PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU ...

335 downloads 2657 Views 2MB Size Report
Chairunnisa., 107013003259, Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran. Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat, 2011.
PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT SKRIPSI Diajukan untuk Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S. Pd.)

Oleh:

Chairunnisa 107013003259

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S.Pd.)

Oleh

Chairunnisa 107013003259

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing

Makyun Subuki, M.Hum NIP. 19800305 200901 1 015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat disusun oleh Chairunnisa Nomor Induk Mahasiswa 107013003259, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 20 Desember 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S-1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta,

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. NIP 19640212 199903 2 001

.............

Penguji I Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. NIP 19640212 199903 2 001

.............

Desember 2011

TTD

Penguji II Dra. Hindun, M.Pd. NIP 19701215 200912 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa’i, M.A.,Ph.D. NIP 19591020 198603 2 001

UJI REFERENSI

Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar

Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat” yang disusun oleh

Chairunnisa NIM 107013003259 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji keberadaannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 03 November 2011.

Jakarta, 03 November 2011 Dosen Pembimbing Skripsi

Makyun Subuki, M.Hum NIP 19800305 200901 1 015

LEMBAR PERNYATAAN KARYA PENULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Chairunnisa

NIM

: 107013003259

Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yaang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November 2011 Penulis

Chairunnisa

ABSTRAK Chairunnisa., 107013003259, Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK AlHidayah Ciputat. Masalah terfokus pada persepsi siswa mengenai metode pembelajaran guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta proses pembelajaran yang efektif dengan hasil belajar siswa yang didapat. Penelitian ini dilakukan di SMK Al-Hidayah Ciputat. Populasi penelitian adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Hidayah Ciputat yang berjumlah 308 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 30 siswa. Peneliti melakukan penyebaran angket ke 30 siswa dengan 20 item pertanyaan dan meminta hasil belajar bahasa Indonesia siswa dari nilai raport semester ganjil dan genap. Metode penelitian menggunakan metode analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus Product Moment, yaitu dengan membandingkan nilai persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia sebagai variabel X dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa sebagai variabel Y. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Product Moment diperoleh hasil sebesar 0,25 yang berada pada 0,20-0,40 dan taraf signifikan 5% sebesar 0,374. Selain itu pula dapat diketahui bahwa konstribusi metode pembelajaran guru terhadap hasil belajar siswa di SMK AlHidayah Ciputat hanya 6,3% sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor yang lain. Dengan hasil thitung lebih kecil dari ttabel maka hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK A-Hidayah Ciputat. Meskipun hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan, penulis memberikan saran bagi guru agar senantiasa meningkatkan cara mengajar dengan metode pembelajaran yang efektif supaya siswa dapat pemahaman belajar dengan baik.

i

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan segala petunjuk kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan orang shaleh yang senantiasa berjuang menegakkan Islam melalui ilmu. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan motivasi yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis hanya dapat menyampaikan terima kasih yang terdalam dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1. Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmuu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 4. Makyun Subuki, M.Hum., Dosen Pembimbing yang tulus memberikan arahan dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini. 5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Seluruh petugas perpustakaan umum dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan referensi skripsi.

ii

7. Drs. Sukoco DM, Kepala Sekolah SMK Al-Hidayah Ciputat serta personil sekolah

(dewan

guru,

pegawai

tata

usaha,

siswa)

yang

telah

memperkenankan penulis mengadakan penelitian di SMK tersebut dan memberikan bantuan di dalam pelaksanaan penelitian. 8. Keluarga penulis, keluarga besar H.Galinah dan H. Aspuri. Terutama kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H.M.Thoyib dan Ibunda Hj.Ramah yang telah banyak memberikan kasih sayang, cinta, pengertian, motivasi, dan bantuan berupa moril dan materil yang tidak putus-putus, semua itu tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah Swt selalu menjaga dan membekahi kalian berdua. Aa iin dan K.ika sebagai kakakku, Chairul Rizal dan Chairu Ulin Ni’mah sebagai adik-adikku tercinta yang sudah memberikan dukungan dan motivasi. 9. Kepada rekan-rekan angkatan FITK 2007 terutama sahabat-sahabat PBSI 2007 kelas B, khususnya sahabat seperjuangan penulis yaitu DANHAFI (Dante, Amel, Nyun-nyun, Hendri, Adul, Ali, Fatma, dan Inay). Yang telah menciptakan pertemanan yang indah dan telah membuat hari-hari penulis penuh dengan ceria dan haru. Terima kasih atas dukungan dan konstribusi yang positif untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga persahabatan kita akan terus abadi. 10. Rekan-rekan PPKT 2010 Janah, Iis, K’Munzier, K’nung yang telah mencurahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Untuk kakak-kakak senior, seperti K’Syaidah Miqisyawa, K’Rian Hidayat, K’Alber Oki, K’Juned, K’yeti, yang telah memberikan doa dan inspirasi dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Tidak luput juga teman-teman kosan alumni Imman Putri 2009 terutama Ade Uswatun Jamiliah yang banyak kasih masukan. Khususnya temanteman kosan Bapak H. Tarmidzi Kertamukti yaitu mbak yuk, dik oval, kk Opah, teh Ros yang telah mewarnai hari-hari penulis dan memberikan motivasi yang positif. Rekan-rekan pengajar di SMP Islam Al-Hikmah Pd.Cabe yang memberikan motivasi kepada penulis agar cepat selesai.

iii

13. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan, dapat tergantikan oleh pahala dan rezeki berupa apapun dari Allah Swt. Walaupun demikian, isi dan penulisan skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini akan menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Jakarta,

Penulis

iv

November 2011

DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Permasalahan.................................................................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6 D. Sistematika Penulisan .................................................................... 7

BAB II

LANDASAN TEORI A. Hakikat Persepsi ............................................................................. 9 B. Metode Pembelajaran ..................................................................... 16 C. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................................ 24 D. Hakikat Hasil Belajar ..................................................................... 33 E. Kerangka Berpikir .......................................................................... 37 F. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 39 B. Metodologi Penelitian .................................................................... 39 C. Variabel Penelitian ......................................................................... 39 D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41 F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 42 G. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 43 H. Teknik Analisis dan Interprestasi Data .......................................... 44 I. Sumber Data ................................................................................... 48

v

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Ciputat ................................. 49 B. Deskripsi dan Analisa Data ............................................................ 53 C. Pembahasan .................................................................................... 77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................ 79 B. Saran ............................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Skor Jawaban Angket ............................................................................ 42

Tabel 2

Kisi-kisi kuesioner persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru Bahasa Indonesia SMK Al-Hidayah Ciputat ................................ 43

Tabel 3

Angka prosentase................................................................................... 45

Tabel 4

Indeks korelasi product moment ........................................................... 46

Tabel 5

Setiap Ada Pelajaran Bahasa Indonesia, saya masuk kelas dan ikut belajar .................................................................................................... 54

Tabel 6

Guru Bahasa Indonesia memperhatikan semua siswa di kelas dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupam sehari-hari ............... 54

Tabel 7

Dalam mengajar, guru bahasa Indonesia menerangkan pelajaran tanpa melihat dan membaca buku ......................................................... 55

Tabel 8

Guru bahasa Indonesia saya mengajarkan apa yang ada di dalam buku paket ................................................................................... 55

Tabel 9

Guru bahasa Indonesia saya mampu menguasai materi Bahasa Indonesia ......................................................................................................... 56

Tabel 10 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia.............................................................................. 57 Tabel 11 Saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang Bersangkutan................................................................................................... 57 Tabel 12 Saya menyukai metode pengajaran dari guru bahasa Indonesia

sekalipun mengharuskannya untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras .............................................................................................. 58 Tabel 13 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya mengerti tentang pelajaran bahasa Indonesia.............................................................................. 59 Tabel 14 Metode pembelajaran guru bahasa Indonesia memudahkan saya dalam belajar bahasa Indonesia....................................................................... 59 Tabel 15 Saya menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia .... 60

Tabel 16 Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran bahasa Indonesia .................................................................................... 60

vii

Tabel 17 Saya berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit ................................ 61 Tabel 18 Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu................................ 62 Tabel 19 Saya senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode menghafal ........................................................... 62 Tabel 20 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas puisi dengan metode demonstrasi (maju ke depan kelas) .............................. 63 Tabel 21 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas imbuhan kata sepert ber-, pe-an, me-kan dengan metode tanya-jawab ................ 64 Tabel 22 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas kalimat khusus-umum atau umum-khusus dengan metode diskusi....... 64 Tabel 23 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas pidato dengan metode ceramah ............................................................. 65 Tabel 24 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas penulisan laporan dengan metode penugasan ........................................ 66 Tabel 25 Tabel perhitungan variabel X (skala persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia) ....................................... 67 Tabel 26 Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X PJ dan XI AP-1 dari nilai rapor semester ganjil dan genap ............................................. 70 Tabel 27 Tabel Perhitungan Variabel Y (Hasil Belajar Siswa) ............................ 72 Tabel 28 Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia (X) dan hasil belajar (Y) ....................................................... 73 Tabel 29 Bantu Uji Korelasi Product Moment ..................................................... 74

viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif. Dengan, memberikan pengalaman kolektif masa lalu dan sekarang. Sedangkan,

fungsi

individualnya

untuk

memungkinkan

seorang

menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Fungsi tersebut dapat dilakukan secara formal seperti yang terjadi di berbagai lembaga pendidikan, maupun informal melalui berbagai kontak dengan 1

Permendiknas, Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. II, h. 3. 2 Ibid h. 7.

1

2

media informasi seperti buku, surat kabar, majalah, televisi, radio, dan sebagainya. Dengan demikian pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan karena dengan pendidikan yang maju dapat mensejahterakan bangsa. Khususnya untuk Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Bahasa Indonesia selalu ada disetiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi sekalipun dan karena bahasa Indonesia cakupannya lebih luas maka banyak pula persepsinya. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam lingkungan pendidikan formal seperti di sekolah. Karena pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang harus diujikan dalam Ujian Nasional. Selain itu, bahasa Indonesia pun dapat mencirikan suatu bangsa dan negara. Banyak masyarakat khususnya siswa sangat meremehkan dan menganggap mudah terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Namun, dilihat dari hasil Ujian Nasional pelajaran bahasa Indonesia mendapat nilai paling rendah dari mata pelajaran yang lainnya. Dari hasil ujian tersebut diketahui bahwa persepsi tentang pelajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Supaya siswa tidak meremehkan dan menganggap mudah pelajaran bahasa Indonesia. Dalam dunia pembelajaran, khususnya bahasa Indonesia pasti tidak akan terlepas dari sebuah metode. Karena dengan adanya metode dapat memudahkan guru untuk mengajar

lebih baik, sehingga apa yang

diajarkan tetap sistematis, fokus pada sasaran dan memperlancar proses pengajaran. Banyak sekali metode pembelajaran yang telah dikenal guru akan tetapi bagaimana menggunakan suatu macam metode dengan pendekatan keterampilan proses agar dapat menunjang siswa belajar aktif. Karena siswa merupakan elemen yang penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya siswa guru tidak dapat mentransfer pengetahuan yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya tanpa adanya guru, siswa tidak dapat

3

belajar dengan sendirinya, bagaimanapun siswa butuh seorang yang membimbing dia dalam belajar di sekolah. Dari sini penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia. Karena dengan mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pengajaran, khususnya bahasa Indonesia, sehingga guru atau semua pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya metode pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan siswa itu seperti apa dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik lagi dalam

menggunakan

metode

pembelajaran,

khususnya

metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi bahasa Indonesia. Setiap manusia pasti mempunyai pemikiran masing-masing tentang suatu objek yang telah di amati. “Di dalam ilmu psikologi ada suatu istilah pemrosesan informasi yang diterima dari pengamatan yaitu sering kita dengar dengan istilah persepsi.”3 Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Perception” yang berarti pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu.4 Selain itu persepsi juga dapat disebut dengan kepuasan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang atau dalam konteks ini penulis menyamakan dengan siswa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dalam hal ini bagaimana metode pembelajaran yang dilakukan guru bidang studi sesuai dengan berbagai macam materi dalam bahasa Indonesia dan harapan-harapannya. Dengan demikian kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan pelanggan (siswa) maka tidak puas. Jika kinerja (cara pengajaran guru) memenuhi harapan maka pelanggan (siswa) akan merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan (siswa) amat puas atau senang. Jadi, persepsi di 3

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 87. 4 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), h. 424.

4

sini pada dasarnya sama dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud adalah siswa, bagaimana kesan mereka terhadap kinerja guru dalam mengajar dan menggunakan metode pembelajaran mata pelajaran yang bersangkutan khususnya bahasa Indonesia. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa persepsi yaitu suatu proses psikis yang ada dalam diri seseorang, yang dapat berupa kesan, anggapan, atau penilaian seseorang terhadap suatu objek atau lingkungannya. Sehingga menghasilkan gambaran atau anggapan pada diri seseorang terhadap apa yang telah diamatinya. Persepsi merupakan proses awal dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Persepsi merupakan proses subjektif pengolahan bagaimana manusia dapat menilai suatu objek. Dalam arti luasnya persepsi merupakan pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi merupakan hal yang penting karena pandangan seseorang berperilaku terhadap suatu objek atau individu lain tidaklah sama. Dilihat dari segi psikologis, menurut penulis perbedaan persepsi pada siswa merupakan hal yang menarik, karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap objek yang sama. Hal ini terjadi karena berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia ini perlu diketahui dengan pertimbangan bahwa siswa adalah sasaran utama proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dengan demikian dapat dilakukan beberapa penyesuaian yang tepat agar bahasa Indonesia ini mendapat apresiasi yang menarik oleh siswa dan guru yang bersangkutan mendapat tempat dihati siswa. Karena, bila metode pembelajarannya menyenangkan, sesuai, dan tepat. Maka, akan mempengaruhi kesetabilan belajar yang kondusif dan siswa dapat memahami pelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Berkaitan dengan bahasa Indonesia banyak persepsi negatif yang berkembang dikalangan sebagian siswa, berdasarkan pengamatan penulis, persepsi tersebut antara lain: bahasa Indonesia tidak menarik, tidak

5

menyenangkan, menjenuhkan, dan membosankan. Meski demikian, terdapat pula sebagian siswa yang mempunyai persepsi positif bahwa bahasa Indonesia sangat penting karena banyak yang beranggapan bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi sekalipun. Bahkan, bila mempunyai hobi menulis maka orang yang bersangkutan bisa menjadi penulis yang terkenal dan hebat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi siswa terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah: Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: a. Banyak pelajar yang memiliki hasil belajar bahasa Indonesia yang kurang. b. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia kurang menguasai materi yang diajarkan. c. Mata pelajaran bahasa Indonesia yang membosankan. d. Bahasa Indonesia diadakan di sekolah untuk di UN kan. e. Metode pembelajaran yang kurang tepat dapat membuat siswa tidak paham. f. Media dan bahan pembelajaran yang kurang memadai sehingga kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, penulis membatasi masalah kepada:

6

a. Persepsi siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia terhadap hasil belajar siswa, persepsi di sini yaitu tanggapan atau penerimaan siswa terhadap sesuatu melalui panca indera. b. Pelaksanaan bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat, kelas X dan XI tahun ajaran 2010/2011, yang meliputi: 1) Kurikulum yang digunakan di SMK Al-Hidayah Ciputat semester II kelas X dan XI tahun ajaran 2010/2011. 2) Metode pembelajaran yang digunakan guru pada bahasa Indonesia. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana metode pembelajaran bahasa Indonesia di SMK AlHidayah kelas X dan XI semester II tahun pelajaran 2010/2011? b. Bagaimana persepsi siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia? c. Bagaimana hubungan metode pembelajaran guru bahasa Indonesia terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan bahasa Indonesia di SMK AlHidayah Ciputat. b. Untuk mengetahui persepsi siswa (kepuasan siswa) tentang metode pembelajaran guru terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. c. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran guru bahasa Indonesia terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah.

7

2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang berkenaan dengan persepsi siswa terhadap bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: a. Teoretis Diharapkan

dapat

memperkaya

khazanah

kepustakaan

kependidikan, khususnya mengenai persepsi siswa terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia, serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak. b. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala sekolah dan guru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar pada bahasa Indonesia guna meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Bagi siswa manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sikap dan pandangan positif terhadap bahasa Indonesia, karena begitu pentingnya bahasa Indonesia sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-sub yaitu: Bab I. Pendahuluan, terdiri atas: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II. Kajian Teori, terdiri atas: Hakikat Persepsi, Metode Pembelajaran, Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia, Hakikat Hasil Belajar, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Penelitian.

8

Bab III. Metodologi Penelitian, terdiri atas: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Instrument Penelitian, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis dan Interpretasi Data, dan Sumber Data. Bab IV. Hasil Penelitian, terdiri atas: Gambaran Umum SMK AlHidayah Ciputat, Deskripsi Data, Analisis dan Interpretasi Data. Bab V. Penutup, terdiri atas: Simpulan dan Saran.

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan.1 Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.2 Maka objek dapat ditangkap melalui alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga manusia dapat mengamati objek tersebut. Makin besar struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya pengalaman tersebut dapat dikenal satu persatu terhadap objeknya, dapat membedakan antara satu benda dengan benda yang lainnya dan mengelompokkan benda yang berdekatan atau serupa, kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan. Pengamatan adalah aktivitas jiwa manusia mengenali rangsangan yang sampai melalui alat-alat indera dengan kemampuan manusia.3 Kemampuan persepsi atau pengamatan manusia tidak hanya terbatas kepada rangsangan yang berasal dari benda atau objek yang berasal dari alam luar, tetapi juga dapat mengenali rangsangan sakit, lapar, dan dahaga yang merupakan fakta-fakta objektif dari dalam diri manusia, yang tidak tampak rupanya tetapi gejalanya dapat dirasakan oleh sebagian rangsangan yang disebut persepsi. Persepsi adalah suatu rangsangan yang disadari atau dikenal oleh diri

manusia

dalam

mengenali

1

milleu

(lingkungan)

hidupnya.

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,2000), cet. 24, h. 424. 2 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest), h. 51. 3 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 54.

9

10

Rangsangan dapat mengenai diri manusia, dan tentunya tidak semuanya manusia mempunyai intensitas dan mengandung maksud kegunaan yang sama bagi diri manusia. Sehingga melalui perhatian itu, maka aktivitas manusia dalam milleu (lingkungan) bersifat selektif. Dengan demikian persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat indera.4 Dalam diri manusia dapat mengenali dunia luar dengan menggunakan alat penginderaannya dengan melalui stimulus yang dapat diterimanya. Maka dari itu pada diri individu terdapat tubuh yang bermacam-macam

bagiannya

berfungsi

untuk

dijadikan

sebagai

komunikasi tubuh yang timbul pada rangsangan atau hasrat. Kemudian dapat persepsikan pada tubuh yang dapat menerima rangsangan dengan melalui alat penginderaan, sehingga individu menyadari dan mengerti itu disebut persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.5 Proses penginderaan yang melalui mata diteruskan kepusat syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu-individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, apa yang ia rasa, dan sebagainya. Individu tersebut mengalami persepsi. Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan. Penginderaan adalah merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera disebut proses penginderaan. Proses 4

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 42 dan 46. 5 Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset, 1981), cet. 1, h.99.

11

penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat melihat, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat perasa, kulit pada telapak tangan sebagai alat peraba, semuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Persepsi

merupakan

pengorganisasian,

penginterprestasian

terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan suatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan objek. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu sendiri. Namun demikian sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan. Karena itulah banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang berkaitan dengan alat penglihatan.6 Objek-objek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut. Ia dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek, sedangkan objek-objek yang lain disekitarnya dapat dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membedakan-membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu, disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi.7 Kemampuan persepsi atau pengamatan manusia tidak hanya terbatas kepada rangsangan yang berasal dari benda-benda atau objekobjek yang berasal dari alam luar. Namun, juga dapat mengenali rangsangan sakit, lapar, dan dahaga yang merupakan fakta-fakta objektif 6

Ibid, h. 100. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. Ke-8, h. 39. 7

12

dari dalam diri kita rasakan melalui rangsangan yang disebut persepsi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses psikologis, proses pemberian arti terhadap apa yang dilihat atau diamati dengan menggunakan alat indera sebagai indera penglihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman. Stimulus dapat datang dari dalam diri invidu sendiri, tetapi sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan, karena persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu. Maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Sesuatu yang dipersepsikan oleh seseorang dengan orang lain dapat berbeda dalam pemaknaannya. Hal tersebut disebabkan karena apa yang ada disekitar ditangkap oleh panca indera tidak langsung diartikan sama dengan

realitasnya.

Pengertian

tersebut

pada

orang

yang

mempersepsikan, objek yang dipersentasikan serta situasi kelilingnya. Berdasarkan persepsi atau pemberian arti dari apa yang ditangkap oleh panca indera itulah maka seseorang melakukan aktivitas atau melakukan sikap-sikap tertentu. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan dan juga dapat digunakan untuk persepsi atas orang dan keadaan, yaitu: a. Intensitas, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens. b. Ukuran, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian karena barang yang lebih besar lebih cepat dilihat. c. Kontras, hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Banyak orang sadar atau tidak, melakukan hal-hal aneh

13

untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip-prinsip perbedaan itu. d. Gerakan, hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada halhal yang diam. e. Ulangan, biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering, dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perseptif. Oleh karena itu, ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan hati-hati f. Keakraban, hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. g. Sesuatu yang baru, hal-hal yang baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian.8 Sedangkan menurut Bimo Walgito ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap persepsi, yaitu: a. Stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi. b. Fisiologis dan Psikologis, jika sistem fisiologisnya terganggu hal ini akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Segi psikologis yang mencakup pengalaman, perasaan kemampuan berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi. c. Faktor lingkungan, situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang suliut dipisahkan. Objek

8

Alex, Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Cet. Ke-1, h. 453-455.

14

yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.9 Adapun menurut Zikri Neni, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut: a. Perhatian yang Selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat kita akan banyak menerima banyak sekali rangsang dari lingkungan. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individualnya memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja, dengan demikian objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil kemuka sebagai objek pengamatan. b. Ciri-ciri Rangsang Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantaranya yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya, dan intensitas rangsangnya paling kuat. c. Nilai dan Kebutuhan Individu Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seseorang yang bukan seniman. d. Pengalaman Dahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.10 3. Proses Terjadinya Persepsi Tahap awal dari proses persepsi ini adalah sensasi. Sensasi adalah kesadaran akan adanya suatu rangsang. Sensasi sama dengan penginderaan. Semua rangsang masuk dalam diri seseorang melalui panca indera, yang kemudian diteruskan ke otak yang menjadikan sadar akan adanya rangsang tersebut. Rangsang yang sekedar masuk dalam diri seseorang tetapi hanya menyadarinya tanpa mengerti atau memahami 9 10

Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 54-55. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan.. h. 74-75.

15

rangsang tersebut disebut sensasi. Tetapi jika disertai dengan pemahaman atau pengertian tentang rangsang tersebut dinamakan persepsi.11 Proses terjadinya persepsi yaitu objek yang menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapat respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapat respon dari individu pada perhatian individu yang bersangkutan.12 Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1.

Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intesitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2.

Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.

3.

Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk jadi tingkah laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

11

MIF Baihaqi, Dkk, Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan), (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 63. 12 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offest, 1981), h. 102.

16

Bagi hampir semua orang, sangatlah mudah untuk melakukan perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh, yakni proses-proses yang sudah ada semestinya ada. Namun, informasi yang

datang

dari

organ-organ

indera,

perlu

terlebih

dahulu

diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, dan proses ini dinamakan persepsi. Jadi, dapat disimpulkan proses persepsi dari berbagai pendapat, bahwa persepsi merupakan komponen pengamatan yang di dalam proses ini melibatkan pemahaman dan penginterpretasian sekaligus.

B. Metode Pembelajaran 1) Pengertian Metode Pembelajaran Metode merupakan salah satu unsur yang sangat penting keberadaannya dalam pendidikan. Karena, dengan adanya metode diharapkan mampu membantu guru dan siswa dalam tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan. Pada prinsipnya bahwa manusia itu harus berusaha dan berikhtiar dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau usaha dan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau usaha tersebut tentu menggunakan cara, cara inilah yang disebut metode. Adapun pengertian metode menurut arti etimologi sebagaimana termaktub dalam suatu sosiologi suatu pengantar yang mengartikan metode adalah cara kerja.13 Dengan demikian, metode pembelajaran adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran. Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang diharapkan.

13

48.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h.

17

Untuk lebih jauh memahami tentang metode, maka penulis mengemukakan beberapa definisi metode menurut pendapat para ahli. Diantaranya, sebagai berikut: a. Menurut Mahmud Yunus “metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana dan sistematis guna mencapai tujuan yang direncanakan.14 b. Menurut Ahmad Tafsir “metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.” Kata tepat dan cepat inilah yang sering diungkapkan dengan efektif dan efisien. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang berfungsi pada murid. Berfungsi artinya menjadi milik murid,

pengajaran itu membentuk

dan mempengaruhi

pribadinya. Adapun pengajaran yang tepat adalah pengajaran yang tidak memerlukan waktu yang lama. Jadi metode hanyalah menentuka prosedur yang akan diikuti.15 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang terencana dan sistematis. Yang ditempuh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Namun, dalam pemilihan dan penggunaan metode seorang guru harus mampu mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode yang akan digunakannya serta harus mampu mempertimbangkan aspek efektifitas, efesiensi, dan relevansinya dengan tujuan pembelajaran. 14

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 87. 15 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 9, h. 50-51.

18

Materi yang akan disampaikan, karakteristik siswa dan sebagainya. Sehingga, siswa mampu menangkap, memahami, dan mengaplikasikan makna yang terkandung di dalam materi pembelajaran tersebut. Pembelajaran secara etimologi berasal dari kata “belajar” yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kemudian dari kata belajar tersebut diberi imbuhan /pe-/ dan /–an/ sehingga terbentuk kata “pembelajaran” yang artinya proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.16 Sedangkan pengertian pembelajaran menurut pendapat para ahli, adalah sebagai berikut: a. Menurut Syaiful Sagala, “pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik (siswa).” b. Menurut

Corey,

“pembelajaran

adalah

suatu

proses

dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dan kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.” c. Menurut Oemar Hamalik, “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, dan perlengkapan, serta prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.” Adapun yang termasuk unsur-unsur manusia adalah siswa, guru, dan tenaga lainnya. Materil meliputi buku-buku, papan tulis, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan meliputi ruangan kelas, komputer, dan sebagainya.

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 17.

19

Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.17 Dengan demikian, inti dari kegiatan pembelajaran adalah memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pengajaran yang cocok dengan kondisi yang ada guna mencapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Dan untuk mencapai hal tersebut harus berpijak pada empat hal pokok yang disebut dengan kondisi pembelajaran, yaitu: a. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai b. Isi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut c. Sumber belajar yang tersedia dan dapat mengantarkan pesan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien d. Karakteristik peserta didik yang belajar.18 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru secara sistematis dalam upaya memberi pemahaman kepada siswa dengan tujuan agar dapat merubah tingkah lakunya sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Selain itu, metode pembelajaran mempunyai arti lebih dari sebagai alat untuk manyampaikan pengetahuan kepada otak siswa, melainkan dapat pula sebagai alat untuk memperoleh keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa proses pengajaran yang dibangun oleh guru sesungguhnya bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir, serta meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya lebih memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.

17

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 239. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. 3, h. 185-186. 18

20

2) Kedudukan dan Fungsi Metode Pembelajaran Dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran. Adapun kedudukan metode pembelajaran menurut Syaiful B. Djamarah adalah: a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik (berasal dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (berasal dari luar diri individu). Oleh karenanya, penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar berfungsi sebagai alat motivasi ekstrinsik atau pendorong yang berasal dari luar individu yang bisa membuat orang/siswa belajar. Motivasi memiliki kekuatan yang sangat besar dalam proses belajar mengajar sehingga berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar salah satunya dipengaruhi oleh adanya motivasi. b. Menyiasati perbedaan individual anak didik Anak didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat, motivasi, lingkungan sosial dan keluarga, kebiasaan, dan lain-lain. Oleh karenanya, penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar diharapkan dapat menyiasati segala perbedaan tersebut, sehingga anak didik mampu belajar atau menerima pelajaran sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.19 c. Untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sebuah realita 19

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar ,(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 55.

21

bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta

didik

walau

sebenarnya

materi

yang

disampaikan

sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang menarik karena disampaikan dengan cara yang kurang baik atau kurang tepat, maka materi tersebut kurang dapat dicerna oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara maksimal. Sedangkan fungsi metode pembelajaran secara umum adalah sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksana operasional pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain metode merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Karenanya dalam memfungsikan metode terdapat suatu prinsip umum, yaitu prinsip agar pengajaran

dapat

disampaikan

dalam

suasana

menyenangkan,

menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi itu dapat dengan mudah diberikan guru kepada siswa. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam menerima pelajaran.20 3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran Pada prinsipnya, tidak satu pun metode yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode pembelajaran. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran antara lain: a.

Tujuan yang hendak dicapai Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan berpengaruh terhadap kemampuan anak didik dan pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh karena

20

94.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakart: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h.93-

22

itu, metode yang dipilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya metodelah yang harus tunduk kepada tujuan dan bukan sebaliknya. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan maka metode harus mendukung sepenuhnya. b.

Materi pelajaran Materi pelajaran adalah sejumlah bahan ajar yang hendak disampaikan guru kepada siswa. Setiap mata pelajaran memiliki materi yang berbeda-beda, dan untuk menyiasati perbedaan tersebut maka diperlukan cara atau metode pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa, sehingga hasil belajar yang diperolehnya pun dapat optimal.

c.

Peserta didik Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan masa depannya. Dimana semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran.

d.

Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama dari hari ke hari. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru diharuskan dapat menciptakan situasi yang dinamis, tidak hanya melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, namun pada waktu tertentu guru sebaiknya melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka.

e.

Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar dapat mempengaruhi pemiihan dan penggunaan metode mengajar. Fasilitas belajar yang

23

lengkap akan sangat membantu guru dalam memilih dan menggunakan metode yang bervariasi, sebaliknya ketiadaan metode akan sangat mengganggu proses pembelajaran terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode. f.

Guru Setiap orang memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan, dan pengalaman mengajar guru adalah latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang latar belakang pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode, namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya. Jadi, untuk menjadi seoirang guru pada intinya harus memiliki jiwa yang profesional. Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.21 Selain itu, Syaiful B. Djamarah dan Winarno Surakhmad (1991),

mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran, yaitu: a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya c. Situasi berlainan keadaannya d. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitas e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.22 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut: a. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. 21 22

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar..., h. 60-61. Ibid, h. 15.

24

b. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki guru, karena baerhasil atau tidaknya suatu strategi pembelajaran tergantung kepada kepiawaian atau kompetensi guru dalam menggunakan metode. c. Harus adanya kesesuaian antara metode dengan karakteristik peserta didik. Karena ia merupakan subjek belajar yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat menyiasati segala perbedaan tersebut. d. Harus adanya kesesuaian antara metode pembelajaran dengan situasi dan kondisi pembelajaran berlangsung e. Ketersediaan fasilitas yang dapat menunjang atau membantu proses pembelajaran terutama dalam memilih dan menggunakan metode yang bervariasi.

C. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 23 Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Berikut ini dikemukakan secara garis besar beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajarmengajar bahasa Indonesia. a. Ceramah Metode ceramah adalah metode yang sangat populer di kalangan para guru. Pada hakikatnya ceramah adalah cara menyampaikan informasi, penjelasan tentang suatu konsep secara lisan. Dalam kegiatan belajarmengajar di kelas, guru menjelaskan secara lisan dan murid mendengarkan penjelasan guru sambil mencatat hal-hal yang penting.

23

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), cet. Ke-3, h. 740.

25

Metode ceramah dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada waktu dan kondisi pembelajaran sebagai berikut: 1) Menjelaskan suatu hal kepada siswa sehingga mereka menyadari pentingnya hal tersebut. 2) Membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari sesuatu hal. 3) Jumlah siswa banyak. 4) Tidak tersedia atau sedikit sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Salah satu kritik terhadap pemakaian metode ceramah adalah adanya kecenderungan pemusatan kegiatan belajar-mengajar pada guru. Guru yang merupakan sumber informasi yang sangat aktif selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sedangkan siswa hanya mendengarkan saja sambil mencatat informasi dari guru. Untuk mengurangi kelemahan ini disarankan agar guru melibatkan siswa selama proses pembelajaran, misalnya dengan memberi kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk menyampaikan tanggapan, pertanyaan terhadap materi yang diceramahkan oleh guru. Di samping itu, disarankan juga guru menggunakan media pembelajaran untuk mendukung ceramah yang disampaikannya. b. Diskusi Diskusi adalah metode pembelajaran yang sangat dianjurkan penggunaannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran dengan metode diskusi dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan para siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Kondisi ini sangat penting dalam proses belajar siswa. Di samping itu, penggunaan metode diskusi memberikan keuntungan dampak pengiring yang berupa kesempatan bagi siswa untuk berlatih menggunakan bahasa Indonesia secara nyata dalam proses komunikasi. Selama berdiskusi mereka berbicara mendengarkan, membaca, dan menulis secara serentak dalam suatu kegiatan yang terpadu. Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, diskusi pada hakikatnya adalah suatu percakapan yang dilaksanakan baik secara klasikal

26

maupun kelompok untuk membahas suatu masalah. Dalam diskusi terjadi pertukaran pikiran, pandangan, pendapat, serta pengetahuan dan pengalaman antara para siswa yang mengarah pada pemecahan masalah. Konsep utama dalam diskusi ini adalah pertukaran, artinya dalam diskusi sangat diutamakan adanya proses saling memberi dan menerima pikiran, pandangan, pendapat, serta pengetahuan dan pengalaman antara peserta diskusi. Oleh karena itu, selama diskusi para siswa harus bisa menjadi pembicara dan pendengar yang baik. Menjadi pembicara yang baik dalam arti para siswa mampu menyampaikan pikiran, pendapat, dan pandangannya dengan jujur dan jelas. Sedangkan menjadi pendengar yang baik dalam arti siswa bersedia dan mampu mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dibicarakan temannya. Metode diskusi digunakan pada waktu kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia dimaksudkan untuk: 1) Melatih siswa untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan memecahkan suatu masalah. 2) Melatih siswa memahami dan membahas isi suatu wacana lisan maupun tulis serta memberikan tanggapan terhadapnya, serta 3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menyusun suatu rencana kegiatan, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya bersamasama. Diskusi dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar secara klasikal dan dapat pula dalam kelompok. Pemilihan jenis yang akan digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran atas topik yang akan didiskusikan serta tujuan diskusi. Secara garis besar pelaksanaan masingmasing jenis diskusi tersebut adalah sebagai berikut. 1) Diskusi kelas Apabila jumlah siswa dalam suatu kelas cukup besar (lebih dari 20 orang), diskusi kelas dapat dilakasanakan dalam bentuk diskusi panel. Dalam diskusi ini ada beberapa siswa yang bertindak sebagai panelis yang menyampaikan pandangannya kemudian ditanggapi oleh para siswa

27

yang lain. Lalu lintas jalannya diskusi diatur oleh operator yang dapat dijabat oleh guru atau bisa juga oleh seorang siswa. Apabila jumlah siswa terlalu besar, diskusi kelas dapat dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelompok sebagai berikut. 2) Diskusi kelompok Diskusi

ini

dilaksanakan dalam

kelompok-kelompok

yang

anggotanya tidak terlalu besar (10-20 orang). Apabila dipandang perlu jumlah anggota kelompok itu bisa diperkecil lagi, misalnya 5-7 orang. Diskusi kelompok ini dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang bertindak sebagai moderator dibantu oleh seorang pencatat (notulis). Setiap anggota kelompok berpartisipasi secara aktif dalam diskusi. Mereka mengemukakan pendapat, gagasan, tanggapan, komentar, dan sebagainya berkaitan dengan topik diskusi. Perumusan hasil diskusi kelompok merupakan tanggung jawab seluruh anggota kelompok yang bersangkutan. Dalam diskusi kelompok, guru dapat bertindak sebagai resource yang memberikan masukan, penjelasan tentang sesuatu yang berkaitan dengan topik diskusi, dan sebagainya. Berikut ini dikemukakan contoh-contoh butir pembelajaran yang sebaiknya diajarkan dengan menggunakan metode diskusi. a) Menyusun rencana kegiatan kelas (misalnya olah raga, kesenian) b) Menyusun rencana kegiatan wawancara atau kunjungan pengamatan. c) Memahami dan menanggapi isi bacaan. d) Membaca puisi dan membicarakan cara pengungkapannya dari segi keindahan, keharuan, dan sebagainya. e) Membaca cerpen atau bagian cerpen dan memberikan tokoh, latar (waktu, tempat, dan budaya) alurnya. Agar pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, perlu diperhatikan beberapa hal berikut. a) Para siswa harus memahami topik diskusi yang akan didiskusikan. Untuk itu topik diskusi harus sudah dirumuskan sejelas-jelasnya.

28

b) Para siswa harus mengetahui tujuan diskusi. Oleh karena itu, sebelum dilaksanakan diskusi guru menjelaskan tujuan diskusi yang hendak dilaksanakan. c) Semua siswa harus terlibat aktif dalam diskusi. Hindarkan adanya monopoli bicara oleh satu atau dua orang siswa saja. d) Diskusi harus tetap pada pembahasan topik diskusi. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan, sanggahan, dan tanggapan yang tidak relevan dengan topik diskusi tidak perlu dijawab. e) Apabila terjadi penyimpangan diskusi, guru perlu meluruskan kembali. c. Resitasi (Penugasan) Metode resitasi (penugasan) merupakan salah satu mtode yang selektif

dalam

pembelajaran

bahasa

Indonesia

berdasarkan

kurikulum/GBPP Bahasa Indonesia 1994. Karakteristik resitasi ini sesuai dengan pendekatan komunikatif serta pendekatan integratif dalam kurikulum tersebut. Resitasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah satu metode pembelajaran yang berupa pemberian tugas kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan dalam kerangka pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa melaksanakan kegiatan tersebut dan mempetanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugasnya. Tugas-tugasnya antara lain: 1) Mengadakan pengamatan dan menuliskan laporan hasilnya. 2) Membuat kliping tentang berbagai artikel yang berkaitan dengan bahasa Indonesia. 3) Membaca artikel, makalah, buku, dan menuliskan tanggapan terhadap isinya. 4) Membaca karya sastra (novel, cerpen, puisi, naskah drama) dan menuliskan pembahasannya. 5) Menulis artikel, esai, kritik, dan sebagainya. 6) Menulis kreatif (puisi, cerpen, drama)

29

7) Menulis berbagai jenis surat. Langkah-langkah pemakaian metode resitasi. 1) Menentukan tugas yang akan diberikan kepada siswa berdasarkan butirbutir pembelajaran yang memerlukan kegiatan atau latihan di luar jamjam pembelajaran di kelas. 2) Membahas tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa bersama mereka. 3) Membagi-bagi tugas secara kelompok atau individual. 4) Mengoreksi hasil pekerjaan para siswa.24 d. Metode Tanya-Jawab Yaitu suatu cara penyajian bahwa pelajaran melelui berbagai pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Dalam metode ini memungkinkan adanya komunikasi langsung yang bersifat timbal balik pada saat terjadinya dialog antara siswa dengan guru sehingga yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung. Metode ini cukup efektif jika digunakan dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia karena membuat siswa lebih aktif untuk berfikir atau bertanya materi yang belum jelas. Tetapi apabila guru tidak menguasai metode ini maka banyak siswa yang pasif. e. Metode simulasi Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan simulasi objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, tetapi kegiatan mengajarr yangbersifat pura-pura. Simulasi dapat dilakukan oleh siswa karena kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa dalam berinteraksi dalam kelompok. Ada beberapa jenls model simulasi diantaranya adalah: bermain peran, sosiodrama, permainan simulasi, dan sebagainya.

24

Imam Syafi’ie, Roekhan, dan Ma’mur Saadie, Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), cet. II, h. 1.14-1.19.

30

Bermain peran merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru. Simulasi ini lebih menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa tersebut bermakna bagi kehidupan sekarang. Sosiodrama adalah suatu kelompok yang belajar memcahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya hubungan antara anak terhadap orang tua, antara siswa dengan teman kelompoknya, dan sebagainya. Permainan simulasi siswa adalah siswa bermain peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai pembuat keputusan. Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Menetapkan topik simulasi diarahkan oleh guru. 2) Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas. 3) Melaksanakan simulasi dengan diawali petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan. 4) Proses pengamatan terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur dapat dilakukan dengan diskusi. 5) Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi. Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi diantaranya: 1) Kemampuan

membimbing

siswa

dalam

mengarahkan

teknik,

prosedur, dan peran dalam simulasi. 2) Memberikan ilustrasi. 3) Menguasai pesan yang dimaksud dengan simulasi tersebut. 4) Dapat mengamati secara proses, simulasi yang dilakukan oleh siswa denga baik. Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode simulasi adalah: 1) Kondisi minat, perhatian, dan motiasi siswa dalam bersimulasi.

31

2) Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan. 3) Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan. f. Metode demonstrasi Metode

demonstrasi

merupakan

metode

mengajar

yang

menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demontrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demontrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelum proses demonstrasai guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demontrasi tersebut. Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh. Ada beberapa prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah: 1) Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran. 2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan. 3) Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. 4) Penguatan

(diskusi,

tanya-jawab,

dan

latihan)

terhadap

hasil

demonstrasi. 5) Kesimpulan. Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode demonstrasi diantaranya: 1) Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan 2) Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh. 3) Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan. 4) Mampu melaksanakan penilaian proses. Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan metode demonstrasi adalah:

32

1) Siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan. 2) Memahami tentang tujuan atau maksud yang akan didemonstrasikan. 3) Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru. 4) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi.25 g. Metode inquiri Metode pembelajaran ini bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan mencari sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber sendiri dan belajar bersama dalam kelompoknya. h. Metode karya wisata Metode pembelajaran ini berlangsung di luar kelas. Siswa diajak ke suatu objek tertentu untuk meneliti atau meninjau guna memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dikunjunginya.26 Jadi dengan demikian, bermacam-macam metode dapat digunakan dalam pembelajaran. Tetapi bagaimana menggunakan suatu macam metode pembelajaran yang sesuai dan tepat agar dalam kegiatan belajar mengajar lebih efektif dalam penyampaian materi supaya dapat menunjang siswa belajar aktif dan dapat memahami isi materi yang disampaikan. Jadi dengan demikian, ciri-ciri penggunaan metode pembelajaran itu baik, apabila semua kegiatan pembelajaran dapat:

25

1.

Mengundang rasa ingin tahu murid,

2.

Menantang murid untuk belajar,

3.

Mengaktifkan mental, fisik dan psikis murid,

4.

Memudahkan guru,

5.

Mengembangkan kreativitas murid, serta

6.

Mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.

Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), cet. IV, h. 4.21-4.26. 26 Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 69.

33

D. Hakikat Hasil Belajar 1. Pengertian hasil belajar Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan yang ingin dicapai karena suatu usaha telah dilakukan oleh seseorang (siswa). Terdapat beberapa pengertian dan makna hasil belajar seperti beberapa pendapat di bawah ini. Menurut

Syaiful Bahri Djamarah “hasil belajar pada hakikatnya

adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.”27 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes.” Ali suparman mengemukakan, bahwa “hasil belajar adalah penilaian keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang berasa di dalam dirinya yang tergantung pada tingkah laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna.”28 Adapun menurut Arikunto, “hasil belajar adalah hasil setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan diukur.”29 Sedangkan Gagne berpendapat hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dikategorikan dalam empat macam, yaitu: a. Keterampilan motorik dalam hal ini perlu adanya koordinasi dari beberapa gerak badan. b. Invormasi verbal, seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dalam hal ini untuk mengemukakan sesuatu perlu intelegensi. c. Kemampuan intelektual, seseorang mampu berinteraksi dengan dunia luar dan diri sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol atau dalam bentuk representasi. d. Strategi kognitif, adalah keterampilan intelektual khusus yang berkenaan dengan tingkah laku seseorang apa yang telah dipelajarinya. 27

Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.20. Alwi Suparman, Desain Intruksional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h. 26. 29 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993), h. 133. 28

34

e. Sikap, sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tidak akan berhasil dengan baik.30 Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar mengajar dan perubahan tingkah laku yang dialami seseorang dari pengalaman belajarnya setelah melalui proses belajar dalam periode tertentu. Hasil belajar itu sendiri mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 2. Tipe-tipe hasil belajar Tipe hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai, ada tiga bagian, yaitu bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psiomotorik. Bidang-bidang tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan hasil belajar di sekolah dalam proses pembelajaran. Secara jelas diuraikan sebagai berikut: a. Hasil belajar bidang kognitif Tipe hasil belajar pada bidang ini berkenaan dengan pengetahuan siswa, seperti mengetahui tentang konsep, fakta atau istilah dalam proses pembelajaran. Dalam tipe ini kata kerja yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa adalah menyebutkan, membedakan, menjelaskan, menghubungkan, menerapkan, membandingkan, menyimpulkan, menilai, dan sebagainya. b. Hasil belajar bidang afektif Tipe hasil belajar pada bidang ini berkenaan dengan sikap dan nilai yang mengacu pada tingkah laku, seperti disiplin, memperhatikan pelajaran, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan sebagainya. c. Hasil belajar bidang psikmotorik Hasil belajar pada bidang ini berkenaan dengan keterampilan (skill) kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini meliputi: persepsi, kesiapan, gerak penyesuaian, kreativitas, dan sebagainya.

30

Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 22-23.

35

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat diikhtisarkan sebagai berikut:31 Grafik 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Alam

Lingkungan

Sosial Kurikulum Guru

Instrumental

Sarana dan Fasilitas

Faktor

Administrasi Dalam

Kondisi Fisik

Fisiologis

Kondisi Panca Indra Psikologis Bakat, Minat, Motivasi, dan kecerdasan

Menurut Zikri Neni Iska, terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu: a. Faktor internal, yakni: 1) Faktor fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera. 2) Faktor psikologi, yakni terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognisi. b. Faktor eksternal, yakni: 1) Faktor lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial. 2) Faktor instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi, dan manajemen.32 Menurut M. Alisuf Sabri, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dirumuskan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) Faktor-faktor lingkungan, yakni: 31 32

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) h. 107. Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman....., h. 85.

36

a) Faktor lingkungan alam, yang meliputi keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, tempat sekolah, dan sebagainya. b) Faktor lingkungan sosial, yaitu manusia dan budayanya. 2) Faktor-faktor

lingkungan

instrumental,

yang

terdiri

dari

gedung/sarana fisik kelas, sarana pengajaran serta strategi belajar mengajar. 3) Faktor-faktor kondisi internal siswa, yakni: a) Faktor fisiologis, yang terdiri dari kondisi kesehatan, kebugaran fisik, dan kondisi panca indera. b) Faktor psikologis, yang terdiri dari minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan-kemapuan kognitif seperti: ingatan, berpikir, dan persepsi.33 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dengan efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan serta hasil belajarnya, disamping itu juga kondisi internal dan eksternal turut pula mendukung. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dengan baik. Disamping kondisi internal dan eksternal siswa, faktor metode belajar yang dipakai siswa juga mempengaruhi taraf keberhasilan proses dan hasil pembelajaran siswa tersebut. 4. Faktor-faktor yang menghambat hasil belajar siswa Dalam proses belajar, yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan, terkadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, hambatan-hambatan itu antara lain: a. Endogen, yaitu hambatan yang timbul dari diri siswa, hal ini dapat bersifat biologis seperti hambatan yang bersifat kejasmanian, contohnya kesehatan, cacat tubuh, kurang makan, dan sebagainya. b. Exogen, yaitu hambatan yang timbul dari luar diri siswa. Seperti orang tua yang berwujud pada cara mendidik, hubungan orang tua dengan anaknya, suasana rumah, keadaan sosial ekonomi, juga dapat timbul dari sekolah dan masyarakat. 33

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. III, h. 59-60.

37

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hambatan atau kesulitan yang dialami siswa belajar itu tidak terlepas dari faktor endogen (yang ada dalam diri siswa) maupun faktor exogen (yang ada diluar diri siswa).

E. Kerangka Berpikir Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran di sekolah, baik tingkat dasar maupun tingkat lanjutan. Mata pelajaran ini terkenal sebagai pelajaran yang kurang disenangi siswa, karena banyak sebagian siswa yang menganggap mudah untuk dipelajari terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan malas untuk membaca. Jika keadaan ini dibiarkan dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh bagi hasil belajar siswa baik pada pelajaran bahasa Indonesia maupun pelajaran yang lain. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia siswa disebabkan karena siswa enggan untuk belajar, karena malas untuk membaca atau metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat ketika mengajar. Belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun pengetahuannya. Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru dalam menyampaikan meteri pelajaran dan menggunakan alat bantu yang sesuai mempengaruhi keberhasilan proses mengajar tersebut. Untuk itu sekolah harus dapat memberikan fasilitas yang dapat memudahkan siswa dalam menyerap

materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik. Secara teori kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan

sengaja

diciptakan.

Gurulah

yang

menciptakannya

guna

membelajarkan siswa. Di sini, tentu saja tugas guru adalah berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua siswa dalam berbagai macam ilmu pengetahuan, salah satunya adalah bahasa Indonesia. Guru diharapkan dapat membantu kesulitan atau hambatan yang dialami siswa dalam belajar, sehingga mereka dapat memahami dan

38

memecahkann masalah. Guru harus mendorong dan meningkatkan jalannya proses belajar siswa serta berusaha agar materi yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti. Sehingga apa yang dilakukan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia penggunaan metode oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah penting, guru diminta mampu menjadi fasilitator yang profesional dalam proses pembelajaran.

F. Hipotesis Penelitian Hipotesa adalah dugaan sementara, yang sifatnya bisa benar atau juga bisa salah. Maka untuk itulah diperlukan penelitian. Dengan demikian, dari kerangka berpikir di atas hipotesa yang diajukan penulis sementara ini adalah untuk benar atau tidaknya dugaan sementara penulis mengenai hubungan disiplin belajar terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha

: terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat.

Ho

: tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. Jika terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap

metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK AlHidayah Ciputat, maka berarti Ha (Hipotesa alternatif) diterima sedangkan Ho (Hipotesa Nihil) ditolak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang dilakukan di SMK Al-Hidayah Ciputat yang bertempat di JL. RE. Martadinata No.07 Kota Tangerang Selatan. Adapun waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mulai saat pembuatan proposal yaitu tanggal 15 Maret 2011 hingga 01 September 2011. Dengan tahapan sebagai berikut: melihat keadaan sekolah, membuat proposal penelitian, studi pustaka, penyusunan instrumen, dan mengadakan penelitian.

B. Metodologi Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau menjawab permasalahan yang menyangkut keadaan pada waktu itu, yang sedang berjalan atau situasi yang ada pada saat ini. Adapun model penelitian deskriptif yang dipakai adalah deskriptif survei, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil. Tetapi, data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dengan, menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data yang pokok yang dilakukan di sekolah SMK AlHidayah Ciputat kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011.

C. Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai, berbeda-beda, dan dapat berubah-ubah. Variabel menurut Sutrisno Hadi adalah gejala yang bervariasi.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel

yang mempengaruhi yang

disebut variabel penyebab, variabel bebas ataupun independent 1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. XIII, h. 116.

39

40

variabel yang dilambangkan dengan huruf X dan variabel akibat atau dependent variabel yang dilambangkan dengan huruf Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X (variabel bebas) adalah persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia, sedangkan yang menjadi variabel Y (variabel terikat) adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang diukur melalui hasil rapor semester ganjil dan genap.

D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran ataupun

perhitungan,

kualitatif

ataupun

kuantitatif

mengenai

karateristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Hidayah Ciputat yang berjumlah 308 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sampling, yang dalam hal ini peneliti tidak mengendalikan salah satu variabel tersebut dan setiap responden akan diberikan kesempatan yang sama. Dengan perincian bahwa sampel tersebut telah mewakili dan sesuai dengan perbandingan frekuensi di dalam populasi secara keseluruhan. Sedangkan objek penelitian adalah metode pembelajaran guru bahasa Indonesia dan sebagai informasinya adalah siswa-siswi dan guru bahasa Indonesia.

2

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),Cet. Ke-III, h.12.

41

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang peneliti gunakan dalam memperoleh data adalah dengan tiga cara yaitu: 1. Observasi, sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan dengan

pengamatan

dan

pencatatan

dengan

sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki. Melalui observasi ini maka penulis memperoleh data mengenai kondisi sekolah, guru, karyawan, sarana, dan prasarana di SMK Al-Hidayah Ciputat. 2. Wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara merupakan proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan dua siswa atau lebih dengan

bertatap

muka

mendengarkan

secara

langsung

informasi-informasi atau keterangan-keterangan.3 Dalam hal ini penulis mengadakan komunikasi langsung dengan kepala sekolah,

guru

bidang

studi

Bahasa

Indonesia

untuk

mendapatkan data yang objektif mengenai masalah yang menjadi objek penelitian. 3. Angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki).4 Cara angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yakni angket yang ada pada setiap itemnya telas tersedia alternatif-alternatif jawaban sehingga responden dapat dengan mudah memilih salah satu jawaban dari jawaban alternatif yang telah tersedia.

3

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. Ke-72, h. 83. 4 Ibid, h. 76.

42

Urutan penyusunan angket terdiri dari beberapa aspek. Aspek yang pertama adalah aspek identitas. Aspek yang kedua adalah aspek petunjuk pengisian, dan aspek yang ketiga aspek daftar daftar pernyataan, yang peneliti gunakan untuk mengetahui tentang persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia.

F. Kisi-kisi Instrument Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif bentuk pernyataan kuesioner (angket). Angket yang digunakan dalam pengambilan data yaitu angket persepsi siswa tentang metode pembelajaran guru bahasa Indonesia sebanyak 20 item penyataan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel: a. Variabel bebas (X) : Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia b. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar siswa

No

Tabel 1 Skor Jawaban Angket Skor Pernyataan Alternatif Jawaban Positif (+) Negatif (-)

1

Selalu (SL)

5

1,25

2

Sering (SR)

3,75

2,5

3

Kadang-kadang (KD)

2,5

3,75

4

Tidak Pernah (TP)

1,25

5

Tabel berikut memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penyebaran butir-butir item dari tiap-tiap variabel penelitian.

43

No.

1.

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru Bahasa Indonesia SMK Al-Hidayah Ciputat kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011 No. Jumlah Dimensi Indikator Pernyataan Item dalam angket  Kemampuan

a.Persepsi Siswa terhadap metode

guru

bidang

2, 3, dan 4

3

bidang

5

1

studi dalam mengajar  Kemampuan

pembelajaran Bahasa Indonesia

studi

guru

dalam

menguasai

materi pembelajaran  Metode

pembelajaran 8 dan 10

2

memudahkan siswa dalam belajar  Metode pembelajaran yang 15, 16, 17, 18, 19, dan dipakai bervariatif

6

20 2.

b. Persepsi siswa 

Guru bidang studi membuat 1, 6, 7, dan 8

terhadap

ketertarikan mata pelajaran

guru

bidang studi

sehingga

siswa

anusias

dalam belajar 

4

11, 12, 13,

4

Guru bidang studi mampu dan 14 membuat penugasan dengan baik dan benar Jumlah

20

G. Teknik Pengolahan Data Setelah semua data selesai dikumpulkan dengan lengkap, maka tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Adapun langkahnyalangkahnya sebagai berikut:

44

1. Editing, semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. 2. Skoring, setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya adalah memberikan skor terhadap item-item pernyataan yang terdapat pada angket dalam bentuk pilihan ganda. Untuk memudahkan perhitungan masing-masing diberi bobot nilai yang bergerak dari 5 sampai 1,25 sesuai dengan kualitas jawabannya yang disusun sebagai berikut: a.

Alternatif jawaban SL, dengan bobot nilai 5

b.

Alternatif jawaban SR, dengan bobot nilai 3,75

c.

Alternatif jawaban KD, dengan bobot nilai 2,5

d.

Alternatif jawaban TP, dengan bobot nilai 1,25

3. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase.

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data 1. Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara

deskriptif

(dengan

prosentase),

yaitu

dengan

menggunakan rumus frekuensi relatif sebagai berikut: Rumus : P =

F x 100% N

Keterangan : P = angka persentase F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) .5 100% bilangan tetap (kostanta).

5

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 1999), cet. Ke-5, h. 40.

45

Tabel 3 Angka prosentase No

Prosentase %

Penafsiran

1

100 %

Seluruhnya

2

90-99%

Hampir Seluruhnya

3

60-89%

Sebagian Besar

4

51-59%

Lebih Dari Setengah

5

50%

Setengahnya

6

40-49%

Hampir Setengahnya

7

10-39%

Sebagian Kecil

8

1-9%

Sedikit Sekali

9

0%

Tidak Ada

2. Interpretasi Data a.

Analisa Hubungan Dua Variabel

Sedangkan untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut digunakan teknik analisa korelasional dengan rumus Product Moment. Rumus tersebut sebagai berikut: rxy =

N  XY   X  Y  [ N  X 2   X  ][ N  Y 2   Y  ] 2

2

Keterangan: rxy

= Angka korelasi “r” Product Moment

N

= Banyaknya subyek (number of cases)

X

= Jumlah skor dalam sebaran X (persepsi siswa terhadap metode pembelajaran Bahasa Indonesia)

Y

= Jumlah skor dalam sebaran Y (persepsi siswa terhadap Bahasa Indonesia)

XY

= Jumlah hasil skor X dengan skor Y

2

X

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

Y2

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

46

Kemudian setelah menganalisis hubungan antara kedua variabel di atas, penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment serta menarik kesimpulan yang dilakukan dengan dua cara: a) Interprestasi secara sederhana atau secara kasar yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi product moment seperti di bawah ini: Tabel 4 Indeks Korelasi Product Moment Besarnya "r"

Interpretasi

Product Moment ( rxy ) 0,00-0,20

Antara variable X dengan variable Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.

0,20 -0,40

Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40 -0,70

Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70 -0,90

Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 -1,00

Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang sangat tinggi

b) Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” Product Moment, yaitu dengan cara: 1) Merumuskan Hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho)

47

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. 6 Kriteria Pengujian: Tolak Ho jika Thitung > Ttabel 2) Menguji

kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah

diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel derajat bebas (db) atau degree of freedom (df) dengan menggunakan rumus: df = N – nr Keterangan: df

= degree of freedom

N

= number of cases

Nr

= banyaknya variabel yang di korelasikan. Hasilnya dikonsultasikan pada tabel “r” Product Moment dari

person untuk df taraf signifikan 5

0

0

.

Selanjutnya untuk mengetahui dan mencari seberapa besar pengaruh variabel x terhadap variabel y dengan rumus sebagai berikut: KD  r 2 100 % .7

Keterangan : KD

= Koefisien determination (Kontribusi variabel x terhadap variabel y)

r2

6 7

= Koefesien korelasi antara variabel x dan variabel y.

Ibid, h. 193-194. M. Subana, Statistik Pendidikan , (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.174.

48

I. Sumber Data Sumber data yang penulis lakukan yaitu: 1. Guru Pendidikan Bahasa Indonesia Guru pendidikan Bahasa Indonesia dalam penelitian ini sebagai informan tentang persepsi siswa terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Para Siswa Sumber data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden yaitu para siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat Tangerang Selatan kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011. 3. Wali kelas Sumber data yang diperoleh dari hasil belajar siswa adalah melalui rekapitulasi nilai semester ganjil dan genap yang penulis dapat dari wali kelas masing-masing. 4. Kepala Sekolah dan Staf Kesiswaan Sumber data yang penulis lakukan kepada kepala sekolah dan staf kesiswaan mengenai kondisi objektifitas sekolah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitian, sedangkan untuk perincian data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran. Data yang didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi, sebar angket dan wawancara. A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Ciputat 1. Profil SMK Al-Hidayah Ciputat NPSN

: 20603274

NSS

: 342022317027

Nama SMK

: SMK Al-Hidayah

Status : Swasta

No. SK pendirian : 1099/102/kep/OT/95

Tgl SK : 28/11/95

Penandatanganan SK : Dinas pendidkan

PBM

: Siang

Sertifikasi ISO 9001:2000: bersitifikat Alamat

: Jl. R.E. Martadinata No. 7 Rt.04 Rw.05

Desa

: Cipayung

Kecamatan : Ciputat

Kab/Kota

: Tang-Sel

Provinsi

Kode Pos

: 15411

Telepon: 021 74709740

: Banten

Fax : 021 74709740 Kepala Sekolah: Drs. Sukoco D.M Jml Guru

Hp : 081380645690

: Total 26 (PNS: 7 Non PNS: 19) (Guru tetap: 5, guru

tidak tetap: 14). Lahan SMK No 1 2 3

Jenis Lahan

Luas (M2)

Luas Bangunan Luas Lahan Tanpa Bangunan Total Luas Lahan Seluruhnya

841 M2

Status Kepemilikan Lahan Pemerintah/ Yayasan Lainnya Yayasan

359 M2

Yayasan

1200 M2

Yayasan

49

50

2. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya SMK Al-Hidayah Ciputat adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam AL-Hidayah. Yayasan Pendidikan Islam AL-Hidayah sendiri berdiri sejak tahun 1926 yang didirikan oleh K.H. Moch. Noor. Pada awalnya yayasan pendidikan ini hanya menyelenggarakan pendidikan

nonformal

berupa

majlis

Ta’lim

yang

kemudian

menyelenggarakan pendidikan formal tingkat dasar yaitu Madrasah Diniyah.

Dalam

perjalanannya

yayasan

Al-Hidayah

kemudian

menyelenggarakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMPS (Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial) yang kemudian menjadi SMK AlHidayah. SMK Al-Hidayah Ciputat tepat berdiri dan beroperasional sejak tahun 1983 Sekolah ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang. SMK Al-Hidayah Ciputat yang awalnya berada di daerah yang sekarang telah menjadi pusat perbelanjaan Ciputat telah memiliki tempat sendiri dengan alamat Jl.RE. Martadinata No.7 Cipayung Ciputat 15411. 3. Visi dan Misi a. Visi sekolah 1) Terwujudnya pendidikan yang bermutu efisien dan relevan. 2) Unggul dan berkualitas dalam mewujudkan pengembangan standar proses pembelajaraan, yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 3) Unggul dan berkualitas dalam mewujudkan peningkatan standar kelulusan. 4) Unggul dan berkualitas dalam mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan yang terkini dan canggih. 5) Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga pendidik dan pendidikan yang jujur, profesional, terampil, tangguh dan berkompeten di bidangnya.

51

b. Misi sekolah 1) Mewujudkan pendidikan dan bermutu efisien dan relevan. 2) Mewujudkan

metode

pembelajaran

yang

aktif,

kreatif

dan

menyenangkan. 3) Mewujudkan penembangan standar pencapaian ketuntasan belajar dan peningkatan standar kelulusan setiap tahunnya. 4) Mewujudkan prasarana pembelajaran yang inovatif dan canggih 5) Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur, profesional, terampil, dan canggih. 6) Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisipatif, dan objektif. 4. Pengurus, Pendidik, Karyawan, dan Siswa a. Susunan Pengurus Ketua yayasan

: H.M. Anwar Nur,S.Ag

Ka. Bid .Pendidikan

: Drs Yasmin

Kepala sekolah

: Drs Sukoco .DM

Waka kurikulum

: Siti Zubaidah, S.pd

Waka kesiswaan

: Endang Hidayat, A. Md

b. Tenaga Pendidik 1. Drs. Sukoco DM.

12. Budi Arya Darma , S.kom

2. Siti Zubaidah, S.pd.

13 . H M.Imron, S.pd

3. Endang Hidayat,A. Md

14. Drs .Yasmin

4. Abdul Kodir, S.pd.

15. Mustolih Udin, SE

5. Drs. Ruslan Abdul Gani

16. Ade Laily Suryani ,S.Ag

6. Umaeroh, S. pd

17. Muhamad Idrus, S.pdi

7. Supardi Z,Ba

18. Tugiran ,S.E.

8. Badri, S.Ag

19. Siti Suryani, S.Pd

9.Yuli Sudarwanto

20. Lukman Hakim ,A.MD

10. Hafidulloh, S.pd

21. Rusli ,S.pdi

11. Maryanah ,S.pd

22. Sri Rahayu ,S.pd

52

c. Karyawan 1. Resni

5. Sri Mulyani

2. Via Aprilia

6. Pak. Udin

3. Didi Awaludin

7. Yanah

4. Wahyudin

d. Keadaan siswa Tingkat

Adm L

P

X

12

32

XI

29

XII Jumlah

Rombel

PJ L

P

1

35

6

36

2

19

32

50

2

73

118

Jumlah L

P

1

47

38

17

1

48

53

22

18

1

54

68

76

41

5. Sarana dan Prasarana a. Administrasi 1) Ruang kepala sekolah (satu) 2) Ruang guru (satu) 3) Ruang pelayanan administrasi (satu) 4) Ruang BP dan OSIS b. Kegiatan belajar 1) Ruang kelas (sepuluh) 2) Ruang praktek/bengkel/workshop (dua) 3) Ruang lab.fisika/kimia/biologi 4) Ruang lab.bahasa (satu) 5) Ruang praktek komputer (satu) c. Penunjang pendidikan 1) Ruang perpustakaan (satu) 2) Ruang unit produksi (satu) 3) Ruang pramuka, koperasi, UKS (satu) 4) Ruang ibadah

Rombel

308

53

d. Penunjang lainnya 1) Ruang bersama atau aula (satu) 2) Kantin sekolah (satu) 3) Toilet (empat) 4) Gudang (satu) 5) Lapangan olahraga (satu)

B. Deskripsi dan Analisa Data Dari keseluruhan siswa/siswi SMK Al-Hidayah Ciputat yang berjumlah 308 siswa diambil data sampel penelitiannya dengan perhitungan prosentase 10% dari jumlah siswa. Maka diperoleh hasil 30 orang yang menjadi sampel. Selanjutnya dari siswa/siswi yang dijadikan responden, diberikan sebuah angket penelitian yang didalamnya berisi 20 item pertanyaan (20 soal untuk pertanyaan variabel X dan 30 hasil belajar siswa dari nilai rapor untuk variabel Y) yang diharapkan nantinya dapat mengetahui hubungan antara persepsi metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Setelah data terkumpul, peneliti mengolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi prosentase dengan menggunakan rumus: Rumus : P =

F x 100% N

Keterangan : P = Angka Prosentasenya F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N = Jumlah sampel. Untuk mengetahui secara deskriptif tentang persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat. 1. Variabel X (Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia) Berikut penulis sajikan hasil angket dari 20 pertanyaan yang diberikan kepada beberapa siswa secara acak di SMK Al-Hidayah Ciputat.

54

Tabel 5 Setiap ada pelajaran bahasa Indonesia, saya masuk kelas dan ikut belajar No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 1.

Selalu (SL)

20

66,7

Sering (SR)

10

33,3

Kadang-kadang (KD)

-

-

Tidak Pernah (TP)

-

-

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 20 siswa sekitar 66,7 % menjawab setiap ada pelajaran bahasa Indonesia, masuk kelas dan ikut belajar, kemudian 10 siswa sekitar 33,3 % menjawab setiap ada pelajaran bahasa Indonesia, masuk kelas dan ikut belajar, sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah untuk masuk kelas dan ikut belajar setiap ada pelajaran bahasa Indonesia tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa siswa lebih banyak selalu masuk dan ikut belajar setiap ada pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 6 Guru bahasa Indonesia saya memperhatikan semua siswa di kelas dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 2.

Selalu (SL)

5

16,7

Sering (SR)

11

36,7

Kadang-kadang (KD)

13

43,3

Tidak Pernah (TP)

1

3,3

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 5 siswa sekitar 16,7% menjawab guru bahasa Indonesia selalu memperhatikan semua siswa di kelas dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, kemudian 11 siswa sekitar 36,7% menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadangkadang sebanyak 13 siswa dengan prosentase 43,3%, dan yang menjawab tidak pernah ada 1 siswa dengan prosentase 3,3%. Dengan demikian, dapat dilihat

55

bahwa guru kadang-kadang memperhatikan semua siswa di kelas dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 7 Dalam mengajar, guru bahasa Indonesia menerangkan pelajaran tanpa melihat dan membaca buku No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 3.

Selalu (SL)

3

10

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

16

53,3

Tidak Pernah (TP)

5

16,7

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 3 siswa sekitar 10% menjawab dalam mengajar, guru bahasa Indonesia selalu menerangkan pelajaran tanpa melihat dan membaca buku, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab dalam mengajar, guru bahasa Indonesia sering menerangkan pelajaran tanpa melihat dan membaca buku, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 16 siswa dengan prosentase 53,3%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 5 siswa dengan prosentase 16,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa dalam mengajar, guru bahasa Indonesia kadang-kadang menerangkan pelajaran tanpa melihat dan membaca buku. Tabel 8 Guru bahasa Indonesia saya mengajarkan apa yang ada di dalam buku paket No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 4.

Selalu (SL)

19

63,3

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

3

10

Tidak Pernah (TP)

2

6,7

30

100

Jumlah

56

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 19 siswa sekitar 63,3% menjawab guru bahasa Indonesia selalu mengajarkan apa yang ada di dalam buku paket, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab guru bahasa Indonesia sering mengajarkan apa yang ada di dalam buku paket, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 3 siswa dengan prosentase 10%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia selalu mengajarkan apa yang ada di dalam buku paket. Tabel 9 Guru bahasa Indonesia saya mampu menguasai materi Bahasa Indonesia

No.

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentase (%)

5.

Selalu (SL)

11

36,7

Sering (SR)

9

30

Kadang-kadang (KD)

10

33,3

-

-

30

100

Tidak Pernah (TP) Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 11 siswa sekitar 36,7% menjawab guru bahasa Indonesia selalu mampu menguasai materi bahasa Indonesia, kemudian 9 siswa sekitar 30% menjawab guru bahasa Indonesia sering, sedangkan yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang mampu menguasai materi bahasa Indonesia sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,3%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia kadang-kadang mampu menguasai materi bahasa Indonesia.

57

Tabel 10 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia

No.

Alternatif Jawaban

Frekuensi

6.

Selalu (SL)

8

26,7

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

14

46,7

Tidak Pernah (TP)

2

6,7

30

100

Jumlah

Prosentase (%)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 8 siswa sekitar 26,7% menjawab cara mengajar guru bahasa Indonesia selalu membuat siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab sering, sedangkan yang menjawab cara mengajar guru bahasa Indonesia kadang-kadang membuat siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia sebanyak 14 siswa dengan prosentase 46,7%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa cara mengajar guru bahasa Indonesia kadang-kadang membuat siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 11 Saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan

No.

Alternatif Jawaban

7.

Selalu (SL)

6

20

Sering (SR)

7

23,3

Kadang-kadang (KD)

10

33,3

Tidak Pernah (TP)

7

23,3

30

100

Jumlah

Frekuensi

Prosentase (%)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 6 siswa sekitar 20% menjawab siswa selalu menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab siswa sering menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan,

58

sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,3% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 7 siswa dengan prosentase 23,3%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa kadang-kadang menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan. Tabel 12 Saya menyukai metode pengajaran dari guru bahasa Indonesia sekalipun mengharuskannya untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 8.

Selalu (SL)

9

30

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

13

43,3

Tidak Pernah (TP)

2

6,7

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 9 siswa sekitar 30% menjawab siswa selalu menyukai metode pembelajaran dari guru bahasa Indonesia sekalipun mengharuskan untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadangkadang siswa menyukai metode pembelajaran dari guru bahasa Indonesia sekalipun mengharuskan untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras sebanyak 13 siswa dengan prosentase 43,3% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa yang kadang-kadang menyukai metode pembelajaran dari guru bahasa Indonesia sekalipun mengharuskan untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras.

59

Tabel 13 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya mengerti tentang pelajaran bahasa Indonesia

No.

Alternatif Jawaban

Frekuensi

9.

Selalu (SL)

10

33,3

Sering (SR)

5

16,7

Kadang-kadang (KD)

15

50

-

-

30

100

Tidak Pernah (TP) Jumlah

Prosentase (%)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3% menjawab

guru bahasa Indonesia selalu membuat siswa mengerti tentang

pelajaran bahasa Indonesia, kemudian 5 siswa sekitar 16,7% menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadang-kadang guru bahasa Indonesia membuat siswa mengerti tentang pelajaran bahasa Indonesia sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50% dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak kadang-kadang guru bahasa Indonesia membuat siswa mengerti tentang pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 14 Metode pembelajaran guru bahasa Indonesia memudahkan saya dalam belajar bahasa Indonesia

No.

Alternatif Jawaban

10.

Selalu (SL)

8

26,7

Sering (SR)

7

23,3

Kadang-kadang (KD)

15

50

-

-

30

100

Tidak Pernah (TP) Jumlah

Frekuensi

Prosentase (%)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 8 siswa sekitar 26,7% menjawab metode pembelajaran guru bahasa Indonesia selalu memudahkan siswa dalam belajar bahasa Indonesia, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadang-kadang metode

60

pembelajaran guru bahasa Indonesia memudahkan siswa dalam belajar bahasa Indonesia sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak metode pembelajaran guru bahasa Indonesia kadang-kadang memudahkan siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Tabel 15 Saya menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 11.

Selalu (SL)

9

30

Sering (SR)

5

16,7

Kadang-kadang (KD)

15

50

Tidak Pernah (TP)

1

3,3

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 8 siswa sekitar 30% menjawab siswa selalu menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia, kemudian 5 siswa sekitar 16,7% menjawab siswa sering menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia, sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50%, dan yang menjawab tidak pernah ada 1 siswa dengan prosentase 3,3%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa kadang-kadang menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia. Tabel 16 Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 12.

Selalu (SL)

1

3,3

Sering (SR)

3

10

Kadang-kadang (KD)

19

63,3

Tidak Pernah (TP)

7

23,3

30

100

Jumlah

61

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 1 siswa sekitar 3,3% menjawab siswa selalu merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia, kemudian 3 siswa sekitar 10% menjawab siswa sering merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 19 siswa dengan prosentase 63,3%, dan yang menjawab tidak pernah sebannyak 7 siswa dengan prosentase 23,3%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa kadang-kadang merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia. Tabel 17 Saya berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 13.

Selalu (SL)

12

40

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

12

40

-

-

30

100

Tidak Pernah (TP) Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 12 siswa sekitar 40% menjawab siswa selau berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab siswa sering berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit, sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit sebanyak 12 siswa dengan prosentase 40%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa siswa selalu dan kadang-kadang berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit.

62

Tabel 18 Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 14.

Selalu (SL)

9

30

Sering (SR)

14

46,7

Kadang-kadang (KD)

7

23,3

Tidak Pernah (TP)

-

-

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 9 siswa sekitar 30% menjawab siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, kemudian 14 siswa sekitar 46,7% menjawab siswa sering mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 7 siswa dengan prosentase 23,3%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa sering mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Tabel 19 Saya senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode menghafal No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 15.

Selalu (SL)

9

30

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

13

43,3

Tidak Pernah (TP)

2

6,7

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 9 siswa sekitar 30% menjawab siswa selalu senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode menghafal, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab siswa sering senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan

63

metode menghafal, sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode menghafal sebanyak 13 siswa dengan prosentase 43,3%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak ada 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa kadang-kadang senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode menghafal. Tabel 20 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas puisi dengan metode demonstrasi (maju ke depan kelas) No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 16.

Selalu (SL)

10

33,3

Sering (SR)

2

6,7

Kadang-kadang (KD)

10

33,3

Tidak Pernah (TP)

8

26,7

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3% menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas puisi dengan metode demonstrasi (maju ke depan kelas), kemudian 2 siswa sekitar 6,7% menjawab sering, sedangkan yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang

menyenangkan

bila

membahas

puisi

dengan

metode

demonstrasi (maju ke depan kelas) sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,3 %, dan yang menjawab tidak pernah ada 8 siswa dengan prosentase 26,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia selalu dan kadang-kadang

menyenangkan

demonstrasi (maju ke depan kelas).

bila

membahas

puisi

dengan

metode

64

Tabel 21 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya-jawab No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 17.

Selalu (SL)

10

33,3

Sering (SR)

7

23,3

Kadang-kadang (KD)

9

30

Tidak Pernah (TP)

3

10

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3% menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab guru bahasa Indonesia sering menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab, sedangkan yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pean/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab sebanyak 9 siswa dengan prosentase 30%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 3 siswa dengan prosentase 10%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab. Tabel 22 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas kalimat khusus-umum atau umum-khusus dengan metode diskusi No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 18.

Selalu (SL)

6

20

Sering (SR)

7

23,3

Kadang-kadang (KD)

14

46,7

Tidak Pernah (TP)

3

10

30

100

Jumlah

65

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 6 siswa sekitar 20% menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas kalimat umumkhusus atau khusus-umum dengan metode diskusi, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab sering, sedangkan siswa yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas kalimat umumkhusus atau khusus-umum dengan metode diskusi sebanyak 14 siswa dengan prosentase 46,7%, dan yang menjawab tidak pernah ada 3 siswa dengan prosentase 10%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas kalimat umum-khusus atau khusus-umum dengan metode diskusi. Tabel 23 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas pidato dengan metode ceramah No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 19.

Selalu (SL)

10

33,3

Sering (SR)

7

23,3

Kadang-kadang (KD)

10

33,3

Tidak Pernah (TP)

3

10

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3% menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas materi pidato dengan metode ceramah, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab guru bahasa Indonesia sering menyenangkan bila membahas materi pidato dengan metode ceramah, sedangkan siswa yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas materi pidato dengan metode ceramah sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,3%, dan yang menjawab tidak pernah ada 3 siswa dengan prosentase 10%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia selalu dan kadang-kadang menyenangkan bila membahas materi pidato dengan metode ceramah.

66

Tabel 24 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas penulisan laporan dengan metode penugasan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%) 20.

Selalu (SL)

6

20

Sering (SR)

6

20

Kadang-kadang (KD)

15

50

Tidak Pernah (TP)

3

10

30

100

Jumlah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 6 siswa sekitar 20% menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas penulisan laporan dengan metode penugasan, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab guru bahasa Indonesia sering menyenangkan bila membahas penulisan laporan dengan metode penugasan, sedangkan siswa yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas penulisan laporan dengan metode penugasan sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50%, dan yang menjawab tidak pernah ada 3 siswa dengan prosentase 10%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas penulisan laporan dengan metode penugasan.

67

Tabel 25 Tabel perhitungan variabel X (skala persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia)

Subyek

Pernyataan

1

2

3

4

5

1

5

3,75

2,5

2,5

2,5

2

3,75

2,5

2,5

1,25

3

3,75

5

2,5

4

5

2,5

5

5

6

7

8

9

10

5

2,5

2,5

5

3,75

3,75

5

2,5

3,75

5

5

5

2,5

2,5

1,25

2,5

3,75

2,5

2,5

3,75

2,5

2,5

1,25

5

2,5

3,75

2,5

2,5

5

3,75

7

5

5

8

5

3,75

3,75 1,25 5

1,25

6

11

Jumlah

12

13

14

15

16

17

18

19

20

5

3,75

1,25

3,75

2,5

5

3,75

2,5

3,75

5

71,25

5

2,5

3,75

3,75

3,75

2,5

1,25

2,5

5

2,5

2,5

65

2,5

2,5

2,5

3,75

3,75

3,75

2,5

1,25

1,25

3,75

1,25

1,25

57,5

2,5

2,5

2,5

5

3,75

3,75

5

5

5

2,5

2,5

5

3,75

71,25

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

3,75

1,25

2,5

2,5

5

5

2,5

5

2,5

61,25

3,75

3,75

2,5

5

5

2,5

3,75

3,75

2,5

3,75

5

3,75

5

3,75

5

76,25

5

5

3,75

5

5

5

3,75

3,75

2,5

3,75

3,75

3,75

5

3,75

3,75

3,75

81,25

3,75

5

1,25

3,75

5

2,5

5

5

3,75

5

1,25

5

3,75

2,5

5

1,25

73,75

68

9

5

2,5

3,75 1,25

5

5

5

5

3,75

5

5

5

1,25

3,75

3,75

2,5

5

5

5

2,5

80

10

3,75

3,75

2,5

1,25

3,75

5

2,5

5

3,75

2,5

3,75

5

1,25

3,75

5

2,5

5

2,5

5

3,75

71,25

11

5

2,5

5

1,25

5

2,5

1,25

5

5

2,5

2,5

1,25

1,25

5

2,5

2,5

5

2,5

5

5

67,5

12

5

3,75

2,5

1,25

3,75

3,75

2,5

2,5

5

3,75

3,75

3,75

3,75

3,75

5

5

5

3,75

3,75

3,75

75

13

3,75

3,75

2,5

2,5

3,75

3,75

5

3,75

2,5

5

3,75

3,75

2,5

3,75

3,75

5

3,75

2,5

3,75

5

73,75

14

5

5

2,5

1,25

5

5

5

5

5

5

5

5

1,25

5

5

1,25

5

3,75

5

3,75

83,75

15

3,75

2,5

1,25 1,25

5

2,5

1,25

1,25

2,5

5

5

2,5

3,75

2,5

2,5

5

5

5

2,5

2,5

62,5

16

5

5

3,75

2,5

5

2,5

2,5

3,75

2,5

3,75

3,75

5

2,5

1,25

2,5

3,75

1,25

3,75

63,75

17

5

3,75

3,75 1,25

5

2,5

1,25

3,75

2,5

2,5

2,5

3,75

2,5

3,75

2,5

1,25

1,25

2,5

2,5

2,5

56,25

18

3,75

2,5

2,5

1,25

2,5

2,5

3,75

2,5

3,75

2,5

1,25

3,75

3,75

2,5

1,25

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

52,5

19

5

3,75

2,5

2,5

3,75

2,5

2,5

2,5

2,5

3,75

2,5

3,75

1,25

3,75

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

57,5

20

3,75

3,75

3,75 1,25

5

2,5

1,25

3,75

2,5

2,5

2,5

3,75

3,75

3,75

3,75

2,5

5

3,75

3,75

2,5

65

21

3,75

1,25

2,5

2,5

2,5

3,75

2,5

2,5

2,5

3,75

2,5

3,75

2,5

2,5

2,5

2,5

1,25

2,5

2,5

55

1,25

2,5

5

69

22

3,75

2,5

3,75 1,25

2,5

2,5

2,5

2,5

3,75

3,75

2,5

3,75

1,25

5

5

1,25

1,25

2,5

2,5

1,25

55

23

5

2,5

1,25 3,75

5

2,5

3,75

5

2,5

5

2,5

3,75

2,5

3,75

5

5

3,75

3,75

5

2,5

73,75

24

5

2,5

1,25 1,25

2,5

3,75

3,75

5

2,5

2,5

2,5

3,75

2,5

2,5

2,5

2,5

3,75

2,5

2,5

5

60

25

5

3,75

1,25

2,5

2,5

3,75

5

2,5

2,5

2,5

2,5

3,75

3,75

2,5

2,5

1,25

2,5

2,5

1,25

2,5

56,25

26

5

2,5

2,5

1,25

2,5

1,25

1,25

2,5

5

2,5

5

5

1,25

5

5

1,25

2,5

1,25

2,5

2,5

57,5

27

5

5

5

1,25

5

5

5

5

2,5

5

5

3,75

2,5

3,75

5

3,75

5

5

5

5

87,5

28

5

3,75

2,5

1,25

2,5

2,5

2,5

5

2,5

2,5

2,5

2,5

1,25

5

2,5

5

2,5

5

5

2,5

63,75

29

5

2,5

3,75 1,25

2,5

1,25

1,25

2,5

5

2,5

5

5

1,25

5

5

2,5

5

1,25

2,5

2,5

62,5

30

5

3,75

2,5

3,75

3,75

2,5

3,75 3,75

2,5

2,5

5

1,25

3,75

3,75

2,5

3,75

2,5

3,75

2,5

66,25

TOTAL

3,75

2003,75

70

2. Variabel Y (Hasil belajar) Hasil belajar dapat dikatakan prestasi belajar yang merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ada dalam pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu. Menurut Blomm, hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut penulis sajikan hasil belajar bahasa Indonesia siswa dari nilai rapor semester ganjil dan genap dalam satu periode. Tabel 26 Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X PJ dan XI AP-1 dari nilai rapor semester ganjil dan genap No

Nama Siswa

Kelas

Ganjil

Genap

Jumlah

1

Abdul Latif

X PJ

60

60

60

2

Abdul Zakaria

X PJ

65

60

62,5

3

Andri Setiawan

X PJ

60

60

60

4

Dewi Lestari P.

X PJ

60

68

64

5

Dika Andriani

X PJ

65

62

63,5

6

Fiki Faisal A.

X PJ

60

60

60

7

Ilham Munawar

X PJ

62

60

61

8

M. Abd. Jaya Sun

X PJ

60

64

62

9

Nur Agung F.

X PJ

60

65

62,5

10

Riduan

X PJ

60

60

60

11

Rizky Arisandi

X PJ

60

62

61

12

M. Yusuf

X PJ

60

60

60

13

Rizki Fauzan

X PJ

60

60

60

14

Mawartini

X PJ

65

62

63,5

15

Dwi Hendra Hadi

X PJ

65

72

68,5

16

Aji Saputra

XI AP-1

60

70

65

71

17

Apri Aldi

XI AP-1

61

70

65,5

18

Bayu Gustian

XI AP-1

60

70

65

19

Dede Leo V.

XI AP-1

60

70

65

20

Herdi Febrianto

XI AP-1

60

72

66

21

Imam Budiman

XI AP-1

60

70

65

22

M. Rifki Arnal

XI AP-1

60

70

65

23

Nurcahyati

XI AP-1

60

74

67

24

Saipuloh

XI AP-1

60

72

66

25

Siti Maesaroh

XI AP-1

60

70

65

26

Siti Nursoleha

XI AP-1

61

73

67

27

Syahrul Ramadhan

XI AP-1

63

70

66,5

28

Tamsai Riyanto

XI AP-1

60

70

65

29

Dinar Diani

XI AP-1

60

70

65

30

Melda Meriyani

XI AP-1

70

82

76

Data Hasil Rapor  Rapor dibedakan atas rentang atau nilai: Sangat tinggi = ≥ 80 Tinggi

= 70-80

Sedang

= 60-70

Rendah

=≤6 Tabel 27 Tabel Perhitungan Variabel Y (Hasil Belajar Siswa) Responden Daftar nilai semester ganjil dan genap 1

60

2

62,5

3

60

4

64

5

63,5

72

6

60

7

61

8

62

9

62,5

10

60

11

61

12

60

13

60

14

63,5

15

68,5

16

65

17

65,5

18

65

19

65

20

66

21

65

22

65

23

67

24

66

25

65

26

67

27

66,5

28

65

29

65

30

76

Adapun skor total dari variabel persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia (X) dan variabel hasil belajar (Y) dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

73

Tabel 28 Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia (X) dan hasil belajar (Y) No. Responden

X

Y

1

71,25

60

2

65

62,5

3

57,5

60

4

71,25

64

5

61,25

63,5

6

76,25

60

7

81,25

61

8

73,75

62

9

80

62,5

10

71,25

60

11

67,5

61

12

75

60

13

73,75

60

14

83,75

63,5

15

62,5

68,5

16

63,75

65

17

56,25

65,5

18

52,5

65

19

57,5

65

20

65

66

21

55

65

22

55

65

23

73,75

67

24

60

66

25

56,25

65

26

57,5

67

74

27

87,5

66,5

28

63,75

65

29

62,5

65

30

66,25

76

Jumlah

2003,75

1922,5

Rata-rata

66,8

64,1

Untuk menguji hubungan persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dengan hasil belajar siswa dilakukan dengan rumus koefisien korelasi Product Moment, untuk itu dibutuhkan tabel bantu uji korelasi seperti yang terdapat pada tabel 25 sebagai berikut: Tabel 29 Tabel Bantu Uji Korelasi Product Moment Variabel (X) Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Variabel (Y) Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa No.

X

Y

X2

Y2

XY

1

71,25

60

5076,56

3600

4275

2

65

62,5

4225

3906,25

4062,5

3

57,5

60

3306,25

3600

3450

4

71,25

64

5076,56

4096

4560

5

61,25

63,5

3751,56

4032,25

3920

6

76,25

60

5814,06

3600

4575

7

81,25

61

6601,56

3721

4956,25

8

73,75

62

5439,06

3844

4572,5

9

80

62,5

6400

3906,25

5000

10

71,25

60

5076,56

3600

4275

11

67,5

61

4556,25

3721

4117,5

Responden

75

12

75

60

5625

3600

4500

13

73,75

60

5439,06

3600

4425

14

83,75

63,5

7014,06

4032,25

5318,125

15

62,5

68,5

3906,25

4692,25

4281,25

16

63,75

65

4064,06

4225

4143,75

17

56,25

65,5

3164,06

4290,25

3684,375

18

52,5

65

2756,25

4225

3412,5

19

57,5

65

3306,25

4225

3737,5

20

65

66

4225

4356

4290

21

55

65

3025

4225

3575

22

55

65

3025

4225

3575

23

73,75

67

5439,06

4489

4941,25

24

60

66

3600

4356

3960

25

56,25

65

3164,06

4225

3656,25

26

57,5

67

3306,25

4489

3852,5

27

87,5

66,5

7656,25

4422,25

5818,75

28

63,75

65

4064,06

4225

4143,75

29

62,5

65

3906,25

4225

4062,5

30

66,25

76

4389,06

5776

5035

Jumlah

𝛴X=

𝛴 Y=

𝛴 𝑋2 =

𝛴Y2=

𝛴XY =

1922,5

136407,4

123529,8

128176,3

2003,75 Rata-rata

66,8

64,1

Tabel uji korelasi di atas dalam perhitungannya menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Berdasarkan perhitungan tabel. 25 tersebut sebagai berikut: 𝛴X = 2003,75 𝛴Y= 1922,5 𝛴𝑋2 = 136407,4 𝛴Y2= 123529,8 𝛴XY = 128176,3 Penulis memasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

76

N  XY   X  Y 

rxy =

=

=

=

= =

[ N  X 2   X  ][ N  Y 2   Y  ] 2

2

30(128176,3)  2003,751922,5 [30(136407,4)  2003,75 ][30(123529,8)  1922,5 ] 2

2

3845289  3852209,4 (4092222  4015014,1)(3705894  3696006,25)  6920,4 (77208)(9887,75)

 6920,4 763413402  6920,4  0,25 27629,9367

Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, hasil yang didapatkan yaitu angka korelasi “r” Product Moment sebesar -0,25 thitung =

thitung =

thitung =

thitung =

1.

r n2 1  r2

 0,25 30  2 1  (0,25) 2

 0,25 28 1  0,063

 0,25(5,30) 0,937



 1,325  1,37 0,97

tabel nilai “r” Product Moment Untuk mengetahui signifikasi rxy melalui tabel “r” Product Moment, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menghitung df (degree f freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu yaitu: df = N – nr

77

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa: n = 30;

nr = 2

df = 30 – 2 = 28 Setelah diketahui nilai df maka selanjutnya berkonsultasi pada tabel “r” Product Moment pada taraf signifikasi 5%. Dengan melihat tabel “r” maka dapat diketahui bahwa taraf siginifikasi 5% sebesar 0,374 dengan demikian ternyata rxy lebih kecil dari ttabel maka hasilnya (tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK A-Hidayah Ciputat). Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel X menunjang keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus sebagai berikut: KD  r 2 100 %

KD = -0,252 × 100% KD = 0,063 × 100% KD = 6,3% Hal ini menunjukkan bahwa 6,3% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran guru sedangkan 93,7% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor yang lainnya. C. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Poduct Moment antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa

78

Indonesia yang berarti bahwa jika metode pembelajaran guru tinggi maka akan tinggi pula hasil belajar yang diperoleh begitu pula sebaliknya. Namun jika dilihat berdasarkan besar rxy yang diperoleh yaitu -0,25 ternyata terletak pada 0,20-0,40 maka korelasi antar kedua variabel tersebut dinyatakan lemah atau rendah sehingga terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dengan hasil belajar bahasa Indonesia itu rendah. Adapun dari besar konstribusi yang diperoleh yaitu sebesar 6,3% dapat menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang dipakai di sekolah seperti ceramah dan penugasan tidak memberikan konstribusi yang cukup besar untuk hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011. Sehingga, yang memberikan konstribusi sangat besar pada tingginya hasil belajar di SMK Al-Hidayah berasal dari faktor yang lain seperti strategi belajar, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran di samping metode pembelajaran.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat dapat disimpulkan: 1. Hasil belajar siswa termasuk dalam kualifikasi cukup, hal ini antara 6076 sebanyak 30 siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 64,1 dan nilai tertingginya 82. 2. Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat sebagian besar sedang karena memiliki nilai rata-rata 66,8. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik analisa kolerasional yaitu nilai rxy sebesar 0,25 yang berada pada 0,20-0,40 dan taraf signifikan 5% sebesar 0,374. Selain itu pula dapat diketahui bahwa konstribusi metode pembelajaran guru terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat hanya 6,3% sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor yang lain.

B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas, maka penulis dapat menyampaikan saran sebagai berikut: 1.

Tingkatkanlah hasil belajar siswa melalui metode yang lebih variatif. Serta hendaknya para guru melakukan penambahan waktu belajar, mengadakan bimbingan belajar dengan mengelompokkan siswa sesuai dengan tingkat kemampunnya dan melakukan pengayaan setelah diadakan evaluasi.

2.

Hendaknya guru lebih mengoptimalkan dan mempunyai banyak metode agar di dalam kegiatan belajar mengajar tidak monoton dan

79

80

siswa dapat menangkap dan menyerap pelajaran dengan baik sehingga hasil belajar siswa dapat naik. Dengan mengetahui itu semua, maka akan menjadi tolak ukur bagi setiap guru untuk selalu meningkatkan cara mengajar dengan menggunakan metode yang variatif. 3.

Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu terdapat pada metode pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Setiap guru harus mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

82

DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Abu. dan Cholid Narbuko. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. _________. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidkan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. 2005, Baihaqi, MIF. dkk,. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama. 2005. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002. Djamarah, Syaiful Bahri. dkk,. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2008. Echols, Jhon M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1995. Faturrohman, Pupuh. dan M.Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama. 2007. Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1(Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Imam Syafi’ie. Roekhan. dan Ma’mur Saadie. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001. Iska, Zikri Neni. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother. 2008. Iskandarwasid. dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.

82

83

Permendiknas. Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Th.2003. Jakarta: Sinar Grafika. 2009. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002. Sabri, M. Alisuf. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1993. _________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 2007. Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. 2000. Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004. Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1982. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafido Persada. 1999. Suparman, Alwi. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka. 1996. Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007. Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offest. 1978. _________. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offest. 1981. Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA Bapak Supardi ZA adalah guru bahasa Indonesia di sekolah SMK AlHidayah, beliau mengajar untuk semua kelas dari kelas satu sampai kelas tiga sebanyak 22 jam seminggu. Bapak yang sudah mengajar selama 17 tahun ini pendidikannya bukan berasal dari jurusan yang dipegang sekarang melainkan lulusan fakultas adab. Menurut bapak yang memakai kacamata ini proses belajar mengajar yang beliau lakukan di kelas sudah berjalan baik sekitar 70% dan menurutnya hasil belajar itu adalah pentranferan ilmu atau pengetahuan dari seseorang ke orang lain (dari guru ke siswa yang kemudian dapat diinformasikan ke orang lain). Berbagai macam metode yang bapak Supardi ZA lakukan saat proses belajar mengajar (KBM) diantaranya adalah menggunakan metode diskusi, metode diskusi dilakukan agar siswa lebih terangsang untuk menyelidiki atau menggali pengetahuan lebih dalam lagi. Kemudian metode simulasi agar siswa tidak merasa jenuh atau monoton apalagi bila ditambah dengan media atau alat pendukung lainnya. Selanjutnya masih banyak lagi metode yang beliau lakukan menyesuaikan dengan materi yang ada. Selama beliau mengajar tidak selamanya lancar banyak hambatan yang beliau rasakan pada saat

pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya adalah

kurangnya motivasi belajar siswa, kurangnya sarana dan prasarana pendukung.