pidato pengukuhan - Universitas Brawijaya

17 downloads 5605 Views 129KB Size Report
4 Nov 2013 ... saya, menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam- ... pidato ilmiah pada hari ini. ... Tenggang waktu pembenaman jerami.
1

Bismillahirrohmanirrohim, Yang saya hormati: Bapak Rektor Universitas Brawijaya beserta Ibu Hasyim Baisoeni Bapak/Ibu Anggota Senat Universitas Brawijaya, Bapak/Ibu Dewan Penyantun Universitas Brawijaya, Bapak/Ibu Pimpinan Universitas, Fakultas, Jurusan dan Lembaga di Lingkungan Universitas Brawijaya, Bapak/Ibu Dosen dan Segenap Civitas Akademika Universitas Brawijaya, serta Bapak/Ibu para Undangan dan hadirin yang saya Muliakan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kita semua berada dalam keadaan sehat wal afiat. Pada kesempatan yang berbahagia ini, pertama-tama izinkanlah saya, menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalamdalamnya, kepada Bapak Rektor dan para Anggota Senat, yang telah berkenan memberi kepercayaan kepada saya, untuk menyampaikan pidato ilmiah pada hari ini.

Demikian pula, kepada para hadirin,

yang telah sudi meluangkan waktu untuk datang, dan berkenan mengikuti acara pengukuhan ini, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. Sesuai dengan bidang yang saya tekuni, saya akan mencoba mengangkat suatu pokok bahasan, berjudul: “Strategi Penanggulangan Kemunduran Kesuburan Tanah dalam Rangka Mengamankan Produksi Tanaman Pertanian”

2

Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati, Berbicara tentang tanah subur, tidaklah asing bagi telinga kita. Hampir semua orang dapat bercakap-cakap tentang tanah subur.

Hal

ini wajar, karena jauh sebelum peradaban manusia berkembang, nenek moyang kita telah mengetahui tentang tanah subur. Misalnya, mereka mengetahui di mana tumbuhan penghasil pangan dijumpai. secara

naluriah,

mereka

memilih

tempat-tempat

Bahkan

subur

untuk

pemukiman. Namun suatu hal yang mengganjal, hingga saat ini konsep tanah subur belum sepenuhnya difahami dan dimengerti oleh petani, ataupun masyarakat umumnya. Petani menganggap tanahnya subur bila telah dipupuk atau diolah; dan masyarakat seringkali mengartikan tanah subur, dengan produksi tinggi. Padahal produksi tinggi tidak melulu dari tanah subur, tetapi ada faktor lain, yaitu: varietas unggul, iklim yang cocok, dan pengelolaan yang baik.

Hadirin yang saya muliakan, Sebelum saya membahas lebih jauh, marilah kita meninjau terbih dahulu, potensi kesuburan lahan yang ada di negara kita. Untaian

"zamrud

katulistiwa",

merupakan

ungkapan

bagi

Indonesia, yang terdiri dari beribu pulau di katulistiwa, tertutup hutan belantara dari ujung Barat, hingga ujung Timur. Demikian pula, "….Ijo royo-royo, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo…." (kesuburan tanah, memberikan hasil berlimpah ruah, dan membawa kemakmuran). Kita tidak boleh terlena, dengan ungkapan yang bersifat terlalu memuji, sebelum mengetahui apa betul potensi tanah kita seperti dinyatakan dalam ungkapan tersebut. Bila kita cermati fenomena alam tropika basah, suatu hal yang mengagetkan adalah, bahwa sebagian besar hutan belantara di negara

3

kita, duduk di atas tanah dengan tingkat kesuburan rendah, yaitu: Podsolik, Latosol, dan Gambut. Ternyata daya dukung tanah adalah bersifat semu, dan hutan lebat yang terbentuk tidak lain merupakan hasil suksesi, dalam waktu berpuluh, beratus dan bahkan beribu tahun lalu. Pertumbuhan hutan mewah, terbentuk akibat sistim hara tanah dan tajuk hutan bersifat tertutup (closed nutrient recycling). kondisi ini, secara alami tidak ada kehilangan unsur; permukaan tanah tertutup rapat oleh tajuk pohon;

Pada karena

demikian pula

kehilangan unsur ke lapisan tanah bawah, dicegah oleh sistim perakaran yang intensif. Di sini dijumpai suatu "keseimbangan alami".

Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati, Daya dukung semu di atas, terbukti pada waktu hutan dibuka untuk lahan pertanian. Petani tradisional, membuka hutan untuk perladangan dengan sistim tebang-bakar.

Produksi pertanian pada

awalnya tinggi; tetapi musim ke musim, terus menurun karena tidak ada konservasi tanah maupun pemupukan. Begitu produksi tidak lagi dapat diharapkan,

maka petani meninggalkan ladangnya untuk

membuka hutan baru. Cara ini dikenal sebagai sistim perladangan berpindah (shifting cultivation). Dampak negatif sistim ini,

tidak begitu terasa selama siklus

pembukaan lahan cukup memberi peluang pemulihan kesuburan tanah, yaitu

terbentuk

kembali

hutan

belukar.

Manusia

merusak

keseimbangan alam, dan membiarkan alam kembali memulihkan diri. Akan tetapi, dengan pertambahan penduduk, siklus pembukaan lahan makin pendek, dan ladang yang ditinggalkan tidak dapat pulih menjadi hutan kembali, dan akhirnya berubah menjadi padang alang-alang.

4

Hadirin yang saya hormati, Karena sistim perladangan tidak dapat memberi harapan, maka penduduk mengubahnya menjadi sistim persawahan, yaitu pada kondisi cukup air. Tampaknya, sistim persawahan cocok untuk kondisi tropika

basah.

Terbentuknya

lapisan

tapak

bajak,

mencegah

kehilangan hara melalui pencucian; meskipun masih ada kemungkinan kehilangan akibat irigasi berlebih.

Pada sistim sawah tradisional,

tanaman padi dipanen dengan ani-ani dan hanya bagian malai dan gabah yang diangkut sebagai hasil panen; sisanya dikembalikan ke lahan sebagai bahan organik. Tenggang waktu pembenaman jerami yang cukup lama, membantu memutus siklus hama penyakit.

Daya

dukung lahan tinggi, diikuti penggunaan jenis tanaman unggul lokal, tahan terhadap berbagai stres lingkungan, menyebabkan produksi cukup untuk kehidupan petani. Akibatnya, kebutuhan hidup terpenuhi, dan pertambahan penduduk melaju dengan pesat. Namun, tekanan penduduk, disertai sistim pembagian warisan seperti dijumpai di Jawa, menyebabkan luas pemilikan tanah sawah makin lama makin menyempit. Akhirnya, sistim persawahan pun, tidak lagi

mampu

berfungsi

sebagai

sumber

kehidupan

yang

dapat

diandalkan.

Bapak Rektor dan hadirin yang saya muliakan, Menyadari bahwa daya dukung tanah sawah makin menurun, maka

kiat

intensifikasi

diupayakan

untuk

meningkatkan

dan

mempertahankan produktivitas. Banyak program masukan teknologi kepada petani telah dicoba, dimulai dari Bimas di tahun enam-puluhan, hingga

Inmas,

Insus,

Supra-Insus,

dan

lain-lain.

Salah

satu

implikasinya, Indonesia mampu mencapai swasembada pangan pada tahun 1984.

5

Keberhasilan penyuluhan, menyebabkan petani bersifat "pupuk minded";

namun pengetahuan mereka tentang pupuk masih sangat

terbatas.

Mereka hanya mengenal pupuk makro NPK saja, belum

mengenal sepuluh unsur pupuk penting lainnya. Bahan organik tidak dikembalikan ke lahan, dibakar atau dijual untuk berbagai kepentingan; dan pemupukan tidak "berimbang", akibat paket pupuk bersifat "terlalu umum", dan petani hanya senang urea saja karena lebih "tok cer"; menimbulkan gejala "tanah sakit", dengan berbagai implikasi, seperti: sulitnya meningkatkan produksi (levelling off), dan gejala kekurangan unsur terselubung (hidden hunger).

Hadirin yang saya muliakan, Tekanan kehidupan akibat daya dukung lahan makin rendah, menyebabkan pemerintah, memandang perlu untuk menggalakkan program transmigrasi. Lahan-lahan yang dipersiapkan, berupa semak belukar atau padang alang-alang bekas perladangan berpindah. Catu lahan dua hektar per keluarga, diharapkan memberikan daya dukung yang memadai.

Namun, sistim ekstensifikasi dengan mengandalkan

luasan lahan, hanya bersifat jangka pendek, seperti pada sistim tradisional di muka.

Oleh sebab itu, program transmigrasi ini pun,

perlu diikuti upaya intensifikasi. Karena intensifikasi diterapkan pada tanah-tanah "belum mapan",

maka dibutuhkan pemikiran-pemikiran

dan program yang tepat.

Berhasil tidaknya sistim "intensifikasi

dipercepat",

tergantung

akan

sangat

pada

kemampuan

dalam

melestarikan kesuburan tanah.

Hadirin yang berbahagia, Sisi lain penyebab kemunduran kesuburan adalah pencemaran tanah pertanian; dicirikan oleh:

merosotnya produktivitas maupun

6

kualitas tanah. Sumber pencemaran berasal dari: industri, air irigasi, pupuk dan pestisida, kendaraan bermotor, sampah, dan sebagainya. Kasus pencemaran tanah pertanian, terjadi di Jepang di tahun enam-puluhan; di mana penduduk Fuchu dan sekitarnya, menderita semacam penyakit tulang yang disebut "itai-itai" (dalam bahasa Jepang, artinya: "aduh-aduh", karena penderita mengaduh kesakitan). Ternyata beras yang dikonsumsi penduduk, mengandung kadmium cukup tinggi. Apa yang terjadi di Jepang, mungkin terjadi di negara kita, mengingat banyaknya industri didirikan di seputar lahan pertanian atau persawahan.

Pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya sayuran di

pinggiran kota, di tepi-tepi jalan raya atau rel kereta api, menggunakan air comberan, dapat pula membahayakan kesehatan penduduk.

Air

comberan umumnya mengandung logam berat. Jenis sayuran, seperti: bayam, kangkung, wortel, kubis, sawi, dan lain-lain, umumnya bersifat "logam akumulator", yaitu mampu mengakumulasi logam berat dalam jumlah banyak tanpa tanaman sendiri keracunan. dikonsumsi manusia, maka akumulasi

Bila sayuran ini

beralih ke dalam organ hati,

yang akan membahayakan kesehatan, seperti pada kasus "itai-itai" di atas. Akibatnya, suatu saat nanti banyak orang yang menderita "sakit hati". Penggunaan

pupuk

dan

pestisida

berlebihan,

dapat

pula

membahayakan kesehatan, bila mencapai air sumur sebagai sumber air minum; dan dapat mencemari perairan, apabila proses pencucian mencapai sungai atau waduk. Pada sisi lain, perluasan area industri, pemukiman, kompleks pertokoan, kampus, dan lain-lain;

yang dibangun di atas tanah

pertanian subur, selain mempersempit area tanah subur, juga memperbesar peluang terjadinya pencemaran lahan pertanian yang berada di sekitarnya.

7

Hadirin yang saya hormati, Ada dua cara untuk mengurangi ke-munduran kesuburan tanah, yaitu: mekanik, dan vegetatif. Contoh cara mekanik adalah pembuatan teras, parit kontur, dan galengan kontur; yang mengurangi kerusakan tanah akibat erosi; terbukti berhasil baik di kawasan Asia Tenggara. Cara vegetatif, bisa dilakukan melalui pengaturan pola tanam dan sistim tanam, dengan mengembalikan mungkin,

untuk

mengimbangi

pengangkutan ke luar lahan.

biomas sisa panen sebanyak

kehilangan

unsur

hara

melalui

Cara ini telah diteliti sejak tahun 1984 di

PG Bungamayang, Lampung Utara, oleh Tim Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, bekejasama dengan PTP-31, IB-Netherland, Wye College-England, dan ICRAF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bahan organik memegang peranan penting dalam mempertahankan keberlanjutan kesuburan tanah. Hasil ini, kemudian diterapkan di Kalimantan Timur (Bontang), dan Kalimantan Selatan (UPT Cempaka), bekerjasama dengan PT Pupuk Kaltim dan Departemen Transmigrasi. Upaya lain memasukkan unsur hara secara maksimal ke lahan adalah,

melalui penggunaan tanaman pengikat nitrogen bebas dari

udara, seperti jenis-jenis: Legum, Casuarina, Alnus, dan beberapa tumbuhan pakis seperti Cycas dan Azolla.

Bersimbiose dengan

mikroba Rhizobia, Frankia, Ganggang Hijau Biru, dan Anabaena, tanaman-tanaman tersebut mampu menyuplai nitrogen, tanpa biaya dan terus menerus.

Dalam hal penggunaan "pupuk biologi", kita ditinggal

jauh oleh India. Penggunaan pupuk inorganik, merupakan cara tercepat dalam mempertahankan produktivitas tanaman. Namun hal ini sulit dilakukan pada kasus lahan marginal;

karena ia memerlukan masukan bahan

8

organik untuk menggantikan, tidak hanya kehilangan unsur, tetapi juga kehilangan tanah melalui erosi. Bahan organik dapat disebut sebagai "pupuk Tanah". Ia bersifat sebagai penyangga, yang mampu meredam gejolak pH, atau mengikat kelebihan unsur, termasuk logam bersifat meracun.

Pupuk kandang

mempunyai "nilai lebih", karena telah melalui proses biologis dalam perut ternak, sehingga kaya enzim-enzim dan senyawa pemacu serta pemicu reaksi biologi; namun masih memerlukan penelaahan lebih mendalam. Pupuk pabrik, ditujukan untuk memperbaiki sifat kimia, agar unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman tercukupi; dan disebut "pupuk tanaman".

Pupuk ini harus diberikan dalam keadaan berimbang;

artinya hanya unsur-unsur yang dibutuhkan saja yang diberikan, dan dalam jumlah tertentu. Bila tidak berimbang, tanaman akan mengalami "salah gizi", dan berakibat negatif pada pertumbuhan dan produksi. Pada kondisi tanah "sakit", terlebih dulu pupuk organik diberikan sebagai "obat"; setelah "sembuh", pupuk inorganik akan dapat diambil tanaman tanpa masalah. Jadi, baik pupuk organik maupun inorganik, mutlak dibutuhkan dalam menanggulangi kemunduran kesuburan tanah dan mengamankan produksi tanaman. Limbah industri berasal dari produk samping pertanian, seperti misalnya: blotong dan sipramin (sisa proses asam amino pada pabrik bumbu masak), menjadi alternatif sumber bahan organik dan unsur hara dalam memperbaiki kesuburan tanah. Menyiapkan bahan pupuk, yang

mempunyai

ikutan

unsur

tambahan biaya dan peralatan.

tidak

dikehendaki,

memerlukan

Namun, hal ini perlu dilakukan agar

dapat dilepas secara aman dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

Kita perlu menyadari bahwa sumber bahan organik

semakin langka dan diperebutkan, sehingga sumber-sumber alternatif

9

perlu mendapat perhatian. Antara pertanian, industri, dan lingkungan hidup perlu adanya suatu hubungan yang akrab.

Hadirin yang terhormat, Untuk menyusun strategi penanganan masalah kesuburan tanah, diperlukan informasi lengkap tentang potensi, kendala dan alternatif pemecahan di lapang.

Upaya peningkatan produksi tanaman padi,

merupakan contoh yang menarik;

karena beras merupakan sumber

pangan utama rakyat Indonesia. Di Jawa Timur misalnya, usaha meningkatkan produksi padi makin hari terasa makin sulit. Meskipun kondisi agro-ekosistim dan luas lahan sawah, sangat mendukung Jawa Timur sebagai propinsi penghasil beras terbesar nasional, namun masih terdapat banyak kendala dalam mempertahankan produksi. Dari segi tanah, telah terjadi ketidak-imbangan perharaan akibat pemupukan

berat

sebelah

(NPK

saja).

Kecenderungan

menggunakan urea berlebihan, sangat memperihatinkan.

petani

Kerugian

tidak hanya diderita oleh petani, tetapi juga oleh pemerintah dan pabrik, yang memberikan subsidi dan dibebani beban efisiensi produksi. Usaha memperkecil kehilangan unsur nitrogen, melalui penggantian urea pril menjadi urea tablet, mengalami hambatan teknis, karena petani

tampaknya

masih

"berkeberatan".

Paket

pupuk belum

"spesifik", baik lokasi, kondisi, maupun komoditi, merupakan kendala bagi efisiensi pemupukan. Pada era globalisasi, hendaknya kita jangan melupakan konsep "glokalisasi", karena melalui dari produk lokal kita dapat masuk ke pasar global.

10

Hadirin yang saya muliakan, Sebagai akhir pidato ini, maka perkenankanlah saya merangkum beberapa pokok pikiran yang telah saya bahas di muka, sebagai bahan yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun strategi penanggulangan kemunduran kesuburan tanah, sebagai berikut: 1. Kemunduran kesuburan tanah tropika basah, merupakan akibat berubahnya sistim hara tanah - tanaman, dari tertutup menjadi terbuka, atau akibat pencemaran lahan pertanian. 2. Keberhasilan mencegah laju kemunduran, sangat tergantung kepada kecanggihan teknologi tepat guna, yaitu upaya memaksimalkan

masukan

bahan

organik,

diikuti

pengembalian unsur hara yang hilang secara alami atau diangkut ke luar lahan. 3. Teknologi pengomposan jerami sisa panen, diperlukan petani untuk mengatasi tenggang waktu sempit di antara musim tanam, dan memerlukan "starter biologi", tidak hanya untuk

memepercepat

laju

pengomposan,

tetapi

juga

mengatasi kelangkaan sumber pupuk kandang. 4. Rekayasa biologi, yang melibatkan jenis tanaman penambat nitrogen, dan jasad hidup penghuni tanah, dibutuhkan untuk memulihkan kemunduran kesuburan tanah, dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk inorganik; dan 5. Penentuan paket pupuk "spesifik lokasi" pada "spesifik kondisi dan komoditi", merupakan tindakan yang tepat dalam memnfaatkan potensi masing-masing daerah.

11

Bapak Rektor dan hadirin yang berbahagia, Di

bagian

akhir

pidato

saya

ini,

perkenankanlah

saya

menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang

telah

menganugerahkan kebahagiaan dan kesempatan untuk menyampaikan ucapan terima kasih, kepada semua pihak yang telah memungkinkan saya mencapai jenjang karier tertinggi ini. Pertama-tama, ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia, melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, atas kepercayaan yang diberikan kepada saya, memangku jabatan sebagai Guru Besar Madya, di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Rasa terima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan pula kepada Bapak Prof. Drs. H.M. Hasyim Baisoeni beserta Ibu, sebagai

Rektor

maupun

pribadi,

yang

tidak

bosan-bosannya

menberikan dorongan kepada saya dalam mencapai prestasi ini. Kepada Anggota Senat Universitas Brawijaya, khususnya Dewan Pertimbangan

Senat,

serta

Anggota

Senat

Fakultas

Pertanian

Universitas Brawijaya, saya ucapkan terima kasih, atas kepercayaan kepada saya untuk diajukan sebagai Guru Besar. Kepada Prof. Ir. Moenarni Tampubolon, Prof.Dr. Ir. Hj. Siti Rasminah Syamsidi, Prof. Dr. Ir. Soedarmanto, M.Ed., Prof. Drs. H. Sofyan Aman, SH, Prof. Dr. H. Eka Afnan Troena, SE, Prof. Dr. H.M. Ichsan, dan Dr. M. Munir, SH, serta seluruh staf Pimpinan Fakultas maupun Universitas, atas bantuan dan dorongannya dalam proses pengajuan jabatan, saya ucapkan banyak terima kasih. Kepada Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito, Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. Ir. H. M. Iksan Semaun, dan Ketua Jurusan Tanah, Ir. Sunarto Ismunandar, MS, tidak lupa saya ucapkan banyak-banyak terima kasih atas segala bantuan yang diberikan.

12

Pada kesempatan ini pula, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, kepada semua guru maupun dosen saya, yang masih ada maupun telah tiada, dan tidak mungkin saya sebut namanya satu persatu, atas semua ilmu dan didikannya, sehingga muridnya mencapai tingkat pendidikan saat ini. Kebahagian saya hari ini menjadi berlipat-lipat, karena saat ini Bapak Prof. Dr. Ir. H. Goeswono Soepardi, M.Sc., dan Bapak Dr. Ir. H. Marsadi Pawirosemadi, berkenan hadir di tengah-tengah kita. Beliaubeliau

adalah

guru

dan

penasihat

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

saya,

pada

saat

studi

di

Pada kesempatan ini, maka

perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih setulustulusnya, atas kehadiran, dan atas bekal yang telah saya peroleh selama ini. Jenjang akademik setinggi ini, pada hakekatnya adalah berkat ketulusan hati, doa restu dari ayahanda: Almarhum Mohammad Harun dan ibunda Hj. Siti Sunamah, serta ayahanda mertua:

Cik Muti dan

almarhumah ibunda mertua Tasbihah, yang selalu mendambakan kemajuan puteranya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada adik saya: Ir. Sjechnadarfuddin, MS dan adinda Yanto, beserta keluarga, yang hadir mewakili keluarga dari Sumatera. Kepada yang tercinta istri saya: Hayati, dan anak-anak saya: Lenny dan suaminya Eka Ananta; Lelly, dan Edwin; serta cucunda tersayang: Bunga; marilah kita syukuri anugerah ini, semoga menjadi manfaat bagi kehidupan keluarga di masa-masa mendatang. Kepada hadirin yang saya muliakan, saya mengajak:

"marilah kita berusaha

menjadi orang baik, meskipun definisi orang baik itu sendiri, sampai saat ini masih belum jelas". Kepada seluruh panitia, di tingkat pusat maupun fakultas, saya ucapkan terima kasih tak terhingga atas segala bantuannya, sehingga acara ini dapat berjalan dengan lancar.

13

Akhirnya, kepada hadirin dan para undangan yang saya muliakan, yang telah mengikuti dengan sabar acara ini, sekali lagi saya ucapkan beribu-ribu terima kasih. Semoga Allah SWT, selalu memberkahi kita semua, amin. Amien Ya Rabbal Alamien. Wabillahit Taufiq Walhidayah Wassalamualaikum Wr Wb.

Malang, 20 Desember 1997.