yang ada dalam masyarakat, perkembangan film horor Indonesia tidak hanya
menyuguhkan rasa takut tetapi juga menyuguhkan unsur sensualitas perempuan
.
Media Commonline Volume : 1 - No. 2 Terbit : 2--2013 Penulis : Andhika Martha W
[email protected]
REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM HOROR INDONESIA Abstrak : Masalah seksualitas adalah masalah kontroversial dalam media. Seiring dengan pergeseran nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, perkembangan film horor Indonesia tidak hanya menyuguhkan rasa takut tetapi juga menyuguhkan unsur sensualitas perempuan. Berangkat dari fenomena tersebut di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Bagaimanakah sensualitas perempuan digambarkan dalam film horor Indonesia?”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dan menggunakan metode Analisis Semiotik dengan teori milik Ferdinand de Saussure yaitu menganalisis makna dengan denotatif dan konotatif. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa gambar dan tabel mengenai denotasi yang berisi interpretasi yang terlihat dalam adegan-adegan film Arwah Goyang Jupe Depe dan Dendam Pocong Mupeng. Hasil penelitian ini menunjukkan sensualitas perempuan direpresentasikan melalui penampilan tokoh perempuan yang menonjolkan daya tarik seksualnya. Lalu banyak adegan tokoh perempuan yang melakukan gerakan–gerakan erotis yang disengaja untuk membangkitkan imajinasi seksual laki–laki, didukung dialog yang mengandung imajinasi seksual tokoh laki–laki.
Keywords: Representasi, sensualitas, perempuan, film horor. Keyword :
Daftar Pustaka : Agger, B. Cultural Studies as Critical Theory . The Falmer Press. 1992. London Berger. Arthur Asa Media Aanalysis Technique. Second edition. Alih Bahasa Setio Budi HH. Universitas Atma Jaya. 2000 Yogyakarta Bungin, Burhan. Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa. Edisi Revisi. Kencana 2005 Jakarta Eriyanto, Analisis Wacana Suatu Pengantar. LKIS 2003 Yogyakarta Piliang, Y.A. Posrealitas Realitas Budaya dalam Era Posmetafisika . Jalasutra. 2004 Yogyakarta
Page 1