rencana tindak agribisnis berbasis peternakan ... - WordPress.com

39 downloads 597 Views 744KB Size Report
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 0 .... Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan. 3.2. Strategi ..... Manajemen usahatani. 208.
RENCANA TINDAK KAWASAN AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUKABUMI 2012

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 0

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Target Utama Pembangunan Pertanian 2010 – 2014 terdiri dari Empat

hal, yakni : a) Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, b) Peningkatan Diversifikasi Pangan, c) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta d) Peningkatan Kesejahteraan Petani.

Keempat sasaran

program ini sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di dalam negeri, antara lain kejadian rawan pangan yang semakin meluas, perkembangan agribinis yang belum mampu membangun daya saing yang tinggi dan gagal memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Pada sisi lain, konsumsi pangan sebagian masyarakat yang berpendapatan menengah dan tinggi terus mengalami pertumbuhan. Indonesia terpaksa mengimpor komoditas pangan dalam jumlah relatif besar seperti beras, jagung, kedelai, daging dan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Khusus subsektor peternakan yang selama ini kurang mendapat perhatian karena pemerintah lebih fokus pada usaha peningkatan beras, mulai menggigit perekonomian nasional.

Populasi ternak utama seperti sapi,

kerbau dan kambing mengalami pengurasan yang terus meningkat setiap tahun. Pengurasan berkelanjutan ini mulai mengancam keberlanjutan produksi hasil ternak dalam negeri, sehingga jumlah impor terus meningkat. Statistik Peternakan memperlihatkan bahwa 65 persen produksi daging dalam negeri berasal dari impor. Hal ini diperlihatkan oleh peningkatan impor ayam broiler dan jumlah sapi bakalan yang akan digemukan dalam negeri yang telah mencapai angka fantastis yakni 450 ribu ekor. Dengan ketergantungan kepada ternak impor serta impor bahan baku pakan, sebenarnya Indonesia hanya mendapat nilai tambah dari tenaga kerja.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 1

Ancaman

Dibalik

Pertumbuhan

PDB

Subsektor

Peternakan

Pertumbuhan PDB subsektor peternakan selama 15 tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh perekonomian dunia. Pada kondisi puncak sebelum tahun 1997, pertumbuhan PDB subbsektor peternakan lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian. Namun ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997 hingga tahun 2000, industri peternakan modern khususnya ayam ras dan penggemukan (feedlot) sapi potong mengalami kolaps. Salah satu penyebab industri peternakan modern kolaps adalah akibat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku dan teknologi impor. Sampai saat ini, Indonesia secara rutin mengimpor bibit ayam ras, sapi bakalan, bahan baku pakan, antibiotika dan suplemen pakan.

Pengalaman yang terjadi dalam krisis ekonomi di atas

mengingatkan pada pemerintah pada kenyataan bahwa pertumbuhan tinggi tidak menjamin stabilitas perekonomian. Pertumbuhan ekonomi belum tentu menjawab semua permasalahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramalkan akan terus meningkat pada

tahun-tahun

mendatang,

dan

pertumbuhan

ini

akan

memacu

peningkatan konsumsi. Sektor produksi pertanian khususnya subsektor peternakan harus melakukan antisipasi peningkatan konsumsi tersebut, terutama untuk menghindarkan pengurasan cadangan devisa untuk impor daging dan susu, kendati pemerintah sudah menetapkan bahwa Indonesia akan mencapai kecukupan (bukan swasembada) daging pada tahun 2014. Namun demikian, Indonesia masih belum mampu merumuskan arah pembangunan

peternakan

sehingga

efektivitas

program-program

pembangunan peternakan tidak belum jelas ke mana arahnya. Demikian pula dengan kondisi pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi, saat ini jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi 2.383.450.000 jiwa dengan konsumsi daging masyarakat Sukabumi menurut data tahun 2011 sebesar 2,09 kg/kapita/tahun maka kebutuhan daging mencapai 3.575.175 kg per tahun,

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 2

jika diasumsikan berat daging per ekor sapi dan kerbau 139,9 kg/ekor maka dibutuhkan 25.537 ekor sapi dan kerbau. Dalam kaitan itu khusus untuk subsektor peternakan, perlu dilahirkan suatu gagasan tentang peternakan masa depan dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memujudkannya.

Rencana tindak ini merupakan suatu

langkah dalam mewujudkan swasembada daging sapi dan kerbau di Kabupaten Sukabumi yang direalisasikan dalam rencana pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan.

1.2.

Maksud dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan penyusunan rencana tindak pembangunan

peternakan berbasis peternakan khususnya sapi potong dan kerbau adalah untuk

menyusun

strategi

pembangunan

peternakan

untuk

mencapai

swasembada daging sapi dan kerbau di Kabupaten Sukabumi. Adapun tujuan dari penyusunan rencana tindak ini adalah sebagai berikut : a. Menganalisis kebutuhan daging di kabupaten Sukabumi khususnya, Propinsi

jawa

barat

pada

umumnya,

yang

didalamnya

mempertimbangkan kebutuhan daging lima tahun mendatang b. Menyusun tahapan kegiatan dalam rangka swasembada daging sapi dan kerbau dengan memperhatikan kemampuan anggaran c. Merumuskan pelaksanaan dan tata kelola swasembada daging sapi dan kerbau dengan memperhatikan hasil kajian pengembangan agribisnis berbasis peternakan.

1.3.

Lingkup Kegiatan Ruang

lingkup

kegiatan

pada

penyusunan

rencana

tindak

pembangunan peternakan ini, meliputi : 1. Melakukan persiapan kegiatan mulai dari administrasi kegiatan, penentuan personil dan penyusunan rencana kerja.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 3

2. Koordinasi data-data pembangunan pertanian dan peternakan 3. Inventarisasi data dengan BPS, Bappeda maupun dengan Dinas Peternakan. 4. Melaksanakan survey, wawancara dan observasi atas kegiatan-kegiatan pembangunan peternakan yang sudah dilaksanakan. 5. Melakukan analisis data 6. Menyusun draft laporan rencana tindak pembangunan peternakan 7. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) atas draft laporan dengan harapan memperoleh umpan balik dari peserta FGD. 1.4.

Sistematika Penyusunan Rencana Tindak Rencana tindak Kabupaten Sukabumi, disusun dengan sistematika

sebagai berikut : BAB I

PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4

Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penyusunan Rencana Tindak

BAB II

DESKRIPSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DAN KERBAU DI KABUPATEN SUKABUMI 2.1. Populasi dan Sebaran Sapi dan Kerbau 2.2. Ketersediaan pakan 2.3. SDM dan Kelembagaan Ternak 2.4. Sebaran Penyakit Hewan Menular pada Ternak Sapi Potong dan Kerbau (Mapping PHMS) 2.5. Pengelolaan Limbah 2.6. Pemasaran Hasil Ternak 2.7. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis 2.8. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan

BAB III

RENCANA TINDAK

3.1.

Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan

3.2.

Strategi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 4

3.3.

Struktur Organisasi Pembangunan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan 3.4. Strategi Penjaminan Ketersediaan pakan 3.5. Peningkatan kapasitas SDM 3.6. Penanganan Penyakit Hewan 3.7. Pengelolaan Limbah 3.8. Pemasaran hasil Ternak 3.9. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis 3.10. Program dan Kegiatan Akselerasi Pembangunan Peternakan BAB IV

KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN 4.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan 4.2. Strategi pembiayaan

BAB V KESIMPULAN LAMPIRAN

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 5

BAB II DESKRIPSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DAN KERBAU DI KABUPATEN SUKABUMI

2.1. Populasi dan Sebaran Sapi dan Kerbau 2.1.1. Populasi Sapi Perkembangan

Populasi

sapi

potong

di

kabupaten

Sukabumi

menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat walaupun secara agregat pertumbuhannya hanya sekitar 2–3% tiap tahunnya. pada tahun 2010 tercatat sekitar 16.599 ekor (Jantan 4642 ekor; betina 11.957 ekor). Perkembangan ternak sapi potong dari tahun ke tahun mengalami kenaikan walaupun sangat rendah. Pada Bulan Juni 2011 telah dilaksanakan pendataan ternak sapi dan kerbau, dan hasilnya adalah jumlah populasi ternak yang ada melebihi jumlah yang diprediksi. Data perkembangan populasi sapi potong Di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Perkembangan Populasi Sapi Potong di Kabupaten Sukabumi Tahun Populasi (Ekor) Prosentase Kenaikan (%) 2006 14.001 2007 14.900 6% 2008 15,708 5% 2009 16,022 2% 2010 16.599 3% 2011 18.772 13% 2012 20.897*) *) Belum angka final Pada tabel di atas nampak peningkatan pertumbuhan ternak sapi potong pada saat dilakukan survey dengan metode sensus pada tahun 2011 diluar angka prediksi sebelumnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa minat

masyarakat untuk berusaha ternak minatnya ternyata cukup tinggi diluar angka prediksi Dinas Peternakan.

Namun tingkat kepemilikan ternak per

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 6

orang yang masih belum dianggap layak sehingga apabila di analisa usahataninya belum menguntungkan, apalagi jika jasa tenaga kerja rumah tangga peternak dihitung. Budidaya sapi potong secara empirik terdiri atas usaha pembibitan, penggemukan serta kombinasi antara pembibitan dan penggemukan. Usaha pembibitan sapi potong sebagian besar dilakukan oleh peternak yang ada di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi. Di wilayah tengah Kabupaten Sukabumi peternak sapi potong selain melakukan pembibitan juga melakukan penggemukan, sedangkan di wilayah Utara Kabupaten Sukabumi ternak sapi potong cukup tersebar di beberapa kecamatan dan sebagian besar usaha yang dilakukan adalah penggemukan. Hal ini mengingat keterbatasan lahan di wilayah utara yang bersaing dengan pemukiman rakyat, industri serta perdagangan. Wilayah pengembangan sapi potong di Kabupaten Sukabumi di lihat berdasarkan potensi populasi, potensi ekosistem sekitar serta bentuk usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat yang ada di dalamnya. Sentra populasi sapi potong di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Tabel 2. Sentra Produksi dan Populasi Sapi Potong di Kabupaten Sukabumi (Per Juli 2011) Fokus Sentra Pengembangan (Kecamatan/Jumlah Pengembangan Populasi) WILAYAH SELATAN Ciracap (3.760),Surade (1.973),Cibitung (899), (Kawasan Pembibitan) Tegalbuleud (1.885), Ciemas (1.285), Jp.Kulon (733), Cidadap (326), Cidolog (591). WILAYAH TENGAH Sagaranten (123), Purabaya (365), Nyalindung (Kawasan Pembibitan (295), Jp.Tengah (111). & Penggemukan) WILAYAH UTARA Cikembar (118), Gegerbitung (200), Kadudampit (Kawasan (276), Sukalarang (276), Nagrak (97),Parungkuda Penggemukan) (114),Cicurug (2.387), Kabandungan (98).

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 7

2.1.2. Populasi Kerbau Populasi ternak kerbau di Kabupaten Sukabumi keberadaannya tersebar, namun seperti umumnya di daerah lain, populasi ternak kerbau terbanyak biasanya terkonsentrasi di daerah pertanian, khususnya daerah pertanian padi. Pada tahun 2010 populasi ternak kerbau di Kabupaten Sukabumi mencapai 12.742 ekor. Beberapa kecamatan memiliki populasi ternak kerbau yang cukup banyak, diantaranya adalah Kecamatan Ciracap (1.658 ekor); Kecamatan Tegalbuleud (966 ekor); Kecamatan Ciemas (474 ekor); Kecamatan Surade (496 ekor); Kecamatan Cibitung (668 ekor); Kecamatan Jp.Tengah (624 ekor); Kecamatan Cisolok (559 ekor); Kecamatan Kalibunder (489 ekor); Kecamatan Nyalindung (449 ekor); Kecamatan Cidolog (407 ekor) dan Kecamatan Pabuaran (323 ekor).

Perkembangan ternak

kerbau di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabeldibawah ini. Tabel 3. Perkembangan Populasi Kerbau di Kabupaten Sukabumi Tahun Populasi (Ekor) Prosentase Kenaikan (%) 2006 11.826 2007 12.100 2% 2008 11.737 (3%) 2009 12.383 6% 2010 12.742 3% 2011 11.350 (11%)

2.1.3. Penambahan Populasi Normal Penambahan populasi termak sapi dan kerbau dalam kondisi normal berkisar antara 2-3% dari jumlah populasi. Intervensi pemerintah hanya untuk kegiatan inseminasi buatan (IB). Umumnya masyarakat yang tidak terjangkau oleh IB mereka hanya mengandalkan Inseminasi Kawin Alam (INKA). Kemampuan pemerintah untuk inseminasi buatan hanya 6000 straw untuk 3000 akseptor.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 8

2.2. Ketersediaan pakan 2.2.1. Pakan Hijauan Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat besar peranannnya bagi ternak sapi potong dan kerbau baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun untuk reproduksi. Sumber pakan hijauan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Sukabumi pada umumnya hijauan makanan ternak diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari hasil panen sendiri, tepi-tepi jalan, pinggir-pinggir jalan, pematang sawah, tepi hutan, lapangan-lapangan, perkebunan, sisa hasil pertanian dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan kualitasnya tidak terjamin sebagi makanan ternak. Pada umumnya para peternak terutama di Kabupaten Sukabumi menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam dan sisa-sisa hasil pertanian. Namun begitu, Dinas Peternakan berupaya untuk memperluas areal hijauan pakan ternak di Kabupaten Sukabumi. Berikut ini data luas hijauan pakan ternak yang dikembangkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 9

Tabel 4. Luas Kebun Rumput Intervensi Pemerintah dan Lahan Pangonan di Kabupaten Sukabumi

Luas Kebun rumput

Kecamatan Ciracap Surade Cimanggu Cidolog Sagaranten Curugkembar Pabuaran Lengkong Simpenan Bantargadung Purabaya Cikembar Nyalindung Gegerbitung Sukaraja Sukalarang Sukabumi Kadudampit Gunungguruh Cibadak Cicantayan Bojonggenteng Cikidang JUMLAH

(Ha) 10 5 20 20 31 25 56 14,5 30 6 10 12 240

Prod. HMT(ton)

1.000 500 2.000 2.000 3.100 2.500 5.600 1.450 3.000 600 1.000 1.200 23.950

Luas Lahan Pangonan

(Ha) 5 388 165 105 506 143 70 5 12 6 143 1.548

Prod. HMT (ton)

50 3.880 1.650 1.050 5.060 1.430 700 50 120 60 1.430 15.480

Pada tabel di atas Nampak bahwa jumlah produksi pakan hijauan dengan intervensi pemerintah jumlah produksinya 23.950 ton dan dari lahan pangonan sebanyak 15.480 ton atau jumlah keseluruhan 49.430 ton. Jika jumlah ternak sapi dan kerbau sebanyak

32.600 dengan berat masing rata-rata 400 kg

maka berat keseluruhan ternak 13.040 ton maka kebutuhan rumput 1.304 ton per hari sehingga kebutuhan pakan per tahun 6.206.518.400 ton/ per tahun

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 10

(enam milyar dua ratus enam juta lima ratus delapan belas ribu empat ratus ton/tahun) sehingga ada gap yang cukup besar.

Selain itu yang menjadi

kelemahan adalah pengadaan kebun rumput yang belum terkoordinasi dengan baik, pengadaan kebun rumput belum diarahkan pada lokasi-lokasi yang menjadi sentra penyebaran ternak, serta pengelolaan pakan ternak pada saat musim kemarau belum termanfaatkan dengan baik.

2.2.2. Pakan Konsentrat Pada kegiatan peternakan salah satu sarana yang mutlak harus ada adalah tersedianya konsentrat.

Konsentrat ternak sudah banyak di produksi

oleh beberapa perusahaan besar namun harganya cukup tinggi sehingga tidak terjangkau oleh para peternak pembibitan maupun penggemukan dalam skala kecil. Memperhatikan kondisi tersebut maka diperlukan intervensi pemerintah untuk menyediakan beberapa pabrik pakan ternak mini pada lokasi-lokasi sentra pertumbuhan ternak. Kebutuhan pakan saat ini kebanyakan disupply oleh beberapa pabrik pakan, diantaranya : 

Centras IPB

Bogor



Legok Tani

Bogor



Indofeeds stuff

Bogor



Charoen pokphand

2.3. SDM dan Kelembagaan Ternak 2.3.1. SDM peternak Produksi ternak sapi potong dan kerbau masih di dominasi oleh peternak kecil. Saat ini di Kabupaten Sukabumi terdapat 5.404 RTP (rumah tangga peternak), 2 perusahaan besar dan 99 pedagang sapi potong. Sebaran

SDM dan jumlah ternak pada lokasi sentra peternakan yang

diusulkan menjadi zona inti, penyangga dan pendukung sebagai berikut :

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 11

Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Peternak dan Jumlah Populasi Kecamatan (3202010) Ciemas (3202020) Ciracap (3202030) Surade (3202031) Cibitung (3202060) Tegal Buleud (3202070) Cidolog (3202080) Sagaranten (3202082) Curugkembar (3202090) Pabuaran (3202130) Jampang Tengah (3202131) Purabaya (3202140) Cikembar (3202150) Nyalindung (3202160) Geger Bitung (3202190) Kadudampit (3202210) Cibadak (3202230) Cicurug (3202260) Parung Kuda

Pemelihara 615 1264 846 389 875 609 197 93 233 294 224 96 442 109 189 40 82 47

Sapi Potong 1278 3797 1966 890 1997 584 123 39 32 108 350 118 294 196 261 37 3287 114

Kerbau 488 677 349 144 878 554 318 110 569 623 207 145 603 94 124 65 99 88

Jumlah Rumbes 1766 4474 2315 1034 2875 1138 441 149 601 731 557 263 897 290 385 102 3386 202

Khusus pada Kecamatan Purabaya yang telah ditetapkan menjadi zona inti dalam pengembangan ternak sapi potong, kondisi SDM peternak yang ada di kecamatan Purabaya jumlahnya 224 orang, dengan jumlah ternak 557 Ekor. Kecamatan Purabaya Desa Pagelaran direncanakan menjadi lokasi yang diintervensi dengan pola pembiayaan swadaya, dengan pola tersebut, jumlah peternak yang direncanakan akan terlibat pada lokasi Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan minimal 50 orang.

SDM peternak di kecamatan

Purabaya dari sisi pendidikan sebagai berikut :

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 12

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Peternak di Kecamatan Purabaya No

Pendidikan

Jumlah (Org)

1

Tidak tamat SD

6 Org

2

Tamat SD

3

Tamat SMP

48 Org

4

Tamat SLA

16 Org

5

D-3

4 Org

6

S-1

2 Org

148 Org

Kondisi Ekonomi Peternak Jumlah penduduk Kecamatan Purabaya 41.742 orang yang terdiri dari 21.154 laki-laki dan 20.588 perempuan, dengan jumlah KK Pra KS sebanyak 2.742 orang.

Jumlah kepala keluarga di Kecamatan Purabaya sebanyak

13.398 orang yang didominasi oleh tingkat pendidikan tidak tamat sekolah dasar sebanyak 2.010 orang. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Purabaya sebagian besar adalah petani dan buruh kebun sehingga rata-rata pendapatan antara Rp. 300.000,- - Rp. 600.000,- / bulan. Sedangkan para petani yang saat ini statusnya merangkap pula sebagai peternak, rata-rata penghasilan per bulannya sudah diatas Rp. 800.000,- per bulan. Namun penghasilan tersebut tidak diperoleh merata setiap bulannya karena rata-rata peternak menjual hasil ternaknya pada saat hari raya Iedul Adha.

Kompetensi Peternak Usaha budidaya ternak yang dilakukan oleh masyarakat Purabaya saat ini dianggap hanyalah sebagai usaha sampingan yang ditekuni secara serius. Hal ini diakibatkan oleh jumlah ternak yang dimiliki belum dianggap memadai dari skala usaha yang ekonomis.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 13

Kompetensi keterampilan dan pengetahuan teknologi peternak sebanyak 224 orang, pada tahun 2011 sebagai berikut :

Tabel 7. Tingkat Kompetensi Peternak di Kecamatan Purabaya No 1 2 3 4 5 6 7

Kompetensi Mengetahui pembuatan 126

Teknologi kandang Pemilihan Induk dan Pejantan Pemilihan Bakalan Kesehatan Khewan Teknologi Inseminasi Teknologi Pakan Manajemen usahatani

148 148 203 218 173 208

SDM Terampil 82

Ahli 16

65 65 12 4 43 10

11 11 9 2 8 6

Populasi Ternak Ruminansia Besar pada Lokasi Kagrisnak Penetapan Kecamatan Purabaya sebagai zona inti pengembangan kawasan Agribisnis Peternakan, tidak diambil berdasarkan banyaknya populasi, namun dilihat dari kemauan masyarakat bekerja keras mewujudkan kawasan agribisnis berbasis peternakan. Populasi ternak pada zona

inti

Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan sebagai berikut :

Tabel 8. Populasi Ternak di Kecamatan Purabaya Desa (3202131001) Neglasari (3202131002) Cicukang (3202131003) Margaluyu (3202131004) Purabaya (3202131005) Pagelaran (3202131006) Citamiang (3202131007) Cimerang Kecamatan Purabaya

Pemelihara 54 20 18 40 37 24 31 224

Sapi Potong 119 13 7 77 95 15 24 350

Kerbau 23 33 22 29 10 44 46 207

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 14

2.3.2. SDM Petugas SDM Petugas ternak adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan dan reproduksi ternak sapi potong dan kerbau terhadap masyarakat di Kabupaten Sukabumi. Kondisi tahun 2011 petugas ternak tersebut terdiri dari : -

Inseminator sebanyak

16 orang,

-

Penyuluh pertanian berkeahlian peternakan

29 orang

-

Petugas dinas (dokter hewan)

8 orang

2.4. Mapping PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis). Kegiatan mapping PHMS sampai tahun 2012 untuk ternak sapi potong sampai tahun 2012 belum dilaksanakan karena keterbatasan biaya. Namun, beberapa titik lokasi penyakit yang sering muncul sudah ada dalam data base dinas peternakan sebagai berikut ; a) Brucellosis Brucellosis merupakan suatu penyakit infeksi menular disebabkan oleh bacteria Brucella, menyebabkan abortus, infertilitas, gangguan reproduksi, serta penurunan produksi susu dan bersifat infeksius bagi manusia. b) Anthrax Anthrax dikenal juga sebagai “penyakit radang limpa" disebabkan oleh Bacillus anthracis. Anthrax mempunyai morbiditas dan mortalitas tinggi, serta bersifat zoonotik, dapat menular ke manusia. c) Septicemia epizootica (SE) Septicemia epizootica atau Pasteurellosis juga dikenal sebagai “penyakit ngorok”. disebabkan oleh Pasteurella spp, dengan gejala utama gangguan pernafasan akibat peradangan pada saluran pernafasan bagian atas dan paru-paru. d) Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) Infectious bovine rhinotracheitis disebabkan oleh virus BHV-1 (bovine herpes virus) dengan gejala gangguan alat pernafasan atau gangguan reproduksi.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 15

e) Bovine viral diarrhea (BVD) Bovine viral diarrhea (BVD) merupakan penyakit infeksi, berupa diarrhea ganas pada sapi, disebabkan oleh pestivirus (familia Togaviridae). 2.5. Pengelolaan Limbah Limbah ternak sapi potong dan kerbau terutama adalah feses sapi/kerbau merupakan limbah terbesar yang dihasilkan ternak tersebut. Limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat.

Pengolahan limbah sapi/kerbau di Kabupaten Sukabumi

sebagian besar dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik. Pengolahan limbah sebagai pupuk ini masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Selain itu kotoran sapi di Kabupaten Sukabumi mulai diupayakan dalam pengembangan energi alternatif yaitu biogas.

2.6. Pemasaran Hasil Ternak Pemasaran sapi potong dan kerbau dari peternak di Kabupaten Sukabumi saat ini secara umum dipusatkan melalui pemasaran di pasar hewan.

Terdapat dua pasar hewan yang dikembangkan oleh Dinas

Peternakan dan Dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan Kabupaten Sukabumi yaitu di Kecamatan Curugkembar dan Kecamatan Parungkuda (Bojongkokosan).

2.7. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis Sarana dan prasarana pelayanan teknis dalam pengembangan ternak sapi potong dan kerbau di Kabupaten Sukabumi meliputi : 1. UPTD Pembibitan, terdapat di Kecamatan Parungkuda (Bojongkokosan). UPTD Pembibitan di Kabupaten Sukabumi dibentuk dalam rangka mendukung ketersediaan benih dan bibit ternak berkualitas dalam jumlah

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 16

yang cukup, mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin kontinuitasnya dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal. 2. Rumah Potong Hewan (RPH), di Kabupaten Sukabumi terdapat satu RPH yaitu di Kecamatan Parungkuda (Bojongkokosan). 3. Tempat Potong Hewan (TPH), di Kabupaten Sukabumi terdapat 3 TPH yaitu di Kecamatan Cisaat, Cibadak and Palabuhanratu. 4. PUSKESWAN, merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas Peternakanyang memberikan pelayanan di bidang kesehatan hewan. Di Kabupaten Sukabumi, terdapat empat Puskeswan terdapat di Kecamatan Sukabumi, Cicurug, Palabuhanratu dan Sagaranten. 5. Pos Inseminasi Buatan yang tersebar merata di Kabupaten Sukabumi.

2.8. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan Pelaksanaan kegiatan strategis untuk pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi melalui 2 program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan program Pengembangan Agribisnis. Anggaran untuk pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan sebesar Rp. 1.430.974.250,00 yang digunakan untuk melaksanakan 9 kegiatan, yakni : 1) Peningkatan Kualitas Ternak dan Produksi Hasil Ternak Ruminansia, dengan anggaran sebesar Rp. 227.000.000,00. 2) Pengembangan Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak, dengan anggaran sebesar Rp. 110.000.000,00. 3) Penunjang Kegiatan Percepatan Kawasan/Cluster Peternakan, dengan anggaran sebesar Rp. 74.199.750,00. 4) Pengendalian Kesehatan Hewan dan Kesmavet, dengan anggaran sebesar Rp. 183.000.000,00. 5) Peningkatan Kualitas Ternak dan Produksi Hasil Ternak Non Ruminansia, dengan anggaran sebesar Rp. 207.500.000,00.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 17

6) Pelayanan

Pemeliharaan

Sarana,

dengan

anggaran

sebesar

Rp.

116.500.000,00. 7) Pemeriksaan Laboratorium dan Pelayanan Kesehatan Hewan, dengan anggaran sebesar Rp. 41.000.000,00. 8) Pengembangan Peternakan Di Jawa Barat Biaya Operasional dan Pelatihan Kabupaten (Persiapan, CPCL, Honorarium Panitia Pengadaan, Perencanaan, Pengawasan, Honorarium Perencana Teknis, Pembinaan, Evaluasi dan Pelaporan), dengan anggaran sebesar Rp. 90.000.000,00. 9) Pembangunan dan Peralatan RPH Kepada Kabupaten Sukabumi untuk Rehab Gedung, Fasilitasi Air Bersih, Penanganan Limbah, Peralatan RPH), dengan anggaran sebesar Rp. 381.774.500,00.

Anggaran untuk pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis sebesar Rp. 174.605.000,00 melalui kegiatan,Sarana, Promosi, Pengolahan dan

Pemasaran

Hasil

Peternakan

dengan

anggaran

sebesar

Rp.

174.605.000,00.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 18

BAB III RENCANA TINDAK

3.1. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan Pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan di Kabupaten Sukabumi telah di tetapkan menjadi tiga zona yakni Zona inti, zona penyangga dan zona pendukung.

Zona inti adalah Kecamatan Purabaya, Zona

penyangga ; Kecamatan Nyalindung, Pabuaran, Sagaranten, tegalbuleud, Cidolog, Cibitung, Surade dan Ciracap. Adapun zona pendukung ditetapkan Curugkembar,

Jampangtengah,

Cikembar,

Gegerbitung

dan

Ciemas.

(diusulkan Cibadak, Kadudampit, Parungkuda dan Cicurug ).

Gambar 1. Peta Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 19

3.1.1. Zona Inti Fokus akselerasi Program Swasembada daging Sapi dan Kerbau dengan akselerasi penambahan populasi pada lokasi Kagrisnak melalui pola swadaya difokuskan di Desa Pagelaran Kecamatan Purabaya sebagai kecamatan inti. Kecamatan Purabaya dipilih selain memiliki potensi hijauan dengan status lahan HGU yang saat ini statusnya kurang bermanfaat, juga dikarenakan budaya masyarakat untuk beternak sapi potong cukup baik.

Gambar 2. Zona Inti kampung ternak Desa Pagelaran Kec. Purabaya

Fokus pembangunan peternakan pada zona inti adalah : a. Zona inti sebagai sentra pembibitan ternak sapi potong dan kerbau dengan kualitas unggul b. Sebagai sentra pembesaran dan penggemukan ternak melalui pola kemitraan antara investor dan peternak dengan bakalan menjaring hasil IB dari masyarakat c. Zona inti sebagai pusat pelatihan bagi para peternak di wilayah lain khususnya untuk ternak sapi potong dan kerbau.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 20

Untuk menunjang penunjukkan kecamatan Purabaya sebagai zona inti maka diperlukan intervensi pemerintah untuk melakukan kegiatan pembangunan minimal sebagai berikut : a. Pembangunan infrastruktur jalan desa yang menghubungkan ibukota kecamatan dengan Desa Pagelaran sepanjang 5 km. b. Pembangunan drainase pada lokasi peternakan c. Pengolahan limbah ternak bahkan jika memungkinkan disertai instalasi bio gas d. Pengembangan pakan ternak e. Sumur artesis sebagai penunjang kebersihan kandang f. Sarana Pos kesehatan desa (poskesdes) untuk menunjang kesehatan para peternak. g. Sarana posluhdes sebagai sentra informasi dan teknologi bagi para peternak. h. Penumbuhan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya) i.

Pemindahan UPTD Pembibitan dari Kecamatan Parungkuda ke lokasi zona inti

3.1.2. Zona Penyangga Zona penyangga terdiri dari ; Kecamatan Pabuaran, sagaranten, tegalbuleud, Cidolog, Cibitung, Surade dan Ciracap.

Zona penyangga

diarahkan untuk menjadi kecamatan yang mendukung keberadaan zona inti. Pada pembagian zona harus pula diiringi dengan pembagian tugas, berdasarkan perencanaan awal pembagian peran tersebut direncanakan sebagai berikut : Pabuaran

: sentra budidaya kerbau

Sagaranten : Pembibitan Tegalbuleud : Pembibitan sapi lokal dan kerbau Cidolog

: Pembibitan

Cibitung

: Pembibitan

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 21

Surade

: Pembibitan dan Penggemukan

Ciracap

: Pembibitan

3.1.3. Zona Pendukung Adapun zona pendukung ditetapkan Curugkembar, Jampangtengah, Cikembar, Gegerbitung dan Ciemas. (diusulkan Cibadak, Cicurug dan Parungkuda). Curugkembar

: Pemasaran

Jampangtengah

: Penyedia pakan hijauan

Cikembar

: penyedia pakan hijauan dan direncanakan sebagai calon lokasi pabrik pakan ternak/konsentrat

Gegerbitung

: Penyedia pakan hijauan

Ciemas

: penyedia pakan konsentrat (ubi kayu)

Cibadak

: Pemasaran (RPH)

Parungkuda

: Pemasaran dan RPH

Cicurug

: Feed Plot and Marketing centre

3.2. Strategi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau 3.1.1. Akselerasi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau Harapan Kabupaten Sukabumi untuk meraih mimpi swasembada daging sapi dan kerbau sangat mungkin untuk dicapai namun pembatasan waktu sampai tahun 2019 hanya sebatas mimpi indah, jika tidak diimbangi dengan

nilai pembiayaan.

Pertumbuhan populasi regular disajikan pada

Tabel 9.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 22

Tabel 9. Pertumbuhan Populasi Sapi dan Kerbau Regular No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tahun Juni 2012 Des 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sapi Reguler

Kerbau Reguler

18,772.00 20,897.00 21,523.91 22,169.63 22,834.72 23,519.76 24,225.35 24,952.11 25,700.67

11,587.00 11,703.00 11,820.00 11,938.00 12,057.00 12,178.00 12,300.00 12,423.00 12,547.00

Jumlah Populasi Reguler 30,359.00 32,600.00 33,344.00 34,108.00 34,892.00 35,698.00 36,525.00 37,375.00 38,248.00

Pada Tabel di atas nampak bahwa nilai pertumbuhan sapi per tahun rata-rata hanya 3 % sedangkan pada ternak kerbau hanya 0,99 %. Hal ini disebabkan rendahnya motivasi masyarakat pelaku peternakan untuk membudidayakan ternak lebih intensif, serta rendahnya minat swasta untuk menekuni bidang usaha peternakan. Cita-cita swasembada daging sapi dan kerbau dapat terealisasi apabila dilakukan akselerasi melalui intervensi berbagai kegiatan, tentu dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran kabupaten, propinsi dan nasional. Prognosa pertumbuhan sapi dan kerbau melalui akselerasi disajikan pada Tabel berikut.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 23

Tabel 10. Pertumbuhan Populasi Sapi dan Kerbau Akselerasi Sapi No

Tahun

Kerbau

Jml Populasi

Jml Populasi Akselerasi

Reguler

Akselerasi

Reguler

Akselerasi

Reguler

1

Juni 2012

18,772.00

18,772.00

11,587.00

11,587.00

30,359.00

30,359.00

2

Des 2012

20,897.00

20,897.00

11,703.00

11,703.00

32,600.00

32,600.00

3

2013

21,523.91

23,615.00

11,820.00

11,920.00

33,344.00

35,535.00

4

2014

22,169.63

24,978.00

11,938.00

12,039.00

34,108.00

37,017.00

5

2015

22,834.72

26,419.00

12,057.00

12,160.00

34,892.00

38,579.00

6

2016

23,519.76

27,943.00

12,178.00

12,282.00

35,698.00

40,225.00

7

2017

24,225.35

29,555.00

12,300.00

12,405.00

36,525.00

41,960.00

8

2018

24,952.11

31,260.00

12,423.00

12,529.00

37,375.00

43,789.00

9

2019

25,700.67

33,064.00

12,547.00

12,654.00

38,248.00

45,718.00

Dari tabel di atas Nampak bahwa nilai pertumbuhan sapi melalui akselerasi mengalami peningkatan dari 3 %

menjadi 5,77 %, sedangkan angka

pertumbuhan akselerasi pada ternak kerbau dari 0,99 % menjadi 1,1 %. Akselerasi tersebut direalisasikan melalui intervensi kegiatan sebagai berikut : APBD Kabupaten Sukabumi a. Hibah / bansos pada kelompok sebanyak 1 kelompok melalui dana APBD b. Penambahan populasi ternak berbasis kemitraan melalui dana APBD c. Pengadaan ternak Ruminansia Berbasis Sekolah Lapang Kagrisnak d. Inseminasi Buatan melalui dana APBD Kabupaten e. Pemberdayaan UPTD pembibitan dengan dana APBD Kabupaten f. Penjaringan hasil Inseminasi Buatan dengan dana APBD

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 24

APBD Propinsi Jawa Barat g. Inseminasi Buatan melalui dana APBD propinsi h. Pemberdayaan UPTD pembibitan dengan dana APBD propinsi i.

Pengembangan Kawasan ternak sapi potong melalui Bantuan Propinsi

APBN j.

Penambahan populasi melalui dana APBN

k. Penambahan populasi melalui dana APBN Dekonsentrasi 2 kelompok l.

Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) 1 kelompok melalui dana APBN

m. Integrasi

ternak

ruminansia

dalam

mendukung

pengembangan

kawasan APBN n. Penjaringan betina produktif melalui dana APBN o. Insentif betina bunting melalui dana APBN

Swasta p. APBN tumpangsari perkebunan pada BUMN q. Investasi penggemukan sapi potong swasta

3.2.

Struktur Organisasi Pembangunan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan

Swasembada daging sapi dan kerbau yang direalisasikan dalam wujud pembangunan kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan pekerjaan besar yang harus didukung oleh berbagai pihak sehingga diperlukan pembagian peran. Struktur organisasi PSDSK di Kabupaten Sukabumi sebagai berikut : Pelindung

: Bupati Sukabumi Wakil Bupati Sukabumi

Penasihat

: Ketua DPRD Kab. Sukabumi

Ketua

: Sekretaris Daerah

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 25

Wakil Ketua

: Kepala Dinas Peternakan

Sekretaris

: Kepala BP4K

Bidang perencanaan dan pelaporan a. Kabid Ekonomi b. Kasubag Program Disnak Bidang Produksi dan Kelembagaan a. Bidang Ruminansia b. Bidang Kelembagaan BP4K c. Bidang Penyelenggaraan penyuluhan BP4K Bidang Kesmavet a. Bidang Kesmavet Disnak b. Fungsional dokter hewan c. Fungsional Inseminator Bidang Sarana Prasarana dan Pemasaran Hasil a. Bidang SPPH Dinak b. Bidang Pemasaran Diskoperindag c. Bidang Koperasi Diskoperindag Bidang Teknis a. Sekretaris Dinas Peternakan b. Kasubid Ekonomi Primer c. Kasie Pengembangan Perkebunan d. Kasie Padi Palawija Dinas Pertanian e. Perum Perhutani f. Fungsional Penyuluh Pertanian g. LPPM UMMI h. UPTD pembibitan

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 26

i.

UPTD RPH

j.

UPTD Pasar Hewan

k. PT. Karyana Gita Utama

3.3.

Strategi Penjaminan Ketersediaan pakan

3.3.1. Pakan Hijauan Penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi diantaranya mencakup lahan pengangonan, namun saat diklarifikasi pada tahun 2012 lahan tersebut sudah tidak ada di tingkat desa.

Sehingga diperlukan strategi untuk

penyediaan pakan hijauan. Kebutuhan pakan hijauan ternak sapi potong dan kerbau saat dilakukan akselerasi di Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut : Jampangtengah

: Penyedia pakan hijauan limbah jagung ke zona inti kecamatan Purabaya dan Nyalindung

Pabuaran

: Penyedia pakan hijauan limbah jagung

Gegerbitung

: Supplier Hay untuk lokasi Nyalindung dan Purabaya

Strategi penyediaan pakan hijauan yang akan dilaksanakan melalai pola kerjasama sebagai berikut : 

penyediaan pakan lainnya melalui pola kerjasama penanaman hijauan antara masyarakat dengan PERHUTANI



Kerjasama penanaman hijauan dengan Perkebunan.



Strategi lainnya melalui pola barter antara limbah ternak (pupuk kandang) dengan jerami padi.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 27

3.3.2. Pakan Konsentrat Kebutuhan pakan konsentrat

saat ini disupply oleh

beberapa

perusahaan dari luar, adapun pabrik pakan yang ada saat ini di wilayah Sukabumi Utara dimanfaatkan oleh ternak sapi perah. Kebutuhan pakan konsentrat direncanakan akan dipenuhi oleh dua kecamatan dengan memanfaatkan asset yang sudah ada. Cikembar

: Penyedia pakan konsentrat akan mensupply kebutuhan pakan konsentrat ke kecamatan Purabaya, Nyalindung, Sagaranten dan Cidolog. Pabrik direncanakan dengan memanfaatkan asset Dinas Pertanian yakni Pabrik jagung.

Ciemas

: Penyedia pakan konsentrat untuk kecamatan Ciracap, Surade, Cibitung, Tegalbuleud

3.4. Sumber Daya Manusia (SDM) 3.4.1. SDM peternak SDM peternak sapi potong dan kerbau saat ini didominasi oleh masyarakat yang rata-rata hanya lulusan SD serta kompetensi keterampilan pada bidang peternakan yang sangat terbatas. Masalah SDM harus menjadi tugas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Kegiatan yang harus dilakukan adalah : a. Sekolah lapang Kagrisnak dengan materi keterampilan pembibitan sapi potong sampai dengan melahirkan, yang dikolaborasikan dengan pendidikan kesetaraan baik paket A, B maupun Paket C. b. Kursus penggemukan sapi c. Kursus teknologi pembuatan pakan ternak d. Pemberdayaan Pos Penyuluhan Desa (Posluhdes) e. Pembentukan P4S peternakan di Kecamatan Purabaya, Nyalindung, Pabuaran, Tegalbuleud dan Ciracap

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 28

-

Purabaya

P4S pembibitan ternak dan pengolahan limbah

-

Nyalindung

P4S penggemukan sapi potong

-

Pabuaran

P4S pembibitan kerbau

-

Tegalbuleud

P4S pembibitan ternak sapi lokal

-

Ciracap

P4S pembibitan ternak sapi potong

3.4.2. SDM Petugas SDM Petugas ternak adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan dan reproduksi ternak sapi potong dan kerbau terhadap masyarakat di Kabupaten Sukabumi. Kondisi tahun 2011 petugas ternak tersebut terdiri dari : -

Inseminator sebanyak

16 orang,

-

Penyuluh pertanian berkeahlian peternakan

29 orang

-

Petugas dinas (dokter hewan)

8 orang

Seorang inseminator idealnya harus melayani 4 kelompok peternak, jika jumlah kelompoktani yang bergerak dibidang peternakan saat ini jumlahnya 138 kelompoktani maka petugas IB yang dibutuhkan sebanyak 35 orang sehingga kekurangan petugas sebanyak 29 orang.

Tugas ini harus

ditangani oleh Dinas Peternakan, Badan Kepegawaian Daerah, dan Balai Besar Pelatihan Peternakan dibawah Kementerian Pertanian. Penyuluh pertanian berkompetensi peternakan 1 orang penyuluh membina 6-7 kelompoktani 138 kelompoktani yang berusaha di bidang peternakan dengan jumlah anggota 5.504 RTP,

menurut jumlah penyuluh

seharusnya sudah mencukupi namun penyuluh saat ini di sebar tidak hanya pada lokasi ternak sapi potong dan kerbau, akan tetapi ditempatkan juga pada lokasi sapi perah dan lokasi peternakan non ruminansia. Jumlah penyuluh berkompetensi peternakan idealnya harus ditambah minimal 15 orang untuk melayani semua sentra peternakan.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 29

Petugas dinas (dokter hewan), jumlah ideal

1 dokter hewan 1

kecamatan, jika jumlah sentra sapi potong dan kerbau ada 18 kecamatan maka jumlah dokter hewan minimal 18 orang belum termasuk kecamatan yang menjadi sentra ternak kambing, sapi perah dan unggas. Dalam rangka mewujudkan swasembada daging minimal jumlah dokter hewan yang dibutuhkan sebanyak 40 orang sehingga kekurangan yang harus dipenuhi minimal sebanyak 32 orang.

3.6. Penanganan Penyakit Hewan Usaha peternakan tidak terlepas dari masalah penyakit ternak, sehingga usaha peternakan perlu didukung oleh sarana kesehatan hewan. Penanganan penyakit tersebut akan ditangani melalui peningkatan kapasitas kantor UPTD merangkap menjadi Poskeswan khususnya pada 18 kecamatan lokasi sentra produksi. Apabila UPTD belu memiliki bangunan maka kegiatan poskeswan akan bekerjasama dengan bangunan BP4K. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a. Fasilitasi pengobatan pada lokasi Kagrisnak b. Peningkatan kapasitas UPTD sebagai Poskeswan c. Pengadaan sarana prasarana poskeswan

3.7. Pengelolaan Limbah Green

economy

begitulah

statement

pembangunan

saat

ini,

penyumbang efek gas rumah kaca terbesar kedua divonis sector pertanian dan peternakan.

Atas dasar fenomena tersebut maka perlu focus

penanganan limbah ternak sapi dan kerbau, diantaranya melalui kegiatan : a. Pengelolaan limbah ternak menjadi bio gas b. Pengelolaan limbah ternak menjadi energy listrik c. Pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organik d. Percontohan pengelolaan limbah pada UPTD pembibitan

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 30

3.8. Pemasaran Hasil Ternak Pemasaran hasil ternak yang ada di masyarakat saat ini untuk hasil penggemukan dan pembibitan di jual kepada tengkulak dan di pasar hewan. Pasar hewan yang tersedia saat ini yakni : pasar hewan curugkembar dan pasar

hewan

parungkuda.

Mekanisme

penjualan

pada

tengkulak

mengakibatkan harga yang diterima oleh para peternak tidak optimal sehingga tidak memperoleh keuntungan yang layak. Ternak yang dijual kepada para tengkulak saat ini tidak hanya pejantan, namun terkadang betina yang masih produktif bahkan pedet hasil IB.

Oleh karena itu diperlukan intervensi

pemerintah melalui berbagai kegiatan sebagai berikut : a. Pembangunan pasar khewan b. Penyelamatan betina produktif c. Penjaringan hasil IB d. Mendorong pihak swasta yang bergerak dibidang penggemukan di Kabupaten Sukabumi untuk membeli ternak hasil IB. 3.9. Sarana Prasana Pelayanan Peternakan Kegiatan usaha peternakan yang dilakukan oleh masyarakat ataupun investor swasta harus ditunjang dengan fasilitasi pemerintah sehingga investor maupun masyarakat merasa nyaman untuk melakukan kegiatan usaha. Sarana prasarana yang harus ada diantaranya : a. Laboratorium b. UPTD pembibitan c. UPTD / Pos Keswan setiap kecamatan pada 18 kecamatan d. Rumah Potong Khewan standar internasional 3.10. Pembangunan Infrastruktur Pembangunan

peternakan

perlu

ditunjang

oleh

pembangunan

infrastruktur lainnya dengan tujuan untuk menekan biaya operasional baik dalam pengadaan sarana produksi maupun dalam pemasaran hasil.

Lokasi

kegiatan peternakan saat ini berkembang jauh dari pusat pertumbuhan yang

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 31

sebagian besar belum tersentuh oleh jaringan infrastruktur khususnya jalan. Pembangunan infrastruktur pada pembangunan peternakan sapi potong dan kerbau yang dibutuhkan adalah : a. Pembangunan jalan desa khususnya pada kecamatan yang dijadikan zona inti (Kecamatan Purabaya) b. Pembangunan jalan produksi pertanian (dari jalan desa menuju lokasi produksi (DAK pertanian) c. Pembangunan saluran drainase pada lokasi peternakan d. Sumur artesis sebagai penunjang kebersihan kandang pada lokasi sentra produksi peternakan (APBN)

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 32

BAB IV KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN

4.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan Program dan kegiatan secara lengkap disajikan pada roadmap rencana tindak kawasan agribisnis berbasis peternakan yang dikerjakan oleh berbagai organisasi perangkat daerah di Kabupaten Sukabumi dengan berbagai sumber anggaran disajikan pada Lampiran 1. Program dan kegiatan pembangunan kawasan agribisnis berbasis peternakan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 11. Daftar Kegiatan Pembangunan Peternakan No

Nama Kegiatan

A

Penambahan Populasi

1

2

3

4 5

6 7 8

9

10

Volume/Tahun

Sumber Biaya

OPD

Hibah / bansos pada kelompok sebanyak 2 kelompok melalui dana APBD Penambahan populasi ternak berbasis kemitraan melalui dana APBD Pengadaan ternak Ruminansia Berbasis Sekolah Lapang Kagrisnak Optimalisasi Inseminasi Buatan melalui dana APBD Kabupaten Pemberdayaan UPTD pembibitan 2013-2014

14 ekor

APBD Kab

Disnak

60 ekor

APBD Kab

Disnak

25 ekor

APBD Kab

Disnak

3000 straw

APBD Kab

Disnak

1 Unit

APBD Kab

Disnak

Optimalisasi Inseminasi Buatan melalui dana APBD propinsi Pemberdayaan UPTD pembibitan 2013-2014 Pengembangan Kawasan Ternak Sapi Potong melalui Bantuan Propinsi Penjaringan hasil Inseminasi Buatan dengan dana APBD

4000 straw

APBD Prop

Disnak

1 Unit

APBD Prop

Disnak

60 ekor

APBD Prop

Disnak

200 ekor

APBD Kab

Disnak

Penambahan Populasi APBN pola Bansos

25 ekor

APBN

Disnak

dana

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 33

No

Nama Kegiatan

Volume/Tahun

11

Penambahan populasi melalui dana APBN Dekonsentrasi 2 kelompok Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) 1 kelompok melalui dana APBN Integrasi ternak ruminansia dalam mendukung pengembangan kawasan Penjaringan betina produktif Insentif betina bunting Optimalisasi INKA APBN tumpangsari perkebunan & ternak sapi pada prkebunan BUMN Peningkatan Reproduksi sapi local Sarjana Membangun Desa LM3

12

13

14 15 16 17

18 19 20 B

21

C 22

23 24 25 26 27 28 29 30

D 31 32 33

Koordinasi Tim Pembangunan Peternakan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan Koordinasi tim PSDSK melalui Pengembangan Kagrisnak Sumberdaya Manusia Sekolah lapang Kagrisnak Setara paket A, B maupun Paket C. Kursus tani Pemberdayaan Pos Penyuluhan Desa (Posluhdes) Pembentukan P4S Peternakan sapi potong 2014-2019 Penambahan tenaga inseminator Penambahan tenaga penyuluh kompetensi peternakan Penambahan tenaga dokter hewan Pelatihan tenaga inseminator swadaya Pelatihan tenaga penyuluh swadaya kompetensi peternakan Pengelolaan Pakan Intensifikasi lahan pertanian tumpangsari pakan hijauan Bantuan kebun rumput Teknologi Pengawetan pakan

OPD

66 ekor

Sumber Biaya APBN

35 ekor

APBN

Disnak

30 ekor

APBN

Disnak

100 ekor 1350 ekor 5 Kelompok 200 ekor

APBN APBN APBN APBN

Disnak Disnak Disnak Disnak

100 ekor

APBD Prop

Disnak

1 paket

APBD

Disnak

850 orang

APBD

BP4K

14 paket 2 unit

APBD APBN

BP4K BP4K

1 Unit

APBN

BP4K

6 Orang 3 Orang

APBD APBD

BKD BKD

7 orang

APBD

BKD

5 orang

APBN

Disnak /BBPP

10 orang/tahun

APBN

BP4K/PMPSDMP

10 klp/tahun

APBD

Disnak

2 ha/tahun 2 klp/tahun

APBN APBD

Disnak Disnak

Disnak

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 34

No

Nama Kegiatan

Volume/Tahun

34

Kursus tani penggemukan sapi (Peningkatan bobot berat badan melalui teknologi pakan) Pengadaan sarana pabrik konsentrat (pabrik jagung cikembar) Pengadaan sarana pabrik konsentrat (RMU Distan Ciemas)

1 Paket/ 20 Peternak

35

36

E 37 38 39 40

Pengelolaan Limbah Peternakan Pengelolaan limbah ternak menjadi bio gas Pengelolaan limbah ternak menjadi energy listrik Pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organic Percontohan pengelolaan limbah pada UPTD pembibitan

F

Penanganan PHMS

41

Fasilitasi pengobatan pada lokasi Kagrisnak Pengadaan sarana prasarana poskeswan

42

Sumber Biaya APBD Prop

OPD

1 Paket

APBN

Disnak

1 paket

APBN

Disnak

18 Unit

APBD

BLH

18 Unit

APBN

BLH

18 Unit

APBD prop

Disnak

1 Unit

APBN

Disnak

2 jenis

APBD

Disnak

2 paket

APBN

Disnak

1 Unit 1 kali

DAK APBD

Diskoperindag Disnak

BP4K

G

Pemasaran

43 44

Pembangunan pasar khewan Temu usaha dengan investor penggemukan sapi

H

Sarana Prasarana

45

Peningkatan Kapasitas Laboratorium Pembangunan Laboratorium di Kec. Zona inti UPTD Pembibitan

1 paket

APBD Prop

Disnak

1 paket

APBN

Disnak

1 Paket

Disnak

Poskewan pada 15 kecamatan (3 Kec sudah ada) Peningkatan Kapsitas RPH standar internasional Parungkuda

3 Paket

APBD Kab/ Prop APBD DAK

1 Paket

APBN

Disnak

46 47 48 49

Disnak

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 35

No

Nama Kegiatan

Volume/Tahun

50

Fasilitasi optimalisasi RPH Cibadak Fasilitasi optimalisasi RPH parungkuda Relokasi RPH Cisaat

51 52 H 53 54 55

Infrastruktur Pembangunan jalan desa pada kecamatan zona inti Jalan Produksi Sumur artesis pada lokasi sentra produksi

OPD

1 paket

Sumber Biaya APBD

1 Paket

APBN

Disnak

1 Paket

APBD/DAK

Disnak

5 km

APBD prop

DPU

2 km 2 Unit

APBD DAK APBN

Disnak Disnak

Disnak

4.2. Strategi pembiayaan Pembiayaan peternakan tidak bisa hanya mengandalkan anggaran pemerintah,

jumlah anggaran pemerintah sangat terbatas jumlahnya

sehingga diperlukan intervensi pihak lain.

Penambahan populasi di

Kabupaten Sukabumi misalnya tidak akan tercapai sesuai target 50.000 ekor tahun 2011 dari revisi cita-cita 100.000 ekor jika tidak disertai investasi swasta dan kerjasama dengan BUMN untuk tumpangsari perkebunan dengan ternak.

No 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 12. Pembagian Peran Pembiayaan (000) Tahun APBD Kab APBD APBN BUMN Swasta Prop (juta) (juta) 2013 8.310 7.340 8.594,5 1.600 2014 6.530 6.845 11.244,5 2.000 5.500 2015 6.469 5.990 9.744,0 2.150 5.800 2016 7.150 6.400 10.465 2.300 6.100 2017 7.850 7.100 11.575 2.500 6.500 2018 8.560 7.950 12.680 2.680 6.900 2019 9.375 8.850 13.875 2.830 7.300

Untuk lebih lengkapnya rincian pembiayaan disajikan dalam roadmap.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 36

BAB V KESIMPULAN

Pembangunan peternakan tidak bisa dilakukan sendiri oleh Dinas peternakan, namun

diperlukan kerjasama dengan pihak lain.

Sehingga

koordinasi dengan berbagai instansi baik instansi pemerintah maupun swasta perlu terus dibina.

Pada rencana tindak kawasan agribisnis berbasis

peternakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : -

Kerjasama antar bidang perlu ditingkatkan, kegiatan swasembada daging bukanlah milik dinas peternakan bidang produksi namun juga milik bidang kesmavet, bidang SPPH, UPTD pembibitan, UPTD pasar Hewan juga UPTD RPH.

-

Anggaran APBD

kabupaten sangat terbatas jumlahnya sehingga

diperlukan pembagian peran antara kabupaten, propinsi dan pusat untuk merealisasikan kawasan agribisnis berbasis peternakan. -

Peningkatan kapasitas peternak diperlukan kerjasama dengan para penyuluh pertanian berkompetensi peternakan.

-

Peningkatan SDM peternak yang rata-rata hanya berpendidikan SD harus ditangani melalui kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan melalui SL Kagrisnak berbasis kesetaraan baik dengan Paket A, B maupun Paket C.

-

Perbaikan infrastruktur pada lokasi sentra peternakan diperlukan kolaborasi antara Dinas Peternakan dengan Dinas Pekerjaan Umum.

-

Penambahan petugas baik inseminator, dokter hewan dan penyuluh pertanian berkompetensi peternakan diperlukan koordinasi dengan badan kepegawaian daerah.

-

Penambahan populasi ternak untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau dan

peran

misalnya sangat dibutuhkan investasi pihak swasta

BUMN

yang

bergerak

dibidang

perkebunan

untuk

mengkolaborasikan antara lahan perkebunan dengan ternak sapi.

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 37

Lampiran 1. Matrik Kegiatan dan Pembiayaan

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 38

Lampiran 2. Farming Business Plan

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 39

Lampiran 3. Supporting System

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 40

Lampiran 4. Identifikasi Potensi Ternak Pada 8 Kecamatan Inti dan Penyangga

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 41

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur Kami panjatkan kekhadirat Illahi Rabbi yang atas segala kekuatan dan kemudahnnya sehingga Kami dapat menyelesaikan Rencana tentang Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan di Kabupaten Sukabumi. Rencana tindak ini secara umum memuat tentang kondisi eksisting dan rencana aksi pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi fokusnya pada 18 kecamatan yang telah ditetapkan. Rencana aksi tersebut tentu berdampak pada pembiayaan, namun jika hanya mengandalkan anggaran pemerintah kabupaten tidak akan terjadi

akselerasi,

sehingga

harus ditopang dengan pembiayaan APBD

Propinsi, APBN serta pembiayaan swadaya dan swasta. Atas dasar kondisi tersebut maka pelaksanaan kegiatan harus dilaksanakan melalui koordinasi aktif antar lembaga. Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan rencana tindak ini sangat kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bermanfaat. Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Sukabumi,

Desember 2012

Tim Penyusun

i Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 42

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI BAB I

i

..................................................................................... ii PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4

Latar Belakang............................................................. Maksud dan Tujuan ..................................................... Ruang Lingkup............................................................. Sistematika Penyusunan Rencana Tindak ..................

1 3 3 4

BAB II

DESKRIPSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DAN KERBAU DI KABUPATEN SUKABUMI ...... 6 2.1. Populasi dan Sebaran Sapi dan Kerbau ...................... 6 2.2. Ketersediaan pakan..................................................... 9 2.3. SDM dan Kelembagaan Ternak .................................. 11 2.4. Sebaran Penyakit Hewan Menular pada Ternak Sapi Potong dan Kerbau (Mapping PHMS) ................. 15 2.5. Pengelolaan Limbah ................................................... 16 2.6. Pemasaran Hasil Ternak ............................................. 16 2.7. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis ................... 16 2.8. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan ..... 17

BAB III

RENCANA TINDAK ........................................................................ 19

3.1.

Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan .................................................................. 19

3.2.

Strategi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau ........ 22

3.3.

Struktur Organisasi Pembangunan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan ................................... 25 3.4. Strategi Penjaminan Ketersediaan pakan .................... 27 3.5. Peningkatan kapasitas SDM ....................................... 28 3.6. Penanganan Penyakit Hewan...................................... 30 3.7. Pengelolaan Limbah .................................................... 30 3.8. Pemasaran hasil Ternak .............................................. 31 3.9. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis ................... 31 3.10. Program dan Kegiatan Akselerasi Pembangunan Peternakan .................................................................. 31

ii Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 43

BAB IV

KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN ............................................ 33 4.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan ........ 33 4.2. Strategi pembiayaan...................................................... 33

BAB V KESIMPULAN ........................................................................ 37 LAMPIRAN

Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 44 iii