perbedaan persepsi masyarakat secara signifikan terhadap pertunjukan seni tari
di ... Setiap daerah memiliki identitas budaya yang berbeda, eksperasi budaya.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERTUNJUKAN SENI TARI DI KOTA PAMEKASAN MADURA Della Vigo Eprilia E-mail: della cintanya
[email protected] Abstract: Pamekasan is area of Madura, Pamekasan population in general has a character has a personality that is against the background with a strong Islamic religion. While the art of dance performances can also be accepted by public in general Pamekasan. Refer to the personality of the Pamekasan, then the purpose of this study was to determine (1) public perception of dance performances in the city of Pamekasan Madura (2) differences in perceptions significantly to the art of dance performances in the city of Pamekasan Madura. The design of this research used a quantitative approach by using descriptive and Chi-Square Test techniques. The results are (1) public perception of dance performances in the city Pamekasan most ordinary people expressed in the presence of a dancer, dance, dance clothes, dance music, and her makeup in the form of presentation, but most people agree, (2) there significant difference in people's perception of dance performances in the city of Pamekasan Madura with differences in the perception that most people claim regular and most people agree. Abstrak: Pamekasan merupakan wilayah Madura, penduduk Pamekasan secara umum mempunyai karakter memiliki kepribadian yang dilatar belakangi dengan agama islam kuat. Sementara seni pertunjukan tari juga dapat diterima oleh masyarakat Pamekasan secara umum. Merujuk dengan kpribadian masyarakat Pamekasan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan Madura (2) perbedaan persepsi masyarakat secara signifikan terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan Madura. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik deskriptif dan teknik Chi-Square Test. Hasil penelitian adalah (1) persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan sebagian besar masyarakat menyatakan biasa dengan keberadaan penari, gerakan tari, busana tari, musik tari, dan tata riasnya tetapi dalam bentuk penyajiannya sebagian besar masyarakat menyatakan setuju, (2) ada perbedaan persepsi masyarakat yang signifikan terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan Madura dengan perbedaan persepsi yaitu sebagian besar masyarakat menyatakan biasa dan sebagian besar masyarakat menyatakan setuju. Kata Kunci: Persepsi, Masyarakat, Seni Tari, Pamekasan Madura Setiap daerah memiliki identitas budaya yang berbeda, eksperasi budaya ini tercermin dari tatanan dan perilaku manusia yang hidup di daerah tersebut. Begitu juga dengan kota Pamekasan sebagai salah satu kabupaten yang ada di masyarakat kota Pamekasan yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang
besar ini, tentunya memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan pola hidup maupun perilaku masyarakat Pamekasan (Dinas P&K Kabupaten Pamekasan, 2001: 3). Menurut Setiawati (2008: 2) kemampuan masyarakat untuk menularkan budaya erat hubungannya dengan kemampuan berpikir, kepekaan perilaku, dan kreativitas dan eksperimen imajinasi dalam mewujudkan hasil budaya. Cara-cara tersebut muncul pada saat mencari ide, menjabarkan ide, dan memproses terwujudnya komunitas berkesenian. Seni sebagai salah satu bentuk ekspresi dari rasa, cipta dan karsa umat manusia, sudah sejak lama menjadi bagian penting di tengah kehidupan masyarakat. Persepsi masyarakat kota Pamekasan terhadap pertunjukan seni tari tentu dipengaruhi oleh pemahaman mengenai hakikat seni tari yang sebagai bagian dari budaya yang selalu berkembang perlu diperhatikan dan dijaga tata nilainya agar tidak tercampur dengan budaya lain yang tidak sesuai dengan tata nilai budaya di kota Pamekasan.
Kehadiran pertunjukan seni tari di kota Pamekasan
telah
memberikan pandangan yang pro dan kontra di masyarakat, sehingga menjadikan seni tari memiliki pandangan yang beragam bagi masyarkat kota Pamekasan sebagai daerah yang memiliki kepribadian yang cenderung memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap seni tari dan dilatar belakangi oleh kondisi geografis di daerah tersebut. Pada hakikatnya seni tari sebagai bentuk keindahan yang mengandung berbagai pesan yang terkandung di dalamnya (Jazuli, 1994: 75). Berdasarkan dari pendapat Jazuli di atas menunjukkan bahwa pesan yang terkandung dalam seni tari bagitu amat kompleks, Seni tari yang berada di suatu daerah yang dapat diamati sampai saat sekarang merupakan rangkaian jalur kehidupan seni budaya sejak berabad-abad yang lalu. Disisi lain kehidupan kesenian sesuai dengan keselarasan antara perasaan dan pikiran berupa ciptaan yang indah dan murni, maka kesenian merupakan sesuatu yang hidup selaras dan senafas dengan kehidupan manusia dan akan menghasilkan suatu bentuk pencerminan ciptaan keindahan bagi manusia itu sendiri. Berbagai ragam dan macam bentuk kesenian yang berada di kota Pamekasan yang hendak dituangkan dalam gerak-gerik (seni tari) dalam nada seni (musik) atau dalam kombinasi kedua-duanya. kondisi semacam tersebut ternyata menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat kota Pamekasan, perihal
tersebut juga dilatarbelangi adanya anggapan masyarakat yang beranggapan dengan tubuh perempuan seperti penari yang tidak menutup auratnya, tari tersebut masih jauh dari tata nilai budaya kota Pamekasan, sehingga diperlukan adanya kejelasan tentang keberadaan seni tari. Di dalam Dinas P&K Kabupaten Pamekasan (2003: 5) tertulis bahwa dewasa ini banyak pementasan seni tari di kota Pamekasan yang terdiri dari gerak, tubuh, tari, seni, pertunjukan dan perkembangan alat untuk mengurainya dan ia telah memperlihatkan pengaruhnya terhadap pandangan masayarakat yang pro dan kontra terhadap seni tari yang berada di kota Pamekasan. Berdasarkan hal ini juga diketahui bahwa pementasan seni tari di kota Pemekasan memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap seni tari dan dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat di daerah tersebut, untuk mengungkap perbedaan terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan salah satu cara melalui persepsi masyarakat kota Pamekasan. Seni tari dalam masyarakat kota Pamekasan pada masa sekarang kebanyakan dari berbagai macam kegiatan yang senantiasa terbentuk dari budayanya. Bahasa tubuh yang merupakan alat kerja dan permainan yang pertama untuk digunakan pada berbagai tujuan dalam seni tari, secara mandiri juga merupakan suatu alat pengunggkapan dari seni tari yang berada di kota Pamekasan. Bila bahasa tutur tidak cocok atau tidak mampu mengungkapkan seni tari yang sesui dengan budaya masyarakat kota Pamekasan tentunya menimbulakan pandangan yang pro dan kontra, meskipun dalam pertunjukan seni tari bahasa tubuh diatur sedemikian rupa untuk mengungkapan sepenuhnya dalam gerakan,
namun gerakannya tidak sesuai dengan keadan nilai-nilai budaya
masyarakat kota Pamekasan, hal demikian juga menimbulkan padangan yang pro dan kontra terhadap seni tari di masyarakat kota Pamekasan. Apalagi pementasan seni tari di kota Pamekasan diperkeras lagi oleh pengeras suara yang berlebih-lebihan diciptakan untuk manarik, menghormati, dan mempesonakan tamu-tamu terpilih dan khalayak ramai, acara tari ini kini telah menjadi salah satu ciri khas kerapan sapi Madura. Oleh karena gerak tari tersebut
merupakan
proses
komunikasi
non
verbal
setiap
masyarakat
menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesannya, masyarakat
mempunyai
acara-cara
tersendiri
untuk
menyampaikan
pesan-pesan
individualnya, sehingga masyarakat sekitar juga mempunyai pandangan yang berbeda-beda atau memiliki persepsi pro dan kontra terhadap pertunjukan seni tari tersebut. Adanya pandangan pro dan kontra di masyarakat kota Pamekasan terhadap pertunjukan seni tari disebabkan gerakan-gerakan yang disampaikan agaknya bukan sekedar gerakan-gerakan biasa, namun dibaliknya terkandung maksud atau makna tertentu. Makna-makna itulah yang diartikan oleh masyarakat kota Pamekasan sebagai simbol komunikasi dalam tarian tersebut, disamping itu pesan yang dikandung didalamnya seni tari itu berbaur kearah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berada di masyarakat kota Pamekasan yang masyarakatnya mayoritas menganut agama islam sebagaimana yang dituliskan oleh Rifai (2007: 34) berikut. Pada intinya pembicaraan mengenai masyarakat kota Pamekasan masuk dalam tema cakupan pembicaraan masyarakat Timur. Termasuk pula dalam kajian masalah penciptaan seni tari, konsep cipta seni masyarakat Timur cenderung dipengaruhi oleh unsur keagamaan. Peran konsepsi keagamaan ini menjadi jaringan tradisional yang menjadi turun temurun dari generasi ke generasi. Hal ini disebabkan oleh “masyarakat Timur memandang bahwa agama merupakan soal yang vital dari kehidupan sehari-hari” (Gozalba dalam Pamadhi, 1985: 68). Pendapat ini diperkuat oleh Koentjaraningrat (1982)” Kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran pra-logis, dan keramah tamahan”. Konsep masyarakat Timur mencakup semua aspek kehidupan, kehadiran tari bagi masyarakat Timur membawa makna bagi kehidupan. Pengkajian tari masyarakat Timur tidak dapat lepas dari konsep-konsep yang mendasarinya baik tentang wujud atau makna tari tersebut, untuk mengungkap keberadaan seni tari di kota Pamekasan salah satu cara melalui pandangan masyarakat kota Pamekasan. Masyarakat dan pertunjukan seni tari merupakan suatu kaseatuan yang berkaiatan, kedua-duanya tidak bisa dipisahkan, dimana ada pertunjukan seni tari dsitu ada masyaratnya, tidak akan ada pertunjukan seni tari jika tidak ada pendukung dari masyarakat.
Masyarakat
kota
Pamekasan
dalam
menyatakan
pendapat
dan
pertimbangan terhadap pertunjukan seni tari tentunya berbeda-beda. Baik atau tidak anggapannya mengenai suatu tari yang disajikan, tepat atau tidak cara penilaiannya, itu semua merupakan hak dari pihak masyarakat kota Pamekasan. Pertunjukan seni tari tidak hanya menilai keindahan pada kemampuan ungkapan gerak untuk memuaskan masyarakat saja, namun ditentukan pula oleh benar atau tidaknya tari itu dibawakan atas dasar pola yang telah ditentukan. Sehingga jika berbeda teknik meskipun memiliki keindahan menurut norma gerak tari yang umum, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan tari yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat kota Pamekasan akan menjadi tidak indah karena tidak benar atau tidak sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Jadi pandangan masyarakat berperan penting dalam menilai terhadap pertunjukan seni tari. Berdasarkan pada uraian di atas keberadaan seni tari yang ada di kota Pamekasan pada dasarnya mengandung unsur-unsur kesederhanaan, namun terdapat hal-hal menarik dari pertunjukan seni tari, yaitu sifat masyarakat yang pro dan kontra pada pertunjukan seni tari. Sehingga dalam kerangka penelitian ini disusun dengan maksud untuk mengupas ”Persepsi Masyarakat Terhadap Pertunjukan Seni Tari di Kota Pamekasan Madura” METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam penelitian dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan dari hasilnya dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Arikunto, 2006: 12). Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Pamekasan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Pamekasan, Jumlah masyarakat yang didata pada tahun 2012 sebanyak 88.690 masyarakat. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin, diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang responden. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui penyebaran kuisioner, wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data dengan menggunakan teknik deskriptif dan teknik Chi-Square Test. Deskripsi dalam penelitian ini digunakan untuk menguraikan data diri responden yang akan
mengidentifikasikan persepsi masyarakat Kota Pamekasan Madura, karena penelitian deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui secara empirik tentang gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian sistematis atau keakuratan data. Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik nonparametrik dengan analisis Chi-Square melalui teknik Friedman Test yang bertujuan untuk menguji terdapat tidaknya perbedaan persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan Madura. HASIL DAN PMEBAHASAN Persepsi Masyarakat Terhadap Pertunjukan Seni Tari Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan. Pertama persepsi masyarakat terhadap penari di kota Pamekasan sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 63,93% masyarakat kota Pamekasan yang menyatakan biasa terhadap penari yang ada di kota Pamekasan. Hal ini berarti bahwa penari laki-laki maupun perempuan oleh masyarakat kota Pamekasan dipandang biasa dalam pertunjukannya. Persepsi masyarakat
kota Pamekasan terhadap penari didasarkan pada siapa yang
melakukan tarian tersebut dan dengan cara bagaimana tarian tersebut dipertunjukkkan, keselarasan lahiriah dalam penari harus sesuai dengan bentuk tarian yang akan diperagakan dan kemudian diikuti dengan keselarasan batiniah yang memungkinkan penari mampu mempengaruhi bahkan mengendalikan pikiran dan perasaan masyarakat kota Pamekasan. Kedua Persepsi masyarakat kota Pamekasan terhadap bentuk penyajian tari sebagaian besar menyatakan setuju yaitu sebesar 71,0% masyarakat kota Pamekasan yang menyatakan setuju terhadap bentuk penyajian tari yang ada di kota Pamekasan. Hal ini berarti pandangan masyarakat terhadap bentuk penyajian tari di kota Pemakasan cukup besar, demikian juga bentuk penyajian tari di kota Pamekasan yang diikuti dengan semakin maraknya perkembangan karya-karya tari baru dewasa ini. Bentuk penyajian tari di kota Pamekasan yang bertujuan untuk memberi pengalaman keindahan atau hiburan kepada masyarakat yang disajikan agar dapat memperoleh tanggapan sebagai suatu hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada mata dan hati masyarakat, oleh karena itu, tari sebagai
seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan. Ketiga persepsi masyarakat terhadap gerakan tari di kota Pamekasan sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 59,04% masyarakat kota Pamekasan yang menyatakan biasa terhadap gerakan tari yang ada di kota Pamekasan. Hal ini berarti gerakan tari yang diangkat dalam pertunjukan seni tari di kota Pamekasan merupakan gerakan tari biasa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja gerakan tari dibentuk sedemikian rupa agar terlihat indah. Gerakan tari di kota Pamekasan didesain dengan sederhana, hal ini disesuikan dengan tata nilai dan budaya masyarakat kota Pamekasan, tetapi untuk yang menghayati kesesuain gerak menjadi obyek yang perlu dipelajari dan dimaknai agar menjadi segala sesuatu yang berguna bagi diri maupun masyarakat. Gerakan yang dihasilkan dalam pertunjukan tari di kota Pamekasan pada dasarnya dapat berupa gerak keseharian, olah raga, gerak bermain, dan bekerja, sehingga dari gerakan tari tersebut masyarakat kota Pamekasan memandang gerakan tari sebagai gerakan yang biasa. Keempat persepsi masyarakat terhadap busana tari di kota Pamekasan sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 56,33% masyarakat kota Pamekasan yang menyatakan biasa terhadap busana tari yang ada di kota Pamekasan. Hal ini berarti busana tari yang diangkat dalam pertunjukan seni tari di kota Pamekasan merupakan busana tari biasa dalam arti tidak rumit dengan model sederhana yaitu secara teknis mudah cara memakainya sehingga untuk mengenakannya tidak memerlukan waktu yang lama. Busana tari dikatakan baik apabila busana tari tersebut dapat membantu gerak tari serta dapat mendukung penampilan dan memperkuat karakter tokoh yang dibawakan, tentu saja sebelumnya dari penata busana sudah memberi pengarahan misalnya makeup mata dengan warna sama, pemakaian kain, yang sekiranya penari mampu melakukan. Kelima persepsi masyarakat terhadap musik tari di kota Pamekasan sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 65,15% masyarakat kota Pamekasan yang menyatakan biasa terhadap musik tari yang ada di kota Pamekasan. Hal ini berarti musik sebagai pengiring tari bagi masyarakat kota
Pamekasan
dipandang
sebagai
hal
yang
biasa
keberadaannya
dalam
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip umum yang mendasarinya semua karya seni, mungkin sekali musiklah yang paling mempengaruhi tradisi budaya masyarakat untuk menentukan patokan-patokan sosial dan patokan-patokan individu, mengenai apa yang disukai dan apa yang diakui. Keenam persepsi masyarakat terhadap tata rias tari di kota Pamekasan sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 63,4% masyarakat kota Pamekasan yang menyatakan biasa terhadap tata rias tari yang ada di kota Pamekasan. Hal ini berarti tata rias dipandang biasa dalam peretunjukan seni tari, yang dimaksud biasa disini adalah rias keseharian/pentas yang biasa dan berkesan lembut dengan warna-warna yang digunakan pada tata rias ini tidak ada batasan, disini yang digunakan cuma bedak, pensil alis dan pemerah pipi, lain dengan pentas-pentas yang umum, menggunakan make-up yang warna-warni. Perbedaan Persepsi Masyarakat Terhadap Pertunjukan Seni Tari Terdapat perbedaan persepsi masyarakat yang signifikan terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan Madura. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengujian melalui teknik Chi-Square Tests yang perbedaan persepsinya memiliki rata-rata bertingkat mulai dari bentuk penyajian tari, gerakan tari, musik tari, varibel persepsi, penari, busana tari, dan tata rias. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan persepsi masyarakat kota Pamekasan secara umum terhadap pertunjukan seni tari adalah sebagian besar masyarakat menyatakan biasa dan sebagian besar masyarakat juga menyatakan setuju. Berdasarkan adanya perbedaan persepsi masyarakat kota Pamekasan secara signifikan terhadap pertunjukan seni tari, berarti pertunjukan seni tari di kota Pamekasan berkaitan dengan keadaan masyarakat. Dari kenyataan tersebut, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarkat kota Pamekasan terhadap pertunjukan seni tari. Sebagian masyarakat kota Pamekasan dalam memandang suatu pertunjukan seni tari menganggap sebagai hiburan saja, sehingga dalam hal ini berharap hanya untuk memperoleh sesuatu yang menyenangkan, baik dari bentuk penyajian tari, gerakan tari, musik tari, penari, busana tari, dan tata riasnya.
Perbedaan persepsi di masayarakat kota Pamekasan mempunyai proses yang cukup panjang dan tidak akan tuntas serta puas dengan sebuah pembahasan yang sepintas. Kehadiran seni tari di masyarakat di mulai dari jaman primitive sampai abad modernisasi sekarang ini, mempunyai peranan tersendiri serta andil tersendiri seiring dengan kebutuhan masyarakat akan keberadaan tari tersebut. Dalam hal ini Soedarsono (1999: 40) mengklasifikasikan peranan fungsi seni di masyarakat yang menjadi tiga bagian utama, yakni fungsi upacara, hiburan dan pertunjukan atau apresiasi. Mengingat tempat kedudukan masyarakat di kota pamekasan satu dengan yang lainnya berbeda-beda, maka persepsi mereka beranekaragam pula terhadap pertunjukan seni tari. Berbicara masalah perbedaan persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan, maka dengan sendirinya akan terkait pada masalah isi di dalamnya, yakni yang menyangkut terhadap masalah struktur penyajian kesenian tersebut. Pertunjukan seni tari di kota Pamekasan, selalu dipertunjukan dalam bentuk panggung arena terbuka atau lapangan. Hal ini terjadi karena pertunukan seni tari bersifat komunikatif, dalam arti memerlukan penonton guna terciptanyasebuah interaktif antara pemain dan penonton, terutama pada bagian penari muncul. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah (1) persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan adalah persepsi terhadap penari sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 63,93% masyarakat, persepsi terhadap bentuk penyajian tari sebagaian besar menyatakan setuju yaitu sebesar 71,0% masyarakat, persepsi terhadap gerakan tari sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 59,04% masyarakat, persepsi terhadap busana tari sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 56,33% masyarakat, persepsi terhadap musik tari sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 65,15% masyarakat, persepsi terhadap tata rias tari sebagaian besar menyatakan biasa yaitu sebesar 63,4% masyarakat, (2) ada perbedaan persepsi masyarakat yang signifikan terhadap pertunjukan seni tari di kota Pamekasan Madura dengan perbedaan persepsi yaitu biasa dan setuju, hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan persepsi
masyarakat kota Pamekasan secara umum terhadap pertunjukan seni tari adalah sebagian besar masyarakat menyatakan biasa dan sebagian besar masyarakat juga menyatakan setuju. Saran Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut. Bagi Masyarakat kota Pamekasan dengan adanya perbedaan persepsi masyarakat secara signifikan terhadap pertunjukan seni tari diperlukan suatu tindakan dalam rangka mengarahkan persepsi masyarakat sehingga dengan keberadaan pertunjukan seni tari tidak terjadi perbedaan persepsi yang dapat memunculkan suatu permasalahan baru di masyarakat. Bagi masyarakat secara umum dengan adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari, diharapkan untuk lebih mengenal dan memahami mengenai pertunjukan seni tari sehingga dengan keberadaan pertunjukan seni tari tidak terjadi perbedaan persepsi, karena pada dasarnya perbedaan persepsi itu disebabkan oleh ketidak pamahaman masyarakat terhadap pertunjukan seni tari. Bagi masyarakat seni tari diharapkan dapat mengambil hikmah dari perbedaan persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari, sehingga menjadi mawas diri dan memahami terhadap perbedaan persepsi yang terjadi di masyarakat terutama pada saat mengadakan pertunjukan seni tari. Bagi penelitian mendatang hendaknya wilayahnya penelitian lebih diperluas lagi, sehingga persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari akan lebih terlihat. Disamping itu, pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pertunjukan seni tari. Penelitian mendatang hendaknya instrumen penelitian lebih diperdalam dan dikembangkan lagi, sehingga kemampuan mengukurnya lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta. Amirrulah, 2002. Perilaku Konsumen, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Azra, Azumardi. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Cet. I. Jakarta: Paramadina. Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III. Jakarta: Depdiknas RI dan Balai Pustaka.
Dinas P&K Pamekasan. 2001. Tari Rondhing Dan Tari Topeng Gettak. Dokumen tidak dipublikasikan. Dinas P&K Kabupaten Pamekasan. Gibson, Ivancevich & Donnelly. 1994. Organisasi, Perilaku – Struktur – Proses, Edisi kedelapan, Jakarta: Binarupa Aksara, Jazuli, M. 1994. Paradigma Pendidikan Seni. Surabaya. Unesa Universty Press. Koentjaraningrat.1985 Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Leavitt, Harold J., 1978. Psikologi Manajemen, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hidajat, Robby. 2005. Menerobos Pembelajaran Seni Tari Pendidikan 2. Malang. Banjar Seni Gantar Gumelar. Martes Hatch, & Hall Jo,. 1995. Organization Theory, Modern Symbolic and Postmodern Perspectives. Oxford University Press, Oxford. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian, Cetakan kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rifai, Mien Ahmad. 2007. Manusia Masyarakat kota Pamekasan. Yogyakarta: Pilar Media Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika Lengkap Dengan Aplikasi SPSS 14. Bandung: Alfabeta. Rahman, Fazlur. 1999. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition Chicago; The university of Chicago Press. Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. PPKI. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi Kelima. Universitas Negeri Malang. Pamadhi, Hajar, 1985, Tinjauan Sosiologis Landasan Idiil Seni Rupa Klasik Menurut Konsepsi Jawa. Yogyakarta: FBP IKIP Yogyakarta. Priyatno, Duwi. 2009. Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta. Penerbit Andi. Poerwanti, Endang. 2000. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Setiawati, Rahmida (2008). Seni Tari Jilid 1. Jakarta. Depdiknas. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta. Singarimbun, Masri & Efendi, S. 1995.Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sumadi, A. 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo, Gramedia Widiasarana Indonesia. Sumandiyo, Hadi, . 1991. Aspek-aspek dasar Komposisi Kelompok Yogyakarta; Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Supardjan, Selo, 1985, Perubahan Sosial di Yogyakarta, diterjemahkan oleh H,J. Koesoemanto, Yogyakarta Universitas Gajah Mada Press. Sedyawati, Edy. 1998 Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Jakarta: Sinar harapan.
Schiffman, Leon G. and Kanuk, Leslie Lazar, 1991. Consumer Behaviore. Fourth Edition, Prentice-Hall International, Inc. Soedarsono, (ed). 1992 Pengantar Apresiasi Seni, Jakarta: Balai Pustaka. Soedarsono, (ed) 1977 Tari – Tarian Indonesia Pengembangan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Umar, Husein, 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia. Wiyata, A. Latief. 2002. Carok; Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Masyarakat kota Pamekasan. Yogyakarta: LKiS. Walgito, Bimo. (2000) Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Internet Atkinson Erol, & Helgard El-Bdour, 1991. Behavior and Patronage Factors of Bank Customer towards Islamic Bank. International Journal Banking Management, 7, 6, 1989, 31-37. (Online) http://puslit.persepsi.ac.id/journals/management/. Diakses Selasa, 05 Desember 2011. Mussadun. 2000. Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang : Ditinjau dari Undang-Undang No.24 Tahun 1992.” Tata Loka Vol 5. (Online) http://puslit.persepsi.ac.id/journals/management/. Diakses Selasa, 05 Desember 2011. Ruch, Achmad. 1967. Persepsi maysrarkat Surabaya terhadap kebugaran dan kecantikan. (Online) http://puslit.persepsi.ac.id/journals/management/. Diakses Selasa, 05 Desember 2011. Widiyanti, iyos. 1993. Persepsi siswa tentang pembelajaran IPS di kabupaten Subang. Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. (Online) http://puslit.persepsi.ac.id/journals/management/. Diakses Selasa, 05 Desember 2011.