RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI YANG ...

7 downloads 6440 Views 195KB Size Report
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 1, April 2005. 37. Salah satu jasad ... pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijauĀ ...
7 PERANAN TRICHODERMA, MICORIZA DAN POSFAT TERHADAP TANAMAN KEDELAI PADA TANAH SANGAT MASAM (HUMITROPETS) Dahlia Simanjuntak Staf Pengajar Kopertis Wil-I dpk UNIKA Abstrak: Kedelai adalah tanaman yang menunjukkan respon terhadap pemupukan, terutama pada tanah yang miskin akan hara tanaman. Kedelai memerlukan Posfat (P) dalam jumlah relatif banyak. Unsur hara Posfat sangat dibutuhkan sepanjang masa pertumbuhannya. Umumnya tanah-tanah tropis relatif miskin akan unsur hara, terutama di dataran tinggi Toba adalah tanah sangat masam (Humitropets) tetapi mengandung bahan organik yang relatif tinggi, dimana bahan organik ini sangat sulit terurai karena aktivitas mikrobia menjadi tertekan pH yang terlalu rendah tersebut. Salah satu jasad renik yang mampu menguraikan bahan organik tersebut adalah cendawan Micoriza dan Trichoderma. Trichoderma mampu menguraikan bahan organik tanah antara lain unsur P. Sedangkan Micoriza dapat meningkatkan kemampuan akar untuk menyerap unsur hara P. Kata kunci: tanahmasam, micoriza dan trichoderma, kedelai

Pendahuluan Kedelai (Glycine max L. Merrill) adalah tanaman yang mempunyai perakaran yang cukup kuat karena mempunyai akar tunggang. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah, pemupukan, struktur tanah, sifat fisik dan kimia tanah, air tanah dan faktor-faktor lain. Kedelai menunjukkan respon terhadap pemupukan, terutama pada tanah yang miskin akan hara tanaman. Kedelai memerlukan P dalam jumlah relatif banyak. Hara Posfat diserap tanaman sepanjang masa pertumbu-hannya. Periode terbesar penggunaan P dimulai pada masa pembentukan polong sampai kira-kira 10 hari sebelum biji berkembang penuh. Posfat yang diserap oleh akar kemudian disebarkan ke daun, batang, tangkai dan biji. Akan tetapi bersamaan waktu biji mulai berkembang kapasitas pengisapan P sangat tergantung dari perkembangan akar yang sudah agak berkurang. Umumnya tanah-tanah tropis seperti halnya indonesia relatif miskin unsur hara dan mempunyai pH rendah. Salah satu jenis tanah yang banyak ditemukan di

36

daerah perbukitan di kawasan dataran tinggi Toba adalah tanah sangat masam (Humitropets). Tanah ini ber pH rendah, unsur hara rendah, tetapi mengandung bahan organik yang relatif tinggi (>12 kg/m3). Bahan organik tinggi bukan karena tumbuhan yang tumbuh pada tanah tersebut menghasilkan banyak bahan organik yang tinggi, akan tetapi karena bahan organik yang berada di permukaan tanah sulit terurai karena aktivitas mikrobia tertekan akibat pH yang terlalu rendah. Selain itu ketersediaan unsur hara pupuk yang diberikan juga rendah terutama pupuk P. Pada pH rendah ion P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe dan Mn, sehingga sering mengalami keracunan Al dan Fe. Keracunan Al akan menghambat pemanjangan dan pertumbuhan akar primer serta mengha-langi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Selain itu pada pH rendah aktifitas mikroba sangat rendah sehingga mekanisme penyediaan unsur hara melalui proses penguraian bahan organik terhambat dan bahan organik tanah sulit terurai.

Salah satu jasad renik yang diketahui memiliki kemampuan untuk mengatasi keku-rangan adalah sejenis cendawan yang bersimbiosis dengan banyak tanaman. Cendawan tersebut adalah Trichoderma dan Micoriza. Trichoderma merupakan salah satu jamur yang mampu menguraikan bahan organik tanah, seperti N, P, S dan unsur hara lain yang bersenyawa dengan Al, Fe dan Mn sehingga unsur hara tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman (Soepardi, 1975). Sedangkan Micoriza berperan untuk meningkatkan kemampuan akar untuk menyerap P, serta unsur hara yang lain (Sentosa, 1989). Dengan sumbangan P tersebut pada tanaman leguminosa maka penambatan Nitrogen akan berlangsung dengan cepat karena ketersediaan P sangat mempengaruhi perkembangan bintil akar. Bintil akar akan mensuplai Nitrogen bagi tanaman inang dan perangsang pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pemberian jenis jamur tanah Trichoderma dan Micoriza dan pengaruh pemberian dosis Posfor terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah sangat masam (Humitropets). Hipotesis penelitian ini adalah bahwa jamur tanah Trichoderma dan Micoriza dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, ada pengaruh interaksi dosis Posfor dan jenis jamur tanah untuk meningkat-kan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Bahan dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Sari Medan pada Bulan September hingga November 2002. Bahan yang dipakai adalah inokulan Micoriza dan Trichoderma, benih kedelai, pupuk Urea,KCl, Rock Posfat, Pestisida Thiodan 35 EC sebanyak 2 cc/l air, polybeg, air dan tanah Humitropets.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu: Faktor I: adalah dosis pupuk Posfor yang terdiri dari 5 taraf yaitu: P0 = 0 kg P2O5/ha (0 g Rock Posfat/polybeg); P1 = 50 kg P2O5/ha (0,416 g Rock Posfat/polybeg); P2 = 100 kg P2O5/ha ( 0,833 g Rock Posfat/polybeg); P3 = 150 kg P2O5/ha (1,250 g Rock Posfat/polybeg); P4 = 200 kg P2)5/ha (1,660 g Rock Posfat/polybeg). Faktor II: adalah inokulan jamur tanah yang terdiri dari 3 taraf: M0 = tanpa pemberian jamur tanah; M1 = 20 g inokulan jenis Trichoderma/polybeg; M 2 = 20 g inokulan jenis Micoriza/polybeg. Parameter yang diamati adalah Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), jumlah cabang, jumlah polong per polybeg, jumlah biji per polybeg, berat biji per polybeg. Hasil dan Pembahasan Rataan masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel l. 1. Pengaruh Posfor (Rock Posfat) Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk Rock Posfat berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah biji dan berat biji tanaman kedelai. Tetapi ada kecenderungan peningkatan tinggi tanaman (20,03 cm), jumlah daun (6,40 helai), jumlah cabang (3,40 cabang), jumlah polong (12,13 polong), jumlah biji (32,14 biji), dan berat biji (3,97 g), dengan semakin meningkatnya umur tanaman maka tinggi tanaman semakin meningkat (P4 = 20,03 cm). Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pupuk Rock Posfat berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 2,3,4 dan 5 MST. Walaupun tidak nyata, jumlah daun cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur tanaman dan dosis pupuk Rock Posfat yang diberikan (P4=6,40 helai). Hal ini mungkin disebabkan karena pupuk Rock Posfat berfungsi pada fase generatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 1, April 2005

37

(1982), bahwa Posfor berpengaruh terhadap pembu-ngaan dan pembuahan, termasuk pembuahan biji. Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pupuk Rock Posfat berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong, jumlah biji dan berat biji tanaman kedelai. Hal ini berbeda dengan pendapat Buckman (1982) bahwa Posfor berperan dalam pembungaan dan pembuahan biji. Hal ini mungkin disebabkan karean pupuk Rock Posfat tergolong pupuk yang sukar larut pada tanah netral tetapi mudah larut pada tanah masam, sehingga sebagian besar unsur hara P pupuk yang dilepaskan oleh pupuk segera terikat oleh bahan tanah seperti Al, Fe dan Mn membentuk ikatan P yang kurang larut. Dengan demikian unsur hara P pupuk tidak tersedia kembali bagi tanaman, sehingga pupuk Rock Posfat berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong, jumlah biji dan berat biji kedelai. 2.

Pengaruh perlakuan jenis mikroba tanah Micoriza dan Trichoderma Dari tabel 1 juga dapat dilihat bahwa perlakuan jenis mikroba tanah pada umur 2, 4, dan 5 MST, jumlah cabang dan berat biji tanaman kedelai berbeda tidak nyata, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 3 MST, jumlah polong dan jumlah biji tanaman kedelai. Mikrobia jamur tanah berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST. Hal ini diduga karena

pada umur 2 MST mikrobia jamur tanah masih melakukan proses dekomposisi bahan organik tanah pada media tanah masam. Pada umur 3 MST, mikrobia jamur tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana perlakuan M 0 berbeda nyata terhadap M 1 dan berbeda tidak nyata dengan M 2, tetapi M1 berbeda tidak nyata dengan M 2. Hal ini berarti bahwa perlakuan mikrobia jamur tanah lebih baik dari pada perlakuan kontrol dalam meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Sedangkan pada umur 4 dan 5 MST, tanaman mulai aktif membentuk cabang sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Dengan demikian mikrobia jamur tanah berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai. Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa mikroba jamur tanah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 2,3,4, dan 5 MST, jumlah cabang dan berat biji tanaman kedelai. Walaupun pengaruhnya tidak nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang dan berat biji tanaman kedelai, pemberian mikroba jamur tanah yang baik meningkatkan jumlah daun, jumlah cabang dan berat biji adalah apada perlakuan Trichoderma (M1) bila dibandingkan dengan Micoriza (M2) dan Kontrol (M 0). Hal ini sejalan dengan meningkatnya umur tanaman kedelai. Dengan kata lain semakin meningkat umur tanaman kedelai maka semakin meningkat jumlah daun, jumlah cabang dan berat biji tanaman kedelai. Mikrobia jamur tanah berpengaruh

Tabel.1 Uji Beda Rataan Peubah yang Diamati Perlakua n

P0 P1 P2 P3 P4 M0 M1 M2 BNJ M 0,05 BNJ M 0,01

Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 9.83 10.26 10.49 10.27 10.39

3 MST 13.06 13.00 13.05 13.09 13.09

10.06 10.48 10.20

12.85 aA 13.24 bA 13.05 abA 0.35 0.43

-

Jumlah Daun 5 MST 18.00 18.37 18.71 19.40 20.03

2 MST

3 MST

17.93 18.20 18.54 19.25 19.37

2.97 3.03 3.05 3.13 3.16

3.83 4.00 4.03 4.10 4.20

4 MST 5.53 5.80 6.17 6.20 6.17

6.13 6.17 6.20 6.27 6.40

Jumlah Caban g 3.20 3.20 3.30 3.30 3.40

18.16 19.09 18.72

18.64 19.25 18.88

3.01 3.12 3.07

3.92 4.14 4.04

5.70 6.04 6.06

6.16 6.30 6.24

3.20 3.30 3.30

-

-

-

-

-

-

-

4 MST

Keterangan: MST : Minggu Setelah Tanam P : Pupuk Posfat 38 M : Jamur tanah

5 MST

Jumlah Polong

Jumlah Biji

11.42 11.91 11.97 11.95 12.13

29.28 30.90 31.43 31.86 32.14

11.43 aA 12.31 bA 11.78 abA 0.76 0.96

29.68 aA 32.27 bA 31.42 abA 2.04 2.58

Berat Biji (G) 3.81 3.88 3.94 3.96 3.97 3.85 3.96 3.92 -

13,3

13,24

13,2

Tinggi Tanam an (cm )

13,1

13,05

13 12,9

12,85

12,8 12,7 12,6 M0

M1

M2

Jenis Mikrobia Jam ur Ta nah

Gambar 1. Hubungan Jenis Mikrobia Jamur Tanah Terhadap Tinggi Tanaman Kedelai Umur 3 MST 12,4

12,31

12,2

Jumlah Polong (buah)

12 11,78

11,8 11,6 11,43 11,4 11,2 11 10,8 M0

M1

M2

Jenis Mikrobia Jamur Tanah

Gambar 2. Hubungan Jenis Mikroba Jamur Tanah dengan Jumlah Polong (buah) Tanaman Kedelai 32,5

32,27

32 31,42

31,5 Jumlah Biji (Buah)

nyata terhadap jumlah polong dan jumlah biji, dimana perlakuan M 0 berbeda nyata dengan M 2, tetapi M1 berbeda tidak nyata dengan M 2. Hal ini mungkin disebabkan karena Posfat yang ada pada media tanah masam telah terdekom-posisi oleh Trichoderma yang terikat dengan bahan-bahan tanah seperti Al, Fe dan Mn pada media tanah masam, dimana Al, Fe dan Mn kepekatannya jauh melebihi ion H2PO4-, sehingga membentuk ikatan Posfat yang dapat larut dalam larutan tanah dan tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuswandi (1993), bahwa banyak komponen dari beberapa zat bahan organik, diantaranya P terdapat dalam senyawa kompleks yang perlu dipecah oleh organisme/mikroba tanah yang selanjutnya dapat dimanfaatkan tanaman. Demikian juga dengan Mikoriza, dapat meningkatkan jumlah polong dan jumlah biji kedelai walaupun berbeda tidak nyata dengan Trichoderma dan Kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena fungsi Micoriza disamping meningkatkan kemampuan akar menyerap hara dalam konsentrasi rendah, juga dapat membebaskan Posfat yang terikat dengan Al, Fe dan Mn terutama pada media tanah masam sehingga Posfat aktif tersedia bagi tanaman. Akar tanaman yang mengandung Micoriza dapat meningkatkan penyerapan Posfor karena selain dapat menyerap Posfat yang dapat diserap juga dapat menyerap bentuk Posfat yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman yang tidak mengandung Micoriza, yang konsentrasinya rendah pada larutan tanah (Fakuara,1988). Keaktifan Posfat kembali dalam larutan tanah, menyebabkan Posfat tersedia bagi tanaman, terutama untuk pembuahan biji sehingga dapat meningkatkan jumlah polong tanaman kedelai. Histogram tinggi tanaman umur 3 MST, jumlah polong dan jumlah biji dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.

31 30,5 30

29,68

29,5 29 28,5 28 M0

M1

M2

Jenis Mikrobia Jamur Tanah

Gambar 3. Hubungan Jenis Jamur Tanah Terhadap Jumlah Biji (butir) Tanaman Kedelai

Jenis Mikroba jamur tanah yang paling baik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pda umur 3 MST, jumlah polong dan jumlah biji tanaman kedelai adalah Trichoderma (M 1) bila dibandingkan dengan Micoriza (M 2) dan Kontrol (M0). Hal ini dapat dilihat pada Gambar Histogram 1,2 dan 3. Gambar 1 memperlihatkan bahwa pada perlakuan Trichoderma (M 1) menunjukkan tinggi tanaman lebih tinggi

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 1, April 2005

39

(13.24 cm) dibandingkan dengan pemberian Micoriza (M 2) dan Kontrol (M 0). Gambar 2 memperlihatkan bahwa pemberian Trichoderma (M 1) menunjukkan jumlah polong tertinggi (12,31 polong) dibandingkan dengan Micoriza (M2 = 11.78 polong) dan Kontrol (M0 = 11.43 polong). Gambar 3 memperlihatkan bahwa pemberian Trichoderma (M 1) menunjukkan jumlah biji tertinggi (12.31 biji) dibandingkan dengan Micoriza (11.78 biji) dan Kontrol (11.43 biji). Pembahasan Umum Pengaruh Dosis Pupuk Rock Posfat Posfor berpengaruh terhadap pembungaan dan pembuahan, termasuk pertumbuhan biji, membantu menghindari rebahnya tanaman pada tanaman serealia dan fungsi lainnya (Buckman, 1982). Namun hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk Rock Posfat berpengaruh tidak nyata meningkatkan semua peubah yang diamati. Hal ini diduga berkaitan erat dengan ketersediaan pupuk Rock Posfat bagi tanaman. Menurut Hakim dkk. (1986), pupuk Rock Posfat merupakan pupuk alam yang sangat sukar larut dalam larutan tanah karena mengandung mineral Apatit (Ca10 (PO4, Co3)6 (F, Cl, OH)2). Mineral apatit ini merupakan senyawa Karbonat, Fluor, Chlor atau Hidroksi apatit, yang sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia dalam tanaman. Pada tanah masam pupuk Rock Posfat relatif lebih mudah larut dari pada tanah netral, namun pada tanah masam sebagian besar unsur hara P yang dilepaskan oleh pupuk segera terikat oleh bahan tanah seperti Al, Fe dan Liat oksida. Hal ini akan mengakibatkan unsur hara P pupuk telah tersedia kembali bagi tanaman. Dari kasus ini dapat disarankan bahwa disamping suplai P melalui pupuk organik sangat diperlukan perbaikan sifat kimia tanah terutama pH tanah agar unsur hara pupuk P lebih tersedia bagi tanaman.

40

Pengaruh Jenis Mikroba Jamur Tanah Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan mikroba jamur tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang dan berat biji. Mikroba jamur tanah berpengaruh nyata untuk meningkatkan tinggi tanaman pada umur 3 MST, jumlah polong dan jumlah biji. Hal ini diduga berkaitan erat dengan peranan mikroba jamur tanah pada tanah masam. Trichoderma merupakan jamur tanah yang berperan dalam menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah ini mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S, Mg dan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Menurut Kuswandi (1993), jamur tanah berfungsi untuk memecah bahan-bahan organik, seperti N yang terdapat dalam senyawa kompleks. Dengan demikian Nitrogen ini akan dimanfaatkan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Trichoderma secara nyata juga meningkat-kan jumlah polong dan jumlah biji. Hal ini menunjukkan bahwa mikroba jamur tanah selain memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, juga mampu mempengaruhi pertumbuhan generatf tanaman. Hal ini diduga karena Trichoderma dapat menguraikan Posfat dari Al, Fe dan Mn. Pada tanah masam P dapat terikat dengan Al dan Fe serta mungkin Mn membentuk ikatan tidak larut didalam tanah masam dengan kepekatan ion Fe dan Al jauh melebihi H2PO4-, akibatnya akan membentuk lebih banyak senyawa Posfor tidak larut. Dengan demikian hanya sejumlah kecil H2PO4tersisa dan merupakan bagian yang tersedia bagi tanaman. Untuk mengurai-kan P yang terikat dengan Al, Fe dan Mn maka

digunakan mikroorganisma tanah agar P dapat tersedia bagi tanaman pada kondisi masam. Salah satu mikroorganisme tanah yang dapat menguraikan bahan organik tanah tersebut adalah Trichoderma. Demikian juga dengan Micoriza berpenga-ruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST, jumlah polong dan jumlah biji. Hal ini diduga karena Micoriza berasosiasi dengan akar tanaman kacang-kacangan untuk membantu pembentukan bintil akar pada perakarannya sebagai mediator penambat Nitrogen dari udara . Penambatan Nitrogen hanya berjalan lancar jika terhadap P dalam jumlah yang cukup pada perakaran kacangkacangan. Micoriza akan menyumbang P untuk penambatan Nitrogen, dilain pihak bintil akar menyediakan Nitrogen tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan Micoriza. Dalam hal ini, tanah yang belum pernah ditanami dengan tanaman kedelai, sebaiknya sebelum biji ditanam terlebih dahulu biji dicampur dengan inokulan Rhizopus agar memberikan inokulan kepada biji. Dengan pemberian Rhizopus ini diduga tanaman kedelai dapat mensuplai N dari atmosfir maupun dari dalam tanah itu sendiri. Menurut Hakim dkk (1986) Nitrogen yang telah diserap tanaman tersebut akan digunakan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Micoriza juga dapat meningkatkan jumlah polong dan jumlah biji. Hal ini diduga berkaitan erat dengan peranan Micoriza pada tanaman, antara lain (1) kemampuannya yang tinggi dalam meningkatkan serapan unsur hara terutama hara yang kurang lincah seperti P, Zn dan Cu; (2) meningkatkan penyerapan air; (3) bertindak sebagai pengendali hayati hama dan patogen tanaman terbawa tanah; dan (4) dapat meningkatkan efektivitas dan populasi jasad renik simbiotik dan non simbiotik yang menguntungkan bagi tanaman dan

perakaran. jumlah peranan penting akan tampak nyata terutama pada tanahtanah yang mempunyai tanaman dengan kesuburan yang rendah atau marjinal. Menurut Barber (1983), Micoriza membentuk hubungan simbiosis antara akar dengan tanaman itu sendiri. Jamur ini menyediakan nutrisi-nutrisi terutama Posfat dan tanaman menyediakan Karbohidrat untuk pertumbuhan jamur tersebut. Posfat ini akan dimanfaatkan tanaman pada fase generatif yaitu pembentukan polong dan biji. Di dalam pengisian polong, dibutuhkan air dan unsur hara lain, dimana Micoriza dapat meningkatkan penyerapan air melalui perakaran tanaman yang sangat baik. Dengan demikian jumlah polong dan jumlah biji kedelai dapat meningkat. Pengaruh Interaksi Pupuk Rock Posfat dan Jenis Mikrobia Jamur Tanah Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pupuk Rock Posfat dan jenis mikroba jamur tanah berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini diduga karena dosis pupuk Rock Posfat dan jenis mikroba jamur tanah yang diberikan memiliki pengaruh serta sifat kerja yang berbeda, sehingga tidak ditemukan adanya interaksi antara kedua faktor tersebut. Hal ini didukung oleh Kartasaputra dan Sutejo (1987), bahwa bila satu faktor lebih kuat pengaruhnya dibandingkan faktor lainnya sehingga faktor tersebut akan tertutup atau masing-masing faktor memiliki pengaruh dan cara kerja yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Namun demikian secara umum dari rataan tampak bahwa dengan semakin meningkatnya dosis pupuk Rock Posfat yang diberikan (P4), maka akan meningkatkan nilai-nilai setiap parameter yang diamati. Hal ini dapat diketahui dari rataan yakni hasil yang tertinggi dan terendah untuk masing-masing parameter berturut-turut dipaparkan berikut ini: Tinggi Tanaman P4M2 (18.8 cm), P0M0 (17.93 cm), Jumlah daun P4 M2 (6.40 helai), P0M0 (5.67 helai), jumlah cabang P4M2 (4.63

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 1, April 2005

41

cabang)., P0M0 (4.07 cabang), jumlah polong P4M2 (12.59 buah), P0 M0 (11.46 buah), jumlah biji P4M2(32.77 butir), P0M0 (29.28 butir), dan berat biji P4M2 (4.23 g), P0M0 (3.81 g). Demikian juga dengan mikrobia jamur tanah, jenis yang paling baik didalam setiap peubah adalah Tricoderma. Kesimpulan 1. Pemberian pupuk Rock Posfat berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel pengamatan, tetapi ada kecenderunagn terjadi peningkatan terhadap tinggi tanaman (20.03 cm, jumlah daun (6.40 helai), jumlah cabang (3.40 cabang), jumlah polong (12.130 polong), jumlah biji (32.14 biji) dan berat biji (3.97 g) dengan semakin meningkatnya dosis pupuk Rock Posfat (P4) yang diberikan. 2. Jenis mikrobia jamur tanah yang lebih dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkem-bangan dan produksi tanaman adalah Tricoderma terhadap parameter tinggi tanaman (19.25 cm), jumlah daun (6.30 helai), jumlah cabang (3.30 cabang), jumlah polong (12.31 polong), jumlah biji (32.27 butir), dan berat biji (3.96 g). 3. Interaksi pupuk Rock Posfat dan jenis mikroba jamur tanah menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah polong, jumlah biji dan berat biji tanaman kedelai. Daftar Pustaka S.A. 1983. Soil Nutrient Bioavailability. Purdue University. West Lafayete. Indiana. Buckman, M. O. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Fakuara, M. Y. 1988. Micoriza, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. Pusat Barber,

42

Antar Universitas. Institut Pertanaian Bogor. Bogor. Hakim, N. dkk. 1986. Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung Hermana. 1985. Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan, dalam Somaatmadja, S. (ed) Kedelai. Pusat Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor. Hidajat, O. O. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai, dalam Somaatmadja, S (ed). Kedelai. Pusat Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor. Kartasaputra, A. G. Dan Sutejo, H. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta. Sentosa, D. A. 1989. Tehnik dan Metoda Penelitian Micoriza Vesicular Arbuscular. Laboratorium Biologi Tanah . Fakultas Pertanian Bogor. Bogor. Soepardi, G. 1975. Sifat dan Ciri Tanah. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi . Institut Pertanian Bogor. Bogor. Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 1989. Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Sidikalang. Pusat Penelitian Tanah. Badan dan Pengembangan Pertanian. Departemen Penelitian. Sumatera Utara. Waksman, S. A. 1961. Soil Microbiology. John Wiley and Sons. Inc. New York. United State. U

U