13 Feb 2012 ... 1. 17 akyat. Politik Uang dan Citra Partai hadap Anas terutama di daer- ah-
daerah masih cukup kuat. Pilihan yang diambil Yu- dhoyono ...
akyat 1
17
Politik Uang dan Citra Partai .......
-.-.-~.....
IcIing R. Hasan
Kandidat Doktor KomunIkIsI Unpad BandunC DepUtl Dlrektur The Political literacy Institute ISRUH internal di mata publik? tubuh Partai DemoTekanan . krat tampaknya belum Sebagaimana diketahui bahada tanda-tanda bakal mereda. wa Ketua Dewan Pembina ParAIih-alih, persoalan demi pertai Demokrat Susilo Bambang soalan terus bermunculan. Yudhoyono dalam konferensi Setelah digoyang isu penonakpers beberapa waktu yang lalu tifan Anas Urbaningrum dari menegaskan bahwa tidak ada posisi Ketua Umum Partai niat untuk menonaktitkan Demokrat kini muncul isu Anas dari posisi ketua umum politik uang (votters buying) partai. Namun disinyalir dalam Kongres 11 Partai Dekeengganan Yudhoyono untuk mokrat di Bandung pada 2010 menonaktitkan Anas sesungyang lalu. Isu tersebut terus guhnya hanyalah strategi reberembus seiring dengan mutoris belaka karena sebenarnya lai mengemukanya pengakuan Yudhoyonojustru menghendasejumlah kader Demokrat ki hal yang sebaliknya. Sudah yang menerima uang agar menjadi rahasia umum bahwa memilih Anas sebagai ketua Yudhoyono tidak klop dengan umum. Anas sejak awalpencalonannya Merebaknya isu politik uang menjadi ketua umum partai. dalam Kongres Partai DemoNamun karena lebih memikrat tentu saja mengundang lih bermain aman (safety playsejumlah pertanyaan. Mengaer), Yudhoyono agaknya lebih pa masalah ini baru diungkap suka menunggu sinyalpengunsekarang padahal kejadiannya duran diri dari Anas langsung sudah berlangsung sejak kuatau sampai ada keputusan rang lebih dua tahun yang hukum yang menjadikan Anas lalu? Apakah ini merupakan . sebagai tersangka. Di samping bentuk lain dari tekanan teritu, pertimbangan supaya konhadap Anas yang tetap tidak flik internal tidak semakin bersedia mengundurkan diri meluas sampai ke akar rumput dari posisi ketua umum? Kalau (grass root) juga mendorong benar, tidakkah langkah ini Yudhoyono untuk tetap mempertahankan Anas. justru akan membuat citra Demokrat semakin merosot di Bagaimanapun dukungan ter-
K
hadap Anas terutama di daerah-daerah masih cukup kuat. Pilihan yang diambil Yudhoyono tersebut meskipun di satu sisi memperkuat kembali posisi Anas dari goyangan arus yang menghendaki pengunduran dirinya, tetapi hal tersebut hanyalah bersifat sementara. Penulis sendiri melihat bahwa dikuaknya kasus politik uang oleh sejumlah kader Demokrat lebih merupakan bentuk penekanan barn terhadap Anas. Karena tidak ada tanda-tanda dari Anas untuk mengundurkan diri secara sukarela, pihak yang menghendaki pengunduran diri Anas mencoba mencarijalan lain. Dugaan tersebut didukung oleh sejumlah fakta. Pertama, penggantian formasi di tubuh Demokrat agaknya bisa dilihat dalam konteks ini. Misalnya, Sekretaris Dewan Kehormatan Amir Syamsuddin diganti oleh TB Silalahi. Bahkan Silalahi kini diberikan jabatan sebagai Ketua Dewan Kehormatan. Terlepas dari pengakuan Amir bahwa penggantian itu merupakan inisiatifnya, namun yang sulit dibantah bahwa penggantinya Silalahi adalah orang kepercayaan Yudhoyono. Kenyataannya Silalahi terus proaktif melakukan pengusutan terhadap isu politik uang di Kongres Demokrat di Bandung. Dialah yang sekarang menjadi komandan pembersihan di tubuh Demokrat. Kedua, kalau tidak ada tuju-
-~-~-
I( lip
i n g Hum
a
5
U n pad
2 0 12
an-tujuan politis di balik isu pengungkapan politik uang, tampaknya kader-kader Demokrat tidak akan mau begitu saja mengutarakannya ke publik yang notabene merupakan borok internal partai. Ketiga, pengungkapan isu politik uang dimulai dari daerahdaerah. Seperti diberitakan bahwa yang pertama kali mengungkapkan isu ini ke publik adalah Diana Maringka, mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Bukan tidak mungkin strategi ini sebagai salah satu cara pen delegitimasian Anas yang memang mendapat banyak dukungan dari kader-kader di daerah. Citra Namun demikian, cara yang ditempuh Demokrat di atas sebenarnya mengandung risiko politik besar jika tidak disertai , dengan langkah-langkah pengusutan isu politik uang tersebut secara tuntas. Dengan kata lain, kalau penguakan kasus tersebut hanyalah dilakukan dalam rangka memberikan tekanan politik tinggi terhadap Anas, justru yang akan terkena dampak buruknya adalah Partai Demokrat itu sendiri. Citra partai sebagai sarang korupsi akan makin lekat di tubuh partai berlambang mercy ini. Sebagaimana diketahui bahwa citra Demokrat makin merosot seiring dengan banyak terkuaknya sejumlah kasus ko-
rupsi yang melibatkan kaderkader Demokrat seperti kasus suap Wisma Atlet yang kini sedang hangat-hangatnya. Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada periode Januari - Februari 2012 menunjukkan bahwa posisi Demokrat hanya berada di posisi ketiga dengan angka 13,7 persen di bawah Partai Golkar yang meraih suara 18,9 persen dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang didukung suara 14,2 persen. Oleh karena itu, Demokrat sebenarnya sedang mempertaruhkan citranya di mata publik dengan mengangkat kasus politik uang. Maka tidak ada jalan lain bagi elite-elite Demokrat selain mengusut tuntas kasus tersebut dan kemudian melakukan penindakan tegas terhadap kader-kader yang terlibat secara tidak pandang bulu termasuk Anas jika terbukti. Namun sebaiknya penindakan tersebut jangan hanya ditujukan pada kubu Anas saja, melainkan juga kubu-kubu yang lain, karena masalah politik uang dalam suatu kongres umumnya terjadi pada semua kandidat. Kalau ini bisa dilakukan, mungkin publik akan percaya bahwa Demokrat benar-benar telah melakukan pembersihan diri dari noda-noda korupsi. Bukan tidak mungkin partai penguasa (the ruling party) ini juga bisa memperbaiki kembali citranya yang telah anjlok tersebut.***