Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang mengikuti pembelajaran
secara kelompok dan klasikal serta perbedaan keduanya. Jenis penelitian ini.
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KELOMPOK DAN KLASIKAL SISWA KELAS II SMK NEGERI 3 MAKASSAR Muddassir
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM e-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang mengikuti pembelajaran secara kelompok dan klasikal serta perbedaan keduanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Populasinya yang sekaligus merupakan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang memprogramkan mata pelajaran Matematika pada tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 96 orang. Sampel penelitian adalah kelas 2 Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik A dan B masing-masing sebanyak 31 orang siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan tes. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran secara kelompok (eksperimen) memiliki nilai rata-rata lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran secara klasikal (kontrol). Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 71,80 yang ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu sebesar 68,98. Temuan lain adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan uji-t sebesar 2,1945 dengan p sebesar 0,0321. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika pada tahun ajaran 2007/2008. Kata Kunci: Penelitian tindakan kelas, Pembelajaran kelompok, Pembelajaran klasikal
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dapat terwujud jika peranan pendidikan diberikan perhatian besar. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa semakin maju suatu negara, maka makin besar pula biaya pendidikan yang dikeluarkan, sebab mereka menyadari bahwa pendidikan adalah kunci utama kemajuan dan modernisasi. Dalam bidang pendidikan itu sendiri, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya memacu perkembangan, salah satu di antaranya adalah usaha perubahan dan perkembangan kurikulum, yang dilakukan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kurun waktu kurang lebih 30 tahun telah dilakuakan 5 kali perubahan kurikulum, yaitu Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP). Setiap perubahan kurikulum tersebut selalu mengandung makna perkembangan dari kurikulum sebelumnya. Hal tersebut dilakukan pemerintah guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari beberapa komponen yang terlibat dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional secara umum dan tujuan
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
pembelajaran secara khusus, maka yang perlu mendapat perhatian adalah pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri. Selanjutnya, hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah siswa sebagai obyek yang belajar. Untuk itu, maka siswalah yang harus diupayakan agar dapat berinteraksi secara aktif dengan bahan ajar, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengatur, menyiapkan, dan mengorganisir semua sumber yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar siswa. Mengajar siswa berarti memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh banyak pengalaman belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merancang sebuah penelitian untuk mendapatkan informasi tentang efektifitas pembelajaran secara kelompok dan klasikal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat hasil belajar Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2007-2008 yang mengikuti pembelajaran secara kelompok dan klasikal? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2007-2008 antara siswa yang mengikuti pembelajaran kelompok dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara klasikal?
HAKEKAT BELAJAR MENGAJAR Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggungjawab guru. Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situas-situasi yang dihadapi dalam hidupnya (Sahabuddin, 1997). Mengajar pada hakekatnya adalah upaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dalam hal ini, mencakup bagaimana cara mengatur dan mengorganisir lingkungan yang di sekitar siswa sehingga menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Mengajar dapat pula diartikan sebagai proses pemberian bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajarnya. Pengertian mengajar, khususnya di negara-negara maju sangat menekankan pada keaktifan siswa yang sedang belajar, sedangkan guru hanya memberikan bimbingan, mengarahkan atas jalannya proses belajar mengajar, sehingga kesempatan siswa untuk berbuat dan berkembang lebih banyak.
METODE MENGAJAR MATEMATIKA 1.
Pengertian Metode Mengajar Dalam proses belajar mengajar, metode mengajar memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan metode mengajar akan mempengaruhi situasi kelas. Situasi kelas yang diharapkan adalah situasi yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan dari proses belajar mengajar akan dicapai secara optimal. Salah satu langkah dalam memilih metode adalah dengan terlebih dahulu harus menguasai metode mengajar sebagai teknik penyajian materi pelajaran, agar materi pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik (Azhar, 1993). Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/ klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. 2.
Pemilihan Metode Mengajar Matematika Dalam memilih metode mengajar yang akn digunakan dalam proses pembelajaran Matematika, terdapat beberapa hal yang diperhatikan. Menurut Roestiyah (1989), pemilihan metode mengajar harus berdasarkan pada: 1) sifat dari pelajaran, 2) alat-alat peraga yang tersedia, 3) besar kecilnya kelas, 4) tempat dan lingkungan, 5) kemampuan dan kesanggupan guru, 6) banyak sedikitnya materi pelajaran, dan 7) tujuan mata pelajaran. Sementara itu, Engkoswara (1988) mengemukakan bahwa persoalan memilih metode mengajar tergantung kepada: 1) tujuan mengajar, 2) bahan apa yang diajarkan, 3) siapa siswa yang diajar, dan fasilitas atau perlengkapan mengajar yang digunakan. Lebih lanjut Engkoswara (1988) mengemukakan lima prinsip di dalam memilih metode mengajar, yaitu: 1) Asas maju berkelanjutan, artinya memberi kemungkinan kepada siswa untuk mempelajati sesuatu, 2) Penekanan pada belajar sendiri bahan pelajaran yang lebih banyak daripada yang diberikan oleh guru, 3) Bekerja secara team, dimana siswa dapat mengerjakan sesuatu pelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama, 4) Multidisipliner, artinya memungkinkan siswa untuk mempelajari sesuatu meninjau dari berbagai sudut, dan 5) Flexibel, dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan keadaan.
PEMBELAJARAN SECARA KELOMPOK Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kelompok yang mengarah pada
penampilan objek secara kolektif dan kuantitatif. Istilah kelompok sangat luas atau fleksibel dalam arti bahwa kelompok tidak tergantung jumlah besar atau kecilnya anggota yang terdapat di dalamnya. Selanjutnya, Dictionary of Sociologi, pengertian kelompok dikemukakan sebagai himpunan dari dua orang atau lebih yang terjalin pada suatu interaksi. Kemudian dalam The American Heritage Dictionary dinyatakan bahwa kelompok adalah sejumlah individu yang merupakan adanya kebersamaan dalam hal-hal tertentu (Mashuha, 1989). Belajar kelompok atau kooperatif adalah suatu bentuk organisasi yang menggunakan kelompok-kelompok yang heterogen dan memiliki saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari 3-5 orang yang bekerja sama melaksanakan tugas yang diberikan (Baharuddin, 2000). Belajar kelompok mempunyai keuntungan sosial, belajar kelompok yang menekankan pada suatu interaksi dalam arti saling membantu, berkomunikasi, berdiskusi, memberi tugas, menerima tanggungjawab, mengembangkan sikap saling menghargai teman serta pekerjaan-pekerjaannya. Karena tugas kelompok merupakan bagian belajar kelompok, maka pemberian tugas adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas belajar. Hudoyono (1988), mengemukakan bahwa pembelajaran secara kelompok juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah: 1) Menyelesaikan tugas atau memecahkan suatu masalah dapat lebih cepat, karena adanya beberapa orang yang memikirkannya, dan 2) Dapat saling tukar pikiran, pengetahuan dan pengalaman antara teman yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok, sehinggga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Kekurangannya adalah: 1) Dapat terjadi rasa egois terhadap teman bila ia merasa lebih pintar dari teman yang lainnya, 2) Dapat terjadi sifat pasif bagi siswa yang kurang pintar karena selalu mengharapkan bantuan dari temannya, dan 3) Jika anggota kelompok tidak ada yang
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
pandai, maka tidak akan menyelesaikan tugas kelompok dengan baik.
PEMBELAJARAN SECARA KLASIKAL Pembelajaran secara klasikal yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang diberikan kepada siswa secara bersama-sama dengan menggunakan metode ceramah oleh guru, sehingga pelayanan individual akan memiliki banyak kendala. Dengan metode pembelajaran ini, semua masalah yang dihadapi sehubungan dengan pencapaian hasil belajar diharapkan diselesaikan sendiri tanpa bantuan orang atau siswa lain. Intang (1988) menyatakan, bahwa pembelajaran secara klasikal adalah proses pembelajaran yang ditekankan pada siswa tanpa interaktif dengan siswa lain. Masalah diselesaikan atau dipecahkan sendiri, semua informasi yang dibutuhkan dicari dan dikumpulkan sendiri, kesimpulan dan jawaban masalah ditetapkan sendiri. Karena tugas perorangan merupakan rangkaian atas bagian dari belajar mandiri. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa tugas perorangan atau individual tidak sesuai dengan esensial manusia secara kodrati yang membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Dengan cara ini, tidak dapat diperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan, kecuali siswa yang memiliki intelegensi di atas normal. Seperti halnya pembelajaran secara kelompok, maka pembelajaran secara klasikal juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Hudoyo (1988), kelebihan pembelajaran yang dilakukan secara klasikal adalah: 1) Melatih siswa memecahkan masalah yang dihadapi atau yang diberikan tanpa bantuan dari orang lain, 2) Siswa yang pandai akan maju tanpa akan meninggalkan siswa yang kurang pandai, dan 3) Minat perorangan dapat terpenuhi, sehingga memungkinkan keterlibatan, siswa aktif adalah memahami suatu masalah. Selanjutnya, kekurangan pembelajaran yang dilakukan secara klasikal adalah: 1) Siswa menjadi egois, yang berarti tidak menunjang pembentukan kerjasama, 2)
Dalam memudahkan soal atau masalah relatif lambat, karena pemecahannya dengan bantuan buku saja, dan 3) Indera yang bekerja, waktu yang relatif sedikit sehingga ketahanan pemahaman terhadap masalah yang dibahas juga berkurang. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Ini sejalan dengan pendapat Mustaan (2005) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran telah tercapai oleh siswa dengan pengalaman yang telah diberikan dan disiapkan oleh sekolah. Hasil belajar diartikan hasil optimal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar sehingga dapat dilakukan sebagai alat ukur maka digunakan alat ukur berupa tes hasil belajar. Pengertian hasil belajar menurut Jumardi (2003) adalah hasil yang diperoleh dan dimiliki oleh siswa setelah melibatkan dirinya secara aktif, baik dari segi fisik maupun mental dalam meyelesaikan masalah–masalah yang berhubungan dengan matematika. Udin, dkk. (1994) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari proses belajar yang berbentuk suatu produk seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu tapi dapat juga berbentuk kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mengelolah produk tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bahan pelajaran serta mengalami proses belajar yang akan diperlihatkan melalui nilai yang diperoleh dalam tes hasil belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Berikut ini akan dikemukakan hasil analisis statistik deskriptif hasil belajar matematika siswa kelas II yang mengikuti pembelajaran secara kelompok dan klasikal. Hasil belajar tersebut dapat dilihat
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
ringkasannya pada tabel 1. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara kelompok, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara klasikal. Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Statistik Deskriptif Parameter
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Mean Median Mode Standard Deviation Skewness Minimum Maximum
71.80 69.44 68.78 4.69 0.15 65.39 83.89
68.98 69.67 74.44 5.40 -0.04 60.33 79.44
Selanjutnya, sebaran frekuensi hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara kelompok dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tabel tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara kelompok umumnya berada pada kategori sedang. Tabel 2. Sebaran frekuensi hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara kelompok
76.49 ke atas 71.80 – 76.48 67.11 – 71.79
Frek. Rel. 16.13 19.35 58.06
Frek. Kom. 16.13 35.48 93.55
di bawah 67.11
2
6.452
100
31
100
Interval Kelas
Tinggi Cukup Sedang Rendah
Jumlah
Kategori
Interval Kelas
Tinggi Cukup Sedang
76.49 ke atas 71.80 – 76.48 67.11 – 71.79
Rendah
di bawah 67.11 Jumlah
Mengacu pada interval kelas pengkategorian hasil belajar matematika denganpembelajaran secara kelompok, sebaran frekuensi hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara klasikal dapat disusun seperti terlihat pada Tabel 3. Pada tabel tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara klasikal berada pada kategori rendah.
Frek. Absolut 1 12
Frek. Rel. 3.23 38.71
Frek. Kom. 3.23 41.94
4
12.90
54.84
14 31
45.16 100
100
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis penelitin yang diajukan. Hipotesis penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2007-2008 antara siswa yang mengikuti pembelajaran kelompok dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara klasikal. Hasil analisis statistik inferensial Uji-t dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tabel tersebut, nilai uji t sebesar 2,1945, nilai ttabel sebesar 2,003, dan p < α (0,005), yaitu sebesar 0,0321. Tabel 4. Ringkasan Hasil Analisis Statistik Inferensial Parameter
Frek. Abs. 5 6 18
Kategori
Tabel 3. Sebaran frekuensi hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara klasikal
Mean Variance Observations df t Stat P(TMe>Mo, dapat diketahui
Muddassir, Perbandingan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kelompok dan Klasikal
bahwa bentuk kurva tidak simetris, menceng ke kiri, dan umumya skor siswa berada di bawah skor rata-rata seperti dilukiskan pada Gambar 1. Pada tabel 2, terlihat sebaran frekuensi hasil belajar matematika dengan pembelajaran secara kelompok, yang mana skor siswa terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 18 orang atau 58,06%.
Mo 68.78
Me 69.44
M 71.80
Makassar yang mengikuti pembelajaran klasikal. Walaupun hasil belajar matematika untuk pembelajaran kelompok berada pada kategori sedang dan untuk pembelajaran klasikal berada pada kategori cukup, namun secara kolektif hasil belajar matematika untuk pembelajaran kelompok masih lebih baik, karena nilai rata-ratanya lebih tinggi. Hal ini dapat dibuktikan jika dipakai satu acuan interval kategori seperti terlihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut, acuan interval kategori yang digunakan adalah pembelajaran kelompok. Dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika untuk pembelajaran kelompok berada pada kategosi sedang, yaitu sebanyak 18 orang atau 58.06%, sedangkan untuk pembelajaran klasikal berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 14 orang atau 45.16%.
Keterangan: Daerah yang diarsir adalah daerah di atas rata-rata
Gambar 1. Ilustrasi Kurva hasil belajar matematika siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang mengikuti pembelajaran kelompok Untuk siswa kelas II SMK Negeri 3 Makassar yang mengikuti pembelajaran klasikal, hasil belajar matematika juga bervariasi dari 60,33 sampai 79,44, dengan skor rata-rata sebesar 68,98 dan standar deviasi sebesar 5,40. Dari nilai ukuran gejala pusat rata-rata (M), median (Me), dan modus (Mo) yang terlihat pada Tabel 1, dimana M