaitkan dengan keingintahuan ayah

merokok adalah berpendidikan tamat SD.

sebagai kepala rumah tangga untuk

Ini

memperhatikan anak mereka. Asumsinya

perbedaan

semakin tinggi tingkat pendidikan, pola

semakin

asuh yang diterapkan adalah lebih

pendidikan

memperhatikan, mengontrol dan

pengetahuan

melindungi anak sebagai bagian dari

diperolehnya dalam pola pengasuhan dan

keluarga.

pendidikan

mengindikasikan cara lama

pengasuhan mereka

semakin dan

anak.

adanya

satu dimana

mengenyam banyak

pula

pengalaman

yang

Akibatnya

terdapat

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

perbedaan atau variasi cara pengasuhan

mabuk-mabukan, mencopet, perkelahian

berdasarkan tingkat pendidikan tersebut.

dan lainnya.

Sementara

itu

di

Kecamatan

Oleh karena itu fenomena anak

Lempuing mayoritas orang tua juga tidak

putus

melarang

masalah

anak

mereka

merokok.

sekolah

menjadi

sosial.

salah

Anak

satu

merupakan

Berdasarkan data ternyata ada hubungan

generasi penerus bangsa yang akan

yang signifikan antara tingkat pendidikan

membawa bangsa ke arah kemajuan.

ayah dan larangan kepada anak untuk

Jika banyak anak putus sekolah memiliki

tidak merokok. Ayah yang tamat SMA

lingkungan

ternyata

kemungkinan

paling

banyak

memberikan

yang

tidak

anak

akan

mengalami

tumbuh

SMP dan tidak tamat SMA.

Karenanya perlu diperhatikan bagaimana

itu

terdapat

signifikansi

yang

maka

larangan dibanding ayah yang tamat SD,

Selain

kembah

bagus

tidak

bagus.

menciptakan lingkungan yang layak bagi

dalam hal pendidikan ayah dan tidak

anak

melarangnya orang tua jika anaknya

proses tumbuh kembang mereka.

merokok.

Semakin

rendah

tingkat

sehingga

bisa

mengoptimalkan

Kebiasaan merokok anak putus

pendidikan maka ada kecenderungan

sekolah berhubungan dengan lingkungan

semakin besar orang tua membiarkan

pergaulan dan dengan siapa mereka

anak merokok. Hal ini terkait dengan

melakukan aktivitas merokok. Berikut

pengetahuan, pengalaman, serta pola

gambaran bagaimana aktivitas merokok

asuh dalam keluarga yang tentunya

anak putus sekolah di Kecamatan Kayu

berbeda berdasarkan tingkat pendidikan

Agung;

yang mereka miliki.

Mayoritas lebih

Faktor lingkungan Anak

bersama

teman

mereka

merokok dari

pada

sendirian. Ini berkaitan dengan seringnya

lingkungan pergaulan yang berbeda dari

kumpul dan bertemu teman di tempat

anak sekolah. Jika anak sekolah lebih

nongkrong. Selain itu mereka terbiasa

banyak waktu di luar rumah dihabiskan di

merokok ”rame-rame” dengan sesama

sekolah

mereka. Ada keuntungan sendiri ketika

untuk maka

sekolah

beraktivitas

memiliki

formal,

putus

memilih

anak putus sekolah

menjalani anak

pendidikan sekolah

merokok bareng teman-teman; antara lain

menghabiskan waktu di luar rumahnya di

bisa sambil mengobrol dan jika tidak

tempat kerja atau tempat nongkrong

punya uang untuk beli rokok maka akan

mereka.

mendapatkan rokok dari temannya.

Lingkungan

putus

pergaulan

anak

putus sekolah memungkinkan mereka melakukan perilaku menyimpang seperti

Tidak

berbeda

dengan

di

Kecamatan Kayu Agung, anak putus

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

sekolah di Kecamatan Lempuing lebih

menunjukkan tidak ada perbedaan antara

memilih merokok bersama teman mereka

wilayah

dari pada merokok sendirian. Merokok

mengenai informasi awal tentang rokok

bareng

bagi anak putus sekolah.

teman

memberikan

beberapa

perkotaan

dan

perdesaan

keuntungan anatara lain; bisa mengobrol dengan santai dan jika tidak memiliki

KESIMPULAN:

rokok bisa meminta teman yang sedang

1.

Berbeda dari alasan anak putus

merokok. Tidak jarang pula kawan yang

sekolah pertama kali

memiliki rokok menawari rokok pada

Kecamatan

teman yang tidak memiliki rokok.

mayoritas karena pengaruh teman,

Informasi awal tentang rokok bagi

maka

di

Kayu

merokok di Agung

Kecamatan

yang

Lempuing

anak putus sekolah banyak diperoleh dari

menunjukkan

teman

mereka merokok karena keinginan

sebaya

mereka,

yang

sering

bertemu dan berkumpul baik di tempat kerja

maupun

di

tempat

mereka. Berikut tabel

nongkrong

2.

informasi awal

dari

teman

informasi tentang dari

Biasanya

Ternyata baik di Kecamatan Kayu Agung

(perkotaan)

maupun

Kecamatan Lempuing (pedesaan)

Selain

diperoleh

alasan

untuk mencoba rokok.

tentang rokok.

(62%),

mayoritas

iklan

mereka

pergaulan

perilaku

rokok juga

rokok

merokok

anak

putus

sekolah berkaitan dengan siapa

(36%).

anggota keluarga yang merokok. Di

menyebutkan

kedua Kecamatan tersebut ayah

mengetahui tentang rokok dari iklan yang

dan

dipromosikan oleh pihak produsen rokok.

memberikan pengaruh pada anak

Bentuk iklan tersebut bisa melalui media

putus sekolah untuk merokok.

cetak maupun elektronik serta even-even anak

muda

yang

disponsori

3.

oleh

saudara

yang

merokok

Sama halnya dengan anak putus sekolah di Kecamatan Kayu Agung,

perusahaan rokok.

di

Selain mengetahui tentang rokok

Lempuing

tempat

nokrong

menjadi

tempat

favorit

untuk

ternyata para anak putus sekolah juga

merokok,

diikuti

warung

tempat

mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari

membeli rokok untuk melakukan

merokok lewat bungkus rokok itu sendiri,

aktivitas merokok.

dari media massa dan dari orang tua.

4.

Di Kecamatan Lempuing ternyata

Di Kecamatan Lempuing informasi

jumlah orang tua yang mengetahui

awal tentang rokok di kalangan anak

anak mereka merokok lebih besar

putus sekolah mayoritas berasal dari info

dari

teman (58%) dan iklan (40%). Hal ini

Agung. Sebanyak 94 persen orang

pada

di Kecamatan

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Kayu

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

tua mengetahui anak mereka yang

tamat SD, SMP dan tidak tamat

putus sekolah merokok sementara

SMA.

di Kayu Agung hanya 86 perseb. 5.

6.

Di

Kecamatan

8.

Lempuing,

Mayoritas anak putus sekolah lebih memilih

beraktivitas

merokok

menunjukkan kondisi yang berbeda

bersama teman mereka dari pada

dari Kecamatan Kayu Agung. Jika

sendirian.

Ini

di Kecamatan Kayu Agung jumlah

seringnya

kumpul

orang

(52

teman di tempat nongkrong. Selain

persen) dan tidak melarang (48

itu mereka terbiasa merokok ”rame-

persen)

hampir

rame” dengan sesama mereka. Ada

sama, ternyata orang tua anak

keuntungan sendiri ketika merokok

putus

Kecamatan

bareng teman-teman; antara lain

Lempuing mayoritas tidak melarang

bisa sambil mengobrol dan jika

anak mereka merokok. 76 persen

tidak punya uang untuk beli rokok

orang tua membiarkan anak mereka

maka akan mendapatkan rokok dari

merokok.

temannya.

tua

yang

anak

melarang

merokok

sekolah

Melihat kaitan

di

antara larangan

9.

Selain

dari

berkaitan dan

teman

bertemu

pergaulan,

orang tua dan jumlah rokok yang

informasi

dihisap tampaknya sangat menarik

diperoleh dari iklan rokok. Biasanya

karena ternyata anak putus sekolah

mereka menyebutkan mengetahui

yang tidak dilarang merokok berani

tentang

merokok

batang

dipromosikan oleh pihak produsen

perhari. Sementara anak yang di

rokok. Bentuk iklan tersebut bisa

larang

batang

melalui

secara

elektronik serta even-even anak

sampi

16-20

maksimal

perhari.

Akan

11-15 tetapi

tentang

dengan

rokok

dari

media

muda

yang

perusahaan rokok

maupun

tidak

iklan

cetak

keseluruhan anak merokok baik dilarang

yang

rokok

juga

yang

maupun

disponsori

oleh

ternyata mengkonsumsi rokok pada kisaran 6-15 batang perhari. 7.

Berdasarkan

data

ternyata

ada

hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan

ayah

DAFTAR PUSTAKA 1.

Badan Pusat Statistik. 2007. Kabupaten Ogan Komering Ilir Dalam Angka, Tahun 2006-2007. Kabupaten OKI

2.

BKKBN, 2007 Data Jumlah Kelularga di Kabupaten OKI. Kantor BKKBN OKI

dan

larangan kepada anak untuk tidak merokok. Ayah yang tamat SMA ternyata paling banyak memberikan larangan

dibanding

ayah

yang

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan

Jurnal Pembangunan Manusia Vol 10 No.1 Tahun 2010

8.

Ritzer, Goerge. 2006. Teori sosiologi Modern, Jakarta: Gramedia Soekanto, Soerjono. 2005 Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT Raja Grafindo

3.

Faisal, Sanapiah, Sosiologi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional

9.

4.

Haryanto, Didik, 2008. Putus Sekolah di Kalangan anak Sekolah di Tingkat Pendidikan Dasar, Skripsi

10. Oktaveni, Elsie. 2008. Perilaku Merokok Remaja Putri di Zinc Cafe Palembang. Skripsi FISIP Unsri

5.

Lukita, Ardiansyah. 2007. Mahasiswa dan Kebiasaan Merokok. Skripsi FISIP Unsri

6.

7.

Elita, Fuji, 2006, Pembinaan Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja Indralaya, Skripsi Unsri Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya

11. Yunindyawati dkk. 2008. Pemetaan perilaku Merokok Anak di Kabupaten OKI Sumatera Selatan. Menneg PP bekerjasama dengan PSW Unsri. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tanun 2002 tentang Perlindungan Anak 13. Laporan Penelitian PSW Unair. 2007. Profil Anak Merokok di Surabaya.

Yunindyawati : Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah di Wilayah Perkotaan Dan Perdesaan